IBADAH DOA
PENYEMBAHAN, 25 MEI 2021
KITAB KOLOSE
(Seri:144)
Subtema: MUARA PENYEMBAHAN BERHALA
Oleh karena kemurahan hati TUHAN,
kita dihimpunkan untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan,
oleh karena kemurahan hati TUHAN tentunya. Kita bersyukur.
Segala puji, segala hormat, selayaknya hanya bagi Dia yang berada di dalam takhta kemuliaan-Nya. Saya juga tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, bahkan umat TUHAN yang senantiasa setia dalam ketekunan untuk digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia, baik di dalam, di tanah air, maupun di luar negeri, di mancanegara, di tiap-tiap negara: Shalom.
Selanjutnya, marilah kita berdoa,
dalam doa kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya Firman yang dibukakan itu
meneguhkan setiap kehidupan kita, membawa kita masuk dalam kesatuan tubuh,
membawa kita rendah tersungkur di kaki salib TUHAN, sujud menyembah Allah yang
hidup, itulah puncak ibadah kita di atas muka bumi ini, bagaikan berada di bawah
kepak sayap Allah, mendapatkan perlindungan, pertolongan dan kita dilindungi
sampai kepada puncak kesukaran.
Selanjutnya, marilah kita sambut
Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh
Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose. Sekarang kita memperhatikan Kolose 3, dan
masih berada pada ayat 19.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Singkat kata: Suami-suami
harus tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar,
berarti; jangan berlaku kasar terhadap dia, isterinya.
Kita bandingkan dengan 1 Petrus 3.
1 Petrus 3:7
(3:7) Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
Hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan
isterimu. Berarti, seorang
suami janganlah berlaku
kasar = Suami yang bijaksana.
Yesus Kristus
adalah Kepala Gereja dan Mempelai Laki-Laki Sorga, Dialah Suami dalam keadilan
dan kebenaran = Suami yang bijaksana.
Lebih lanjut
kita memperhatikan tentang KEBIJAKSANAAN di dalam Daniel 12.
Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
Orang-orang yang bijaksana itu sama seperti
bintang-bintang yang bercahaya di cakrawala. Kemudian, adapun tugas dari orang
yang bijaksana adalah menuntun banyak
orang kepada kebenaran.
Inilah tugas dari seorang yang bijaksana, yaitu menuntun banyak orang
dalam kebenaran. Demikian halnya Rasul Paulus terhadap sidang jemaat, secara
khusus terhadap jemaat di Korintus, pada 1 Korintus 10, dengan perikop: “Israel sebagai suatu
peringatan”.
1 Korintus 10:14-15
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (10:15) Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan!
Sebagai seorang
hamba TUHAN yang bijaksana, di sini kita melihat: Dengan tegas Rasul Paulus menghimbau
sidang jemaat di Korintus agar mereka menjauhkan diri mereka dari penyembahan
berhala.
1 Korintus 10:14, 19-20
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (10:19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat.
“Jauhilah penyembahan berhala.” Maksudnya di sini adalah supaya jemaat di Korintus janganlah bersekutu
dengan roh-roh jahat, seperti bangsa Israel selama 40 (empat puluh) tahun di
padang gurun, yang menjadi barisan yang
dipimpin oleh Musa, atau rombongan yang nampaknya beribadah kepada Allah, namun
sayangnya, persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan
kepada Allah, karena mereka ternyata bersekutu dengan roh-roh jahat.
1 Korintus 10:21
(10:21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
Perlu untuk diketahui: Kita tidak boleh bersekutu dengan TUHAN, namun
dalam kesempatan yang lain bersekutu dengan roh-roh jahat, supaya persembahan
yang kita persembahkan itu jangan sampai dipersembahkan kepada roh-roh jahat,
tetapi kalau kita dengan sungguh-sungguh bersekutu dengan TUHAN, maka segala
sesuatu yang kita persembahkan kepada TUHAN adalah persembahan kepada TUHAN,
bukan kepada roh-roh jahat.
1 Korintus 10:16-17
(10:16) Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? (10:17) Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.
Oleh sebab itu, perhatikanlah dengan baik, supaya kita benar-benar bersekutu dengan TUHAN; maka, segala sesuatu yang kita persembahkan adalah benar-benar kepada Allah, bukan lagi kepada roh-roh jahat. Kalau kita beribadah, kita bersekutu dengan TUHAN lewat ketekunan 3 (tiga) macam ibadah pokok, lewat ibadah-ibadah yang TUHAN percayakan, namun segala sesuatu yang kita persembahkan ternyata kepada roh-roh jahat, bukankah itu merugikan diri kita sendiri?
1 Korintus 10:18
(10:18) Perhatikanlah bangsa Israel menurut daging: bukankah mereka yang makan apa yang dipersembahkan mendapat bagian dalam pelayanan mezbah?
Kalau kita dengan sungguh-sungguh dan hati yang murni menghadap TUHAN,
melayani TUHAN, di tengah ibadah pelayanan kita di hadapan TUHAN, maka kita
dipelihara langsung oleh TUHAN. Camkanlah itu.
Kalau kita bersekutu dengan TUHAN, biarlah kita bersekutu dengan sungguh-sungguh; artinya, dalam kesempatan yang lain, janganlah kita bersekutu dengan roh-roh jahat.
Selanjutnya, marilah kita memperhatikan ROH-ROH
JAHAT tersebut di dalam 1 Korintus
10.
1 Korintus 10:6-10
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8) Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. (10:10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
Yang dimaksud
dengan persekutuan oleh roh-roh jahat adalah:
1. Pada ayat 6: Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat.
2.
Pada
ayat 7: Bangsa Israel menyembah berhala.
3.
Pada
ayat 8: Bangsa Israel melakukan percabulan.
4.
Pada
ayat 9: Bangsa Israel mencobai TUHAN.
5.
Pada
ayat 10: Bangsa Israel bersungut-sungut di hadapan TUHAN.
Kita masih lanjut mengikuti penjelasan
dari hal yang kedua.
Keterangan: BANGSA ISRAEL MENYEMBAH BERHALA.
Adapun peristiwa ini ditulis dalam kitab Musa yang kedua, yakni Keluaran 32:1-35. Namun, mari kita melihat Keluaran 32:1-35 menurut pembagiannya, antara lain:
A.
Ayat 1-6 tentang lembu
emas.
B.
Ayat 7-14 tentang murka
Allah kepada bangsa Israel.
C.
Ayat 15-20 tentang 2 (dua)
loh batu yang dipecahkan.
D.
Ayat 21-29 tentang Musa
marah kepada Harun, abangnya.
E.
Ayat 30-35 tentang Musa
berdoa untuk bangsa Israel.
Penjelasan tentang: LEMBU EMAS (KELUARAN 32:1-6)
Keluaran 32:1-6
(32:1) Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir -- kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia." (32:2) Lalu berkatalah Harun kepada mereka: "Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku." (32:3) Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun. (32:4) Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!" (32:5) Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: "Besok hari raya bagi TUHAN!" (32:6) Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.
Inti
dari Keluaran 32:1-6 adalah bangsa
Israel membuat patung lembu emas, menunjukkan bahwa; bangsa
Israel tidak setia kepada Allah yang telah membebaskan mereka dari penindasan (perbudakan)
Firaun dan Mesir.
Sejenak
tentang KETIDAK-SETIAAN
ini,
kita baca Mazmur 18.
Mazmur
18:26-27
(18:26) Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, (18:27) terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.
-
TUHAN berlaku setia
kepada orang yang setia.
-
TUHAN juga berlaku
tidak bercela terhadap orang yang tidak bercela.
-
Selanjutnya, TUHAN
berlaku suci terhadap orang yang suci.
Sebaliknya, TUHAN berlaku
belat-belit terhadap orang yang bengkok, yang hatinya tidak lurus.
Jadi, TUHAN memperlakukan kita
sesuai dengan perbuatan kita di hadapan TUHAN.
Pertanyaannya: Mengapa kita
harus berlaku setia, tidak bercela dan hidup suci di hadapan Allah?
Jawabannya, kita akan temukan pada
ayat 28-30.
Mazmur 18:28-30
(18:28) Karena Engkaulah yang menyelamatkan
bangsa yang tertindas, tetapi orang yang memandang dengan congkak Kaurendahkan. (18:29) Karena Engkaulah
yang membuat pelitaku bercahaya; TUHAN, Allahku, menyinari kegelapanku. (18:30) Karena dengan
Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dan dengan Allahku aku berani
melompati tembok.
Karena
Engkaulah yang menyelamatkan bangsa yang tertindas, karena TUHANlah yang menyelamatkan atau membebaskan bangsa yang
tertindas, seperti Israel dibebaskan dari penindasan Firaun dan Mesir, tetapi orang yang
memandang dengan congkak Kaurendahkan, dengan lain
kata; orang sombong direndahkan oleh TUHAN.
Karena
Engkaulah yang membuat pelitaku bercahaya, TUHAN Allah yang membuat pelita kita bercahaya; TUHAN, Allahku,
menyinari kegelapanku. Karena dengan
Engkau aku berani menghadapi gerombolan, dan dengan Allahku aku berani
melompati tembok.
Jadi, tadi pertanyaannya: Mengapa
kita harus berlaku setia, tidak bercela dan hidup suci di hadapan Allah?
Jawabnya ada 3 (tiga) hal:
1. Karena TUHANlah yang menyelamatkan atau membebaskan bangsa yang tertindas.
2. Karena TUHANlah yang membuat pelita kita bercahaya, TUHANlah yang menyinari
kegelapan kita, menyinari kita dari segala kegelapan dosa.
3. Karena TUHANlah yang membuat kita sehingga kita berani menghadapi
gerombolan, berani melompati segala tembok-tembok pembatas.
Tetapi kita sudah melihat: Pada
akhirnya, bangsa Israel bersekutu dengan roh-roh jahat selama perjalanan bangsa
Israel di padang gurun, selama 40 (empat puluh) tahun, dan salah satunya adalah
mereka menyembah patung anak lembu emas, menunjukkan bahwa mereka tidak setia
kepada TUHAN.
Ingat; TUHAN memperlakukan kita sesuai dengan tindakan dan perbuatan kita di hadapan TUHAN.
Kita kembali untuk membaca
Keluaran 32.
Keluaran 21:5-6
(32:5) Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: "Besok hari raya bagi TUHAN!" (32:6) Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.
Ketika Harun melihat
itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Setelah tampilnya wujud atau patung dari anak lembu emas tuangan, lalu Harun
dan bangsa itu mendirikan mezbah di depan patung anak lembu emas tuangan itu. Berserulah
Harun, katanya: "Besok hari raya bagi TUHAN!" Dan keesokan harinya
pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan
kepada lembu emas, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum;
kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.
Harun
mendirikan mezbah di depan lembu emas tersebut, lalu mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan. Pada minggu yang
lalu, tentang kedua korban ini telah disampaikan, bukan?
Intinya: Selanjutnya, mereka
mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan. Arti rohaninya untuk kita sekarang adalah;
-
Korban bakaran, artinya;
penyerahan diri sampai hangus, sampai menghanguskan diri.
- Korban keselamatan atau korban pendamaian sebagai tanda syukur, adalah bau harum di hadapan TUHAN. Maka, yang dipersembahkan dari korban keselamatan adalah lemak-lemaknya, sebagai tanda syukur kita kepada TUHAN. Kita memuji TUHAN dengan sorak-sorai, itu adalah tanda syukur kita kepada TUHAN, bahwa TUHAN sudah memperdamaikan dosa kita kepada Allah.
Pada minggu yang lalu, hal itu telah diuraikan, bukan?
Tetapi yang pasti, sesudah
mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, maka;
-
Duduklah bangsa itu untuk makan dan
minum.
- Bangunlah atau bangkitlah mereka dan bersukaria.
Kita bandingkan dengan 1 Korintus
10:7.
1 Korintus 10:7
(10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria."
Singkatnya:
- Duduklah bangsa itu untuk makan dan minum.
- Kemudian, bangunlah (bangkitlah) mereka dan bersukaria.
Inilah arah atau muara dari penyembahan berhala.
Kalau kita menghadap TUHAN dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah yang TUHAN percayakan di atas muka
bumi ini, janganlah kita datang dengan menjalankan ibadah secara
lahiriah, sebab nanti arah atau muara dari ibadah lahiriah adalah duduk
makan dan minum, kemudian bangunlah bangsa itu untuk bersukaria.
Oleh sebab itu, sekali lagi saya
sampaikan dengan tandas: Jangan kita datang menghadap TUHAN atau menjalankan
ibadah secara lahiriah, jangan. Misalnya; mulut memuji TUHAN, tetapi
hatinya jauh dari Firman yang disampaikan, hatinya jauh dari pembukaan Firman, maka nanti muaranya adalah duduk
makan dan minum, kemudian bangun (bangkit) untuk
bersukaria.
-
Duduklah bangsa itu
untuk makan dan minum, jelas hal ini
menunjuk kepada; kepuasan
daging. Prakteknya adalah
merokok, narkoba, mabuk-mabukan dan minum-minuman keras.
- Bangunlah mereka dan bersukaria, dalam ejaan lama disebut; bangkitlah mereka itu berdiri hendak bermain ramai-ramai. Jelas hal ini menunjuk kepada; kebebasan untuk berbuat asusila = seks bebas.
Jadi, kalau pemupukan daging
terjadi, maka arahnya adalah makan minum dan seks bebas. Oleh sebab itu, Rasul Paulus menyampaikan kepada Timotius dengan tegas: Latihlah
dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya. Tetapi kalau terjadi pemupukan
terhadap daging, maka arahnya adalah makan minum, kawin dan mengawinkan (seks
bebas).
Oleh sebab itu, kalau saja TUHAN
kirim akal budi dan kebijaksanaan di tengah-tengah perhimpunan ibadah ini untuk
selanjutnya menuntun kita kepada kebenaran, maka bersyukur saja. Jangan kita ngomel,
jangan kita bersungut-sungut, jangan kita jengkel di hati, jangan kita
merongkol di hati karena tidak sesuai dengan hati, supaya arah dari ibadah ini
jangan kepada duduk untuk makan dan minum, lalu bangkit untuk melakukan seks
bebas.
Sementara, kalau kita bandingkan dengan pengalaman kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus adalah kematian untuk mengubur hidup lama, selanjutnya bangkit pada hari ketiga = hidup baru, bukan kepuasan daging, bukan seks bebas.
Dahulu, sebelum kita tegas
memikul salib, banyak kali kita bersungut-sungut terhadap salib itu sendiri. Demikian
juga 3 (tiga) tahun lamanya kurang lebih -- kalau saya tidak salah --, orang
tua saya
(mama) memaksa saya untuk
menjadi hamba TUHAN, padahal saya tidak suka menjadi hamba TUHAN; melihat
salib, saya sudah ngeri duluan; melihat kesucian, sudah ngeri duluan.
Tetapi setelah salib diselami didalami, ternyata hidup jauh lebih indah.
Jadi, makan minum dan kawin
mengawinkan (seks bebas) merupakan puncak dosa di akhir zaman; sama halnya pada
zaman Nuh, hal itu terjadi. Sebelum terjadi air bah, dosa itu memuncak sampai
kepada makan minum dan kawin mengawinkan.
Kita harus bersyukur kepada TUHAN;
- Manakala ibadah dihubungkan dengan salib = Persekutuan dengan darah salib.
-
Kemudian, menikmati
roti yang dipecah-pecahkan, Firman yang dibukakan, itu adalah persekutuan
dengan tubuh Kristus.
Kita tidak mungkin menyatu antara
yang satu dengan yang lain, suku satu dengan suku yang lain, bangsa satu dengan
bangsa yang lain, kalau kita tidak menikmati roti yang satu itu, itulah pribadi
Yesus yang dipecah-pecahkan di atas kayu salib.
Dan kalau kita dengan sungguh-sungguh, dengan tulus dan murni di dalam hal menjalankan ibadah, maka kita dipelihara oleh TUHAN. Jadi, janganlah kita datang bersekutu dengan TUHAN, tetapi dalam kesempatan yang lain, kita justru bersekutu dengan roh-roh jahat; maka, tentu saja nanti persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada TUHAN Yesus.
Mari kita lihat peristiwa yang
sama, di mana sebelum datangnya air bah, dosa itu memuncak sampai kepada duduk makan
minum, kemudian bangkit untuk
seks bebas, di dalam Matius
24, dengan perikop: “Nasihat supaya berjaga-jaga”. Jangan saudara
merasa aman dengan kedudukan yang ada, jabatan yang ada, uang yang ada, harta
yang ada, tetapi berjaga-jagalah.
Matius 24:37-39
(24:37) "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. (24:38) Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, (24:39) dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
Sebab
sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan
Anak Manusia. Zaman Nuh dengan hal kedatangan Yesus untuk yang kedua
kali, itu sama; dosa itu akan memuncak, yaitu: Sebab sebagaimana
mereka pada zaman sebelum air bah itu, bangsa itu (umat
itu) sebelum air bah tiba, mereka sibuk dengan dosa makan dan minum, kemudian kawin
dan mengawinkan, sampai kepada hari
Nuh masuk ke dalam bahtera yang bertingkat tiga -- jelas, itu gambaran dari Tabernakel --, dan mereka tidak
tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua,
demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
Orang-orang pada zaman Nuh sebelum air bah tiba, mereka itu sibuk dengan
dosa makan minum, dilanjutkan sibuk dengan dosa kawin dan mengawinkan. Demikian
pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
Jadi, dosa makan dan
minum, dosa kawin dan mengawinkan adalah dosa
akhir zaman; itu adalah puncak dosa, dan itu terjadi
pada akhir zaman.
Saya melihat, dosa makan minum
ini benar-benar sudah merajalela di setiap daerah; bukan hanya di kota, tetapi
sudah sampai ke setiap daerah-daerah, sampai kepada pelosok-pelosok. Tempat
tinggal kami, di Perumahan Perumnas Cibeber Cilegon berdampingan dengan Perumahan
Pondok Cilegon Indah; dahulu, soal kuliner itu sepi, tetapi sekarang, untuk
masuk sampai kepada Perumahan Perumnas Cilegon, dari pintu gerbang Pondok
Cilegon Indah sampai ke Perumahan Perumnas Cibeber, itu sudah full kuliner
di pinggir jalan, bahkan di setiap lorong-lorong gang perumahan pun full kuliner.
Jadi, sudah jelas ini adalah tanda dosa makan minum.
Kemudian, di tempat kuliner itu pun juga disediakan karaoke untuk bermain ramai-ramai, kebebasan yang mengarah kepada seks bebas, sehingga ketika karaoke itu dijalankan, ketika nyayian dunia itu diputar, orang-orang yang ada di situ bangkit lalu berjoged ria, bermain ramai-ramai. Itu merupakan bukti bahwa sekarang ini adalah akhir zaman.
Jadi, jangan kita sama seperti orang-orang
pada zaman Nuh; sebelum air bah tiba melenyapkan mereka, mereka sibuk dengan dosa
makan minum yang dilanjutkan dengan dosa kawin mengawinkan. Ini harus menjadi
perhatian khusus bagi kita; jangan anggap enteng sebelum menyesal dengan
sejadi-jadinya.
Pendeknya: Dosa makan minum dan
kawin mengawinkan adalah puncak dosa.
Lebih jauh kita melihat tentang
makan minum dan kawin mengawinkan, di dalam Injil Matius 22, dengan perikop: “Pertanyaan
orang Saduki tentang kebangkitan”. Hal ini terkait dengan ragi Saduki.
Matius 22:23
(22:23) Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya:
Ragi
Saduki adalah tidak percaya dengan adanya kebangkitan.
Kalau ...
- Ragi Farisi adalah munafik; luar dan dalam tidak sama.
-
Ragi Herodes adalah
membunuh.
Itu adalah ragi khusus. Tetapi,
kalau ragi secara umum adalah keburukan dan kejahatan.
Tetapi yang kita perhatikan di
sini adalah ragi Saduki, yaitu tidak percaya dengan adanya kebangkitan.
Matius 22:23B-27
(22:23) Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: (22:24) "Guru, Musa mengatakan, bahwa jika seorang mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. (22:25) Tetapi di antara kami ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin, tetapi kemudian mati. Dan karena ia tidak mempunyai keturunan, ia meninggalkan isterinya itu bagi saudaranya. (22:26) Demikian juga yang kedua dan yang ketiga sampai dengan yang ketujuh.
(22:27) Dan akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itu pun mati. (22:28)
Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan itu
pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan dia."
Mereka bertanya
kepada-Nya, mereka bertanya kepada Yesus: "Guru, Musa
mengatakan, bahwa jika seorang laki-laki -- seorang itu selalu
menunjuk laki-laki -- mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya
laki-laki yang lain -- atau adik laki-laki yang persis di bawahnya -- harus
kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan marganya bagi
saudaranya itu.
Tetapi di antara kami
ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin, tetapi kemudian mati. Dan
karena ia tidak mempunyai keturunan, ia meninggalkan isterinya itu bagi
saudaranya. Demikian juga yang kedua dan yang ketiga sampai dengan yang
ketujuh. Tujuh bersaudara kawin dengan satu perempuan. Dan
akhirnya, sesudah mereka semua, perempuan itu pun mati. Sesudah 7 (tujuh) laki-laki
bersaudara ini mati, maka satu perempuan yang dikawini oleh 7 (tujuh)
bersaudara ini, juga akhirnya mati.
Selanjutnya, orang-orang Saduki
bertanya: Siapakah di antara ketujuh orang itu yang menjadi suami perempuan
itu pada hari kebangkitan? Sebab mereka semua telah beristerikan dia.
Kesimpulannya: Kalau tidak percaya
dengan adanya kebangkitan, maka akan dikuasai oleh dosa kawin dan mengawinkan, bermain ramai-ramai, itulah dosa seks bebas.
Selanjutnya, kita akan
memperhatikan 1 Korintus 15, dengan
perikop: “Kebangkitan kita”.
1 Korintus 15:32-33
(15:32) Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati". (15:33) Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.
Kalau hanya
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja, atau melayani sesuai dengan tolak ukur cara berpikir manusiawi, Rasul Paulus
berkata; Aku telah berjuang melawan binatang
buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku, apa gunanya berjuang di tengah ibadah dan pelayanan? Jika orang mati
tidak dibangkitkan, tidak ada kebangkitan, maka "marilah kita makan
dan minum, sebab besok kita mati", dengan lain kata, Rasul Paulus
berkata: “Ayo, kita makan dan minum saja, bersenang-senang, karena besok
mati juga”.
Selain makan dan minum, ada lagi
pada ayat 33: “Janganlah
kamu sesat” Yang dimaksud sesat adalah pergaulan yang buruk, itulah
seks bebas.
Di sini kita perhatikan: Rasul
Paulus berkata: Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita
makan dan minum,
dilanjutkan dengan pergaulan yang buruk, kawin dan mengawinkan, seks bebas, sebab besok kita mati"
Pendeknya:
Jika
seseorang dikuasai oleh dosa makan dan minum, kawin dan mengawinkan,
menunjukkan bahwa dia tidak mempunyai hari esok.
Kalau seseorang ...
- hidup dengan dosa makan minum à Kepuasan daging oleh dosa merokok, narkoba, mabuk-mabukan,
-
kemudian, hidup
dengan dosa kawin dan mengawinkan, itulah dosa seks bebas,
dan ia mencemplungkan diri di
dalamnya, menikmatinya, dan tidak mau lepas dari situ, menunjukkan bahwa bagi
dia tidak ada hari esok.
Jadi, kalau seseorang masih senantiasa berusaha untuk memuaskan, mencari kepuasan daging lewat makan minum, berusaha mencari kepuasan lewat kenajisan, itu adalah gambaran dari orang Kristen yang cara berpikirnya pendek, dan bagi dia tidak ada hari esok, persis seperti yang dikatakan Rasul Paulus: Kalau tidak ada kebangkitan, tidak ada hidup, tidak ada masa depan, ayo, mari kita makan minum, puaskan tabiat daging, lanjut kawin dan mengawinkan, puaskan dalam dosa seks bebas; tidak ada lagi hari esok. Seperti itulah gambaran dari bangsa Israel ketika mereka duduk untuk makan dan minum, lalu bangkit untuk bersukaria.
Di dalam Kristus dan oleh
kebangkitan-Nya, ada hari esok.
Kita akan memperhatikan ayat 12
dan seterusnya, dengan perikop: “Kebangkitan kita”, berarti; ada hari
esok, karena Kristus telah bangkit, maut telah dikalahkan.
1 Korintus 15:12-19
(15:12) Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? (15:13) Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. (15:14) Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. (15:15) Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus -- padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan. (15:16) Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. (15:17) Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. (15:18) Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. (15:19) Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.
Jadi, bilamana kami
beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati ... Bilamana seorang hamba TUHAN menceritakan tentang kebangkitan Kristus
dan kuasa-Nya, bagaimana mungkin ada di antara kamu, itulah orang-orang
Saduki yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?
Sementara Rasul Paulus telah menceritakan Injil, secara khusus pengalaman Yesus dalam kematian, kebangkitan dan akhirnya dipermuliakan, saat Ia naik ke sorga; tetapi ada pula yang mengatakan bahwa kebangkitan dari orang mati itu tidak ada, berarti tidak ada lagi masa depan, tidak ada lagi hari esok, tidak ada lagi kemuliaan kekal, tidak ada lagi hidup kekal.
Ingat: Kalau tidak ada
kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Kalau tidak
ada kebangkitan orang mati, maka Kristus pun tidak akan mati dan bangkit, dan tidak
akan dipermuliakan. Lalu, apa
artinya kita datang beribadah kepada TUHAN, kalau pada akhirnya
kita tidak dipermuliakan bersama dengan Dia? Tentu saja semua ini sia-sia kita kerjakan, walaupun disertai dengan jerih
payah, jerih lelah, ditandai dengan korban ini, korban itu.
Tetapi andaikata
Kristus tidak dibangkitkan, seandainya
benar-benar Yesus Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan
kami, sia-sialah
Injil yang disampaikan, dan sia-sialah juga
kepercayaan kamu, sia-sialah kita percaya kepada
TUHAN Yesus; tidak ada gunanya. Untuk apa percaya kepada orang mati yang
tidak bangkit?
Lebih dari pada itu
kami ternyata berdusta terhadap Allah ... Kalau
rasul Paulus berkata “Yesus telah dibangkitkan”,
tetapi ternyata Yesus tidak bangkit, maka dia adalah hamba TUHAN pendusta. Tetapi
saya katakan malam ini: Rasul Paulus bukanlah seorang
hamba TUHAN pendusta, melainkan dia adalah seorang hamba TUHAN yang bijaksana,
yang tegas dalam pendirian, tegas dalam pemberitaan Injil.
Karena tentang Dia
kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus -- padahal Ia tidak
membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan.
Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak
dibangkitkan. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan
kamu, sia-sialah kita percaya kepada TUHAN Yesus Kristus,
dan kalau Kristus tidak dibangkitkan, maka kamu masih hidup dalam dosamu,
dengan lain kata; setiap orang, setiap yang hidup dikuasai dosa, mulai dari
dosa makan minum (kepuasan daging), sampai kepada dosa kawin dan mengawinkan
(seks bebas). Itulah kalau Yesus tidak dibangkitkan dari antara orang mati.
Tetapi yang sebenarnya adalah Yesus
telah dibangkitkan dan maut telah dikalahkan. Kita bersyukur kepada Allah yang
esa, Allah yang berkuasa, TUHAN dan Juruselamat, Dialah Allah sesembahan kita, Dialah
yang berdaulat atas kehidupan kita, bukan berhala.
Demikianlah binasa
juga orang-orang yang mati dalam Kristus. Bukan hanya hidup di dalam dosa, tetapi sampai ujungnya; maut menjemput.
Sia-sialah kalau akhirnya binasa; sia-sialah pengikutan kita, sia-sialah kita
percaya kepada Allah yang esa, sia-sialah kita korban tenaga, pikiran, waktu,
uang, harta, apapun yang kita korbankan; sia-sialah kita dengan segala sesuatu
yang sudah kita perjuangkan ini, kalau memang ternyata Yesus Kristus tidak
dibangkitkan dari antara orang mati, dan ujungnya binasa.
Tetapi kita menghadap TUHAN lewat
ibadah yang TUHAN percayakan ini, supaya kita hidup dan dipermuliakan bersama
dengan Dia, kalau kita tekun di dalam kematian dan kebangkitan, selama kita ada
hidup di bumi ini.
Puji TUHAN ... Haleluya ... Tidak
ada salahnya kita membuka mulut untuk memuji TUHAN. Kalau untuk yang kita
gemari saja kita buka mulut, cepat-cepat meresponi, kok kepada TUHAN
yang mulia tidak respon?
Siapa yang ingin mendapatkan atau memperoleh
hidup, mari kita lihat JALAN KELUARNYA. Tetapi ingat, ibadah ini kita jalankan di hadapan TUHAN tidak sia-sia;
ibadah ini mengandung janji, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang
akan datang.
Kita perhatikan JALAN KELUARNYA di
dalam Matius 24. Kita kembali kepada Matius 24, mengapa? Karena dalam
setiap persoalan, selalu ada jalan keluarnya di dalam TUHAN.
Kita perhatikan Matius 24:40-42, namun terlebih dahulu kita membaca ayat 37, dengan perikop: “Nasihat supaya berjaga-jaga”. Berjaga-jagalah, sebab memang kita semua harus berjaga-jaga. Jangan seperti dalam 1 Tesalonika 5, di mana mereka berkata: “Semuanya damai dan aman”, sementara mereka berfoya-foya pada siang hari, mereka memboroskan hartanya. Yang seharusnya adalah mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam, tetapi justru mereka mabuk hawa nafsu daging di siang hari, sehingga harta rohani yang dipercayakan oleh TUHAN diboroskan begitu saja. Perhatikanlah itu.
Matius 24:37-42
(24:37) "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. (24:38) Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, (24:39) dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. (24:40) Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; (24:41) kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. (24:42) Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
Sebab sebagaimana
halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. Ini adalah tanda akhir zaman, di mana dosa akhir zaman adalah dosa
makan minum, kawin dan mengawinkan, seperti pada masa
(zaman) Nuh, sebelum air bah datang, mereka sibuk makan dan minum, kawin dan
mengawinkan.
Sebab sebagaimana
mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan,
sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, dan mereka tidak tahu akan
sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian
pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
Intinya: Dosa makan minum, kawin
dan mengawinkan itu membinasakan. Ini adalah persoalan besar, tetapi ada
solusinya, ada jalan keluarnya. Tidak ada sesuatu yang mustahil di dalam TUHAN;
tidak ada sesuatu yang mustahil bagi TUHAN; tidak ada sesuatu yang mustahil
bagi orang-orang yang percaya kepada Dia. Artinya, harus ada kerja
sama antara manusia dengan TUHAN.
Oleh sebab itu, mari, selanjutnya
kita perhatikan ayat 40-42:
- Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan;
- kalau ada dua orang perempuan -- itu berbicara tentang gereja TUHAN -- sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan, itu akan terjadi.
-
Karena itu
berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
JALAN
KELUARNYA ialah:
1. Dimulai
dari ladang. Ini adalah kegiatan
yang terkait dengan ROH ALLAH.
2.
Kemudian batu
kilangan. Ini
adalah kegiatan yang terkait dengan FIRMAN ALLAH.
3. Kemudian berjaga-jaga. Ini adalah kegiatan yang terkait dengan KASIH ALLAH. Praktek dari kasih Allah adalah doa penyembahan; hanyut dan tenggelam, atau dihisap oleh kasih Allah.
Kegiatan berjaga-jaga adalah
kegiatan yang terkait dengan kasih Allah, dengan prakteknya adalah doa
penyembahan. Tetapi, harus dimulai dari ...
- Kegiatan pertama, yaitu ladang; terkait dengan Roh Allah.
- Kegiatan kedua adalah batu kilangan, terkait dengan Firman Allah.
- Barulah kegiatan ketiga, yaitu berjaga-jaga; kegiatan ini terkait dengan kasih Allah, prakteknya; doa penyembahan. Hanyut dan tenggelam dalam kasih Allah, dihisap oleh kasih Allah, itulah doa penyembahan.
Kita perhatikan Matius 26, dengan
perikop: “Di taman Getsemani.”
Matius 26:40-41
(26:40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? (26:41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."
Setelah
itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Bukan hanya satu murid, tetap “murid-murid”, semua murid tidur. Artinya; manusia, termasuk
hamba TUHAN, 12 (dua belas murid), 12 (dua belas) rasul belum sempurna,
masih ada kelemahan, sehingga sekali waktu rohani tertidur;
tetapi jangan biarkan rohani tertidur untuk selama-lamanya, apapun alasannya dan apapun yang terjadi.
Yesus berkata kepada Petrus: "Tidakkah
kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? Berjaga-jagalah dan
berdoalah."
Singkat kata: Berjaga-jaga adalah
kegiatan di dalam doa penyembahan. Doa dan
penyembahan, itulah berjaga-jaga.
Oleh sebab itu, ibadah kita di bumi ini harus
sampai kepada puncaknya, itulah doa penyembahan = berjaga-jaga, sehingga apapun yang terjadi sampai kepada tibanya hari TUHAN, maka kita
tidak takut, karena kondisi rohani senantiasa berjaga-jaga.
Itulah yang saya maksud dalam
kesempatan Ibadah Raya Minggu: Beribadah tidak sama dengan orang yang
tergembala, tetapi orang yang tergembala sudah pasti beribadah, berbakti dan
menyembah kepada Allah yang hidup.
Banyak orang Kristen yang tidak
paham soal puncak ibadah; mereka mengukur ibadahnya dengan pikirannya, sehingga
yang penting baginya hanyalah “ibadah” saja. Tidak salah jika beribadah, tetapi
harus juga mempunyai pengertian; kalau tidak mempunyai pengertian, maka kita
tidak dapat menyenangkan hati TUHAN dalam setiap kali kita beribadah. Kalau
kita sudah mempunyai pengertian karena dituntun oleh akal budi dan kebijaksanaan
oleh pembukaan Firman, maka kita dapat menyenangkan hati TUHAN dalam setiap
pertemuan ibadah.
Mari kita lihat DOA PENYEMBAHAN dalam Wahyu 8, dengan perikop: “Meterai yang ketujuh”
Wahyu 8:2-4
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Maka datanglah
seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan
emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya
bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta
itu.
Di
sini kita melihat; ada kegiatan membakar
ukupan, membakar kemenyan, lalu asapnya naik. Saya berharap, kegiatan semacam ini sudah
seharusnya kita alami, sebab ini adalah puncak ibadah.
Maka naiklah asap
kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu
ke hadapan Allah.
Singkat kata, di sini kita
melihat: Kegiatan membakar ukupan, karena kepada satu malaikat yang kuat ini,
kepadanya diberikan kemenyan yang banyak untuk dibakar. Kegiatan membakar
ukupan, ini adalah kegiatan dalam doa penyembahan. Dan penyembahan itu bagaikan
asap dupa kemenyan yang naik menembusi takhta Allah, itulah yang membawa kita
dari bumi sampai menembusi Sorga.
Kegiatan membakar ukupan ini
harus kita alami. Doa
penyembahan ini adalah puncak dari ibadah di bumi
yang harus kita alami, tidak bisa tidak.
Jadi, bukan hanya kegiatan di
ladang, bukan hanya kegiatan di dalam batu kilangan, tetapi juga kegiatan
berjaga-jaga, itulah doa penyembahan, harus kita alami selama kita ada di bumi
ini; itulah yang membawa kita sampai menembusi takhta Allah.
Kiranya kegiatan doa penyembahan ini nanti membawa kita tembus masuk ke dalam Kerajaan Sorga; upah yang akan kita terima dari sorga.
Kita perhatikan Mazmur 141,
dengan perikop: “Doa dalam pencobaan”
Mazmur 141:2
(141:1) Mazmur Daud. Ya TUHAN, aku berseru kepada-Mu, datanglah segera kepadaku, berilah telinga kepada suaraku, waktu aku berseru kepada-Mu! (141:2) Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.
Daud
berkata: Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan.
Tadi di dalam Wahyu 8:3-4,
seorang malaikat yang kuat mengadakan suatu kegiatan, sebagai puncak kegiatan
(puncak ibadah), adalah membakar kemenyan, membakar ukupan. Kemudian, dalam
Mazmur 141:2, Daud berkata: Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti
persembahan ukupan, itulah doa penyembahan.
Jadi, ketika Daud berkata: Biarlah doaku
adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, berarti; doa itu ada tingkatannya (tingkatan doa itu ada), mulai dari;
1. Doa
permohonan (doa minta- minta).
2. Kemudian
doa
syafaat. Walaupun untuk
kepentingan negara atau golongan, tetapi ini masih minta-minta.
3. Meningkat lebih tinggi lagi; doa syukur, bukan meminta, tetapi syukur saja atas apapun yang terjadi. Enak, tidak
enak, diberkati atau pun seolah-olah tidak diberkati, namun syukur saja.
4.
Lalu puncaknya adalah
persembahan ukupan, itulah doa penyembahan.
Jadi, sudah sangat jelas; puncak dari kegiatan, puncak dari ibadah adalah doa penyembahan.
Lalu, persamaan dari doa
penyembahan (persembahan ukupan) adalah “dan
tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.” Dua tangan yang
terangkat melebihi kepala, itu merupakan tanda penyerahan diri sepenuhnya
kepada TUHAN, itulah doa penyembahan.
Jadi, kalau “angkat tangan”,
jangan lurus ke depan, seperti memberkati, melainkan harus tegak lurus ke atas,
naik terangkat. Siapa yang mau naik terangkat ke sorga? Maka, angkatlah tangan
tinggi-tinggi melebihi kepala, sebab TUHAN yang lebih mulia dari kepala kita.
Enak bukan, jika kita memiliki pengertian? Jangan tanggung-tanggung kita kalau
datang beribadah, melainkan harus full, segenap hati, tidak usah memakai
perasaan lagi dalam mengikuti TUHAN.
Kalau
kita mengikuti jejak salib Kristus, maka
semua tabiat daging rontok, termasuk gengsi rontok, harga diri
rontok, dosa masa lalu pun rontok, sampai jejak yang terakhir, itulah kegiatan
yang terakhir, yaitu doa penyembahan. Kegiatan membakar ukupan adalah jejak
Kristus yang terakhir.
Satu malaikat yang kuat dalam Wahyu 8:3-4, tidak lain tidak bukan,
itu adalah pribadi Yesus sebagai Imam Besar. Tugas Imam Besar adalah memimpin
ibadah ini untuk dibawa sampai ke sorga.
Ayo, mulai dari sekarang,
buktikanlah penyerahan dirimu, tanda bahwa ibadah kita sudah memuncak sampai
kepada doa penyembahan. Kekekalan; Penyembahan. Kekekalan; Penyerahan diri.
(Seri:144)
Segala puji, segala hormat, selayaknya hanya bagi Dia yang berada di dalam takhta kemuliaan-Nya. Saya juga tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, bahkan umat TUHAN yang senantiasa setia dalam ketekunan untuk digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia, baik di dalam, di tanah air, maupun di luar negeri, di mancanegara, di tiap-tiap negara: Shalom.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
(3:7) Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (10:15) Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan!
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (10:19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan roh-roh jahat.
(10:21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
(10:16) Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? (10:17) Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.
-
Ibadah dan pelayanan yang dihubungkan langsung dengan salib = Persekutuan dengan darah salib Kristus.
- Kemudian, menikmati roti yang
dipecah-pecahkan, yakni Firman Allah yang dibukakan, itu adalah persekutuan
dengan tubuh Kristus = terwujudnya kesatuan tubuh yang berbeda-beda.
Oleh sebab itu, perhatikanlah dengan baik, supaya kita benar-benar bersekutu dengan TUHAN; maka, segala sesuatu yang kita persembahkan adalah benar-benar kepada Allah, bukan lagi kepada roh-roh jahat. Kalau kita beribadah, kita bersekutu dengan TUHAN lewat ketekunan 3 (tiga) macam ibadah pokok, lewat ibadah-ibadah yang TUHAN percayakan, namun segala sesuatu yang kita persembahkan ternyata kepada roh-roh jahat, bukankah itu merugikan diri kita sendiri?
(10:18) Perhatikanlah bangsa Israel menurut daging: bukankah mereka yang makan apa yang dipersembahkan mendapat bagian dalam pelayanan mezbah?
Kalau kita bersekutu dengan TUHAN, biarlah kita bersekutu dengan sungguh-sungguh; artinya, dalam kesempatan yang lain, janganlah kita bersekutu dengan roh-roh jahat.
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8) Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular. (10:10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
1. Pada ayat 6: Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat.
Keterangan: BANGSA ISRAEL MENYEMBAH BERHALA.
Adapun peristiwa ini ditulis dalam kitab Musa yang kedua, yakni Keluaran 32:1-35. Namun, mari kita melihat Keluaran 32:1-35 menurut pembagiannya, antara lain:
(32:1) Ketika bangsa itu melihat, bahwa Musa mengundur-undurkan turun dari gunung itu, maka berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata kepadanya: "Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir -- kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia." (32:2) Lalu berkatalah Harun kepada mereka: "Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada pada telinga isterimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya kepadaku." (32:3) Lalu seluruh bangsa itu menanggalkan anting-anting emas yang ada pada telinga mereka dan membawanya kepada Harun. (32:4) Diterimanyalah itu dari tangan mereka, dibentuknya dengan pahat, dan dibuatnyalah dari padanya anak lembu tuangan. Kemudian berkatalah mereka: "Hai Israel, inilah Allahmu, yang telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir!" (32:5) Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: "Besok hari raya bagi TUHAN!" (32:6) Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.
(18:26) Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, (18:27) terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.
Mazmur 18:28-30
Jawabnya ada 3 (tiga) hal:
1. Karena TUHANlah yang menyelamatkan atau membebaskan bangsa yang tertindas.
Ingat; TUHAN memperlakukan kita sesuai dengan tindakan dan perbuatan kita di hadapan TUHAN.
Keluaran 21:5-6
(32:5) Ketika Harun melihat itu, didirikannyalah mezbah di depan anak lembu itu. Berserulah Harun, katanya: "Besok hari raya bagi TUHAN!" (32:6) Dan keesokan harinya pagi-pagi maka mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, sesudah itu duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria.
- Korban keselamatan atau korban pendamaian sebagai tanda syukur, adalah bau harum di hadapan TUHAN. Maka, yang dipersembahkan dari korban keselamatan adalah lemak-lemaknya, sebagai tanda syukur kita kepada TUHAN. Kita memuji TUHAN dengan sorak-sorai, itu adalah tanda syukur kita kepada TUHAN, bahwa TUHAN sudah memperdamaikan dosa kita kepada Allah.
Pada minggu yang lalu, hal itu telah diuraikan, bukan?
- Bangunlah atau bangkitlah mereka dan bersukaria.
1 Korintus 10:7
(10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria."
- Duduklah bangsa itu untuk makan dan minum.
- Kemudian, bangunlah (bangkitlah) mereka dan bersukaria.
Inilah arah atau muara dari penyembahan berhala.
- Bangunlah mereka dan bersukaria, dalam ejaan lama disebut; bangkitlah mereka itu berdiri hendak bermain ramai-ramai. Jelas hal ini menunjuk kepada; kebebasan untuk berbuat asusila = seks bebas.
Sementara, kalau kita bandingkan dengan pengalaman kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus adalah kematian untuk mengubur hidup lama, selanjutnya bangkit pada hari ketiga = hidup baru, bukan kepuasan daging, bukan seks bebas.
- Manakala ibadah dihubungkan dengan salib = Persekutuan dengan darah salib.
Dan kalau kita dengan sungguh-sungguh, dengan tulus dan murni di dalam hal menjalankan ibadah, maka kita dipelihara oleh TUHAN. Jadi, janganlah kita datang bersekutu dengan TUHAN, tetapi dalam kesempatan yang lain, kita justru bersekutu dengan roh-roh jahat; maka, tentu saja nanti persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada TUHAN Yesus.
(24:37) "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. (24:38) Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, (24:39) dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.
Kemudian, di tempat kuliner itu pun juga disediakan karaoke untuk bermain ramai-ramai, kebebasan yang mengarah kepada seks bebas, sehingga ketika karaoke itu dijalankan, ketika nyayian dunia itu diputar, orang-orang yang ada di situ bangkit lalu berjoged ria, bermain ramai-ramai. Itu merupakan bukti bahwa sekarang ini adalah akhir zaman.
Matius 22:23
(22:23) Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya:
- Ragi Farisi adalah munafik; luar dan dalam tidak sama.
(22:23) Pada hari itu datanglah kepada Yesus beberapa orang Saduki, yang berpendapat, bahwa tidak ada kebangkitan. Mereka bertanya kepada-Nya: (22:24) "Guru, Musa mengatakan, bahwa jika seorang mati dengan tiada meninggalkan anak, saudaranya harus kawin dengan isterinya itu dan membangkitkan keturunan bagi saudaranya itu. (22:25) Tetapi di antara kami ada tujuh orang bersaudara. Yang pertama kawin, tetapi kemudian mati. Dan karena ia tidak mempunyai keturunan, ia meninggalkan isterinya itu bagi saudaranya. (22:26) Demikian juga yang kedua dan yang ketiga sampai dengan yang ketujuh.
1 Korintus 15:32-33
(15:32) Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati". (15:33) Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.
- hidup dengan dosa makan minum à Kepuasan daging oleh dosa merokok, narkoba, mabuk-mabukan,
Jadi, kalau seseorang masih senantiasa berusaha untuk memuaskan, mencari kepuasan daging lewat makan minum, berusaha mencari kepuasan lewat kenajisan, itu adalah gambaran dari orang Kristen yang cara berpikirnya pendek, dan bagi dia tidak ada hari esok, persis seperti yang dikatakan Rasul Paulus: Kalau tidak ada kebangkitan, tidak ada hidup, tidak ada masa depan, ayo, mari kita makan minum, puaskan tabiat daging, lanjut kawin dan mengawinkan, puaskan dalam dosa seks bebas; tidak ada lagi hari esok. Seperti itulah gambaran dari bangsa Israel ketika mereka duduk untuk makan dan minum, lalu bangkit untuk bersukaria.
1 Korintus 15:12-19
(15:12) Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? (15:13) Kalau tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. (15:14) Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. (15:15) Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan, bahwa Ia telah membangkitkan Kristus -- padahal Ia tidak membangkitkan-Nya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan. (15:16) Sebab jika benar orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. (15:17) Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. (15:18) Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus. (15:19) Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.
Sementara Rasul Paulus telah menceritakan Injil, secara khusus pengalaman Yesus dalam kematian, kebangkitan dan akhirnya dipermuliakan, saat Ia naik ke sorga; tetapi ada pula yang mengatakan bahwa kebangkitan dari orang mati itu tidak ada, berarti tidak ada lagi masa depan, tidak ada lagi hari esok, tidak ada lagi kemuliaan kekal, tidak ada lagi hidup kekal.
Kita perhatikan Matius 24:40-42, namun terlebih dahulu kita membaca ayat 37, dengan perikop: “Nasihat supaya berjaga-jaga”. Berjaga-jagalah, sebab memang kita semua harus berjaga-jaga. Jangan seperti dalam 1 Tesalonika 5, di mana mereka berkata: “Semuanya damai dan aman”, sementara mereka berfoya-foya pada siang hari, mereka memboroskan hartanya. Yang seharusnya adalah mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam, tetapi justru mereka mabuk hawa nafsu daging di siang hari, sehingga harta rohani yang dipercayakan oleh TUHAN diboroskan begitu saja. Perhatikanlah itu.
(24:37) "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. (24:38) Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, (24:39) dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. (24:40) Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; (24:41) kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. (24:42) Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.
- Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan;
- kalau ada dua orang perempuan -- itu berbicara tentang gereja TUHAN -- sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan, itu akan terjadi.
3. Kemudian berjaga-jaga. Ini adalah kegiatan yang terkait dengan KASIH ALLAH. Praktek dari kasih Allah adalah doa penyembahan; hanyut dan tenggelam, atau dihisap oleh kasih Allah.
- Kegiatan pertama, yaitu ladang; terkait dengan Roh Allah.
- Kegiatan kedua adalah batu kilangan, terkait dengan Firman Allah.
- Barulah kegiatan ketiga, yaitu berjaga-jaga; kegiatan ini terkait dengan kasih Allah, prakteknya; doa penyembahan. Hanyut dan tenggelam dalam kasih Allah, dihisap oleh kasih Allah, itulah doa penyembahan.
(26:40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? (26:41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Kiranya kegiatan doa penyembahan ini nanti membawa kita tembus masuk ke dalam Kerajaan Sorga; upah yang akan kita terima dari sorga.
Mazmur 141:2
(141:1) Mazmur Daud. Ya TUHAN, aku berseru kepada-Mu, datanglah segera kepadaku, berilah telinga kepada suaraku, waktu aku berseru kepada-Mu! (141:2) Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.
Jadi, sudah sangat jelas; puncak dari kegiatan, puncak dari ibadah adalah doa penyembahan.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt.
Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment