IBADAH
RAYA MINGGU, 30 MEI 2021
KITAB
WAHYU
(Seri:
26)
Subtema:
LIDAH API MENGERTI
BAHASA TETESAN AIR MATA
Puji
nama TUHAN; oleh karena kemurahan hati TUHAN, kita dimungkinkan untuk berada di
tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu. Dua tangan TUHAN sudah menarik kita
sudah menarik kita untuk berada dalam perhimpunan Ibadah Raya Minggu petang
ini.
Saya
juga tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, bahkan umat
TUHAN yang setia dalam ketekunan Ibadah Raya Minggu, untuk digembalakan oleh
GPT “BETANIA” Serang Cilegon,
Banten, Indonesia, lewat live streaming video internet Youtube Facebook
di mana pun anda berada.
Selanjutnya,
marilah kita berdoa, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN, supaya kiranya TUHAN
membukakan firman-Nya bagi kita petang ini, dan selanjutnya Firman itu
betul-betul menjadi suatu berkat yang besar bagi kita sekaliannya, sebagai
tanda pertolongan dari dua tangan TUHAN yang berkuasa, bagi kita sekaliannya,
sehingga ibadah ini tidak menjadi percuma, tidak menjadi sia-sia; segala
korban-korban yang dipersembahkan menyenangkan hati TUHAN.
Saya
ini adalah hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala dari beberapa tahun
yang lalu, dan meterainya adalah sidang jemaat yang dipercayakan oleh TUHAN
sebagai kawanan domba Allah. Pengalaman di dalam hal menyampaikan Firman TUHAN
sedikit banyak sudah dilalui bersama dengan pertolongan TUHAN. Kiranya
pertolongan yang sama itu juga nyata pada saat petang ini; sampai sejauh mana
pun cara TUHAN menolong kita, biarlah kiranya kita boleh merasakan bahwasanya
itu merupakan perhatian TUHAN bagi kita pribadi lepas pribadi yang hadir secara
khusus pada petang ini.
Sekali
lagi: Marilah kita menaruh harap yang besar kepada TUHAN, karena Firman Allah
bukanlah Pribadi manusia, Firman Allah adalah Pribadi Allah itu sendiri, agung
dan mulia, sehingga Firman Allah yang disampaikan itu harus sesuai dengan
kehendak TUHAN, supaya tidak terjadi kekeliruan di dalam pengikutan kita kepada
TUHAN tentunya.
Jujur,
saya harus mengakui di hadapan TUHAN, sekarang ini saya bagaikan berada di
persimpangan jalan; apakah saya ini akan mengulangi pemberitaan Firman TUHAN pada
minggu yang lalu, ataukah melanjutkan pemberitaan Firman dalam ungkapan yang
baru? Inilah yang menjadi pertanyaan saya kepada TUHAN petang ini. Dan kalau
pun ini sepertinya dipandang menjadi bagian dari kekurangan saya, saya tidak malu
untuk menyampaikan hal ini. Tetapi saya yakin, kalau sidang jemaat berdoa,
dalam doa memohon dengan amat sangat kepada TUHAN dan sungguh-sungguh
menantikan uluran tangan TUHAN lewat pembukaan Firman, tentu saja TUHAN akan
menjawabnya.
Sejauh
mana hati kita mengharapkan pertolongan TUHAN, sejauh itu nanti pertolongan
TUHAN akan dinyatakan kepada kita semua. Kalau pun malam ini tidak tuntas,
kiranya di minggu yang akan datang kita tuntaskan kembali.
Segera
kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari kitab Wahyu 13,
kita kembali untuk membaca Wahyu 13:10, dengan perikop: “Binatang yang
keluar dari dalam laut”.
Wahyu
13:10
(13:10)
Barangsiapa
ditentukan untuk ditawan, ia akan ditawan; barangsiapa ditentukan
untuk dibunuh dengan pedang, ia harus dibunuh dengan pedang. Yang
penting di sini ialah ketabahan dan iman orang-orang kudus.
-
Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia
akan ditawan,
-
Barangsiapa ditentukan untuk dibunuh
dengan pedang, maka ia harus dibunuh dengan pedang.
Ada
yang ditentukan untuk ditawan, ada juga yang ditentukan untuk dibunuh dengan
pedang; dan apa yang sudah TUHAN nyatakan itu akan terjadi.
Pertanyaannya:
Hukuman ini terjadi kepada siapa?
Mari,
kita akan melihat jawabannya dalam nubuatan Yeremia 15.
Yeremia
15:1
(15:1) TUHAN
berfirman kepadaku: "Sekalipun Musa dan Samuel berdiri di
hadapan-Ku, hati-Ku tidak akan berbalik kepada bangsa ini. Usirlah
mereka dari hadapan-Ku, biarlah mereka pergi!
Di
sini kita melihat: Keputusan TUHAN tidak akan berubah, sekalipun Musa dan Samuel
berdiri di hadapan TUHAN.
Musa
dan Samuel ini adalah dua hamba TUHAN yang terbiasa bersyafaat untuk melunakkan
hati TUHAN. Namun sekalipun demikian, TUHAN tetap berkata: “Usirlah mereka
dari hadapan-Ku, biarlah mereka pergi!” Jadi, keputusan TUHAN di dalam menjatuhkan
hukuman sudah final, artinya; tidak bisa lagi diganggu gugat.
Yeremia
15:2
(15:2) Dan
apabila mereka bertanya kepadamu: Ke manakah kami harus pergi?, maka jawablah
mereka: Beginilah firman TUHAN: Yang ke maut, ke mautlah! Yang ke
pedang, ke pedanglah! Yang ke kelaparan, ke kelaparanlah!
dan yang ke tawanan, ke tawananlah!
Lalu,
apabila mereka bertanya: “Ke manakah kami harus pergi?” Jawaban
TUHAN lewat perantaraan nabi Yeremia ialah:
-
Yang ke maut, ke mautlah!
-
Yang ke pedang, ke pedanglah!
-
Yang ke kelaparan, ke kelaparanlah!
-
Dan yang ke tawanan, ke tawananlah!
Jawaban
TUHAN semacam ini menunjukkan bahwasanya TUHAN sudah tidak lagi peduli dan
keputusan TUHAN sudah final, tidak bisa diganggu gugat lagi.
Kalau
kita perhatikan dan menyimak dengan seksama 4 (empat) kalimat di atas:
-
Kalimat yang pertama: “Yang ke maut, ke
mautlah!” = Binasa.
-
Sedangkan kalimat yang kedua, kalimat yang ketiga, kalimat yang keempat, menunjukkan bahwa; mereka
jatuh ke tangan antikris.
Kalimat
kedua, ketiga dan keempat menunjukkan bahwa mereka jatuh ke
tangan antikris, sebab apabila antikris berkuasa selama 7 (tujuh) masa,
secara khusus pada pertengahan 7 (tujuh) masa yang kedua, yakni 3.5 (tiga
setengah) tahun yang kedua, maka;
-
orang-orang yang tidak menyembah patung binatang
atau antikris akan dibunuh dengan pedang, sesuai dengan (Wahyu
13:15).
-
Kemudian, oleh karena kekejian yang akan
terjadi, selama antikris berkuasa di atas muka bumi ini, maka tentu saja timbullah
kelaparan yang hebat, sehingga tergenapilah (Amos
8:11). Mengapa terjadi kelaparan? Apabila
kekejian terjadi, sudah pasti korban
sembelihan (ibadah yang dihubungkan dengan salib) dihentikan dan korban santapan (pengajaran Firman
Allah yang benar) dihentikan, sehingga genaplah nubuatan dari Amos 8:11, di
mana TUHAN akan mengirimkan kelaparan atas negeri ini, bukan kelaparan akan
makanan dan bukan haus karena minuman, tetapi lapar dan haus akan mendengarkan
Firman TUHAN.
-
Lalu sisanya menjadi tawanan,
untuk selanjutnya diinjak-injak selama 3.5 (tiga setengah) tahun, itulah
pelataran Bait Suci yang di sebelah luar diserahkan untuk diinjak-injak, sesuai
dengan Wahyu 11:2.
Jadi,
sudah sangat jelas:
-
Kalimat pertama, itu adalah kebinasaan.
-
Kalimat kedua, ketiga dan keempat,
menunjukkan bahwa; mereka jatuh ke
tangan antikris.
Sekarang,
kita akan memperhatikan: Apa yang menyebabkan sehingga mereka harus jatuh
dalam hukuman; ada yang ditentukan untuk ditawan dan ada yang ditentukan
untuk dibunuh dengan pedang? Apa yang menyebabkan sehingga mereka harus
menerima hukuman semacam itu?
Yeremia
14:10
(14:10) Beginilah
firman TUHAN tentang bangsa ini: "Mereka sangat senang mengembara
dan tidak menahan kakinya. Sebab itu TUHAN tidak berkenan kepada
mereka; tetapi sekarang Ia mau mengingat kesalahan mereka dan mau menghukum
dosa mereka."
Singkat
kata: “Mereka sangat senang mengembara dan tidak
menahan kakinya.”
Itulah
sebabnya TUHAN menjatuhkan hukuman atas mereka; ada yang ditentukan ke
tawanan, juga ada yang ditentukan untuk dibunuh dengan pedang.
Pada
Yeremia 14:10B dengan jelas mengatakan: Sebab itu TUHAN tidak
berkenan kepada mereka; tetapi sekarang Ia mau mengingat kesalahan mereka dan
mau menghukum dosa mereka. Jadi, sudah sangat jelas; yang menyebabkan mereka
jatuh dalam hukuman, jatuh dalam keputusan penghukuman TUHAN -- yaitu ada yang
ditentukan ke tawanan, juga ada yang ditentukan untuk dibunuh dengan pedang --,
jelas karena mereka sangat senang mengembara dan tidak menahan kakinya.
Saya
meminta, kepada seluruh sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon: Jangan
suka mengembara apapun alasannya, dan jangan suka mencari alasan untuk bisa
mengembara, ingat: TUHAN tahu hati setiap manusia.
Jadi,
mereka sangat senang mengembara dan tidak menahan kakinya.
Soal
MENGEMBARA, juga ternyata sangat penting untuk
diperhatikan.
Itu sebabnya, nabi Yeremia -- satu dari lima nabi besar -- ini menuliskan kisah
mengenai mengembara di dalam Yeremia 50.
Yeremia
50:6
(50:6) Umat-Ku
tadinya seperti domba-domba yang hilang; mereka dibiarkan sesat oleh
gembala-gembalanya, dibiarkan mengembara di gunung-gunung, mereka
berjalan dari gunung ke bukit sehingga lupa akan tempat pembaringannya.
Umat-Ku
tadinya seperti domba-domba yang hilang; mereka dibiarkan sesat oleh
gembala-gembalanya ... Apa yang saudara harapkan dari seorang gembala?
Apa yang diharapkan oleh domba-domba dari seorang gembala? Yang diharapkan oleh
domba-domba dari seorang gembala adalah supaya domba-domba itu diperhatikan
dengan sungguh-sungguh oleh gembala.
Tetapi
apa yang terjadi di sini? Domba-domba dibiarkan sesat oleh gembala. Berarti,
gembala ini adalah gembala yang tidak bertanggung jawab.
Kemudian,
kalimat berikutnya: ... Dibiarkan mengembara
di gunung-gunung mereka berjalan dari gunung ke bukit sehingga lupa akan tempat pembaringannya. Di
sini kita melihat: Domba-domba dibiarkan mengembara di gunung-gunung, sehingga
domba-domba lupa akan tempat pembaringannya sama artinya;
tidak tergembala.
Orang
yang “beribadah” belum tentu beribadah kepada Allah yang hidup, belum tentu berbakti
kepada Allah yang hidup, tetapi kalau ia “tergembala”, ia pasti beribadah
kepada TUHAN, ia pasti berkebaktian hanya kepada TUHAN Yesus, menyembah hanya
kepada Allah Abraham Ishak Yakub, Allah Israel, Allah yang berkuasa, TUHAN dan Juruselamat
yang berdaulat, Allah yang hidup, dengan lain kata; tidak menyembah berhala.
Ada
banyak allah-allah kecil di dunia ini, baik itu pekerjaan, kesibukan, uang,
harta, kekayaan, kekerasan di hati, dan lain sebagainya.
Terkait
soal mengembara (tidak tergembala),
ada suatu kisah di dalam Ayub 39, dengan perikop: “Kekuasaan TUHAN di
alam semesta”, TUHAN yang berdaulat atas kita semua. Itu sebabnya, kalau
kita tergembala, pasti beribadah kepada TUHAN, pasti menyembah Allah yang
hidup, tetapi kalau hanya “beribadah”, tidak “tergembala”, maka ia belum tentu
berbakti kepada TUHAN. Oleh sebab itu, janganlah kita datang hanya untuk
menjalankan ibadah Taurat; jangan kita datang hanya untuk menjalankan ibadah
lahiriah. Banyak orang Kristen yang beribadah, namun hanya karena sungkan
dengan orang-orang yang di sekitarnya; malu ketahuan kalau tidak beribadah
kepada TUHAN.
Ingat:
Perikopnya tadi ialah “Kekuasaan TUHAN di alam semesta”, TUHAN yang
berdaulat atas kita semua, dan itu harus kita ketahui dengan baik. Dan hal ini
sangat penting bagi Ayub; oleh sebab itu, sebagai nabi, dia tuliskan hal
mengembara ini, dia tuliskan tentang kehidupan yang tidak tergembala ini di
dalam Ayub 39:8-11.
Ayub
39:8-11
(39:8) Siapakah
yang mengumbar keledai liar, atau siapakah yang membuka tali tambatan
keledai jalang? (39:9) Kepadanya telah Kuberikan tanah dataran
sebagai tempat kediamannya dan padang masin sebagai tempat tinggalnya. (39:10)
Ia menertawakan keramaian kota, tidak mendengarkan teriak si
penggiring; (39:11) ia menjelajah gunung-gunung padang rumputnya,
dan mencari apa saja yang hijau.
Siapakah
yang mengumbar keledai liar, atau siapakah yang membuka tali tambatan keledai
jalang?
Seharusnya terikat dengan penggembalaan, tetapi justru terlepas dari
penggembalaan.
BUKTI
KEROHANIAN LIAR TIDAK TERGEMBALA:
Yang
Pertama: Menertawakan keramaian kota, arti rohaninya; menganggap
enteng ibadah dan pelayanan.
Kalau
seseorang menganggap enteng ibadah dan pelayanan, biasanya orang semacam ini
menganggap berat atau menganggap penting berhala, baik itu pekerjaan, uang,
kesibukan dan apa saja yang ada di dunia ini.
Yang
Kedua: Tidak mendengar teriak si penggiring, artinya; tidak
mendengar suara Gembala = Tidak dengar-dengaran.
Sebaliknya,
kalau tidak mendengar suara gembala, maka dia akan mendengar suara asing,
secara khusus:
1.
Suara daging. Misalnya, lebih mendengar
suara: “Ayo, ke pesta adat dulu. Ibadah bisa nanti (nomor dua) lah itu.
Tidak enak nanti sama perasaannya eda itu. Biar ajalah perasaan TUHAN tidak
enak, tetapi kalau perasaan eda itu tidak enak, nanti saya tidak disapa.”
Bukan main; TUHAN tidak diperhitungkan.
2.
Kemudian dia akan mendengarkan suara Setan, itulah
roh jahat dan najis.
Yang
Ketiga: Menjelajah gunung-gunung padang rumputnya, artinya; sesuka
hati beribadah di sembarang tempat.
Biasanya,
orang semacam ini bangga kalau semua gunung-gunung tempat rumah TUHAN, tempat
beribadah didatangi, dimasuki; dia bangga, padahal itu merupakan kekeliruan
besar. Banyak orang Kristen begitu, dia berkata: “Oh, minggu lalu saya dari
gereja A bertingkat lima, sampai gembala itu tidak bisa saya lihat dan gembala
itu tidak lihat saya.” Kemudian, minggu depan, dia beribadah di gereja
bertingkat enam; makin tidak kelihatan lagi.
Puji
TUHAN, saya masih bisa melihat Bapak Handoyo, saya masih bisa melihat Gideon
Lewi walaupun kecil pendek di situ, semua masih bisa saya lihat; inilah
penggembalaan yang sehat.
Yang
Keempat: Mencari apa saja yang hijau, artinya; bebas dan bahkan
sebebas-bebasnya menerima Firman, sekalipun Firman yang disampaikan itu tidak
benar.
Tidak
sedikit pengikut-pengikut dalam sebuah kelompok membenarkan kelompoknya,
walaupun kelompok itu salah; kalau benar, ya puji TUHAN, tetapi
kenyataannya kelompok itu salah, namun masih saja diagung-agungkan.
Itulah
tanda kehidupan yang liar, tidak tergembala.
Sekarang,
kita akan melihat: TEMPAT BAGI KEHIDUPAN YANG TIDAK TERGEMBALA.
Ayub
39:9
(39:9) Kepadanya
telah Kuberikan tanah dataran sebagai tempat kediamannya dan padang
masin sebagai tempat tinggalnya.
Tempat
bagi kehidupan yang tidak tergembala adalah:
1.
Tanah
dataran.
2.
Padang
masin
(daerah yang tidak berpenduduk).
Artinya:
Tempat bagi kehidupan yang tidak tergembala adalah wilayah yang tidak memiliki
kasih, wilayah tanpa kasih dari Allah, sama seperti tanah Mesir, tanah dataran,
itu adalah wilayah tanpa kasih.
Berbeda
dengan tanah Kanaan yang bergunung dan berlembah, itu berbicara tentang pengalaman kematian dan kebangkitan
TUHAN Yesus -- Kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus, itu merupakan kasih --. Tetapi
kehidupan yang tidak tergembala, tempatnya adalah tanah dataran dan padang
masin, itu adalah wilayah yang tidak ada kasih; di situlah tempatnya.
Jadi,
jangan saudara berpikir, kalau orang bermain kartu yang diawali dengan doa, itu
bukanlah kasih. Sebelum main kartu, dia berkata: “Doakan ya, supaya saya
menang”, itu bukan kasih. Kemudian, misalnya; mengadakan arisan diawali
dulu dengan doa, padahal demi mengikuti arisan, dia sampai tidak ikut beribadah;
memang, kelihatannya diawali dengan doa, tetapi dia tidak tergembala. Itu
adalah wilayah tanpa kasih, itulah tempatnya kalau tidak tergembala.
Lalu
sesudah arisan, dilanjutkan dengan bermain kartu, membaca kartu sambil main
kedip-kedipan, mengintip ke kanan dan kirinya. Tetapi kalau di dalam TUHAN,
maka yang kita baca adalah isi hati TUHAN; mata kita tidak juling, melainkan
terarah kepada Dia.
Lebih
jauh soal MENGEMBARA, kita bandingkan dengan mempelai perempuan TUHAN, di dalam
Kidung Agung 1, dengan perikop: “Mempelai
perempuan dan puteri-puteri Yerusalem”.
Kidung
Agung 1:7A
(1:7)
Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan
domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada
petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat
kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
Ceriterakanlah
kepadaku, jantung hatiku ... Inilah pernyataan dari mempelai
perempuan kepada Mempelai Laki-Laki Sorgawi.
Fungsi
jantung adalah mengaliri (memompa) seluruh darah ke seluruh anggota tubuh.
Berarti, Yesus Kristus adalah hidup dari mempelai perempuan TUHAN.
Kalau
Kristus, Mempelai Laki-Laki Sorga adalah jantung hati, berarti Kristus adalah
hidup dari pada mempelai perempuan TUHAN.
Selanjutnya,
mempelai perempuan berkata: Di mana kakanda menggembalakan domba, di mana
kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari.
Singkatnya:
Roh mempelai perempuan merindukan tempat untuk berbaring = Tergembala dengan
benar, dengan lain kata; rindu untuk menjadi suatu kehidupan yang tergembala.
Sekarang
kita bandingkan dengan ayat 7 bagian
B.
Kidung
Agung 1:7B
(1:7)
Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba,
di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena
mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
Karena
mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba
teman-temanmu? Sedangkan yang mengembara di sini adalah “teman-teman.”
“Teman-teman” tidak
sama dengan sahabat, tetapi sahabat
sudah pasti menjadi teman. “Teman” belum tentu
sahabat. Kalau sahabat, sama seperti yang tertulis di dalam Amsal 17:17, Seorang sahabat menaruh
kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran, tetapi
yang mengembara di sini adalah “teman-teman”.
Saya
berharap, keluarga GPT “BETANIA” besar - kecil, tua - muda, laki-laki -
perempuan, jangan menjadi teman-teman seperjalanan saja.
Yang
melayani juga, jangan hanya sekedar “teman-teman”, tetapi harus menjadi
sahabat. Berpihaklah kepada penggembalaan; jangan berpihak kepada daging
saudara laki-laki, daging saudara perempuan, bahkan daging orang tua sekalipun,
tidak boleh berpihak ke situ.
Mari
kita lihat lebih jauh tentang “teman-teman.”
Matius
11:16-17
(11:16) Dengan
apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang
duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: (11:17)
Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami
menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.
Anak-anak
Kerajaan Sorga berseru kepada “teman-teman”. Adapun seruan mereka adalah:
Yang
Pertama: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari.
Bunyi
seruling itu akan menghasilkan nada tinggi dan nada rendah, sehingga itu akan
memicu terjadinya kegairahan, sehingga kita bisa menari-nari mengikuti irama
suara dari bunyi seruling. Tetapi di sini kita melihat; teman-teman tidak mau
menari.
Petang
malam hari ini telah disampaikan irama pengalaman kematian dan kebangkitan;
seharusnya, itu merupakan kesukaan besar, bagaikan tari-tarian bagi kita
masing-masing.
Yang
Kedua: Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.
Banyak
kidung duka, misalnya: Di atas korban-Mu kualaskan tahbisanku. Ada lagi
kidung duka: Darah-Nya amat kuasa, sucikan dari dosa. Lepaskan segala susah.
Darah-Nya berkuasa. Kalau ada nyanyian kidung duka, seharusnya menyahut;
berkabung, tinggikan korban Kristus.
Tetapi
kenyataannya;
-
Sekalipun anak-anak Allah meniup seruling,
tetapi “teman-teman” tidak mau menari.
-
Sekalipun anak-anak Allah menyanyikan
kidung duka, tetapi “teman-teman” tidak mau berkabung.
Pendeknya:
“Teman-teman” di sini adalah
gambaran dari suatu kehidupan yang tidak
taat.
Matius
11:18-19
(11:18) Karena Yohanes
datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan
setan. (11:19) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan
dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum,
sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah
dibenarkan oleh perbuatannya."
Bahkan
di sini kita perhatikan: “Teman-teman” tampil sebagai pengejek-pengejek.
Adapun
ejekan mereka, YANG PERTAMA: Mengejek Yohanes Pembaptis sebagai orang
yang “kerasukan setan.”
Mengapa?
Alasannya, karena Yohanes Pembaptis berpuasa. Berpuasa = Tidak makan dan tidak
minum = Menahan hawa nafsu daging.
Ada
lagi keperluan dalam berpuasa, di dalam Mazmur
35:13, Tetapi aku, ketika mereka sakit, aku memakai pakaian kabung
... Kalau kita dengar kidung duka, seharusnya kita berkabung, itulah yang
dikerjakan oleh Daud. Selain itu, Daud berkata: Aku menyiksa diriku dengan berpuasa, dan doaku kembali timbul dalam
dadaku.
Jadi,
kegunaan puasa itu banyak:
-
selain menahan hawa nafsu daging,
-
yang kedua; merusak, menyiksa, menghukum
daging.
Kalau
daging ini sudah dihukum (dijatuhi hukuman), maka wujudnya tidak ada lagi.
Daging
ini tidak lebih tidak kurang hanya sebatas takhta Setan saja. Oleh sebab itu,
daging harus dihukum dengan cara berpuasa, sehingga dia hancur berkeping-keping,
sehingga tidak layak lagi untuk menjadi takhta Setan (roh jahat dan roh najis).
Itu
sebabnya, Rasul Paulus berkata kepada anak kekasihnya, itulah Timotius: Latihlah
dirimu beribadah. Latihan badani terbatas gunanya. Pemupukan daging itu
terbatas.
Kalau
terus menerus mengalami pemupukan daging, terus menerus melatih daging, bahkan
membesarkan daging, maka daging ini akhirnya menjadi takhta Setan. Maka, daging
ini harus menerima penghukuman salib, penyiksaan sengsara salib. Oleh sebab
itu, kalau TUHAN menyatakan diri-Nya, lalu mati di atas kayu salib, itu merupakan
kasih karunia bagi kita semua.
Kalau
seseorang “berpuasa”, jangan kita katakan dia kerasukan setan. Pengejek-pengejek
ini tidak tahu apa yang diucapkannya, tetapi mereka harus mengejek, mengapa?
Karena dia tidak tahu apa-apa.
Adapun
ejekan mereka, YANG KEDUA: Mengejek Anak Manusia sebagai pelahap dan
peminum, serta sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.
Mengapa?
Karena kedatangan Anak Manusia pada kali yang kedua, di situ Dia tampil sebagai
Raja dan Mempelai Pria Sorga dalam pesta nikah Anak Domba, di mana makanan dan
minuman sudah terhidang, sehingga pada saat itu, baik pemungut cukai maupun
orang berdosa yang sudah bertobat (berbalik
kepada TUHAN), mereka semua bersahabat dengan Mempelai
Laki-Laki Sorga.
Jadi,
pengejek ini mengejek tetapi tidak tahu apa yang diucapkannya. Ngomong
tetapi tidak tahu apa yang diomongkannya.
Baru
sejauh ini Firman TUHAN diterangkan, kita sudah langsung menangkap dan hampir
mendapat kesimpulan secara keseluruhan, bahwa ternyata; kalau akhirnya TUHAN
izinkan mereka untuk masuk dalam penghukuman, ya wajar saja, karena
mereka suka mengembara.
Siapa
yang suka mengembara? Ya “teman-teman”. “Teman-teman” ini tidak taat
kepada Firman. “Teman-teman” ini juga tampil sebagai pengejek-pengejek.
Kita
kembali membaca ayat 18-19.
Matius
11:18-19
(11:18) Karena Yohanes
datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan
setan. (11:19) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan
dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum,
sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah
dibenarkan oleh perbuatannya."
“Teman-teman”
tampil sebagai pengejek-pengejek:
Ejekan
YANG PERTAMA: Yohanes Pembaptis kerasukan setan, alasannya karena ia tidak
makan tidak minum (berpuasa).
Ejekan
YANG KEDUA: Mereka berkata kepada pribadi Yesus Kristus, Mempelai
Laki-Laki Sorga, sebagai seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai
dan orang berdosa, sebab ketika Yesus datang kembali untuk yang kedua kalinya,
Dia akan tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga di dalam perjamuan malam
kawin Anak Domba, di mana di situ tersedia (terhidang) makanan dan minuman;
dan itu akan terjadi.
Jadi,
pada ejekan yang kedua, mereka berkata: Ia seorang pelahap dan peminum,
sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Sebab, dalam pesta nikah Anak
Domba, orang-orang pemungut cukai dan orang-orang berdosa itu sudah berbalik
dan bertobat, dan menjadi sahabat dari Mempelai Laki-Laki Sorga.
Kita melihat, dua tindakan dari dua pribadi yang
berbeda; tindakan itu diejek oleh “teman-teman”. Tetapi lihatlah, apakah
tindakan dari dua pribadi ini adalah tindakan yang bodoh?
Pada
ayat 19 ini dikatakan: “Tetapi
hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.” Hikmat Allah, hikmat dari sorga
dibenarkan oleh perbuatannya.
Ketika
“teman-teman” mengejek dan mempersalahkan kita karena salib, hal itu tidak
perlu disahut, walaupun kelihatannya “kita bodoh”, sebab hikmat Allah
dibenarkan oleh perbuatannya. Terlalu banyak orang mengejek dan
mempersalahkan hanya karena saya begitu mengasihi TUHAN, tidak peduli dengan
apapun yang ada di dunia ini. Tetapi saya tidak mau menyahut, karena hikmat
Allah dibenarkan oleh perbuatannya. Terus saja pikul salib apapun yang
orang lain katakan, anggap saja; anjing menggong-gong, kafilah terus pergi
berjualan sampai mendapatkan untungnya.
Jadi,
jelas; hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya, toh juga kafilah
berdagang mendapat untung, biar anjing menggong-gong. Dari pada saya mendengar
hasutannya, namun saya tidak mendapat apa-apa di dunia, juga kehilangan sorga,
kehilangan berkat dari sorga; dua kali lipat saya rugi. Lebih baik; anjing
menggong-gong, kafilah tetap berdagang.
Cara
berpikir Allah dan cara berpikir manusia itu berbeda. Awalnya, ketika kita
menerima hikmat Allah, memang agak susah untuk diterima; tetapi bila dengan
rendah hati kita menerima, akhirnya kita bisa mengerti maksud TUHAN dan rencana
TUHAN dalam hidup kita masing-masing.
Kita
kembali untuk membaca Yeremia 14.
Yeremia
14:10-12
(14:10) Beginilah
firman TUHAN tentang bangsa ini: "Mereka sangat senang mengembara
dan tidak menahan kakinya. Sebab itu TUHAN tidak berkenan kepada
mereka; tetapi sekarang Ia mau mengingat kesalahan mereka dan mau menghukum
dosa mereka." (14:11) TUHAN berfirman kepadaku: "Janganlah
engkau berdoa untuk kebaikan bangsa ini! (14:12) Sekalipun mereka
berpuasa, Aku tidak akan mendengarkan seruan mereka; sekalipun
mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian, Aku tidak
akan berkenan kepada mereka, melainkan Aku akan menghabiskan mereka
dengan perang, dengan kelaparan dan dengan penyakit sampar."
Beginilah
firman TUHAN tentang bangsa ini: "Mereka sangat senang mengembara dan
tidak menahan kakinya. Sebab itu TUHAN tidak berkenan kepada mereka; tetapi
sekarang Ia mau mengingat kesalahan mereka dan mau menghukum dosa mereka." Tidak ada
lagi pengampunan kepada orang-orang yang mengembara, tidak tergembala, seperti
“teman-teman”.
Berbeda
dengan roh mempelai; ia rindu untuk digembalakan, rindu mencari tempat untuk
berbaring, tidak rindu untuk mengembara ke sana ke mari, tidak, tetapi rindu
untuk mencari tempat untuk berbaring (tergembala). Tetapi “teman-teman” tidak
demikian, ia suka mengembara, tidak dapat menahan kakinya;
oleh sebab itu, TUHAN menjatuhkan hukuman, yaitu ditentukan untuk ditawan dan
ditentukan untuk dibunuh oleh pedang. TUHAN ingat kesalahan mereka. TUHAN tidak
lupakan kesalahan semacam ini.
Pendeknya, masa kesabaran TUHAN sudah selesai; itu
sebabnya, TUHAN berkata: : “Janganlah engkau berdoa untuk kebaikan
bangsa ini!”. Kalau saya bandingkan dengan Wahyu 11, TUHAN kirim Musa dan Elia, dua saksi Allah, selama 3.5
(tiga setengah) tahun, di mana mereka diberi tugas;
-
Selain mengukur 3 (tiga) hal di dalam Wahyu
11:1, yaitu; Yang Pertama: Bait Suci Allah, Yang Kedua: mezbah, dan Yang Ketiga: mereka yang beribadah,
-
Kemudian, pada Wahyu 11:2, TUHAN berkata
supaya pelataran Bait Suci Allah jangan diukur, karena mereka sudah diserahkan
kepada antikris untuk diinjak-injak selama 42 (empat puluh dua) bulan.
Berarti,
kalau saya perhatikan Yeremia 14:11 ini sama dengan Wahyu 11:2.
Tetapi,
kalau kita baca Wahyu 11:3, mereka diberi tugas untuk bernubuat sambil
berkabung, selama 1.260 (seribu dua ratus enam puluh) hari lamanya, atau 42 (empat
puluh dua) bulan, atau 3.5 (tiga setengah) tahun.
Pada
Wahyu 11:3, ketika antikris
berkuasa, dua saksi diberi tugas supaya mereka bernubuat sambil berkabung
selama 3.5 (tiga setengah) tahun lamanya mereka turun di bumi ini.
Dari
kalimat “bernubuat sambil berkabung” ini, menunjukkan bahwa masih ada harapan,
tetapi sudah dalam bentuk krusial, dalam
keadaan genting. Kalau pun ada keselamatan,
tetapi sudah dalam bentuk berkabung, di mana leher harus digorok. Masih ada
kesempatan, tetapi tinggal sedikit, dan jalur keselamatan itu adalah jalur
pemenggalan kepala.
Berkabung,
berarti; berduka. Mengapa berkabung? Karena ada kematian. Jadi, ada
keselamatan, tetapi lewat jalur pemenggalan kepala; masih ada harapan walaupun tipis (sedikit). Sedangkan pada
Yeremia 14:10-12 ini, sudah tidak
ada harapan.
Maka,
kalau kita perhatikan Wahyu 11:4, Mereka
adalah kedua pohon zaitun -- Musa dan Elia adalah kehidupan yang diurapi
-- dan kedua kaki dian yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam, saksi
TUHAN yang diutus.
Untuk
apa diutus? Ya berarti masih ada harapan, walaupun bernubuat sambil
berkabung, dalam keadaan krusial, artinya; keselamatan harus lewat pemenggalan
kepala. Tetapi pada Yeremia 14:11 tidak ada lagi kesempatan sama sekali, sebab
masa kesabaran TUHAN sudah habis.
Berbahagialah
orang yang mempunyai pengertian dari sorga. Tidak mungkin orang yang tidak
mengerti itu selamat, tidak mungkin. Oleh sebab itu, kita harus
tergembala, jangan suka mengembara. Tepis perasaan siapapun di atas muka bumi
ini; engkau harus lebih menjaga perasaan TUHAN Yesus, supaya kita semua benar
di mata TUHAN, bukan benar di mata manusia.
Selanjutnya,
pada Yeremia 14:12 dikatakan: Bahkan
sekalipun mereka berpuasa, dan mempersembahkan
korban bakaran dan korban sajian, namun TUHAN tetap tidak
berkenan kepada mereka.
-
Berpuasa itu
bagus, tujuannya; untuk menghukum daging.
-
Kemudian, mempersembahkan korban bakaran, itulah penyerahan diri
sampai hangus, juga bagus.
-
Ditambah lagi dengan mempersembahkan korban sajian, itulah persekutuan
dengan Kristus dalam tanda kerendahan
hati, kebenaran yang murni, disertai dengan kasih yang tidak berkesudahan; itu bagus.
Tetapi
sekalipun semua persembahan-persembahan itu dipersembahkan kepada TUHAN, namun
TUHAN tetap tidak berkenan kepada mereka.
Sebaliknya,
TUHAN menghabisi mereka dengan perang,
menghabisi mereka dengan kelaparan,
menghabisi mereka dengan penyakit sampar.
Tidak sedikit orang yang mati oleh karena sampar Corona; itu adalah cara TUHAN.
Jadi,
kalau hari ini diberi perpanjangan umur kepada Andrew, diberi perpanjangan umur
kepada Ibu Panggabean, itu adalah kemurahan TUHAN.
Sekali
lagi saya sampaikan: Sebaliknya, TUHAN menghabisi mereka dengan perang, dengan
kelaparan, dengan penyakit sampar.
Nanti
akan terjadi peperangan menjelang kedatangan TUHAN, itu namanya perang dunia
ketiga, barulah terjadi perang Harmagedon -- perang yang keempat --. Jadi,
sebelum perang Harmagedon, pada perang yang ketiga pun akan banyak orang yang
mati di situ.
Kemudian,
dalam penggenapan Amos 8:11 juga banyak yang mati di situ. Sampai dengan sampar
Corona yang terjadi, juga banyak yang mati di situ. Bahkan yang saya dengar, Corona
ini bukan lagi Covid-19, melainkan sudah lebih jahat dari Covid-19; saya tidak
paham secara logika, tetapi Firman TUHAN sudah menyatakannya.
Bagaimana
kita bisa melewati segala pergumulan seperti ini? Apakah dengan kekuatan,
dengan keuangan kita, dengan harta? Tidak bisa, sebab yang ada ini tetap akan
berlalu. Itulah pentingnya tergembala.
Sekarang,
kita akan memperhatikan: CIRI-CIRI KEHIDUPAN YANG TIDAK TERGEMBALA.
Yeremia
14:13
(14:13) Lalu aku
berkata: "Aduh, Tuhan ALLAH! Bukankah para nabi telah berkata
kepada mereka: Kamu tidak akan mengalami perang, dan kelaparan
tidak akan menimpa kamu, tetapi Aku akan memberikan kepada kamu damai
sejahtera yang mantap di tempat ini!"
Pada
ayat 11-12, TUHAN berkata: “Janganlah engkau berdoa untuk kebaikan bangsa
ini!”, sebab;
-
sekalipun mereka berpuasa, Aku tidak akan
mendengarkan seruan mereka;
-
sekalipun mereka mempersembahkan korban
bakaran dan korban sajian, Aku tidak akan berkenan kepada mereka,
sebaliknya,
mereka dihabisi dengan perang, kelaparan dan penyakit sampar.
Setelah
mendengarkan pernyataan TUHAN itu, sontak saja Yeremia berkata: “Aduh, Tuhan
ALLAH! Bukankah para nabi telah berkata kepada mereka: Kamu tidak akan
mengalami perang, dan kelaparan tidak akan menimpa kamu, tetapi Aku akan
memberikan kepada kamu damai sejahtera yang mantap di tempat ini!” Itu
adalah janji dari pada nabi palsu, nabi yang bernubuat kepada bangsa itu,
bangsa yang mengembara.
Sekarang,
kita perhatikan ayat 14.
Yeremia
14:14
(14:14) Jawab
TUHAN kepadaku: "Para nabi itu bernubuat palsu demi nama-Ku! Aku
tidak mengutus mereka, tidak memerintahkan mereka dan tidak berfirman
kepada mereka. Mereka menubuatkan kepadamu penglihatan bohong, ramalan
kosong dan tipu rekaan hatinya sendiri.
Intinya:
Orang-orang yang mengembara suka mendengarkan nabi palsu, yang berkata:
-
Kamu tidak akan mengalami perang,
-
dan kelaparan tidak akan menimpa kamu,
-
tetapi Aku akan memberikan kepada kamu
damai sejahtera yang mantap di tempat ini!
Itulah
nubuat dari nabi-nabi palsu.
Tetapi
kenyataannya, TUHAN berkata: “Mereka menubuatkan kepadamu penglihatan bohong, ramalan kosong dan tipu rekaan hatinya sendiri.” Jadi,
nabi palsu itu menubuatkan kepada orang-orang yang mengembara, antara lain;
1.
Penglihatan bohong.
2.
Ramalan kosong.
3.
Tipu rekaan hati sendiri.
Banyak
hamba TUHAN tampil seperti guru-guru palsu, nabi-nabi palsu, karena suka
menyatakan penglihatan yang bohong. Saya berani mengatakan itu.
Beberapa
waktu yang lalu pada saat masa pemilu, ada seorang yang berkata: Saya sudah
melihat 10 % (sepuluh persen) di langit, malaikat bertepuk tangan. Tetapi
hamba TUHAN semacam ini justru digandrungi, bahkan sampai hari ini masih muncul
di televisi. Saya tidak habis pikir; kok bisa ya sidang jemaat
gandrungi yang salah seperti ini.
Kemudian,
ada lagi guru-guru palsu dengan ramalan kosong, yang berkata: “Nanti
begini, nanti begitu, nanti begini”, tetapi apa yang dikatakannya tidak
terjadi. Namun sekalipun tidak terjadi, tetap saja disukai hanya karena banyaknya
sensasi di tengah pelayanan dari pada guru palsu itu; ibadah laut dan ibadah
bumi yang dikerjakan oleh guru palsu itu.
Lalu,
tipu rekaan hati sendiri, di mana ia berbicara sesuai dengan
hatinya saja.
Suatu
kali, ada seorang gadis dari Jakarta datang ke pastori untuk memohon doa. Dia
paksa saya sambil berkata: “Apa kata TUHAN?” Waktu pertama dia nyatakan
hal itu, saya tidak langsung menyahut, tetapi sepanjang dia ada di pastori
untuk memohon doa, dia selalu berkali-kali berkata: “Apa kata TUHAN, pak
pendeta?”
Saya
bilang: Saya tidak bisa berkata “apa kata TUHAN” kepadamu saat ini juga. Yang
bisa saya sampaikan adalah “dengar Firman”. Kalau engkau paksa saya untuk
menyampaikan “apa kata TUHAN”, nanti saya salah. Perkataan saya tidak ada
apa-apanya apabila dibandingkan dengan perkataan
Firman TUHAN.
Tetapi
mengapa dia kecenderungan mengharapkan supaya saya mengatakan “apa yang
dikatakan TUHAN”? Karena di tengah-tengah peribadatannya, pengajaran semacam
itu sudah terbiasa dicekoki oleh guru-guru palsu. Tetapi malam ini saudara
tidak dicekoki dengan guru-guru palsu; oleh sebab itu, saudara harus berterima
kasih kepada TUHAN.
Biarlah
kita semakin dewasa karena TUHAN. Tidak bisa kita pura-pura dewasa, sebab besok
akan kelihatan juga kanak-kanaknya. Tetapi kalau kita dewasa karena TUHAN, maka
biar apapun yang terjadi ya dewasa terus.
Yeremia
14:15
(14:15) Sebab itu
beginilah firman TUHAN mengenai para nabi yang bernubuat demi nama-Ku, padahal
Aku tidak mengutus mereka, dan yang berkata: Perang dan kelaparan
tidak akan menimpa negeri ini --: Para nabi itu sendiri akan habis mati
oleh perang dan kelaparan!
Perlu
untuk kita ketahui: TUHAN tidak pernah mengutus guru-guru palsu, sekalipun dia
bernubuat demi nama TUHAN, sekalipun dia mengadakan mujizat dan tanda-tanda heran;
TUHAN tidak utus mereka. Sekalipun ketika mereka melayani memang terjadi banyak
sensasi, tetapi tetap TUHAN berkata di sini: “Aku tidak mengutus mereka”. Hati-hati.
Jadi,
sekalipun ada sensasi yang dikerjakan oleh guru-guru palsu itu, tetap TUHAN
berkata: “Aku tidak mengutus mereka”. Maka, kita harus mengetahui; mana
hamba TUHAN yang diutus oleh TUHAN, mana hamba TUHAN yang tidak diutus oleh
TUHAN. Sudah seharusnya kita cepat-cepat memahami dan mengerti tentang itu.
Lihat,
guru palsu dengan penglihatan bohongnya, dengan ramalan kosongnya, dengan tipu
rekaan hatinya sendiri berkata: “Perang dan kelaparan tidak akan menimpa
negeri ini”, tetapi TUHAN sendiri berkata kepada guru-guru palsu: “Para
nabi itu sendiri akan habis mati oleh
perang dan kelaparan!”
Jadi,
pada saat Amos 8:11 tergenapi, di
mana TUHAN mengirimkan kelaparan atas negeri ini, ya dia mati kelaparan
juga di situ. Ini kan sama seperti calo, yang berbicara kepada sidang
jemaat: “Yerusalem baru, Yerusalem baru, ayo, naik cepat-cepat. Tinggal dua
kursi tersisa; ayo, cepat-cepat.” Lalu penumpangnya naik mobil dengan
tujuan Yerusalem baru, dengan TUHAN Yesus sebagai supirnya, tetapi dia yang
menjadi calo ini tetap tinggal di halte bus sampai bau asap, baik itu asap
rokok, bau asap narkoba.
Dari
Cilegon ke Serang: “Serang, Serang, Serang”, tetapi si calo justru
tinggal di terminal Cilegon. Atau, dari Serang ke Cilegon: “Cilegon,
Cilegon, Cilegon”, tetapi si calo justru tinggal di terminal Pakupatan,
Serang, sambil asap-asapan bercampur rentenir. Apa saudara mau asap-asapan
dengan rentenir? Tentu tidak. Tetapi seperti itulah guru-guru palsu.
Pengajaran
Mempelai menghimbau kita, membawa kita sampai ke Yerusalem baru, pengantin
perempuan, mempelai Anak Domba, tetapi saya juga mau ikut di dalamnya.
Sekali
lagi saya sampaikan: TUHAN tidak mengutus nabi-nabi palsu.
CONTOH.
Kita
akan memperhatikan Matius 7, dengan perikop: “Hal pengajaran yang sesat”.
Nanti kita akan mengetahui pengajaran yang sesat, sesuai dengan perikop ini.
Matius
7:15
(7:15)
"Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar
seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.
Nabi-nabi
palsu disebut juga dengan serigala berbulu domba.
Sebetulnya,
nabi-nabi palsu itu adalah serigala atau binatang buas, walaupun kelihatannya
rambutnya berminyak dan rapi tersisir, kemudian dasinya bermerk; tetapi
sebetulnya, guru-guru palsu adalah serigala yang buas. Saudara harus paham akan
hal ini.
Semoga
sisiran rapi ini tidaklah tipuan bagi saudara. Semoga dasi yang sederhana ini
tidak tipuan bagi saudara. Tetapi guru-guru palsu, nabi-nabi palsu adalah serigala
berbulu domba; dialah binatang buas. Ingat itu.
Matius
7:21-23
(7:21) Bukan
setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang
di sorga. (7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu,
dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi
nama-Mu juga? (7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang
kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah
dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Bukan
setiap orang yang berseru kepada TUHAN: Tuhan, Tuhan! akan masuk
ke dalam Kerajaan Sorga. Dalam pertemuan ibadah, kita berseru: “TUHAN,
TUHAN!”, dalam pelayanan kita berseru: “TUHAN, TUHAN!”, tetapi itu
bukan menjadi suatu ukuran sehingga kita layak masuk sorga. Lalu bagaimana?
Lihat,
guru-guru palsu atau nabi-nabi palsu melakukan 3 (tiga) hal yang ajaib demi
nama TUHAN:
1.
Bernubuat demi nama TUHAN.
2.
Mengusir Setan demi nama TUHAN juga, demi
seruan nama TUHAN.
3.
Mengadakan banyak mujizat demi seruan nama
TUHAN.
Tetapi
pada ayat 23, pada hari TUHAN, Ia
akan berterus-terang kepada guru-guru palsu atau nabi-nabi palsu dengan
berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu!” Jadi, sudah jelas;
TUHAN tidak pernah mengutus guru-guru palsu dan nabi-nabi palsu walaupun mengadakan
banyak mujizat, walaupun mampu mengadakan pelepasan mengusir Setan, walaupun
dia bernubuat menyampaikan Firman demi nama TUHAN; TUHAN tidak pernah utus,
walaupun mereka ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan.
Selanjutnya,
TUHAN berkata: “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian
pembuat kejahatan!” Itulah kehidupan yang sama dengan Wahyu 13:10 dan Yeremia 15:1-2 tadi.
Kembali
kita perhatikan ayat 21: Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan,
Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Jadi,
ukuran untuk masuk sorga bukan dengan mengadakan 3 (tiga) perkara ajaib tadi,
itulah orang-orang yang berseru demi nama TUHAN, tetapi ukuran untuk masuk
sorga ialah siapa yang melakukan kehendak
Allah Bapa.
Matius
26:42
(26:42) Lalu Ia
pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau
cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah
kehendak-Mu!"
"Ya
Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah
kehendak-Mu!"
Singkat
kata: Yesus, Anak Allah, harus minum cawan Allah. Artinya, Yesus harus
menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung di atas kayu salib, dengan
demikian; kehendak Allah terlaksana.
Jadi,
kehendak Allah tidak akan pernah terlaksana, segala sesuatu tidak akan pernah
tergenapi, termasuk hukum Taurat tidak pernah tergenapi dari Taurat (dari
lahiriah) menjadi manusia rohani, kalau tidak ada salib (kehendak Allah Bapa).
Taurat
yang lahiriah, manusia nafsani, berubah menjadi manusia rohani, itu hanya karena
salib, itu hanya karena kehendak Allah Bapa. Nah, untuk kehendak Allah
Bapa, kita harus berkata: “Ya Bapa-Ku. Ya, TUHAN”, berarti;
dengar-dengaran.
Biar
sejuta kali mujizat terjadi di depan mata dalam setiap pertemuan ibadah, tetapi
kalau salib tidak ditegakkan di tengah ibadah pelayanan itu, maka mujizat tidak
akan bisa menggenapi kehendak Allah Bapa, dengan lain kata; kehendak Allah Bapa
tidak akan terlaksana oleh karena mujizat.
Mujizat
itu kan bagian dari karunia, bagian dari berkat-berkat Allah saja,
tetapi untuk menggenapi kehendak Allah tidak bisa dengan mujizat.
Jadi,
supaya kehendak Allah tergenapi, supaya kehendak Allah terlaksana, kita harus berkata:
“Ya Bapa-Ku”. Imam-imam yang melayani sesuai karunia jabatan,
kerjakanlah pekerjaanmu itu sampai tuntas, sampai mati di situ, dan seorang
imam yang baik dan rendah hati, dia harus berkata dan menyahut: “Ya Bapa”.
Kita
kaitkan lagi dengan; ketika Singa dari suku Yehuda menambatkan keledainya, di
dalam Kejadian 49, dengan perikop: “Perkataan
Yakub yang penghabisan kepada anak-anaknya”.
Kejadian
49:8
(49:8) Yehuda,
engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu, tanganmu akan menekan tengkuk
musuhmu, kepadamu akan sujud anak-anak ayahmu.
“Yehuda,
engkau akan dipuji oleh saudara-saudaramu” Ini adalah perkataan Yakub yang
terakhir, sebagai berkat untuk memberkati 12 (dua belas) suku Israel, anak
Yakub, salah satunya adalah Yehuda. Berkat kepada Yehuda harus kita lihat dan harus
kita ketahui, sebab Yesus adalah Singa dari suku Yehuda, mengapa? Sebab
Dia adalah Tunas Daud.
Kejadian
49:11
(49:11) Ia akan menambatkan
keledainya pada pohon anggur dan anak keledainya pada pohon
anggur pilihan; ia akan mencuci pakaiannya dengan anggur dan bajunya
dengan darah buah anggur.
Pekerjaan dari
Yesus Kristus, Singa dari suku Yehuda, Tunas Daud: Ia akan menambatkan
keledainya pada pohon anggur dan anak keledainya pada pohon anggur pilihan.
Kita, suami isteri dan anak-anak kita, kalau ditambatkan kepada pohon anggur
pilihan harus berterima kasih kepada TUHAN tentunya.
Kemudian,
di sini dikatakan: Ia akan mencuci pakaiannya dengan anggur dan bajunya
dengan darah buah anggur. Kehidupan yang tertambat dengan pohon anggur
pilihan (terikat dengan penggembalaan),
maka di situ kita akan mengalami penyucian oleh darah Anak Domba.
Jadi,
kalau hanya sekedar datang beribadah, tetapi rohaninya tidak tergembala, maka
tidak akan pernah mengalami penyucian oleh darah Anak Domba. Oleh sebab itu,
kehidupan yang tergembala adalah kehidupan yang sudah mengalami penyucian oleh
darah Anak Domba.
Kehidupan
yang sudah mengalami penyucian oleh darah Anak Domba, maka keberadaannya di
hadapan TUHAN sangat berharga; dipelihara dan dibela oleh TUHAN, karena ada
hubungan timbal balik.
Kejadian
49:12
(49:12) Matanya
akan merah karena anggur dan giginya akan putih
karena susu.
Matanya
akan merah karena anggur ... Kita memandang pribadi Yesus sebagai Mempelai
Laki-Laki Sorga dengan cinta yang begitu
mendalam. Semakin mengalami penyucian oleh darah Anak Domba, maka kita akan semakin
cinta kepada Dia. Semakin disucikan, semakin cinta; itulah pandangan kita
kepada Dia.
Tetapi
kalau belum mengalami penyucian oleh darah Anak Domba, maka sampai kapan pun,
dia tidak akan bisa mencintai TUHAN lebih dari yang ada ini.
Memang,
awalnya, ketika kita mulai mendengarkan perkara semacam ini, sepertinya aneh di
telinga. Ketika kita mulai berada pada situasi masa transisi, masa peralihan,
memang rasanya sakit. Ketika mau meninggalkan dunia untuk beralih kepada TUHAN,
itu adalah masa sulit; tetapi biarlah kita terus bertahan, sampai akhirnya berpihak kepada TUHAN.
Kemudian,
giginya akan putih karena susu. Saat kapan gigi seseorang nampak
putih bersih? Saat kesukaan terjadi oleh Firman
Penggembalaan.
Biarlah
kehidupan kita bagaikan kehidupan balita dalam gendongan ibu. Kehidupan balita
dalam gendongan (pangkuan) seorang ibu, atau ada pada dada ibu, itulah yang
membuat kita berseri; mengalami sukacita. Saat sukacita itulah, maka terlihat
gigi putih berseri.
Tidak
ada orang di luar penggembalaan berseri; kalau pun ada, itu adalah kamuflase,
itu adalah sukacita palsu. Nanti ketika ada yang lucu, dia tertawa; itu palsu. Ketika
yang lucu itu sudah habis, maka tidak nampak lagi gigi serinya, yang nampak
justru gigi taring. Tetapi sebaliknya kebahagiaan
dari sorga sifatnya kekal.
Itulah
sedikit perbandingan antara yang tergembala dengan yang tidak tergembala.
Kiranya
kita dapat selalu melihat orang-orang yang terkasih di sekitar kita dengan 2
(dua) hal tadi, yaitu;
1.
Mata merah.
2.
Gigi putih berseri.
Itulah
yang kita harapkan dalam nikah dan keluarga kita masing-masing. Doa saya
pada kita semua; kiranya hal itu nyata.
Sekarang,
kita akan melihat; AKIBAT MENGEMBARA.
Yeremia
14:1-6
(14:1) Firman
TUHAN yang datang kepada Yeremia mengenai musim kering. (14:2) Yehuda
berkabung, pintu-pintu gerbangnya rebah dan dengan sedih terhantar di
tanah; jeritan Yerusalem naik ke atas. (14:3)
Pembesar-pembesarnya menyuruh pelayan-pelayannya mencari air; mereka sampai ke
sumur-sumur, tetapi tidak menemukan air, sehingga mereka pulang dengan kendi-kendi
kosong. Mereka malu, mukanya menjadi merah, sampai mereka
menyelubungi kepala mereka. (14:4) Pekerjaan di ladang sudah terhenti,
sebab hujan tiada turun di negeri, maka petani-petani merasa kecewa dan
menyelubungi kepala mereka. (14:5) Bahkan rusa betina di padang meninggalkan
anaknya yang baru lahir, sebab tidak ada rumput muda. (14:6) Keledai-keledai
hutan berdiri di atas bukit gundul, mengap-mengap seperti serigala,
matanya menjadi lesu, sebab tidak ada rumput.
Kalau
tidak tergembala, yang terjadi adalah mengalami
kekeringan rohani.
Tanda
kekeringan rohani:
YANG
PERTAMA: Yehuda berkabung, jeritan Yerusalem naik ke atas ... Ayat 2.
YANG
KEDUA: Pelayan-pelayan menjadi malu, mukanya menjadi merah, sampai
mereka menyelubungi kepala mereka, sebab pelayan-pelayan di sini sama seperti
kendi-kendi kosong ... Ayat 3.
Kalau
pelayan-pelayan sama seperti kendi-kendi kosong, maka tentu saja menjadi malu. Saya
juga malu, kalau saya sama seperti tempayan-tempayan kosong, sebab seharusnya
tempayan itu berisi. Dari dalam tempayan, kita bisa
mencedok air untuk membasuh kaki dan membasuh dua tangan.
Tetapi
di sini kita melihat: Pelayan-pelayan menjadi malu, muka mereka menjadi merah,
karena pelayan-pelayan seperti kendi-kendi kosong. Inilah yang terjadi bila
kerohanian kering-kering.
YANG
KETIGA: Petani-petani merasa kecewa, penggarap-penggarap ladang Allah merasa
kecewa ... Ayat 4.
Tidak
sedikit orang Kristen mengalami kekecewaan; kecewa kepada anak, kecewa kepada
menantu, kecewa kepada orang tua, kecewa kepada penggembalaan, kecewa melihat
gembalanya, kecewa melihat sidang jemaatnya, full kecewa. Mengapa
terjadi kekecewaan? Sudah pasti, ini adalah tanda kekeringan rohani.
YANG
KEEMPAT: Rusa betina di padang meninggalkan anaknya yang baru lahir, karena
tidak ada rumput muda ... Ayat 5.
Kalau
tidak ada lagi pembukaan rahasia Firman yang baru,
maka kejadiannya sama seperti rusa betina di padang yang meninggalkan anaknya
yang baru lahir. Bayangkan, baru lahir anaknya, lalu ditinggalkan.
Seperti
Lydia dan Andrew baru saja dilahirkan; itu harus terus diperhatikan oleh
seorang gembala. Maka, seorang gembala harus berjuang supaya tetap memiliki
rumput muda.
YANG
KELIMA: Keledai-keledai hutan berdiri di atas bukit gundul, mengap-mengap
seperti serigala, matanya menjadi lesu, sebab tidak ada rumput ... Ayat 6.
Inilah
yang terjadi apabila seseorang mengalami kekeringan rohani; kerohaniannya
kering-kering.
1.
Yehuda berkabung, jeritan Yerusalem naik
ke atas.
2.
Pelayan-pelayan TUHAN sama seperti
kendi-kendi kosong, sehingga akhirnya mereka malu.
3.
Petani-petani merasa kecewa.
4.
Rusa betina di padang meninggalkan anaknya
yang baru lahir, karena tidak ada rumput muda.
5.
Keledai-keledai hutan berdiri di atas
bukit gundul, mengap-mengap seperti serigala, matanya menjadi lesu, sebab tidak
ada rumput.
Jadi,
akibat mengembara adalah mengalami kekeringan rohani. Dan Tanda kekeringan
rohani sudah saya sampaikan di atas tadi.
Setelah
keadaan kekeringan, selanjutnya kita perhatikan Yeremia 14:7-9.
Yeremia
14:7-9
(14:7)
"Sekalipun kesalahan-kesalahan kami bersaksi melawan kami, bertindaklah
membela kami, ya TUHAN, oleh karena nama-Mu! Sebab banyak kemurtadan kami, kami
telah berdosa kepada-Mu. (14:8) Ya Pengharapan Israel, Penolongnya
di waktu kesusahan! Mengapakah Engkau seperti orang asing di negeri ini,
seperti orang perjalanan yang hanya singgah untuk bermalam? (14:9)
Mengapakah Engkau seperti orang yang bingung, seperti pahlawan yang
tidak sanggup menolong? Tetapi Engkau ada di antara kami, ya TUHAN, dan nama-Mu
diserukan di atas kami; janganlah tinggalkan kami!"
Sekalipun
kesalahan-kesalahan kami bersaksi melawan kami, bertindaklah membela kami, ya
TUHAN, oleh karena nama-Mu! Sebab banyak kemurtadan kami, kami telah berdosa
kepada-Mu. Di
sini kita melihat: Mereka memohon pengampunan, tetapi dengan cara memaksa.
Ya
Pengharapan Israel, Penolongnya di waktu kesusahan! Mengapakah Engkau seperti
orang asing di negeri ini ... Kemudian, perkataan mereka sudah
mulai tidak terkendali, di mana mereka berkata: Mengapakah Engkau seperti
orang asing di negeri ini, seperti orang perjalanan yang hanya singgah untuk
bermalam?
“Hanya
singgah untuk bermalam”, berarti ketika besok pagi bangun, langsung pergi.
Tetapi saya berharap; kunjungan TUHAN malam ini, biarlah menjadi suatu
kunjungan yang istimewa. Lewat Firman-Nya, Dia menyatakan isi hatinya kepada
kita, sehingga hati kita menyatu dengan hati TUHAN. Janganlah kita hanya
dijadikan sebatas hotel saja, hanya tempat persinggahan semata.
Selanjutnya,
mereka berkata: Mengapakah Engkau seperti orang yang bingung ... Lihat,
makin kacau mereka berbicara.
Kalau
seseorang dalam keadaan kepepet atau stress, sudah tidak lagi melihat
pengharapan, ya memang menjadi kacau. Setelah melihat tidak ada lagi
pengharapan, memang menjadi kacau, perkataan mereka sudah semakin tidak
terkendali, di mana mereka berkata: Mengapakah Engkau seperti orang yang
bingung?
Sebenarnya, TUHAN tidak pernah bingung. Yang
sering bingung adalah manusia.
-
Ketika terlalu lama menganggur, bisa
menyebabkan seseorang bingung.
-
Pada saat bayar SPP anak, orang tua bisa
menjadi bingung.
-
Ketika tidak ada biaya untuk membeli susu
anak, seseorang bisa menjadi bingung.
TUHAN
tidak pernah bingung dan tidak pernah kacau.
Akhirnya,
semakin kacau, karena keadaannya sudah di ambang pintu penghukuman; dan selanjutnya diputuskan untuk dihukum, tidak ada lagi pengampunan,
sehingga semakin kacau.
Kemudian,
pada ayat 9 ini juga dikatakan: Mengapakah
Engkau seperti pahlawan yang tidak sanggup menolong ... Seolah-olah TUHAN
itu tidak berdaya seperti pahlawan di siang bolong. Banyak orang yang bersikap
seperti pahlawan di siang bolong; tidak ada apa-apa tetapi sok pahlawan.
Saya
bersyukur kepada TUHAN; dari dulu, sebelum menjadi hamba TUHAN, memang saya ini
belajar untuk tulus, tetapi kurang cerdik. Tetapi setelah mengenal Firman,
ketulusan itu disertai dengan kecerdikan; dan saya bersyukur kepada TUHAN.
Lihat,
mereka berkata bahwa TUHAN seperti pahlawan yang tidak sanggup menolong,
seperti pahlawan di siang bolong yang tidak bisa apa-apa. TUHAN tidak seperti
itu. TUHAN itu Allah perkasa, Allah yang ajaib.
Selanjutnya
di sini dikatakan: Tetapi Engkau ada di antara kami, ya TUHAN, dan nama-Mu
diserukan di atas kami; janganlah tinggalkan kami!"
Sesudah
bicara dengan tidak karu-karuan, namun diakhiri dengan berkata: “janganlah
tinggalkan kami”. Bukankah ini adalah orang yang tidak beres? Orang semacam
ini adalah orang yang tidak tegas. Kalau tegas, maka enak atau tidak enak, dia
harus siap menerima keputusan, dan dia harus tahu bahwa itu adalah konsekuensi dari
perbuatannya; itulah orang tegas.
Tetapi
kalau dolak-dalik seperti ini, itu tidaklah tegas; tadi kacau, tetapi sekarang
memohon “jangan tinggalkan kami”, itu tidak tegas. Jangan suka dolak-dalik,
tetapi tegas saja. Kalau harus terima resiko karena sebuah konsekuensi, terima
saja.
Kemudian,
kita perhatikan Yeremia 14:17-18.
Yeremia
14:17-18
(14:17)
Katakanlah perkataan ini kepada mereka: "Air mataku bercucuran siang dan
malam dengan tidak berhenti-henti, sebab anak dara, puteri bangsaku, dilukai
dengan luka parah, luka yang sama sekali tidak tersembuhkan. (14:18)
Apabila aku keluar ke padang, di sana ada orang-orang yang mati terbunuh
oleh pedang! Apabila aku masuk ke dalam kota, di sana ada orang-orang sakit
kelaparan! Bahkan, baik nabi maupun imam menjelajah negeri yang tidak
dikenalnya."
Katakanlah
perkataan ini kepada mereka: "Air mataku bercucuran siang dan malam dengan
tidak berhenti-henti, sebab anak dara, puteri bangsaku, dilukai dengan luka
parah, luka yang sama sekali tidak tersembuhkan.
Suatu
kali saya mendapatkan kesaksian dari seorang Ibu dari Nigeria, bahwa di pagi
hari, pada saat bidston atau doa penyembahan bersama-sama dengan rekan-rekan
sepelayanan, dia mendapat suatu penglihatan, bahwa TUHAN menangis darah, dan
sangat menangis sekali. Rupanya, tangisan-Nya karena sudah terlalu banyak orang
berjalan, tetapi ujungnya adalah maut. Saya memang agak yakin dengan
penglihatan itu.
Pada
Yeremia 14:17 ini memang betul: Air
mataku bercucuran siang dan malam dengan tidak berhenti-henti. Mengapa? Sebab
anak dara, puteri bangsaku, dilukai dengan luka parah, luka yang sama sekali
tidak tersembuhkan.
Jadi,
luka itu tetap menganga tidak tersembuhkan, mengapa? Karena “teman-teman” yang
suka mengembara dan tidak dapat menahan kakinya, mereka lebih suka mendengarkan
guru-guru palsu (ramalan kosong, nubuatan kosong), sehingga sampai kapan pun,
luka parah tetap menganga, tidak akan pernah tersembuhkan, kalau hanya mendengarkan
pernyataan-pernyataan dari pada guru-guru palsu, nabi-nabi palsu.
Tetapi
kalau dalam setiap pertemuan ibadah, oleh karena kemurahan TUHAN, kita menerima
pedang Roh yang lebih tajam dari pedang bermata dua manapun, lalu dia menusuk amat
dalam untuk memisahkan sumsum dan sendi-sendi, jiwa dan Roh, dan juga dapat
membedakan pertimbangan dan hati pikiran kita, untuk memulihkan (menyelesaikan)
segala persoalan. Setelah dibedah oleh pedang Roh, selanjutnya luka-lukanya akan dibalut dan disembuhkan. Tetapi
kalau kehidupan kita hanya mau (lebih suka) menerima perkataan-perkataan kosong
dari pada nabi-nabi palsu, maka luka yang menganga tidak akan pernah
tersembuhkan.
Yang
dapat menyembuhkan kita adalah saat kita menerima pedang Roh yang menusuk amat
dalam, sehingga memisahkan sumsum dan sendi-sendi, jiwa dan roh, dan dapat
membedakan pertimbangan hati dan pikiran kita masing-masing. Sesudah dosa ini
dikoreksi, sesudah penyakit ini dibedah (dioperasi) begitu rupa, maka nanti
TUHAN yang akan membalut luka-luka itu. Dilukai
untuk dibalut; karena TUHAN sudah dipukuli dan Dia yang menyembuhkan, sesuai
dengan Ayub 5 dan kitab Hosea.
Inilah
tangisan dari pada TUHAN setiap hari yang tidak pernah berkesudahan, tidak
pernah habis-habisnya. Pernahkah kita merasakan tangisan TUHAN?
Tetapi
kalau saya bertanya: Pernahkah saudara merasakan tangisan orang yang engkau butuhkan?
Saya tidak ragu mengatakan: Engkau lebih merasakan itu. Pernahkah kita
merasakan air mata TUHAN bercucuran siang dan malam dengan tidak berhenti-henti
hanya karena luka parah menganga tidak sembuh?
Kemudian,
pada ayat 18: Apabila aku keluar
ke padang, di sana ada orang-orang yang mati terbunuh oleh pedang! Apabila aku
masuk ke dalam kota, di sana ada orang-orang sakit kelaparan! Dan akhirnya,
Firman TUHAN tergenapi; orang mati terbunuh oleh pedang, orang mati terbunuh
karena kelaparan, kemudian bahkan, baik nabi maupun imam menjelajah negeri
yang tidak dikenalnya.
Dengan
demikian, Yeremia 14:18 sama dengan Amos 8:11-13, di mana setelah
TUHAN mengirimkan kelaparan atas negeri, akibatnya;
-
mereka mengembara dari laut ke laut,
-
menjelajah dari Utara ke Timur,
tetapi
tidak akan menemukannya lagi. Itulah tangisan TUHAN sampai hari ini yang kita
abaikan begitu saja. Tangisan ini seringkali kita abaikan, bahkan setiap hari
kita abaikan.
TUHAN
menangis karena kebinasaan orang berdosa, tetapi kita menangis kalau tidak ada
beras. Kita seringkali jengkel hanya karena orang tidak menyukai kita.
Pernahkah kita mengerti tangisan semacam ini? Tidak. Banyak orang hanya bisa
mengasihi dirinya sendiri.
Jadi,
wajar saja, keputusan TUHAN tidak bisa diganggu-gugat; sudah final,
sebab hukuman akan dijatuhkan, sehingga ada yang jatuh ke tawanan dan ada yang
ditentukan untuk dibunuh dengan pedang.
Yeremia
14:19
(14:19) Telah
Kautolakkah Yehuda sama sekali? Telah merasa muakkah Engkau terhadap Sion? Mengapakah
kami Kaupukul sedemikian, hingga tidak ada kesembuhan lagi bagi kami? Kami mengharapkan
damai sejahtera, tetapi tidak datang sesuatu yang baik; mengharapkan
waktu kesembuhan, tetapi hanya ada kengerian!
Dari
pernyataan pada Yeremia 14:19 ini,
menunjukkan bahwa masa kesabaran TUHAN sudah selesai; seperti apapun
permohonannya, namun sudah tidak terjawab lagi. Tetapi sore hari ini, masih ada
kesempatan bagi kita untuk mendapatkan jawaban dari TUHAN. Manfaatkanlah
kesempatan ini.
Yeremia
14:20
(14:20) Ya TUHAN,
kami mengetahui kefasikan kami dan kesalahan nenek moyang kami;
sungguh, kami telah berdosa kepada-Mu.
Doa
pada ayat 20 ini sudah bagus, tetapi masih ada kelirunya. Di mana letak
kekeliruannya? Orang yang mengembara itu berkata: “Ya TUHAN, kami mengetahui
kefasikan kami dan kesalahan nenek moyang kami”. Yang benar adalah kalau
salah ya salah, tidak usah persalahkan nenek moyang. Dan yang seharusnya
kita lakukan hari ini untuk mematahkan kutuk nenek moyang adalah pikul salib. Memang
betul ada dosa warisan, tetapi tidak perlu kita salahkan orang yang salah,
tetapi untuk mematahkan kutuk ya pikul salib.
Yeremia
14:21
(14:21) Janganlah
Engkau menampik kami, oleh karena nama-Mu, dan janganlah Engkau
menghinakan takhta kemuliaan-Mu! Ingatlah perjanjian-Mu dengan kami,
janganlah membatalkannya!
Janganlah
Engkau menampik kami, oleh karena nama-Mu, dan janganlah Engkau menghinakan
takhta kemuliaan-Mu! Ingatlah perjanjian-Mu dengan kami, janganlah
membatalkannya! Perjanjian TUHAN tidak pernah dibatalkan, tetapi masa
kesabaran sudah selesai; itulah persoalannya.
TUHAN
tidak pernah mengabaikan janji-Nya; Dia akan tetap datang kembali untuk yang
kedua kali. Tetapi sebelum Dia datang kembali, ini adalah kesempatan besar bagi
kita untuk bertobat dan berbalik kepada TUHAN.
Kalau
masa kesabaran sudah habis, biar kita jungkir balik berdoa dengan memohon,
memelas, disertai tangisan air mata dan darah, namun tidak akan terjawab.
Tetapi malam ini adalah kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri lebih baik;
ke depan lebih baik.
Oleh
sebab itu, JALAN KELUARNYA supaya kita jangan binasa.
Wahyu
13:10B
(13:10)
Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia akan ditawan;
barangsiapa ditentukan untuk dibunuh dengan pedang, ia harus dibunuh dengan
pedang. Yang penting di sini ialah ketabahan dan iman orang-orang
kudus.
Yang
penting di sini ialah ketabahan dan iman orang-orang kudus.
Tentang:
Ketabahan.
Kalaupun
banyak persoalan, banyak pencobaan, banyak kesulitan ya tabah saja.
Apapun yang terjadi ya tabah saja. Walaupun gaji kurang besar ya tabah
saja. Kalau sekarang masih menganggur ya tabah saja. Jangan ambil jalan
pintas, tetapi tabah saja. Jangan ambil jalan pintas; jangan pergi ke gunung
Kawi.
Tentang:
Iman.
Iman
kita adalah kepada TUHAN Yesus Kristus. Kita ini dibenarkan oleh iman, maka
kita juga harus beriman kepada darah salib, bukan kepada uang, sebab uang tidak
menyelamatkan. Harta, kekayaan, kedudukan, jabatan tidak menyelamatkan. Iman
kita hanya kepada darah salib. Itulah yang menyelamatkan kita.
Yang
menyelamatkan kita bukanlah sensasi, mujizat, bukan, tetapi darah salib yang
menyelamatkan.
Ketabahan
dan iman orang kudus, prakteknya: Barangsiapa ditentukan untuk ditawan, ia
akan ditawan.
Berarti,
sebelum ditentukan untuk ditawan dan jatuh ke tawanan dan binasa, biarlah hari
ini kita menjadi tawanan Roh. Biarlah kiranya kita semua menjadi tawanan Roh.
Sekarang,
kita akan memperhatikan Kisah Para Rasul 20, dengan perikop: “Perpisahan
Paulus dengan para penatua jemaat Efesus”. Dalam perpisahan itu, Rasul
Paulus menceritakan dirinya sendiri sebagai tawanan Roh.
Kisah
Para Rasul 20:22-23
(20:22) Tetapi
sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak
tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ (20:23) selain dari pada
yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan
sengsara menunggu aku.
Sebagai
tawanan Roh, Rasul Paulus berkata: “aku pergi ke Yerusalem”. Berarti,
tawanan Roh itu terikat dengan TUHAN, terikat dengan ibadah dan pelayanan,
terikat dengan kegiatan Roh.
Jangan
saudara melepaskan diri dari tawanan Roh hanya karena menginginkan kebebasan
dunia, sebab itu adalah jerat Setan, tetapi biarlah kita semua menjadi tawanan
Roh, terikat dengan ibadah, terikat dengan pelayanan, terikat dengan kegiatan
Roh, di mana arahnya adalah Yerusalem. Kalau
terikat dengan pelayanan, maka arahnya adalah Yerusalem; itu sudah pasti.
Itu
sebabnya, TUHAN berkata kepada murid-murid: Jangan tinggalkan Yerusalem,
sebab dari situ kita memulai untuk diutus oleh TUHAN, yaitu dari Yerusalem,
Yudea, Samaria, sampai nanti ke ujung bumi.
Selanjutnya,
kita akan memperhatikan Kisah Para Rasul 1, dengan perikop: “Roh Kudus
dijanjikan”, inilah tawanan Roh.
Kisah
Para Rasul 1:4
(1:4) Pada
suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka
meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan
janji Bapa, yang -- demikian kata-Nya -- "telah kamu dengar dari pada-Ku.
Pada
suatu hari ketika Ia makan bersama-sama dengan mereka, Ia melarang mereka
meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji
Bapa.
TUHAN melarang rasul-rasul untuk meninggalkan Yerusalem.
Jadi,
tawanan Roh arahnya adalah ke Yerusalem; dan TUHAN melarang mereka untuk
meninggalkan Yerusalem.
Kemudian,
kita akan memperhatikan Kisah Para Rasul 1, dengan perikop: “Rasul-rasul
menanti-nanti”.
Kisah
Para Rasul 1:12-14
(1:12) Maka
kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun,
yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem. (1:13)
Setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas, tempat mereka
menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus
dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot
dan Yudas bin Yakobus. (1:14) Mereka semua bertekun dengan sehati
dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan
dengan saudara-saudara Yesus.
Maka
kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun,
yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya dari Yerusalem. Jadi, saat mereka
menyaksikan Yesus dipermuliakan, yaitu saat naik ke sorga, maka dari Bukit
Zaitun kembali ke Yerusalem. Artinya, kalau menjadi tawanan Roh, berarti harus
dengar-dengaran.
TUHAN
berkata: “Kembali ke Yerusalem. Jangan tinggalkan Yerusalem.” Dan mereka
pun melakukannya. Jadi, dengar-dengaran saja.
Kemudian,
setelah mereka tiba di kota, naiklah mereka ke ruang atas -- saat ini kita
ada di kota Yerusalem, di tengah ibadah dan pelayanan -- tempat mereka
menumpang. Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes, Yakobus dan Andreas, Filipus
dan Tomas, Bartolomeus dan Matius, Yakobus bin Alfeus, dan Simon orang Zelot
dan Yudas bin Yakobus.
Mereka
semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan
serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus. Mereka
ada di kota Yerusalem, tepatnya di loteng Yerusalem untuk menantikan janji
TUHAN.
Selanjutnya,
kita akan memperhatikan Kisah Para Rasul 2, dengan perikop: “Pentakosta”.
Kisah
Para Rasul 2:2-4
(2:2) Tiba-tiba
turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi
seluruh rumah, di mana mereka duduk; (2:3) dan tampaklah kepada
mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada
mereka masing-masing. (2:4) Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus,
lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan
oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
Intinya:
Mereka penuh dengan Roh Kudus.
Kisah
Para Rasul 2:5-11
(2:5) Waktu itu
di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di
bawah kolong langit. (2:6) Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang
banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata
dalam bahasa mereka sendiri. (2:7) Mereka semua tercengang-cengang
dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang
Galilea? (2:8) Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka
berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di
negeri asal kita: (2:9) kita orang Partia, Media, Elam,
penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus
dan Asia, (2:10) Frigia dan Pamfilia, Mesir
dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene,
pendatang-pendatang dari Roma, (2:11) baik orang Yahudi
maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab,
kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang
perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."
Setelah
mereka penuh dengan lidah-lidah api Roh Kudus, lidah mereka berkata-kata dengan
lidah api Roh Kudus dengan bahasa orang Partia, Media, Elam, penduduk
Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir
dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari
Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang
Arab.
Jadi,
setelah mereka penuh dengan lidah-lidah api Roh Kudus, maka lidah-lidah mereka
berkata-kata sesuai dengan lidah-lidah api Roh Kudus, berkata-kata dengan semua
bahasa yang ada (tinggal) di Yerusalem.
Jadi,
lidah-lidah ini bukan mengucapkan kata-kata: “Kiraba-kiraba”. Pada
minggu lalu, saya sudah menyampaikan, bahwa saya sudah bosan mendengar bahasa
“kiraba-kiraba”, sudah capek telinga saya mendengarkan bahasa “kiraba-kiraba”.
Akhirnya, di rumah, anak saya, Mark Mikha yang berusia 5 (lima) tahun berkata: Kiraba
kiraba. Sudah capek saya mendengar kiraba-kiraba.
Sekali
lagi saya sampaikan: Kalau penuh dengan Roh Kudus, maka lidah-lidah api Roh
Kudus akan menggoyang lidah-lidah mereka dengan goyangan lidah api Roh Kudus,
sehingga mereka berkata-kata sesuai dengan berbagai-bagai suku, kaum bahasa dan
bangsa yang ada tinggal di Yerusalem.
Jadi,
bukan dengan bahasa “kiraba”. Bahkan, supaya “kiraba” itu pas, dibuatlah nadanya naik
turun, seolah-olah pas intonasinya. Tenang saja; kalau memang dikaruniakan
bahasa lidah, maka akan dikaruniakan. Tidak usah saudara bersikap seperti
kerasukan Setan. Tenang saja, sebab Roh Kudus itu tenang, tidak pernah bikin
kacau; maka, orang yang penuh Roh Kudus itu tidak pernah kedagingan, tetapi
“tenang saja”, itulah Yakub. Masakan kepenuhan Roh Kudus, tetapi seperti orang
kerasukan Setan? Tidak, tetapi tenang saja. Itulah perbedaan antara orang
dewasa dengan kanak-kanak; berbeda.
Di
mana-mana, kalau itu adalah Roh TUHAN, maka pasti tenang dan tertib. Coba
saudara baca Alkitab; Roh Kudus tidak pernah mengguncang dengan guncangan tubuh,
tetapi guncangan itu maksudnya adalah supaya jangan bertahan dengan daging. Jadi,
jangan mengambil arti secara hurufiah.
Singkat
kata: Memahami orang lain. Memahami bahasa tetesan air mata, itulah TUHAN. Semua
tetesan bahasa Arab, tetesan bahasa
Batak, tetesan bahasa Jawa, tetesan bahasa Inggris, tetesan bahasa Yahudi, Gerika,
semua yang ada di kolong langit ini dimengerti oleh TUHAN.
Dia
mengerti kita; demikian pula Rasul Paulus dalam pelayanannya, dalam 1
Korintus 9:20-22 dapat kita lihat bahwa Rasul Paulus dapat memahami (menyelami)
isi hati orang-orang, supaya banyak jiwa-jiwa diselamatkan. Itulah arti bahasa
lidah bagi kita, yaitu mengerti bahasa tetesan air mata, dengan lain kata;
mengerti orang lain.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment