IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB, 03 JUNI 2021
KITAB
RUT
(Seri:138)
Subtema:
KASIH KARUNIA BAGI ORANG MATI DAN ORANG HIDUP
Segala
puji, segala hormat hanya bagi Dia, Allah sesembahan kita yang bertakhta di
dalam kemuliaan-Nya yang kekal.
Kita
bersyukur, oleh karena kemurahan TUHAN, kita dimungkinkan untuk berada di
tengah perhimpunan Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan
suci. Dan malam ini saya mengucapkan selamat malam dan selamat menikmati sabda
Allah.
Saya
juga tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN yang ada di Bandung, di Malaysia,
bahkan umat TUHAN yang setia digembalakan dalam ketekunan Ibadah Pendalaman
Alkitab lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, baik di
dalam negeri, maupun di luar negeri, di mana pun anda berada.
Selanjutnya,
marilah kita berdoa, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN, supaya kiranya lewat
pembukaan Firman TUHAN, kita boleh merasakan uluran dua tangan TUHAN yang
berkuasa dan penuh kasih, untuk menarik kita sampai kepada kerajaan atau
kemuliaan kekal.
Mari,
kita sambut STUDY RUT sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman
Alkitab, dari Rut 3, dan kita masih berada pada ayat 11. Kita berdoa, supaya
kiranya TUHAN memberkati kita malam ini.
Kita
perhatikan Rut 3:11, dengan perikop: “Rut dan Boas di tempat pengirikan”.
Rut
3:11
(3:11) Oleh
sebab itu, anakku, janganlah takut; segala yang kaukatakan itu akan
kulakukan kepadamu; sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau
seorang perempuan baik-baik.
Oleh
sebab itu, anakku, janganlah takut; segala yang kaukatakan itu akan kulakukan
kepadamu,
yaitu perlindungan dan penebusan -- pada ayat 11 --; sebab setiap orang
dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang perempuan baik-baik.
Singkat
kata: Boas bersedia untuk menyanggupi permintaan Rut, yakni menjadi pelindung dan penebus. Alasan Boas untuk menyanggupi permintaan Rut ialah sebab Rut adalah seorang perempuan baik-baik, dan setiap orang dalam kota
Betlehem tahu bahwa Rut adalah seorang perempuan baik-baik, dia bukan perempuan
nakal.
Di
hari-hari terakhir ini, biarlah kiranya kita memiliki kehidupan sama seperti Rut,
menjadi suatu kehidupan yang baik-baik, menjadi hidup gereja TUHAN yang
baik-baik, tidak nakal di hadapan TUHAN.
Kemudian,
jejak atau perjalanan hidup Rut sebagai perempuan baik-baik, tercatat dengan
jelas di dalam kitab Rut pasal 1, pasal 2 dan pasal 3.
Mari
kita lihat jejak Rut tersebut:
Jejak
Rut yang pertama, pada RUT pasal 1: Rut tetap berpaut dengan setia kepada
Naomi. Sekalipun dalam perjalanan dari Moab ke Betlehem, ia didesak oleh Naomi
untuk kembali kepada bangsanya dan kembali kepada orang tuanya, sedangkan
pengikutan Orpa berhenti di tengah jalan oleh karena desakan-desakan sebagai
ujian dalam perjalanan mereka.
Kesetiaan
Rut untuk tetap berpaut kepada Naomi dibuktikan dengan perkataannya pada Rut 1:16-17, "Janganlah desak
aku meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana
engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ
jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana
engkau mati, aku pun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah
kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalau sesuatu
apa pun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!"
Kemudian,
jejak Rut yang kedua, pada RUT pasal 2: Rut berada di ladang Boas untuk
memungut jelai gandum di belakang perempuan-perempuan atau penyabit-penyabit
jelai gandum.
Kemudian,
jejak Rut yang ketiga, pada RUT pasal 3: Rut berbaring di bawah kaki
Boas di tempat pengirikan, tepat seperti yang diperintahkan oleh Naomi,
mertuanya itu, kepada Rut.
Mari,
kita akan melihat Rut 3.
Rut
3:10
(3:10) Lalu
katanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku! Sekarang
engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu,
karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun
yang kaya.
Pada
Rut 3:11 tadi, Boas menyanggupi permintaan Rut sebagai pelindung dan penebus,
alasannya adalah karena Rut adalah seorang perempuan baik-baik; dan jejak Rut
yang terakhir adalah Rut berbaring di bawah kaki Boas di tempat pengirikan.
Sedangkan
pada Rut 3:10 dikatakan: Rut tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik orang
muda yang miskin, maupun orang muda yang kaya. Hal itu menunjukkan bahwa Rut
adalah gambaran dari gereja yang baik-baik, tidak nakal, sebab ia tidak mengejar-ngejar
orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya. -- Gambaran dari orang-orang
muda dapat diperhatikan di dalam suratan 2 Timotius 2:22-23,16-19. --
Sekali
lagi saya sampaikan: Rut tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang
miskin maupun yang kaya, karena Rut adalah perempuan baik-baik. Sebaliknya, Rut
berbaring di bawah kaki Boas di tempat pengirikan; itu tandanya bahwa Rut adalah
perempuan baik-baik.
Biarlah
kiranya kita merindu untuk mencari tempat untuk berbaring, berarti; menjadi
suatu kehidupan yang tergembala, itulah gambaran dari gereja TUHAN baik-baik di
hari-hari terakhir ini. Itulah gambaran dari hidup gereja yang baik-baik, yaitu
mencari tempat untuk berbaring atau rindu menjadi suatu kehidupan yang
tergembala, berarti; taat, setia, dengar-dengaran; itu gereja baik-baik.
Demikianlah
hidup gereja TUHAN yang baik-baik, yaitu berbaring di bawah kaki Boas rohani,
berarti; tergembala dengan baik dan benar dalam satu kandang penggembalaan,
dengan satu gembala, tidak banyak gembala. Itulah gambaran dari gereja TUHAN
baik-baik, yaitu tergembala dengan baik.
Rut
3:12
(3:12) Maka
sekarang, memang aku seorang kaum yang wajib menebus, tetapi walaupun
demikian masih ada lagi seorang penebus, yang lebih dekat dari padaku.
Pada
akhirnya, Boas mengaku dan berkata kepada Rut: “Memang aku seorang kaum yang
wajib menebus”. Pengakuan Boas tersebut tepat seperti apa yang pernah
dikatakan oleh Naomi kepada Rut.
Sejenak
kita melihat hal yang sama yang disampaikan oleh Naomi kepada Rut, di dalam Rut
2.
Rut
2:18-20
(2:18)
Diangkatnyalah itu, lalu masuklah ia ke kota. Ketika mertuanya melihat
apa yang dipungutnya itu, dan ketika dikeluarkannya dan diberikannya kepada
mertuanya sisa yang ada setelah kenyang itu, (2:19) maka berkatalah
mertuanya kepadanya: "Di mana engkau memungut dan di mana engkau bekerja
hari ini? Diberkatilah kiranya orang yang telah memperhatikan engkau itu!"
Lalu diceritakannyalah kepada mertuanya itu pada siapa ia bekerja,
katanya: "Nama orang pada siapa aku bekerja hari ini ialah Boas."
(2:20) Sesudah itu berkatalah Naomi kepada menantunya:
"Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan
kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati."
Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah
seorang yang wajib menebus kita."
Diangkatnyalah
itu, lalu masuklah ia ke kota Betlehem. Ketika mertuanya melihat apa
yang dipungutnya itu, dan ketika dikeluarkannya dan diberikannya kepada
mertuanya sisa yang ada setelah kenyang itu. Ini berbicara soal berkelimpahan.
Berarti, kemurahan TUHAN semakin bertambah-tambah
kepada Rut.
Rut
setia mengikuti Naomi untuk sampai ke Betlehem; dan ketika tiba di Betlehem,
tepat pada permulaan menuai jelai gandum; itu kemurahan.
-
Rut sampai ke Betlehem, itu adalah
kemurahan.
-
Lalu Rut tiba di Betlehem tepat pada
permulaan menuai jelai gandum, sesuai Rut 1:21-22, dan itu juga adalah
kemurahan.
-
Lalu kemudian, pada Rut 2, Rut berada di
ladang Boas, itu adalah kemurahan yang semakin bertambah-tambah.
-
Sampai pada akhirnya, hasil tuaian itu
juga limpah.
Jadi,
kemurahan yang dialami oleh Rut, sebagai bangsa kafir, sungguh luar biasa. Kemurahan
TUHAN sungguh dialami oleh Rut.
Biarlah
kiranya pengikutan kita kepada TUHAN; semakin hari, semakin limpah dalam kemurahan Tuhan bagi kita masing-masing; itu adalah doa saya
sebagai gembala sidang.
Kemudian,
kemurahan yang berikutnya tadi sudah kita lihat: Rut membawa hasil tuaian dari
jelai gandum itu, lalu diserahkan kepada Naomi, mertuanya itu. Maka
berkatalah mertuanya kepadanya: "Di mana engkau memungut dan di mana
engkau bekerja hari ini? Diberkatilah kiranya orang yang telah memperhatikan
engkau itu!" Lalu diceritakannyalah kepada mertuanya itu pada siapa ia
bekerja, Rut bercerita di mana ia memungut jelai gandum, katanya:
"Nama orang pada siapa aku bekerja hari ini ialah Boas." Rut
memberitahukan tempat di mana ia bekerja, memberitahukan di ladang siapa
ia bekerja. Ternyata, nama orang pada siapa Rut bekerja adalah Boas.
Setelah Naomi mengetahui tempat di mana Rut bekerja,
mengetahui di ladang siapa Rut bekerja, lalu Naomi berkata kepada Rut,
menantunya itu: "Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela
mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang
mati." Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita,
dialah salah seorang yang wajib menebus kita."
Tentang
Boas, Naomi berkata kepada Rut: “Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah
seorang yang wajib menebus kita.” Jadi, Naomi sudah pernah memberitahukan,
bahwa Boas adalah kerabat mereka. Kerabat, berarti; seorang yang wajib untuk
menebus.
Sekali
lagi saya sampaikan: Tentang Boas, Naomi berkata kepada Rut: “Orang itu kaum
kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita.” Arti perkataan
ini ialah Boas rela mengaruniakan kasih setianya kepada orang-orang yang hidup
dan kepada orang-orang yang mati.
Kemudian,
mengenai “kerabat” ini juga diulangi oleh Naomi kepada Rut, pada Rut 3:2, Maka
sekarang, bukankah Boas, yang pengerja-pengerjanya perempuan telah
kautemani itu, adalah sanak kita? Dia pada malam ini menampi jelai di
tempat pengirikan.
Jadi,
dua perkataan ini sudah sah, menunjukkan bahwa Boas adalah seorang kerabat atau
kaum yang wajib untuk menebus orang-orang yang mati dan orang-orang yang hidup
dengan kasih setianya.
Yesus
Kristus adalah Boas rohani, Dialah Pribadi yang wajib menebus orang-orang yang
mati dan orang-orang yang hidup dengan kasih setia-Nya.
Mari
kita lihat hal itu di dalam Injil Matius 20.
Matius
20:28
(20:28) sama
seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang."
Yesus
datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, kemudian untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang, yakni orang-orang hidup
dan orang-orang mati.
-
Orang-orang yang hidup à Bangsa pilihan,
bangsa Israel.
-
Orang-orang yang mati à Bangsa
kafir, atau di luar bangsa Israel.
Sejenak
kita akan melihat penjelasan tentang: Bangsa kafir, sebagai ORANG-ORANG YANG
MATI.
Tetapi,
saudara tidak perlu kaget bila saya mengatakan bahwa bangsa kafir adalah
sebagai orang-orang yang mati; dalam bentuk yang rohani.
Mari
kita lihat 1 Korintus 12, dengan perikop: “Rupa-rupa karunia, tetapi satu
Roh”.
1
Korintus 12:1-3
(12:1) Sekarang
tentang karunia-karunia Roh. Aku mau, saudara-saudara, supaya kamu mengetahui kebenarannya.
(12:2) Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu masih belum mengenal Allah,
kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu. (12:3)
Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorang pun yang
berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!"
dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan",
selain oleh Roh Kudus.
Sekarang
tentang karunia-karunia Roh. Aku mau, saudara-saudara, supaya kamu mengetahui
kebenarannya. Rasul Paulus berharap dan sangat merindukan supaya jemaat
di Korintus mengetahui tentang kebenaran dari karunia-karunia Roh Kudus.
Kamu
tahu, bahwa pada waktu kamu masih belum mengenal Allah, itulah
bangsa kafir, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu. Itulah
bangsa kafir sebelum mengenal Allah; tanpa berpikir, ditarik kepada
berhala-berhala yang bisu. Singkat kata: Hidup di dalam penyembahan berhala. Itulah
keadaan bangsa kafir; sebelum mengenal Allah, hidup dalam penyembahan berhala.
Itu
sebabnya, kalau kita bandingkan dengan ayat
3, kita akan melihat suasana orang yang beribadah dengan suasana orang yang
tidak beribadah: Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorang
pun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah
Yesus!" dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah
Tuhan", selain oleh Roh Kudus.
-
Orang yang penuh dengan Roh Allah, tidak
akan berkata: “Terkutuklah Yesus”. Sebaliknya, orang yang penuh dengan
Roh Kudus, maka dia akan berbakti kepada Allah dan dia akan menyembah kepada
Allah, tidak akan berkata: “Terkutuklah Yesus”, dengan lain kata; tidak
akan menyembah berhala.
-
Kemudian, orang-orang yang hidup dalam penyembahan
berhala, tidak akan mungkin menyembah Allah yang hidup, tidak akan mungkin
mengaku bahwa “Yesus adalah Tuhan” sebagai Allah sesembahan yang hidup.
Itulah
perbedaan antara orang yang penuh dengan Roh Kudus dengan orang yang tidak
penuh dengan Roh Kudus; antara orang yang beribadah kepada TUHAN dengan orang
yang beribadah kepada berhala.
Kesimpulannya
ialah bangsa kafir sebelum mengenal Allah, tanpa berpikir ditarik kepada
berhala-berhala yang bisu.
Mari
kita lihat lebih jauh tentang PENYEMBAHAN BERHALA di dalam Mazmur 115, dengan perikop: “Kemuliaan hanya bagi Allah”.
Kemuliaan adalah hanya bagi Allah kita. Tetapi bangsa kafir, sebelum mengenal
Allah, tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu, dengan lain
kata; hidup di dalam penyembahan berhala, berarti; segala kemuliaan adalah bagi
berhala, bukan lagi kepada Allah.
Mazmur
115:1-2
(115:1)
Bukan
kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mulah beri
kemuliaan, oleh karena kasih-Mu, oleh karena setia-Mu! (115:2)
Mengapa bangsa-bangsa akan berkata: "Di mana Allah mereka?"
Bukan
kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mulah beri
kemuliaan, oleh karena kasih-Mu, oleh karena setia-Mu! Ini adalah
pengakuan orang-orang yang hidup di dalam Allah, di dalam TUHAN, bahwasanya
kemuliaan itu hanya kepada Dia, karena kasih setia TUHAN. Segala kemuliaan
hanya bagi Allah, bukan untuk manusia, karena kasih setia TUHAN berlaku atas
orang-orang yang hidup dan atas orang-orang yang mati.
Selanjutnya,
pada ayat 2, kita perhatikan: Orang-orang
mati, atau bangsa kafir (bangsa yang tidak mengenal Allah)
berkata: “Di mana Allah mereka?” Perkataan ini menunjukkan; seolah-olah
harta, kekayaan, uang yang banyak, pangkat yang tinggi dapat dijadikan sebagai
jaminan hidup.
Karena mereka mempercayakan hidup mereka
kepada berhala buatan tangan ini, lalu mereka berkata kepada anak-anak TUHAN: “Di
mana Allah mereka?” Inilah orang yang sudah bergantung kepada berhala,
akhirnya berkata kepada anak-anak TUHAN: “Di mana Allah mereka?”
Mazmur
115:4-7
(115:4)
Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan
manusia, (115:5) mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata,
mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, (115:6) mempunyai
telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak
dapat mencium, (115:7) mempunyai tangan, tetapi tidak dapat
meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak
dapat memberi suara dengan kerongkongannya.
Berhala-berhala
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (bangsa kafir) adalah berhala perak
dan emas, buatan tangan manusia. Gaji, upah, uang, hasil jerih payah, hasil
pekerjaan dua tangan, itu bisa menjadi berhala; kalau itu yang menjadi nomor
satu (kalau karena hal itu kita lantas
meninggalkan TUHAN), maka gaji, hasil jerih payah, itu bisa
menjadi berhala.
-
Mempunyai mulut, tetapi tidak dapat
berkata-kata.
-
Mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat.
-
Mempunyai telinga, tetapi tidak dapat
mendengar.
-
Mempunyai hidung, tetapi tidak dapat
mencium.
-
Mempunyai tangan, tetapi tidak dapat
meraba-raba.
-
Mempunyai kaki, tetapi tidak dapat
berjalan.
-
Tidak dapat memberi suara dengan
kerongkongannya.
Singkat
kata: Sesungguhnya, berhala buatan tangan manusia tidak dapat untuk berbuat
sesuatu kepada manusia. Sekalipun patung berhala itu mahal karena terbuat dari
perak atau emas, namun berhala tidak dapat berbuat sesuatu kepada manusia.
Mazmur
115:8
(115:8) Seperti
itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang
percaya kepadanya.
Seperti
itulah jadinya bangsa-bangsa kafir menyembah berhala buatan tangan manusia,
buatan tangan sendiri.
Mazmur
115:9-11
(115:9) Hai Israel,
percayalah kepada TUHAN! -- Dialah pertolongan mereka dan perisai
mereka. (115:10) Hai kaum Harun, percayalah kepada TUHAN! --
Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka. (115:11) Hai
orang-orang yang takut akan TUHAN, percayalah kepada TUHAN! -- Dialah pertolongan
mereka dan perisai mereka.
Hai
Israel, hai
umat TUHAN, percayalah kepada TUHAN! -- Dialah pertolongan mereka dan
perisai mereka. Hai kaum Harun, imam-imam, pelayan-pelayan TUHAN,
hamba-hamba TUHAN, percayalah kepada TUHAN! -- Dialah pertolongan mereka dan
perisai mereka. Hai orang-orang yang takut akan TUHAN, baik bangsa Israel
maupun bangsa kafir, percayalah kepada TUHAN! Mengapa? Karena TUHAN
adalah pertolongan, TUHAN adalah perisai bagi umat Israel, bagi imam-imam, bagi
orang-orang yang takut akan TUHAN.
Sedangkan
berhala buatan tangan manusia tidak dapat memberi apa-apa, tidak dapat memberi
pertolongan, tidak dapat untuk menjadi perisai, tidak dapat menjadi pelindung.
Oleh
sebab itu, justru berhala, misalnya; kalau seseorang sudah mempertuhankan uang,
justru berhala itu membuat dia jauh dari TUHAN. Keras hati, itu adalah berhala.
Kemudian, karena berhala juga, seseorang bisa jauh dari TUHAN, meninggalkan
TUHAN, karena segalanya bagi dia adalah berhala. Ketika bagi dia segalanya
adalah berhala, pada saat itulah dia berkata: “Di mana Allah mereka?”
Jadi, dia sudah merasa terpuaskan oleh berhala itu.
Berbeda
dengan anak-anak TUHAN: Sekalipun mempunyai, namun seolah-olah tidak mempunyai,
seperti apa yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus: “membeli
seolah-oleh tidak membeli, mempunyai seolah-olah tidak mempunyai, suami yang beristeri
seolah-olah tidak mempunyai isteri, yang bersuami seolah-olah tidak mempunyai
suami” Artinya, TUHAN adalah segala-galanya dalam hidup anak-anak
TUHAN.
Lebih
jauh tentang BERHALA, dapat kita perhatikan dalam Habakuk 2.
Habakuk
2:18
(2:18) Apakah
gunanya patung pahatan, yang dipahat oleh pembuatnya? Apakah
gunanya patung tuangan, pengajar dusta itu? Karena pembuatnya percaya
akan buatannya, padahal berhala-berhala bisu belaka yang dibuatnya.
Segala
jenis berhala buatan tangan manusia adalah pengajar dusta, kebohongan yang
sia-sia, sebab berhala itu bisu. Artinya, tidak dapat memberi pertolongan dan
tidak dapat untuk menjadi perisai bagi manusia, sebab berhala adalah pengajar
dusta.
Jangan
terlalu berharap banyak terhadap berhala buatan tangan manusia. Tidak usah
terlalu berharap kepada gaji, hasil jerih payah, perbuatan dua tangan; sebab
sebentar gaji itu pun bisa habis. Oleh sebab
itu, biarlah kita berharap banyak kepada TUHAN.
Ketika
menyekolahkan anak, juga harus berharap banyak kepada TUHAN. Untuk keperluan
apapun sehari-hari, berharap banyak kepada TUHAN; jangan terlalu berharap
banyak kepada berhala buatan tangan manusia, supaya jangan jadi picik dan
jangan keras hati.
Habakuk
2:19
(2:19) Celakalah
orang yang berkata kepada sepotong kayu: "Terjagalah!" dan
kepada sebuah batu bisu: "Bangunlah!" Masakan dia itu
mengajar? Memang ia bersalutkan emas dan perak, tetapi roh tidak ada sama
sekali di dalamnya.
Kalau
berharap kepada berhala menjadi bodoh, mengapa? Karena di sini,
orang-orang yang hidup dalam penyembahan berhala berkata kepada sepotong kayu: “Terjagalah!”
Lihat
kebodohan berikutnya: Kepada sebuah batu bisu, berkata:
"Bangunlah!"
Perlu untuk diketahui: sepotong kayu dan sebuah batu
bisu sekalipun bersalutkan emas dan perak, tetapi roh tidak ada sama sekali di
dalamnya = tidak dapat mengajar.
Masakan
dia itu mengajar? Masakan berhala dapat mengajar? Dia pengajar dusta;
tidak dapat memberi akal budi yang menjadikan kita bijaksana, dia itu pengajar
dusta. Tidak ada hikmat dari berhala buatan tangan manusia; dia pengajar dusta.
Memang
ia bersalutkan emas dan perak ... Andaikata patung pahatan dari kayu
atau buatan atau pun batu yang dipahat lalu dilapisi emas memang bernilai
tinggi, tetapi di dalam berhala tidak ada roh di dalamnya, dia tidak akan
mengerti kita. Sekalipun ia bersalutkan emas, bersalutkan perak, ditambah lagi
permata, intan, berlian, namun ia tetap berhala, maksudnya; tidak ada roh di
dalamnya.
Apa
yang membedakan manusia dari binatang? Binatang tidak memiliki
jiwa, tetapi manusia memiliki jiwa. Kalau Roh Allah menguasai roh kita, maka di
situlah anak-anak Allah berkata: “Ya Abba, Ya Bapa” Di situlah kita
dapat mengakui bahwa TUHAN Allah adalah Bapa, dan Bapa yang baik mengerti anak-anak-Nya,
sesuai dengan Roma 8.
Sampai
kiamat pun dunia ini, binatang tidak akan pernah bisa memuji TUHAN, karena roh
tidak ada di dalamnya, apalagi benda mati. Pendeknya, celakalah
orang yang menyembah
berhala buatan tangan manusia.
Dan
ada hal yang lucu yang akan kita perhatikan perihal buatan tangan manusia ini,
yang akan kita perhatikan dalam Yesaya 44. Kita akan melihat keadaan orang
mati, keadaan bangsa kafir sebelum sebelum mengenal TUHAN, mereka betul-betul
mati sekali; hidup tetapi mati.
Kita
perhatikan Yesaya 44, dengan perikop: “Kebodohan pemujaan patung”.
Orang-orang yang tidak mengenal Allah, bangsa kafir, orang-orang yang mati itu
betul-betul bodoh; hidup tetapi mati.
Yesaya
44:9-11
(44:9)
Orang-orang yang membentuk patung, semuanya adalah kesia-siaan,
dan barang-barang kesayangan mereka itu tidaklah memberi faedah.
Penyembah-penyembah patung itu tidaklah melihat dan tidaklah
mengetahui apa-apa; oleh karena itu mereka akan mendapat malu. (44:10)
Siapakah yang membentuk allah dan menuang patung yang tidak
memberi faedah? (44:11) Sesungguhnya, semua pengikutnya akan
mendapat malu, dan tukang-tukangnya adalah manusia belaka.
Biarlah mereka semua berkumpul dan bangkit berdiri! Mereka akan gentar dan
mendapat malu bersama-sama.
Orang-orang
yang membentuk patung, semuanya
adalah kesia-siaan, dan barang-barang kesayangan mereka itu tidaklah memberi
faedah.
Kemudian, berhala yang dibentuk itu dalam bentuk barang-barnag kesayangan,
tidak memberi faedah. Barang apa saja yang menjadi kesayangan saudara tidak
memberi faedah. Orang bodoh tidak akan memberi akal budi oleh karena berhala
dalam bentuk barang-barang kesayangan.
Penyembah-penyembah
patung itu tidaklah melihat -- Jadi, kalau hidup dalam penyembahan
berhala itu menjadi buta rohani -- dan tidaklah mengetahui apa-apa --
Kalau hidup dalam penyembahan berhala, maka menjadi bodoh minta ampun --. Itulah
kalau hidup dalam penyembahan berhala; selain buta, bodoh, kemudian oleh
karena itu mereka akan mendapat malu. Orang buta dan bodoh, pasti suatu
kali nanti akan mendapat malu.
Siapakah
yang membentuk allah dan menuang patung yang tidak memberi faedah?
Sesungguhnya, semua pengikutnya akan mendapat malu, dan tukang-tukangnya adalah
manusia belaka. Tukangnya adalah manusia, tetapi apa yang dibuat kok
disembah? Biarlah mereka semua berkumpul dan bangkit berdiri! Mereka
akan gentar dan mendapat malu bersama-sama.
Singkat
kata: Pada akhirnya, mereka yang hidup di dalam penyembahan berhala akan mendapat
malu.
Lalu,
kalau kita simak pada ayat 10: Siapakah yang membentuk allah dan menuang
patung yang tidak memberi faedah?
Seharusnya,
kita ini menyembah Allah yang hidup, Allah Abraham Ishak Yakub, Dialah Sang
Khalik yang menciptakan langit bumi dan segala isi bumi, termasuk menciptakan
manusia dari seonggok tanah liat.
Tetapi
di sini kita melihat: Siapakah yang membentuk allah dan menuang patung yang
tidak memberi faedah? Kok justru menyembah patung buatan tangan manusia?
Selanjutnya,
kita perhatikan ayat 12-13. Kita akan melihat kelucuan karena kebodohan.
Yesaya
44:12-13
(44:12) Tukang
besi membuatnya dalam bara api dan menempanya dengan palu, ia mengerjakannya
dengan segala tenaga yang ada di tangannya. Bahkan ia menahan lapar
sehingga habislah tenaganya, dan ia tidak minum air sehingga ia
letih lesu. (44:13) Tukang kayu merentangkan tali pengukur
dan membuat bagan sebuah patung dengan kapur merah; ia mengerjakannya
dengan pahat dan menggarisinya dengan jangka, lalu ia memberi
bentuk seorang laki-laki kepadanya, seperti seorang manusia yang tampan,
dan selanjutnya ditempatkan dalam kuil.
Tukang
besi membuatnya dalam bara api dan menempanya dengan palu ...
Patung dari logam dilebur dalam api, lalu ditempanya dengan palu, ia
mengerjakannya dengan segala tenaga yang ada di tangannya. Artinya,
untuk berhala, banyak orang membesarkan tenaga, tidak hitung-hitungan, segala jerih
lelahnya dia persembahkan hanya untuk berhala.
Persis
seperti keadaan bangsa Israel pada waktu menyembah patung anak lembu emas
tuangan; sesudah tampilnya anak lembu emas, mereka mendirikan mezbah, lalu
mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di atas mezbah untuk
lembu emas. Itu adalah kebodohan.
-
Apa itu korban bakaran? Itu adalah
penyerahan diri sepenuhnya, sampai hangus kepada TUHAN, tetapi justru itu
dipersembahkan kepada berhala.
-
Apa itu korban keselamatan? Itulah lemak yang dipersembahkan sebagai korban api-apian untuk
menyenangkan hati TUHAN, tetapi justru itu dipergunakan untuk menyenangkan
berhala.
Seringkali
kita mempersembahkan api-apian untuk manusia, untuk berhala, supaya diingat
jasa-jasanya, supaya diingat perbuatan baiknya, tetapi untuk TUHAN tidak demikian.
Seperti itulah keadaan (kondisi) di ayat 12 bagian A.
Sekarang
kita perhatikan ayat 12 bagian B: Bahkan ia menahan lapar sehingga habislah
tenaganya, dan ia tidak minum air sehingga ia letih lesu. Dia berpuasa
untuk berhala sampai habis raganya, sampai letih lesu, tetapi untuk TUHAN
justru tidak berpuasa.
Berpuasa
itu benar, tidak salah; tetapi jangan karena untuk supaya mendapatkan hal-hal
yang lahiriah, jangan. Berpuasa itu memang harus, tetapi biarlah kita berpuasa
untuk memuliakan TUHAN. Kalau berpuasa untuk memuliakan TUHAN, berarti kita
sengaja berpuasa untuk menghukum daging, supaya daging jangan menjadi takhtanya
roh jahat dan roh najis, karena daging ini hanya sebatas takhtanya setan saja. Oleh
sebab itu, latihlah dirimu beribadah, sebab latihan badani terbatas gunanya;
tetapi kalau kita pupuk daging ini, maka lama-lama akan menjadi takhtanya
Setan.
Tukang
kayu merentangkan tali pengukur dan membuat bagan sebuah patung dengan kapur merah;
ia mengerjakannya dengan pahat dan menggarisinya dengan jangka, lalu ia memberi
bentuk seorang laki-laki kepadanya, seperti seorang manusia yang tampan, dan
selanjutnya ditempatkan dalam kuil.
Ada
juga patung berhala dalam bentuk wujud manusia. Untuk membentuk berhala seperti
ini, di sini kita melihat;
-
Tukang kayu merentangkan tali pengukur.
-
Tukang kayu membuat bagan sebuah patung
dengan kapur merah.
-
Tukang kayu mengerjakannya dengan pahat.
-
Tukang kayu menggarisinya dengan jangka.
Sampai
terbentuknya patung seorang laki-laki, lalu ditempatkan di tempat kuil,
tempat beribadah. Pendeknya, segala perhitungannya terkuras,
segala pertimbangannya terkuras kepada berhala.
Yesaya
44:14
(44:14) Mungkin
ia menebang pohon-pohon aras atau ia memilih pohon saru atau pohon
tarbantin, lalu membiarkannya tumbuh menjadi besar di antara
pohon-pohon di hutan, atau ia menanam pohon salam, lalu hujan membuatnya
besar.
Mungkin
ia menebang pohon-pohon aras atau ia memilih pohon saru atau pohon tarbantin -- dia
juga membentuk berhala buatan tangan manusia dari kayu pilihan -- lalu
membiarkannya tumbuh menjadi besar di antara pohon-pohon di hutan --
kemudian, ada juga berhala dari pohon-pohon besar --, atau ia menanam pohon
salam, lalu hujan membuatnya besar -- sengaja menanam pohon salam sampai
besar --.
Itulah
berhala pada Yesaya 44:14, yaitu menyembah pohon-pohon besar. Banyak
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah Abraham, Ishak,
dan Yakub, sehingga mereka menyembah pohon besar, dan menganggap
TUHAN Allah ada di situ, padahal TUHAN tidak ada di situ, dan roh pun tidak ada
di dalamnya; sesungguhnya itu hanyalah benda mati saja, tidak ada roh di
dalamnya.
Lalu
dari mana roh jahat itu? Ya datang dari mana-mana. Kalau percaya bahwa
pohon itu adalah allah yang harus disembah, ya nanti Setannya akan datang dari mana-mana, tetapi sesungguhnya tidak ada roh di
dalamnya. Janganlah kita bodoh.
Yesaya
44:15
(44:15) Dan
kayunya menjadi kayu api bagi manusia, yang memakainya untuk memanaskan
diri; lagipula ia menyalakannya untuk membakar roti. Tetapi juga ia membuatnya
menjadi allah lalu menyembah kepadanya; ia mengerjakannya menjadi patung lalu
sujud kepadanya.
Dan
kayunya menjadi kayu api bagi manusia, kemudian
ada juga orang-orang yang memakainya untuk memanaskan diri;
lagipula ia menyalakannya untuk membakar roti. Kemudian, yang
lucunya; pohon besar yang disembah menjadi berhala tadi, kayunya bisa menjadi
kayu bakar (kayu api) untuk dipakai memasak di dapur. Masa begitukah TUHAN yang
harus disembah? Kan lucu, tidak? Ranting-rantingnya dipakai sebagai kayu
bakar untuk memasak di dapur; masa begitu TUHAN yang kita sembah? Tidak seperti
itu.
TUHAN
yang kita sembah bukanlah kayu kering, bukan. Tetapi di sini kita melihat
sesuatu yang “lucu”, di mana berhala mereka bisa dijadikan sebagai kayu api,
menjadi kayu bakar.
Tetapi
juga ia membuatnya menjadi allah lalu menyembah kepadanya ... Dalam
sisi yang lain, pohon besar dan kayu-kayu atau ranting-rantingnya disembah;
tetapi pada kesempatan yang lain, ranting-rantingnya dipakai menjadi kayu
bakar. Bukankah ini lucu? Apakah begitu Allah yang harus disembah? Satu sisi
disembah, satu sisi dijadikan alat bakar, diperlakukan
sesuka hati,
kan lucu.
Kemudian,
di sini kita melihat: Ia mengerjakannya menjadi patung lalu sujud
kepadanya. Jadi, sekali waktu pohon besar ditebang, lalu dipahat, dijadikan
patung berhala.
Yesaya
44:16
(44:16)
Setengahnya dibakarnya dalam api dan di atasnya dipanggangnya daging.
Lalu ia memakan daging yang dipanggang itu sampai kenyang; ia memanaskan
diri sambil berkata: "Ha, aku sudah menjadi panas, aku telah merasakan
kepanasan api."
Sisa
dari pohon itu dibakar dalam api untuk memasak di dapur, entah untuk memasak
daging, masak sayur, masak roti, masak nasi dan lain sebagainya. Lalu ia
memakan daging yang dipanggang itu sampai kenyang; ia memanaskan diri sambil
berkata: "Ha, aku sudah menjadi panas, aku telah merasakan kepanasan
api." Berhala itu hanya dijadikan sebatas begitu saja.
Kemudian,
ayat 17.
Yesaya
44:17
(44:17) Dan sisa
kayu itu dikerjakannya menjadi allah, menjadi patung sembahannya; ia
sujud kepadanya, ia menyembah dan berdoa kepadanya, katanya: "Tolonglah
aku, sebab engkaulah allahku!"
Pohon
kayu besar sebagian dijadikan untuk kayu api bakar untuk memasak di dapur, sebagian
lagi dipahat untuk menjadi patung berhala sesembahan. Sesudah dipahat dan
dibentuk menjadi patung berhala, selanjutnya dia berkata: “Tolonglah aku,
sebab engkaulah allahku!” Jadi, mereka sudah menjadi bodoh.
Patung
ini kan tangan manusia yang membuatnya. Tetapi setelah dibentuk oleh
tangannya sendiri, lalu dia berkata: “Tolonglah aku”. Sudah hilang akal
sehatnya. Jadi, jelas, patung berhala itu pengajar dusta, dia bisu, tidak bisa
apa-apa.
Yesaya
44:18-19
(44:18) Orang
seperti itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mengerti apa-apa, sebab matanya
melekat tertutup, sehingga tidak dapat melihat, dan hatinya tertutup juga,
sehingga tidak dapat memahami. (44:19) Tidak ada yang
mempertimbangkannya, tidak ada cukup pengetahuan atau pengertian untuk
mengatakan: "Setengahnya sudah kubakar dalam api dan di atas baranya juga
sudah kubakar roti, sudah kupanggang daging, lalu kumakan. Masakan sisanya akan
kubuat menjadi dewa kekejian? Masakan aku akan menyembah kepada kayu kering?"
Orang
seperti itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak mengerti apa-apa ... Orang
yang hidup dalam penyembahan berhala tidak berakal budi, tidak bijaksana
(bodoh), sebab matanya melekat tertutup, dia menjadi suatu kehidupan
yang buta, sehingga tidak dapat melihat, dan hatinya tertutup juga, sehingga
tidak dapat memahami, hatinya telah menebal menjadi keras hati, dan itu
juga berhala.
Kalau
seseorang sudah mempertuhankan berhala, maka pasti hatinya keras, menebal, tertutup
kepada Allah yang hidup. Lihatlah bangsa-bangsa yang maju, hati mereka tertutup
kepada TUHAN. Lihatlah gereja di Rusia, di Australia,
tempat untuk beribadah berubah fungsi menjadi
yang lain-lain; sebab hati mereka tertutup kepada
TUHAN.
Kalau
pun kita bodoh karena salib, biarkan saja. TUHAN memanggil orang yang bodoh
dari dunia untuk mempermalukan hikmat dunia; kemudian TUHAN
memanggil orang yang lemah dari dunia untuk mempermalukan orang-orang yang kuat
dari dunia. Jadi, jangan bersandar kepada pendidikanmu, jangan bersandar kepada
ijazahmu yang tinggi. Jangan bergantung kepada hartamu, kekayaanmu, uangmu,
gajimu, sebab bukan berhala buatan tangan manusia yang memelihara hidup manusia.
Masa depan manusia bukan pada berhala buatan tangan manusia.
Jadi,
sudah sangat jelas; bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, mereka itu hidup
dalam penyembahan berhala, mereka hidup tetapi mati.
Tidak
ada yang mempertimbangkannya, tidak ada cukup pengetahuan atau pengertian untuk
mengatakan: "Setengahnya sudah kubakar dalam api dan di atas baranya juga
sudah kubakar roti, sudah kupanggang daging, lalu kumakan. Masakan sisanya akan
kubuat menjadi dewa kekejian, patung berhala? Masakan aku akan
menyembah kepada kayu kering?"
Andai
saja orang-orang mati, andai saja bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah,
andai saja bangsa kafir berakal budi, mempunyai pengertian dan menjadi orang
bijaksana, maka otomatis dia akan tahu bahwa kayu itu sudah habis terbakar,
sehingga tidak mungkin menjadi TUHAN yang harus disembah. Tetapi karena dia
tidak berakal budi, akhirnya pohon kayu itu sebagian menjadi patung berhala
yang dibuat tangan manusia, sebagian dipakai untuk menjadi kayu bakar api untuk
memasak di dapur.
Walaupun
saudara tidak tertawa, tetapi bukankan ini lucu? Itulah orang bodoh yang tidak
mengerti apa-apa, buta, tidak punya akal budi, juga keras hati.
Oleh
sebab itu, biarlah kita banyak belajar dari apa yang sudah kita terima,
sehingga kita mempunyai pengertian, mempunyai akal budi dan menjadi orang yang
bijaksana, sehingga kita bisa memilah-milah, bisa mengerti mana yang baik -
mana yang tidak baik, mana yang harus kita kerjakan untuk TUHAN - mana yang harus
tidak kita kerjakan.
Yesaya
44:20
(44:20) Orang
yang sibuk dengan abu belaka, disesatkan oleh hatinya yang tertipu; ia
tidak dapat menyelamatkan jiwanya atau mengatakan: "Bukankah dusta yang
menjadi peganganku?"
Singkat
kata: Betul-betul orang yang hidup dalam penyembahan berhala, pada akhirnya
akan mendapat malu, akan binasa sama seperti abu pada dapur api.
Kemudian,
kita akan melihat keadaan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah atau orang-orang
mati, itulah bangsa kafir, pada Efesus 2.
Kalau
tadi, Rasul Paulus menjelaskan keadaan bangsa kafir, bangsa-bangsa yang tidak
mengenal Allah kepada jemaat di Korintus. Sekarang, Rasul Paulus menjelaskan
keadaan bangsa kafir, bangsa yang tidak mengenal Allah, itulah orang-orang mati
kepada sidang jemaat di Efesus 2, dengan perikop: “Semuanya adalah kasih
karunia” Semuanya adalah kemurahan hati TUHAN; semuanya, tanpa terkecuali.
Segala sesuatu yang ada di dalam diri kita, semua adalah karena kemurahan
TUHAN. Tetapi bangsa kafir tidak mengerti itu; hanya bangsa yang memiliki akal
budi dan berpengertian yang memahami bahwa semua hanya karena
kemurahan TUHAN.
Efesus
2:1
(2:1) Kamu
dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
Dahulu
bangsa kafir sudah mati, bangsa yang tidak mengenal Allah sudah mati, karena
pelanggaran-pelanggaran dan karena dosa-dosa mereka. Demikianlah keadaan dari
bangsa kafir sebelum mengenal Allah; hidup tetapi sudah mati.
Mari
kita lihat ayat 2.
Efesus
2:2-3
(2:2) Kamu
hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu
mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang
bekerja di antara orang-orang durhaka. (2:3) Sebenarnya dahulu
kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa
nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang
jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama
seperti mereka yang lain.
Singkat
kata: Bangsa-bangsa yang dahulu tidak mengenal Allah, selain tanpa berpikir
ditarik kepada penyembahan berhala, mereka juga dikuasai oleh dosa, penuh
dengan dosa. Itu sebabnya dalam Efesus
2:1 dikatakan: Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan
dosa-dosamu, sedangkan upah dosa adalah maut.
Itulah
sebelum mengenal TUHAN; pasti hidup di dalam dosa, banyak melakukan
pelanggaran, dan upah dosa (upah pelanggaran) adalah maut; jadi, sudah mati.
Itulah keadaan dari bangsa kafir di luar TUHAN; sudah mati.
Kemudian,
adapun 3 (tiga) hal yang menyebabkan dosa:
1.
Dunia dengan
arusnya yang begitu kuat, menghanyutkan dan menenggelamkan sampai mengalami kematian
rohani. Oleh sebab itu, jangan kita mengikuti jalan dunia, sekalipun kita hidup
di dunia ini.
2.
Iblis atau
Satan, yang bekerja di antara orang-orang durhaka (pemberontak).
3.
Daging dengan
segala keinginan-keinginannya.
Itulah
yang menyebabkan terjadinya dosa dan upah dosa adalah maut. Itulah keadaan
bangsa kafir sebelum mengenal Allah.
Efesus
2:4-5
(2:4) Tetapi
Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar,
yang dilimpahkan-Nya kepada kita, (2:5) telah menghidupkan
kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh
kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan
--
Lihat:
Allah itu kaya dengan rahmat. Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup, apa
buktinya? Allah kaya dengan rahmat, sehingga oleh karena kasih-Nya yang
besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, sehingga bangsa kafir yang dahulu mati
telah dihidupkan bersama-sama dengan Kristus. Sekalipun dahulu kita telah mati
oleh karena dosa, namun oleh karena rahmat, oleh karena kasih karunia, kita
hidup dan diselamatkan.
Itulah
keadaan bangsa kafir sebelum mengenal Allah; sudah mati walaupun hidup, tetapi
oleh karena rahmat Allah, Dia limpah dalam kasih karunia, sehingga kita
dihidupkan bersama-sama dengan Kristus, bahkan diselamatkan.
Jadi,
apa yang disampaikan oleh Naomi kepada Rut itu benar; Boas rohani, Dialah TUHAN
Yesus Kristus, Dialah sanak kita, Dialah kerabat kita, Dialah yang wajib
menebus kita; dengan kesetiaan-Nya, Dia akan menghidupkan orang-orang mati. Itulah
Rut, bangsa kafir, bangsa Moab; oleh kesetiaannya, dia menghidupkan orang-orang
mati.
Tentu
saja kita mengucap syukur kepada TUHAN, karena kita ini adalah bangsa
Indonesia, bangsa kafir, bukan bangsa Israel, bukan bangsa pilihan. Jadi, kita
hidup karena dia hidup. Kita tidak hidup dengan allah yang mati; kita tidak
akan diselamatkan oleh allah yang mati; kita tidak selamat oleh karena berhala
buatan tangan manusia. Jangan berharap banyak kepada harta, kekayaan, uang,
kedudukan, jabatan yang tinggi. Walaupun patung berhala itu dilapisi dengan
emas dan perak, namun tidak ada roh di dalamnya; dia itu pendusta, pengajar
dusta, karena dia bisu, tidak bisa membuat apa-apa.
Sekarang,
lanjut kita memperhatikan Efesus 2:11,
dengan perikop: “Dipersatukan di dalam Kristus”
Efesus
2:11-12
(2:11) Karena
itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi
menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang
menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh
tangan manusia, -- (2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak
termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam
ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa
Allah di dalam dunia.
Karena
itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut
daging,
itulah bangsa kafir. Bangsa kafir bukanlah bangsa Yahudi. Bangsa kafir itu
disebut juga bangsa yang tidak bersunat, sedangkan yang bersunat itu adalah
bangsa Yahudi (secara daging).
Kemudian,
keadaan bangsa kafir selanjutnya:
-
tanpa Kristus,
-
tidak termasuk kewargaan Israel,
-
dan tidak mendapat bagian dalam
ketentuan-ketentuan yang dijanjikan,
-
tanpa pengharapan,
-
dan tanpa Allah di dalam dunia,
itulah
keadaan bangsa kafir dahulu sebelum mengenal Allah. Jadi, sudah pasti “mati”
walaupun “hidup”, sudah pasti binasa walaupun nyawa ada di kandung badan.
Lalu,
kita baca ayat 13.
Efesus
2:13
(2:13) Tetapi
sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh",
sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.
Tetapi
sekarang, bangsa kafir akhirnya mengenal Yesus Kristus sebagai TUHAN dan
Juruselamat, sehingga bangsa kafir yang dahulu “jauh” dari TUHAN sudah menjadi
“dekat” oleh darah salib Kristus.
-
Jauh à Yang dahulu sudah
mati atau bangsa kafir.
-
Dekat à Bangsa Israel,
bangsa pilihan.
Tetapi
yang dahulu “jauh” sudah menjadi “dekat”, sudah bersatu; kafir dan Israel sudah
bersatu oleh darah salib Kristus.
Itulah
keadaan bangsa kafir: Dahulu “jauh”, sudah mati, tetapi akhirnya menjadi
“dekat”, mengapa? Oleh darah salib Kristus berkuasa. Bukankah kita
bersyukur karena akhirnya kita mempunyai pengetahuan, juga dapat melihat
kemuliaan Allah?
Efesus
2:14-16
(2:14) Karena
Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang
telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, (2:15) sebab dengan
mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan
segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu
manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan damai sejahtera, (2:16)
dan untuk memperdamaikan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh
salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.
Singkat
kata: Kafir dan Israel dipersatukan oleh karena darah salib Kristus, sebab oleh
kematian Kristus, di atas kayu salib, Ia telah merubuhkan tembok pemisah,
itulah hukum Taurat, sehingga yang “jauh” menjadi “dekat” oleh darah salib.
Lihat,
apa kata orang Yahudi kepada bangsa kafir?
Kembali
kita perhatikan ayat 11-12.
Efesus
2:11-12
(2:11) Karena
itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi
menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang
menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh
tangan manusia, -- (2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak
termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam
ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa
Allah di dalam dunia.
Dahulu Kamu -- sebagai orang-orang bukan
Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang
menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh
tangan manusia. Ini adalah kebanggaan dari pada bangsa Israel. Pendeknya bangsa Israel bermegah atas kelebihan-kelebihan mereka,
sehingga mereka menganggap lebih benar, lebih suci, dari bangsa Kafir.
Apa
lagi yang dikatakan orang Yahudi kepada orang kafir?
-
Bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus ...
-
Tidak termasuk kewargaan Israel ...
-
Kemudian, tidak mendapat bagian
dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan ...
-
Tanpa pengharapan …
-
Tanpa Allah di dalam dunia…
Inilah
yang menjadi pemisah, inilah yang menjadi tembok. Aturan-aturan semacam ini
yang berlaku dalam hukum Taurat sehingga menjadi
pemisah antara yang “jauh” dan yang “dekat”,
pemisah antara “orang-orang mati” dengan “orang-orang hidup”, menjadi pemisah antara “kafir”
dengan “Israel”.
Tetapi
dengan matinya Yesus sebagai manusia di atas kayu salib, maka Dia telah
merubuhkan tembok pemisah, itulah hukum Taurat, sehingga yang “jauh” menjadi
“dekat”. Kesimpulannya: Dengan matinya Yesus di kayu salib, terciptalah damai
sejahtera di dalam hidup manusia di atas bumi.
Selanjutnya,
kita perhatikan ayat 17-19.
Efesus
2:17-19
(2:17) Ia datang
dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan
damai sejahtera kepada mereka yang "dekat", (2:18)
karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk
kepada Bapa. (2:19) Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang,
melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota
keluarga Allah,
Ia
datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang "jauh" dan
damai sejahtera kepada mereka yang "dekat." Pendeknya salib Kristus berkuasa untuk memberi damai sejahtera
kepada kedua belah pihak (kafir dan Israel).
Karena
oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. Kemudian,
oleh Roh yang satu dan yang sama, kafir dan Israel, (“jauh”
dan “dekat”) beroleh jalan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Maka,
di dalam 1 Korintus 12 tadi dikatakan: Tidak ada seseorang yang bisa mengaku
“Yesus adalah TUHAN” kalau dia tidak penuh dengan Roh Kudus. Dan mereka yang
sudah penuh dengan Roh Kudus, tidak mungkin berkata: “Terkutuklah Yesus!” Tetapi
dengan Roh yang satu dan yang sama itu, baik yang “jauh” maupun “dekat”, baik kafir
dan Israel, kedua pihak dalam satu Roh itu beroleh jalan masuk kepada Bapa.
Demikianlah
kamu bukan lagi orang asing dan pendatang ... Bangsa kafir, (yang
“jauh”), bukan lagi pendatang, melainkan kawan
sewarga dari orang-orang kudus. Tetapi oleh karena kasih karunia, bangsa
kafir tidak lagi disebut orang asing, bangsa kafir tidak lagi disebut pendatang,
melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga
Allah.
Jadi,
pada akhirnya: Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang,
melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga
Allah, karena rahmat TUHAN, karena kasih karunia TUHAN.
Apa
prakteknya dalam kehidupan kita sehari-hari? Apa praktek kasih karunia Allah
dalam kehidupan kita sehari-hari?
PRAKTEK
KASIH KARUNIA dalam kehidupan kita, bangsa kafir.
Efesus
2:20
(2:20) yang dibangun
di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus
sebagai batu penjuru.
Praktek
kasih karunia, YANG PERTAMA: DIBANGUN DI ATAS DASAR PARA RASUL DAN PARA
NABI, dengan lain kata; dibangun di atas pengajaran para rasul dan
pengajaran para nabi.
Tentang:
Dibangun di atas dasar para rasul.
Adapun
tugas dari rasul ialah menyatakan hal-hal yang luar biasa, yaitu tentang apa
yang ada di depan, itulah kemuliaan yang akan datang, itulah kerajaan kekal.
Itulah tugas rasul, yaitu menyatakan kemuliaan Allah di bumi ini.
Contoh:
Rasul Yohanes.
Kita
akan perhatikan Wahyu 1, dengan perikop: “Penglihatan Yohanes di Patmos”.
Rasul Yohanes berada di pulau Patmos, mari kita lihat tugasnya.
Wahyu
1:9-13
(1:9) Aku,
Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam
ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman
Allah dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus. (1:10) Pada
hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara
yang nyaring, seperti bunyi sangkakala, (1:11) katanya: "Apa
yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah
kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke
Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia." (1:12) Lalu aku berpaling
untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling,
tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. (1:13) Dan di
tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah
yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari
emas.
Aku,
Yohanes, saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam
ketekunan menantikan Yesus. Inilah pengalaman Rasul Yohanes ketika
dibuang di pulau Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang
diberikan oleh Yesus.
Kalau
kita sepertinya tidak diakui di dunia ini karena Firman dan kesaksian, ya tidak
apa-apa. Kita tidak perlu harus diakui, sebab kita tidak gila hormat; karena
Firman dan karena kesaksian Yesus, bagaikan kita dibuang ke pulau Patmos.
Pada
hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara
yang nyaring, seperti bunyi sangkakala -- Rasul Yohanes
berada dalam pengaruh yang besar oleh kuat kuasa Roh-El Kudus --, katanya:
"Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah
kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke
Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia."
Lalu
aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku
berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas. Dan di tengah-tengah
kaki dian itu ada seorang serupa Anak Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya
sampai di kaki, dan dadanya berlilitkan ikat pinggang dari emas.
Singkat
kata: Rasul Yohanes melihat TUHAN dari depan, sama artinya; melihat masa depan,
melihat masa yang akan datang, itulah kemuliaan yang akan TUHAN nyatakan kepada
kita semua.
Jadi,
melihat TUHAN dari bagian depannya, itu masa depan, itulah kemuliaan yang akan
datang, kemuliaan kekal yang TUHAN mau nyatakan kepada kita semua; itu memang pekerjaan
dari rasul-rasul. Sehingga, apa yang dia lihat dari TUHAN, itu dituliskan
kepada 7 (tujuh) sidang jemaat di Asia Kecil, itulah jemaat di (1) Efesus, (2)
Smirna, (3) Pergamus, (4) Tiatira, (5) Sardis, (6) Filadelfia, (7) Laodikia.
Kemudian,
kalau kita perhatikan ayat 12-13: Lalu aku berpaling untuk melihat suara
yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh
kaki dian dari emas. Dan di tengah-tengah kaki dian itu ada seorang serupa Anak
Manusia, berpakaian jubah yang panjangnya sampai di kaki, dan dadanya
berlilitkan ikat pinggang dari emas.
Jadi,
kehidupan gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini untuk menantikan kemuliaan
yang akan datang, akhirnya tampil menjadi kaki dian emas, menjadi terang dunia,
itulah 7 (tujuh) sidang jemaat di Asia kecil. Kaki dian dengan 7 (tujuh) pelita
menyala di atasnya, itu adalah kehidupan yang menantikan kemuliaan yang akan
datang, menjadi terang di tengah dunia ini.
Lalu,
kita baca Wahyu 4.
Wahyu
4:1-2
(4:1) Kemudian
dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga
dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi
sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa
yang harus terjadi sesudah ini. (4:2) Segera aku dikuasai oleh
Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk
Seorang.
Kemudian
dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan
suara yang dahulu yang telah kudengar, itulah Wahyu 1:9-11
tadi, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari
dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.
Jadi,
TUHAN mau memperlihatkan tentang segala sesuatu, tentang apa yang akan terjadi
di masa yang akan datang, dan itu juga yang akan dituliskan kepada 7 (tujuh)
sidang jemaat. Maka, untuk menantikan kemuliaan yang akan dinyatakan, maka
sidang jemaat sudah seharusnya menjadi suatu kesaksian yang besar, sama seperti
pelita emas yang menyala-nyala, itulah persekutuan dengan Roh Kudus; menjadi
kesaksian, menjadi terang.
Kemudian,
pada ayat 2: Segera aku dikuasai
oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk
Seorang. Singkat kata: Dari ayat 2-7, TUHAN memperlihatkan seisi sorga
kepada Rasul Yohanes, itulah kemuliaan yang akan datang, yang juga akan
dinyatakan kepada kita semua. Inilah tugas dari pada rasul.
Inilah
praktek bahwa TUHAN menyatakan kasih karunianya kepada kita semua, yaitu
dibangun di atas para rasul untuk menyatakan kemuliaan yang akan datang.
Wahyu 4:4-7, itu
adalah suasana sorga dan segala sesuatu yang ada di dalamnya, itulah yang
disebut Tabernakel sorgawi, itulah yang diperlihatkan kepada Yohanes, dan
selanjutnya dituliskan kepada sidang jemaat, sehingga kita tahu tentang apa
yang akan terjadi di masa yang akan datang; itulah tugas rasul. Dan untuk
itulah kita dibangun di atas dasar pengajaran rasul.
Tentang:
Dibangun di atas dasar para nabi.
Tugas
nabi adalah bernubuat.
1
Korintus 14:2-4
(14:2) Siapa
yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada
manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti
bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia. (14:3) Tetapi
siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun,
menasihati dan menghibur. (14:4) Siapa yang berkata-kata
dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat,
ia membangun Jemaat.
Siapa
yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi
kepada Allah.
Sebab
tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya, tidak ada yang
mengerti bahasa lidah; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia, dia
hanya membangun dirinya kepada TUHAN.
Tetapi
siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia. Tugas nabi
adalah bernubuat; ia membangun, menasihati dan menghibur, seperti apa
yang sudah kita terima malam ini.
Tetapi
lebih jauh, kita akan melihat tugas nabi, pada ayat 24-25.
1
Korintus 14:24-25
(14:24) Tetapi
kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia
akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua; (14:25) segala
rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata,
sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengaku: "Sungguh, Allah ada di
tengah-tengah kamu."
Firman
nubuat, berarti; menyelidiki, mengoreksi segala
sesuatu yang terkandung di dalam hati, berarti; dosa dibongkar dengan tuntas.
Kalau
saudara mendengar Firman nabi, maka cirinya ialah membangun, menghibur,
menasihati, dan dosa dibongkar dengan tuntas. Ketika Firman nabi menyelidiki
dan mengoreksi dosa (dosa dibongkar dengan tuntas), maka saat itu akui
secepatnya. Jangan sampai Firman nubuat mengoreksi, tetapi kita tetap bertahan,
tidak mau mengakui dosa; itu tidak benar.
Maka,
ketika kita menerima Pengajaran Nabi, Firman Nubuat yang mengadakan penyucian
terhadap dosa, yang menyelidiki semua dosa, maka saat itu juga kita harus mau
mengakui dosa. Itulah bukti bahwa TUHAN sangat limpah kasih karunia.
Tadi
kita sudah melihat: Kemuliaan yang akan datang, itulah Tabernakel Sorgawi,
yang diwakili oleh Rasul Yohanes.
Sekarang, kita akan melihat contoh nabi yang bernubuat, yang diwakili oleh Musa,
di dalam Keluaran 33.
Pada
Keluaran 32 adalah tentang anak lembu emas tuangan, dan TUHAN sangat murka. Ketika
patung anak lembu emas tuangan itu ada, bangsa Israel tidak taat, tidak setia,
tidak dengar-dengaran, sehingga Allah murka. Kemudian, pada Keluaran 33, kita
akan melihat bersama-sama.
Kita
melihat kaitan dari pasal 32, yaitu Keluaran 33, dengan perikop: “Musa
meminta penyertaan TUHAN di padang gurun”, karena dia sudah tidak yakin
lagi, tidak percaya diri lagi, karena dosa anak lembu emas -- pada Keluaran 32
--.
Keluaran
33:17
(33:17)
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Juga hal yang telah kaukatakan ini akan
Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku dan Aku
mengenal engkau."
Berfirmanlah
TUHAN kepada Musa: "Juga hal yang telah kaukatakan ini akan Kulakukan,
karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku dan Aku mengenal
engkau." Berarti, namanya tertulis di dalam kitab kehidupan,
itulah maksud dari “Aku mengenal engkau”; namanya tertulis di dalam
kitab kehidupan Anak Domba yang telah disembelih.
Karena,
waktu itu Musa memohon untuk melunakkan hati TUHAN: “kiranya Engkau
mengampuni dosa mereka itu -- dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari
dalam kitab yang telah Kautulis.” Tetapi TUHAN berkata: “Siapa yang
berdosa kepada-Ku, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku.”
Jadi, nama Musa tetap tertulis di dalam kitab kehidupan Anak Domba. TUHAN
memaklumi perbuatan Musa, TUHAN mengerti bahwa Musa ingin menunjukkan tanggung
jawabnya, sehingga ketika Musa ketus berkata-kata kepada TUHAN, TUHAN memaklumi
itu.
Keluaran
33:18
(33:18) Tetapi
jawabnya: "Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu
kepadaku."
Kemudian
Musa berkata: Kalau memang TUHAN mau menyatakan kasih karunia-Mu, maka perlihatkan
kemuliaan-Mu kepadaku. Itulah permintaan dari pada Musa, dia seorang nabi.
Keluaran
33:19
(33:19) Tetapi
firman-Nya: "Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari
depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia
kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang
Kukasihani."
Aku
akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan
mengasihani siapa yang Kukasihani. TUHAN berkasih karunia kepada siapa
Ia berkasih karunia; TUHAN akan melewatkan segenap kegelimangan-Nya dari depan
Musa.
Keluaran
33:20-23
(33:20) Lagi
firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang
yang memandang Aku dapat hidup." (33:21) Berfirmanlah TUHAN:
"Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung
batu; (33:22) apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan
engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan
tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. (33:23) Kemudian Aku
akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi
wajah-Ku tidak akan kelihatan."
“Engkau
tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat
hidup.” Kalau Rasul Yohanes di pulau Patmos melihat TUHAN dari depan,
melihat kemuliaan yang akan datang. Tetapi kalau Musa; tidak tahan melihat
bagian depan TUHAN, tidak dapat melihat TUHAN dari depan, pasti orang akan
mati.
Maka,
kalau saudara melihat kesaksian-kesaksian “ada sinar”, pasti tidak ada wajah
TUHAN, itu tidak akan bisa; sebab dari mana orang berdosa bisa melihat
kemuliaan TUHAN? Demikian juga kalau hamba TUHAN dipermuliakan TUHAN, maka
sangat sulit melihat wajahnya. Apalagi kalau dia habis mencuri, lalu melihat
wajah hamba TUHAN, itu susah sekali pencuri melihat wajah hamba TUHAN, apalagi
kalau ketahuan dosanya. Susah melihat wajah kemuliaan dari seorang hamba TUHAN,
apalagi kalau dia baru melakukan dosa, habis berdusta misalnya, apalagi TUHAN;
oleh sebab itu, jangan berdusta di hadapan kemuliaan TUHAN supaya kita jangan
mati.
Jadi, jalan
keluarnya supaya manusia mendapatkan kasih karunia supaya tidak binasa, TUHAN
memberi jalan keluar: Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat
berdiri di atas gunung batu; apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan
menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan
tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan
engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan.
Musa,
seorang nabi, melihat TUHAN pada bagian belakang-Nya saja. Supaya Musa dapat
melihat bagian belakang dari TUHAN, maka TUHAN memberi jalan keluar: maka TUHAN
harus menempatkan Musa di lekuk gunung.
Jadi,
untuk melihat kemuliaan Allah bagian belakang, dia harus diletakkan di lekuk
gunung; sesudah diletakkan di lekuk gunung, dia ditutup (ditudungi) oleh
tangan-Nya; sesudah Yesus lewat, barulah tangan-Nya ditarik. Itulah pengalaman
kematian dan kebangkitan; itulah pengalaman Musa sebagai seorang nabi untuk
melihat Allah pada bagian belakang-Nya.
Siapa
yang tahu dosa masa lalu kita? Tetapi Musa sudah melihat TUHAN dari bagian
belakang; itu sebabnya, walaupun dia belum lahir, namun Musa bisa menuliskan
kitab Kejadian; kejadian bagaimana langit, bumi dan segala isinya tercipta, itu
adalah kemuliaan dari bagian belakang TUHAN. Siapa yang bisa melihat dosa masa
lalu seseorang? Hanyalah seorang nabi yang bisa melihatnya.
Jadi,
kalau nabi sedang bernubuat, menyatakan rahasia Firman, menyingkap dosa, itu
artinya TUHAN menyatakan kemuliaan-Nya.
Itulah
tentang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi. Bersyukurlah; itu
adalah bukti bahwa TUHAN limpah kasih karunia kepada orang mati dan kepada
orang hidup.
Waktu
langit, bumi diciptakan oleh Firman, Musa belum ada di situ, bahkan belum ada
ibu dan bapaknya pada waktu itu, belum jadi apa-apa, tetapi dia bisa
menceritakan semua masa lalu, semua dosa, dan kita harus akui hal itu malam
ini. Jangan pernah berkata: “Bapak gembala sudah tahu; jadi, tidak perlu
saya akui”, ini menunjukkan bahwa engkau adalah pribadi yang keras hati,
bahkan sampai kiamat pun engkau tidak akan berubah; engkau tidak akan menjadi
berkat, tanganmu tidak akan pernah menjadi berkat, itulah yang membuat tanganmu
tidak menjadi berkat. Hatimu pun tidak akan pernah menjadi berkat kalau engkau
tidak mau mengakui kesalahan di masa lalu.
TUHAN
sudah tuliskan dosa masa lalu, sehingga masa lalu terlihat, bagian belakang sudah
terlihat, tetapi engkau tidak mau mengakui dosa, maka kemuliaan Allah tidak
akan pernah nyata, hatimu tidak akan pernah menjadi berkat, pikiranmu tidak
akan pernah menjadi berkat, perbuatanmu tidak akan pernah menjadi berkat,
tanganmu tidak akan pernah menjadi berkat, dua kakimu tidak akan pernah menjadi
berkat; camkanlah apa yang saya sampaikan ini.
Jadi,
sudah sangat jelas; kehidupan yang limpah kasih karunia, selain dibangun di
atas pengajaran rasul, juga dibangun di atas pengajaran para nabi.
Tidakkah
saudara merasa sedang dibangun di atas pengajaran rasul dan para nabi saat ini,
bukan? Terlalu bodoh sekali kalau saudara mengundurkan diri dari penggembalaan.
Bagaimana keselamatan itu bisa saudara terima? Bagaimana saudara mau melihat
kemuliaan dari bagian depan dan bagian belakang sementara saudara tidak
menerima pengajaran nabi dan pengajaran rasul?
Itulah
praktek kasih karunia yang pertama, yaitu dibangun di atas para rasul dan para
nabi.
Praktek
kasih karunia, YANG KEDUA: DENGAN KRISTUS YESUS SEBAGAI BATU PENJURU.
Apa
yang dinyatakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus ini, juga dinyatakan
kepada jemaat di Korintus pada 1 Korintus 3:10-11, di mana Rasul Paulus telah
meletakkan dari setiap bangunan; tidak ada dasar lain selain yang sudah dia
letakkan, itulah pribadi Yesus yang disalibkan (korban Kristus). Tidak
ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah
diletakkan, yaitu korban Kristus, itulah batu penjuru.
Kita
perhatikan 1 Petrus 2, dengan perikop: “Yesus Kristus sebagai batu penjuru”.
1
Petrus 2:6
(2:6) Sebab ada
tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu
yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang
percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."
Allah
telah meletakkan sebuah batu, disebut “batu yang terpilih”, disebut juga batu
penjuru dan batu yang mahal, jelas itu adalah Yesus yang disalibkan, korban Kristus;
itu adalah dasar bangunan. Dan siapa yang percaya kepada batu utama, tidak akan
dipermalukan, itulah batu yang diangkat Zerubabel untuk membangun dan dijadikan
sebagai dasar Bait Allah yang dibangun di Yerusalem, setelah pembuangan orang
Yahudi kembali ke Yerusalem.
1
Petrus 2:7
(2:7) Karena
itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak
percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah
menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu
sandungan."
Karena
itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal ... Bagi yang percaya,
korban Kristus itu mahal, itu adalah dasar kita untuk melayani TUHAN, dasar
untuk membangun rumah tangga, dasar kita beribadah, itulah korban Kristus,
tidak ada dasar yang lain, bukan mujizat, bukan uang, bukan harta.
Tetapi
bagi mereka yang tidak percaya: “Batu yang telah dibuang oleh
tukang-tukang bangunan ... Yesus adalah batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang
bangunan -- itulah ahli Taurat, imam-imam kepala, tua-tua orang Yahudi -- telah
menjadi batu penjuru ... Korban Kristus betul-betul dasar dari kehidupan
kita beribadah, kehidupan kita untuk melayani, dasar dari nikah dan rumah
tangga.
Selain
batu penjuru, juga menjadi batu sentuhan ... Pengajaran salib, Dia
sangat menyentuh hati kita, Dia memahami kita semua, dia mengerti keberadaan
kita, Dia tahu kebodohan kita, Dia tahu kelemahan kita, Dia tahu kejahatan kita, Dia tahu kenajisan
kita, Dia menyentuh hati kita. Tetapi mujizat tidak menyentuh hati, uang tidak
menyentuh hati; hanya korban Kristus yang menyentuh hati kita masing-masing.
Namun
dalam kesempatan yang lain, korban Kristus bisa menjadi suatu batu sandungan
bagi tukang-tukang bangunan -- ahli-ahli Taurat, imam-imam kepala dan tua-tua
--, mereka tersandung dengan ibadah salib, tersandung dengan korban Kristus;
maka, tidak banyak orang Kristen bertahan manakala ibadah dihubungkan dengan
salib, mereka tidak menghargai korban Kristus, batu yang dibuang oleh
tukang-tukang bangunan -- ahli Taurat, imam kepala dan tua-tua --.
Tetapi
bagi kita, korban Kristus adalah dasar kita untuk datang menghadap TUHAN,
korban Kristus adalah dasar dalam membangun nikah rumah tangga, Dia adalah
dasar yang teguh. Korban Kristus adalah dasar yang teguh. Mengapa seseorang
mudah sekali terpengaruh dengan hal-hal yang tak suci? Karena hidupnya tidak
dibangun di atas korban.
Tetapi
lihatlah kehidupan yang tidak dibangun di atas korban Kristus, batu penjuru,
batu yang mahal, batu utama yang dipegang oleh Zerubabel di dalam Matius 7:24-25,
Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama
dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Yang
mendirikan rumah di atas batu adalah orang yang bijaksana. Siapakah orang yang
bijaksana? Yaitu yang mendengar dan melakukan Firman.
Setelah
rumahnya dibangun di atas batu, kemudian ...
-
turunlah hujan sebagai ujian yang
pertama,
-
dan datanglah banjir sebagai
ujian yang kedua,
-
lalu angin melanda rumah itu sebagai
ujian yang ketiga,
tetapi
rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas korban Kristus.
-
Ujian yang pertama: Turunlah hujan, itulah
ujian dari penghulu di udara dengan segala tipu dayanya.
-
Sedangkan ujian yang kedua: Datanglah
banjir, itu adalah dosa kenajisan.
-
Kemudian, ujian yang ketiga: Angin melanda
rumah itu, itulah angin-angin pengajaran palsu.
Tetapi
karena rumah itu dibangun di atas korban Kristus, maka rumah itu tidak rubuh,
dia kuat.
Inilah
bukti bahwa TUHAN limpah kasih karunia; dibangun di atas pengajaran rasul,
pengajaran nabi dan batu penjuru (korban Kristus).
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment