IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 28 AGUSTUS 2021
(Seri:248)
Secepatnya kita menyambut firman penggembalaan untuk ibadah pemuda remaja itulah study Yusuf.
(41:50) Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On. (41:51) Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." (41:52) Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."
Anak yang sulung diberi nama Manasye, sedangkan anak yang kedua diberi nama Efraim.
Tentang nama yang telah diberikan oleh Yusuf kepada kedua orang anak laki-lakinya itu, ternyata terkandung suatu makna dan suatu maksud didalamnya.
Jadi nama yang diberikan oleh Yusuf kepada kedua orang anak laki-lakinya itu, bukan hanya sebatas untuk penyebutan tetapi nama itu betul-betul mengandung makna dan ada suatu maksud di dalamnya.
Manasye artinya; Allah telah membuat Yusuf lupa sama sekali kepada;
1. Kesukaran yang dialaminya
Sekilas pandang kita melihat arti yang kedua dari Manasye, seolah-olah Yusuf adalah anak durhaka, yang benar-benar melupakan ayahnya, rumah bapaknya, sama seperti Malin Kundang. Tetapi sesungguhnya, lebih dari apa yang kita tahu, sebab hati Yusuf sungguh mulia.
Kejadian 45:4-5 nah ini, ayatnya juga sama 4 dan 5 judulnya; “Yusuf memperkenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya.”
Pada akhirnya Yesus pun akan memperkenalkan diri-Nya kepada manusia dan itu juga terjadi dan dialami oleh Yusuf.
(45:4) Lalu kata Yusuf kepada saudara-saudaranya itu: "Marilah dekat-dekat." Maka mendekatlah mereka. Katanya lagi: "Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir. (45:5) Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.
Pendeknya, perkataan-perkataan Yusuf kepada saudara-saudaranya, menunjukkan bahwa Yusuf sangatlah mengerti rencana Allah dan ia hidup dan menghidupi rencana Allah tersebut.
Pendeknya, orang yang mengerti rencana Tuhan tidak perlu bersungut-sungut, apalagi berbantah-bantahan kepada Tuhan.
(45:8) Jadi bukanlah kamu yang menyuruh aku ke sini, tetapi Allah; Dialah yang telah menempatkan aku sebagai bapa bagi Firaun dan tuan atas seluruh istananya dan sebagai kuasa atas seluruh tanah Mesir.
Kalau kita lihat hanya dari sisi perasaan manusia daging, di situlah seringkali manusia bersungut-sungut, bahkan nanti berbantah-bantahan kepada rencana Tuhan, dan itu seringkali terjadi atas kehidupan kita, teramat lebih sebelum kehidupan kita ini dipanggil oleh Tuhan bukan?
Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya: “Janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri karena kamu menjual aku kesini”, kalimat ini menunjukkan bahwasanya:
a. Yusuf tidak egois.
b. Yusuf tidak mencari dan tidak hanya memiliki dan tidak hanya memikirkan dirinya sendiri.
Filipi 2:1-4
(2:1) Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, (2:2) karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, (2:3) dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; (2:4) dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
1. Ada nasehat, itu sebabnya ia disebut penasihat ajaib.
Pendeknya, ibadah pelayanan di hadapan Tuhan itu merupakan kegiatan
Pendeknya, ibadah pelayanan di hadapan Tuhan itu merupakan kegiatan Roh atau persekutuan Roh.
1. Sehati
- Tidak mencari kepentingan sendiri.
Filipi 2:5-6
(2:5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (2:6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
- Yesus rela meninggalkan segala kemuliaan-Nya.
Jangan kita melihat rencana Allah di dalam diri kita hanya dari satu sudut pandang atau dari sisi kita sendiri, kalau kita melihat rencana Allah dari sudut pandang sisi perasaan manusia daging, disitulah kita seringkali bersungut-sungut, berbantah-bantahan, uring-uringan, sampai memberontak kepada TUHAN. Tetapi lihatlah Yusuf, memberi nama kepada anak sulung laki-lakinya Manasye, yang artinya; ia telah melupakan kesukaran-kesukaran di masa lalu, kemudian ia telah melupakan rumah bapanya, menunjukkan bahwa Yusuf bukan orang yang egois.
Jadi kita harus melihat rencana Allah di dalam diri kita dari sudut perspektif, panjang, lebar, tinggi dan luas (dimensi lain), supaya jangan kita merasa jadi pahlawan.
Jadi, karena Yusuf mengerti akan hal itu, maka iapun, ketika Tuhan menyatakan rencana yang besar itu, Yusuf sama sekali tidak bersungut-sungut dan tidak berbantah-bantahan terhadap saudara-saudaranya yang telah menjual dia ke Mesir.
Namun, sedikitpun Yusuf tidak bersungut-sungut terhadap rencana Tuhan dan dibuktikan, iapun tidak berbantah-bantahan kepada saudara-saudaranya yang telah menjual dia sebagai budak di Mesir.
(2:7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
1. Mengambil rupa seorang hamba.
Jadi sudah sangat jelas Yesus Kristus, ada kesamaan yang konkret, kuat dengan Yusuf.
Biarlah kiranya kita semua mengambil rupa seorang hamba, jangan mengambil rupa seorang tuan, yang hanya bisa mengatur. Yesus datang ke dalam dunia ini bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi banyak orang
Sebab itu, biar kita semua betul-betul mengambil rupa seorang hamba dan bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan rela menjadi korban, itu rupa hamba.
Sebab itu, jangan lagi kita keliru di dalam hal bertindak dan bersikap, namun biarlah kita menjadi suatu kehidupan yang bijaksana oleh pengertian surgawi. Secepatnyalah mengambil rupa seorang hamba, bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan rela dikorbankan untuk tebusan, pendamaian, bagi banyak orang dimanapun kita ada.
Itulah yang dikerjakan oleh Yesus Anak Allah, ketika Dia turun ke dunia ini sesuai dengan nubuatan para nabi secara khusus nubuatan nabi Yesaya.
Pendeta belum tentu hamba TUHAN, tetapi hamba kebenaran sudah pasti hamba TUHAN.
(42:2) Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara atau memperdengarkan suaranya di jalan.
Jadi, seorang hamba ketika melayani TUHAN dan melayani pekerjaan tuhan harus benar-benar di berada di dalam tanda pengalaman kematian, daging tidak bersuara, daging tidak berteriak.
Ketika berada dalam rencana TUHAN tidak bersungut-sungut, bahkan tidak berbantah-bantahan dengan sesamanya persis seperti Yusuf. Yusuf adalah bayangan dan gambaran yang konkret dari TUHAN Yesus, yang mengambil rupa sebagai hamba. Itu sudah dinubuatkan sebelumnya, jauh sebelum Yesus tampil ke dunia ini oleh nabi Yesaya.
Biarlah kiranya kita menggenapi nubuatan-nubuatan para nabi, jikalau memang kita mengambil rupa seorang hamba.
(42:3) Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum. (42:4) Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan patah terkulai, sampai ia menegakkan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya.
1. Memberi pengharapan kepada orang, sehingga orang tidak berputus asa.
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas, kalau seorang hamba TUHAN sibuk berbicara perkara lahiriah, perkara duniawi, perkara dibawah, itu bukan pengajaran yang mendidik, justru menimbulkan kefasikan, kecongkakan, bagi setiap orang yang mendengarkan, merusak iman dari sidang jemaat, sebagaimana dalam 2 Timotius 2:16- 19, juga masih banyak ayat-ayat yang lain.
(2:6) Pengajaran yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak terdapat pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan.
Syaratnya sehingga pengajaran itu ada di dalam diri seorang pelayan TUHAN yang mengambil rupa seorang hamba:
- Kecurangan tidak terdapat pada bibirnya.
Jadi kalau damai sejahtera ada di tengah-tengah ibadah pelayanan dari seorang hamba TUHAN, kemudian kejujuran juga menyertai seorang hamba TUHAN di tengah-tengah pelayanannya, pasti banyak orang bertobat, pasti banyak orang berbalik dari kesalahannya.
Sebab itu hamba TUHAN harus jujur di tengah pelayanan, jujur terhadap hati nurani, jujur kepada TUHAN, jujur kepada sidang jemaat, jujur kepada sesama, pasti pelayanannya berkuasa, sehingga banyak orang berbalik dari kesalahannya, banyak orang bertobat.
(2:7) Sebab bibir seorang imam memelihara pengetahuan dan orang mencari pengajaran dari mulutnya, sebab dialah utusan TUHAN semesta alam.
Jadi sudah sangat jelas, tidak ada kecurangan terdapat pada bibirnya, jangan sampai hamba TUHAN melayani hanya untuk mencari keuntungan, berarti dibibirnya ada kecurangan, itu bukan pengetahuan. Tetapi, bibir seorang hamba memelihara pengetahuan dan banyak orang mencari pengajaran dari mulutnya, karena pengajaran yang keluar dari mulutnya itu mendidik dan oleh kuasa dari didikan ini, banyak orang meninggalkan kesalahannya, berbalik dari kesalahannya, bertobat sungguh-sungguh, bertobat 100%.
Itulah tugas dari seorang pelayan TUHAN yang mengambil rupa seorang hamba.
Yesaya 41: 8-9, perikop: “Israel hamba TUHAN.”
(41:8) Tetapi engkau, hai Israel, hamba-Ku, hai Yakub, yang telah Kupilih, keturunan Abraham, yang Kukasihi; (41:9) engkau yang telah Kuambil dari ujung-ujung bumi dan yang telah Kupanggil dari penjuru-penjurunya, Aku berkata kepadamu: "Engkau hamba-Ku, Aku telah memilih engkau dan tidak menolak engkau";
(42:1) Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang, orang pilihan-Ku, yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh Roh-Ku ke atasnya, supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.
Yesaya 41: 10
(41:10) janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.
Jadi Yesaya 42: 1; hamba TUHAN adalah perpanjangan tangan TUHAN, tetapi lebih jelasnya lagi dalam Yesaya 41: 10; hamba TUHAN adalah tangan kanan TUHAN yang memberi kemenangan kepada sidang jemaat.
Jadi sidang jemaat membutuhkan hamba TUHAN yang dijadikan sebagai tangan kanan TUHAN, yang memberi kemenangan, maka tentu saja di mulutnya ada pengajaran yang mendidik.
Sikap sidang jemaat, kanak-kanak dan dewasa berbeda, kalau dia kanak-kanak maka yang dikejar adalah yang lahiriah; berkat-keberkatan, berhasil-keberhasilan, sensasi-sensasi, termasuk tanda-tanda heran, mujizat-mujizat kesembuhan, itu tidak salah, harus terjadi. Itu awal TUHAN memperkenalkan diri-Nya kepada kanak-kanak rohani.
Tetapi kalau sudah dewasa, menyikapi pelayanan orang pilihan, itulah hamba TUHAN, dengan; pengajaran yang ada di mulut hamba TUHAN itu, sebab sepatah kata saja berkuasa menyembuhkan orang sakit. Itu sikap orang dewasa.
Jadi beda dengan sikap kanak-kanak rohani, bersikaplah dewasa, kaum muda bersikaplah bijaksana, yang kita tunggu dari pelayanan dari seorang pilihan, hamba TUHAN, itulah tangan kanan yang memberi kemenangan adalah; dimulutnya ada pengajaran yang mendatangkan didikan, untuk secepatnya memberi pertumbuhan dan kedewasaan penuh.
Terlalu banyak kelemahan dari sedang jemaat termasuk ketujuh sidang jemaat di Asia kecil, dibalik kelebihannya ada kelemahannya masing-masing.
1. Jemaat di Efesus.
Jadi, melayani TUHAN tetapi meninggalkan kasih semula, kejatuhannya dalam sekali.
2. Jemaat di Smirna.
3. Jemaah di Pergamus. (Wahyu 2: 12-17)
4. Jemaah di Tiatira. (Wahyu 2:18-29)
6. Jemaat Filadelfia (Wahyu 3:7)
7. Jemaat di Laodikia (Wahyu 3:14-22)
Jadi sudah jadi sudah sangat jelas, Yesaya 42; Yesus hamba TUHAN yang juga memberi kemenangan, memberi pengharapan, memberi kesempatan untuk menjadi terang kepada sidang jemaat.
Memiliki pengharapan, tidak putus asa, memberi kesempatan kepada sidang jemaat menjadi kesaksian, menjadi contoh, menjadi terang, itu juga kemenangan. Demikian juga di dalam Yesaya 41, bangsa Israel adalah umat pilihan Tuhan mereka adalah hamba TUHAN, mereka adalah tangan kanan TUHAN yang memberi kemenangan. Mengapa? Karena di mulut mereka ada pengajaran, ada didikan yang memberi kemenangan, sebagaimana malaikat ketujuh sidang jemaat, memberi kemenangan.
Itu rupa hamba, Yesus datang ke dalam dunia bukan untuk dilayani, tapi untuk melayani, bahkan rela korban menjadi korban tebusan dan korban pendamaian untuk sesamanya. Dia harus mengosongkan diri dengan satu tujuan; supaya dapat mengambil rupa hamba. Tiadalah mungkin TUHAN Yesus mengambil rupa seorang hamba, kalau tidak terlebih dahulu menghampakan, mengosongkan diri. Setelah kita melihat ungkapan-ungkapan ini, maka betapa kita harus mengangkat dua jempol kepada pribadi Yusuf.
Tadi kita sudah melihat, Yesus mengosongkan diri, menghambakan diri, dengan satu tujuan; supaya Dia mengambil rupa seorang hamba. Jangan sesekali mengambil rupa seorang tuan, mencari pujian dan mencari kehormatan, tetapi harus mengambil rupa seorang hamba, di mulutnya ada pengajaran yang mendatangkan didikan, didikan inilah yang memberi kemenangan.
Jadi hamba TUHAN adalah tangan kanan TUHAN yang memberi kemenangan kepada sidang jemaat.
Perincian tentang: MENJADI SAMA DENGAN MANUSIA.
Yang pertama.
(4:2) Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, (4:3) dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia.
Yesus datang ke dalam dunia ini bukan untuk mungkin untuk tour atau berwisata, itu hal yang tidak mungkin, mustahil, mengapa? karena dunia tidaklah lebih indah dari pada surga. Pemandangan surgawi lebih indah dari pemandangan yang ada di atas dunia. Seindah-indahnya pemandangan dunia ini, tidak lebih indah dari pemandangan di dalam kerajaan surga.
Jadi Yesus datang sebagai manusia ke dalam dunia, sudah jelas, pasti, dihubungkan dengan salib.
Singkat kata, manusia Yesus ketika datang ke dalam dunia ini terhubung langsung dengan salib di Golgota.
2 Yohanes 1:7
(1:7) Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus.
- Si penyesat itulah nabi-nabi palsu itulah ekor naga merah padam.
Berarti di tangga ibadah dan pelayanan ini, kita bukan sedang asik-asikan, bukan sedang mencari kepentingan diri, tetapi betul-betul kita datang untuk menyangkal diri, memikul salib atau dengan kata lain memberitakan salib dimanapun kita ada.
(1:8) Waspadalah, supaya kamu jangan kehilangan apa yang telah kami kerjakan itu, tetapi supaya kamu mendapat upahmu sepenuhnya.
Pengajaran salib yang kita terima sebagai didikan memberi upah sepenuhnya, apa upah sepenuhnya? kerajaan surga, kemuliaan surgawi, itu upah penuh.
Kalau separuh upah itu hanya berkat-berkat lahiriah, berkat-berkat jasmani, tetapi TUHAN Yesus melayani di tengah dunia ini selama tiga tahun setengah, Dia taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib, tidak berhenti di tengah jalan, hanya sibuk dengan tanda-tanda heran, sensasi, tidak, tetapi taat sampai mati bahkan sampai mati di kayu salib.
(1:9) Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak.
Hatiku terharu dengan pengertian surgawi ini, maka saya sungguh heran melihat betapa luar biasa pribadi Yusuf ini, jelas gambar dan bayangan dari pribadi yang konkret dari pribadi Yesus Kristus.
Jadi sudah sangat jelas; menerima pengajaran salib ia akan naik bukan turun, ia akan kepala bukan ekor, jelas itu menunjuk gunung Sion, mempelai perempuan TUHAN.
(2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Bagaimana dengan respon apa yang sudah kita terima ini? Jadilah suatu kehidupan yang setia di hadapan TUHAN.
Yang kedua.
Ibrani 4:15
(4:15) Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
Jadi Yesus harus menjadi manusia sebagai Imam Besar, untuk apa? supaya Ia bisa merasakan kelemahan-kelemahan manusia itu sendiri.
Tidak ada artinya seorang hamba TUHAN dalam pelayanannya, kalau dia tidak mengerti kelemahan orang lain, kalau tidak merasakan kelemahan orang lain, kalau dia hanya sibuk bicara tentang teori kemakmuran, pengajaran prosperity.
Ibrani 5:1
(5:1) Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa.
Konsekuensinya; rela menjadi korban, rela mempersembahkan persembahan dan korban bakaran karena dosa manusia.
(5:2) Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan,
- Orang-orang yang jahil.
Tetapi seorang imam besar, seharusnya ia mengerti keadaan dari orang-orang jahil, orang-orang sesat.
(5:7) Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
Konsekuensinya; Dia rela menjadi korban, untuk memperdamaikan dosa manusia.
Kita bersyukur kepada TUHAN, Ia telah mengosongkan diri untuk menjadi sama dengan manusia.
Singkat kata, dari perincian tentang menjadi sama dengan manusia adalah memahami orang lain, mengerti orang lain, itu maksud dan tujuan sehingga ia harus menjadi dengan manusia.
Kalau Yesus datang ke dunia ini hanya sebagai Tuhan 100%, tidak menjadi manusia 100%, maka Dia tidak akan memahami tentang kemanusiaan. Tetapi Yesus adalah Allah 100%, tetapi Dia juga manusia Ilahi 100%. Itu sebabnya, Dia memahami orang jahil, memahami orang-orang yang sesat.
Kejadian 45:1-2
(45:1) Ketika itu Yusuf tidak dapat menahan hatinya lagi di depan semua orang yang berdiri di dekatnya, lalu berserulah ia: "Suruhlah keluar semua orang dari sini." Maka tidak ada seorangpun yang tinggal di situ bersama-sama Yusuf, ketika ia memperkenalkan dirinya kepada saudara-saudaranya. (45:2) Setelah itu menangislah ia keras-keras, sehingga kedengaran kepada orang Mesir dan kepada seisi istana Firaun.
Dia tampil seperti induk ayam, yang berusaha mengumpulkan anak-anaknya, tetapi anak-anaknya itu mengambil jalannya masing-masing, itulah keluhan Yesus terhadap Yerusalem, itulah tangisan Yesus terhadap Yerusalem.
Demikianlah Yusuf dia menangis sejadi-jadinya.
(45:3) Dan Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya: "Akulah Yusuf! Masih hidupkah bapa?" Tetapi saudara-saudaranya tidak dapat menjawabnya, sebab mereka takut dan gemetar menghadapi dia.
Betapa hebatnya TUHAN membuat orang bertobat, betapa hebatnya TUHAN membuat orang menjadi takut dan gemetar menghadapi kedatangan Dia.
(45:4) Lalu kata Yusuf kepada saudara-saudaranya itu: "Marilah dekat-dekat." Maka mendekatlah mereka. Katanya lagi: "Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual ke Mesir.
(45:5) Tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.
(45:6) Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai. (45:7) Maka Allah telah menyuruh aku mendahului kamu untuk menjamin kelanjutan keturunanmu di bumi ini dan untuk memelihara hidupmu, sehingga sebagian besar dari padamu tertolong.
Yusuf tidak hanya peduli dengan dirinya, melainkan dia peduli tentang keselamatan jiwa-jiwa saudara-saudaranya.
Inilah pribadi Yusuf, itu sebabnya dia memberi nama kepada anak laki-laki yang sulung; Manasye, artinya; dia telah melupakan kesukaran-kesukarannya, kemudian melupakan rumah bapanya.
Kita melihat arti kedua ini dari satu sisi, kita akan katakan; “Yusuf ini anak durhaka”, karena dia melupakan rumah bapanya. Tetapi kita tidak boleh melihat rencana-rencana TUHAN yang dinyatakan di dalam diri kita, dalam satu sisi, dalam satu sudut pandang, tetapi kita harus melihat dari sudut pandang yang lain, sudut pandang perspektif, dimensi lain.
Dengan demikian, kita memiliki cara berpikir yang luas, tidak sempit, karena kerajaan surga itu luas.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA
SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang