IBADAH
KAUM MUDA REMAJA, 14 AGUSTUS 2021
STUDY
YUSUF
(Seri: 246)
Subtema: RAHASIA YANG TERSEMBUNYI DARI ABAD KE ABAD
Damai sejahtera Kristus memerintah
di hidup kita masing-masing, segala puji, segala hormat, selayaknya bagi Dia
yang sekarang ada di dalam kemuliaan-Nya. Puji Tuhan, saya tidak lupa menyapa
pemuda remaja dimanapun anda berada yang sedang setia dalam ketekunan Ibadah
Kaum Muda Remaja digembalakan oleh GPT “Betania” Serang dan Cilegon, lewat live streaming, internet, Youtube, Facebook, TUHAN kiranya
memberkati kita sekaliannya. Harapan saya, selanjutnya ada suatu persekutuan
yang baik, persekutuan yang indah di antar kita, suatu saat nanti mata bertemu
mata, jika TUHAN ijinkan.
Marilah kita berdoa, kita mohonkan
kemurahan TUHAN supaya kiranya firman itu keluar yakni terjadi pembukaan firman
untuk meneguhkan setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi, di hari-hari
terakhir ini, dimana antikris sudah berada di ambang pintu, lalu sesudah masa
itu TUHAN datang, berarti kedatangan TUHAN sudah tidak lama lagi. Maka biarlah
kiranya Firman Allah malam ini menjadi jawaban bagi kita masing-masing.
Mari kita sambut STUDY YUSUF sebagai
firman penggembalaan Ibadah Kaum Muda Remaja.
Kejadian 41:50-52
(41:50) Sebelum
datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki,
yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On. (41:51) Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya
itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada
kesukaranku dan kepada rumah bapaku." (41:52)
Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya:
"Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."
Sebelum datang tahun kelaparan itu,
berarti pada masa 7 tahun kelimpahan, lahirlah bagi Yusuf 2 orang anak
laki-laki.
-
Anak yang sulung bernama: Manasye.
-
Anak yang kedua bernama: Efraim.
Tentang nama-nama yang telah
diberikan oleh Yusuf kepada kedua orang anak laki-lakinya, terkandung suatu
makna dan suatu maksud di dalamnya.
Sekarang kita akan mengikuti
penjelasan tentang arti kedua nama anak laki-laki Yusuf tersebut, dimulai dari
anak sulung yaitu: MANASYE.
Manasye artinya: “Allah telah membuat aku lupa sama sekali
kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku.” Pendeknya, Yusuf telah
melupakan seluruh perkaranya. Mula-mula Yusuf melupakan kejahatan dan kebencian
dari saudara-saudaranya. Kisah itu ditulis dengan lengkap dalam Kejadian 37. Sebagai tambahan, adapun motor penggerak dari kejahatan dan
kebencian dari saudara-saudaranya adalah iri hati.
Kejadian 37:11
(37:11) Maka iri hatilah saudara-saudaranya kepadanya,
tetapi ayahnya menyimpan hal itu dalam hatinya.
Sudah sangat jelas, kejahatan
saudara-saudaranya di tulis dalam Kejadian
37:2, kemudian kebencian dari saudara-saudaranya ditulis dalam ayat 3 dan
4. Namun yang menjadi motor kejahatan maupun kebencian saudara-saudaranya
adalah iri hati.
Kisah Para Rasul 7:9
(7:9) Karena iri
hati, bapa-bapa leluhur kita menjual Yusuf ke tanah Mesir, tetapi Allah
menyertai dia,
Disini kita melihat pembelaan
Stefanus di hadapan orang-orang yang melempari (merajam) dia dengan batu,
termasuk di hadapan Rasul Paulus sebelum dia mati. Stefanus berkata: “Karena iri hati, bapa-bapa leluhur kita
menjual Yusuf ke tanah Mesir, tetapi Allah menyertai dia.” Jadi, oleh
karena iri hati, Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya ke tanah Mesir. Berarti,
Yusuf menjadi budak belian di Mesir.
Kisah para Rasul 7:9c-10
(7:9) Karena iri
hati, bapa-bapa leluhur kita menjual Yusuf ke tanah Mesir, tetapi Allah
menyertai dia, (7:10) dan
melepaskannya dari segala penindasan serta menganugerahkan kepadanya kasih
karunia dan hikmat, ketika ia menghadap Firaun, raja Mesir. Firaun
mengangkatnya menjadi kuasa atas tanah Mesir dan atas seluruh istananya.
Kesukaran boleh terjadi silih
berganti dialami oleh Yusuf, dialami oleh anak-anak TUHAN, oleh orang-orang
Kristen di atas muka bumi ini, tetapi ingat:
- Allah tetap menyertai Yusuf
- Allah melepaskan Yusuf dari penindasan
Jadi tidak selamanya kita mengalami
penindasan.
Bahkan, tidak kalah penting disini
kita perhatikan dari apa yang sudah dibaca; Allah menganugerahkan kepada Yusuf:
1.
Kasih karunia.
2.
Hikmat.
Sehingga oleh karena dua perkara
itu, atau oleh karena kasih karunia dan hikmat tersebut, Firaun mengangkat
Yusuf menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir dan atas seluruh istana Firaun,
dengan lain kata diangkat menjadi mangkubumi, menjadi kepala pemerintahan atas
tanah Mesir. Berarti, Yusuf diangkat hingga dipermuliakan.
Yusuf diangkat dan dipermuliakan,
jelas itu terjadi hanya oleh karena kasih karunia dan hikmat. Biarlah dua
perkara ini betul-betul TUHAN nyatakan bagi kita masing-masing yaitu; kasih
karunia dan hikmat, supaya kelak kita diangkat dan dipermuliakan sama seperti
Yusuf.
Kesimpulannya, kasih karunia dan
hikmat itu ternyata bersumber dari sengsara salib, yakni penindasan dan
kesukaran-kesukaran yang di alami oleh Yusuf itu sendiri. Jadi saudara jangan
berfikir, kasih karunia dan hikmat itu bersumber dari sederet gelar tinggi di
atas pundak, atau bersumber dari pengalaman yang dimiliki oleh seseorang secara
duniawi, secara sekuler, atau pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara
ilmiah, tidak. Tetapi kasih karunia dan hikmat jelas bersumber dari sengsara
salib tidak dari yang lain-lain itulah; penindasan dan kesukaran-kesukaran yang
dialami Yusuf itu sendiri.
Jadi saudara, kalaupun kita di
hari-hari terakhir ini banyak mengalami sengsara, penderitaan oleh karena
banyaknya kesukaran, tidak perlu heran, apalagi harus menangis darah dan
bersungut-sungut. Juga di dalam ibadah dan pelayanan, terlalu berat salib yang
kita pikul di atas dua pundak ini, tidak perlu heran dan tidak perlu
dibesar-besarkan, sebab kemuliaan yang akan kita terima (kehidupan kekal),
tidak sebanding dengan penderitaan yang kita alami di dunia ini. Sengsara,
derita, yang kita alami di atas muka bumi ini sifatnya sementara, tidak
selamanya kita harus menderita. Dibalik sengsara salib (penderitaan), TUHAN
sudah sediakan kemuliaan kekal.
Ingat, kasih karunia dan hikmat
bersumber dari sengsara salib, tidak datang dari mana-mana. Jadi, jangan
ngomel-ngomel di tengah-tengah ibadah dan pelayanan seberapa besar dan berat
salib yang dipikul, korban yang dipersembahkan, tidak usah bersungut-sungut,
jangan berhitung-hitung saudara. Mungkin sesudah persembahan sepersepuluh (satu
dari sepuluh) sisa sembilan, masih ada lagi persembahan-persembahan khusus, khusus
untuk pembelian gedung gereja atau sebidang tanah untuk pembangunan gereja,
mungkin saudara ingin prihatin membantu siapapun yang pantas untuk bantu, tidak
usah heran disitu. Sebab itu merupakan sumber dari kasih karunia dan hikmat.
Jangan berhitung-hitung, dari TUHAN kembali kepada TUHAN.
BUKTI KASIH KARUNIA YANG BERSUMBER
DARI SENGSARA SALIB.
1 Petrus 2:18
(2:18) Hai kamu,
hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja
kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis.
Kalau mau menjadi hamba, tunduk
saja, jangan menantang, ingat itu. Jangan pernah merasa paling benar, jangan
pernah merasa yang paling berjasa, karena mungkin terlalu banyak pekerjaan yang
ia kerjakan, harus tunduk.
1 Petrus 2:19-20
(2:19) Sebab adalah
kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung
penderitaan yang tidak harus ia tanggung. (2:20) Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan
karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu
harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
Jawaban dari ayat 18 adalah pada
ayat 19-20. Singkat kata, menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung
disebut dengan aniaya karena firman, sengsara karena salib, yang merupakan
sumber kasih karunia. Camkanlah itu, jangan lagi diputar balik atau plesetkan.
Seorang hamba harus tau akan hal itu, supaya ketundukan seorang hamba nyata di
hadapan tuannya. Ketundukan itu harus nyata di hadapan TUHAN Yesus Kristus.
Sedangkan tuan dari semua hamba-hamba TUHAN adalah TUHAN Yesus Kristus. Jadi,
ketundukan seorang hamba, pelayan TUHAN, imam harus nyata di hadapan TUHAN.
Jadi jangan kita melayani hanya untuk kepentingan diri, tetapi di tengah ibadah
dan pelayanan itu harus ditandai dengan ketundukan dan ketundukan itu harus
nyata, benar, dihadapan TUHAN Yesus Kristus sebagai tuan dari semua hamba-hamba
TUHAN.
1 Petrus 2:21
(2:21) Sebab untuk
itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan
telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
Jangan salah mengerti soal panggilan
saudara, kita semua dipanggil tujuannya adalah supaya kita mengikuti
jejak-jejak kaki Yesus yang berdarah. Jangan langsung berasumsi tentang berkat
jasmani, termasuk berkat kesembuhan-kesembuhan.
Kalau kita mengikuti jejak-jejak
kaki Yesus yang berdarah, dampak positifnya: semua dosa rontok seketika itu
juga, tidak berhenti sampai disitu, semua musuh akan remuk di bawah tumit kaki
yang berdarah-darah.
Dengan demikian, kasih karunia dan
kemurahan-kemurahan Allah sudah nyata dan terjadi, manakala kita benar-benar
mengikuti jejak-jejak kaki Yesus yang berdarah-darah.
Yohanes 1:16-17
(1:16) Karena dari
kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; (1:17) sebab hukum Taurat diberikan
oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus
Kristus.
Dari kepenuhan-Nya kita semua telah
menerima kasih karunia demi kasih karunia, jadi bukan dari yang lain-lain;
bukan dari sederet gelar tinggi di atas pundak, bukan dari pengetahuan secara
ilmiah, maupun dari pengalaman sekuler di dunia ini, tetapi dari kepenuhan
Kristus, sengsara salib.
Berarti, dari kasih karunia yang
satu kita dibawa kepada kasih karunia yang lain dan seterusnya sampai sempurna,
hidup kekal. Sedangkan kalau kita bandingkan dengan hukum Taurat itu diberikan
oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang dari Yesus Kristus, yaitu
pribadi yang mati di atas kayu salib.
Terkait pengalaman di atas kayu
salib.
Yohanes 1:15
(1:15) Yohanes
memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang
kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang
telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku."
Pada ayat 15, Yohanes pembaptis
memperkenalkan pribadi Yesus dengan jelas, dengan terang benderang sebagai Alfa
dan Omega. Sebab Yohanes berkata: “Kemudian
dari padaku akan datang Dia.” Jadi, setelah Yohanes pembaptis menyusul kedatangan
Yesus Kristus, tetapi sebetulnya Dia telah mendahului Yohanes pembaptis, sebab
Dia telah ada sebelum Yohanes pembaptis ada.
Jadi, Yohanes pembaptis telah
memperkenalkan pribadi Yesus Kristus dengan jelas sebagai Alfa dan Omega.
Lebih rinci, pembuktian Alfa dan
Omega.
Wahyu 1:8, 17-18
(1:8) "Aku
adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang ada dan yang sudah ada
dan yang akan datang, Yang Mahakuasa."
(1:17) Ketika aku melihat
Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi
Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku
adalah Yang Awal dan Yang Akhir, (1:18)
dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai
selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.
Diawali dari Yesus sebagai Alfa dan
Omega = awal dan akhir. Dilanjutkan dengan yang
ada, yang sudah ada, yang akan datang = yang hidup, telah mati di
atas kayu salib, hidup kembali.
Dengan rincian ini, kita patut
menerima pernyataan Yohanes bahwa Yesus yang mati di atas kayu salib adalah
sumber kasih karunia. Oleh karena kepenuhan-Nyalah kita menerima kasih karunia
demi kasih karunia, karena Dialah Alfa dan Omega. Sengsara salib itu kasih
karunia, kemurahan TUHAN bagi kita masing-masing.
Sebetulnya, jauh sebelumnya, kasih
karunia ini sudah dinyatakan kepada umat Israel. Ketika Musa diutus, Musa harus
berkata kepada umat Israel: “Aku adalah
Aku”, ini menunjuk kepada pribadi Yesus Kristus, Dialah Alfa dan Omega,
yang ada, yang sudah ada, yang akan datang. Untuk apa TUHAN mengutus Musa
kepada Firaun dan bangsa Israel lalu berkata: “Aku adalah Aku?” Supaya Allah menyatakan kasih karunia demi kasih
karunia kepada umat Israel, TUHAN mau lepaskan bangsa Israel dari Mesir. Dengan
demikian, kalau akhirnya bangsa Israel dibebaskan dari perbudakan Firaun dan
Mesir jelas itu karena kasih karunia.
Kita juga dilepaskan dari perbudakan
setan dan dosa oleh karena daging jelas itu karena kasih karunia.
-
Diawali Anak Domba Allah disembelih pada waktu senja, ini gambaran
dari sengsara Yesus di atas kayu salib.
-
Lanjut menyeberangi laut
Teberau, ini lambang dari baptisan air, yang berbicara soal pengalaman
kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Jadi, jelas sekali apa yang
dikatakan oleh rasul Yohanes pembaptis; “dari
kepenuhan-Nyalah kita menerima kasih karunia demi kasih karunia. “Sampai
pada akhirnya dalam kitab Wahyu yang pertama, Rasul Yohanes memperkenalkan
Yesus sebagai Alfa dan Omega, berarti dari kepenuhan-Nya kita memperoleh kasih
karunia demi kasih karunia.
Pada zamannya bangsa Israel, Musa
memperkenalkan Alfa dan Omega, kasih karunia demi kasih karunia, juga pada
zamannya Yohanes pembaptis, gereja mula-mula, memperkenalkan pribadi Yesus
Kristus sebagai Alfa dan Omega dan di akhir zaman rasul Yohanes dalam sebuah
pewahyuan memperkenalkan pribadi Yesus sebagai Alfa dan Omega.
Jadi, sengsara salib itu tidak
berhenti sampai di sini atau tidak berhenti pada masa zaman Musa, tidak
berhenti sampai pada masa/zaman gereja mula-mula, tetapi akan berlangsung
sampai kepada akhir zaman. Jadi sudah sangat jelas, dari kasih karunia yang
satu kita di bawa kepada kasih karunia yang lain dan seterusnya sampai
sempurna. Betapa mulianya dan terpujinya kasih karunia Allah itu. Kita
bersyukur untuk itu.
Kegunaan kasih karunia untuk
manusia.
1 Korintus 15:4-7
(15:4) bahwa Ia
telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang
ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; (15:5)
bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua
belas murid-Nya. (15:6) Sesudah
itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus;
kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di
antaranya telah meninggal. (15:7)
Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua
rasul.
Yesus telah mati dan hari yang
ketiga Dia bangkit, kemudian dalam kebangkitan-Nya itu Ia menampakkan diri-Nya;
-
Pertama-tama kepada Kefas
dan 12 murid
-
Kemudian kepada 500
orang-orang kudus
-
Kepada
Yakobus dan semua rasul
Dari murid menjadi rasul ini
berbicara tentang peningkatan kualitas rohani. Waktu masih murid-murid mereka
bertengkar, karena ingin diakui siapa yang terbesar diantara mereka. Tetapi,
setelah mengalami peningkatan kualitas rohani dari murid kepada rasul, semua
rasul rela mati, Petrus rela mati, Paulus rela mati, rela menderita untuk Yesus
Kristus. Tetapi saya tidak membahas hal itu, fokus kita malam ini adalah
kegunaan dari kasih karunia untuk manusia.
1 Korintus 15:8
(15:8) Dan yang paling
akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak
yang lahir sebelum waktunya.
Yang paling akhir Yesus menampakkan
diri kepada Rasul Paulus, peristiwa itu digambarkan seperti anak yang lahir
sebelum waktunya, disebut juga dengan bayi prematur. Bayi prematur adalah
perlambangan / gambaran dari kehidupan yang tak berdaya, tidak bisa apa-apa
atau kehidupan yang tidak layak, papah.
1 Korintus 15:9
(15:9) Karena aku
adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut
rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.
Rasul Paulus berkata: “Aku adalah yang paling hina dari semua
rasul, bahkan tidak layak disebut
rasul.” Mengapa dia mengatakan itu? Sebab dia adalah orang sadis, orang
ganas; dia telah menganiaya jemaat Allah. Kita bersyukur pada saat malam ini,
kita sungguh memahami soal kasih karunia. Singkat kata, ayat 9 adalah pribadi
yang tidak layak, paling hina dari semua rasul.
Tetapi, kita lihat yang tidak layak,
paling hina pada ayat 10...
1 Korintus 15:10
(15:10) Tetapi
karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan
kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia.
Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi
bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.
Rasul Paulus mengaku dengan tidak
menutupi, dalam pengakuan itu ia berkata: “Oleh
karena kasih karunia Allah aku ada sebagaimana aku ada saat ini.”
Demikian juga kita ada sebagaimana
kita ada malam ini, lalu dihimpunkan di tengah perhimpunan ibadah kaum muda
remaja, jelas itu karena kasih karunia, kemurahan TUHAN.
Lalu kasih karunia yang
dianugerahkan TUHAN kepada Rasul Paulus, tidak sia-sia = menghargai kasih
karunia.
Rasul Paulus itu menghargai kasih
karunia. Kita sudah diberi kesempatan berada di tengah himpunan Ibadah Kaum
Muda Remaja itu karena kasih karunia. Kasih karunia yang sudah TUHAN
karuniakan, jangan sia-siakan, teramat lebih imam-imam, pelayan TUHAN diberi
kesempatan untuk melayani TUHAN, melayani pekerjaan TUHAN, disetiap
pertemuan-pertemuan ibadah, hargai kasih karunia, hormati setinggi-tingginya.
Jangan karena engkau sudah bisa bekerja, engkau menantang yang tidak perlu
engkau tantang, jangan karena engkau sudah berjasa, banyak berkorban, lalu
engkau dengan berani berbicara tanpa rasa takut dan rasa hormat. Itu sesuatu
yang tidak perlu terjadi. Jangan sia-siakan kasih karunia, yang sepantasnya
engkau hormati dua kali lipat, lakukan itu.
“Aku
telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua”, kegunaan kasih karunia
kepada kita adalah kita dimampukan untuk bekerja lebih keras dari semua orang,
dari antara semua pelayan-pelayan TUHAN. Kita dimampukan untuk bekerja lebih
keras, lebih giat, lebih sungguh-sungguh, lebih menyerahkan diri dari antara
semua orang.
“Tetapi
bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” Namun
kalau kita dimampukan untuk lebih giat, lebih sungguh-sungguh di dalam melayani
TUHAN, melayani pekerjaan TUHAN, jelas Rasul Paulus tidak memungkiri semua
karena kasih karunia Allah yang menyertai dia selalu. Inilah kegunaan kasih
karunia untuk manusia.
Singkat kata, kasih karunia memberi
kemampuan secara ajaib, kasih karunia memberikan kemampuan yang heran.
1 Korintus 15:11
(15:11) Sebab itu, baik aku, maupun mereka, demikianlah kami mengajar
dan demikianlah kamu menjadi percaya.
Oleh karena kasih karunia Rasul Paulus
lebih giat, lebih sungguh-sungguh dalam melayani TUHAN, secara khusus di dalam
hal memberitakan Injil. Mungkin kita tidak memberitakan Injil berdiri di
mimbar, tetapi, dimanapun kita ada, berdiri, biarlah kiranya menjadi Alkitab
yang tertulis, surat yang tertulis, dimana firman itu sudah dimeteraikan oleh
Roh Kudus di loh daging, di tukik dihati kita, sehingga perkataan, perbuatan
itu dapat dibaca, dikenal, sehingga kita dapat menjadi contoh teladan dalam
segala perkara, supaya di atas semuanya nama TUHAN dipermuliakan. Dengan
demikian, kasih karunia sudah memberikan keuntungan besar bagi kita semua.
1 Korintus 15:9
(15:9) Karena aku
adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul,
sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah.
Rasul Paulus mengaku sebagai orang
paling hina dari semua rasul.
Mari kita lihat pengakuan Rasul
Paulus yang sama, yang ia tulis dalam kitab yang lain ….
YANG
PERTAMA
Efesus 3:7
(3:7) Dari
Injil itu aku telah menjadi pelayannya menurut pemberian kasih karunia
Allah, yang dianugerahkan kepadaku sesuai dengan pengerjaan kuasa-Nya.
Oleh karena kasih karunia Rasul Paulus
dipercayakan melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN secara khusus dalam pemberitaan
Injil, sesuai dengan pengerjaan kuasanya.
Jadi, kita yang sudah menikmati
kasih karunia, melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN sesuai dengan pengerjaan
kuasanya, supaya jangan kita bermegah, jangan sombong, jangan merasa diri mampu
walaupun dipakai TUHAN.
Efesus 3:8
(3:8) Kepadaku,
yang paling hina di antara segala orang kudus, telah
dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan
Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak terduga itu,
“Kepadaku,
yang paling hina di antara segala orang kudus.” Kalimat yang sama kembali diutarakan kepada sidang jemaat di
Efesus. Kemudian, “telah dianugerahkan
kasih karunia ini, yaitu memberitakan Injil. Di dalam pemberitaan Injil
terkandung atau mengandung kekayaan Kristus yang tidak terduga.
Bayangkan kalau pemberitaan Injil
tidak sampai kepada bangsa yang bukan Yahudi (bangsa kafir), apa yang akan
terjadi? Jawabnya; secara otomatis bangsa Kafir, bangsa yang bukan Yahudi,
tetap dalam kemiskinan baik yang jasmani maupun rohani, bahkan merosot dalam
hal yang rohani. Sebab bukti-bukti, fakta-fakta dalam ayat Firman banyak, di
dalam 1 Korintus 12:2 dikatakan:
bangsa Kafir, orang-orang yang bukan Yahudi, tanpa sadar di tarik kepada
berhala-berhala bisu = hidup dalam penyembahan berhala. Sudah sangat jelas,
betapa miskinnya, betapa merosotnya, betapa tertinggalnya bangsa Kafir secara
rohani. Tetapi puji TUHAN, oleh karena kasih karunia yang dianugerahkan kepada
rasul Paulus secara khusus di dalam hal memberitakan Injil kepada orang-orang
yang bukan Yahudi, itulah bangsa kafir; terkandung kekayaan Kristus. Miskin
sama artinya bodoh. Jadi kalau bangsa Kafir tidak mendapatkan, tidak menerima
pemberitaan Injil yang disampaikan Rasul Paulus, lalu dilanjutkan oleh
misionaris yang lain, sampai tiba di Indonesia, maka kita adalah kehidupan yang
tertinggal, merosot, sangat miskin rasanya dan itu sudah TUHAN nyatakan kepada
jemaat Laodikia; mengaku kaya tetapi dihadapan TUHAN sangat miskin, sehingga
keadaan mereka suam dihadapan TUHAN.
Dalam pemberitaan Injil itu
terkandung kekayaan Kristus yang tidak terduga, apa yang tidak terduga?
Persamaannya adalah: apa yang dahulu tidak didengar oleh telinga, yang tidak pernah
dilihat oleh mata, yang tidak timbul di dalam hati, itu yang TUHAN sediakan
bagi kita semua. Maka sekarang ini, itu nyata dalam hidup kita masing-masing.
Dahulu saya 3 tahun kurang lebih, dikejar-kejar oleh panggilan TUHAN, saya lari
dari panggilan itu, tetapi pada tahun yang ketiga saya menyerah, karena hidup
saya dipahitkan oleh TUHAN. Saat saya menyerah pada panggilan TUHAN, disitulah
yang merasakan kekayaan rohani yang tidak terduga bagi saya bangsa kafir. Jadi
apa yang tidak pernah saya dengar, tidak timbul dalam hati dan pikiran
disediakan oleh TUHAN bagi kita semua.
Efesus 3:9
(3:9) dan untuk
menyatakan apa isinya tugas penyelenggaraan rahasia yang telah berabad-abad
tersembunyi dalam Allah, yang menciptakan segala sesuatu,
Dalam pemberitaan Injil Rasul
Paulus:
-
Menyatakan kekayaan
Kristus yang tidak terduga.
-
Menyatakan rahasia yang
tersembunyi dari abad ke abad dan dari keturunan ke keturunan.
Ayat yang senada dalam; Kolose 1:24-26 dengan judul: “Pelayanan dan penderitaan Paulus.” Jadi,
jangan sampai ada judul-judul lain dalam hidup kita, misalnya: pelayanan tanpa
pikul salib, itu judul yang salah, judul yang benar; pelayanan dan penderitaan,
jangan diputar balik. Rendah hati itu penderitaan, diludahi itu bagian dari
rendah hati, itu juga sengsara, mau mengalah itu sengsara. Jadi hamba TUHAN
jangan pelintir firman TUHAN untuk meraup jiwa banyak-banyak, nyatakanlah yang
jujur atau jangan pandai-pandai, seolah-olah menyatakan salib tetapi dibelokkan
lagi ke arah yang lain.
Kolose 1:24
(1:24) Sekarang
aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan
menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk
tubuh-Nya, yaitu jemaat.
Rasul Paulus bersukacita bahwasanya
dia boleh menderita karena pelayanannya pemberitaan Injil kepada jemaat di
Kolose. Adapun tujuan dari penderitaan yang dialami itu adalah: untuk
menggenapkan dalam diri Rasul Paulus apa yang kurang pada penderitaan Kristus,
untuk tubuhnya yaitu jemaat. Tetapi jangan salah mengerti, seolah-olah
penderitaan rasul Paulus lebih sempurna dari penderitaan Yesus Kristus, tidak,
maksudnya; contoh teladan dari penderitaan rasul Paulus itu akan sampai pada
jemaat di Kolose, kalau sampai berarti sempurnalah penderitaan Kristus.
Satu kali waktu, dulu, saya masih
suka ikut gabung doa-doa bersama dengan hamba-hamba TUHAN, tetapi rupa-rupanya
dalam doa itu sering kali hanya doa minta-minta, ingin menyampaikan perkataan
banyak, kata-katanya yang banyak ingin di dengar oleh TUHAN, tetapi perkataan
dari sorga dari Allah turun ke bumi, tidak ditampung. Pemberitaan firman hanya
5-10 menit, lebih dari 15 menit, hamba-hamba TUHAN disitu sudah seperti cacing
kepanasan, saya tidak tertarik. Untuk apa doa banyak-banyak tetapi Firman tidak
di dengar, itu doanya kekejian sesuai dengan Amsal.
Selain itu ada juga yang rancu,
kalau diluruskan hal yang baik kadang bisa berdebat, soal ayat ini pula, salah
paham, gagal paham. Jadi seolah-olah penderitaan rasul Paulus lebih sempurna
dari penderitaan Kristus, salah. Yang sebenarnya, penderitaan yang ia alami
dalam pelayanannya di tengah pemberitaan Injil kepada jemaat di Kolose, atau
bangsa kafir, kalau itu sampai kepada jemaat di Kolose, berarti penderitaan
Kristus itu sudah sempurna, itu maksudnya. Akhirnya, saya lebih baik sibuk
untuk melayani sidang jemaat, saya putuskan begitu saja, karena tidak perlu
memperdebatkan firman TUHAN.
Kolose 1:25-26
(1:25) Aku telah
menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku
untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu, (1:26) yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari
turunan ke turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang
kudus-Nya.
Ada 2 rahasia terbesar yang
tersembunyi dari abad ke abad yang akhirnya dinyatakan kepada orang-orang
kudusnya:
Rahasia
pertama.
Efesus 5:31-32
(5:31) Sebab itu laki-laki
akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga
keduanya itu menjadi satu daging.
“Laki-laki
akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,” jelas ini berbicara tentang salib di Golgota. Sebab,
lewat salib kepala dan tubuh bersatu.
Yesus telah meninggalkan segala
sesuatunya antara lain;
-
Rumah-Nya di sorga.
-
Bapa-Nya di sorga.
-
Meninggalkan segala kemuliaan-Nya.
Turun ke bumi, menderita di atas
kayu salib supaya kepala dan tubuh bersatu, itu disebut hubungan nikah,
dasarnya adalah salib Kristus (kasih).
Jadi inilah rahasia yang tersembunyi
dari abad ke abad yang sekarang di nyatakan oleh orang-orang kudusnya. Rahasia
pertama adalah rahasia nikah. Dasar nikah adalah kasih. Dasar kita berhubungan
dengan TUHAN, sebagai tubuh-Nya, sebagai mempelai perempuan-Nya dan Kristus
sebagai Kepala sebagai suami adalah kasih.
Jangan sampai kita membangun
hubungan nikah dengan TUHAN dasar daging, dasar kemampuan, dasar kekuatan,
kekayaan, uang yang banyak atau barang fana, emas, perak, tidak bisa. Karena
Dia lebih kaya dari kita.
Kemudian juga, di tengah ibadah dan
pelayanan ini, kita sedang membangun hubungan nikah dengan TUHAN bukan? Banyak
orang Kristen belum mengerti rahasia ini. Orang Kristen hanya tau datang
beribadah, lalu pulang. Sebetulnya rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad
ada dua, yang pertama: rahasia nikah atau hubungan kita dengan TUHAN. Jadi, bukan sekedar beribadah tetapi hubungan
kita dengan TUHAN harus begitu intim, menyatu, dasarnya kasih. Jangan kita asal
beribadah, ditengah ibadah harus ada hubungan nikah, hubungan intim, dasar
kasih. Melayani jangan ada dasar lain.
Efesus 5:32
(5:32) Rahasia
ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat.
Diperjelas lagi pada ayat ini,
rahasia nikah itu besar, tetapi yang dimaksud Rasul Paulus adalah hubungan
Kristus dengan jemaat, hubungan intim, hubungan nikah suci, berdasarkan kasih
mempelai.
Efesus 5:33
(5:33)
Bagaimanapun juga, bagi kamu masing-masing berlaku: kasihilah isterimu
seperti dirimu sendiri dan isteri hendaklah menghormati suaminya.
Saudaraku, nikah-nikah di dunia ini
harus dijunjung tinggi.
Prakteknya dari pihak suami: harus
tahu mengasihi isteri dengan benar, sedangkan dari pihak isteri; harus tau
menghormati suami dengan benar, tunduk. Jadi, kita semua harus menghormati,
menjunjung tinggi, nikah-nikah di atas muka bumi ini. Itu yang benar di kepada
TUHAN. Inilah rahasia yang besar yang pertama.
Berbahagialah orang-orang yang bukan
Yahudi, sebab di dalam pemberitaan Injil itu terkandung kekayaan Allah yang tak
terduga, mengejutkan, karena pada akhirnya apa yang tidak kita pikirkan, tidak
pernah di dengar telinga, tidak timbul dalam hati, itu diberikan TUHAN kepada
kita.
Banyak hamba TUHAN tidak mau
menyampaikan pengajaran pembangunan tubuh mempelai, tubuh Kristus, tabernakel,
takut, terlalu sulit untuk dipahami. Tetapi kalau kita dalam urapan Roh Kudus,
hamba TUHAN bicara dalam urapan Roh Kudus, tentu saja pertolongan TUHAN nyata
pada saat itu juga, hikmat, pengertian, akal budi yang sangat besar akan
diberikan kepada sidang jemaat tentunya. Bukan begitu?
Dibawa kemana nikah ini; hubungan
intim antara tubuh dengan kepala?
Wahyu
19:6-9, dengan perikop: “Perjamuan kawin Anak Domba.” Ini
merupakan muara dari ibadah-ibadah dan pelayanan-pelayanan di atas muka bumi
ini. Muara dari ibadah pelayanan bukan soal berkat-keberkatan, berhasil-keberhasilan,
bukan soal teori kemakmuran, prosperity,
juga bukan soal ibadah bumi yaitu mujizat kesembuhan yang diadakan nabi-nabi
palsu. Apa artinya mujizat kesembuhan tetapi sengsara salib, kematian Yesus
diabaikan? Bukan itu muara ibadah. Oke, tidak jadi soal, setelah orang rubuh,
saya mau tanya, kelanjutan orang rubuh kemana?
Tetapi lihatlah kelanjutan / muara
dari hubungan nikah di bumi…
Wahyu 19:6-9
(19:6) Lalu aku
mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air
bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan,
Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan
Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya
telah siap sedia.
“Himpunan
besar orang banyak” dalam satu perhimpunan itu ada jumlah orang yang sangat
banyak, datang dari bangsa Kafir, inti mempelai, bangsa Yahudi, 144.000 orang.
Suasananya seperti desau air bah, terjadi suatu guncangan yang hebat, itu tanda
penghukuman bagi dunia, celaka, tetapi bagi anak-anak TUHAN, mempelai TUHAN itu
tanda keselamatan.
Penampilan Yesus ketika Ia datang
kembali untuk yang kedua kali ke bumi ini: sebagai Raja, juga tampil sebagai
Mempelai Laki-Laki sorga. Inilah yang merupakan muara dari ibadah di atas muka
bumi ini, kelak berada dalam perjamuan malam kawin/pesta nikah Anak Domba.
Itulah sasaran akhir. Jangan sampai anak-anak TUHAN, orang Kristen di atas muka
bumi ini tidak paham soal muara dari ibadah dan pelayanan di atas muka bumi
ini. Sudah seharusnya di hari-hari terakhir ini kita mengerti muara dari ibadah
adalah pesta nikah Anak Domba.
Maka mulai dari sekarang, kita juga
harus mengerti, rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad yang sekarang
dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya, yang pertama adalah rahasia nikah.
Inilah rahasia yang terbesar yang pertama dari dua rahasia yang terbesar. Kalau
diberkati ya puji TUHAN, tetapi bukan itu muara ibadah, kalau terjadi mujizat
kesembuhan ya puji TUHAN, tetapi bukan itu segalanya. Jadi jangan sampai ada
hamba TUHAN, entahkah dia di Amerika bersama dengan artis terkenal, lalu
mengatakan saya ini sedang menghalangi/menghambat pekerjaan seorang hamba TUHAN
untuk mengadakan mujizat kesembuhan, tidak, saya tidak menghambat. Saya ini
hanya menjelaskan, kalau sudah mengalami penginjilan kepada jemaat, seharusnya
dibawa pada perkembangan berikutnya, artinya, di ajar untuk
menyampaikan/memberitakan Injil tentang rahasia yang tersembunyi dari abad ke
abad. Itu sebabnya berkali-kali saya bertanya, setelah jasnya yang mewah itu
dibuka lalu dihempaskan kepada jemaat, ketika jemaat dihempaskan, lalu jemaat
juga terhuyung-huyung rubuh sampai 3 meter, sekarang kelanjutannya/muaranya mau
kemana? Jujur dengan hati nurani. Tetapi kalau pemberitaan Injil itu sampai
kepada jemaat di Kolose, atau kepada orang-orang bukan Yahudi (bangsa Kafir)
lalu di tengah-tengah pemberitaan Injil itu terkandung suatu kekayaan yang tak
terduga, itulah rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad, di dalamnya ada
rahasia besar (yang pertama soal rahasia nikah), bukankah itu sesuatu yang luar
biasa, suatu berkat yang luar biasa? Siapa kita ini pada akhirnya bisa
bersanding dengan mempelai Laki-Laki Sorga? Soal mujizat kesembuhan, Setanpun
bisa mengadakan mujizat kesembuhan, tetapi Setan tidak bisa membawa gereja
bersanding dengan mempelai Laki-Laki Sorga.
Nabi palsu bisa menurunkan api dari
bumi, tetapi nabi palsu tidak diperkenankan, tidak dipercayakan TUHAN untuk
membawa gereja TUHAN masuk dalam pesta nikah, perjamuan malam kawin Anak Domba,
bersanding dengan Sang Mempelai Laki-Laki Sorgawi, Maha Suci, Maha Mulia, Dia
Raja Mulia, Dia mempelai Laki-Laki Sorgawi, satu-satunya.
Rahasia
kedua.
1 Timotius 3:15
(3:15) Jadi jika
aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga
Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar
kebenaran.
“Jadi
jika aku terlambat,” Kata terlambat saya kaitkan dulu
dengan 2 Petrus 3:3, disitu banyak
tampil pengejek-pengejek di akhir zaman dan berkata; “dimana janji kedatangan TUHAN?’ Sementara dunia ini dari dulu
sampai sekarang tetap sama, bahkan nenek moyang mereka sudah mati, dunia tetap
sama, tidak berubah. Sebenarnya ini adalah hari ketujuh, sabatnya TUHAN Yesus,
hari perhentian kekal, tetapi kalaupun TUHAN Yesus belum datang tampil sebagai
Raja dan Mempelai Laki-Laki sorga, itu merupakan panjang sabarnya TUHAN bagi
kita.
Jadi kalaupun TUHAN belum datang,
seyogianya kita harus tahu bagaimana hidup keluarga Allah. Sidang jemaat GPT “Betania” adalah keluarga Allah, sudah
harus tahu hidup sebagai keluarga Allah; jangan egois, jangan hanya
mementingkan diri sendiri, keluarga daging diperhatikan, keluarga Allah tidak,
sampai lupa sepersepuluhan, persembahan khusus, keluarga daging iya, tetapi
keluarga Allah, keluarga rohani tidak, hati - hati. Kita belajar kepada Bani
Lewi, berpihak kepada TUHAN Yesus, itu sebabnya dipercaya melayani. Jadi orang
yang melayani harus berpihak ke kandang penggembalaan, itu keluarga Allah.
Kemudian sudah seharusnya menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran, menjadi
contoh teladan yang harus diikuti orang lain, terus-terus naik ke atas.
Tentang keluarga Allah.
1 Timotius 3:16
(3:16) Dan
sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia, yang telah
menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan
diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang
tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam
kemuliaan."
“Agunglah
rahasia ibadah “Inilah rahasia yang kedua adalah rahasia ibadah.
Jadi, keluarga Allah sudah
seharusnya tahu tentang rahasia yang kedua ini, itulah rahasia ibadah.
Imam-imam harus tahu rahasia yang kedua, sudah dinyatakan kepada kita.
Apa rahasia ibadah ini? Inilah yang
jadi pertanyaan besar, tetapi saya berharap jawaban TUHAN secepat mungkin
menjangkau kehadiran kita malam ini. Teristimewa, anda yang mengikuti di rumah
masing-masing, kediaman masing-masing, secara online, live streaming, video, internet, Youtube, Facebook, baik di dalam negeri, di tanah air,
diberbagai-bagai daerah, Sabang sampai Merauke, baik di luar negeri, mancanegara,
tiap-tiap negara, TUHAN mengasihi anda. Saya juga mengasihi anda. Kita ini
keluarga Allah, jadilah tiang penopang dan dasar kebenaran, tetapi tiang
penopang dan dasar kebenaran harus tahu rahasia kedua yaitu rahasia ibadah.
Ada apa, apa kandungan dari rahasia
ibadah ini? Kandungan dari rahasia ibadah adalah; "Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia,
dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat,
diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai
di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan."
Hal pokok atau kandungan dari ibadah
ialah dibagi sesuai dengan kalimat yang sudah dibaca tadi, di bagi menjadi 3
bagian.
Yang
pertama: “Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia”, berarti
menderita dan sengsara atau mati di kayu salib. Jelas bagian pertama ini
berbicara tentang pengalaman Yesus dalam tanda kematian-Nya.
Jadi, kandungan dari ibadah atau
manfaat dari ibadah; kita boleh memahami betul-betul tentang pengalaman Yesus
dalam tanda kematian-Nya. Kalau kita tidak berada di tengah ibadah, maka
rahasia ibadah itu tidak akan kita pahami, termasuk soal pengalaman Yesus dalam
tanda kematian-Nya. Orang dunia tidak mengenal pengalaman Yesus dalam tanda
kematian, bahkan orang Kristen sekalipun yang tidak menghargai ibadahnya, maka
pengalaman Yesus dalam tanda kematian-Nya, itu sangat asing bagi dia.
Kalau berbicara pengalaman kematian
nampak dengan jelas dalam Nubuatan Yesaya
53:7; “Dia
dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan
tidak membuka mulutnya.” Tidak membuka mulut = pengalaman
kematian, sebab tidak ada orang mati buka mulut.
Gambarannya:
-
Seperti anak domba dibantai, berarti
menderita sengsara.
-
Seperti induk domba kelu di depan
orang-orang yang menggunting bulunya, berarti mengalami kerugian besar.
Jadi, baik anak domba yang dibantai
maupun induk domba yang digunting sama-sama tidak membuka mulutnya, sekalipun
menderita dan rugi, mulut tidak terbuka, itu pengalaman kematian dan itu asing
bagi dunia, tetapi bagi anak TUHAN itu tidak boleh asing.
Menderita teraniaya, disembelih,
justru itu harus kita alami sebagai korban berdarah-darah, yang harus kita
persembahkan kepada TUHAN. Kalau harus dirugikan, apapun bentuknya, mulut tetap
tertutup (tidak terbuka).
Inilah pengalaman kematian dan itu
bisa ditemukan di dalam ibadah, di luar ibadah orang tidak mengenal kematian
bahkan asing. Yang orang dunia tahu; yang benar harus benar, yang salah harus
salah. Maka ketika orang benar dipersalahkan, mulut tetap terbuka, bila perlu,
tangan bicara, uang bicara, sampai ke meja hijau. Tetapi tidak demikian di
dalam TUHAN, sesuai dengan 1 Korintus 6, jangan mengadukan orang benar sampai
kepada meja hijau.
Yang
kedua: “Yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat.”
Ini berbicara tentang pengalaman
Yesus dalam tanda kebangkitan-Nya. Sebab pada saat Yesus bangkit, Ia
menampakkan diri kepada Malaikat-malaikat, yang menjaga kubur, kemudian kepada
Kefas dan 12 murid, kemudian menampakkan diri kepada 500 orang kudus kemudian
kepada Yakobus dan 12 rasul, dan yang terakhir kepada rasul Paulus. Ini
kebangkitan.
Kita juga mendapatkan pemahaman
tentang kebangkitan Yesus justru pada saat kita di tengah-tengah perhimpunan
ibadah, kalau kita diluar ibadah, tiadalah mungkin kita mengerti soal
kebangkitan. Yang kita kenal adalah perbuatan yang lama, hidup lama, perkataan
lama, pikiran lama, tidak dalam suasana kebangkitan, tidak hidup dalam hidup
yang baru, selalu putar-putar dalam hidup yang lama.
Inilah kandungan dari ibadah dan
ibadah adalah rahasia terbesar yang kedua, yang tersembunyi dari abad ke abad.
Namun puji Tuhan, sekarang telah dinyatakan pada orang-orang kudus-Nya.
Terpujilah kasih karunia TUHAN.
Bisa dibayangkan kalau kita tidak
ada di tengah ibadah, kita hanya berputar-putar disekitar hidup lama, cara yang
lama, sudut pandang yang lama, bersikap yang lama, bagaikan lingkaran setan
saja. Oleh karena ibadah, kita mengerti dan mengenali kebangkitan itu. Kita
buktikanlah bahwa kita mengenal kebangkitan itu dengan hidup baru, yang lama
sudah dikubur, sudah berlalu dalam kematian Yesus. Bersyukurlah kepada TUHAN.
Jadi saudara jangan datang beribadah kepada TUHAN dengan terpaksa, salah,
walaupun beribadah kepada Allah tetapi kalau terpaksa masih tetap
berputar-putar disekitar hidup lama. Itu namanya ibadah lahiriah, ibadah
Taurat, dagingnya belum dikubur.
“Yang
menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.” Terpujilah
TUHAN, kalau akhirnya pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya
diberitakan kepada orang-orang yang bukan Yahudi (bangsa kafir), itu kemurahan
hati TUHAN, itulah kasih karunia TUHAN. Dan pengalaman kematian dan kebangkitan
merupakan perjalanan hidup rohani gereja TUHAN selama di atas muka bumi ini,
yang tidak boleh lari dari sana, sambil menantikan kedatangan TUHAN.
Yang
ketiga: “Yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan” = Yesus
dipermuliakan pada saat Yesus naik ke Sorga. Jadi, pengalaman kematian dan
kebangkitan adalah perjalanan rohani gereja TUHAN selama di bumi, dan itu harus
diberitakan oleh hamba-hamba TUHAN. Jangan hamba TUHAN takut menyampaikan
sengsara salib / kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus Kristus. Jangan sibuk
hanya menceritakan soal mujizat kesembuhan tetapi kematian, kebangkitan,
sengsara salib diabaikan. Itu yang disebut mujizat palsu sesuai dengan Wahyu 13:3, 2 Tesalonika 2:8-10, Daniel 8,9,11,12.
Kolose 3:1-3
(3:1) Karena itu,
kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di
atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. (3:2) Pikirkanlah perkara yang di
atas, bukan yang di bumi. (3:3)
Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam
Allah.
Pengalaman Yesus dalam tanda
kebangkitan:
-
Carilah perkara di atas = cari dahulu kerajaan Sorga serta kebenaran yang ada di dalamnya.
Yesus yang mati di atas kayu salib, duduk disebelah kanan Allah Bapa, nanti semua ditambahkan.
Yesus yang mati di atas kayu salib, duduk disebelah kanan Allah Bapa, nanti semua ditambahkan.
-
Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
Satu kali dalam persekutuan yang sudah saya sampaikan di atas tadi, dalam kegiatan doa bersama hamba-hamba TUHAN, pernah satu kali keluar perkataan dari mulut seorang hamba TUHAN kepada saya, ketika saya ingin cepat-cepat pulang karena hari itu hari ibadah, lalu salah satu hamba TUHAN menghampiri saya dan berkata: “Pak Daniel jangan selalu ingin cepat-cepat pulang, jangan selalu memikirkan perkara rohani, yang duniawi juga harus dipikirkan.” Disitulah saya melihat, 3 bukti ini sudah menjadi kuat bagi saya untuk tidak ada di tempat itu. Sudah sangat jelas, sudut pandangnya sudah berbeda dengan saya, bukan saya membela diri. Sampai hari ini, sudah berapa tahun sebelum Pandemi, saya sudah tinggalkan kegiatan itu. Yang benar adalah pikirkan perkara di atas bukan di bumi. Itu suasana kebangkitan.
Satu kali dalam persekutuan yang sudah saya sampaikan di atas tadi, dalam kegiatan doa bersama hamba-hamba TUHAN, pernah satu kali keluar perkataan dari mulut seorang hamba TUHAN kepada saya, ketika saya ingin cepat-cepat pulang karena hari itu hari ibadah, lalu salah satu hamba TUHAN menghampiri saya dan berkata: “Pak Daniel jangan selalu ingin cepat-cepat pulang, jangan selalu memikirkan perkara rohani, yang duniawi juga harus dipikirkan.” Disitulah saya melihat, 3 bukti ini sudah menjadi kuat bagi saya untuk tidak ada di tempat itu. Sudah sangat jelas, sudut pandangnya sudah berbeda dengan saya, bukan saya membela diri. Sampai hari ini, sudah berapa tahun sebelum Pandemi, saya sudah tinggalkan kegiatan itu. Yang benar adalah pikirkan perkara di atas bukan di bumi. Itu suasana kebangkitan.
Singkat kata, ayat 1-3; berbicara tentang pengalaman kematian dan kebangkitan yang
merupakan perjalanan hidup rohani gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini sambil
menantikan kedatangan TUHAN kembali untuk yang kedua kalinya, tidak boleh lari
dari situ. Maka seorang pelayan TUHAN, hamba TUHAN harus melayani dalam suasana
kebangkitan yang benar. Kalau kematiannya benar pasti kebangkitannya benar.
Tetapi ada juga kebangkitan palsu, karena kematiannya tidak benar. Terlihat
seperti jas keren, mewah, dan lain sebagainya atau gereja mewah, tetapi
sengsara salib diabaikan, bicara kebangkitan tetapi tanpa dasar yang teguh,
tidak bicara kematian.
Kolose 3:4
(3:4) Apabila Kristus, yang
adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri
bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
Singkatnya, kalau kita tekun dalam
kematian dan kebangkitan Yesus, kelak kita akan dipermuliakan bersama-sama
dengan Dia. Jadi bertekunlah dalam pengalaman kematian dan kebangkitan itu.
Jangan banyak bersungut-sungut, jangan ngomel.
Pengakuan yang sama dari Rasul
Paulus
1 Timotius 1:12-13 perikop: “Ucapan
syukur atas kasih karunia Allah.” Oleh karena kasih karunia, jangan lupa
mengucap syukur saudara...
(1:12) Aku
bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita,
karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku -- (1:13) aku yang tadinya seorang penghujat
dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah
dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan
yaitu di luar iman.
Rasul Paulus sebelum dipanggil TUHAN
tadinya seorang penghujat, penganiaya, ganas, tetapi akhirnya Paulus mendapat
belas kasihan TUHAN. Dia melakukan itu tanpa pengetahuan, diluar iman, di luar
darah salib.
1 Timotius 1:14
(1:14) Malah
kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku
dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.
Sebab itu Rasul Paulus senantiasa
bersyukur kepada TUHAN yang terus menguatkan dia.
1 Timotius 1:15
(1:15) Perkataan
ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang ke dunia
untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang
paling berdosa.
Rasul Paulus berkata: “di antara mereka akulah yang paling berdosa,
diantara orang paling berdosa.”
Tetapi dia limpah kasih karunia
sehingga dia dilayakkan untuk melayani TUHAN, melayani pekerjaan TUHAN
terkhusus di dalam hal pemberitaan Injil terhadap bangsa-bangsa yang bukan
Yahudi, sementara di dalam pemberitaan Injil terkandung kekayaan sorgawi.
1 Timotius 1;16
(1:16) Tetapi
justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang
paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh kesabaran-Nya. Dengan
demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-Nya dan
mendapat hidup yang kekal.
TUHAN menyatakan kasih karunia-Nya
dengan limpah kepada Rasul Paulus, dengan demikian TUHAN sudah menunjukkan
kesabaran-Nya. Demikian juga kepada kita, TUHAN sudah menunjukkan
kesabaran-Nya. Bayangkan kalau tiap kali kita berdosa lalu dihukum sesuai
dengan dosa, apa yang terjadi? Tetapi kenyataannya sampai saat ini TUHAN masih
menunjukkan kesabaran-Nya kepada kita, itulah bagian dari kelimpahan kasih
karunia itu.
Kalau kita menyadari diri bahwasanya
TUHAN telah menyatakan kelimpahan kasih karunia-Nya, menunjukkan kesabaran-Nya
kepada kita, maka kita sudah seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi mereka
yang kemudian percaya kepada TUHAN, tujuannya; untuk mendapat hidup yang kekal.
1 Timotius 1:17
(1:17) Hormat dan kemuliaan sampai selama-lamanya bagi Raja
segala zaman, Allah yang kekal, yang tak nampak, yang esa! Amin.
Singkat
kata, segala hormat, kemuliaan, sampai selama-selamanya bagi Dia Raja kita,
Raja segala zaman, Allah yang kekal yang tidak nampak, yang Esa. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment