IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 31 JULI 2012
Tema: HAL BERDOA
(seri 9)
Subtema:
Shalom.
Selamat malam bagi kita semua. salam sejahtera, salah dalam kasih Kristus.
Kembali kita memperhatikan firman penggembalaan lewat ibadah doa
penyembahan, pada injil Matius 6: 5-13. Namun kita fokus membaca ayat 5-6 saja.
(6:5) "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang
munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat
dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
(6:6) Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu,
tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat
tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya
kepadamu.
Pertama-tama saya sampaikan bahwa berdoa
itu penting, bahkan berdoa adalah suatu
keharusan karena doa adalah nafas
hidup.
Berarti, bila seseorang tidak hidup di dalam doa; tidak ada nafas kehidupan
= mati = binasa.
Itu sebabnya dalam Wahyu 11: 1, bahwa yang diukur adalah Bait Suci dan mezbah.
Mezbah -> doa penyembahan.
Diukur berarti mendapat perlindungan, pemeliharaan, pertolongan dan
pembelaan dari Tuhan, jauh dari mata ular, itulah iblis setan; roh jahat dan
roh najis.
Sedangkan pelataran di sebelah luar diserahkan kepada antikris untuk
diinjak-injak selama 42 bulan = selama 3,5 tahun.
Doa itu penting sekali.
Orang tua harus bertanggung jawab kepada anak-anaknya, sebab anak-anak adalah
meterai keselamatan.
Orang tua sangat berperan untuk menjadikan anak-anak hidup dalam doa. Jadi,
memang sebaiknya dari kecil anak-anak di bawa ke dalam rumah Tuhan dan menjadi
rumah doa.
Dan kita lihat, sejak kecil, Yesus
sudah berada di dalam Bait Suci, rumah Tuhan.
Berbeda dengan anak-anak yang tidak mendapat dukungan dari kedua orang
tuanya, mereka sangat sukar untuk di bawa masuk dalam doa penyembahan, sehingga
dampak negatifnya; pergaulannya buruk, menjad santapan dari iblis setan.
Saudaraku, kita
perhatikan di sini, syarat berdoa adalah; “masuklah ke dalam kamar dan tutuplah pintu”.
Artinya; melangsungkan doa
secara tersembunyi.
Kalau melangsungkan doa secara tersembunyi, dikenan oleh Tuhan. Berbeda dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi; mereka berdoa dengan cara berdiri di dalam rumah ibadah dan pada
tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Perlu kita ketahui,
doa semacam ini tidak berkenan kepada Tuhan.
Ulangan 29: 29
(29:29) Hal-hal yang
tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi
kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan
segala perkataan hukum Taurat ini."
Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi Tuhan Allah kita, sedangkan hal-hal
yang dinyatakan ialah bagi kita, turun temurun sampai selama-lamanya.
Berarti, melangsungkan doa secara
tersembunyi, adalah hal yang sangat menyenangkan
bagi Tuhan.
Yesus, sebagai
Anak Allah, juga melangsungkan
doa secara tersembunyi.
Matius 14: 23.
(14:23) Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik
ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.
Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri = melangsungkan doa
secara tersembunyi.
Ketika Yesus melangsungkan doa, Ia sendirian di situ, tidak ada seorangpun
melihat.
Yesus melangsungkan doa secara tersembunyi;
-
Setelah memberi makan 5000 orang, dengan 5 ketul roti dan 2 ikan.
-
Sebelum berjalan di atas air.
PERTANYAAN KEDUA; MENGAPA YESUS BERDOA SENDIRIAN / MELANGSUNGKAN
DOA SECARA TERSEMBUNYI, SEBELUM BERJALAN DI ATAS AIR ?
Markus 6: 46, 49-52
(6:46) Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia
pergi ke bukit untuk berdoa.
(6:49) Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira
bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak,
(6:50) sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut.
Tetapi segera Ia berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan
takut!"
(6:51) Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah.
Mereka sangat tercengang dan bingung,
(6:52) sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti,
dan hati mereka tetap degil.
Sesudah peristiwa 5 roti dan 2 ikan, mereka (12 murid Yesus) belum juga mengerti dan hati mereka
tetap degil.
Degil, artinya; keras hati = tidak mau berubah karena
mempertahankan dosa kejahatan = menyukai dosa.
Orang yang mempertahankan dosa kejahatan, sudah pasti keras hati.
Oleh sebab itu, sebaiknya saya dan saudara mau mengakui segala kekurangan,
sehingga dengan demikian kita dapat melakukan apa yang menjadi kehendak Tuhan,
dapat melakukan firman Tuhan dengan baik. Sebab, kalau seseorang mempertahankan
dosa karena kekerasan hati, ini
menjadi penghambat untuk kemajuan rohani seseorang.
Ibrani 4: 7
(4:7) Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu "hari ini",
ketika Ia setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud seperti
dikatakan di atas: "Pada hari ini, jika
kamu mendengar suara-Nya, janganlah
keraskan hatimu!"
Ibrani 3: 7-8, 15
(3:7) Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari
ini, jika kamu mendengar suara-Nya,
(3:8) janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu
pencobaan di padang gurun,
(3:15) Tetapi apabila pernah dikatakan: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah
keraskan hatimu seperti dalam kegeraman",
Kalau kita mendengarkan suara Tuhan
lewat firman Tuhan dan perantaraan Roh Kudus, jangan mengeraskan hati, seperti bangsa
Israel mengeraskan hati dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun.
Jadi, mengeraskan hati, itu diumpamakan seperti bangsa Israel selama
pencobaan di padang gurun, 40 tahun lamanya.
Saudaraku, saya mau tambahkan sedikit, kekerasan
hati itu digambarkan seperti dalam kegeraman.
Mari kita lihat; Kekerasan hati bangsa Israel
pada waktu pencobaan di padang gurun.
1 Korintus 10: 1-2
(10:1) Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang
kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah
melintasi laut.
(10:2) Untuk menjadi
pengikut Musa mereka semua
telah dibaptis dalam awan dan dalam laut.
Bangsa Israel, sebagai pengikut Musa, telah dibaptis dalam awan dan dalam
laut.
-
Awan adalah baptisan Roh-El Kudus,
-
sedangkan laut adalah baptisan air.
Baptisan Roh Kudus dan baptisan air, merupakan perlindungan dari Tuhan.
1 Korintus 10: 3-4
(10:3) Mereka semua makan makanan rohani yang sama
(10:4) dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab
mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu
karang itu ialah Kristus.
Setelah dibaptis dalam awan dan dalam laut, bangsa Israel;
-
Makan makanan rohani
yang sama.
Makanan rohani itulah
firman Tuhan, sedangkan firman Tuhan itu, sesuai dengan Mazmur 78: 23-25, dibagi menjadi 3
bagian.
· Makanan rohani yang pertama,
disebut manna -> firman yang memelihara tubuh.
· Makanan rohani yang kedua, disebut gandum dari langit -> firman yang memelihara jiwa.
· Makanan rohani yang ketiga,
disebut roti malaikat -> firman penggembalaan yang
memelihara roh manusia.
Jadi, firman Tuhan itu; memelihara tubuh, jiwa dan roh kita.
-
Minum minuman rohani
yang sama.
Artinya; dipenuhkan sampai rasa dahaga dipuaskan oleh Roh-El Kudus.
Rasa dahaga yang
dipuaskan oleh Roh Kudus, itu sama seperti air kehidupan; dari dalam hatinya,
mengalir aliran-aliran air hidup, yang menjadi mata air, memancar sampai pada
kehidupan yang kekal.
Saudaraku, minuman
rohani tersebut keluar dari batu karang,
itulah pribadi Yesus Kristus.
1 Korintus 10: 5
(10:5) Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada
bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di
padang gurun.
Namun saudaraku, sekalipun mereka telah dibaptis dalam awan dan dalam air,
juga makan makanan rohani dan minum minuman rohani yang keluar dari batu
karang, sungguhpun Allah tidak
berkenan pada kumpulan yang besar tersebut, sehingga mayat mereka
bergelimpangan di padang gurun = binasa.
Tidak satupun dari antara mereka yang berkenan di hadapan Tuhan, sehingga
tidak satupun dari mereka tiba di tanah yang dijanjikan oleh Tuhan, itulah
tanah Kanaan.
Mari kita lihat; Bukti-bukti
kekerasan hati bangsa Israel, selama 40 tahun di padang gurun.
BUKTI KETIGA
1 Korintus 10: 8
(10:8) Janganlah kita melakukan
percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka,
sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang.
Bangsa Israel telah melakukan percabulan.
Mari kita buktikan hal itu di dalam kitab Bilangan 25.
Bilangan 25: 1
(25:1) Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan
perempuan-perempuan Moab.
Bangsa Israel berzinah dengan perempuan-perempuan Moab.
Dosa yang sama pernah terjadi ketika bangsa Israel menyembah patung lembu
emas tuangan, kemudian setelah berkemah di Sitim, dosa yang pernah terjadi
terulang kembali, ini adalah kekerasan hati. Semoga hal ini dapat dipahami.
Jadi saudaraku, orang yang keras hati; ia mempertahankan dosa yang sama,
sehingga dosa itu terus-menerus terulang.
Kita perhatikan mengenai perzinahan dalam Roma 7: 2-3
(7:2) Sebab seorang isteri
terikat oleh hukum kepada suaminya selama suaminya itu hidup. Akan tetapi apabila
suaminya itu mati, bebaslah ia dari hukum yang mengikatnya kepada suaminya itu.
(7:3) Jadi selama suaminya
hidup ia dianggap berzinah, kalau ia menjadi isteri laki-laki lain; tetapi jika suaminya telah mati, ia bebas
dari hukum, sehingga ia bukanlah berzinah, kalau ia menjadi isteri
laki-laki lain.
Seorang isteri terikat dengan hukum apabila suaminya masih hidup, sehingga,
bila ia menjadi isteri laki-laki lain, ia dikatakan berzinah.
Berzinah = melangsungkan hubungan yang tidak sah.
Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat, Allah yang hidup, Dialah
kepada gereja / suami kita.
Berarti; kita masih terikat
oleh hukum.
Bangsa Israel mempunyai Allah yang hidup, tetapi di sini kita perhatikan,
bangsa Israel berzinah dengan perempuan-perempuan Moab; mereka menduakan hati
Tuhan, meninggalkan Tuhan.
Hosea 9: 1
(9:1) Janganlah bersukacita, hai Israel! Janganlah bersorak-sorak seperti
bangsa-bangsa! Sebab engkau
telah berzinah dengan meninggalkan Allahmu, engkau telah mencintai upah
sundal di segala tempat pengirikan gandum.
Jadi, berzinah = meninggalkan Tuhan = menduakan hati Tuhan = meninggalkan
kasih yang semula, seperti jemaat di Efesus (Wahyu 2: 1-4).
Ketika seseorang meninggalkan kasih yang semula, di situlah terjadi
perzinahan-perzinahan; melangsungkan hubungan yang tidak sah.
Contohnya;
-
merokok,
-
minum minuman keras,
-
mencari uang dengan cara yang
tidak halal atau menggandakan uang, dan lain sebagainya.
Seorang rentenir adalah contoh orang yang berzinah di hadapan Tuhan.
Banyak kegiatan / pekerjaan yang bertentangan dengan firman Tuhan, bila itu
tetap dilakukan, disebut perzinahan di hadapan Tuhan = hubungan yang tidak sah.
Kita bersyukur, Tuhan senantiasa memperhatikan kita, sehingga kita tidak
terlanjur-lanjur dalam kesalahan. Sekalipun kita hidup sederhana, apa adanya,
tetapi perhatian Tuhan, kita dapat rasakan.
Akibat melangsungkan hubungan yang tidak sah.
Bilangan 25: 2-3
(25:2) Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan
bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu.
(25:3) Ketika Israel
berpasangan dengan Baal-Peor, bangkitlah murka TUHAN terhadap Israel;
Akibatnya; bangsa Israel menyembah
berhala, yakni berpasangan dengan Baal-Peor, allah orang Moab.
Berhala adalah segala sesuatu yang melebihi Tuhan = mengutamakan hal yang
lain-lain dari pada Tuhan.
Hosea 9: 10
(9:10) Seperti buah-buah anggur di padang gurun Aku mendapati Israel
dahulu; seperti buah sulung sebagai hasil pertama pohon ara Aku melihat nenek
moyangmu. Tetapi mereka itu telah pergi kepada Baal-Peor dan telah membaktikan
diri kepada dewa keaiban,
sehingga mereka menjadi
kejijikan sama seperti apa
yang mereka cintai itu.
Arti rohani Baal-Peor adalah; dewa
keaiban.
Berarti, kalau menyembah berhala / berpasangan dengan Baal-Peor, allah
orang Moab, itu merupakan kejijikan
di hadapan Tuhan.
Filipi 3: 18-19
(3:18) Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang
kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai
seteru salib Kristus.
(3:19) Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan
mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju
kepada perkara duniawi.
Dewa keaiban = mempertuhankan
perut.
Sehingga kalau kita perhatikan di sini saudaraku, pikiran mereka semata-mata tertuju
pada perkara duniawi saja. Inilah
kebodohan bangsa Israel.
Kalau pikiran tertuju pada perkara dunia, berarti; pikiran ini tidak lagi
memikirkan perkara di atas.
Memikirkan perkara duniawi = memikirkan perkara yang di bawah, hal-hal yang
lahiriah.
Kalau pikiran tertuju pada perkara dunia, sedikitpun dia tidak akan
terbeban terhadap ibadah pelayanan, seperti peribahasa orang dunia; jauh panggang dari api.
Ini perlu kita perhatikan dengan baik. Firman yang kita terima malam ini,
cukup mendewasakan kita supaya menjadi dewasa rohani.
Yudas 1: 12-13
(1:12) Mereka inilah noda
dalam perjamuan kasihmu, di mana mereka tidak malu-malu melahap dan hanya
mementingkan dirinya sendiri; mereka bagaikan awan yang tak berair, yang
berlalu ditiup angin; mereka bagaikan pohon-pohon yang dalam musim gugur tidak
menghasilkan buah, pohon-pohon yang terbantun dengan akar-akarnya dan yang mati
sama sekali.
(1:13) Mereka bagaikan ombak laut yang ganas, yang membuihkan keaiban mereka sendiri;
mereka bagaikan bintang-bintang yang baginya telah tersedia tempat di dunia
kekelaman untuk selama-lamanya.
Mempertuhankan perut, itulah dewa keaiban. Orang yang semacam ini menjadi noda dalam perjamuan kasih.
Malam hari ini kita boleh menikmati perjamuan kasih;
-
kita menikmati firman Tuhan sebagai makanan rohani,
-
dan minum minuman rohani, itulah Roh Kudus, yang merupakan kasih dari Allah.
Tetapi kalau mempertuhankan perut,
ini adalah noda dalam ibadah
pelayanan, karena mereka lebih mementingkan diri sendiri. Persis seperti apa
yang tertulis dalam Filipi 3: 18-19, pikiran mereka semata-mata tertuju pada
perkara di bawah / hal-hal yang lahiriah, tidak memikirkan hal yang di atas,
hal yang rohani, itulah ibadah pelayanan.
Semakin lama, kita semakin didewasakan oleh firman pengajaran yang
rahasianya dibukakan. Hanya orang-orang dewasa sajalah yang mengerti tentang
kebenaran firman Tuhan.
Kalau mengerti kebenaran firman Tuhan, pasti mengerti bagaimana cara untuk
menyukakan hati Tuhan. Tetapi kerohanian yang masih kanak-kanak, hanya
mementingkan diri sendiri saja; bikin susah, bikin onar.
Kegiatan-kegiatan ketika menyembah Baal-Peor, berpasangan
dengan allah orang Moab.
Bilangan 25: 2
(25:2) Perempuan-perempuan ini mengajak
bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu.
Kegiatan-kegiatannya;
1. Turut mempersembahkan korban sembelihan
bagi Baal-Peor.
Korban sembelihan itu
gambaran dari pengorbanan.
Kalau berkorban untuk Baal-Peor,
yang disebut dewa keaiban, menurut saya itu adalah suatu kebodohan.
Kita berjuang hanya
untuk perut, berkorban hanya untuk perut, bukankah itu adalah suatu kebodohan?
Itu adalah kejijikan di hadapan Tuhan.
Jika kita
mempersembahkan korban sembelihan, yaitu; jiwa yang hancur, hati yang patah dan
remuk, biarlah hanya untuk Tuhan, lewat ibadah pelayanan kepada Tuhan, itu
merupakan pengorbanan yang berkenan kepada Tuhan, bahkan idak dipandang hina
oleh Tuhan (Mazmur 51: 19).
Dahulu, saya banyak
berkorban hanya karena hal-hal yang sia-sia; minum, mabuk, merokok, duduk
sampai larut malam untuk mencari kesenangan, itu merupakan kebodohan. Itulah
yang terjadi dalam kehidupanku pada masa-masa yang lampau.
2. Turut makan dari korban itu.
Saudaraku, makan
makanan rohani, itulah firman Tuhan, sebagai kebenaran yang menguduskan saya
dan saudara, tetapi kalau makan dari makanan yang dipersembahkan kepada
Baal-Peor, itu adalah kebenaran
yang datangnya dari perut manusia / kebenaran manusia.
Kalau kebenaran itu
datangnya dari perut, segala sesuatu diatur oleh perut. Kalau perut mulai
terasa lapar, apapun akan dikerjakan sampai akhirnya meninggalkan ibadah, itu
adalah kebenaran dari perut. Banyak orang tidak menyadari kejadian semacam ini.
Dampak negatif menyembah Baal-Peor.
Bilangan 25: 9
(25:9) Orang yang mati karena tulah itu ada dua puluh empat ribu orang
banyaknya.
1 Korintus 10: 8
(10:8) Janganlah kita melakukan
percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka,
sehingga pada satu hari telah tewas dua
puluh tiga ribu orang.
Telah tewas 23000 orang, dari bangsa Israel.
Ulangan 4: 3
(4:3) Matamu sendiri telah melihat apa yang diperbuat TUHAN mengenai
Baal-Peor, sebab TUHAN,
Allahmu, telah memunahkan dari tengah-tengahmu semua orang yang mengikuti
Baal-Peor,
Tuhan memunahkan dari tengah-tengah bangsa Israel, semua orang yang
mengikuti Baal-Peor.
Punah, berarti; tidak mendapat kesempatan untuk memperbaiki kesalahan =
binasa.
Jalan keluarnya.
Ulangan 4: 4-5
(4:4) sedangkan kamu sekalian yang berpaut
pada TUHAN, Allahmu, masih
hidup pada hari ini.
(4:5) Ingatlah, aku telah mengajarkan ketetapan
dan peraturan kepadamu,
seperti yang diperintahkan kepadaku oleh TUHAN, Allahku, supaya kamu melakukan yang demikian di dalam
negeri, yang akan kamu masuki untuk mendudukinya.
Berpaut pada Tuhan,
sehingga memperoleh hidup yang kekal.
Berpaut berarti; bergantung, berharap kepada Tuhan dan mengandalkan Tuhan
dalam segala sesuatu.
Orang yang berpaut kepada Tuhan, berpegang terhadap perintah dan peraturan Tuhan.
Saudaraku, biarlah kita membawa diri kita rendah di bawah kaki Tuhan,
menyembah Tuhan, karena kita sudah dikoreksi, disucikan oleh kebenaran firman
Tuhan.
Ulangan 4: 6
(4:6) Lakukanlah itu
dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal
budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan
ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana
dan berakal budi.
Berakal budi dan bijaksana kalau melakukan ketetapan Tuhan (firman Tuhan)
dengan setia.
Firman Tuhan adalah makanan rohani, sebagai kebenaran yang mendewasakan
seseorang, tetapi makan makanan yang telah dipersembahkan kepada Baal-Peor,
menyebabkan seseorang bodoh, dengan kata lain; tidak berakal budi, tidak
bijaksanan karena kebenaran datangnya dari perut.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman;
Gembala Sidang: Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment