Tema: BELAS KASIHAN YESUS
TERHADAP ORANG BANYAK
(seri 6)
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam
kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya, kita dimungkinkan
untuk beribadah melayani Tuhan malam ini.
Biarlah berkat damai sejahtera menjadi
bagian dalam kehidupan kita malam ini.
Kembali kita memeriksa Matius 9: 35-38,
namun kita fokus memperhatikan ayat 37-38.
(9:37) Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian
memang banyak, tetapi pekerja sedikit.
Tuaian memang banyak tetapi pekerja sedikit.
Kalau tuaian lebih banyak, pekerja lebih
sedikit, ini adalah keadaan yang tidak seimbang, sebab kalau tuaian lebih
banyak, sedangkan pekerja-pekerja untuk tuaian lebih sedikit, maka hasil dari
pekerjaan itu tidak akan maksimal.
Mari kita perhatikan sebagai bukti dalam 2
Tawarikh 29: 32-33
(29:32) Jumlah korban bakaran yang
dibawa jemaah ialah: lembu tujuh puluh ekor, domba
jantan seratus ekor dan domba muda dua ratus ekor.
Semuanya sebagai korban bakaran bagi TUHAN.
(29:33) Persembahan-persembahan
kudus terdiri dari: lembu sapi enam ratus ekor dan kambing
domba tiga ribu ekor.
Korban bakaran yang dipersembahkan kepada Tuhan, terdiri dari;
-
Lembu 70 ekor
-
Domba jantan 100 ekor
-
Domba muda 200 ekor
Persembahan-persembahan kudus kepada Tuhan, terdiri dari;
-
Lembu sapi 600 ekor
-
Kambing domba 3000 ekor
Jumlah binatang yang dipersembahkan kepada
Tuhan keseluruhannya adalah; 3970 ekor semuanya, dan ini merupakan jumlah yang
banyak.
2 Tawarikh 29: 34
(29:34) Tetapi jumlah imam terlalu
sedikit, sehingga mereka tidak sanggup menguliti semua korban
bakaran. Oleh sebab itu saudara-saudara mereka, orang-orang Lewi, membantu
mereka sampai pekerjaan itu selesai dan sampai para imam menguduskan
dirinya. Sebab orang-orang Lewi itu lebih bersungguh-sungguh menguduskan
dirinya dari pada para imam.
Jumlah imam-imam terlalu sedikit, sehingga
mereka tidak sanggup menguliti semua korban bakaran. Ini sangat disayangkan.
Kalau seorang imam tidak sanggup melakukan pekerjaan yang dipercayakan oleh Tuhan, ini sangat disayangkan. Ini perlu kita perhatikan
dengan baik.
Jumlah yang sedikit memberi arti;
-
Tidak sungguh-sungguh menguduskan diri di hadapan Tuhan.
Kalau tidak sungguh-sungguh menguduskan diri
di hadapan Tuhan, ibadah itu akan dianggap semacam permainan semata.
-
Tidak sungguh-sungguh untuk menyerahkan hidupnya kepada Tuhan.
-
Tidak sungguh-sungguh / tidak sepenuh hati melayani Tuhan.
Imamat 1: 6
(1:6) Kemudian haruslah ia menguliti
korban bakaran itu dan memotong-motongnya menurut bagian-bagian
tertentu.
Korban bakaran itu memang harus dikuliti, selanjutnya bagian dari daging korban
bakaran yang dipotong-potong itu, dipersembahkan di atas mezbah korban bakaran.
Jadi saudaraku, yang dipersembahkan di atas Mezbah
Korban Bakaran; harus dikuliti terlebih
dahulu.
Kejadian 3: 21
(3:21) Dan TUHAN Allah membuat
pakaian dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu
mengenakannya kepada mereka.
Tuhan Allah membuat pakaian dari kulit
binatang untuk manusia dan isterinya itu, lalu mengenakannya kepada mereka.
Sebab, setelah mereka jatuh ke dalam dosa,
Adam dan Hawa menjadi telanjang di hadapan Tuhan. Sebab itu, Allah membuat
pakaian dari kulit binatang untuk Adam dan Hawa.
Berarti, kalau pekerja-pekerja tidak sanggup
menguliti seluruh korban bakaran, maka apa yang menjadi kerinduan Tuhan tidak
tercapai, yaitu dosa ketelanjangan manusia tidak tertutupi.
Dosa = ketelanjangan.
Jalan keluarnya:
Matius 9: 38
(9:38) Karena itu mintalah kepada
tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian
itu."
Jalan keluarnya; mintalah kepada tuan
yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian
itu.
Yesus adalah Tuan
sebagai pemilik dari tuaian-tuaian itu.
Oleh sebab itu
tidak ada salahnya bagi kita sekalian, untuk meminta pekerja-pekerja kepada
Tuan yang empunya tuaian itu, sebab ini adalah himbauan kepada kita semua,
supaya kita meminta pekerja-pekerja kepada Tuan yang empunya tuaian itu. Dengan
demikian, Yesus sebagai Tuan yang empunya tuaian, akan mengirimkan
pekerja-pekerja itu.
Mari kita bandingkan dengan injil Lukas 10: 2-3
(10:2) Kata-Nya kepada mereka: "Tuaian memang
banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya
tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.
(10:3) Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu
seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.
Meminta pekerja-pekerja kepada Tuan yang
empunya tuaian, seperti seorang pekerja yang sedang diutus.
Meminta pekerja
kepada Tuan yang empunya tuaian itu, tidak seperti meminta sesuatu hal kepada orang lain.
Meminta pekerja-pekerja yang empunya tuaian itu, bagaikan seseorang yang diutus, seperti 70 murid yang lain. Demikianlah cara meminta pekerja-pekerja kepada Tuan yang empunya tuaian itu.
Meminta pekerja-pekerja yang empunya tuaian itu, bagaikan seseorang yang diutus, seperti 70 murid yang lain. Demikianlah cara meminta pekerja-pekerja kepada Tuan yang empunya tuaian itu.
Syaratnya memang seperti domba di
tengah-tengah serigala, tetapi itu tidak mengapa, untuk memenangkan banyak jiwa.
Oleh sebab itu, nas dalam kitab Roma 10:
14-15;
Kalau seseorang
dapat berseru kepada Tuhan, itu karena dimulai dari dia percaya kepada Tuhan
Seseorang percaya
kepada Tuhan, dimulai dari mendengar berita tentang Tuhan, kemudian ada yang
memberitakannya. Yang memberitakannya adalah mereka yang diutus.
Itu sebabnya
disini dituliskan “Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar
baik!”
Berarti, mereka
yang diutus membawa kabar baik, kedatangannya sangat dinantikan.
Ini adalah tanggung jawab kita kepada
sesama, yaitu; orang-orang yang ada di sekitar kita. Tidak boleh menjadi
seorang Kristen yang egosentris, yang hanya memikirkan dirinya sendiri, tidak
peduli kepada sesamanya.
Kerjakanlah keselamatan dengan takut dan
gentar, bertanggung jawablah dalam ibadah pelayanan, yang Tuhan percayakan.
Minggu lalu kita sudah melihat sikap yang pertama dari seseorang yang diutus dalam Lukas 10: 4;
1.
Janganlah membawa pundi-pundi
2.
Janganlah membawa bekal
3.
Janganlah membawa kasut.
4.
Janganlah memberi salam kepada siapapun selama dalam
perjalanan.
Sekarang, mari kita lihat sikap yang kedua dari seseorang yang
diutus.
Sikap seseorang yang
diutus (Bagian kedua)
Lukas 10: 5
(10:5) Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih
dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini.
Sikapnya adalah; kalau memasuki suatu rumah,
katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera
bagi rumah ini.
Berarti, seseorang yang diutus membawa damai sejahtera, jikalau ia
memasuki suatu rumah. Jangan sampai seseorang yang diutus tidak membawa damai
sejatera.
Damai sejahtera, dalam bahwa Ibrani: shalom.
Roma 14: 17-18
(14:17) Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan
minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh
Kudus.
(14:18) Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia
berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.
Membawa damai sejahtera, berarti; menghadirkan kerajaan Allah / kerajaan
Sorga, di tengah-tengah rumah yang dimasuki. Sebab, Kerajaan Sorga bukan
soal makan dan minum.
Rumah = Bait Allah = tempat kediaman Allah di dalam roh (1 Korintus 3: 16).
Rumah = Bait Allah = tempat kediaman Allah di dalam roh (1 Korintus 3: 16).
Kalau seorang utusan melayani dengan cara demikian;
-
Ia berkenan kepada Allah.
-
Dirhormati oleh manusia.
Ini perlu kita perhatikan dengan
sungguh-sungguh.
Kerajaan Sorga bukan soal makanan dan
minuman, jadi seorang yang diutus bukan untuk mencari makanan dan minuman = bukan soal-soal penghidupan, melainkan
membawa damai sejahtera.
Berarti, seseorang yang diutus, harus dikuasai roh prajurit / mempunyai roh
seorang prajurit.
Mari kita lihat roh prajurit:
2 Timotius 2: 4
(2:4) Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak
memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian
ia berkenan kepada komandannya.
Roh yang dimiliki seorang prajurit; tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal
penghidupan, sehingga dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.
Soal-soal penghidupan, ada kaitannya dengan
soal makan dan minum.
Oleh sebab itu, seseorang yang diutus harus memiliki roh seorang prajurit; tidak memusingkan diri dengan soal-soal
penghidupan, sehingga dengan demikian, ibadah pelayanan berkenan kepada Allah
dan dihormati manusia. Tidak perlu menjadi seorang prajurit, lalu membawa
senjata dan berada di tengah-tengah medan perang, tetapi milikilah roh seorang
prajurit.
Ciri-ciri bila seseorang utusan membawa damai
sejahtera:
Roma 14: 17
(14:17) Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan
minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh
Roh Kudus.
Cirinya;
a. Hidup di dalam kebenaran
Hidup dalam kebenaran firman Tuhan, bukan
hidup menurut kebenaran diri sendiri.
b. Penuh dengan sukacita, yang dikerjakan oleh Roh Kudus, bukan sukacita yang
berasal dari dunia.
Filipi 4: 4
(4:4) Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali
lagi kukatakan: Bersukacitalah!
Sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus,
berarti sukacita di dalam Tuhan.
Dua kali Rasul Paulus menegaskan kepada
sidang jemaat di Filipi; “bersukacitalah
senantiasa, sekali lagi ku katakan bersukacitalah” , supaya sukacita itu
mantap.
Filipi 4: 4
(4:5) Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan
sudah dekat!
Hendaklah kebaikan hati diketahui semua
orang, sebab Tuhan sudah dekat; kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.
Seseorang yang diutus, tidak terikat dengan hal-hal yang
lahiriah, tetapi fokus kepada rencana Allah yang besar.
Sebab rencana Tuhan bukan diukur dari
hal-hal yang lahiriah, bukan dengan ijazah, kedudukan, uang, harta, kekayaan dan lain sebagainya.
Kalau seorang utusan terikat dengan pekara-perkara
yang lahiriah, maka tidak memiliki sukacita dari Tuhan, sehingga kebaikan hati tidak
diketahui oleh semua orang.
Kuasa damai sejahtera:
Imamat 26: 6
(26:6) Dan Aku akan memberi damai sejahtera
di dalam negeri itu, sehingga kamu akan berbaring dengan tidak dikejutkan
oleh apa pun; Aku akan melenyapkan binatang buas dari negeri itu, dan
pedang tidak akan melintas di negerimu.
Kuasanya;
1. Kamu akan berbaring dengan tidak dikejutkan oleh apa-apa.
Berbaring dengan tidak dikejutkan oleh
apa-apa = tenang = tidak memusingkan diri dengan perkara-perkara lahiriah, sama
seperti orang yang sedang tertidur pulas.
2. Melenyapkan binatang buas.
Artinya; terlepas dari hawa nafsu dan
keinginan daging.
Hawa nafsu dan keinginan daging, bagaikan
binatang buas.
Tetapi kalau ada damai sejahtera, hawa nafsu
dan keinginan daging, dilenyapkan.
3. Pedang tidak akan melintas di negerimu
Artinya; tidak ada lagi perselisihan,
kerusuhan, pertikaian satu dengan yang lain. Sebab pedang adalah alat perang.
Hasil damai sejahtera:
Bilangan 6: 24-26
(6:22) TUHAN berfirman kepada Musa:
(6:23) "Berbicaralah kepada Harun dan anak-anaknya:
Beginilah harus kamu memberkati orang Israel, katakanlah kepada mereka:
(6:24) TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau;
(6:25) TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi
engkau kasih karunia;
(6:26) TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi
engkau damai sejahtera.
Hasilnya; Tuhan menghadapkan wajah-Nya
kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.
Saudaraku, saat kita beribadah melayani Tuhan, saat itulah Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepada saya dan saudara. Berarti, ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan adalah suatu kemurahan yang patut kita hargai, sebab pada saat itulah Tuhan menghadapkan wajah-Nya, pada saat yang sama, kita merasakan damai sejahtera.
Sebelum menerima damai sejahtera Allah, terlebih dahulu 2 hal
yang terjadi:
-
TUHAN MEMBERKATI ENGKAU DAN MELINDUNGI ENGKAU.
Berarti, perlindungan Tuhan adalah berkat
Tuhan.
-
TUHAN MENYINARI ENGKAU DENGAN WAJAH-NYA DAN MEMBERI ENGKAU KASIH KARUNIA.
Berarti, kasih karunia itu berasal dari
sinar yang memancar dari wajah Tuhan. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita Firman;
Gembala Sidang: Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment