IBADAH
RAYA MINGGU, 24 FEBRUARI
2013
Tema: BERKAT
TUHAN PANGKAL SELAMAT
(Seri
12)
Subtema: PERCAYA DAN BERHARAP KEPADA TUHAN
Shalom!
Selamat
malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan
Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya besar, kita berada dalam rumah
Tuhan, beribadah melayani Tuhan.
Segera kita menikmati firman penggembalaan untuk ibadah
raya minggu dari Mazmur 127: 1-5, namun secara khusus kita membaca ayat 3 saja.
Mazmur 127: 3
(127:3) Sesungguhnya,
anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan
adalah suatu upah.
Ada dua hal yang kita temukan dalam Mazmur 127: 3
1.
Sesungguhnya,
anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN,
2.
dan buah kandungan
(anak) adalah suatu upah.
Keterangan: BUAH
KANDUNGAN (ANAK) ADALAH SUATU UPAH
Kita kaitkan dengan perjanjian antara Allah dengan
Abraham.
Kejadian 15: 1
(15:1)
Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan:
"Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar."
Abram menerima upah yang sangat besar, sesuai dengan
janji firman Tuhan.
Janji ini adalah dari pihak Allah.
Kejadian 15: 5
(15:5) Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat
ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat
menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya
nanti keturunanmu."
Upah yang besar itu; seperti bintang-bintang di langit
banyaknya, sesuai dengan janji firman Tuhan.
Roma 4: 18
(4:18) Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham
berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut
yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
Sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham
tetap berharap, bahkan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, sesuai
dengan janji firman Tuhan, dengan kata lain; akan menerima upah yang besar.
Apa yang dimaksud tidak ada dasar untuk berharap?
Ibrani 11: 12
(11:12) Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah
mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan
seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.
Di sini dikatakan; bahwa ABRAHAM dan SARA ISTERINYA SUDAH
MATI PUCUK.
Jadi, pucuk / ujungnya hanya sampai pada Abraham = tidak
ada lagi keturunan, inilah yang dimaksud tidak ada dasar untuk berharap, tetapi
sekalipun demikian, ia tetap berharap dan percaya dengan janji firman Tuhan.
Oleh sebab itu, untuk menjadi pengikut Tuhan, jangan
menggunakan logika dan perasaan hati.
Kembali kita memperhatikan Roma.
Roma 4: 19
(4:19) Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya
sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun,
dan bahwa rahim Sara telah tertutup.
Kemudian hal yang luar biasa terjadi, yaitu: IMAN ABRAHAM
TIDAK MENJADI LEMAH, WALAUPUN IA MENGETAHUI BAHWA TUBUHNYA SUDAH SANGAT LEMAH,
karena usianya telah 100 tahun, di samping itu juga, rahim Sara telah tertutup.
Jadi, Abram betul-betul disebut mati pucuk = tidak ada
dasar lagi untuk percaya dan berharap kepada Tuhan, tetapi iman Abraham tetap
kuat walaupun tubuhnya lemah.
Sekarang, mari kita lihat; DARI PIHAK ABRAHAM.
Kejadian 15: 2
(15:2) Abram menjawab: "Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau
berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan
yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu."
Sekalipun tidak masuk akal, Abraham tetap percaya
terhadap janji firman Tuhan, sehingga ia berkata: “Ya Tuhan Allah”.
Abram tetap percaya kepada janji firman, dia tidak
menggunakan logika;
-
sekalipun tubuhnya sudah sangat
lemah, karena usianya telah 100 tahun,
-
di samping itu juga, rahim Sara
telah tertutup.
Kejadian 15: 6
(15:6) Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan
hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
Kepercayaan Abram kepada janji firman Tuhan,
diperhitungkan oleh Allah, sebagai kebenaran yang hakiki, kebenaran yang sejati.
Bagaimana saudaraku, apakah saudara tertarik dari kisah yang
sangat luar biasa ini?
Jujur saja, banyak pasangan (suami-isteri) orang Kristen,
ketika bertahun-tahun menikah belum juga dikaruniakan anak, mereka mulai ragu, tidak
percaya terhadap Tuhan dan akhirnya putus asa, kecewa dan meninggalkan Tuhan,
hal ini sangat disesalkan tentunya, sebab seharusnya berharap kepada Tuhan
saja.
Sedikit kesaksian:
Saya masih ingat ketika Tuhan mengutus saya ke provinsi
Banten (Serang dan Cilegon), pelayanan dimulai dari nol (belum ada jiwa yang
tergembala).
Bagi manusia memang mustahil untuk membangun sebuah
penggembalaan di daerah provinsi Banten, yang kita tahu, bahwa di provinsi
Banten tidak bebas untuk beribadah, saya sebagai seorang hamba Tuhan, harus
berharap dan percaya terhadap janji firman Tuhan, tidak menggunakan akal
pikiran manusia.
Setelah berada di provinsi Banten, bertahun-tahun saya berjalan
kaki dari rumah ke rumah, saya mengarungi perjalanan yang sangat jauh dan
sangat melelahkan, namun akhirnya Tuhan memberi perhentian dari satu jiwa, dua
jiwa, tiga jiwa, dan seterusnya sampai sekarang, bahkan Tuhan mempercayakan
perkara-perkara yang lebih besar.
Seandainya saya menggunakan logika, semua ini tidak akan
terwujud, saudara tidak akan bisa duduk di tempat ini, tidak tergembala dengan
baik dalam satu kandang satu gembala, tidak akan menghadapi takhta kasih
karunia, lewat pengajaran mempelai.
Di sinilah iman itu dibenarkan, diperhitungkan oleh Tuhan,
sama seperti Abram, panggilannya dimulai dari Ur-Kasdim, Tuhan menjanjikan
tanah Kanaan, namun Abram tetap percaya sekalipun ia belum mengetahui tanah
Kanaan yang dijanjikan oleh Tuhan kepadanya, dan setelah sampai di tanah
Kanaan, imannya diuji lagi, sebab Tuhan kembali menjanjikan upah yang besar.
Dalam hal inipun, Abram tidak ragu terhadap janji firman Tuhan, sehingga ia
kembali berkata: “Ya Tuhan Allah”, seperti
yang sudah-sudah, Abram tidak menggunakan logika / akal pikiran manusia, ia
lebih berharap dan percaya terhadap janji firman Tuhan.
Satu hal yang harus kita ketahui, yaitu; setelah berada
di tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan oleh Tuhan Allah kepada Abram, ternyata pada
akhirnya tanah Kanaan mengalami kekeringan, sehingga terjadi kelaparan di
seluruh negeri, kemudian pergilah Abram ke Mesir untuk tinggal di situ sebagai
orang asing (pendatang).
Mesir adalah gambaran dari dunia.
Berarti; harus melalui arus pengaruh dunia yang
menghanyutkan, di mana dunia ini memiliki daya tarik, yaitu;
1.
keinginan daging
2.
keinginan mata
3.
keangkuhan hidup
Namun akhirnya, Abram pun mampu melewati itu semua, ia
pun meninggalkan Mesir, dan masih banyak lagi pergumulan-pergumulan yang harus
dilalui oleh Abram, sampai akhirnya kembali ke tanah Kanaan, tanah perjanjian.
Demikian juga halnya perjalanan gereja Tuhan di hari-hari
ini, untuk mencapai tanah Kanaan sorgawi, kita harus mampu melewati arus dan
pengaruh dunia yang menghanyutkan. Oleh sebab itu, biarlah kita memiliki iman
seperti iman Abram (Abraham); percaya dan berharap kepada Tuhan, sekalipun
telah mati pucuk, sekalipun tidak masuk akal, namun bagi Tuhan tidak ada yang
mustahil, sebab oleh firman-Nya; yang tidak ada menjadi ada, yang mati
dihidupkan kembali. Jangan menyerah, jangan putus asa, tetap maju bersama dengan Tuhan. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment