Ibadah raya minggu, 03 APRIL 2016
“wahyu pasal empat”
(Seri 10)
Subtema : “MEZBAH DUPA”
Shalom...!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam
kasih Tuhan kita Yesus Kristus, oleh karena kasih-Nya kita dapat melangsungkan
ibadah raya Minggu.
Kita kembali memperhatikan firman
penggembalan untuk ibadah raya Minggu dari Wahyu
pasal 4.
Wahyu 4:6
(4:6)
Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah
takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah
muka dan di sebelah belakang.
Pada ayat ini terdapat dua perkara yaitu; “lautan kaca bagaikan kristal” dan “disekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata disebelah muka dan
disebelah belakang.”
Tetapi kita mundur kembali ke belakang, mari kita baca...
Wahyu 4:1-5
(4:1) Kemudian dari pada
itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang
dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya:
Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi
sesudah ini.
(4:2) Segera aku dikuasai
oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk
Seorang.
(4:3) Dan Dia yang duduk
di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi
melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya.
(4:4) Dan sekeliling
takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh
empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka.
(4:5) Dan dari takhta itu
keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di
hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.
Ayat yang pertama: Tuhan menunjukkan kepada rasul Yohanes apa yang
harus terjadi. Setelah dia naik dan masuk, dia dikuasai oleh Roh, kemudian dia
melihat sebuah takhta terdiri di sorga (ayat 2 dan 3).
Kalau dikaitkan dengan pola tabernakel ayat 2 dan 3 terkena pada
ruangan maha suci, sedangkan sebuah takhta terdiri di sorga à tabut perjajian, alat yang paling utama di
Tabernakel.
Kemudian ayat 4 dan 5 kalau dikaitkan dengan Tabernakel terkena pada
ruangan suci. Di dalam ruangan suci, rasul Yohanes melihat 24 takhta dan 24
tua-tua duduk di atas takhta itu. Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel
terkena kepada meja roti sajian. Selain itu terdapat tujuh obor yang
menyala-nyala dihadapan takhta itu itulah tujuh Roh Allah, kalau dikaitkan
dengan pola Tabernakel terkena kepada pelita emas.
Namun, setelah kita membaca ayat 6, ada yang terlewatkan, tidak
disebutkan satu alat yang terdapat di dalam ruangan suci yaitu; mezbah dupa. Pada ayat 6 langsung
berbicara tentang lautan kaca dan empat makhluk. Inilah Tabernakel sorgawi yang
diperlihatkan kepada rasul Yohanes.
Sepintas seolah-olah ada perbedaan antara Tabernakel sorgawi dengan
Tabernakel di bumi, dibuat oleh Musa sesuai dengan petunjuk, yang diterima di
atas gunung Sinai selama 40 hari 40 malam.
Tetapi bukan saja rasul Yohanes menuliskan seperti ini, rupanya rasul
Paulus dalam..
Ibrani 9:1-2
(9:1) Memang perjanjian
yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat
kudus buatan tangan manusia.
(9:2) Sebab ada
dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat
kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus.
Dalam ruangan suci rasul Paulus melihat dua alat:
1. Kaki dian emas dengan tujuh pelita menyala di atasnya.
2. Meja roti sajian dengan 12 roti yang tersaji di atasnya.
Tetapi di sini tidak ada penyebutan mezbah dupa.
Kemudian...
Ibrani 9:3-4
(9:3) Di belakang tirai
yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus.
(9:4) Di situ terdapat
mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya
disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas
berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang
bertuliskan perjanjian,
Justru di dalam ruangan maha suci rasul Paulus melihat mezbah dupa emas dan tabut perjanjian.
Hampir mirip dengan apa yang dilihat oleh rasul Yohanes di pulau
Patmos, seolah-olah kedua rasul ini bersepakat untuk mempersalahkan Tabernakel
di bumi, yang bangun oleh Musa.
Tetapi di situ tidak ada konspirasi / kesepatakan negatif, justru
dengan pernyataan rasul Palus ini menguatkan hidup rohani saya dan saudara.
Betapa pentingnya mezbah dupa dalam kehidupan saya dan saudara, di situ
kuncinya.
Maka, kita dikuatkan kembali oleh tulisan rasul Yohanes dalam...
Wahyu 11:1
(11:1) Kemudian
diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan
kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah
dan mereka yang beribadah di dalamnya.
Ibadah yang diukur adalah; mezbah = puncaknya ibadah di bumi.
Pendeknya, ibadah itu harus memuncak sampai kepada doa penyembahan =
ibadah yang diukur.
Kalau ibadah hanya sekedar meja
roti (ibadah pendalaman alkitab) dan pelita
emas (ibadah raya minggu), belum masuk dalam ukuran Tuhan, akan berhadapan
dengan ular tua naga merah padam ... Wahyu
12:17.
Tetapi banyak juga orang Kristen tidak memahami perkara ini, kita yang
sudah digembalakan oleh firman pengajaran mempelai dalam terangnya Tabernakel
adalah suatu keuntungan yang besar, karena kita bisa mengetahui isi hati Tuhan
dan segala sesuatu tentang sorga.
Jadi sorga itu tidak sempit, yang membuat sorga itu sempit adalah cara
berpikir mereka sendiri, dan itu terlihat dari cara mereka beribadah kepada
Tuhan.
Ibadah doa penyembahan, artinya; penyerahan diri secara totalitas
kepada Tuhan.
Efesus 2:1-2
(5:1) Sebab itu jadilah
penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih
(5:2) dan hiduplah di
dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah
menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi
Allah.
Dua perkara yang harus kita perhatikan;
- “Jadilah penurut-penurut
Allah.”
- “Hiduplah di dalam kasih.”
Kasih adalah penyerahan diri kepada Tuhan, sebagai
persembahan dan korban yang harum bagi Allah.
Jadi kasih itu menyerahkan diri kepada Tuhan, sebagai
persembahan dan korban, bukan mengorbankan orang lain.
Sebab itu kelanjutan dari pernyataan rasul Paulus ini dapat kita lihat
dalam....
Roma 12:1
(12:1) Karena itu,
saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Di sini kembali diulang oleh rasul Pulus; “mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan
yang berkenan kepada Allah” = persembahan yang sejati = penyerahan diri
secara totalitas.
Kalau ibadahnya setengah-setengah, berarti; penyerahan dirinya
tanggung, tanggung merendahkan dirinya, tanggung menundukkan diri (masih enggan)
itu belum total dalam penyerahan diri.
Sebab itu jangan tanggung-tanggung, merendahkan diri, mendengar firman
Tuhan, jangan tanggung-tanggung, berkorban dan mengasihi jangan
tanggung-tanggung.
Kalau menjadi persembahan dan korban, maka orang lain tidak akan
menjadi korban.
Mari kita lihat pribadi yang ibadahnya sudah masuk dalam ukuran.
Yang pertama: Rasul Yohanes.
Wahyu 1:9
(1:9) Aku, Yohanes,
saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan
menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah
dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus.
Rasul Yohanes berada di Pulau Patmos oleh karena dua hal, yaitu;
1.
“Firman Allah.”
Kita berada di dalam rumah Tuhan untuk
menjalankan tiga macam ibadah pokok karena apa? Saya harap karena firman,
jangan karena yang lain.
2.
“Kesaksian dari Yesus.”
Kita butuh kesaksian dari Yesus, itulah teladan
yang ditinggalkannya. Sebab itu kita datang kepada Tuhan lewat ketekunan dalam
tiga macam ibadah pokok yang kita jalankan selama ini, semua karena kesaksian
Yesus.
1 Petrus 2:19-20
(2:19) Sebab adalah kasih
karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan
yang tidak harus ia tanggung.
(2:20) Sebab dapatkah
disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi
jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah
kasih karunia pada Allah.
Menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung = aniaya karena
firman = sengsara salib itu adalah kasih karunia.
Kasih karunia = kemurahan = yang tidak layak menjadi layak, berarti
yang membuat kita layak adalah kasih karunia, prakteknya; menanggung
penderitaan yang tidak harus ditanggung, itu praktek dari bangsa kafir.
Berbeda dengan bangsa Israel, saat ini mereka bisa saja tegar tengkuk,
keras hati, degil, tetapi pada saat mereka mengakui bahwa Yesus adalah Mesias,
mereka selamat. Berbeda dengan bangsa kafir, supaya kita memperoleh kemurahan, berarti
prateknya; menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung = memikul salib.
Sebab itu, malam ini kita datang untuk melihat kesaksian Yesus, teladan
yang ditinggalkannya itu.
Kita lihat lebih jauh teladan itu...
1 Petrus 2:21
(2:21) Sebab untuk itulah
kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah
meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
Itu sebabnya kita dipanggil untuk menjalankan ketekunan dalam tiga
macam ibadah pokok, karena Kristus juga telah menderita, supaya kita dapat
melihat kesaksian itu, dan selanjutnya kita ikuti.
Teladan / kesaksian yang ditinggalkannya itu, kita follow up.
Adapun kesaksan Yesus Kristus.
1 Petrus 2:22-23
(2:22) Ia tidak berbuat
dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.
(2:23) Ketika Ia dicaci
maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak
mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.
Kesaksian-kesaksian / teladan yang ditinggalkan Yesus;
- “Ia tidak berbuat dosa” = tanpa
ragi, tanpa dosa kejahatan dan kenajisan.
Kalau gajah mati meninggalkan gading, kalau
harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama /
perbuatannya.
Yesus telah naik ke sorga, mati dan bangkit
kemudian setelah 40 hari Dia naik. Tetapi, Dia tidak meninggalkan nama yang
buruk, Dia meninggalkan kesaksian yang baik suatu teladan yang harus kita ikuti.
Bahkan musuh sekalipun itulah raja Herodes tidak
menemukan satu kesalahan di dalam diri Yesus, di mulai dari pengadilan mahkama
agama yaitu; dihadapan imam besar Kayafas, Pilatus, Herodes kembali lagi ke Pilatus.
Marilah kita berpesta bukan dengan ragi yang
lama, bukan dengan ragi keburukan, tetapi dengan kebenaran = menikmati roti
yang murni.
Menanggung penderitaan yang tidak harus
ditanggung itu persembahan yang maha kudus / syikal kudus, ini timbangan yang
tetap, tidak bisa berubah-ubah.
- “Tipu tidak ada dalam mulut-Nya”
= tidak ada dusta dalam setiap perkataan.
Yakobus jelas mengatakan; kalau seseorang tidak
salah dalam perkataan, ia sempurna dalam seluruh hidup...Yakobus 3:2.
Bagaimana dengan setiap perkatan-perkataan kita
yang setiap hari, pekataan yang keluar dari mulut?
- “Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak
membalas dengan mencaci maki” = tidak membalas kejahatan dengan kejahatan =
tidak hidup di bawah hukum Taurat.
- “Ketika Ia menderita, Ia tidak
mengancam tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.”
Yesus menyerahkan segala perkara kepada Allah
sebab Dia adalah hakim yang adil.
Kita tidak perlu berperkara kepada si A dan si B
ketika dalam keadaan terjepit / menderita, tidak usah mengancam, apalagi mengancam
khotbah yang sifatnya mengoreksi, mulai mengancam dengan cara-cara tersendiri.
Inilah kesaksian Yesus Kristus suatu teladan yang ditinggalkan supaya
kita follow up kembali.
Mari kita lihat ketika rasul Yohanes mengikuti teladan
itu....
Wahyu 1:16-17
(1:16) Dan di tangan
kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang
tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik.
(1:17) Ketika aku melihat
Dia, tersungkurlah aku di depan kaki-Nya sama seperti orang yang mati; tetapi
Ia meletakkan tangan kanan-Nya di atasku, lalu berkata: "Jangan takut! Aku
adalah Yang Awal dan Yang Akhir,
Keadaan Yohanes ketika dia melihat kesaksian Yesus adalah; “tersungkur di depan kaki Yesus sama seperti
orang yang mati” = tidak berdaya.
Sesungguhya, ketika Tuhan membawa kita sampai sejauh ini, di luar
kemampuan daging kita, di luar jangkauan pemikiran kita = kehidupan yang tidak
berdaya, sebab itu yang Tuhan inginkan adalah penyerahan diri secara totalitas.
Jangan merasa diri bisa, merasa rohani, sehingga melayani tidak ada lagi
aturan-aturan.
Kalau mengikuti teladan, berarti; terlihat tanda penyerahan diri, sebaliknya
kalau tidak menyerah tanda bahwa hidupnya merasa kuat.
Wahyu 1:9
(1:9) Aku, Yohanes,
saudara dan sekutumu dalam kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan
menantikan Yesus, berada di pulau yang bernama Patmos oleh karena firman Allah
dan kesaksian yang diberikan oleh Yesus.
Keadaan Yahanes ketika berada di pulau Patmos:
1. “Dalam kesusahan”, tetapi dia tetap sabar, dia tidak meninggalkan pulau Patmos dan tidak
lari dari kenyataan, sehingga tepatlah yang dikatakan rasul Paulus; “sabarlah di dalam kesesakan...” Roma 12:12.
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena
kepada mezbah korban bakaran yang ada di daerah halaman.
2. “Dalam ketekunan menantikan Yesus.”
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena
pada ruangan suci.
Dalam ruangan suci terdapat tiga macam alat, yaitu;
- Meja roti sajian à ketekunan
dalam ibadah pendalaman Alkitab
disertai dengan perjamuan suci.
Ibadah ini menghasilkan iman.
Kegunaan dari ibadah pendalaman Alkitab:
Mendewasakan gereja Tuhan.
- Pelita emas à ketekunan dalam
ibadah raya minggu disertai kesaksian.
Ibadah ini menghasilkan pengharapan.
Kegunaan dari ibadah raya Minggu: Mempertajam karunia-karunia
dan jabatan-jabatan.
Saya melihat dalam pelayanan, baik dalam
bermusik, menulis lagu untuk infocus, masih banyak terdapat kesalahan. Setelah
saya di dalam Tuhan roh hikmat itu kuat sekali, jangankan satu pergerakan, satu
hal saja saya bisa tahu. Sebetulnya saya bukan ahli musik, tetapi setelah di
dalam Tuhan saya tahu ada yang salah. Kalau dari hari ke hari seperti ini
(selalu salah), mengherankan. Dari minggu ke minggu, tahun ke tahun, jangan
salahkan Tuhan kalau kaki dian diambil...”yang
terdahulu menjadi terkemudian.”
Ketika Tuhan mengambil kaki dian dari pada
Simson, akhirnya dia menjadi hamba Tuhan pelawak.... Hakim-hakim 16:23-27. Melayani hanya sebata entertainer = pelawak.
Jadi ibadah raya minggu itu kegunaannya untuk
mempertajam karunia dan jabatan, baik dia sebagai seorang pembaca firman Tuhan,
pemimpin pujian, singer, multimedia, infocus, kolektan, semakin hari harus
semakin dipertajam.
- Mezbah dupa à pada
ketekunan dalam ibadah doa penyembahan.
Ibadah ini menghasilkan; kasih.
Kegunaan ibadah doa penyembahan: Bertemu dengan
Allah di dalam kasih-Nya.
3. “Dalam kerajaan” = dalam kemuliaan.
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena
kepada ruangan maha suci, di dalamnya terdapat satu alat itulah tabut
perjanjian, ini adalah alat yang paling utama dari seluruh alat yang ada di
dalam Tabernakel.
Tabut perjanjian artinya;
- Hubungan nikah = persekutuan yang indah antara tubuh dengan kepala =
tubuh menempatkan Kristus sebagai kepala.
- Takhta Allah, hadirat Allah, di situlah Allah memerintah dan berfirman
kepada umat-Nya.
Inilah kasih yang dapat kita lihat dari pribadi rasul Yohanes, sebagai
persembahan dan korban kepada Tuhan.
Banyak kisah tentang Yohanes dalam kitab Wahyu ini, tetapi kita
melihat sekilas saja.
Sekarang kita melihat dari sisi Rasul Paulus.
Kisah Para Rasul 9:14-15
(9:14) Dan ia datang ke
mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang
memanggil nama-Mu."
(9:15) Tetapi firman Tuhan
kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk
memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang
Israel.
(9:16) Aku sendiri akan
menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh
karena nama-Ku."
Tuhan memakai rasul Paulus dalam pemberitaan firman kepada
bangsa-bangsa kafir dan juga raja-raja dan orang-orang Israel. Di tengah-tengah
pelayanannya itu betapa banyak penderitaan yang harus dia tanggung.
Itulah pernyataan Tuhan kepada Ananias, supaya ia menumpangkan
tangannya kepada rasul Paulus, sebab pada saat itu ia sedang mengalami kesusahan,
matanya tidak dapat melihat.
Pertanyaannya: Tuhan salah memakai rasul Paulus?
Mari kita buktikan...
Kisah Para Rasul 22:10
(22:10) Maka kataku:
Tuhan, apakah yang harus kuperbuat? Kata Tuhan kepadaku: Bangkitlah dan
pergilah ke Damsyik. Di sana akan diberitahukan kepadamu segala sesuatu yang
ditugaskan kepadamu.
(22:11) Dan karena aku
tidak dapat melihat oleh karena cahaya yang menyilaukan mata itu, maka
kawan-kawan seperjalananku memegang tanganku dan menuntun aku ke Damsyik.
(22:12) Di situ ada
seorang bernama Ananias, seorang saleh yang menurut hukum Taurat dan terkenal
baik di antara semua orang Yahudi yang ada di situ.
(22:13) Ia datang berdiri
di dekatku dan berkata: Saulus, saudaraku, bukalah matamu dan melihatlah! Dan seketika itu juga aku melihat
kembali dan menatap dia.
(22:14) Lalu katanya:
Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendak-Nya,
untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya.
Tuhan menetapkan rasul Paulus, untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk
melihat yang benar, dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya.
Mari kita lihat kehendak Tuhan...
Yesaya 53:10-11
(53:10). Tetapi TUHAN
berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya
sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan
lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.
(53:11) Sesudah kesusahan
jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai
orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan
mereka dia pikul.
Ketika Yesus menanggung penderitaan di atas kayu salib, maka kehendak
Allah terlaksana oleh-Nya.
Jadi, yang dimaksud untuk mengetahi kehendak-Nya adalah; menanggung
banyak penderitaan = memikul salib di tengah-tengah ibadah dan pelayanan kepada
Tuhan.
Dan benar sekali apa yang dinyatakan oleh Tuhan kepada Ananias, dan semua
penderitaan yang dialami rasul Paulus disaksikan kepada orang Yahudi ketika ia
di desak mereka.
Rasul Paulus betul-betul mengetahui kehendak Allah, artinya;
menanggung penderitaan karena nama Tuhan. Jangan menderita karena roh najis dan
kejahatan. Yang masih ada memori kenajisan dalam hidupmu, dalam
barang-barangmu, buang itu, hal itu yang membuat seseorang tidak dapat menyerahkan
diri sebagai persembahan dan korban kepada Tuhan. Jangan ada kenangan yang
najis dalam pikiran, tidak ada artinya itu. Tuhan tidak pernah salah memilih
seseorang untuk menjadi alat kemuliaan-Nya.
Tuhan tidak salah memilih, yang salah manusianya, pada saat dia salah.
Tetapi saat kembali, Tuhan akui dan dipakai kembali. Siapapun orang yang pernah
salah atau pernah jatuh dalam berbagai-bagai dosa akan diampuni kalau diakuinya
bahkan Tuhan akan pakai kembali. Tetapi kalau tidak ada pengakuan sorga
tertutup bagi dia.
Lebih rinci mengenai kehendak Tuhan...
Kisah Para Rasul 26:17-19
(26:17 )Aku akan
mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan
mengutus engkau kepada mereka,
(26:18) untuk membuka mata
mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa
Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh
pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk
orang-orang yang dikuduskan.
(26:19) Sebab itu, ya raja
Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat.
Rasul Paulus telah diasingkan dari bangsa Yahudi dan diutus kepada
bangsa kafir untuk menjadi saksi. Untuk menjadi kesaksian itu, rasul Paulus
tetap taat.
Ibrani 5:6-8
(5:6) sebagaimana
firman-Nya dalam suatu nas lain: "Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya,
menurut peraturan Melkisedek."
(5:7) Dalam hidup-Nya
sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap
tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut, dan
karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
(5:8) Dan sekalipun Ia
adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
Sekalipun Ia adalah Anak, Yesus telah belajar menjadi taat dari apa
yang telah diderita-Nya.
Tuhan memperlihatkan segala sesuatunya kepada rasul Paulus ketika ia
di angkat ke tingkat yang ketiga dari sorga yaitu; Firdaus di mana rasul Paulus
akan menjadi saksi dan belajar taat dari apa yang ia derita.
Taat = patuh pada ajaran yang benar sekalipun harus menderita.
Rasul Paulus melihat bahwa mezbah dupa berada di dalam ruangan maha
kudus, tetapi dalam semua itu dia tetap
taat.
Yang saya sesalkan, mudah hancur dan menangis tetapi belum mampu
mengasihi Tuhan dengan kasih agape, masih ada diantara kita seperti itu, dan
jujur saya mengatakan ini dihadapan Tuhan; saya sedih, tetapi saya tidak bisa
persalahkan orang itu, karena sukar untuk diperlihatkan (dosa yang tidak dapat
dilihat oleh mata).
Detik-detik ketika rasul
Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga...
2 Korintus 12:1-4
(12:1) Aku harus bermegah,
sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak
memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari
Tuhan.
(12:2) Aku tahu tentang
seorang Kristen; empat belas tahun
yang lampau--entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku
tidak tahu, Allah yang mengetahuinya--orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat
yang ketiga dari sorga.
(12:3 ) Aku juga tahu
tentang orang itu, --entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu,
Allah yang mengetahuinya--
(12:4) ia tiba-tiba
diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak
boleh diucapkan manusia.
Setelah 14 tahun melayani Tuhan rasul Paulus menceritakan detik-detik
ketika ia diangkat ketingkat yang ketiga. Dalam hal ini rasul Paulus melihat
bahwa mezbah dupa berada di dalam ruangan maha suci, namun sekalipun demikian
ia tidak bermegah, sekalipun perkara ini
adalah sesuatu yang luar biasa, yang tidak banyak dialami oleh hemba-hamba
Tuhan.
Rasul Paulus tidak menyombongkan diri, sebab itu Tuhan memang tidak
salah dalam memilih seseorang.
Sungguh heran, di dalam kemuliaan tidak sedikitpun ia menyombongkan
diri, begitu juga dengan rasul Yohanes.
2 Korintus 12:5-6
(12:5) Atas orang itu aku
hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain
atas kelemahan-kelemahanku.
(12:6) Sebab sekiranya aku
hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan
kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang
menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang
mereka dengar dari padaku.
Rasul Paulus tidak mau bermegah, sebab ia bukan orang bodoh. Ia tidak
mau bermegah supaya tidak ada orang yang memperhitungkan segala sesuatu dalam
dirinya lebih dari apa yang diucapkanya.
Kalau hamba Tuhan melebih-lebihkan dirinya, tetapi kenyataannya
perbuatan tidak sesuai dengan perkataanya, orang lain bisa memperhitungkan
perkataan itu.
2 Korintus 12:7
(12:7) Dan supaya aku
jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka
aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk
menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.
Dibalik kemuliaan ada salib, supaya di dalam kemuliaan itu seseorang
tidak meninggi-ninggikan diri / sombong. Sebab itu, atas seijin Tuhan diberi
suatu duri dalam daging, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh rasul
Paulus, dia banyak menanggung penderitaan.
Waktu saya sakit, dari mulai 2005 sampai dengan 2007, seorang hamba
Tuhan berkata kepada saya; ini duri dalam daging, supaya brur tetap rendah
hati, masakan sakit typhus kok tidak
sembuh-sembuh. Saya merenung sejenak, memang saya banyak meninggikan diri dan
banyak kesalahan-kesalahan terjadi dalam diri saya dalam kesempatan ini tidak
bisa saya sebut satu persatu.
2 Korintus 12:9
(12:9) Tetapi jawab Tuhan
kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam
kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku
bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
Rasul Paulus tidak bermegah atas dirinya, tetapi atas kelehaman / salib,
supaya kuasa Kristus turun menaungi dia.
Jadi seseorang memperolah kuasa bukan dari mana-mana tetapi dari
salib.
2 Korintus 12:10
(12:10) Karena itu aku
senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di
dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah,
maka aku kuat.
Rasul Paulus bermegah di dalam kelemahan; di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan
kesesakan oleh karena Kristus, sehingga kuasa Tuhan menaungi.
Kita bermegah di dalam kelemahan, sebab ketika kita lemah di situlah
seseorang menjadi kuat.
Tetapi ketika kita merasa kuat di situ banyak terdapat
kelemahan-kelemahan.
Matius 26:40-41
(26:40) Setelah itu Ia kembali kepada
murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada
Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?
(26:41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya
kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging
lemah."
Biarlah kiranya kita berjaga-jaga dan berdoa = hidup dalam doa
penyembahan selama satu jam = penyerahan diri secara totalitas kepada Tuhan.
Tujuannya; supaya jangan jatuh di dalam pencobaan.
Wahyu 8:3-4
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan
ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya
diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua
orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
(8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama
dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Kemenyan itu dibakar dan asapnya naik sampai ke atas.
Artinya; lewat doa penyembahanlah kita bertemu dengan Allah di dalam kasih-Nya.
Kasih, berarti; penyerahan diri secara totalitas menjadi persembahan
dan sebagai korban.
Ibadah yang diukur memuncak sampai kepada doa penyembahan, sebagaimana
mezbah dupa ada di dalam ruangan maha suci.
Jadi, tidak ada sesuatu yang ganjil dari Tabernakel sorgawi, sekalipun
mezbah dupa tidak ditulis pada Wahyu
pasal 4 justru dengan tidak ada tulisan itu meneguhkan kita bahwa doa
penyembahan membawa kita masuk dalam ruangan maha suci = bertemu dengan Allah
dalam kasih-Nya.
Yang masih kurang dalam doa penyembahan dan belum tekun dalam ibadah
doa penyembahan, saya himbau sungguh-sungguhlah, tidak ada lagi yang
dikorbankan selain diri kita sendiri, karena kita mau mengasihi Tuhan. Malam ini
mari kita tersungkur di bawah kaki Tuhan, roh memang penurut tetapi daging
lemah, kalau hanya ingin sesuatu yang baik tetapi tidak ada action / doa penyembahan
selama satu jam; tidak ada artinya, sehingga pada saat ujian terjadi dia tidak
mampu menghadapinya.
Tuhan YESUS KRISTUS KEPALA
GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman oleh;
Gembala sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment