IBADAH
KAUM MUDA REMAJA, 28 JANUARI 2017
STUDY
YUSUF
(Kejadian 41)
(Seri 109)
(Seri 109)
Subtema: KEKUATAN ALLAH
DAN HIKMAT ALLAH.
Shalom saudaraku.
Selamat malam, salam
sejahtera bagi kita semua. Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan kembali
untuk melangsungkan ibadah kaum muda remaja sebagaimana biasanya.
Inilah ibadah pelayanan
sulung saya untuk Ibadah Kaum Muda Remaja di Serang.
Kita kembali
memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Kaum Muda Remaja dari Study Yusuf.
Kejadian 41: 15
(41:15)
Berkatalah Firaun kepada Yusuf: "Aku telah bermimpi, dan seorang pun tidak
ada yang dapat mengartikannya, tetapi telah kudengar tentang engkau: hanya
dengan mendengar mimpi saja engkau dapat mengartikannya."
Di sini kita melihat
Firaun mengakui bahwa Yusuf adalah seorang yang benar, seorang nabi Tuhan.
Firaun tidak melihat
Yusuf sebagai seorang tahanan, sungguh luar biasa.
Kalau seorang Firaun
saja mau mengakui Yusuf sebagai seorang yang benar, seorang hamba Tuhan yang
dipakai Tuhan, sebagai seorang nabi Tuhan, maka kita yang sudah lama mengenal
firman Pengajaran Mempelai ini, terlebih lagi mengakui firman para nabi, firman
nubuatan, firman Pengajaran yang rahasia-Nya dibukakan dalam terang-Nya Roh-El
Kudus.
Kejadian 41: 8
(41:8)
Pada waktu pagi gelisahlah hatinya, lalu disuruhnyalah memanggil
semua ahli dan semua orang berilmu di Mesir. Firaun
menceritakan mimpinya kepada mereka, tetapi seorang pun tidak ada yang dapat
mengartikannya kepadanya.
Firaun tidak membutuhkan semua ahli atau keahlian dan semua orang berilmu yang ada di Mesir.
Kalau Firaun
mengakui keberadaan Yusuf sebagai seorang hamba Tuhan yang benar, sebagai nabi
Tuhan, berarti dia tidak membutuhkan keahlian orang-orang di Mesir dan orang
berilmu di Mesir.
Demikian halnya,
kalau memang kita betul-betul membutuhkan firman para nabi, kita tidak
membutuhkan keahlian walaupun kita memiliki keahlian atau orang lain punya keahlian,
juga tidak membutuhkan ilmu, walaupun kita mempunyai ilmu, atau orang lain juga
mempunyai ilmu.
Keahlian manusia dan
ilmu yang ada di bumi ini ternyata tidak mampu mengatasi segala persoalan.
Saya tandaskan
sekali lagi; Firaun sangat membutuhkan seorang nabi yang besar yang memberi
kepastian dalam hidupnya.
Ilmu dan keahlian
tidak bisa menjamin hidup masa depan. Ilmu dan keahlian tidak memberi
kepastian.
Saya kira, hari-hari
ini kita semakin diteguhkan oleh firman para nabi, firman Pengajaran yang
rahasia-Nya dibukakan, sehingga kita
semakin membutuhkan firman para nabi.
Dahulu berbeda, awal
kita menerima Pengajaran ini, terkadang kita acuh tak acuh, tetapi sekarang
setelah Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya, kita lebih membutuhkan firman para nabi
dari pada keahlian dan ilmu.
Di sini kita lihat
dahulu ayat 9-11 ...
Kejadian 41: 9-11
(41:9)
Lalu berkatalah kepala juru minuman kepada Firaun: "Hari ini aku merasa
perlu menyebutkan kesalahanku yang dahulu.
(41:10)
Waktu itu tuanku Firaun murka kepada pegawai-pegawainya, dan menahan aku dalam
rumah pengawal istana, beserta dengan kepala juru roti.
(41:11)
Pada satu malam juga kami bermimpi, aku dan kepala juru roti itu; masing-masing
mempunyai mimpi dengan artinya sendiri.
Pada akhirnya, juru
minuman itu menceritakan hal ihwal dari pada Yusuf kepada raja Firaun.
Adapun hal ihwal itu
...
Kejadian 40: 15
(40:15)
Sebab aku dicuri diculik begitu saja dari negeri orang Ibrani dan di sini pun
aku tidak pernah melakukan apa-apa yang menyebabkan aku layak dimasukkan ke
dalam liang tutupan ini."
Hal ihwal Yusuf, ia
dicuri diculik begitu saja dari negeri orang Ibrani dan dibawa ke Mesir,
kemudian di Mesir, ia tidak melakukan apa-apa yang menyebabkan ia dimasukkan ke
dalam liang tutupan (penjara), itu berbicara tentang sengsara Salib.
Kanaan, negeri orang
Ibrani, itulah Betlehem, kemudian turun ke Mesir itu sama halnya dengan Yesus
dari sorga turun ke bumi, itu berbicara tentang sengsara Salib.
Inilah hal ihwal
Yusuf, pada akhirnya diceritakanlah itu kepada Firaun. Juru minuman ini sempat
melupakannya, tetapi kalau Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya, tidak ada yang bisa
menahan.
Sekarang kita akan
melihat ...
Kisah Para Rasul 2:
36-37
(2:36)
Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah
membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."
(2:37)
Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka
bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami
perbuat, saudara-saudara?"
Orang-orang Yahudi
terharu saat mendengar berita salib Kristus, karena salib Kristus itu memberi
kepastian, sama halnya dengan Yusuf; dia dapat mengartikan mimpi, sehingga
dengan dia dapat mengartikan mimpi itu, dia menjawab segala rasa gelisah,
gundah gulana dan pertanyaan-pertanyaan dalam hati Firaun, berarti dapat
memberi kepastian, sehingga kalau kita perhatikan di sini, pada saat berita
salib Kristus itu dinyatakan, hati mereka terharu, karena berita firman tentang
salib itu memberi kepastian.
Juga apa yang
disampaikan oleh Yusuf itu memberi kepastian, dia menyampaikan firman nubuatan,
tetapi dia sudah terlebih dahulu merasakan sengsara salib. Itulah sebabnya,
sehingga Yusuf dapat memberi kepastian kepada Firaun.
1 Korintus 1: 18-19
(1:18)
Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan
binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan
Allah.
(1:19)
Karena ada tertulis: "Aku akan membinasakan hikmat orang-orang berhikmat
dan kearifan orang-orang bijak akan Kulenyapkan."
Kita tidak
membutuhkan hikmat orang-orang yang berhikmat dan kearifan orang-orang
bijaksana.
Tadi kita sudah
melihat, Firaun saja tidak membutuhkan keahlian
dan ilmu-ilmu yang ada di Mesir,
karena tidak memberi kepastian.
1 Korintus 1: 20-21
(1:20)
Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah
dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi
kebodohan?
(1:21)
Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya,
maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan
pemberitaan Injil.
Sebaliknya, hikmat
dunia adalah suatu kebodohan, sebab karena hikmat dunia ini, seseorang menjadi
pembantah, persis seperti ahli-ahli Taurat; ahli dalam hukum-hukum Allah tetapi
tidak menjadi pelaku dan akhirnya menjadi pembantah.
Kalau memiliki ilmu
dan keahlian, tetapi tidak mau memikul salib, justru menjadi pembantah.
1 Korintus 1: 24
(1:24)
tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan
Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
Pemberitaan firman tentang salib Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah, inilah yang kita butuhkan.
Yang kita butuhkan
sekarang ini adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.
Untuk memperoleh
kekuatan Allah dan hikmat Allah, maka kita harus menghargai pemberitaan firman
tentang salib yang memberi kepastian dalam kehidupan kita masing-masing.
Keterangan: SALIB ADALAH
KEKUATAN ALLAH.
2 Korintus 12: 1
(12:1)
Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun
demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan
penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan.
Rasul Paulus
menerima dari Tuhan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang sangat
luar biasa.
2 Korintus 12: 2-4
(12:2)
Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam
tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang
mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari
sorga.
(12:3)
Aku juga tahu tentang orang itu, -- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh,
aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya --
(12:4)
ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak
terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
Rasul Paulus
diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, yang disebut juga Firdaus. Kemudian
pada saat itu, ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh
diucapkan manusia.
Ini menunjuk kepada
hubungan intim atau hubungan nikah, berarti terjadi suatu persekutuan yang
indah, antara tubuh (yaitu gereja-Nya) dan Kristus (yaitu kepala).
Itulah hubungan
intim, ada kesatuan antara tubuh dengan kepala, gereja Tuhan dengan Kristus
sebagai kepala.
Hubungan intim ini
kiranya dijaga terus supaya ada persekutuan yang indah dengan Tuhan dimanapun
kita berada. Biarlah kita menjaga hati, pikiran, perasaan ini dengan segala
kewaspadaan supaya tetap ada persekutuan yang indah.
Sejenak kita
memperhatikan; PERSEKUTUAN YANG INDAH.
Wahyu 14: 1-3
(14:1)
Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan
bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka
tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
(14:2)
Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan
deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi
pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.
(14:3)
Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat
makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian
itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus
dari bumi itu.
Kalau ada suatu
persekutuan yang indah dengan Tuhan, yang disebut dengan nyanyian baru, maka
dia akan memiliki pengaruh atau kuasa yang hebat bagaikan desau air bah dan
bagaikan deru guruh yang dahsyat,
itu adalah pengaruh yang hebat, kuasa yang hebat.
Jadi pengaruhnya
bukan kecil, tetapi besar. Kuasanya bukan kecil, tetapi besar. Itu kalau ada
hubungan intim, ada suatu persekutuan yang indah dengan Tuhan, bagaikan 144.000
orang yang ditebus dari bumi sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi
Anak Domba itu.
Posisi mereka:
berdiri di atas bukit Sion bersama-sama dengan pribadi Yesus Kristus.
Juga ketika Rasul
Paulus, dia diangkat ke tingkat yang ketiga dari Sorga, disebut juga dengan
hubungan intim. Jadi, posisi ini sangat menentukan keberadaan kita dan kuasa
dan pengaruh yang ada di dalam diri kita masing-masing.
Sekarang, lanjut
kita memperhatikan pribadi Rasul Paulus.
2 Korintus 12: 5-6
(12:5)
Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah,
selain atas kelemahan-kelemahanku.
(12:6)
Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena
aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang
yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang
mereka dengar dari padaku.
Sekalipun Rasul
Paulus menerima pernyataan-pernyataan yang luar biasa dari Tuhan, Rasul Paulus
tidak mau bermegah, tidak mau meninggikan diri atas semua yang dia terima dan
rasakan, karena dia bukan orang bodoh. Bermegah, berarti merasa diri bisa,
mampu dan hebat, itu adalah kebodohan.
Rasul Paulus tidak
mau bermegah atas kelebihannya selain atas kelemahan-kelemahannya saja.
2 Korintus 12: 7-9
(12:7)
Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar
biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan
Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.
(12:8)
Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis
itu mundur dari padaku.
(12:9)
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab
justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih
suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
Rasul Paulus justru
terlebih suka bermegah dalam kelemahannya, supaya kuasa Tuhan menjadi sempurna dalam hidupnya.
Sehingga atas seijin
Tuhan, ada duri dalam dagingnya, yaitu seorang utusan Iblis menggocoh dia. Rasul
Paulus meminta (sebanyak tiga kali) kepada Tuhan supaya utusan Iblis itu
mundur, tetapi jawab Kristus kepadanya: “Cukuplah
kasih karunia-Ku bagimu.”
Jadi, kalau kita
bermegah atas kelemahan itu adalah kasih karunia, tujuannya supaya kuasa
Kristus turun menaungi kita semua.
Jadi kuasa Tuhan
yang menaungi yang melindungi kita masing-masing.
2 Korintus 12: 10
(12:10)
Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam
kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika
aku lemah, maka aku kuat.
Rasul Paulus bermegah
di dalam kelemahan, yaitu di dalam siksaan,
di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan, di dalam kesesakan oleh karena
Kristus, inilah yang disebut sengsara salib atau aniaya karena firman.
Jadi pendeknya,
Rasul Paulus lebih suka bermegah atas Salib, bermegah karena sengsara salib, atau
aniaya karena firman.
Akhirnya Rasul
Paulus mengaku: “Sebab jika aku lemah,
maka aku kuat”, kesimpulannya; salib
Kristus adalah kekuatan Allah.
2 Korintus 4: 7
(4:7)
Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa
kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami.
Harta dalam bejana
tanah liat, yaitu kekuatan Allah yang berlimpah-limpah. Kehidupan manusia itu
sama seperti bejana tanah liat; rapuh, mudah hancur.
Kalau bejana tanah
liat ada di tangan, dia tetap aman. Tetapi kalau dia dilepaskan dan jatuh, dia
akan hancur berkeping-keping, tetapi kalau kita memiliki kekuatan yang dari
Allah, kalau kita memiliki harta dari Allah, itulah kekuatan yang berlimpah-limpah,
maka kita akan mampu menghadapi ujian cobaan seberat apapun.
Kita lihat; HARTA
DALAM BEJANA TANAH LIAT, dan sejauh mana kekuatan Allah ini dalam menghadapi ujian.
2 Korintus 4: 8-9
(4:8)
Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun
tidak putus asa;
(4:9)
kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun
tidak binasa.
Kita akan melihat
ukuran dari kekuatan Allah, yaitu:
- “Ditindas namun tidak terjepit.”
Artinya: ada keleluasaan di dalam melayani Tuhan.
Biasanya orang tertindas akan terjepit (tidak leluasa) namun di dalam Tuhan tidak demikian karena salib Kristus
adalah kekuatan.
- “Habis akal namun tidak putus asa.”
Biasanya kalau orang habis akal, tidak ada lagi jalan
keluar; menjadi putus asa. Tetapi sebaliknya, kalau kita mempunyai kekuatan
Allah, sekalipun habis akal, tidak akan pernah putus asa.
- “Dianiaya namun tidak ditinggalkan sendiri.”
Biasanya orang dunia kalau menderita, apalagi kalau
tidak ada orang lain yang tahu, itu sepertinya ia hidup di dalam kesendirian,
tetapi kalau orang yang memiliki harta dalam bejana tanah liat, sekalipun
teraniaya, ia tetap merasa kalau ia selalu bersama dengan Tuhan.
- “Dihempaskan namun tidak binasa.”
Biasanya, orang yang dihempaskan pada akhirnya akan terlepas, terhilang dari Tuhan dan akhirnya binasa,
namun oleh karena salib Kristus, tetap kuat dan tidak terhilang atau tidak binasa.
Biasanya, orang yang dihempaskan pada akhirnya akan terlepas, terhilang dari Tuhan dan akhirnya binasa,
namun oleh karena salib Kristus, tetap kuat dan tidak terhilang atau tidak binasa.
Inilah
ukuran kekuatan Allah, itulah harta dalam bejana tanah liat, sungguh memberi
kekuatan yang luar biasa (extra) kepada saya dan kita semua.
2
Korintus 4: 10
(4:10) Kami
senantiasa membawa kematian Yesus di dalam tubuh kami, supaya kehidupan Yesus
juga menjadi
nyata di dalam tubuh kami.
Memiliki
harta dalam bejana tanah liat = membawa kematian Yesus dalam tubuh atau hidup
kita masing-masing supaya pribadi Yesus nyata dalam kehidupan kita
masing-masing.
2
Korintus 4: 11-12
(4:11) Sebab kami,
yang masih hidup ini, terus-menerus diserahkan kepada maut karena Yesus, supaya
juga hidup Yesus menjadi nyata di dalam tubuh kami yang fana ini.
(4:12) Maka
demikianlah maut giat di dalam diri kami dan hidup giat di dalam kamu.
Kalau
kita membawa kematian Yesus dalam hidup kita masing-masing, maka kita sanggup
melepaskan orang lain dari maut.
“Maut giat di dalam diri kami dan hidup giat
di dalam kamu”, artinya; sanggup melepaskan orang lain dari maut.
Pengalaman
kematian adalah pengalaman yang unik, tidak bisa diselami oleh akal pikiran
manusia.
Biarlah
kita membawa kematian Yesus dalam hidup kita masing-masing. Sengsara salib (salib
Kristus) adalah kekuatan kita semua.
Keterangan;
SALIB ADALAH
HIKMAT ALLAH.
Amsal
29: 15
(29:15) Tongkat dan
teguran mendatangkan hikmat, tetapi anak yang dibiarkan mempermalukan ibunya.
Tongkat
dan teguran mendatangkan hikmat.
Tongkat
dan teguran -> salib Kristus yang sifatnya mendidik.
Memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan (dalam kandang penggembalaan),
itu merupakan didikan Tuhan, sebagaimana domba-domba itu telah lewat dari bawah
tongkat gembala...Yohanes 20:37.
Jadi,
jangan pernah bosan untuk memikul salib, memikul tanggung jawab yang Tuhan
percayakan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan dalam kandang penggembalaan,
itu merupakan didikan yang mendatangkan hikmat.
Kalau
tidak ada didikan, tidak ada hikmat. Kalau tidak ada didikan, tidak ada
pengetahuan. Justru kita harus bersyukur terhadap salib Kristus.
Ibrani
12: 5-7
(12:5) Dan sudah
lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak:
"Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus
asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
(12:6) karena Tuhan
menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya
sebagai anak."
(12:7) Jika kamu
harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah
terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
Jangan anggap enteng
dengan didikan Tuhan. Jangan lari dari tanggung jawab, tetap pikul salib saja di
tengah-tengah ibadah dan pelayanan, dalam kandang penggembalaan yang Tuhan
percayakan ini, sebab itu adalah didikan Tuhan.
Didikan salib,
berarti rela menanggung ganjaran, rela ditegur dan dihajar.
Jadi, orang yang
menerima didikan ini adalah orang yang dikasihi Allah dan orang yang diakui
sebagai anak.
Tidak ada anak yang
tidak dididik oleh ayahnya. Dalam kitab Amsal mengatakan: “Kalau anak tidak dididik, akan mempermalukan ibunya.”
Pertanyaannya; SIAPAKAH
ORANG YANG MAU MENERIMA HIKMAT ALLAH?
Matius 11: 29
(11:29)
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan
rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Orang yang mau
menerima didikan salib, yaitu orang yang rendah hati dan lemah lembut.
Amsal 11: 2
(11:2)
Jikalau keangkuhan tiba, tiba juga cemooh, tetapi hikmat ada pada orang yang
rendah hati.
“Tetapi hikmat ada pada orang yang rendah hati.”
Amsal 8: 10-11
(8:10)
Terimalah didikanku, lebih dari pada perak, dan pengetahuan lebih dari pada
emas pilihan.
(8:11)
Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apa pun yang diinginkan orang,
tidak dapat menyamainya.
Hikmat lebih
berharga dari permata dan apa pun yang diinginkan orang, semua itu tidak dapat
menyamai hikmat.
Oleh sebab itu,
terimalah didikan Tuhan, lebih berharga dari perak, lebih berharga dari emas
pilihan.
Terimalah didikan
Tuhan; tongkat dan teguran, itulah salib.
Amsal 3: 13-15
(3:13)
Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian,
(3:14)
karena keuntungannya melebihi keuntungan perak, dan hasilnya melebihi emas.
(3:15)
Ia lebih berharga dari pada permata; apa pun yang kauinginkan, tidak dapat
menyamainya.
Berbahagialah orang
yang mendapatkan hikmat karena keuntungannya melebihi perak, emas, bahkan lebih
dari pada permata. Apapun yang diinginkan hati manusia, tidak dapat menyamai
hikmat.
Jadi hikmat jauh
lebih berharga dari segala-galanya. Tidak ada artinya kekayaan kalau seseorang
bodoh. Jadi hikmat lebih berharga dari segala-galanya, bahkan lebih dari apa
yang diinginkan hati manusia.
Di atas tadi, hikmat
ada pada orang yang rendah hati. Sekarang kita akan melihat ...
Bukti kerendahan hati Yesus ketika memikul salib.
Kalau kita berbicara
tentang memikul salib, di mulai dari taman Getsemani, berarti ada doa
penyembahan selama satu jam. Orang yang merendahkan diri, sujud menyembah
selama satu jam, itu bukan orang bodoh, itu adalah hikmat.
Lalu kemudian, kita
akan melihat hikmat itu lagi, pada saat salah satu murid Yesus memotong telinga
dari pada hamba imam besar itu, segera Yesus kembali menyambung telinga itu,
itu adalah hikmat. Dia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, sebab orang
yang menggunakan pedang akan mati dengan pedang. Kalau seseorang binasa karena
pedang, itu bukanlah hikmat.
Lanjut, pada saat di
hadapan Mahkamah Agama, Imam Besar
Kayafas, di situ pun Ia tidak mengadakan pembalasan kejahatan terhadap
kejahatan, Ia tidak membela diri-Nya di hadapan imam besar Kayafas, sekalipun
Ia adalah Imam Besar menurut peraturan Melkisedek untuk selama-lamanya.
Imam Besar menurut
peraturan Melkisedek disebut juga raja Salem, memberi damai sejahtera. Itu
hikmat.
Jadi, betul hikmat
lebih berharga dari perak, emas tua dan permata, itu hikmat.
Kemudian, saat
berada di hadapan Pilatus, wali negeri
pun, Ia tidak mengadakan pembelaan, sekalipun pada saat itu tampil saksi-saksi
dusta. Kemudian ahli Taurat, imam-imam kepala dan tua-tua, untuk menghakimi
Yesus Kristus, namun Ia tetap berdiam diri.
Kemudian pada saat
di hadapan raja Herodes, Ia tetap
berdiam diri, sekalipun Ia adalah seorang Raja besar, Raja yang luar biasa,
Raja kekal.
Dan saat kembali ke
Pilatus, Ia pun tetap berdiam diri, Ia tidak mengadakan pembelaan, sekalipun Ia
didesak oleh imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua untuk segera
disalibkan. Dia tidak mengadakan pembelaan diri sekalipun Pilatus meminta Dia
untuk mengadakan pembelaan diri, karena Pilatus berhak untuk membebaskan Dia.
Tetapi Yesus tetap
berdiam diri, karena Dia menyadari bahwa kerajaan-Nya bukan dari bumi, tetapi
dari sorga.
Kalau seandainya pada
saat proses salib itu Dia mengadakan pembalasan kejahatan terhadap kejahatan,
maka Dia terjebak di situ, maka rencana Allah, semuanya gagal, rencana Allah
tidak terlaksana.
Itulah hikmat yang
ada di dalam diri Yesus Kristus. Ada kalanya kita ini karena panas hati, tidak
puas, lalu kita tunjukkan rasa panas hati, kita tunjukkan rasa ketidakpuasan di
dalam diri ini, sampai pada akhirnya kehendak Allah tidak terlaksana,
rencana-rencana Allah menjadi gagal, ini bukanlah hikmat, ini adalah kebodohan.
Jadi betul-betul
hikmat itu ada pada diri orang yang rendah hati, yang mau menerima tongkat dan
teguran, itulah didikan salib.
Masalah selesai.
Yang lemah dan yang tertindas; tertolong. Yang miskin menjadi kaya. Itu hikmat.
Dan hikmat inilah
kekayaan, melebihi dari pada perak, melebihi dari pada emas tua, melebih dari
pada permata. Kesimpulannya: hikmat adalah kekayaan.
Salomo adalah
seorang raja yang kaya dan tidak ada orang yang melebihi kekayaan Salomo hingga
pada saat detik ini, karena hikmat.
Jadi keinginan hati
tidaklah lebih berharga dari pada hikmat. Banyak keinginan dalam hati kita ini,
bukan itu yang lebih berharga, melainkan hikmat. Saya akan tunjukkan.
Wahyu 13: 16-18
(13:16)
Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau
miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada
dahinya,
(13:17)
dan tidak seorang pun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka
yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya.
(13:18)
Yang penting di sini ialah hikmat: barangsiapa yang bijaksana, baiklah
ia menghitung bilangan binatang itu, karena bilangan itu adalah bilangan
seorang manusia, dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.
Bilangan binatang
itu 666, dan yang dapat menghitung bilangan itu adalah orang yang memiliki
hikmat.
Maka kesimpulannya, yang
terpenting adalah hikmat, melebihi dari apa yang diinginkan oleh hati.
Siapa yang bisa
melihat pergerakan dari pada antikris dari sejak sekarang, sampai pada akhirnya
mereka dengan terang-terangan menyatakan dirinya sebagai antikris, dan siapa
yang bisa melepaskan diri dari masa aniaya antikris? Yaitu hanya orang yang
memiliki hikmat.
Kalau pada saat ini
kita harus memikul salib di tengah ibadah pelayanan, itu bukan karena kita
bodoh, itu karena hikmat, supaya akhirnya kita terlepas dari masa aniaya antikris.
Lewat ibadah pelayanan
ini, kita dilepaskan dari roh jual beli, dilepaskan dari Mamon, dilepaskan dari
uang, sebab pada masa aniaya antikris nanti, yang berkuasa adalah antikris dan
yang berhak untuk menjual dan membeli adalah orang yang menerima cap meterai dari
antikris, yaitu 666 di dahi atau pada tangan kanan. Kalau tidak ada cap ini,
dia tidak akan bisa menjual dan membeli. Sedangkan yang menjadi alat penukar jual beli adalah uang. Uang -> patung yang berbicara.
Yang terpenting di
sini adalah hikmat, bukan ilmu dan keahlian.
Hari ini masalah
diselesaikan oleh hikmat. Besok, lusa, masalah juga diselesaikan oleh hikmat.
Sampai pada masa aniaya antikris, masalah juga dapat diselesaikan hanya oleh karena
hikmat.
Untung saja Yesus
tidak terjebak oleh karena amarah, oleh karena pembalasan kejahatan terhadap
kejahatan.
Kalau tidak, binasalah
kita semua. Kalau tidak, habislah kita karena hanya menjadi orang bodoh yang
tidak memiliki hikmat.
Jadi benar, salib
Kristus adalah hikmat Allah. Perolehlah hikmah Allah, dengan cara menghargai
salib Kristus.
BERKAITAN DENGAN
HIKMAT/HIKMAT DIKAITKAN DENGAN PRIBADI SALOMO.
1 Raja-Raja 3: 12
(3:12)
maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya
Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga
sebelum engkau tidak ada seorang pun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan
bangkit seorang pun seperti engkau.
Hati Salomo penuh dengan hikmat dan pengertian, sebab Tuhan mengabulkan doa Salomo.
Ini juga yang
menjadi doa kita di hari-hari terakhir ini. Yang kita doakan, yang kita
mohonkan, hati kita semua (kaum muda remaja), tanpa terkecuali, agar penuh
dengan hikmat Allah. Ini yang harusnya menjadi doa kita.
Salomo tidak berdoa
supaya dia menjadi kaya, besar, luar biasa, dan sebagainya. Salomo hanya
meminta kepada Tuhan supaya hatinya penuh dengan hikmat dan pengertian, itu
saja.
Maka kalau Salomo
saja meminta hikmat dan pengertian dari Allah, maka itu juga harus menjadi doa
dan permohonan kita di hari-hari terakhir ini, karena hikmat melebihi dari
segala-galanya.
1 Raja-Raja 3: 23-27
(3:23)
Lalu berkatalah raja: "Yang seorang berkata: Anakkulah yang hidup ini dan
anakmulah yang mati. Yang lain berkata: Bukan! Anakmulah yang mati dan
anakkulah yang hidup."
(3:24)
Sesudah itu raja berkata: "Ambilkan aku pedang," lalu dibawalah
pedang ke depan raja.
(3:25)
Kata raja: "Penggallah anak yang hidup itu menjadi dua dan berikanlah
setengah kepada yang satu dan yang setengah lagi kepada yang lain."
(3:26)
Maka kata perempuan yang empunya anak yang hidup itu kepada raja, sebab
timbullah belas kasihannya terhadap anaknya itu, katanya: "Ya tuanku!
Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh
dia." Tetapi yang lain itu berkata: "Supaya jangan untukku ataupun
untukmu, penggallah!"
(3:27)
Tetapi raja menjawab, katanya: "Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu,
jangan sekali-kali membunuh dia; dia itulah ibunya."
Salomo dapat
menyelesaikan perkara dari dua perempuan, di mana nikahnya sudah
hancur-hancuran.
Salomo dapat
menyelesaikan masalah dengan hikmat, sebab sekalipun peristiwa ketika ibu dari
anak yang mati itu menukarkan anaknya dengan ibu yang anaknya hidup itu, tidak
ada yang melihat.
1 Raja-Raja 3: 18
(3:18)
Kemudian pada hari ketiga sesudah aku, perempuan ini pun melahirkan anak; kami
sendirian, tidak ada orang luar bersama-sama kami dalam rumah, hanya kami
berdua saja dalam rumah.
Peristiwa ketika
anak itu ditukar, tidak ada yang tahu, tetapi Salomo tahu, sehingga dia dapat
menyelesaikan masalah, itu karena hatinya penuh dengan hikmat dan pengertian.
1 Raja-Raja 3: 9
(3:9)
Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk
menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat,
sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?"
Oleh karena hikmat,
hati Salomo paham menimbang perkara untuk menghakimi umat Israel.
Pendeknya; Salomo
dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. Itu hikmat.
Kalau seseorang
tidak berhikmat, dia tidak tahu mana yang baik dan mana yang jahat, sehingga
dia terjerumus oleh perbuatannya.
1 Raja-Raja 3: 20
(3:24)
Sesudah itu raja berkata: "Ambilkan aku pedang," lalu dibawalah
pedang ke depan raja.
Oleh karena hikmat, Salomo menyelesaikan masalah nikah yang hancur dari dua perempuan yang sedang bermasalah, dengan menggunakan sebilah pedang tajam.
Kalau kita berbicara tentang pedang, ada tiga kali peristiwa
mengenai pedang.
PERISTIWA YANG
PERTAMA: SAAT DI TAMAN EDEN.
Allah mengambil
salah satu dari tulang rusuk Adam, dengan cara mengadakan operasi besar-besaran
untuk mengambil salah satu tulang rusuk dari Adam. Inilah peristiwa pertama
kali pedang itu digunakan.
Wujudnya; Allah
membangun seorang perempuan bagi Adam...Kejadian
2:22.
Kemudian, kita bisa
melihat, penggenapannya di dalam pribadi Yesus Kristus; ketika Dia disalibkan,
dua tangan terpaku, dua kaki terpaku, dan satu
tusukan tombak pada lambungnya, segeralah keluar darah dan air, itu tanda kelahiran untuk melahirkan kita
kembali. Berarti gereja Tuhan dibangun kembali. Dan pada saat Yesus disalib,
tidak ada satupun tulang-tulang-Nya yang dipatah-patahkan.
Kejadian 2: 21-23
(2:21)
Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN
Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan
daging.
(2:22)
Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah
seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.
(2:23)
Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging
dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari
laki-laki."
Perkataan Adam: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging
dari dagingku”, dan wujudnya itu telah kita lihat, ketika Yesus menanggung
penderitaan di atas kayu salib; tidak ada satu pun tulangnya yang
dipatah-patahkan-> pembangunan tubuh Kristus yang sempurna = kesatuan tubuh.
Jadi pedang yang
digunakan untuk mengoperasi Adam, bukanlah sembarangan pedang, sementara ini
operasi besar-besaran untuk membawa kita masuk dalam pembangunan tubuh Kristus
yang sempurna, untuk menjadi mempelai perempuan Tuhan. Itulah hikmat.
Kalau kita tidak
memiliki hikmat, tentu kita sudah lama meninggalkan Pengajaran Mempelai dalam
terang Tabernakel yang berkuasa membawa
kita masuk dalam pesta nikah Anak Domba atau pembangunan tubuh Kristus yang
sempurna, karena pada saat operasi sakit bagi daging, karena pedang itu bukan
sembarangan pedang.
Kalau kita berbicara tentang pedang, ada tiga kali peristiwa
mengenai pedang.
PERISTIWA PEDANG
YANG KEDUA: BERKAITAN DENGAN BANGSA
ISRAEL, yaitu PADA SAAT PENYUNATAN DI GILGAL.
Sunat, berarti;
penanggalan pada kulit khatan. Arti rohaninya sekarang, sunat yang sekarang
adalah penanggalan akan tubuh yang berdosa. Itulah kegunaan pedang itu, supaya
tidak ada lagi dari sekian banyak anggota tubuh ini dikuasai dosa. Tubuh itu
hanya satu tetapi terdiri dari banyak anggota.
Itu pada masa bangsa
Israel, penyunatan di Gilgal dengan menggunakan pisau batu.
Pisau batu ini bukan
sembarangan pisau biasa, bukan sembarangan pedang biasa, itu berbicara tentang
korban-Nya Kristus. Batu -> korban Kristus...1 Petrus 2:6-7.
Hanya oleh karena
satu korban, kita disucikan, terjadi penanggalan akan tubuh yang berdosa.
Kalau kita berbicara tentang pedang, ada tiga kali peristiwa mengenai
pedang.
PERISTIWA PEDANG
YANG KETIGA: itu PADA MASA AKHIR ZAMAN,
pada masa sekarang, di hari-hari terakhir ini. Ini disebut dengan PEDANG ROH.
Ibrani 4: 12
(4:12)
Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua
mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan
sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
Pedang Roh itu lebih
tajam dari pedang bermata dua manapun.
Sebagai bukti; ia
menusuk amat dalam sampai memisahkan dosa dalam tiga perkara;
1. Jiwa dan roh.
2. Sendi-sendi dan
sumsum.
3. Membedakan
pertimbangan dan pikiran hati.
Kesimpulannya;
pedang Roh dapat menyucikan apa yang tidak dapat dilihat mata manusia.
Pertanyaannya;
mengapa pedang Roh lebih tajam dari pedang bermata dua manapun?
Jawabnya:
karena pedang Roh itu hidup dan kuat.
- Hidup, berarti; bergerak dan bekerja untuk
mengadakan penyucian terhadap dosa.
- Kuat, berarti; berkuasa untuk mengadakan penyucian dosa,
dan kekuatan dari pedang Roh ini tidak terbatas dan tidak dapat dibantah.
Saudaraku,
kita bersyukur kepada Tuhan, hikmat adalah kekayaan. Kita butuh hikmat. Kalau
kita mau menerima pedang Roh, pedang yang lebih tajam dari pedang bermata dua
manapun, itu karena kemurahan hati Tuhan. Sebetulnya sakit bagi daging, ketika
dosa dioperasi, dimana dosa itu disembunyikan dalam jiwa dan roh, sumsum dan
sendi-sendi, pertimbangan dan pikiran hati, itu sangat sakit, apabila secara to the point dosa itu dioperasi, sakit
bagi daging, tetapi karena hikmat kita mau menerima, kita mau dioperasi, supaya
penyakit kita menjadi sembuh.
Penyakit
dalam jiwa dan roh menjadi sembuh, supaya kita tidak menjadi stress dan supaya
jangan lupa ingatan. Penyakit di dalam sumsum dan sendi-sendi juga dioperasi,
dibersihkan supaya jangan merasa diri benar. Penyakit pada pertimbangan dan
pikiran hati juga diselesaikan supaya tidak timbul akar pahit yang memahitkan
hidup. Kalau sakit sudah disembuhkan, masalah selesai.
Inilah
pedang yang digunakan oleh Salomo. Apa yang tidak dilihat mata, dapat
diselesaikan, oleh pedang roh.
Mazmur
51: 8
(51:8) Sesungguhnya,
Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau
memberitahukan hikmat kepadaku.
Dengan diam-diam,
Tuhan menyatakan hikmat kepada Salomo anak Daud, dengan diam-diam Tuhan
menyatakan hikmat itu kepada siapa saja, khususnya hikmat itu berkenan akan
kebenaran dalam batin.
Jadi jangan sampai
kita terlihat benar di luar tetapi hati dengan perbuatan di luar tidak sama. Orang
seperti ini tidak akan pernah memiliki hikmat.
Tuhan
menyatakan hikmat hanya kepada kebenaran dalam batin, di situlah hikmat
itu dinyatakan dengan diam-diam.
Dengan diam-diam,
berarti tanpa kita sadari, tahu-tahu kita sudah memiliki hikmat, karena
kebenaran itu ada di dalam batin, di dalam hati manusia, bukan kebenaran yang
dibuat-buat yang dapat dilihat oleh mata manusia. Semoga dapat dipahami dengan
baik.
Maka ...
1 Raja-Raja 3: 28
(3:28)
Ketika seluruh orang Israel mendengar keputusan hukum yang diberikan raja, maka
takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat, bahwa hikmat dari pada Allah
ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan.
Seluruh rakyat Israel semakin takut kepada Salomo karena hikmat yang Tuhan nyatakan dalam batin salomo.
Marilah kita
perhatikan firman ini dengan baik, dengan sungguh-sunguh.
Kesimpulannya, Salib adalah hikmat Allah dan salib adalah kekuatan Allah.
Biarlah kita
memperoleh kekuatan Allah dan memiliki hikmat Allah, maka mau tidak mau kita
harus menghargai salib Kristus/meninggikan salib Kristus di dalam hidup kita
masing-masing.
Kalau Firaun saja
membutuhkan seorang nabi, seorang hamba Tuhan yang benar seperti Yusuf, maka
lebih lagi kita. Firaun tidak membutuhkan ilmu dan keahlian. Inilah juga hikmat
dari pada Firaun, setelah dia mendengarkan hal ihwal dari Yusuf, dia tidak lagi
membutuhkan ilmu orang Mesir dan keahlian orang Mesir.
Kita sangat
membutuhkan firman para nabi, besar dan luar biasa, kita tidak butuh yang lain.
Firman para nabi, di
situ ada kepastian. Ilmu dan keahlian yang berasal dari dunia ini, tidak
memberi jaminan, karena tidak ada
kepastian.
Ini hebatnya Firaun;
begitu cepatnya dia tanggap dengan cerita dari pada juru minuman itu. Bagaimana
dengan kita malam ini?
Saat dengar firman
Tuhan, apa kita langsung tanggap rencana Tuhan atau menganggap enteng didikan,
bahkan putus asa saat menerima teguran/dinasihati.
Tetapi Firaun tidak,
dia secepat mungkin menangkap rencana Allah yang besar. Begitu dia dengar
cerita itu dari juru minuman, dia langsung respon, dia tidak butuh ahli, tidak
butuh ilmu di dunia ini.
Banyak ahli-ahli, pakar-pakar
di muka bumi ini, dan orang-orang yang berilmu tinggi, di situ tidak ada
jaminan, bahkan seorang motivator pun tidak bisa memberi contoh teladan, tidak
ada jaminan di situ.
Ayo, bagaimana
dengan respon kita, apakah seperti Firaun atau sebaliknya menganggap enteng
didikan? Amin.
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment