KITAB KOLOSE
(Seri:136)
Subtema: “ADAT ISTIADAT ATAU
AJARAN TURUN TEMURUN”
Shalom
saudaraku.
Selamat
malam, salam sejahtera bagi kita semua, salam dalam kasih-Nya Tuhan kita Yesus
Kristus, oleh karena kemurahan hati Tuhan kita dimungkinkan untuk melangsungkan
Ibadah Doa Penyembahan.
Saya
juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan
yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet, Youtube, maupun Facebook di dalam
negeri maupun di luar negeri dimanapun anda berada, kiranya Tuhan memberkati
kita malam hari ini.
Segera
saja kita memperhatikan firman pengenggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan
dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose, kiranya
Tuhan memberkati kita malam hari ini.
Kolose
2:8
(2:8) Hati-hatilah,
supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu
menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut
Kristus.
Hati-hati
supaya jangan ditawan oleh filsafat kosong dan palsu, yakni ajaran turun
temurun atau ajaran warisan dan roh-roh dunia.
Markus
7:1-4
(7:1) Pada suatu kali
serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui
Yesus.
(7:2) Mereka melihat, bahwa
beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan yang
tidak dibasuh.
(7:3) Sebab orang-orang
Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak melakukan
pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat istiadat nenek
moyang mereka;
(7:4) dan kalau pulang
dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan
dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal
mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga.
Orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat berpegang kepada adat istiadat nenek moyang mereka,
berarti berpegang kepada ajaran turun temurun atau ajaran yang diwariskan,
antara lain;
-
Tidak
makan kalau tidak melakukan pembasuhan tangan lebih dulu.
-
Kalau
pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan
dirinya terlebih dahulu.
-
Cara
mencuci antara lain; cawan, kendi, dan perkakas-perkakas tembaga aturannya
harus diperhatikan.
Itulah
ajaran yang diwariskan oleh nenek moyang bangsa Yahudi, kemudian ajaran ini
dipegang teguh oleh orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, maka disebutlah
ajaran turun temurun atau ajaran yang diwariskan.
Markus
7:5
(7:5) Karena itu orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat itu bertanya kepada-Nya: "Mengapa
murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek moyang kita, tetapi
makan dengan tangan najis?"
Orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat bertanya kepada Yesus; "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat istiadat nenek
moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"
Lewat
pertanyaan ini menunjukkan bahwa orang-orang Farisi betul-betul berpegang teguh
dengan ajaran adat istiadat atau ajaran yang diwariskan.
Markus
7:6
(7:6) Jawab-Nya kepada
mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik!
Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal
hatinya jauh dari pada-Ku.
Yesus
menjawab mereka sesuai dengan nubuatan Yesaya yakni; “Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari
pada-Ku.”
Pendeknya;
orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menjalankan ibadah Taurat atau ibadah
lahiriah = bibir (mulut) memuliakan Tuhan tetapi hatinya jauh dari Tuhan,
itulah ibadah Tuarat atau ibadah lahiriah.
Markus
7:7
(7:7) Percuma mereka
beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah
manusia.
Ibadah
Taurat (ibadah lahiriah) adalah ibadah yang sia-sia, tidak ada artinya bagi
Tuhan, sekalipun ibadah itu dijalankan dengan segala pengorbanan yang banyak.
Markus
7:8
(7:8) Perintah Allah kamu
abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."
Pendeknya;
orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mengabaikan perintah Allah demi adat istiadat
(ajaran yang diwariskan) itulah ajaran turun temurun.
Markus
7:9-12
(7:9) Yesus berkata pula
kepada mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah,
supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri.
(7:10) Karena Musa telah
berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau
ibunya harus mati.
(7:11) Tetapi kamu berkata:
Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang
dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban -- yaitu
persembahan kepada Allah --,
(7:12) maka kamu tidak
membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya.
Orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat pandai mengesampingkan perintah Allah demi ajaran
turun temurun atau ajaran yang diwariskan itulah adat istiadat mereka.
Dampak negatif mengesampingkan
perintah Allah demi adat istiadatnya; orang-orang Farisi atau
ahli-ahli Taurat mengabaikan hukum Musa yang kelima berarti tidak menghormati ayah dan ibunya.
Tugas
dari AYAH dan IBU ...
1
Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi kami berlaku
ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
Rasul
Paulus di tengah-tengah pelayanannya sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
Ibu
-> gembala sidang, mengasuh dan merawat.
Tentang:
MENGASUH.
Mengasuh
berarti memberi didikan yang baik dan ajaran yang sehat dan murni.
Ibrani
12:5
(12:5) Dan sudah lupakah
kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak:
"Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah
putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
Sebagai
anak-anak Tuhan jangan anggap enteng atau jangan mengabaikan didikan Tuhan, kemudian
jangan putus asa apabila ada teguran firman dan nasihat firman Tuhan.
Ibrani
12:6-7
(12:6) karena Tuhan menghajar
orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai
anak."
(12:7) Jika kamu harus
menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat
anak yang tidak dihajar oleh ayahnya?
Camkanlah
ini baik-baik, didikan salib berlaku hanya bagi:
-
Orang
yang dikasihi-Nya.
-
Orang
yang diakuinya sebagai anak.
Kesimpulannya;
kalau harus menanggung ganjaran oleh karena didikan salib berarti Allah
mengakui dia sebagai anak sebab tidak
ada anak yang tidak dihajar oleh ayahnya.
Ibarani
12:8
(12:8) Tetapi, jikalau
kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah
anak, tetapi anak-anak gampang.
Menolak
diidkan salib menunjukkan bahwa ia bukan anak dan bukan orang yang dikasihi
tetapi dia adalah anak-anak gampang, anak yang lahir di luar nikah, anak yang
tidak sah, anak yang tidak diakui.
Itulah
tentang mengasuh berarti memberi diidkan yang baik dan ajaran yang sehat dan
murni, itu datangnya dari didikan salib, tidak dicampur-campur dengan yang
lain-lain, itu ajaran yang sehat dan murni.
Tentang:
MERAWAT.
Merawat
berarti mengurus dan menjaga orang yang sakit.
Sekarang kita akan melihat
bagaimana Tuhan merawat kehidupan anak-anak Tuhan.
Ayub
5:18
(5:18) Karena Dialah yang
melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya
menyembuhkan pula.
Perhatikan
kalimat; “Dialah yang melukai, tetapi
juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan
pula.” Berarti;
-
Dibalut setelah dilukai.
-
Disembuhkan setelah dipukuli.
Itulah
pengajaran salib yang telah kita terima malam ini.
Pengajaran
salib itu sakit bagi daging tetapi setelah kehidupan kita dioperasi oleh pedang
roh yaitu; firman Allah yang memisahkan jiwa dan roh, sum-sum dan sendi-sendi,
dan dapat membedakan pertimbangan dan pikiran hati, segala sakit disembuhkan. Jadi
terlebih dahulu dilukai (dioperasi) oleh pedang roh yaitu firman Allah supaya
terjadi pemulihan dan kesembuhan.
Hosea
6:1-2
(6:1) "Mari, kita
akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan
menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita.
(6:2) Ia akan menghidupkan
kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan
kita akan hidup di hadapan-Nya.
Disini
jelas dikatakan; “Dialah yang telah
menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan
membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang
ketiga Ia akan membangkitkan kita,”
Jadi
pengajaran saliblah yang menyembuhkan dan yang membalut luka-luka di batin kita
masing-masing. Bukan pengajaran asing yaitu firman yang ditambahkan dan
dikurangkan, bukan, tetapi pengajaran salib.
Lebih
rinci kita memperhatikannya, supaya kita nanti betul-betul dengan hati yang
lapang hati yang bulat menerima pengajaran salib sekalipun rasanya tidak enak
bagi daging.
Ulangam
32:39
(32:39) Lihatlah sekarang,
bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah yang mematikan
dan yang menghidupkan, Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan,
dan seorang pun tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku.
Yang
sakit disembuhkan sebab Yesus telah diremukkan, Ia telah menanggung penderitaan
itu di atas kayu salib.
Jadi
yang menyembuhkan sakit itu adalah pengajaran salib bukan ajaran yang
lain-lain, bukan pengajaran asing yaitu firman yang ditambahkan dan
dikurangkan.
Firman
yang ditambahkan yaitu firman satu
dua ayat lalu ditambahkan cerita isapan jempol, dongeng nenek tua,
takhayul-takhayul, filsafat-filsafat kosong, dan lain sebagainya.
Firman
yang dikurangkan berita salib
diganti dengan dua hal;
1.
Teori kemakmuran, artinya; orang Kristen
tidak boleh miskin harus kaya.
2.
Berita salib diganti dengan tanda-tanda heran
ataupun mujizat-mujizat saja.
Padahal
jelas kita ketahui seperti yang sudah-sudah saya sampaikan, biar sejuta kali
terjadi mujizat di depan mata kalau seseorang tidak mau memikul salibnya
mujizat itu tidak ada artinya.
Dia
telah diremukkan di atas kayu salib supaya yang sakit disembuhkan, berarti
pengajaran salib itulah yang menyembuhkan luka-luka di batin ini.
Coba
seandainya kita tidak menerima pengajaran salib dan mata kita tidak diarahkan
kepada pengajaran salib maka yang salah akan tetap salah dan hati ini akan rasanya
sakit melihat kesalahan orang lain, tetapi ketika mata kita diarahkan kepada
pengajaran salib membuat kita mengalami pemulihan/ kesembuhan, luka-luka batin
dibalut oleh Tuhan.
Sikap bapak atau ibu (gembala)
saat mengasuh dan merawati anaknya:
1
Tesalonika 2:5-7
(2:5) Karena kami tidak
pernah bermulut manis -- hal itu kamu ketahui -- dan tidak pernah mempunyai
maksud loba yang tersembunyi -- Allah adalah saksi --
(2:6) juga tidak pernah
kami mencari pujian dari manusia, baik dari kamu, maupun dari orang-orang
lain, sekalipun kami dapat berbuat demikian sebagai rasul-rasul Kristus.
(2:7) Tetapi kami berlaku
ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
Sikap
Rasul Paulus saat mengasuh dan merawati sidang jemaat;
1.
Tidak
bermulut manis, misalnya; memberi sejuta harapan tapi
kosong.
2.
Tidak
punya maksud loba, berarti tidak serakah, tidak tamak atau
tidak cinta akan uang di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya.
3.
Tidak
mencari pujian dari manusia.
Orang yang suka dengan pujian manusia tidak tahan terhadap
ujian.
Dengan
tiga sikap tersebut menunjukkan bahwa, baik yang menerima ajaran salib maupun
yang memberi pengajaran salib sama-sama memikul salib.
Demikianlah
sikap seorang gembala terhadap anak-anaknya, saat mengasuh dan merawati
anak-anaknya.
Markus
7:13
(7:13) Dengan demikian
firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu.
Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan."
Dan
masih banyak perkara lain yang sama dengan itu dilakukan oleh orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat.
Jadi
orang-orang Fairisi ini dan ahli-ahli Taurat ini betul-betul berpegang kepada
ajaran adat istiadat nenek moyang mereka itullah yang disebut ajaran turun
temurun atau ajaran warisan.
Dampak negatif ditawan oleh
ajaran turun temurun/ajaran yang diwariskan.
Markus
7:14-15
(7:14) Lalu Yesus memanggil
lagi orang banyak dan berkata kepada mereka: "Kamu semua, dengarlah
kepada-Ku dan camkanlah.
(7:15) Apa pun dari luar,
yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang
keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya."
Camkanlah;
“Apa pun dari luar, yang masuk ke dalam
seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang,
itulah yang menajiskannya."
Misalnya
makanan yang masuk ke dalam mulut itu tidak menajiskan seseorang sebab makanan
itu akan turun ke perut dan dibuang ke dalam jamban, tetapi apa yang keluar
dari mulut itu yang menajiskan seseorang.
Maskus
7:19
(7:19) karena bukan masuk
ke dalam hati tetapi ke dalam perutnya, lalu dibuang di jamban?"
Dengan demikian Ia menyatakan semua makanan halal.
Makanan
yang masuk ke dalam mulut itu tidak masuk ke dalam hati tetapi ke dalam perut
lalu dibuang ke dalam jamban, itu hal yang benar, itu proses yang dialami
seseorang ketika dia menikmati makanan, itu tidak menajiskan orang itu, itu hal
yang lumrah yang dialami setiap orang.
Markus
7:20-22
(7:20) Kata-Nya lagi:
"Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya,
(7:21) sebab dari dalam,
dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian,
pembunuhan,
(7:22) perzinahan,
keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan,
kebebalan.
Apa yang keluar dari dalam
hati itulah yang menajiskan seseorang, alasannya: sebab dari
dalam hatinya timbul segala pikiran jahat yaitu; percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan,
kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Inilah
semua perkara yang menajiskan seseorang.
Inilah
dampak negatif yang terjadi kalau seseorang ditawan oleh ajaran turun temurun
yang diawariskan. Pendeknya; menjalankan ibadah Taurat menjadi najis di hadapan
Tuhan.
Sebab
itu berkali-kali saya mengingatkan kalau ibadah sungguh-sungguh perhatikan
firman Tuhan, jangan sampai mulut (bibir)
memuliakan Tuhan tapi hatinya jauh
dari Tuhan, itu yang menajiskan seseorang.
Jadi
bukan makanan yang masuk ke dalam mulut yang menajiskan seseorang sebab makanan
itu tidak masuk ke dalam hati, makanan itu turun ke perut dan proses akhirnya
jatuh ke jamban itu lumrah dan itu benar. Tetapi apa yang keluar itulah yang
menjiskan seseorang, sebab dari dalam hati timbul segala pikiran jahat, antara
lain satu per satu yang sudah kita baca tadi.
Hati-hati
yang masih ngantuk-ngantuk dengar firman itu juga pekerjaan roh najis,
beribadah dengan pikiran melayang-layang itu roh najis.
Jangan
pertahankan ibadah yang diwariskan seperti itu, kita harus berjuang, maka malam
ini Tuhan memberi jalan keluarnya bagi kita.
Jalan keluarnya dengan dua
langkah:
Langkah
pertama.
Markus
7:16
(7:16) [Barangsiapa
bertelinga untuk mendengar hendaklah ia mendengar!]
Barangsiapa bertelinga untuk
mendengar hendaklah ia mendengar!
Pendeknya;
gunakanlah telinga untuk mendengar sekaligus memperhatikan firman Tuhan yang
disampaikan.
Kita
semuanya mempunyai telinga untuk mendengar, barangsiapa bertelinga untuk
mendengar hendaklah ia mendengar firman Tuhan, jangan gunakan untuk yang lain-lain.
Matius
13:3-8
(13:3) Dan Ia mengucapkan
banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang
penabur keluar untuk menabur.
(13:4) Pada waktu ia
menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya
sampai habis.
(13:5) Sebagian jatuh di
tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun
segera tumbuh, karena tanahnya tipis.
(13:6) Tetapi sesudah
matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar.
(13:7) Sebagian lagi
jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan
menghimpitnya sampai mati.
(13:8) Dan sebagian jatuh
di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam
puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.
Yesus
memberitahukan perumpamaan tentang seorang penabur;
1.
Benih yang ditaburkan di pinggir jalan.
2.
Benih yang yang ditaburkan di tanah berbatu-batu.
3.
Benih yang ditaburkan di tanah semak duri.
4.
Benih yang ditaburkan di tanah yang baik.
Inilah
perumpamaan tentang seorang penabur, barangsiapa bertelinga hendaklah ia
mendengarkan perumpamaan tentang seorang penabur ini.
Sedangkan
benih itu ditaburkan di empat tempat, artinya rohaninya:
1.
Pinggir
jalan,
artinya; mendengar firman Allah tetapi tidak sampai mengerti.
Kerugiannya; hatinya dikuasai si jahat.
2.
Tanah
berbatu-batu, artinya; mendengar dan menerima firman
dengan senang hati tetapi tidak berakar, tumbuh tapi tidak berakar. Kerugiannya;
tidak tahan terhadap ujian.
Kalau tumbuh tapi tidak berakar tidak tahan ujian. Biarlah
kiranya kita berakar di dalam Tuhan, supaya nanti berbuah di hadapan-Nya.
3.
Di
tanah semak duri, artinya; mendengar firman Tuhan tetapi
hatinya dikuasai oleh kekuatiran dunia dan tipu daya kekayaan menghimpit firman
Tuhan itu.
4.
Tanah
yang baik, artinya; mendengar firman Tuhan sampai mengerti
sehingga ia berbuah seratus, enam puluh, tiga puluh kali lipat.
Matius
13:9
(13:9) Siapa bertelinga,
hendaklah ia mendengar!"
“Barangsiapa bertelinga,
hendaklah ia mendengar,” selanjutnya dilakukannya maka ia akan
berbuah seratus, enam puluh, tiga puluh kali lipat, seperti benih yang
ditaburkan di tanah yang baik.
Tanah
yang baik -> lemah lembut dan rendah hati.
Langkah kedua.
Markus
7:17
(7:17) Sesudah Ia masuk
ke sebuah rumah untuk menyingkir dari orang banyak, murid-murid-Nya
bertanya kepada-Nya tentang arti perumpamaan itu.
Langkah
kedua; masuk ke sebuah rumah. Tujuannya; untuk menyingkir dari orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat.
Biarlah
Tuhan yang berkuasa atas kehidupan kita, maka kita harus menyingkir dari ajaran
adat istiadat atau ajaran turun temurun, ajaran yang diwariskan dari nenek
moyang, harus menyingkir dari situ karena kita adalah rumah Tuhan.
Keluaran
12:14-15
(12:14) Hari ini akan
menjadi hari peringatan bagimu. Kamu harus merayakannya sebagai hari raya bagi
TUHAN turun-temurun. Kamu harus merayakannya sebagai ketetapan untuk selamanya.
(12:15) Kamu makanlah
roti yang tidak beragi tujuh hari lamanya; pada hari pertama pun kamu
buanglah segala ragi dari rumahmu, sebab setiap orang yang makan sesuatu yang
beragi, dari hari pertama sampai hari ketujuh, orang itu harus dilenyapkan dari
antara Israel.
“Makan roti yang tidak
beragi tujuh hari lamanya dari hari pertama sampai pada hari yang ketujuh.”
Syarat
menikmati roti tidak beragi selama tujuh hari, tidak boleh ada ragi dalam
kemah-kemah dari bangsa Israel.
Ragi
orang Farisi adalah berpegang teguh kepada adat istiadat, maka memang kita
harus menyingkir karena kita adalah rumah Tuhan, tidak boleh ada ragi dalam
kehidupan kita ini setiap kali menikmati roti tak beragi ajaran yang sehat dan
murni, supaya tidak binasa.
Keluaran
12:19
(12:19) Tujuh hari lamanya
tidak boleh ada ragi dalam rumahmu, sebab setiap orang yang makan sesuatu yang
beragi, orang itu harus dilenyapkan dari antara jemaah Israel, baik ia orang
asing, baik ia orang asli.
Setiap
orang yang makan sesuatu yang beragi orang itu dilenyapkan dari antara jemaat
Israel, tidak akan sampai pada hari yang ketujuh.
Hati
ke-7 -> hari perhentian kekal, itulah kerajaan sorga .
Sebab
tadi apa yang keluar dari dalam mulut itu yang menajiskan seseorang, sebab pikiran
jahat timbul dari dalam hati antara lain percabulan, pembunuhan, dan lain
sebagainya, itulah yang menajiskan seseorang. Dan tidak boleh ada ragi selama
merayakan roti tanpa ragi supaya tidak binasa.
Banyak
diantara kita mengerti aturan secara lahriah tapi yang jauh lebih penting dari
situ diabaikan itulah yang menajiskan orang itu. Malam ini kita sesali segala
kenajisan kita. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt.
Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment