IBADAH DOA
PENYEMBAHAN, 27 NOVEMBER 2018
KITAB KOLOSE
(Seri:36)
Subtema: ROH-ROH DUNIA DAN RUPA-RUPA PERATURAN.
Shalom saudaraku.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia bagi kita di
tengah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan ini dan kita memohon kiranya Tuhan
memberkati kita lewat pembukaan firman Tuhan.
Dan juga saya tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat
Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti live streaming, video internet, Youtube, dan Facebook dimanapun
anda berada, kiranya Tuhan memberkati kita sekaliannya.
Segera saja kita memperhatikan firman penggembalaan
untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada
kepada jemaat di Kolose 2:20-22.
Kolose 2:20-22
(2:20) Apabila kamu telah
mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah
kamu menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup
di dunia: (2:21) jangan jamah ini,
jangan kecap itu, jangan sentuh ini; (2:22)
semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut
perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia.
Saudaraku sudah mengalami tanda kelahiran baru
dan bebas dari roh-roh dunia itu
merupakan kemurahan dari Tuhan untuk kita.
Sebelum kita memperhatikan ayat 21 dan ayat 22,
terlebih dahulu kita memperhatikan…
Tentang: ROH-ROH DUNIA.
Galatia 4:8
(4:8) Dahulu, ketika kamu
tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada
hakekatnya bukan Allah.
Dahulu sebelum mengenal Allah dengan benar, kita menghambakan diri kepada
berhala-berhala yang pada hakikatnya bukan Allah yang hidup, artinya; lebih mengutamakan perkara-perkara lahiriah.
Misalnya; mengabaikan Tuhan dan ibadah pelayanan hanya karena pekerjaan, usaha,
bisnis, kemudian karena menuntut
ilmu, dan lain sebagainya.
Sebetulnya itu adalah allah-allah yang mati bukan Allah
yang hidup, tidak dapat menolong dan menyelamatkan melainkan menambah beban hidup dan membinasakan.
Perkara lahiriah apa saja tidak dapat menolong, justru
perkara itu akan
membuat kita semakin jauh
dari Tuhan sehingga menambah beban dosa
dan membinasakan.
Galatia 4:9-10
(4:9) Tetapi sekarang sesudah
kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah
kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai
memperhambakan diri lagi kepadanya? (4:10)
Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa
yang tetap dan tahun-tahun.
Sesudah mengenal Allah dengan benar (sudah lahir baru), berbalik lagi
kepada roh-roh dunia.
Kembali
lagi kepada roh-roh dunia maksudnya
dengan
teliti memelihara hari-hari tertentu, memelihara bulan-bulan tertentu,
memelihara masa-masa yang tetap, dan tahun-tahun. Inilah yang dimaksud roh-roh
dunia.
Galatia 4:11
(4:11) Aku kuatir kalau-kalau
susah payahku untuk kamu telah sia-sia.
Sebetulnya berbalik lagi kepada roh-roh dunia setelah
mengenal Allah (setelah
lahir baru)
itu merupakan kesia-siaan. Alasannya
adalah roh-roh dunia ini akan membatasi kehidupan kita untuk melakukan sesuatu
yang baik sesuatu yang benar, suci, dan mulia di hadapan Tuhan.
Perhatikan setiap orang yang memelihara dengan teliti hari-hari
tertentu, memelihara bulan-bulan tertentu, memelihara masa-masa yang tetap, dan
tahun-tahun, sebetulnya itu akan membatasi seseorang untuk melakukan yang
benar, yang suci, yang mulia di hadapan Tuhan.
Ilimiah dengan hal-hal yang rohani tidak bisa menyatu,
jangan sampai karena hal yang ilmiah (yang bersifat logika) mengabaikan hal-hal yang
rohani, itu sering sekali terjadi.
Pendeknya; roh-roh dunia ini membuat seseorang menjadi lemah dan miskin.
Lemah
artinya; tidak kuat. Yang membuat
kita kuat adalah salib Kristus bukan
roh-roh dunia, bukan perkara lahiriah, bukan karena pekerjaan, bukan karena
usaha, bukan karena bisnis, bukan karena seseorang memiliki pendidikan yang
tinggi. Biarpun seseorang memiliki semuanya itu belum tentu dia kuat menghadapi
sesuatu yang tidak suci.
Kemudian miskin
artinya; tidak kaya. Yang membuat
kita kaya adalah kasih karunia dan kemurahan Tuhan yang dianugrahkan
kepada kita, bukan roh-roh dunia.
Yesus Kristus Dia yang kaya turun ke bumi, artinya;
rela menjadi miskin supaya kita yang miskin menjadi kaya. Jadi yang membuat
seseorang kaya adalah kasih karunia dan kemurahan Allah yang dianugrahkan
kepada kita, bukan roh-roh dunia. Orang dunia bisa saja mempunyai ini dan itu, memiliki
harta yang banyak tetapi
belum tentu mengerti pekerjaan Tuhan, itu namanya miskin atau kaya jasmani tapi miskin
rohani.
Itulah sedikit tentang roh-roh dunia, sedikit saya bawa
kesana supaya kita bisa memahami tentang roh-roh dunia.
Kita kembali lagi membaca ...
Kolose 2:20-21
(2:20) Apabila kamu telah mati
bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu
menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup
di dunia: (2:21) jangan jamah
ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini;
Kemudian
sudah mengenal Tuhan dan sudah bebas dari roh-roh dunia tetapi sangat
disayangkan ternyata jemaat di Kolose ini takluk
pada rupa-rupa peraturan, misalnya; jangan
jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini.
Kolose 2:22
(2:22) semuanya itu hanya
mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintah-perintah
dan ajaran-ajaran manusia.
Takluk
pada rupa-rupa peraturan sebetulnya itu tidak ada faedahnya, sebab semuanya
itu;
a.
Hanya
mengenai barang yang binasa oleh pemakaian.
b.
Hanya
menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia.
Sekarang kita akan memperhatikan kedua hal tersebut ...
Tentang: HANYA MENGENAI BARANG YANG BINASA OLEH
PEMAKAIAN.
Artinya; barang atau sesuatu benda yang dipakai sifatnya untuk sementara waktu,
sesuatu yang tidak menjamin untuk hidup kekal.
1 Korintus 15:50
(15:50) Saudara-saudara, inilah
yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mendapat
bagian dalam Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam
apa yang tidak binasa.
“Daging
dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah” dan yang binasa tidak
mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa (kerajaan kekal).
Jadi betul-betul sesuatu benda yang dipakai untuk
sementara waktu adalah sesuatu yang tidak bisa menjamin hidup kekal, daging dan darah tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah atau yang binasa tidak
mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.
Ayub 1:1-3
(1:1) Ada seorang laki-laki
di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan
menjauhi kejahatan. (1:2) Ia
mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan. (1:3) Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor
unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam
jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua
orang di sebelah timur.
Ayub adalah seorang
yang saleh, jujur, takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan.
Ayub
mempunyai tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan, kemudian;
-
Ia
memiliki tujuh ribu ekor kambing domba.
-
Tiga
ribu ekor unta.
-
Lima
ratus pasang lembu.
-
Lima
ratus keledai betina.
-
Budak-budak
dalam jumlah yang sangat besar.
Pendeknya; Ayub mempunyai tujuh anak laki-laki dan tiga
anak perempuan, kemudian memiliki harta dan kekayaan yang begitu banyak
jumlahnya, dialah yang terkaya
dari semua orang di sebelah timur.
Ayub 1:20-21
(1:20) Maka berdirilah Ayub,
lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan
menyembah, (1:21) katanya:
"Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga
aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil,
terpujilah nama TUHAN!"
Namun
pada akhirnya seluruh harta kekayaan yang dimiliki oleh Ayub semuanya raib
semuanya lenyap dan anak-anaknya juga mat.
Disini
kita melihat sikap yang ditunjukkan oleh Ayub di hadapan Tuhan; “maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak
jubahnya, dan mencukur kepalanya” inilah sikap atau tindakan
Ayub yang pertama.
Tindakan Ayub berikutnya; “sujudlah ia dan menyembah” disertai dengan pengakuan yang jujur dan tulus
katanya; "Dengan telanjang aku
keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke
dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama
TUHAN!"
Kesimpulan dari dua tindakan Ayub adalah; yang pertama Ayub merasa hina dan tidak layak di hadapan
Tuhan, yang kedua Ayub menyadari bahwa daging
dan darah serta harta kekayaan tidak dapat memberi jaminan untuk hidup yang
kekal.
Jadi anak-nak Tuhan (sidang jemaat) jangan sampai takluk
kepada rupa-rupa peraturan yang sebetulnya hanyalah barang yang binasa,
artinya tidak memberi jaminan untuk hidup kekal. Ayub menyadari bahwa darah dan daging tidak mewarisi kerajaan sorga, perkara
lahiriah tidak memberi jaminan untuk hidup kekal, justru itu yang membuat
seseorang jauh dari Tuhan.
Kita bersyukur oleh karena kemurahan-Nya kita memperoleh suatu pengertian yang benar.
1 Petrus 1:24-25
(1:24) Sebab: "Semua yang
hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput,
rumput menjadi kering, dan bunga gugur, (1:25) tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya."
Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.
Berarti sesuatu yang lahiriah tidak memberi jaminan
untuk hidup kekal, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya, firman Tuhan
memberi jaminan untuk hidup kekal di dalam kerajaan sorga.
Jadi kalau seseorang sudah mengenal Allah, kemudian
bebas dari roh-roh dunia namun masih takluk pada rupa-rupa peraturan itu
betul-betul seperti manusia duniawi, itu kesia-siaan, tidak ada artinya, karena
sama seperti barang yang binasa untuk pemakaian, tidak memberi jaminan untuk
hidup kekal.
Sekarang kita kembali membaca ...
Kolose 2:21-22
(2:20) Apabila kamu telah mati
bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu
menaklukkan dirimu pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di
dunia: (2:21) jangan jamah ini,
jangan kecap itu, jangan sentuh ini; (2:22)
semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya
menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia.
Sekarang kita akan memperhatikan ....
Tentang: HANYA MENURUT PERINTAH-PERINTAH DAN
AJARAN-AJARAN MANUSIA.
Kesimpulannya; rupa-rupa peraturan yaitu: perintah-perintah dan
ajaran-ajaran manusia, bukan perintah-perintah dan ajaran-ajaran dari Tuhan.
Markus 7:1-5
(7:1) Pada suatu kali
serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui
Yesus. (7:2) Mereka melihat,
bahwa beberapa orang murid-Nya makan dengan tangan najis, yaitu dengan tangan
yang tidak dibasuh. (7:3) Sebab
orang-orang Farisi seperti orang-orang Yahudi lainnya tidak makan kalau tidak
melakukan pembasuhan tangan lebih dulu, karena mereka berpegang pada adat
istiadat nenek moyang mereka; (7:4)
dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu
membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya
hal mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga. (7:5) Karena itu orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu
bertanya kepada-Nya: "Mengapa murid-murid-Mu tidak hidup menurut adat
istiadat nenek moyang kita, tetapi makan dengan tangan najis?"
Kesimpulan dari ayat
1 sampai ayat 5; orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat melarang murid-murid Yesus mengecap makanan hanya
karena tidak membasuh tangan terlebih dahulu.
Markus 7:6-7
(7:6) Jawab-Nya kepada mereka:
"Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab
ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh
dari pada-Ku. (7:7) Percuma
mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah
manusia.
Yesus menjawab
ahli Taurat dan orang Farisi; “Bangsa ini
memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma
mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah
manusia.”
Kesimpulannya, orang-orang Farisi dan ahli-ahli
Taurat lebih mengutamakan adat isitadat nenek moyang orang Yahudi.
Markus 7:8
(7:8) Perintah
Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia."
Orang-orang Fairisi dan ahli-ahli Taurat mengabaikan
perintah-perintah dan ajaran-ajaran Tuhan demi adat istiadat orang Yahudi (ajaran-ajaran manusia).
Adapun adat istiada orang Yahudi (ajaran-ajaran dan
perintah-perintah manusia):
1. Terlebih dahulu membasuh
tangan sebelum makan.
2. Kalau pulang dari pasar
tidak makan sebelum membersihkan diri (mandi).
3. Berpegang pada aturan-aturan
lain dalam hal;
-
Mencuci cawan.
-
Mencuci kendi.
-
Mencuci perkakas-perkakas tembaga…Markus 7:1-5.
Mereka
takluk pada rupa-rupa peraturan, tetapi
tidak takluk pada perintah-perintah dan ajaran-ajaran dari Tuhan.
Dalam hal mencuci cawan, mencuci kendi, kemudian
mencuci perkakas-perkakas tembaga mereka sangat memperhatikan
aturannya, tapi perintah-perintah dan ajaran-ajaran Tuhan diabaikan menunjukkan
bahwa ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi takluk pada rupa-rupa peraturan dan
perintah manusia.
Praktek takluk pada rupa-rupa peraturan: “bibir atau mulut
memuliakan Tuhan tapi hatinya jauh dari Tuhan” = mempersembahkan tubuh
jasmaninya tetapi manusia batiniahnya tidak dipersembahkan kepada Tuhan.
Maka sangat disayangkan sekali kalau anak-anak Tuhan
sudah mengenal Tuhan (lahir
baru),
kemudian sudah bebas dari roh-roh dunia tetapi takluk pada rupa-rupa peraturan
seperti sidang jemaat di Kolose, sampai pada akhirnya mereka berpegang teguh
kepada adat istiadat, berpegang teguh pada perintah-perintah dan ajaran-ajaran
manusia.
Peraturan-peraturan di tempat bekerja takluk,
peraturan-peraturan di tempat kuliah takluk, tetapi peraturan-peraturan (perintah-perintah) ajaran Tuhan tidak.
Mengapa seseorang sibuk kuliah lupa ibadah? Jawabnya, karena ia takluk pada
aturan-aturan di tempat perkuliahan. Kenapa seseorang sibuk bekerja? Karena dia
takluk kepada aturan-aturan pekerjaan, tetapi mengabaikan ajaran-ajaran dan
perintah-perintah Tuhan.
Kita kembali membaca ...
Markus 7:9-12
(7:9) Yesus berkata pula kepada
mereka: "Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu
dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. (7:10) Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan:
Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati. (7:11) Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya
atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu,
sudah digunakan untuk korban -- yaitu persembahan kepada Allah --, (7:12) maka kamu tidak membiarkannya
lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya.
Jadi hanya karena perintah-perintah dan ajaran-ajaran
manusia (berpegang
teguh kepada adat istiadat) akhirnya
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tidak
hormat kepada orang tua.
Sudah
mengenal Tuhan, kemudian sudah
lepas
dari roh-roh dunia tetapi yang anehnya jemaat di Kolose takluk pada rupa-rupa
peraturan, padahal semuanya
itu hanya barang yang binasa oleh
pemakaian yang sifatnya sementara.
Siapa yang berani berkata: harta yang banyak memberi
jaminan hidup kekal? Dapat
masuk ke dalam kerajaan
sorga, siapa yang berani berkata seperti itu? Tidak ada yang bisa menjamin,
berarti kedua hal itu kesia-siaan.
Kita kembali membaca ...
Kolose 2:23
(2:23) Peraturan-peraturan
ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti
merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup
duniawi.
Jadi saudaraku rupa-rupa peraturan walaupun nampaknya
penuh hikmat dengan buatan sendiri sebab seperti merendahkan diri, menyiksa
diri, tidak ada gunanya selain hanya untuk memuaskan hidup duniawi saja.
2 Timotius 3:5
(3:5) Secara lahiriah mereka
menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri
kekuatannya. Jauhilah mereka itu!
Secara lahiriah mereka mejalankan ibadah, tetapi pada
hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya, ibadah yang semacam ini harus
dijauhi, termasuk orang-orang yang menjalankan ibadah lahiriah itu sendiri harus
dijauhi supaya jangan terpengaruh. Sekalipun terlihat ibadah itu penuh hikmat
sebab harus merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada artinya.
Ibrani 9:1
(9:1) Memang perjanjian yang
pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus
buatan tangan manusia.
Jadi perjanjian yang pertama mempunyai
peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia.
Jadi kemah atau Tabernakel yang dibangun
oleh Musa itu ada perintah-perintah dan ketentuan-ketentuan untuk setiap orang
yang menjalankan ibadah di dalamnya.
Ibrani 9:2-4
(9:2) Sebab ada dipersiapkan
suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan
meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus. (9:3) Di belakang tirai yang kedua
terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah
pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut
dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi
manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan
perjanjian,
Disini dipersiapkan suatu kemah yaitu bagian yang
paling depan terdapat dua alat;
1.
KAKI DIAN EMAS -> kehidupan yang diurapi oleh Roh Kudus.
Itulah orang-orang yang menjadi terang di tengah dunia ini.
2.
MEJA ROTI SAJIAN -> kehidupan atau hati yang penuh dengan
firman Allah sehingga dapat menyajikan kebenaaran baik perkataan, juga
perbuatan atau kesaksian hidup. Kalau hati kosong tidak diisi penuh dengan firman maka
perkataan kosong, perbuatan kosong, hidup atau kesaksiannya juga kosong.
Kemudian di belakang tirai yang kedua terdapat suatu
kemah lagi yang disebut dengan Ruangan Maha Suci, disitu terdapat;
1.
MEZBAH PEMBAKARAN UKUPAN.
Dalam
ruangan suci atau ruangan yang paling depan pada Tabernakel Musa
terdapat tiga macam alat,
yaitu; (1)
Meja
Roti
Sajian,
(2) Kaki
Dian
Emas
(kandil), (3) Mezbah Dupa. Tetapi apa yang dilihat oleh
Rasul Paulus dimana Mezbah
Pembakaran
Ukupan
itu sudah berada di Ruangan
Maha
Suci,
seolah-olah ada perbedaan dengan
Tabernakel
Musa.
Tetapi sebetulnya hal ini memberi suatu
pengertian bagi kita bahwa yang berada di dalam Ruangan Maha Suci, (kerajaan sorga) adalah doa penyembahannya
di hadapan Tuhan. Jadi sekalipun kita berada di atas muka bumi ini kalau
betul-betul kita hidup di dalam doa penyembahan yang benar, satu kaki sudah ada
di dalam kerajaan sorga.
Jadi tidak ada perbedaan antara Tabernakel Musa
dengan apa yang dilihat oleh
Rasul
Paulus, justru semakin memberi
suatu pengertian bagi kita bahwa doa penyembahan itu yang membawa kita masuk
dalam kerajaan sorga. Itulah kemah ibadah yang benar, ini bukan ibadah lahiriah
lagi ini sudah ibadah dalam bentuk yang rohani. Kalau bentuk lahiriahnya memang
seperti yang kita lihat di dalam kemah yang pertama terdapat Meja Roti Sajian, Pelita Emas, Mezbah Dupa.
2.
TABUT PERJANJIAN.
Tabut perjanjian berbicara tentang dua hal;
1.
Takhta Allah.
2.
Hubungan intim antara gereja dengan
Kristus sebagai kepala.
Tandanya
ada tiga perkara di dalam tabut perjanjian;
1.
Buli-buli
emas berisi manna, ini IMAN yang permanen persis
seperti emas tidak berubah-ubah.
2.
Tongkat
Harun yang bertunas, inilah PENGHARAPAN yang permanen.
3.
Dua
loh batu bertuliskan sepuluh hukum, inilah KASIH Allah
yang permanen.
Jadi semuanya sudah bersifat rohani, inilah ibadah yang
berkenan, bukan lagi ibadah Taurat, ibadah lahiriah, penuh dengan aturan-aturan
tetapi tidak berkenan, tidak mengandung janji.
Mari kita lihat kehidupan yang seperti ini, dimana
sudah menjadi kehidupan doa, berada di ruangan maha suci.
Ayub 1:20-21
(1:20) Maka berdirilah Ayub,
lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan
menyembah, (1:21) katanya:
"Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga
aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil,
terpujilah nama TUHAN!"
Kehidupan doa penyembahan tidak lagi terikat dengan perakara lahiriah, persis seperti pembakaran
ukupan yang ada di dalam Ruangan
Maha
Suci.
Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang