IBADAH RAYA MINGGU, 02 FEBRUARI 2020
WAHYU PASAL 11
(Seri: 23)
Subtema: PEMBUKAAN RAHASIA FIRMAN
BAGAIKAN GEMPA BUMI YANG DAHSYAT
Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh karena
rahmat-Nya, oleh karena kasih dan kemurahan-Nya, oleh karena panjang sabar-Nya,
kita boleh diberi kesempatan untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu yang
disertai dengan kesaksian.
Kita sudah melihat dan sudah mendengarkan kesaksian dari pada anak-anak
STTIA (Sekolah Tinggi Theologi Tabernakel Indonesia) di Surabaya selama satu
bulan sepuluh hari, mereka ada di sini dan mereka tekun mengikuti tiga macam
ibadah pokok; Ibadah Pendalaman Alkitab, Ibadah Raya Minggu, Ibadah Doa
Penyembahan, plus Ibadah Kaum Muda
Remaja. Dan kita sudah mendengarkan kesaksian mereka, betapa mereka diberkati
oleh Tuhan, dilawat oleh Tuhan sampai mengalami kesembuhan dan pemulihan,
sampai akhirnya menyadari bahwa sebagai seorang hamba Tuhan harus berada dalam
tahbisan yang baik, tahbisan yang benar dan suci, supaya tanda-tanda kenajisan
itu tidak melekat di dalam pakaian, di dalam diri, baik perkataan dan perbuatan
sehingga layak menjadi contoh teladan dalam setiap ibadah dan pelayanan mereka
apabila kelak mereka ditahbiskan menjadi hamba-hamba Tuhan.
Saya tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang
sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda
berada. Kita berdoa, dan dalam doa kita mohonkan supaya kiranya Tuhan bukakan
firman-Nya bagi kita malam ini, sehingga kehidupan kita diberkati, kehidupan
kita dipulihkan, yang sakit disembuhkan, berkat berkelimpahan menjadi bagian dari
kehidupan kita masing-masing.
Saya juga tidak lupa menyapa keluarga Sianipar yang pertama kali ini sudah
bersama-sama datang beribadah, bukan untuk yang pertama dan terakhir, tetapi
yang pertama untuk selanjutnya berakhir dalam Kerajaan Sorga.
Seperti apa pun nanti firman itu mengoreksi kehidupan kita, itulah firman
yang akan menyelamatkan kehidupan kita masing-masing. Harta, kekayaan, uang
yang banyak, kedudukan, jabatan, tidak dapat menguduskan setiap pribadi lepas
pribadi, kecuali firman Allah yang akan kita terima dan sekaligus membawa kita
dekat kepada Tuhan, menjadi mempelai Tuhan, bersanding dengan Dia dalam pesta
nikah Anak Domba sebagai sasaran akhir perjalanan rohani kita di atas muka bumi
ini, sesuai dengan Wahyu 9:6-9.
Langsung saja kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya
Minggu dari WAHYU 11, kiranya kita
diberkati oleh Tuhan.
Wahyu 11:12
(11:12) Dan orang-orang itu mendengar suatu suara yang
nyaring dari sorga berkata kepada mereka: "Naiklah ke mari!"
Lalu naiklah mereka ke langit, diselubungi awan, disaksikan oleh
musuh-musuh mereka.
Suatu suara yang nyaring dari sorga berkata kepada mereka: “Naiklah ke mari!”, lalu Musa dan Elia --
saksi Allah yang besar ini -- naik terangkat ke langit, naik ke sorga.
Pendeknya: Setelah Musa dan Elia melewati pengalaman dalan tanda KEMATIAN
-- pada ayat 7 -- dan dalam tanda
KEBANGKITAN -- pada ayat 11 --,
akhirnya dua saksi Allah yang besar ini DIPERMULIAKAN bersama dengan Dia --
pada ayat 12 --.
Sesuai dengan Kolose 2.
Kolose 2:20
(2:20) Apabila kamu telah mati bersama-sama dengan
Kristus dan bebas dari roh-roh dunia, mengapakah kamu menaklukkan dirimu
pada rupa-rupa peraturan, seolah-olah kamu masih hidup di dunia:
Di sini kita melihat: “Apabila kamu
telah mati bersama-sama dengan Kristus dan bebas dari roh-roh dunia.”
Diawali dengan rela masuk di dalam pengalaman kematian Kristus, suatu
sengsara yang begitu pahit bagi daging, tetapi itu yang melepaskan kita dari
roh-roh dunia, itu yang melepaskan kita dari ikatan-ikatan dunia, aturan-aturan
duniawi.
Kolose 3:1-3
(3:1) Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama
dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk
di sebelah kanan Allah. (3:2) Pikirkanlah
perkara yang di atas, bukan yang di bumi. (3:3) Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan
Kristus di dalam Allah.
Setelah rela melewati pengalaman kematian bersama dengan Kristus,
selanjutnya akan dibangkitkan juga bersama dengan Kristus. Pendeknya,
kalau kita satu di dalam kematian-Nya, otomatis kita juga akan satu di dalam
kebangkitan-Nya.
Suasana kebangkitan:
1.
Mencari
perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.
Banyak
orang Kristen tidak mengerti suasana kebangkitan, sehingga banyak orang Kristen
datang beribadah dan melayani bukan untuk mencari Kristus yang sekarang duduk
di sebelah kanan Allah, tetapi mencari kemewahan, mencari berkat-berkat secara
lahiriah semata.
Perlu
untuk diketahui, kehidupan ini tidak berhenti hanya sebatas sampai diberkati,
tetapi rumus yang sudah kita terima;
-
Setelah dua saksi Allah
itu mati ... Wahyu 11:7,
-
Selanjutnya mereka dibangkitkan
... Wahyu 11:11,
-
Lalu pada Wahyu 11:12 mereka naik dipermuliakan.
Itulah suasana kebangkitan; mencari perkara yang di
atas di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.
Dia duduk di sebelah kanan Allah, berarti; tampil
sebagai Pembela bagi gereja Tuhan. Kalau manusia membela manusia; terbatas
pembelaannya, tetapi kalau kita mencari perkara di atas, maka Yesus Kristus,
Anak Allah, tampil sebagai Pembela.
2.
Pikirkanlah
perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
Suasana
kebangkitkan; memikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bumi, bukan
memikirkan perkara yang di bawah, bukan memikirkan perkara yang lahiriah.
Setelah mati, hari ketiga Yesus bangkit, tidak berhenti sampai di situ,
selanjutnya kita perhatikan ayat 4.
Kolose 3:4
(3:4) Apabila Kristus, yang adalah hidup kita,
menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia
dalam kemuliaan.
“Apabila Kristus, yang adalah hidup
kita ...” Berarti; kita hidup bukan karena uang, kita hidup bukan karena
makanan, kita hidup bukan karena kedudukan jabatan, serta kita hidup bukan
karena pendidikan yang tinggi lagi.
“... Menyatakan diri kelak, kamu pun
akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.” Setelah kita
melewati pengalaman kematian dan kebangkitan, akhirnya dipermuliakan
bersama-sama dengan Dia pada saat Dia datang sebagai Raja dan Mempelai Pria
Sorga di dalam kemuliaan dan kesempurnaan-Nya.
Ibadah dan pengikutan kita kepada Tuhan tidak berhenti hanya sebatas
mujizat kesembuhan, tidak berhenti hanya sebatas berkat, melainkan harus sampai
dipermuliakan. Walaupun mujizat terjadi, itu bukan sesuatu yang asing dan aneh,
sebab mujizat yang terbesar ialah orang jahat bisa berubah, itu mujizat. Kalau
yang sakit menjadi sembuh, itu adalah hal yang biasa saja, tidak usah heran
melihat hamba Tuhan melakukan demonstrasi yang seperti itu, sebab itu bukanlah
menjadi suatu patokan dari suasana kebangkitan, itu hanya karunia ilahi yang
memang harus terjadi.
Jadi, ini merupakan rumus dari Allah (dari sorga) yang tidak bisa
ditawar-tawar dan tidak bisa berubah, yang juga akan mewarnai kehidupan setiap
orang, baik hamba-hamba Tuhan maupun sidang jemaat tanpa terkecuali, supaya
kelak berada dalam kemuliaan yang kekal. Rumus ini tidak bisa ditawar-tawar.
Rumus mati, bangkit, dipermuliakan harus mewarnai setiap orang,
sebab itu di atas tadi sudah saya katakan: Pengikutan
kita kepada Tuhan tidak hanya berhenti sebatas diberkati. Kalau kita
mencari Kerajaan Sorga, soal berkat terlalu kecil bagi Tuhan. Yang terpenting
adalah rumus ini harus diikuti. Itu sebabnya Musa dan Elia datang untuk menjadi
suatu saksi yang besar, dan itu merupakan saksi yang terakhir di dalam Wahyu 11, supaya banyak jiwa tertolong.
Saudara, kita berdoa sama-sama supaya jangan sampai saya -- sebagai hamba
Tuhan -- meninabobokan rohani saudara (sidang jemaat), tetapi berdoa untuk saya
supaya kehidupan rohani kita semakin didewasakan lewat pemberitaan firman,
karena kehidupan yang dewasa layak untuk masuk dalam pesta nikah. Kanak-kanak
tidak layak masuk dalam pesta nikah, sebab
kanak-kanak hanya berbicara soal berkat-berkat lahiriah saja.
Kembali kita membaca Wahyu 11:12.
Wahyu 11:12
(11:12) Dan orang-orang itu mendengar suatu suara yang
nyaring dari sorga berkata kepada mereka: "Naiklah ke mari!" Lalu naiklah
mereka ke langit, diselubungi awan, disaksikan oleh musuh-musuh
mereka.
Peristiwa Musa dan Elia -- saksi yang besar -- naik ke langit; diselubungi awan, kemudian disaksikan oleh musuh-musuh mereka.
Tentang: Musa dan Elia naik ke langit DISAKSIKAN
OLEH MUSUH-MUSUH MEREKA.
Pertanyaannya: Mengapa harus disaksikan oleh musuh-musuh mereka -- itulah
orang-orang yang tidak mau menerima kesaksian Musa dan Elia -- ?
Jawabnya: Supaya musuh-musuh mereka tahu dengan pasti bahwa;
1.
Kerajaan
Sorga atau kemuliaan itu nyata dan benar.
Jadi,
pemberitaan firman tentang Kerajaan Sorga bukan kamuflase, bukan hanya sebuah
slogan, bukan hanya suatu kata-kata sebagai penghiburan, bukan, tetapi Kerajaan
Sorga, dan kemuliaan itu benar-benar nyata dan benar.
Kalau
pemberitaan hanya soal berkat-berkat, mujizat kesembuhan, berarti Kerajaan
Sorga masih samar-samar. Sebab itu, pemberitaan firman itu harus jelas, sebab
orang yang masuk sorga itu adalah orang yang terang dan jelas kehidupannya di
atas muka bumi ini. Apa yang terikat di bumi, terikat di sorga.
2.
Tuhan
tidak lalai dalam menepati janji-Nya.
3.
Sorga
adalah upah bagi mereka yang mengikuti Tuhan.
Kesucian itu
bukan akhir, kesucian itu adalah awal untuk membawa gereja Tuhan sampai kepada
kesempurnaan, dan upahnya adalah Kerajaan Sorga.
Sejenak saya merenungkan, Musa dan Elia naik ke langit, Mengapa harus disaksikan oleh musuh-musuh
mereka. Lalu saya memohon dalam doa kepada Tuhan dan berkata; Tolong berikan hikmat-Mu. Ada apa? Mengapa?
Apakah tidak cukup hanya naik saja?
Ooh, akhirnya Tuhan
beri suatu pengertian ini kepada saya, dan sore ini pun kita mengerti bersama-sama.
Saya tidak mau menjadi hamba Tuhan yang egois menyimpan-nyimpan berkat, oleh
sebab itu saya juga harus beritahukan hal ini dengan jelas, supaya kehidupan
kita dalam mengikuti Tuhan juga harus jelas, tidak boleh ada yang
ditutup-tutupi, dimulai dari nikah kami suami isteri, selanjutnya yang lebih
besar adalah dalam penggembalaan ini, semuanya harus jelas dan terang.
Tentang: Musa dan Elia naik ke langit DISELUBUNGI
AWAN.
Diselubungi awan, arti rohaninya; yang terangkat ke sorga adalah manusia
rohani, bukan manusia daging, dan bukan manusia berdosa.
Pengertian ini pun membuat saya bahagia. Selama ini kita dicekoki dengan
pengertian-pengertian yang dangkal, pengertian yang tidak membawa kita masuk ke
dalam Kerajaan Sorga. Sementara keadaan dunia ini sudah tidak menentu lagi dan hendak berlalu, sebab sekarang ini terjadi gempa bumi, terjadi tsunami, terjadi banjir. Namun di dalam khotbah berbicara hanya
sebatas perkara-perkara daging itu saja, bagaimana manusia (sidang jemaat) selamat?
Padahal sidang jemaat adalah tanggung jawab dari seorang gembala, bagaimana
mungkin harta, kekayaan, dan uang bisa membawa orang (sidang jemaat) masuk
sorga?
Lihat saja, baru tiga hari Jakarta digenangi air (dikepung air); harta
berupa mobil-mobil mewah hanyut (berenang). Jadi, apa mungkin harta bisa
membawa orang masuk sorga? Tidak, hanya firman. Firman yang bisa membuat kita
menjadi manusia rohani.
Itu sebabnya, ketika Musa dan Elia -- saksi yang besar ini -- terangkat
naik ke sorga, ada dalam kemuliaan; mereka diselubungi awan. Artinya, yang
terangkat ke sorga adalah manusia rohani.
Apa tanda manusia rohani? -- Nah,
inilah yang harus diikuti.
Tanda manusia rohani:
1.
Tidak
memiliki tabiat-tabiat daging, berarti; sudah menyingkir dari tabiat daging,
dengan lain kata tidak menuruti hawa nafsu dan keinginan daging yang jahat.
2.
Hidup
dalam penyembahan yang benar, berarti; dalam penyerahan diri sepenuh. Kalau
seseorang sudah berada pada puncak
rohani (hidup dalam penyembahan), berarti sudah berada dalam tanda penyerahan
diri sepenuh kepada Tuhan.
Menyerah
itu berarti taat kepada kehendak Tuhan, tidak lagi taat kepada kehendak manusia
daging. Kalau masih taat kepada manusia, taat kepada kehendak daging, taat
kepada aturan dunia, berarti belum menyerah kepada Tuhan. Jadi, puncak rohani
itu adalah penyembahan, berada di dalam penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
3.
Terlepas
dari daya tarik bumi, berarti; terlepas dari ikatan-ikatan di bumi/perkara di
bawah.
Kalau kita ikuti pemberitaan firman ini, pasti kita menikmatinya, tetapi
terlebih dahulu memperhatikan syaratnya, yaitu; relakan hati dikoreksi.
Mahasiswa/i yang sedang mengikuti praktek melayani di tempat ini, mungkin mengalami rasa kaget; pada awalnya mereka
kaget saat mendengar firman Tuhan di tempat ini, namun akhirnya mereka mengerti
dan menyadari bahwa Pengajaran Salib adalah jalan yang benar untuk mencetak
seorang hamba Tuhan. Tetapi saya bahagia sebab pada akhirnya mereka juga membuka hati lebar-lebar, sampai akhirnya diberkati
oleh Pengajaran Firman Tuhan.
Sebagai contoh manusia rohani.
Matius 4:8-9
(4:8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang
sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,
(4:9) dan berkata kepada-Nya:
"Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
Perikop ayat ini adalah: “Pencobaan
di padang gurun”, itulah peperangan Yesus melawan setan, musuh abadi.
Dari atas gunung yang tinggi, Iblis memperlihatkan kepada Yesus semua
kerajaan dunia dan kemegahannya, lalu semuanya itu akan diberikan kepada Yesus,
dengan syarat; Yesus harus menyembah kepada Iblis.
Ini merupakan sebuah tawaran yang memang sangat menggiurkan, sebab itu
tidak sedikit orang Kristen menjadi lupa Tuhan, lupa ibadah, lupa pelayanan,
lupa memikul salib hanya karena tawaran setan, yaitu kerajaan dunia serta
kemegahannya (kemuliaannya). Tetapi untuk memiliki kerajaan dunia serta
kemegahannya, syaratnya; harus menyembah setan.
Dahulu sebelum menjadi hamba Tuhan, saya juga ingin cepat-cepat kaya dengan
jalan yang simpel (jalan pintas), sehingga bukan hanya saya, juga banyak orang Kristen pergi
ke dukun, banyak orang Kristen pergi ke atas gunung (bertapa atau bersemedi),
paranormal, dan lain sebagainya untuk menjadi kaya, akhirnya lupa Tuhan.
Pendeknya, hanya karena kerajaan dunia dan kemegahannya, seseorang menjadi lupa
Tuhan.
Sekarang kita lihat; Tuhan Yesus dari sorga turun ke bumi, apakah Yesus
lupa Allah dan sorga tempat asalnya semula?
Matius 4:10
(4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah,
Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu,
dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Setelah mendengarkan tawaran dari Iblis itu, berkatalah Yesus: “Enyahlah, Iblis!”, selanjutnya Yesus
berkata: “ada tertulis: Engkau harus
menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
Singkatnya: Yesus tidak terlena dengan daya tarik bumi, sebaliknya Yesus terlepas dari
daya tarik bumi, tidak terlena dan tidak terikat dengan kerajaan dan kemegahan dunia ini.
Tanah air kita adalah tanah air sorgawi, kita berasal dari Allah. Kita
dibentuk dari seonggok tanah liat di tangan penjunan, kita dibentuk dari kepala
sampai ujung kaki, selanjutnya dihembuskan nafas hidup, lalu manusia itu pun
hidup, artinya kita ini berasal dari sorga, dari Allah.
Tetapi karena Adam jatuh dalam dosa, sehingga dia diusir dari taman Eden,
bagaikan kita dilempar ke dunia sekarang ini. Tetapi pada dasarnya manusia itu
berasal dari Allah, dan kalau manusia itu berasal dari Allah berarti harus
kembali kepada Allah.
Oleh sebab itu;
-
Kalau pun kita diberkati
di bumi ini, jangan terlena dengan bumi.
-
Walau kita mempunyai
harta kekayaan di bumi, jangan terlena di bumi.
-
Kalau pun kita mempunyai
kedudukan jabatan yang tinggi, jangan terlena di bumi.
Ingat, kita harus kembali ke sorga, kembali kepada Allah. Berarti, harus
terlepas dari ikatan dunia, harus terlepas dari daya tarik bumi.
Semua orang harus kembali kepada Allah, oleh sebab itu jangan terlena di
bumi. Kalau pun diberkati, mengucap syukur saja dengan cara gunakan
(manfaatkan) berkatmu di dalam hal yang baik, yaitu memperhatikan pekerjaan Tuhan.
Kesimpulannya: Yesus hidup di dalam penyembahan yang benar.
Tadi kita sudah melihat, syarat untuk menerima kerajaan dunia dan
kemegahannya adalah harus menyembah setan, tetapi Yesus berkata: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau
harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”
Jadi, kesimpulannya; Yesus hidup di dalam penyembahan yang benar, tandanya:
terlepas dari daya tarik bumi, inilah tanda penyembahan yang benar, penyerahan
diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.
Semua benda -- benda apa saja – apabila dilemparkan ke atas akhirnya akan
jatuh juga ke bawah, menunjukkan bahwa bumi mempunyai daya tarik. Hanya satu perkara
yang lepas dari daya tarik bumi, itulah asap dupa kemenyan, itu berbicara
tentang doa penyembahan yang naik ke hadirat Tuhan, sebab itu kerohanian kita
harus sampai kepada puncaknya, itulah penyembahan.
Penyembahan, berarti sudah berada dalam penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.
Sebenarnya, memang, Yesus adalah 100% (seratus persen) Allah, tetapi saat
menghadapi ujian yang ketiga dari setan, Yesus juga adalah 100% (seratus
persen) manusia, supaya jangan kita berkata: Yesus itu kan Tuhan.
Seringkali kita berkata: Aku kan
bukan Tuhan, mengapa engkau sakiti saya?, padahal sebetulnya seseorang
berkata seperti itu hanya untuk mengelak; membenarkan diri, mempersalahkan yang
salah, tanda bahwa dia tidak mau tersakiti, dia tidak mau mau memikul salib,
dan akhirnya dia berdalih dengan banyak alasan.
Tetapi kita lihat di sini: Saat Yesus menghadapi ujian, Dia adalah 100%
(seratus persen) Allah, tetapi juga 100% (seratus persen) manusia, sama dengan
kita yang adalah manusia. Dia harus memberi contoh sebagai manusia, Dia tidak
boleh memberi contoh hanya sebagai Allah (sepihak), supaya kita jangan berdalih dalam mengikuti
Tuhan, supaya kita jangan bersungut-sungut di dalam hal mengikuti mengikuti Tuhan.
Kalau Yesus adalah 100% (seratus
persen) Allah dan Yesus adalah 100%
(seratus persen) manusia, berarti kita dapat menyimpulkan; bahwa Yesus
adalah manusia rohani, sama dengan diselubungi
awan.
Bukankah tujuan kita adalah sorga? Ikuti saja langkah-langkah dari apa yang
telah ditetapkan oleh firman Allah dan selanjutnya akan membawa kita naik ke sorga. Jangan mau
lagi dipengaruhi oleh ajaran yang tidak baik.
Kisah Para Rasul 1:9
(1:9) Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia
disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.
Yesus naik terangkat ke sorga, Ia disaksikan oleh 12 (dua belas) murid
serta orang-orang suci yang ada di Galilea, dan awan menutup-Nya atau Yesus diselubungi awan, menunjukkan
bahwa; Yesus adalah manusia rohani.
Kalau kita hanya membaca firman begitu saja di rumah, kita tidak akan
mengerti hal seperti ini, itulah yang membuat seseorang susah masuk sorga.
Berarti, seseorang harus betul-betul tergembala dengan benar di dalam satu penggembalaan dengan satu gembala.
Kisah Para Rasul 1:10-11
(1:10) Ketika mereka sedang menatap ke langit
waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih
dekat mereka, (1:11) dan berkata
kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri
melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan
kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia
naik ke sorga."
Dua orang yang berpakaian putih, itulah Musa dan Elia, berdiri di dekat
mereka, lalu berkata: “Hai orang-orang
Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat
ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti
kamu melihat Dia naik ke sorga.”
Jangan kita menjadi Kristen yang hanya berdiri saja terpaku, dan kaku serta
tidak bisa berbuat sesuatu (bengong-bengong), menonton saja, tetapi biarlah
kita menantikan kedatangan Yesus untuk yang kedua kali sebagai manusia rohani.
Kita menantikan Dia sebagai manusia rohani, jangan bengong-bengong saja
(terpaku).
Banyak orang Kristen bengong-bengong; terlihat melayani Tuhan, tetapi
sebetulnya kerohaniannya bengong-bengong. Tetapi yang Tuhan mau adalah supaya
kita kelak terangkat dalam kemuliaan-Nya, kita juga harus menantikan Dia pada
saat Dia datang pada kali yang kedua sebagai manusia rohani. Kita harus menjadi
manusia rohani, sebab yang terangkat ke Sorga adalah manusia rohani bukan
manusia daging.
Itulah kesaksian dari pada Musa dan Elia yang diteguhkan oleh Yesus sebagai
kesaksian yang sempurna.
Dua atau tiga orang saksi, suatu perkara dianggap sah. Sebetulnya,
kesaksian -- Musa dan Elia -- sudah dianggap sah (yang terangkat ke sorga
adalah manusia rohani), tetapi kesaksian mereka (dua saksi Allah) diteguhkan
oleh saksi yang sempurna, Yesus Kristus.
Singkatnya: Kita harus menjadi manusia rohani supaya kelak terangkat dan
diselubungi awan.
Jangan hanya sebagai Kristen yang bengong-bengong. Jangan hanya sebagai
Kristen penonton. Upayakan diri ini menjadi manusia rohani, sebab itu adalah
pesan dari dua saksi Allah -- Musa dan Elia -- : Jangan hanya melihat-lihat saja. Kita harus tahu; Dia datang pada kali
yang kedua sebagai manusia rohani, berarti kita juga harus menjadi manusia
rohani supaya turut terangkat naik ke sorga.
Hati ini tidak sabar untuk terus melayani Tuhan sebagai manusia rohani. Apa
yang bisa untuk dikerjakan, kerjakanlah. Jangan bengong-bengong lagi, jangan
hanya berdiri melihat ke langit. Ya betul, sorga di atas, tetapi jangan hanya
ditatap, jangan hanya dipandang-pandang, melainkan ambillah bagian, apa yang
bisa engkau kerjakan, ayo kerjakan.
Jika engkau tidak punya tangan, tetapi engkau punya harta, gunakanlah harta
itu untuk ambil bagian dalam pekerjaan pelayanan Tuhan. Jika engkau tidak punya
harta, tetapi engkau punya pengertian, gunakanlah pengertian itu untuk ambil
bagian dalam pekerjaan pelayanan Tuhan. Pendeknya, harus menjadi manusia
rohani.
Selanjutnya, KITA AKAN MEMASUKI AYAT BERIKUTNYA...
Wahyu 11:13
(11:13) Pada saat itu terjadilah gempa bumi yang
dahsyat dan sepersepuluh bagian dari kota itu rubuh, dan tujuh ribu orang
mati oleh gempa bumi itu dan orang-orang lain sangat ketakutan, lalu memuliakan
Allah yang di sorga.
Setelah Musa dan Elia -- dua saksi Allah yang besar -- naik terangkat ke
sorga (dalam kemuliaan), pada saat itu terjadilah gempa bumi yang dahsyat.
Sebab itu, kalau sampai hari ini kita masih diberi umur panjang, nafas
kehidupan, itu merupakan kesempatan bagi kita untuk berubah sampai akhirnya
menjadi manusia rohani, bukan hanya sekedar Kristen penonton. Dan kesempatan
yang kita alami sekarang ini merupakan panjang sabarnya Tuhan, merupakan
kemurahan hati Tuhan, merupakan anugerah Tuhan sebelum terjadi gempa bumi yang
dahsyat menimpa bumi, singkatnya; sebelum binasa di dalam api neraka. Hargailah
kemurahan yang Tuhan berikan ini.
Saya sungguh berbahagia, tidak menyesal menerima dan memiliki Pengajaran
Mempelai dan Pengajaran Tabernakel ini. Dahulu memang sempat berpikir: Tuhan, kalau saya membawa Pengajaran
Mempelai ini terlalu sedikit jiwa yang hadir, sebab penyuciannya luar biasa,
tetapi akhirnya Tuhan teguhkan hati saya dan berkata: Teruskan!
Lalu Tuhan berikan pengertian yang baru dalam Yesaya 2:2, “Gunung tempat
rumah TUHAN -- itulah gunung Sion -- akan
berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit”.
Banyak gunung-gunung, banyak tempat ibadah di mana-mana, tetapi gunung Sion
mengatasi gunung-gunung yang lain. Oleh karena pengertian itu, barulah hati
saya diteguhkan oleh Tuhan sampai hari ini. Dan sekarang saya percaya diri,
sebab lewat Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, saya akan dibawa
masuk dalam pesta nikah Anak Domba, kelak bersanding dengan Dia.
Hubungan kita dengan Tuhan bukan hubungan hanya sebatas kita datang
beribadah dan Dia adalah Tuhan, tidak. Hubungan kita dengan Tuhan adalah
hubungan nikah suci, hubungan intim yang digambarkan: dengan kesatuan antara tubuh dengan
Kepala. Kristus adalah Kepala, Dia adalah suami, sedangkan sidang jemaat adalah
tubuh, dialah isteri.
Jadi, hubungan intim ini harus dipelihara dengan baik, hubungan nikah yang suci ini
jangan ternodai, jangan ada pengkhianatan di dalamnya.
Kembali saya tandaskan: Setelah Musa dan Elia naik ke langit (terangkat ke
sorga) TERJADILAH GEMPA BUMI YANG DAHSYAT.
Berarti, terjadi goncangan yang dahsyat di bumi, namun goncangan ini
sumbernya bukan berasal dari bumi.
Kalau goncangan yang berasal dari bumi, misalnya; karena gunung meletus,
terjadi longsor, atau lempengan di dasar laut bergeser sehingga terjadi
tsunami, dan lain sebagainya.
Ya memang gempa bumi akan terjadi, tetapi bukan saja dalam hal yang
lahiriah. Gempa bumi yang terjadi nanti (goncangan yang terjadi di bumi ini
nanti) sumbernya bukan berasal dari lempengan yang bergeser, bukan berasal dari
gunung meletus, bukan berasal dari longsor hebat yang terjadi, banjir bandang,
dan lain sebagainya, bukan.
Goncangan yang terjadi di bumi adalah karena terjadinya pembukaan rahasia
firman, dan oleh karena pembukaan firman yang dahsyat ini, akhirnya penduduk
bumi digoncang. Inilah yang dimaksud gempa bumi yang dahsyat itu.
Sebab itu, mari kita lihat Amos 3.
Amos 3:4
(3:4) Mengaumkah seekor singa di hutan, apabila tidak
mendapat mangsa? Bersuarakah singa muda dari sarangnya, jika belum
menangkap apa-apa?
Ketika Tuhan berfirman bukanlah tanpa alasan, tetapi firman Allah yang
dinyatakan karena ada kesalahan yang terjadi di bumi sampai akhirnya penduduk
bumi digoncang oleh pembukaan firman, sebab Yesus adalah singa dari suku Yehuda.
Kalau sore ini hati kita tergoncang oleh berita Firman Allah yang kita
dengar, jangan bertahan dengan kekerasan hati, jangan bertahan dengan
kebodohan.
Amos 3:8
(3:8) Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut?
Tuhan ALLAH telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?"
“Singa telah mengaum,
siapakah yang tidak takut?”
Kalau hari ini kita mendapatkan pernyataan dari Tuhan lewat pembukaan
firman Tuhan, kita akan mengalami rasa takut yang besar, karena mungkin kita
merasa berdosa. Tetapi kalau kita sudah mendengar pernyataan Tuhan, firman-Nya
sudah dibukakan, namun kita tidak bergeming, tidak mau berubah, ini berbahaya,
sudah dekat dengan kebinasaan, inilah nanti orang-orang yang akan mengalami
gempa bumi yang dahsyat.
“Tuhan ALLAH telah berfirman,
siapakah yang tidak bernubuat?”
Tugas dari seorang nabi adalah bernubuat. Artinya; membukakan rahasia firman Tuhan.
Kalau rahasia firman Tuhan tersingkap, maka segala yang terselubung itu akan
tersingkap, berarti; dosa dibongkar dengan tuntas.
Inilah yang dimaksud dengan gempa bumi yang dahsyat menggoncang penduduk
bumi. Kalau hari ini kita mendapat pernyataan dari Tuhan lewat pembukaan firman
Tuhan, lalu kita digoncang, maka menangislah, jangan kita berkeras hati, supaya
nanti Wahyu 11:13 tidak menimpa
kehidupan kita kelak. Menangislah supaya kita tidak mengalami goncangan yang
dahsyat nanti.
Wahyu 11:13-14
(11:13) Pada saat itu terjadilah gempa bumi yang
dahsyat dan sepersepuluh bagian dari kota itu rubuh, dan tujuh ribu orang
mati oleh gempa bumi itu dan orang-orang lain sangat ketakutan, lalu memuliakan
Allah yang di sorga. (11:14) Celaka
yang kedua sudah lewat: lihatlah, celaka yang ketiga segera menyusul.
Gempa bumi yang dahsyat ini merupakan celaka yang kedua, tetapi belum
berhenti sampai di situ sebab celaka yang ketiga segera menyusul. Berarti jika
seseorang tidak berubah pada goncangan yang kedua, maka ia akan menghadapi
gempa bumi (goncangan) yang dahsyat sebagai celaka yang ketiga.
Ayo, buka hati untuk digoncang firman Allah sore hari ini. Buka hati
lebar-lebar, jangan pertahankan kekerasan hati.
Jika terjadi pembukaan rahasia firman, maka semua rahasia yang terkandung
dalam hati tersingkap, dibukakan, dengan lain kata, dosa dibongkar dengan
tuntas, dan selanjutnya segera datang berdamai dengan Allah serta mengakui
segala kejahatan-kejahatan kita.
Betapa hikmat Tuhan dinyatakan sore ini, kita bersyukur tentunya, di mana
kita menikmati pelayanan kasih berisi pemberian.
Sebelum kita melihat celaka yang ketiga, sejenak kita melihat celaka yang
pertama kali terjadi, karena kalau ada celaka kedua, berarti sudah terlebih
dahulu melewati celaka yang pertama.
Kita lihat CELAKA YANG PERTAMA.
Wahyu 6:12-13
(6:12) Maka aku melihat, ketika Anak Domba itu membuka
meterai yang keenam, sesungguhnya terjadilah gempa bumi yang dahsyat dan
matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut dan bulan
menjadi merah seluruhnya bagaikan darah. (6:13) Dan bintang-bintang di langit berjatuhan ke atas bumi
bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah, apabila ia digoncang
angin yang kencang.
Terjadilah gempa bumi yang dahsyat, inilah celaka yang pertama itu.
Akibat celaka yang pertama:
1.
Matahari
menjadi hitam bagaikan karung rambut, arti rohaninya; masalah itu akan semakin
bertambah sukar dan semakin bertambah runyam, hidup juga semakin sulit sama
seperti karung rambut, jikalau orang tidak lagi menghargai kasih dari Allah Bapa. Matahari adalah gambaran dari
Allah Bapa, sedangkan tabiat dari Allah Bapa adalah kasih.
Ayo,
waktunya bagi kita sekarang untuk menghargai kasih Allah. Kalau tidak, pada
saat celaka pertama terjadi, maka lihatlah matahari menjadi hitam bagaikan
karung rambut; masalah semakin bertambah-tambah, tingkat kesulitan dari masalah
itu juga akan semakin bertambah-tambah, sehingga kehidupan manusia semakin
runyam dan makin kusut bagaikan karung rambut. Ayo, belajar menghargai kasih
Allah mulai dari sekarang.
2. Bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah, artinya; korban
akan semakin banyak berjatuhan jikalau tidak menghargai korban penebusan yang
dikerjakan oleh Yesus, Anak Allah, sehingga sebagai gambarannya ialah; bulan menjadi merah
seperti darah.
Mulai
sekarang, belajarlah untuk menghargai korban Kristus. Imam-imam yang dipercaya
untuk melayani; hargai korban Kristus. Kita bisa melayani Tuhan dan melayani
pekerjaan Tuhan itu semua karena darah salib Kristus.
Sekali
lagi: hargai korban Kristus. Jangan atur waktumu pas-pasan untuk mempersiapkan
segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan pelayanan. Kalau tidak
menghargai korban Kristus, maka bulan akan berubah menjadi darah. Jadi, jangan
anggap enteng.
3.
Bintang-bintang di
langit berjatuhan ke atas bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya
yang mentah, apabila ia digoncang angin yang kencang, arti rohaninya; banyak
hamba-hamba Tuhan atau pelayan-pelayan Tuhan atau orang-orang yang diurapi,
iman mereka akan berguguran oleh angin-angin pengajaran palsu. Mereka itu
adalah hamba-hamba Tuhan yang masih mentah, belum matang rohaninya, belum
dewasa rohaninya.
Biasanya
kalau buah masih mentah, biar digoncang, ia tetap kuat, tetapi rupanya kalau
kerohanian hamba Tuhan belum dewasa, manakala nanti angin-angin pengajaran
palsu menggoncang, maka akan berguguran, imannya akan gugur. Oleh sebab itu,
bersyukurlah kalau kita semua didewasakan, sehingga iman kita semakin bertumbuh
dan dewasa.
Hari-hari
ini setan sedang memutarbalik fakta, sedang mengobrak-abrik gereja Tuhan.
Cara-cara dunia sudah dibawa masuk ke dalam gereja; sementara yang khotbah
bukan lagi gembala, melainkan mengundang artis-artis untuk berkhotbah. Apa
pengertian seorang artis? Bagaimana saudara melihat (menonton) adegan-adegan mereka di Televisi?
Mungkinkah kehidupan semacam ini bisa meluruskan sidang jemaat? Setan sedang
merusak gereja Tuhan. Hati-hati.
Kalau
kita tidak mengerti firman, memang mudah sekali dibodoh-bodohi. Setan itu
memiliki segudang alasan untuk memutar balik fakta, tetapi kalau kita sudah sampai pada tingkat yang dewasa; tidak mudah digoncang oleh setan maupun cara-cara dunia.
Tetaplah menjadi
bintang di langit, itulah hamba Tuhan, yakni; orang-orang bijaksana atau kehidupan yang diurapi. Jangan mau
dipengaruhi oleh situasi kondisi apa pun.
Kalau ada celaka kedua, berarti ada celaka pertama. Celaka yang pertama
sudah kita lihat dan celaka yang kedua juga sudah kita lihat. Sekarang kita
akan melihat CELAKA YANG KETIGA.
Wahyu 16:18
(16:18) Maka memancarlah kilat dan menderulah bunyi guruh,
dan terjadilah gempa bumi yang dahsyat seperti belum pernah terjadi sejak
manusia ada di atas bumi. Begitu hebatnya gempa bumi itu.
Lihat, “memancarlah kilat dan
menderulah bunyi guruh, dan terjadilah gempa bumi yang dahsyat seperti
belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi. Begitu hebatnya gempa bumi
itu”, inilah celaka yang ketiga dan yang terakhir untuk menghancurkan
langit bumi dan segala isinya, semua akan berlalu (tidak akan terlihat lagi
nanti).
Akibat gempa bumi yang dahsyat sebagai celaka yang ketiga ini dapat kita
lihat pada ayat berikutnya, yaitu pada Wahyu
16:19-21. Tetapi pada kesempatan sore hari ini, saya tidak akan
menerangkannya, karena jika Tuhan kehendaki, kita akan terus melangkah sampai
kepada Wahyu pasal 16.
Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Tuhan Yesus baik menyatakan kasih-Nya bagi kita.
Biasanya orang Kristen kalau diberkati baru berkata: Tuhan Yesus baik, padahal jauh lebih dari pada itu, maksudnya ada
berkat yang lebih dari pada itu, yaitu keselamatan lewat pengudusan oleh
Pengajaran Firman Allah.
Ayo, biarlah kita semakin bijaksana, berpikir jauh ke depan, jangan
berpikir pendek. Jangan karena sesuap nasi jadi lupa Tuhan, jangan karena
sesuap nasi jadi lupa ibadah, jangan karena pekerjaan jadi lupa ibadah. Jangan
ganti Tuhan Yesus dengan kedudukan jabatan pekerjaan, sebab Yesus Tuhan adalah
Juruselamat manusia.
Setelah Tuhan memperkenalkan gempa bumi yang dahsyat dari celaka yang
pertama, kedua dan ketiga, sekarang kita akan melihat akibat gempa bumi yang
dahsyat atau celaka yang kedua.
Akibat celaka yang kedua.
Wahyu 11:13
(11:13) Pada saat itu terjadilah gempa bumi yang dahsyat
dan sepersepuluh bagian dari kota itu rubuh, dan tujuh ribu orang mati oleh
gempa bumi itu dan orang-orang lain sangat ketakutan, lalu memuliakan
Allah yang di sorga.
Akibat gempa bumi yang dahsyat atau celaka yang kedua:
1.
Sepersepuluh
bagian dari kota itu rubuh.
2.
Tujuh
ribu orang mati oleh gempa bumi yang dahsyat.
Tetapi, orang-orang lain yang sangat ketakutan akan
peristiwa celaka yang kedua itu, mereka memuliakan Allah yang di sorga.
Sore ini kita telah mendapat pernyataan dari Tuhan lewat pembukaan rahasia
firman, ayat demi ayat dijelaskan demikian rupa, membuat kita menjadi takut? Kalau kita mau menjadi suatu kehidupan yang sangat takut
setelah mendapatkan pernyataan dari Tuhan, mari muliakanlah Tuhan.
Banyak kali manusia hanya menyenangkan hati manusia, tetapi lupa
menyenangkan hati si Pencipta, sang Khalik, sumber berkat.
Kalau saat ini, hati kita tergoncang, ayo, biarlah kita datang dengan rasa
takut dan gemetar, dan berkata: Ampuni
saya, Tuhan. Muliakanlah Dia.
Mulai sore ini, cara kita memuliakan Dia harus lebih dari hari-hari yang
lalu. Mungkin sudah memuliakan Tuhan di hari-hari yang lalu, tetapi setelah
kita digoncang sore ini, kita menjadi suatu kehidupan yang takut, apa tandanya?
Muliakanlah Tuhan. Akui segala kekurangan di masa lalu. Jangan ulangi lagi.
Inilah kitab Wahyu, ungkapan sorgawi kepada kandang penggembalaan
GPT “BETANIA” Serang & Cilegon. Tidak mudah Tuhan menyatakan
isi hati yang dalam itu, kalau bukan dari kerinduan kita untuk mendapatkan
kemurahan Tuhan.
Persamaan dari ayat ini.
Matius 27:50-54
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan
nyawa-Nya. (27:51) Dan lihatlah,
tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa
bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, (27:52)
dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.
(27:53) Dan sesudah kebangkitan
Yesus, mereka pun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan
menampakkan diri kepada banyak orang. (27:54)
Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat
takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu
berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."
Judul dari ayat ini adalah “Yesus
mati”.
Untuk siapa Yesus mati? Jawabnya adalah: untuk orang berdosa. Siapa orang
berdosa itu? Yesus mati bukan untuk diri-Nya, sebab Dia adalah manusia rohani.
Yesus mati untuk saya, dan untuk saudara.
-
Ayat
50, Yesus menyerahkan nyawa-Nya, berarti; mati.
-
Ayat
51, “terjadilah gempa bumi.”
-
Ayat
52, setelah Yesus mati, selanjutnya hari ketiga Yesus bangkit.
-
Ayat
53, “masuk ke kota kudus dan
menampakkan diri kepada banyak orang”, berarti; dipermuliakan. Kota kudus,
itulah Yerusalem baru, mempelai Tuhan, dipermuliakan.
Selanjutnya ayat 54 ...
“Kepala pasukan dan
prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika
mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi ...” Prajurit,
tentara Romawi, bukan orang Yahudi, mereka ini adalah orang Itali, bangsa kafir
-- sama seperti bangsa Indonesia yang adalah bangsa kafir -- menjadi suatu
kehidupan yang sangat takut.
“ ... Lalu berkata:
"Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah." Singkatnya, kepala
prajurit memuliakan Tuhan karena kehidupannya adalah suatu kehidupan yang takut
Tuhan, dimulai dari gempa bumi yang dahsyat.
Ayo, sore ini Tuhan menggoncang hati kita lewat pembukaan firman, ayat
menjelaskan ayat, bagaikan gempa bumi yang dahsyat. Lebih baik gempa bumi yang
dahsyat terjadi hari ini dan kita menjadi takut Tuhan, dari pada gempa bumi
yang dahsyat terjadi itulah celaka yang pertama, kedua, ketiga yang berujung
binasa. Selagi hari masih siang, selagi masih ada kesempatan untuk berubah,
maka berubahlah.
Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut... Amos 3:8. Yesus
adalah singa dari suku Yehuda, telah berfirman lewat sengsara salib, sehingga
kepala pasukan menjadi takut dan memuliakan Allah.
Kalau memang lewat pembukaan firman hari ini terjadi bagaikan gempa bumi yang
dahsyat, biarlah kita menjadi suatu kehidupan yang takut akan Tuhan, sehingga
dengan takut Tuhan maka kita datang memuliakan Allah di sorga, dan mengakui,
seperti kepala prajurit berkata: “Sungguh,
Ia ini adalah Anak Allah.”
Mengaku Yesus yang benar, saya yang salah. Isteriku yang benar, saya yang
salah. Suamiku yang benar, saya yang salah. Orang tua yang benar, saya yang
salah. Anakku yang benar, saya yang salah. Berarti; Tuhan saja yang benar.
Pendeknya, Tuhan dipermuliakan.
Kita berdoa, supaya kita bisa melihat di minggu yang akan datang tentang sepersepuluh
bagian dari kota itu rubuh dan tujuh ribu orang mati oleh
gempa bumi yang dahsyat, tetapi yang pasti; ada orang lain yang takut akan
Tuhan setelah terjadi gempa bumi itu.
Sore ini ada gempa bumi terjadi, yaitu pembukaan firman yang rahasianya
dibukakan menggoncang kehidupan kita (hati kita), supaya menjadi suatu kehidupan yang takut
akan Tuhan, tandanya; mau memuliakan Tuhan, Allah Bapa di sorga, seperti
pengakuan dari kepala prajurit: “Ia ini
adalah Anak Allah”, Dia yang benar, saya yang salah.
Berapa banyak kita menikam lambung Yesus? berapa kali kita menyalibkan
Yesus? Jawabnya, tidak terhingga.
Ayo, sore ini adalah kesempatan bagi kita. Jangan sampai kita bertemu
dengan gempa bumi yang dahsyat sebagai celaka yang pertama, celaka yang kedua
dan celaka yang ketiga. Lebih baik saat ini gempa bumi terjadi (hati digoncang Firman)
Kalau memang kita sudah melihat gempa bumi ini, ayo, harus menjadi suatu
kehidupan yang takut Tuhan, apa tandanya? Datang memuliakan Tuhan. Mulai sore
hari ini, muliakanlah Tuhan lebih dari waktu-waktu yang lalu. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment