IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 30 JANUARI 2020
KITAB RUT
(Seri: 79)
Subtema: PELAYANAN KASIH BERISI
PEMBERIAN SUPAYA ADA UCAPAN SYUKUR
Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, oleh karena kasih
dan kemurahan-Nya, kita diijinkan untuk bersekutu dengan firman, bersekutu
dengan tubuh dan darah-Nya lewat perjamuan suci malam ini.
Saya juga tidak lupa menyapa umat Tuhan, anak-anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan
yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet Youtube, Facebook di mana pun anda
berada.
Selanjutnya mari kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman
Alkitab disertai dengan perjamuan suci dari KITAB RUT.
Rut 2:18-19
(2:18) Diangkatnyalah itu, lalu masuklah ia ke kota.
Ketika mertuanya melihat apa yang dipungutnya itu, dan ketika dikeluarkannya
dan diberikannya kepada mertuanya sisa yang ada setelah kenyang itu, (2:19) maka berkatalah mertuanya
kepadanya: "Di mana engkau memungut dan di mana engkau bekerja hari
ini? Diberkatilah kiranya orang yang telah memperhatikan engkau
itu!" Lalu diceritakannyalah kepada mertuanya itu pada siapa ia bekerja,
katanya: "Nama orang pada siapa aku bekerja hari ini ialah Boas."
Dari apa yang sudah kita baca, di sini kita melihat: Rut membawa hasil tuaian
dari ladang, lalu memberikannya kepada Naomi, mertuanya itu, menunjukkan bahwa;
Rut berada di dalam kelimpahan. Tanda kelimpahan; dapat berbagi dengan orang
lain seperti Rut ia berbagi dengan Naomi, mertuanya itu.
Reaksi Naomi terhadap pemberian itu:
1.
Naomi bertanya kepada Rut.
2.
Naomi memberi pernyataan atau mengungkapkan isi
hatinya.
Kita akan memperhatikan kedua perkara di atas, dimulai dari hal: PERTANYAAN NAOMI.
Pertanyaan Naomi ialah: “Di mana
engkau memungut dan di mana engkau bekerja hari ini?”
Pertanyaan ini menunjukkan bahwa Naomi sangat terheran-heran melihat hasil
yang diberikan oleh Rut kepadanya.
2 Korintus 9:5-7
(9:5) Sebab itu aku merasa perlu mendorong
saudara-saudara itu untuk berangkat mendahului aku, supaya mereka lebih dahulu
mengurus pemberian yang telah kamu janjikan sebelumnya, agar nanti tersedia
sebagai bukti kemurahan hati kamu dan bukan sebagai pemberian yang dipaksakan. (9:6) Camkanlah ini: Orang yang menabur
sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak,
akan menuai banyak juga. (9:7) Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan
hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah
mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
Perlu untuk kita ketahui bersama-sama:
1.
Siapa yang
menabur sedikit akan menuai sedikit juga dan siapa yang menabur banyak akan
menuai banyak juga.
2.
Hendaklah
masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, maksudnya; jangan
dengan sedih hati dan jangan memberi dengan terpaksa.
Tanda kelimpahan; kita dapat berbagi dengan orang lain, teramat lebih di
tengah ibadah dan pelayanan ini. Tetapi kita memberi harus dengan menurut
kerelaan hati, maksudnya;
-
Jangan dengan sedih hati.
-
Jangan dengan terpaksa.
Pertanyaannya: Mengapa harus dengan kerelaan hati?
Jawabnya: Sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan
sukacita. Allah mengasihi orang yang memberi dengan kerelaan hati.
Ada sedikit perbedaan cara orang berbagi di dalam Tuhan dengan cara orang
berbagi di luar Tuhan.
-
Berbagi di luar
Tuhan; dia akan berbagi karena mencari nama, untuk mencari pujian dan hormat,
supaya terlihat keberadaannya sebagai orang yang rendah hati, lemah lembut,
intinya supaya terlihat keberadaannya sebagai orang yang baik.
-
Berbagi di dalam
Tuhan; pasti dia berbagi karena salib, karena sukacita, karena kasih Mempelai
(kerelaan).
Dahulu sewaktu saya di luar Tuhan, saya suka pamer-pamer; tiba-tiba
langsung traktir orang, tiba-tiba suka berbagi, tetapi sebetulnya bukan karena
kasih Mempelai. Tetapi sekarang saya jauh lebih mengerti untuk apa saya berbagi
dan untuk apa saya melakukan itu sekarang. Itulah tanda kedewasaan seseorang di
dalam mengikuti Tuhan.
Kembali saya tandaskan: Mengapa harus dengan kerelaan hati? Jawabnya: Sebab
Allah mengasihi orang yang memberi dengan
sukacita, orang yang memberi dengan kerelaan hati. Berarti, orang yang
memberi (berbagi) dalam Tuhan, orang yang memberi (membagi) dengan kerelaan
hati adalah orang yang memiliki dan merasakan kasih Mempelai, bukan karena
supaya dia disebut orang baik.
Kita akan melihat PERSAMAAN dari jawaban ini.
2 Korintus 9:8
(9:8) Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih
karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala
sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
Tadi kita sudah memperhatikan; mengapa harus berbagi dengan kerelaan hati?
Sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Kemudian,
persamaannya pada ayat 8 ini, di
sini dikatakan: Allah sanggup melimpahkan
segala kasih karunia kepada kita.
Kasih karunia = kemurahan = yang tidak layak menjadi layak.
Jadi, mari kita berbagi dengan cara yang bijaksana, berbagi karena kita
memiliki kasih Mempelai. Jangan kita berbagi dengan cara-cara yang lain,
misalnya; berbagi karena ada kepentingan-kepentingan, itu tidak akan
bermanfaat, tidak akan mendatangkan keuntungan, melainkan merugikan diri
sendiri.
Ingat: Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kita, sebab
itu jangan berhitung-hitung. Kalau kita memang memiliki kasih yang limpah, maka
kita akan berbagi oleh karena kasih Mempelai.
Allah mengasihi orang
yang memberi dengan sukacita. Persamaannya adalah Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kita. Tujuan
dari kelimpahan kasih karunia adalah supaya kita senantiasa berkecukupan di
dalam segala sesuatu, bahkan berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
Jadi, dengan kita memperoleh pengertian semacam ini, tentu kita tidak akan
lagi berhitung-hitung di dalam hal berbagi, di dalam hal mengerti tentang
pekerjaan Tuhan, tetapi mari kita berhitung-hitung di dalam berbagi kepada yang
bukan pekerjaan dari pada Tuhan, supaya kita jangan dirugikan.
Sebab itu, memang, kalau kita sudah di dalam Tuhan, kita perlu menyingkir
dari perasaan manusia daging, supaya kita bisa mengerti kepada siapa kita
berbagi, kepada siapa kita melakukan hal-hal supaya nama Tuhan dipermuliakan.
Perlu kita menyingkir dari perasaan manusia daging ini, supaya kita jangan
salah dalam hal berkorban kepada Tuhan.
Sekali lagi saya tandaskan: Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia
kepada kita, kemudian tujuan dari kasih karunia itu supaya kita senantiasa
berkecukupan dalam segala sesuatu, tidak berhenti sampai di situ, bahkan supaya
kita berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
Itulah penjelasan tentang pertanyaan Naomi kepada Rut, yaitu “Di mana engkau memungut dan di mana engkau
bekerja hari ini?”
Sekarang kita akan melihat tentang: PERNYATAAN
(PERKATAAN) NAOMI.
Setelah Naomi bertanya, selanjutnya ia berkata: “Diberkatilah kiranya orang yang telah memperhatikan engkau itu!”
Dari pernyataan atau ungkapan Naomi tersebut, terlihat ucapan syukur
yang sangat mendalam atau ucapan terima kasih kepada Tuhan terucap dari
mulut Naomi, mertua Rut.
Memang, kalau kita sudah merasakan bagaimana kasih karunia itu limpah dalam
setiap kehidupan kita, tanpa sadar, dengan otomatis dari mulut ini keluar
ucapan syukur yang sangat mendalam, dan ucapan terima kasih setinggi-tingginya
kepada Tuhan.
Naomi adalah seorang ibu. Ibu adalah gambaran dari seorang gembala. Gembala
yang memberi pimpinan yang baik, teladan yang baik, perlu diikuti pimpinannya,
perlu diikuti contoh teladan yang diberikannya, termasuk di dalam hal mengucap
syukur yang sangat mendalam, serta berterima kasih kepada Tuhan yang sangat
tinggi.
2 Korintus 9:9-11
(9:9) Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia
memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya." (9:10) Ia yang menyediakan benih
bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan
benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu;
(9:11) kamu akan diperkaya
dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur
kepada Allah oleh karena kami.
Tuhan yang menyediakan benih bagi penabur -- bagi kita, bagi saya dan
saudara --, sekaligus menumbuhkan buah-buah kebenaran, yaitu diperkaya dalam
segala macam kemurahan hati. Dan oleh kemurahan hati itu, akan membangkitkan
syukur yang dalam dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Allah.
Demikian halnya jemaat di Korintus mengucap syukur yang mendalam oleh
karena pelayanan Rasul Paulus berbagi kasih kepada sidang jemaat di Korintus,
sehingga sidang jemaat di Korintus ini mengucap syukur dan berterima kasih
kepada Tuhan.
Jangan kita lupa mengucap syukur dan berterima kasih. Ingat latar belakang
kita sebelum kita dipanggil (di dalam Tuhan). Bukankah kita ini bangsa kafir,
bangsa yang dahulu hidup jauh dari Allah, yang tidak mengenal Tuhan, tidak
mengenal ibadah, tidak mengenal pelayanan, tidak mengenal pengajaran Mempelai
dan tidak digembalakan oleh pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel?
Tetapi setelah Tuhan limpah kasih karunia, menyediakan benih kepada penabur
(kepada kita), serta menyediakan roti untuk dimakan, lalu di situ kita mengucap
syukur yang dalam dan mengucap terima kasih setinggi-tingginya kepada Tuhan. Mengucap
syukur itu angkat dua tangan, bukan mengepal dua tangan.
Ingat keberadaan kita dahulu, belajarlah berterima kasih kepada Tuhan. Kita
bukan siapa-siapa, kita ini bangsa kafir saja; hina, miskin, papah, orang yang
terbuang. Dan kalau kita sudah menerima kelimpahan kasih karunia, maka
selayaknya kita mengucap syukur yang dalam, jangan lagi berbagi oleh karena
perasaan yang bodoh.
Kembali saya tandaskan: Oleh karena kemurahan hati Tuhan; membangkitkan
syukur dan ucapan terima kasih setinggi-tingginya kepada Allah.
2 Korintus 9:12
(9:12) Sebab pelayanan kasih yang berisi
pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang
kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah.
Perhatikan kalimat; “Sebab pelayanan
kasih yang berisi pemberian ini ...” Pelayanan kasih itu tentu isinya
adalah pemberian. Tuhan beri banyak kemurahan kepada kita. Tuhan berikan
pembukaan firman, itu merupakan kemurahan yang besar bagi kita. Jangan sampai
kita lupa kepada si Pemberi.
Kita bersyukur mengerti firman Pengajaran Mempelai, siapa yang memberikan?
Tuhan Yesus. Jangan lupa kepada si Pemberi.
Jangan tiba-tiba ajak orang lain ke mall,
ajak orang lain makan-makan, sementara lupa akan pekerjaan Tuhan, lupa kepada
si Pemberi. Dari firman ini, kita harus lebih dewasa lagi. Jangan lagi hidup
menurut perasaan manusia daging, sebab itulah yang membuat kita gagal selama
ini.
Kita diberkati karena Tuhan yang memberi. Kita mendapat pekerjaan karena
Tuhan yang memberi. Kita mendapat gaji karena Tuhan yang memberi, kemudian
tambah tahun gaji juga semakin bertambah, itu karena Tuhan yang memberi, dan
kalau Tuhan tutup pun bisa.
Ayo, belajar seperti Rut yang adalah bangsa kafir, tetapi ia bijaksana,
mengerti apa yang dia kerjakan, dia tidak membawa perasaannya. Sebelum di dalam
Tuhan memang banyak kebodohan, tetapi sekarang sudah seharusnya bijaksana
setelah di dalam Tuhan.
Bukankah lewat pelayanan kasih ini kita dapat menikmati pemberian dari
Tuhan? Lalu mengapa kita menjadi lupa kepada si Pemberi?
Pelayanan kasih yang berisi pemberian, “Bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan orang-orang kudus, tetapi juga
melimpahkan ucapan syukur kepada Allah”, dan ucapan terima kasih kepada
Tuhan setinggi-tingginya.
Itulah pemberian yang disertai dengan kerelaan, itulah pemberian yang
disertai dengan sukacita.
2 Korintus 9:13
(9:13) Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam
pelayanan itu, mereka memuliakan Allah karena ketaatan kamu dalam
pengakuan akan Injil Kristus dan karena kemurahan hatimu dalam membagikan
segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang,
Tadi kita sudah memperhatikan; Allah memberikan benih kepada penabur,
sehingga ditumbuhkanlah buah kebenaran -- salah satunya adalah kemurahan hati
-- di dalam hati kita. Dan kalau kita hidup dengan murah hati di tengah ibadah
dan pelayanan, maka orang lain juga akan
turut memuliakan Tuhan Allah.
Dalam penggembalaan ini, kita terkoreksi, kita diluruskan sebagai tanda
perhatian-Nya. Kalau ada yang salah, yang bengkok, kita diluruskan, bukankah
itu baik? Kalau yang bengkok diluruskan, apakah kita harus marah-marah?
Belajarlah bijaksana. Jangan bawa perasaan manusia daging, supaya kita mengerti
isi hati Tuhan.
Bukankah Tuhan yang memberi benih? Tuhan memberi benih kasih Mempelai,
Tuhan memberi benih firman Tuhan, Tuhan memberi benih Roh Tuhan,
sehingga tumbuhlah buah-buah kebenaran, salah satunya adalah kemurahan hati,
dan lewat kemurahan hati inilah kita berbagi, maka orang lain turut memuliakan
Tuhan.
Tetapi harus dengan cara Tuhan, jangan dengan cara perasaan manusia daging.
Kalau dengan cara perasaan manusia daging nanti manusia yang dimuliakan, bukan
Tuhan yang dimuliakan. Tetapi kalau dengan cara Tuhan, maka Tuhan yang
dimuliakan.
Pelayanan kasih itu berisi pemberian. Kita sudah banyak menerima dari
kemurahan Tuhan. Oleh sebab itu, jangan lupa kepada si Pemberi, supaya nama
Tuhan yang dimuliakan.
Kita kembali membaca Rut 2.
Rut 2:19
(2:19) maka berkatalah mertuanya kepadanya: "Di mana
engkau memungut dan di mana engkau bekerja hari ini? Diberkatilah kiranya orang
yang telah memperhatikan engkau itu!" Lalu diceritakannyalah kepada
mertuanya itu pada siapa ia bekerja, katanya: "Nama orang pada siapa aku
bekerja hari ini ialah Boas."
Lalu diceritakannyalah
kepada mertuanya itu pada siapa ia bekerja, katanya: "Nama orang pada
siapa aku bekerja hari ini ialah Boas." Singkatnya: Rut bekerja
di ladang Boas. Hal tersebut diberitahukannya untuk menjawab pertanyaan Naomi,
mertuanya itu.
Biarlah kiranya kita senantiasa berada di ladang Tuhan dan jangan kita
pergi membawa hidup kita ini ke ladang yang lain, sebab Boas rohani, menunjuk;
pribadi Tuhan Yesus Kristus.
Rut 2:8
(2:8) Sesudah itu berkatalah Boas kepada Rut:
"Dengarlah dahulu, anakku! Tidak usah engkau pergi memungut jelai ke
ladang lain dan tidak usah juga engkau pergi dari sini,
tetapi tetaplah dekat pengerja-pengerjaku perempuan.
Kalau saat ini kita berada di ladang Tuhan, tentu karena kemurahan Tuhan.
Kalau kita dipercaya untuk melayani di tengah ibadah pelayanan dalam kandang
penggembalaan -- yang disebut ladang Tuhan --, itu semua adalah karena
kemurahan Tuhan.
Banyak di antara kita yang tidak menyadari kalau akhirnya saat ini berada
di ladang Tuhan, lebih lebih lagi kita digembalakan oleh Pengajaran Mempelai
dalam Terang Tabernakel. Dahulu kita tidak menyadari itu semua.
Boas berkata kepada Rut: “ ... Tidak
usah engkau pergi memungut jelai ke ladang lain dan tidak usah juga engkau
pergi dari sini ...” Artinya; biarlah kita senantiasa bekerja di ladang
Tuhan dan jangan kita membawa diri kita kepada ladang yang lain.
Ladang yang lain, antara lain;
1.
Ladang dunia.
2.
Ladang si pemalas.
Karena kedua ladang tersebut (ladang dunia dan ladang si pemalas) hanya
menghasilkan onak dan duri. Onak dan duri inilah yang selalu menusuk dengan
tajam dan menyakiti hati gereja Tuhan, sebab itu jangan kita pergi ke ladang
lain.
Biarlah kita terus bertahan di ladang Tuhan sampai Tuhan datang pada kali
yang kedua sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga di dalam kemuliaan dan
kesempurnaan-Nya, di situ kita boleh merasakan sukacita, damai sejahtera dan
kebenaran. Kita tidak akan mungkin tersakiti oleh onak dan duri karena di
ladang Tuhan tidak ada onak dan duri, tetapi di ladang lain akan tumbuh onak
dan duri yang menusuk dan menyakiti hati gereja Tuhan. Itu harus dicamkan.
Ayo, siapa pun kita, tetaplah bertahan di ladang Tuhan, karena kalau berada
di ladang lain onak dan duri akan menusuk dengan tajam, menyakiti hati kita
masing-masing.
Jangan mau tersakiti oleh karena kebodohan, tetapi kalau kita memang harus
mengalami sengsara karena salib, aniaya karena firman, itu adalah kasih
karunia... 1 Petrus 2:19-20.
KITA AKAN MELIHAT LADANG DUNIA DAN LADANG SI PEMALAS YANG SELURUHNYA
DITUMBUHI OLEH ONAK DAN DURI.
Keterangan: LADANG SI PEMALAS.
Ladang si pemalas seluruhnya ditumbuhi oleh onak dan duri, sehingga
datanglah;
1.
Kemiskinan seperti seorang
penyerbu.
2.
Kekurangan seperti orang yang
bersenjata.
Pendeknya: Kalau berada di ladang si pemalas maka akan dikepung dan
mengalami ancaman maut sampai seseorang tidak berdaya.
Amsal 24:30
(24:30) Aku melalui ladang seorang pemalas dan
kebun anggur orang yang tidak berakal budi.
Dalam perumpamaan
tentang talenta, si pemalas disebut orang jahat. Jikalau
dikaitkan dengan ladang, si pemalas disebut orang yang tidak berakal budi.
Jadi;
-
Orang malas pasti jahat.
-
Orang malas pasti tidak berakal budi, tidak memiliki
hikmat.
Amsal 24:31
(24:31) Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya
tertutup dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh.
Inilah ladang si pemalas: “temboknya
sudah roboh”, artinya; tidak ada perlindungan dan penjagaan dari Tuhan,
sehingga bebas dimasuki (dilalulalangi) oleh binatang buas.
Binatang buas, menunjuk; hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang
jahat.
Amsal 24:32-33
(24:32) Aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku
melihatnya dan menarik suatu pelajaran.
(24:33) "Tidur sebentar lagi, mengantuk
sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring,"
Tuhan sudah memperlihatkan semua itu, ayo, tariklah pelajaran yang baik.
Kalau kita sudah melihat ladang si pemalas, maka dapatlah kita mengambil suatu
kesimpulan, yaitu; “Tidur sebentar lagi,
mengantuk sebentar lagi”, seharusnya yang benar adalah mengantuk dulu lalu
tidur, tetapi di sini kita melihat si pemalas tidur lalu mengantuk. Kemudian si
pemalas itu “melipat tangan sebentar lagi”,
artinya; tidak mengerti bekerja, hanya melipat tangan saja.
Jadi, ciri si pemalas: Tidur sebentar
lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal
berbaring, itu saja pekerjaannya.
Kalau dalam Amsal 26:14
dikatakan: “Seperti pintu berputar pada
engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya.” Jadi, zona si
pemalas itu hanya seputar tempat tidur saja, itu zona si pemalas, tidak lebih
tidak kurang.
Maka, seorang pelayan Tuhan, kalau ada kekurangan di bidang apa pun sesuai
karunia jabatan yang dipercayakan oleh Tuhan, pelajari terus di rumah. Jangan
tidur, mengantuk, melipat tangan untuk berbaring lagi (ditumbuhi onak dan
duri).
Onak dan duri, itulah yang menyakiti dan menusuk dengan tajam. Kalau berani
menusuk hati Tuhan pasti berani menusuk hati orang lain.
Amsal 24:34
(24:34) maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu,
dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.
Datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang
yang bersenjata. Demikianlah si pemalas dikepung dan mengalami ancaman sampai
tidak berdaya lagi. Tidak ada orang miskin dan orang yang kekurangan memiliki
kuasa. Orang miskin dan orang kekurangan itu tidak berdaya.
Kita patut bersyukur dan berterima kasih kepada Allah kita, karena kita
diijinkan untuk berada di ladang Tuhan. Itu adalah kemurahan yang luar biasa,
kemurahan yang tiada taranya karena kehidupan kita bebas dari onak dan duri.
Saya berharap: Setiap kali mendapatkan pernyataan dari Tuhan, kiranya
tanggap, langsung dipegang dengan erat, jangan dilepaskan sampai firman itu
mendarah daging.
Keterangan: LADANG DUNIA.
Demikian juga ladang dunia menghasilkan onak dan duri.
Yang Pertama.
Kejadian 3:17-18
(3:17) Lalu firman-Nya kepada manusia itu: "Karena
engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang
telah Kuperintahkan kepadamu: Jangan makan dari padanya, maka terkutuklah
tanah karena engkau; dengan bersusah payah engkau akan mencari rezekimu
dari tanah seumur hidupmu: (3:18) semak
duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan
tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu;
Sepintas tentang: “Karena engkau
mendengarkan perkataan isterimu ...”
Mendengar perkataan isteri, berarti; Adam tidak taat kepada firman.
Bukankah firman itu pertama-tama diberikan kepada Adam, bukan kepada Hawa?
Sebelum Hawa ada, firman itu sudah dinyatakan kepada Adam, lalu dibentuklah
Hawa -- karena binatang tidak layak menjadi penopang di tengah ibadah dan
pelayanan --. Tetapi rupanya seiring berjalannya waktu, akhirnya Adam dan Hawa
jatuh ke dalam dosa, sebab mereka melanggar hukum Allah, mereka tidak
taat kepada firman Tuhan.
Adam mendengarkan perkataan isterinya, menunjukkan bahwa Adam tidak taat
kepada firman.
Perintah itu pertama-tama diberikan kepada Adam, kok akhirnya dia lebih mendengarkan suara isteri dari pada
mendengarkan perintah Tuhan, singkatnya; dia tidak taat kepada perintah Tuhan.
Maka timbul pertanyaan; apakah Adam ini tunduk di bawah ketiak isteri atau Adam
terlalu sayang kepada isterinya sehingga lupa kepada Tuhan, dengan kata lain;
isteri menjadi berhala???
Kita harus tahu susunan siapa yang jadi kepala, sesuai dengan 1 Korintus 11; Allah, Kristus, suami,
isteri, anak.
“... Semak duri dan rumput duri yang akan
dihasilkannya bagimu dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu”, inilah ladang
dunia yang menghasilkan semak duri dan rumput duri.
Kesimpulannya; rumput duri (semak duri, onak duri), itu menunjukkan ketidaktaatan Adam kepada Tuhan.
Itulah ladang dunia; tidak taat kepada firman. Lihat saja orang dunia,
tidak taat kepada firman.
Intinya; kalau tidak tergembala maka binasa. Jadi, jangan kita beralasan: Tidak perlu ke gereja, yang penting hati
kita, Pak Pendeta. Tidak pernah ke gereja, bagaimana bisa memberikan hati
kepada Tuhan dan bagaimana bisa mengenal hati Tuhan? Lebih lebih lagi, harus
tergembala, sebab Yesus adalah Gembala Agung, Dia pemelihara jiwa. Jiwa selamat
kalau tergembala.
Tidak tergembala, hanya sekedar datang ibadah rutinitas karena disebut
Kristen lahiriah, maka tidak akan selamat. Jadi, harus tergembala. Dalam
injil Yohanes 10, kalau domba tergembala:
1.
Dengar-dengaran kepada gembala, itulah keberhasilan.
2.
Mengikuti gembala, berarti; tidak
mengikuti cara dunia, tidak mengikuti kata hati, tidak mengikuti roh jahat dan
roh najis.
Tergembala, berarti; tekun tiga macam ibadah pokok, sebab itulah gambaran
dan bayangan dari apa yang ada di sorga.
Pola Tabernakel itu merupakan gambaran dan bayangan dari tata cara ibadah
pelayanan di sorga, dan apa yang terikat di bumi, terikat di sorga ... Ibrani 8:5.
Yang Kedua.
Markus 4:18-19
(4:18) Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak
duri, itulah yang mendengar firman itu, (4:19) lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan
keinginan-keinginan akan hal yang lain masuklah menghimpit firman itu sehingga
tidak berbuah.
Ladang dunia menghasilkan onak dan duri, itulah kekuatiran dunia
ini. Inilah yang menyakiti hati Tuhan dan menyakiti diri sendiri; kekuatiran
itu bagaikan duri yang menusuk, itu sangat menyakiti.
Jadi, onak dan duri ini betul-betul menyakiti, menusuk dan merugikan gereja
Tuhan.
Dahulu kekuatiran saya begitu luar biasa; kuatir tidak makan, kuatir tidak
minum, kuatir tidak ada pakaian, kuatir akan masa depan. Itulah ladang dunia.
Pendeknya, tidak ada orang dunia yang tidak hidup di dalam kekuatiran.
Semua orang dunia kuatir. Walaupun dia memiliki harta, kekayaan, uang yang
banyak, emas dan perak, kedudukan dan jabatan yang tinggi, tetap dilanda
kekuatiran, seperti duri yang menusuk.
Tetapi setelah di dalam Tuhan; segala kekuatiran tidak nampak lagi.
Bukankah hidup kita lebih indah di dalam Tuhan?
Matius 6:25-27
(6:25) "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir
akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum,
dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai.
Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh
itu lebih penting dari pada pakaian? (6:26) Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak
menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam
lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga.
Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? (6:27) Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya
dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?
Jangan kuatir akan hidup. Jangan juga kuatir akan tubuh.
Mengapa?
-
Karena hidup lebih penting dari apa yang akan kita
makan dan apa yang akan kita minum.
-
Kemudian, tubuh juga lebih penting dari apa yang
akan kita pakai.
Jangan kuatir dengan hidup. Jangan kuatir dengan tubuh. Mari kita belajar
memandang burung-burung di langit, artinya; belajar untuk terus mengarahkan
pandangan dan perhatian kita kepada perkara di atas (perkara rohani) bukan lagi
perkara di bawah (perkara lahiriah). Mari kita senantiasa memperhatikan ibadah
pelayanan, kegiatan-kegiatan Roh yang ada di dalamnya, itu saja yang harus kita
perhatikan.
Lihat burung di udara; “Tidak menabur dan tidak menuai, juga tidak
mengumpulkan bekal dalam lumbung”, namun diberi makan (dipelihara) oleh
Bapa di sorga, lebih lagi manusia, ciptaan-Nya yang paling mulia dari semua
ciptaan Allah.
Tinggal perhatikan perkara di atas saja. Jangan sibuk dan melulu
memperhatikan perkara-perkara di bawah, pasti dipelihara.
Timbul satu pertanyaan: Siapakah di antara kita yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan
hidupnya? Siapa yang karena kuatir, umurnya bertambah terus? Siapa yang
karena kuatir, hidupnya dipelihara terus? Siapa yang karena kuatir, hidupnya
diberkati oleh Tuhan? Tidak ada yang seperti itu.
Matius 6:28-29
(6:28)
Dan mengapa kamu kuatir
akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh
tanpa bekerja dan tanpa memintal, (6:29)
namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak
berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.
Biarlah kita ada di ladang Tuhan supaya Tuhan bentuk kehidupan kita ini,
supaya Tuhan pintal kehidupan kita ini, Tuhan merajut kehidupan kita ini,
sehingga kehidupan kita ini menjadi suatu kehidupan yang indah, lebih indah
dari pakaian Salomo.
Mengapa digambarkan dengan Salomo? Karena Salomo adalah seorang raja yang
kaya raya. Perlu untuk diketahui; tidak ada seorang pun yang dapat melebihi
kekayaan Salomo hingga pada saat ini.
Jadi, supaya kehidupan kita ini menjadi indah, kita harus berada di ladang
Tuhan. Dan pada akhirnya, kehidupan dari pada Rut, bangsa Moab (bangsa kafir),
menjadi suatu kehidupan yang indah karena Tuhan yang membentuk kehidupannya,
seperti yang dinyatakan pada ayat 29,
“Salomo dalam segala kemegahannya pun
tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.”
Kita kembali membaca Rut 2.
Rut 2:20
(2:20) Sesudah itu berkatalah Naomi kepada menantunya:
"Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan
kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati."
Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah
seorang yang wajib menebus kita."
“Diberkatilah kiranya orang itu oleh
TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya.”
Tuhan itu rela mengaruniakan kasih setia-Nya. Tuhan itu setia. Kalau kita
tidak setia, Tuhan tetap setia. Dan Ia menyatakan kasih setia dengan segala
kerelaan, tidak terpaksa. Kita saja yang terpaksa, bahkan uring-uringan kalau
diajak untuk berkorban.
Padahal pelayanan kasih isinya adalah pemberian, sedangkan kita menerima
dari Tuhan, dan setelah menerima malah uring-uringan. Itulah tanda dunia sudah terbalik, diganti dengan dunia yang baru;
langit yang baru dan bumi yang baru, itulah mempelai Tuhan. Sebab itu jangan
terbalik-terbalik supaya kita layak menjadi mempelai Tuhan.
Jangan uring-uringan supaya menjadi mempelai Tuhan.
Dalam ayat ini, kita dapat melihat kembali pernyataan Naomi kepada Rut
sebanyak dua kali:
YANG PERTAMA, Naomi berkata: “Diberkatilah
kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada
orang-orang yang hidup dan yang mati.”
Artinya, tindakan Boas kepada Rut adalah tanda kasih setia Tuhan yang
dinyatakan dengan segala kerelaan, tidak terpaksa, baik kepada bangsa Israel
maupun kepada bangsa kafir. Kasih setia-Nya dinyatakan dengan segala kerelaan
kepada orang yang hidup dan kepada orang yang mati.
-
Yang hidup, menunjuk; orang Israel (Yahudi).
-
Yang mati, menunjuk; bangsa kafir.
Jadi, Tuhan menyatakan kasih setia-Nya dengan segala kerelaan, tidak
terpaksa, baik bagi bangsa Israel -- yang hidup --, baik juga kepada bangsa
kafir -- yang mati --.
Naomi itu adalah bangsa Israel. Sedangkan Rut adalah bangsa kafir. Tuhan
menyatakan kasih setia-Nya dengan segala kerelaan, bukan saja kepada bangsa
Israel (orang Yahudi), tetapi nyatanya juga kepada orang yang mati, bangsa
kafir.
Tentang: ORANG YANG MATI.
Bangsa kafir adalah bangsa yang mati, sebab itu tidak boleh sombong. Kalau
Tuhan masih beri kesehatan, kesempatan, kemauan, sehingga kita boleh
mengerjakan semua yang dipercayakan oleh Tuhan, itu semua karena kemurahan.
Kita ini tunas liar yang dicangkokkan kepada pokok zaitun.
Efesus 2:1-3
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena
pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. (2:2)
Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena
kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang
bekerja di antara orang-orang durhaka. (2:3)
Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup
di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran
kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus
dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
Perikop dari ayat ini adalah: “Semuanya
adalah kasih karunia” yang dinyatakan kepada bangsa kafir, yaitu jemaat di
Efesus, yang ada di Asia kecil.
Yang dahulu hidup jauh dari Allah, itulah bangsa kafir, sudah dianggap
mati. Mengapa demikian? Karena bangsa kafir, bangsa di luar Tuhan, yang bukan
bangsanya Tuhan, hidup di dalam perhambaan dosa, yaitu:
1.
Mengikuti jalan dunia ini.
Perlu
untuk diketahui: Jalan dunia ini adalah jalan yang berujung kepada maut,
berujung kepada kebinasaan. Sebab itu, jangan kita terlena di dunia ini.
Dalam
kesempatan Ibadah Raya Minggu, saya juga sempat menyampaikannya, bahwa; kita
ini berasal dari Tuhan, tetapi karena Adam dan Hawa melanggar hukum Allah dan
jatuh dalam dosa (Adam tidak taat kepada firman Tuhan), mereka diusir dari
taman Eden, bagaikan kita dilemparkan ke dunia ini sekarang. Tetapi pada
dasarnya, dalam Ibrani 11 dikatakan,
bahwa kita ini berasal dari Tuhan, bukan dari dunia ini, maka kita juga suatu
kali kelak kembali kepada Dia. Maka kita tidak boleh terlena di dunia ini, kita
akan kembali ke tanah air sorgawi, karena tanah air kita bukan di dunia ini.
Kita berasal dari Tuhan harus kembali kepada Tuhan, tidak boleh terlena di
dunia ini. Apa pun yang sudah kita alami, yang kita terima, berkat-berkat
sebagai kemurahan dari Tuhan, tidak boleh terlena di dunia ini.
Tetapi
kita lihat bangsa kafir, yang bukan bangsanya Tuhan, bangsa di luar Tuhan;
mereka itu mengikuti jalan dunia. Jalan dunia ini adalah jalan yang berujung
kepada maut, berujung kepada kebinasaan. Sebab itu, banyak orang menyangka
jalannya lurus, tetapi berakhir dengan kebinasaan, sebab langit yang pertama
dan bumi yang pertama ini akan berlalu diganti dengan langit bumi yang baru,
itulah mempelai Tuhan.
2.
Mentaati penguasa kerajaan angkasa.
Taat
kepada penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh-roh jahat di udara dengan segala
tipu dayanya.
Akibatnya;
bangsa kafir memberontak kepada Tuhan, mendurhaka kepada Sang Khalik (Sang
Pencipta).
Kalau
kita ada di luar Tuhan, kita tidak mengerti rencana Tuhan sehingga di situlah
kita terperangkap dengan tipu daya (tipu muslihat) dari pada roh-roh jahat di
udara.
Bersyukurlah
kalau sekarang ini kita ada di dalam Tuhan sehingga oleh salib kita memiliki
hikmat, dan oleh hikmat itu kita dapat membedakan antara yang baik dan yang
jahat, sehingga oleh hikmat ini juga kita tidak memberontak dan tidak
mendurhaka kepada Tuhan.
3.
Hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti
kehendak daging yang jahat.
Orang yang hidup
menurut hawa nafsu dan kehendak daging tidak akan memikirkan perkara-perkara di
atas (perkara rohani).
Efesus 2:11-12
(2:11)
Karena itu ingatlah,
bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang
disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya
"sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, --
(2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa
Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat
bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan
dan tanpa Allah di dalam dunia.
Yang dahulu hidup jauh dari Allah -- itulah bangsa kafir -- disebut
orang-orang yang tak bersunat, berarti; belum mengalami penanggalan akan tubuh
yang berdosa, sama dengan; masih hidup menurut tabiat-tabiat daging.
Kemudian, keadaan bangsa kafir ialah:
1.
Tanpa Kristus.
2.
Tidak termasuk
kewargaan Israel.
3.
Tidak mendapat
bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan.
4.
Tanpa
pengharapan.
5.
Tanpa Allah di
dalam dunia.
Tentang: “tanpa Allah di dalam dunia”,
kalau kita perhatikan Mazmur 10, orang fasik berkata dengan batang
hidungnya naik ke atas: “Allah tidak akan
menuntut! Tidak ada Allah!”, itulah di dalam seluruh pemikiran bangsa
kafir.
Mazmur 10:2-4
(10:2) Karena congkak orang fasik giat memburu
orang yang tertindas; mereka terjebak dalam tipu daya yang mereka rancangkan. (10:3) Karena orang fasik memuji-muji
keinginan hatinya, dan orang yang loba mengutuki dan menista TUHAN. (10:4) Kata orang fasik itu dengan batang
hidungnya ke atas: "Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!",
itulah seluruh pikirannya.
Mereka berkata dengan batang hidungnya ke atas: “Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!”, itulah seluruh
pemikiran mereka.
Singkatnya; bangsa kafir itu identik dengan kesombongan. Setiap kali
berbicara selalu disertai dengan menaikkan batang hidung, selain itu mereka
juga loba, serakah, tamak. Itulah bangsa yang di luar Tuhan, bangsa kafir
(bangsa di luar Tuhan).
Tetapi rupanya, Tuhan memperhatikan orang mati dan orang hidup dengan kasih
setia, dengan segala kerelaan hati Tuhan, bukan dengan terpaksa. Padahal kalau
kita lihat tadi, keadaan bangsa kafir di luar Tuhan memang harus mati, tetapi
rupa-rupanya Tuhan masih memperhatikan orang yang mati. Tuhan memperhatikan
Rut.
Dari apa yang sudah kita terima dari Tuhan, yaitu pelayanan kasih yang
berisi pemberian, tentu kita harus mengucap syukur yang dalam kepada Tuhan,
mengucapkan terima kasih kepada Tuhan setinggi-tingginya, karena Tuhan sudah
menyatakan kasih setia-Nya dengan segala kerelaan kepada orang yang mati, bukan
saja kepada bangsa Israel yang hidup itu.
Kalau kita perhatikan Efesus 4,
Dia turun ke dunia orang mati, kemudian Dia bangkit dan naik untuk membawa
tawanan-tawanan, sebab mengapa? Dia juga sekaligus memberikan lima jabatan bagi
pekerjaan pelayanan, bagi terwujudnya pembangunan tubuh Kristus yang sempurna.
Biarlah kiranya kita semakin dewasa untuk mengucap syukur karena Tuhan yang
telah memperhatikan orang mati dengan kasih setia dengan segala
kerelaan-Nya.
Tentang: ORANG YANG HIDUP.
Orang yang hidup, menunjuk; bangsa Israel.
Keluaran 7:4
(7:4) Bilamana Firaun tidak mendengarkan kamu, maka Aku
akan mendatangkan tangan-Ku kepada Mesir dan mengeluarkan pasukan-Ku, umat-Ku,
orang Israel, dari tanah Mesir dengan hukuman-hukuman yang berat.
Bangsa Israel disebut dengan:
1.
Pasukan Tuhan.
2.
Umat Tuhan.
Kita akan simak dua hal di atas.
Bangsa Israel disebut dengan PASUKAN
TUHAN.
Pasukan Tuhan, sama dengan; tentara Tuhan yang kuat.
2 Timotius 2:3-4
(2:3) Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang
baik dari Kristus Yesus. (2:4)
Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan
soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada
komandannya.
Tentara Tuhan yang baik “tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal
penghidupannya”, tidak pusing soal masa depannya, tidak pusing dengan
perkara lahiriah, tidak pusing dengan yang lain-lain, sehingga dengan demikian ia berkenan kepada
komandannya.
Kata dasar komandan adalah komando, itulah yang memberi perintah. Biarlah
kita belajar untuk menyenangkan hati Tuhan dalam setiap perintah-perintah yang
dinyatakan kepada kita, itu adalah tanda bahwa kita tentara Tuhan yang kuat,
tidak pusing soal ini dan itu, tidak pusing soal penghidupan, tidak pusing
dengan bisnis, tidak pusing dengan perkara lahiriah, tujuannya untuk
menyenangkan hati komandannya.
Roma 8:31B
(8:31) Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang
semuanya itu? Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan
kita?
Jika Allah di pihak laskar Kristus atau tentara Tuhan, siapa yang akan melawan
kita?
Bangsa Israel disebut tentara Tuhan yang kuat. Setiap kali bangsa Israel
maju berperang melawan musuh, Allah selalu berkata: Jangan takut, sebab Aku berperang ganti kamu. Itu sebabnya tentara
Tuhan yang baik tidak memusingkan dirinya dengan soal penghidupan, soal perkara
lahiriah, soal jabatan, kedudukan, dan lain sebagainya, karena kalau Tuhan di
pihak tentara Tuhan, siapa yang melawan, sebab Tuhan selalu berperang ganti
kita. Percaya saja. Hal itu saya alami dan saya rasakan sendiri.
Roma 8:37
(8:37) Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada
orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
Dalam semuanya itu, tentara Tuhan lebih dari pada orang-orang yang menang,
karena Tuhan mengasihi laskar Kristus. Masakan Tuhan tidak mengasihi
tentara-Nya?
Tetapi perlu untuk diketahui: Perjuangan kita bukan melawan darah
daging, melainkan roh-roh jahat di udara dengan segala tipu dayanya, sebab
itu Yesus tidak terperangkap dengan tipu daya dari Iblis Setan. Andaikata Yesus
membalas kejahatan dengan kejahatan, maka gagallah rencana Allah.
Itu sebabnya kalau kita perhatikan, proses penyaliban dimulai dari taman
Getsemani sampai Yesus mati di atas kayu salib, tidak ada satu kata pun yang
keluar dari mulut Yesus untuk menyatakan sesuatu yaitu; kejahatan dibalas
dengan kejahatan. Andaikata Yesus membalas kejahatan dengan kejahatan, maka
rencana Allah gagal total, karena perjuangan kita bukan melawan darah daging,
bukan melawan orang Yahudi, tentara Romawi, tetapi melawan tipu muslihat dari
roh jahat di udara. Sebab itu Yesus berkata: Saya ini bisa menurunkan berlaksa-laksa pasukan untuk mematikan kamu,
tetapi kalau itu Yesus lakukan, maka terperangkap dengan tipu daya dari pada
roh-roh jahat di udara.
Jadi, kalau ada satu dengan yang lain berjuang melawan sesamanya, ini
adalah Kristen keliru, dia bukan tentara Tuhan.
Kalau saudara benci kepada saya, atau sebaliknya saya benci kepada saudara,
maka saudara keliru, saya keliru sebagai orang Kristen, berarti bukan
tentara-Nya Tuhan. Kita harus tahu siapa yang harus kita perangi.
Roma 8:38-39
(8:38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup,
baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang,
maupun yang akan datang, (8:39) atau
kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk
lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus
Yesus, Tuhan kita.
Kuasa apa pun tidak dapat memisahkan kita dari kasih Kristus, karena kita
lebih dari pada orang-orang yang menang.
Kita bersyukur, Tuhan Yesus baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh tentara Tuhan:
1.
Jangan jatuh dalam penyembahan berhala.
Ketika
bangsa Israel jatuh dalam penyembahan berhala, menyembah patung anak lembu emas
tuangan itu, di situ terjadi nyanyian berbalas-balasan (Keluaran 32:17-19).
Ketika
Musa dan Yosua hendak turun dari gunung itu, Yosua mendengar suara bangsa itu
bersorak, lalu berkatalah ia kepada Musa: "Ada bunyi sorak peperangan kedengaran di perkemahan." Sang
senior (Musa) berkata kepada sang junior (Yosua): “Bukan bunyi nyanyian kemenangan, bukan bunyi nyanyian kekalahan --
bunyi orang menyanyi berbalas-balasan, itulah yang kudengar.”
Bunyi
nyanyian berbalas-balasan, berarti; apabila diserang ia membalas lagi menyerang, sehingga
tidak ada yang menang, dan tidak ada yang kalah, menunjukkan bahwa bangsa
Israel berada di bawah hukum Taurat; kejahatan dibalas dengan kejahatan =
nyanyian berbalas-balasan. Ini adalah hal-hal yang harus dihindari,
diperhatikan oleh seorang laskar Kristus. Jangan jatuh dalam penyembahan
berhala.
Umpamanya;
Kalau si Aldo melihat kekurangan (kenajisan) lawan jenismu, jangan turuti.
Kalau si Aldo membalas kenajisan lawan jenis itu, itu berarti sudah berada di
bawah hukum Taurat, dengan lain kata sedang terjadi nyanyian berbalas-balasan,
maka dengan demikian gagallah kita menjadi tentara Tuhan. Padahal rencana Tuhan
adalah mau menjadikan kita hamba Tuhan besar, laskar Kristus besar, tentara
Tuhan yang besar dan kuat, yang senantiasa berkemenangan di dalam peperangan
rohani.
Menangislah,
sebelum lebih jauh kita jatuh ke dalam nyanyian berbalas-balasan.
2.
Jangan jatuh dalam perzinahan.
Oleh karena
nasihat Bileam kepada Balak, akhirnya selain menyembah Baal-Peor, bangsa Israel
jatuh dalam dosa perzinahan; berzinah dengan perempuan-perempuan Moab, itulah
satu-satunya cara supaya bangsa Moab bisa mengalahkan bangsa Israel. Karena
bangsa Israel adalah tentara Tuhan yang kuat, akhirnya Bileam memberi nasihat
kepada Balak demi meraup keuntungan besar, di mana nasihat itu ialah supaya
perempuan-perempuan Moab diserahkan untuk berzinah dengan laki-laki dari bangsa
Israel.
Inilah tantangan-tantangan yang harus diperhatikan oleh para
tentara-tentara Tuhan, yaitu: PENYEMBAHAN BERHALA dan DOSA KENAJISAN.
Saya berdoa, biarlah kita semua menjadi tentara Tuhan yang kuat.
Perhatikanlah dan menyingkirlah dari dua hal tadi; penyembahan berhala dan dosa
kenajisan.
Kemudian kita akan memperhatikan; Bangsa Israel disebut dengan UMAT TUHAN.
1 Petrus 2:9
(2:9) Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat
yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri,
supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang
telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
Bangsa yang terpilih = imamat yang rajani = bangsa yang kudus, itulah umat
kepunyaan Allah sendiri.
Tugas mereka ialah “untuk memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar
dari Dia.” Karya Allah yang terbesar adalah salib di Golgota.
Jadi, di mana pun Tuhan utus kita, biarlah senantiasa membawa berita salib,
berita pendamaian, itulah umat Tuhan, itulah milik kepunyaan Allah. Di mana pun
kita berada, duduk dan berdiri, situasi kondisi apa pun, tugas dari milik
kepunyaan Allah adalah untuk memberitakan perbuatan Allah yang besar, membawa
berita pendamaian, itu saja, titik.
Jangan membawa berita kerusuhan, keonaran, kelaliman, tetapi bawalah berita
pendamaian.
Wahyu 5:10
(5:10) Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu
kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah
sebagai raja di bumi."
Menjadi suatu kerajaan imam, itu merupakan suatu kedudukan yang sangat
tinggi dan istimewa. Mari kita menghargai hal itu.
Milik kepunyaan Allah kedudukannya sangat tinggi dan istimewa, hargailah
itu, jangan buat dirimu rendah. Kedudukanmu sangat tinggi dan istimewa,
dikhususkan, spesial, istimewa, hargailah itu, supaya engkau dipakai Tuhan.
Sebetulnya masih ada sedikit lagi, tetapi waktu yang membatasi kita. Tetapi
saya berharap, dari apa yang sudah kita terima; pelayanan kasih berisi
pemberian ini, apa pun yang kita terima dari Tuhan, hargai itu, supaya ada
ucapan syukur yang dalam, ucapan terima kasih kepada Tuhan setinggi-tingginya.
Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment