IBADAH DOA
PENYEMBAHAN, 11 FEBRUARI 2020
KITAB KOLOSE
(Seri: 83)
Subtema: PAKAIAN
UNTUK MELAYANI PEKERJAAN TUHAN
Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan
puji syukur kepada Tuhan; oleh karena rahmat dan kasih karunia-Nya, kita
dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Doa Penyembahan, untuk selanjutnya kita
tersungkur di bawah kaki salib Tuhan, sujud menyembah Dia.
Saya juga tidak lupa menyapa
anak-anak Tuhan, umat Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti
pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet Youtube,
Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya, mari kita berdoa,
kita mohon kemurahan Tuhan supaya Tuhan bukakan firman-Nya untuk memberkati dan
memulihkan kehidupan kita pribadi lepas pribadi, sampai nanti membawa dan
mendorong kehidupan kita rendah di bawah kaki salib Tuhan, sujud menyembah Dia,
sebab Dia adalah Allah sesembahan kita, tidak ada yang lain. Sebab itu kita
bersyukur, kalau kita lepas dari penyembahan berhala dan sekarang kita digiring
untuk menyembah Allah yang hidup, semua karena kemurahan dari Tuhan.
Kita akan memperhatikan Kolose
3:9B-11 terlebih dahulu. Sebetulnya, inti pemberitaan firman
Tuhan malam ini adalah Kolose 3:12, namun tidak mengapa kita review
sedikit Kolose 3:9B-11.
Kolose 3:9-11
(3:9) Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan
manusia lama serta kelakuannya, (3:10) dan telah mengenakan
manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan
yang benar menurut gambar Khaliknya; (3:11) dalam hal ini tiada lagi
orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang
Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah
semua dan di dalam segala sesuatu.
Kita telah menanggalkan manusia
lama serta kelakuannya dan telah mengenakan manusia baru. Puji Tuhan...
Bukti mengenakan manusia baru:
Kita berada di tengah-tengah kegiatan Roh, beribadah, serta melayani pekerjaan
Tuhan. Ini adalah bukti bahwa kita telah mengenakan manusia baru.
Dampak positif mengenakan manusia
baru: Terus menerus diperbaharui dari sehari ke sehari.
Tujuan pembaharuan: Untuk
memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya.
Pendeknya; segambar serupa dengan
sang Pencipta = sempurna = sama mulia dengan Dia.
Wujud segambar dan serupa dengan
Allah ialah tiada lagi perbedaan antara:
-
Orang Yunani dan
orang Yahudi.
-
Orang bersunat atau
orang yang tak bersunat.
-
Orang Barbar atau
orang Skit.
-
Budak atau orang
merdeka.
Berarti, kalau terwujud kesatuan
tubuh, Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu. Berarti; yang
menonjol di dalam kesatuan tubuh adalah Kristus. Jadi, Kristus adalah semua dan
di dalam segala sesuatu.
Pendeknya; Yang menonjol di dalam
kesatuan tubuh adalah Kristus dan tubuh-Nya. Di situ tidak terlihat lagi
penonjolan diri, di situ tidak terlihat lagi seseorang yang melayani untuk
mencari hormat dan puji-pujian yang sia-sia.
Di dalam kesatuan tubuh, yang
menonjol adalah Kristus dan tubuh-Nya. Jadi, Kristus adalah semua dan di dalam
segala sesuatu; tidak ada lagi perbedaan antara kafir dan Israel, itu berbicara
tentang kesatuan tubuh.
Setelah terwujud kesatuan tubuh,
marilah kita memasuki ayat 12.
Kolose 3:12
(3:12) Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan
dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati,
kelemahlembutan dan kesabaran.
Gereja atau tubuh Kristus yang
sempurna disebut juga “orang-orang pilihan Allah” atau imamat rajani.
Jubah atau pakaian dari
orang-orang pilihan – yakni imamat rajani – ialah:
1.
Belas kasihan.
2.
Kemurahan.
3.
Kerendahan hati.
4.
Kelemahlembutan.
5.
Kesabaran.
Lima hal di atas merupakan warna
pakaian dari orang-orang pilihan atau imamat rajani, itulah pakaian dari
orang-orang yang melayani pekerjaan Tuhan.
Kita lihat SOAL PAKAIAN ini yang
ditulis dalam kitab Keluaran 28.
Keluaran 28:2
(28:2) Haruslah engkau membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu,
sebagai perhiasan kemuliaan.
Lima warna di atas tadi -- belas
kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan, kesabaran
-- merupakan pakaian kudus sebagai perhiasan kemuliaan.
Keluaran 28:3-4
(28:3) Haruslah engkau mengatakan kepada semua orang yang ahli, yang telah
Kupenuhi dengan roh keahlian, membuat pakaian Harun, untuk menguduskan dia,
supaya dipegangnya jabatan imam bagi-Ku. (28:4) Inilah pakaian yang
harus dibuat mereka: tutup dada, baju efod, gamis, kemeja yang
ada raginya, serban dan ikat pinggang. Demikianlah mereka harus membuat pakaian
kudus bagi Harun, abangmu, dan bagi anak-anaknya, supaya ia memegang
jabatan imam bagi-Ku.
Pakaian dari seorang imam disebut
juga pakaian kudus sebagai perhiasan kemuliaan.
Adapun pakaian seorang imam besar
terdiri dari:
1.
Baju efod.
2.
Gamis baju efod.
3.
Kemeja yang ada
raginya.
Selanjutnya, mari kita menyimak
baju atau pakaian dari imam besar tersebut yang terdiri dari tiga hal di atas.
Tentang: BAJU EFOD.
Keluaran 28:6
(28:6) Baju efod itu harus dibuat mereka dari emas, kain ungu tua
dan kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus yang
dipintal benangnya: buatan seorang ahli.
Adapun warna dari baju efod:
1.
Ungu, menunjuk; kewibawaan dan keagungan Raja.
2.
Biru langit, menunjuk; kuasa kebangkitan.
3.
Kirmizi, menunjuk; sengsara salib.
4.
Lenan halus, menunjuk; keadilan dan kebenaran.
5.
Emas, menunjuk; kesucian Roh-El Kudus.
Jadi, tanda-tanda ini atau lima
warna ini ada pada pribadi Tuhan Yesus Kristus, Dialah Kepala Gereja serta Imam
Besar.
Efod berbicara tentang pengalaman
Yesus Kristus di dalam TANDA SALIB atau TANDA KEMATIAN-NYA.
Kita lihat terlebih dahulu
tentang KEMATIAN ini.
Filipi 3:9-10
(3:9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati
hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus,
yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. (3:10) Yang
kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan
dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam
kematian-Nya,
Rasul Paulus mengaku “Berada
dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri”, apa maksudnya?
Kita benar bukan karena
mengandalkan kekuatan, bukan karena kebenaran diri sendiri, bukan karena hukum
Taurat, melainkan “Kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus”, itulah
kebenaran karena iman, dibenarkan oleh karena darah salib. Inilah pengakuan
dari Rasul Paulus.
Selanjutnya, ada pengakuan
berikutnya …
Filipi 3:10
(3:10) Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan
persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam
kematian-Nya,
Rasul Paulus berkata: “Yang
kukehendaki ialah mengenal Dia.”
Yang dikehendaki oleh Rasul
Paulus ialah mengenal Dia = memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar
Khaliknya = sempurna = sama mulia dengan Dia.
Kalau kita segambar serupa dengan
Allah, berarti sama mulia dengan Allah, inilah yang dikehendaki oleh Rasul
Paulus, dan tentu itu juga yang dikehendaki oleh setiap orang.
Mengenal Dia, berarti; memperoleh pengetahuan yang benar tentang gambar sang Khalik
atau segambar serupa dengan Allah atau sempurna (sama mulia) dengan Allah.
Tetapi pertanyaannya: Apakah seseorang bisa tiba-tiba sempurna?
Pengenalan akan Dia atau sempurna
– sama mulia dengan Dia --, tentu diawali dengan persekutuan dalam penderitaan-Nya,
sehingga menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya. Inilah baju efod;
pengalaman Yesus Kristus sebagai Imam Besar dalam tanda salib atau tanda
kematian.
Tidak mungkin seseorang bisa
langsung sempurna (segambar serupa dengan Dia) atau sama mulia dengan Dia, jika
tidak dimulai dari pengalaman salib atau pengalaman Yesus dalam tanda
kematian-Nya.
Perlu untuk diketahui; salib
atau tanda kematian Kristus adalah penghukuman terhadap daging sehingga
dengan demikian dosa tidak berkuasa lagi di dalam daging.
Jadi, daging ini harus dihukum,
mengapa? Supaya dosa tidak berkuasa dalam daging. Daging harus disalib, daging
harus menerima penghukuman supaya dosa tidak bergerilya di dalam daging.
Jangan ijinkan dosa bergerilya,
jangan ijinkan dosa merajalela di dalam daging. Berarti; daging harus
benar-benar dihukum. Daging harus benar-benar disalib.
Roma 6:7
(6:7) Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.
Barangsiapa telah mati --
berarti daging sudah disalib sebagai penghukuman terhadap daging -- maka ia
telah bebas dari dosa.
Sebagai bukti.
Yesaya 53:7
(53:7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka
mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang
kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
“Dia dianiaya, tetapi dia
membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya.” Artinya, saat
mengalami sengsara salib, saat daging mengalami penghukumannya; mulut tidak bersuara,
itulah pengalaman Yesus dalam tanda kematian.
Tetapi kalau mulut masih
bersuara, bersungut-sungut, ngomel di tengah ibadah pelayanan, di tengah
memikul salib, berarti daging belum mati.
Biarlah pengalaman Yesus dalam
tanda kematian itu juga menjadi pengalaman kita semua, terlebih imam-imam
(Lewi) tidak boleh bersungut-sungut di dalam memikul salib, di dalam memikul
Tabut Perjanjian, supaya kita layak melayani Tuhan.
Di dalam menanggung sengsara
salib (tanda kematian), mulut tidak terbuka. Saat daging dihukum, daging tidak
besuara. Itulah pengalaman Yesus Kristus sebagai Imam Besar dalam tanda
kematian-Nya.
Demikian juga saat mendengar
firman Tuhan; ayo, daging harus dihukum, supaya daging jangan bersuara.
Saat saya mendengar firman Tuhan,
siapa pun yang khotbah, saya berusaha untuk duduk diam dan tenang, selanjutnya khotbah yang disampaikan saya tulis dengan baik,
maka saya pasti diberkati. Saya tidak perlu bikin tanding-tandingan.
Sewaktu mahasiswa/i STTIA datang
ke pastori, praktek khotbah. Siapa yang mereka khotbahi? Hanya saya.
Sementara mereka berkhotbah, saya
tulis dengan rapi, sebab saya mau masuk dalam pengalaman kematian. Daging
memang harus dihukum, supaya daging tidak bersuara. Kalau daging sudah mati,
maka bebas dari dosa.
Ayo, duduk diam dengar firman
Tuhan dengan rapi dan teratur. Tidak mungkin sampai kepada kemuliaan kalau
tidak mengenakan baju efod sebagai tanda kematian.
Tentang: GAMIS BAJU EFOD.
Keluaran 28:31-35
(28:31) Haruslah kaubuat gamis baju efod dari kain ungu tua
seluruhnya. (28:32) Lehernya haruslah di tengah-tengahnya; lehernya itu
harus mempunyai pinggir sekelilingnya, buatan tukang tenun, seperti leher baju
zirah haruslah lehernya itu, supaya jangan koyak. (28:33) Pada ujung
gamis itu haruslah kaubuat buah delima dari kain ungu tua, kain ungu muda dan
kain kirmizi, pada sekeliling ujung gamis itu, dan di antaranya
berselang-seling giring-giring emas, (28:34) sehingga satu
giring-giring emas dan satu buah delima selalu berselang-seling,
pada ujung gamis itu. (28:35) Haruslah gamis itu dipakai Harun, apabila
ia menyelenggarakan kebaktian, dan bunyinya harus kedengaran, apabila ia masuk
ke dalam tempat kudus di hadapan TUHAN dan apabila ia keluar pula, supaya ia
jangan mati.
Gamis baju efod berbicara tentang
kebangkitan Tuhan Yesus Kristus sebagai Imam Besar.
Suasana kebangkitan: Satu
giring-giring emas dan satu buah delima digantungkan pada ujung
gamis baju efod.
Mari kita melihat dua hal yang
digantungkan pada ujung gamis baju efod.
Yang Pertama: SATU BUAH DELIMA.
Buah delima, menunjuk; sidang
jemaat atau gereja Tuhan bergantung kepada kuasa kebangkitan Tuhan Yesus
Kristus.
Biarlah kita bergantung kepada
kebangkitan Tuhan Yesus Kristus = bergantung kepada kemurahan Tuhan. Jangan
bergantung kepada yang lain-lain.
Mari kita lihat kalau kita
bergantung pada kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
Ulangan 11:11
(11:11) Tetapi negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri yang
bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air
sebanyak hujan yang turun dari langit;
Suasana Kanaan: bergunung-gunung
dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit.
Artinya, kalau kita bergantung
pada kebangkitan Tuhan Yesus Kristus, hidup di dalam kemurahan, akan mendapat
air sebanyak hujan turun dari langit.
Kalau seseorang berada dalam
ketinggian tidak mungkin mengambil (memikul) air dari lembah untuk mengairi
gunungnya, itu adalah sesuatu yang tidak mungkin. Tetapi kalau kita berada di
dalam suasana kebangkitan, bergantung kepada kemurahan Tuhan, berarti yang
mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit.
Ulangan 11:12
(11:12) suatu negeri yang dipelihara oleh TUHAN, Allahmu: mata TUHAN,
Allahmu, tetap mengawasinya dari awal sampai akhir tahun.
Kalau kita bergantung pada
kebangkitan Yesus Kristus, sama dengan; bergantung pada kemurahan Tuhan, maka
kita dipelihara.
Sampai hari ini kita mendapat
kemurahan, dan oleh kemurahan Tuhan kita dipelihara. Biarlah pemeliharaan ini
berlangsung sampai masa tua rambut putih, Tuhan menggendong kita.
Bandingkan dengan suasana dunia
yang tidak bergantung pada kemurahan, tidak bergantung pada kebangkitan Tuhan
Yesus Kristus.
Ulangan 11:10
(11:10) Sebab negeri, ke mana engkau masuk untuk mendudukinya, bukanlah negeri
seperti tanah Mesir, dari mana kamu keluar, yang setelah ditabur dengan benih
harus kauairi dengan jerih payah, seakan-akan kebun sayur.
Tanah Mesir adalah gambaran dari
dunia, di mana tanahnya itu datar. Setelah ditabur dengan benih, harus diairi
dengan jerih payah seakan-akan kebun sayur. Artinya; mengandalkan kekuatan,
mengandalkan manusia daging, bergantung kepada manusia daging, penuh dengan
jerih payah, berarti banyak menanggung penderitaan, banyak mengalami kesusahan.
Itulah tanah Mesir yang adalah gambaran dari dunia, bergantung pada kekuatan
manusia.
Tetapi sampai kapan manusia bisa
digantungkan? Sampai kapan manusia bisa diandalkan? Kekuatan manusia terbatas,
tetapi kalau kita bergantung pada kebangkitan Yesus, sama seperti yang mendapat
air sebanyak hujan yang turun dari langit. Inilah suasana kebangkitan itu.
Mari kita melihat dua hal yang
digantungkan pada ujung gamis baju efod.
Yang Kedua: SATU GIRING-GIRING
EMAS.
Giring-giring emas, menunjuk;
kehadiran Imam Besar di tengah-tengah ibadah itu sendiri.
Keluaran 28:35
(28:35) Haruslah gamis itu dipakai Harun, apabila ia menyelenggarakan
kebaktian, dan bunyinya harus kedengaran, apabila ia masuk ke dalam
tempat kudus di hadapan TUHAN dan apabila ia keluar pula, supaya ia jangan
mati.
Kehadiran Imam Besar di
tengah-tengah sidang jemaat dibuktikan dengan penyembahan dalam bahasa lidah,
bahasa asing atau disebut juga logat ganjil.
Bunyi giring-giring adalah
penyembahan dalam bahasa lidah atau bahasa asing disebut juga dengan logat
ganjil. Itulah tanda kehadiran dari seorang Imam Besar di tengah-tengah sidang
jemaat, di tengah-tengah ibadah dan pelayanan; ada penyembahan dalam bahasa
lidah atau bahasa asing disebut juga logat ganjil.
Yesaya 28:11-12
(28:11) Sungguh, oleh orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang
yang berbahasa asing akan berbicara kepada bangsa ini (28:12) Dia yang
telah berfirman kepada mereka: "Inilah tempat perhentian, berilah perhentian
kepada orang yang lelah; inilah tempat peristirahatan!"
Tetapi mereka tidak mau mendengarkan.
Penyembahan dalam bentuk bahasa
lidah, logat ganjil atau bahasa Roh, itu merupakan hari perhentian untuk mereka
yang lelah, bagi mereka yang bergumul di atas muka bumi ini. Pendeknya, Tuhan
memberi jalan keluar dari setiap persoalan yang dihadapi oleh anak-anak Tuhan.
Singkatnya, kata lain dari kehadiran
Imam Besar di tengah ibadah dan pelayanan adalah dosa kita diperdamaikan
dengan Allah.
Biarlah kiranya dalam setiap
pertemuan ibadah kita, Imam Besar hadir di tengah-tengah ibadah, melayani,
berdoa, serta memperdamaikan dosa kita kepada Allah. Jangan sampai kita
beribadah tetapi kosong, kering-kering, hati ini tidak hancur, datang dan
pulang sama, hati ini tidak merasa damai.
Sementara logat ganjil adalah
hasil dari kehadiran seorang Imam Besar di tengah ibadah pelayanan, dan
penyembahan dalam bentuk logat ganjil adalah hari perhentian bagi yang lelah.
Tuhan memberi kelegaan bagi mereka yang mengalami penderitaan hebat, Tuhan
memberi pertolongan, Tuhan memberi jalan keluar. Itulah tanda yang konkrit
kehadiran Imam Besar di tengah-tengah sidang jemaat.
Setiap kali kita dengar firman,
dosa kita diperdamaikan, itu adalah tanda bahwa Imam Besar hadir di tengah
ibadah dan pelayanan ini. Jangan sampai kita datang beribadah tetapi kering-kering;
datang dan pulang sama saja.
2 Korintus 5:18-21
(5:18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah
mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan
pendamaian itu kepada kami. (5:19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan
diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah
mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (5:20) Jadi kami
ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan
perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu
didamaikan dengan Allah. (5:21) Dia yang tidak mengenal dosa
telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita
dibenarkan oleh Allah.
Kalau Imam Besar hadir di
tengah-tengah ibadah pelayanan ini, maka dosa kita diperdamaikan dengan Allah,
kehidupan kita diperdamaikan dengan Allah.
Maka, seorang imam juga harus
memahami posisinya. Posisi atau kedudukan dari seorang imam ada di antara Allah
dengan orang berdosa.
Adapun tugas seorang imam adalah
untuk memperdamaikan dosa manusia kepada Allah, berarti yang menjadi korban
adalah seorang imam. Kalau seorang imam tidak mau berkorban di tengah ibadah
dan pelayanan, maka tidak ada pendamaian, sebab itu seorang imam harus menjadi
pendamaian.
Bawalah berita pendamaian, jangan
mudah tersinggung dengan berkata: “Saya tersinggung nih”, sesungguhnya
engkau tidak layak menjadi korban pendamaian.
Itulah suasana kebangkitan; ada
suara giring-giring, mengapa? Supaya kita tidak mengalami kematian rohani.
Saat ini kita berada dalam
suasana kebangkitan (pakaian baru) supaya kita mengalami pembaharuan sampai
nanti kita memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khalik-Nya,
segambar serupa dengan Allah sama mulia dengan Tuhan.
Jangan kita beribadah dari hari
ke hari tanpa perubahan, tidak ada artinya. Apalagi melayani tanpa pengalaman
kematian yang benar, itu adalah kebangkitan palsu. Jika seseorang melayani
tetapi ia mudah tersinggung, itu adalah kebangkitan palsu.
1 Yohanes 2:1-2
(2:1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan
berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara
pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. (2:2) Dan Ia adalah pendamaian
untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga
untuk dosa seluruh dunia.
Kalau seorang Imam Besar hadir di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan, kita boleh merasakan kemurahan Allah, yaitu; dosa kita diperdamaikan
dengan Allah.
Sebab itu, berdoa terus supaya
Tuhan bukakan firman-Nya dalam setiap pertemuan ibadah, di situ kuncinya;
segala yang tertutup akan terbuka. Kalau terjadi pembukaan rahasia firman, maka
segala yang tertutup akan terbuka; dosa diperdamaikan kepada Allah.
Puncak kehadiran seorang Imam
Besar, bisa kita lihat dalam Ibrani 9.
Ibrani 9:11-12
(9:11) Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang
baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih
sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, -- artinya yang tidak termasuk
ciptaan ini, -- (9:12) dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya
ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah
anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia
telah mendapat kelepasan yang kekal.
Yesus, sebagai Imam Besar, Dialah
Pengantara antara Allah dengan manusia, Dia telah mengadakan pendamaian
terhadap dosa manusia, bukan dengan darah lembu jantan muda, juga bukan dengan
darah kambing domba jantan, melainkan membawa darah-Nya sendiri.
Berarti, seorang imam harus
menjadi korban di tengah-tengah pelayanannya kepada Tuhan, dengan kata lain;
saat membawa berita pendamaian, yang menjadi korban adalah seorang imam.
Ibrani 10:19-21
(10:19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian
dapat masuk ke dalam tempat kudus, (10:20) karena Ia telah
membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya
sendiri, (10:21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai
kepala Rumah Allah.
Oleh darah Yesus, kita sekarang
mempunyai keberanian untuk berada di tempat kudus.
Itu sebabnya, jika kita berada di
tempat kudus, berada di tengah-tengah ibadah pelayanan pada malam hari ini, itu
semua adalah karena darah Anak Domba Allah, Dia seorang Imam Besar yang telah
mengadakan pendamaian terhadap dosa.
Singkatnya, Dia telah membuka
jalan yang baru untuk masuk sorga.
Tetapi kalau Imam Besar tidak
hadir di tengah ibadah dan pelayanan, maka suasana ibadah itu pun mati,
gersang. Dan kalau suasana ibadah mati, maka kerohanian pun mati, lalu apa
artinya kita beribadah? Ibadah Taurat tidak mengandung janji.
Itulah tanda suasana kebangkitan
atau gamis baju efod, di mana pada ujung gamis efod bergantung satu giring-giring
dan satu buah delima berselang seling.
Tentang: KEMEJA BERAGI
(LENAN HALUS).
Keluaran 28:39
(28:39) Haruslah engkau menenun kemeja dengan ada raginya, dari lenan
halus, dan membuat serban dari lenan halus dan haruslah kaubuat ikat
pinggang dari tenunan yang berwarna-warna.
Kemeja beragi adalah baju dalam
berjala-jala dari lenan halus. Kemudian, kemeja beragi (baju dalam yang terbuat
dari lenan halus) itu berbicara tentang kenaikan Yesus ke sorga dalam tanda
kemuliaan-Nya.
Sesudah Yesus mati -- baju efod
--, kemudian Yesus bangkit -- gamis baju efod --, lalu kemudian Yesus
dipermuliakan, itulah kemeja beragi atau baju dalam berjala-jala yang terbuat
dari lenan halus.
Mari kita lihat Imamat 16.
Imamat 16:2-4
(16:2) Firman TUHAN kepadanya: "Katakanlah kepada Harun, kakakmu, supaya
ia jangan sembarang waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir, ke
depan tutup pendamaian yang di atas tabut supaya jangan ia mati; karena Aku
menampakkan diri dalam awan di atas tutup pendamaian. (16:3) Beginilah
caranya Harun masuk ke dalam tempat kudus itu, yakni dengan membawa seekor
lembu jantan muda untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk
korban bakaran. (16:4) Ia harus mengenakan kemeja lenan yang kudus
dan ia harus menutupi auratnya dengan celana lenan dan ia harus memakai ikat
pinggang lenan dan berlilitkan serban lenan; itulah pakaian kudus yang
harus dikenakannya, sesudah ia membasuh tubuhnya dengan air.
Ia harus mengenakan
kemeja lenan yang kudus, itulah kemeja beragi
(pakaian dalam yang terbuat dari lenan halus), itulah syarat dari seorang imam
besar ketika mengadakan pendamaian terhadap dosa manusia.
Dia hanya memakai pakaian dalam
dari lenan halus, berarti; pakaian kematian sudah ditanggalkan -- itulah baju efod
--, lalu dia menanggalkan pakaian kebangkitan -- itulah gamis baju efod --,
selanjutnya Yesus terangkat naik ke sorga, itulah tanda kemuliaan-Nya
(mengenakan kemeja lenan yang kudus).
Kita bersyukur kepada Tuhan untuk
hikmat pengertian yang sudah Dia berikan pada malam hari ini. Kita bersyukur
kepada Tuhan karena Dia sudah mati, bangkit, dan sekarang berada dalam
kemuliaan.
Kalau kita sama dengan pengalaman
Yesus dalam tanda kematian dan tanda kebangkitan-Nya, maka otomatis kita juga
akan dipermuliakan bersama-sama dengan Dia kelak di dalam kemuliaan dan
kesempurnaan-Nya, apabila Ia datang pada kali yang kedua.
Jadi, sekarang; Yesus naik
terangkat ke sorga berada dalam kemuliaan kekal. Dia sebagai Imam Besar berada
dalam kemuliaan kekal sedang mengamat-amati hidup, ibadah, pelayanan, nikah dan
rumah tangga kita masing-masing. Dalam kemuliaan, Dia sedang mengamat-amati,
Dia sedang menyoroti ibadah kita, Dia sedang menyoroti hati kita yang paling
dalam ini, bagaikan pakaian dalam dari lenan halus, itulah pakaian yang
berjala-jala berbentuk mata.
Dari sorga, Dia sedang menyoroti
hati kita masing-masing, menyoroti seperti apa hati kita di tengah ibadah
pelayanan ini. Jadi, tidak ada yang tersembunyi di hadapan Tuhan, semuanya
disoroti, seperti pakaian dalam, Dia sanggup menyoroti kedalaman hati kita
masing-masing.
Zakharia 3:9
(3:9) Sebab sesungguhnya permata yang telah Kuserahkan kepada Yosua -- satu
permata yang bermata tujuh -- sesungguhnya Aku akan mengukirkan
ukiran di atasnya, demikianlah firman TUHAN semesta alam, dan Aku akan
menghapuskan kesalahan negeri ini dalam satu hari saja.
Sekarang, Yesus Kristus ada di
dalam kemuliaan-Nya sedang menyoroti ibadah pelayanan kita seperti satu
permata yang bermata tujuh. Dari sorga, Ia mengamat-amati, Ia melihat
melalui Roh Kudus, permata yang bermata tujuh itu.
-
Permata, menunjuk;
pribadi Tuhan Yesus Kristus.
- Bermata tujuh, menunjuk; Roh-El Kudus dalam tujuh keadaan-Nya, itulah
ketujuh Roh Allah (Wahyu 4:5).
Seperti pakaian dalam dari lenan
halus yang berjala-jala berbentuk mata, demikianlah Dia sedang mengamati
kedalaman hati kita sekarang ini, seperti apa kita datang beribadah mendengar
firman, seperti apa nikah kita, ibadah kita, seperti apa pelayanan kita,
semuanya sedang disoroti oleh Tuhan.
Oleh sebab itu, jangan kita
bersikap manis hanya di depan mata manusia, tetapi relakan hati ini, buka hati
ini untuk disoroti oleh mata Tuhan. Satu
permata, itulah pribadi Kristus yang bermata tujuh, itulah ketujuh Roh Allah
yang diutus untuk mengamati sidang jemaat, kedalaman hati kita masing-masing.
Sekali lagi saya tandaskan: Sama
seperti kemeja beragi -- pakaian dalam dari lenan halus --, demikianlah Allah
mengamati kehidupan suci kita yang paling dalam ini, yang bersifat rahasia dan
tersembunyi.
Itulah pakaian dari orang-orang
pilihan, imamat rajani, yaitu lima warna tadi. Dan tadi kita juga sudah melihat
pakaian imam besar dalam tanda kematian, kebangkitan, dan kemuliaan.
Inilah rumus yang terus mewarnai
kehidupan kita, mewarnai perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini, supaya
kelak dipermuliakan; MATI, BANGKIT, DIPERMULIAKAN. Ini adalah rumus yang
tidak boleh ditawar-tawar, tidak boleh diganggu gugat dan jangan digeser.
Jadi, kalau seorang imam berkata
“Saya tersinggung”, itu adalah tanda bahwa engkau belum mewarnai
kehidupanmu dalam pengalaman kematian dan kebangkitan. Jangankan dipermuliakan,
bangkit saja tidak.
Malam ini kita menangis di kaki
salib Tuhan. Pengalaman kematian dan kebangkitan harus mewarnai perjalanan
rohani kita di atas muka bumi ini, itu adalah pakaian dari seorang imam, pelayan
Tuhan, itu harus melekat di dalam diri kita masing-masing. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt.
Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment