IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 06 FEBRUARI 2020
KITAB RUT
(Seri: 80)
Subtema: MODAL BEKERJA DI LADANG
TUHAN; RENDAH HATI & KETEKUNAN.
Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh
karena rahmat-Nya, kasih dan kemurahan-Nya yang dinyatakan kepada kita,
sehingga kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Pendalaman Alkitab yang
disertai dengan perjamuan suci.
Saya juga
tidak lupa menyapa anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang
mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet
Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Mari segera
kita menyambut firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab disertai
dengan perjamuan suci. Kita berdoa dan kita mohonkan kemurahan Tuhan supaya
Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita malam ini untuk melawat setiap kehidupan
kita, sehingga kehadiran kita tidak menjadi sia-sia, ibadah ini mengandung
janji dan kuasa baik sekarang maupun masa yang akan datang, nama Tuhan
dipermuliakan.
Rut 2:18-19
(2:18) Diangkatnyalah itu, lalu masuklah
ia ke kota. Ketika mertuanya melihat apa yang dipungutnya itu, dan ketika
dikeluarkannya dan diberikannya kepada mertuanya sisa yang ada setelah kenyang
itu, (2:19) maka berkatalah mertuanya kepadanya: "Di mana engkau
memungut dan di mana engkau bekerja hari ini? Diberkatilah kiranya orang yang
telah memperhatikan engkau itu!" Lalu diceritakannyalah kepada mertuanya
itu pada siapa ia bekerja, katanya: "Nama orang pada siapa aku bekerja
hari ini ialah Boas."
Secara khusus,
kita memperhatikan kalimat ayat 18 bagian B, yaitu: “Dan ketika
dikeluarkannya dan diberikannya kepada mertuanya sisa yang ada setelah
kenyang itu”, menunjukkan bahwa; Rut berada di dalam kelimpahan.
Tandanya; Rut dapat berbagi atau Rut memberi hasil tuaian dari ladang itu
kepada Naomi mertuanya itu.
Reaksi
Naomi terhadap pemberian Rut:
1.
Naomi
bertanya kepada Rut.
2. Naomi memberi pernyataan atau
tanggapan.
TENTANG: NAOMI
BERTANYA KEPADA RUT.
Pertanyaan
Naomi kepada Rut adalah “Di mana engkau memungut dan di mana engkau bekerja
hari ini?” Pertanyaan Naomi kepada Rut ini menunjukkan bahwa; Naomi sangat
terheran-heran melihat hasil tuaian yang diberikan Rut kepada Naomi, mertuanya
itu.
2 Korintus
9:6-7
(9:6) Camkanlah ini: Orang yang menabur
sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak,
akan menuai banyak juga. (9:7) Hendaklah masing-masing memberikan
menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan,
sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
Perlu untuk
kita ketahui bersama-sama:
1. Orang yang menabur sedikit akan
menuai sedikit juga, dan orang yang menuai banyak akan menuai banyak
juga.
2. Hendaklah masing-masing memberikan
menurut kerelaan hatinya, maksudnya;
-
Memberi
jangan dengan sedih hati.
-
Memberi
jangan dengan terpaksa.
Pertanyaannya:
Mengapa memberi (berbagi) harus dengan rela hati?
Jawabnya:
Sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
Biarlah
kiranya kita berbagi dan memberi dengan kerelaan hati, dengan sukacita, bukan
dengan terpaksa, apa pun yang dapat kita kerjakan di tengah ibadah dan
pelayanan dalam penggembalaan GPT "BETANIA" Serang dan Cilegon, baik tenaga,
pikiran, waktu, uang, harta, kekayaan, baik materi yang kita punya, marilah
kita berbagi dengan sukacita, dengan sukarela di tengah-tengah ibadah pelayanan
yang Tuhan percayakan ini.
Sebagaimana
tadi Rut membawa hasil tuaian itu; dia berbagi, dia memberi kepada Naomi,
mertuanya, itu adalah tanda bahwa Rut berada dalam kelimpahan kasih, sehingga
dia dapat berbagi, dia memberi kepada Naomi, mertuanya itu.
Rasul
Paulus mengatakan hal itu -- Hendaklah masing-masing memberikan menurut
kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah
mengasihi orang yang memberi dengan sukacita -- kepada jemaat di Korintus,
terkait dengan pengumpulan uang untuk Yerusalem, sesuai dengan yang tertulis
dalam 2 Korintus 9:1-5, di mana perikop atau judulnya adalah “Pengumpulan
untuk Yerusalem”.
Sebab itu,
mari kita perhatikan 2 Korintus 9.
2 Korintus
9:2
(9:2) Aku telah tahu kerelaan hatimu
tentang mana aku megahkan kamu kepada orang-orang Makedonia.
Kataku: "Akhaya sudah siap sedia sejak tahun yang lampau." Dan
kegiatanmu telah menjadi perangsang bagi banyak orang.
Dengan
terang-terangan, Rasul Paulus memegahkan Akhaya -- yang mewakili jemaat di
Korintus -- kepada orang-orang Makedonia, dan berkata: “Akhaya sudah siap
sedia sejak tahun yang lampau” di dalam hal pengumpulan uang untuk
Yerusalem.
Yerusalem
itu berbicara tentang ibadah dan pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan yang
ada di dalamnya. Sementara Akhaya ini adalah yang mewakili seluruh sidang
jemaat di Korintus.
Jadi, untuk
kegiatan-kegiatan Roh/ibadah pelayanan sangat membutuhkan/memerlukan dana untuk
dikumpulkan.
Jadi, di
sini kita melihat; Rasul Paulus secara terang-terangan memegahkan jemaat di
Korintus kepada orang-orang di Makedonia dengan berkata: “Akhaya sudah siap
sedia sejak tahun yang lampau” di dalam hal pengumpulan uang untuk Yerusalem,
sehingga kegiatan di dalam hal mengumpulkan uang atau dana untuk Yerusalem
telah menjadi perangsang bagi banyak orang.
Tahun ini,
jika Tuhan ijinkan kembali, kita akan mengadakan Kebaktian Natal
Persekutuan: PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT) selama dua hari, maka mulai dari sejak sekarang
saya belajar untuk mengumpulkan uang, saya belajar untuk mengumpulkan dana
untuk biaya Kebaktian Natal Persekutuan: PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL
(PPT).
Hal ini
semoga merangsang, semoga menjadi motivasi bagi seluruh sidang jemaat GPT "BETANIA" Serang dan Cilegon.
2 Korintus
9:4-5
(9:4) supaya, apabila orang-orang
Makedonia datang bersama-sama dengan aku, jangan mereka mendapati kamu belum
siap sedia, sehingga kami -- untuk tidak mengatakan kamu -- merasa malu atas
keyakinan kami itu. (9:5) Sebab itu aku merasa perlu mendorong
saudara-saudara itu untuk berangkat mendahului aku, supaya mereka lebih dahulu
mengurus pemberian yang telah kamu janjikan sebelumnya, agar nanti tersedia
sebagai bukti kemurahan hati kamu dan bukan sebagai pemberian yang dipaksakan.
Di sini
kita melihat: Rasul Paulus mengutus beberapa orang untuk mendahuluinya untuk
mengurus pemberian yang dijanjikan oleh sidang jemaat di Korintus beberapa
tahun yang lampau, supaya nanti jemaat di Korintus ini -- secara khusus Akhaya
-- tidak menjadi malu, sebab di atas tadi kita sudah melihat Rasul Paulus
begitu rupa memegahkan jemaat di Korintus -- secara khusus Akhaya -- kepada
orang-orang di Makedonia. Itu sebabnya Rasul Paulus mengutus beberapa orang
mendahului dia supaya semua dana itu terkumpul dan tersedia, sehingga jemaat di
Korintus -- secara khusus Akhaya -- tidak malu kepada orang-orang di Makedonia,
karena Rasul Paulus sudah terlanjur memegahkan jemaat di Akhaya kepada
orang-orang di Makedonia.
Jadi,
memang, seharusnya, harus ada orang yang mendahului di dalam hal kegiatan
mengumpulkan dana untuk Yerusalem, untuk ibadah dan pelayanan dengan segala
kegiatan-kegiatan Roh yang ada di dalamnya.
Ayo, kita
berusaha untuk mendahului di dalam hal memberi supaya pemberian itu terkumpul
sehingga kita tidak malu dengan ibadah, persekutuan sekaligus PENGAJARAN PEMBANGUNAN
TABERNAKEL (PPT) yang
sudah Tuhan percayakan kepada kita sekaliannya.
Di dalam
hal ini, kita perlu memperhatikannya dengan sungguh-sungguh karena Tuhan sudah
percayakan bagi kita sebuah wadah yang luar biasa, yang dahulu tidak pernah
kita pikirkan, itulah PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT), yang harus kita pertahankan.
Jangan sampai awalnya kita berbahagia, tetapi akhirnya nanti kita malu, jangan
sampai seperti itu.
Sebab itu,
harus ada orang yang mendahului di dalam hal mengumpulkan dana ini supaya
pemberian itu terkumpul sehingga kita pun tidak malu, sementara Tuhan sudah
percayakan dan megahkan kepada kita PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL
(PPT).
Tadi kita
sudah melihat; Rasul Paulus mengutus
beberapa orang mendahuluinya untuk mengurus pemberian yang dijanjikan oleh
sidang jemaat di Korintus beberapa tahun yang lampau, tujuannya; supaya dana
yang dikumpulkan itu telah tersedia, sebagai bukti kemurahan hati mereka,
bukan sebagai pemberian yang dipaksakan.
Oleh sebab
itu, kalau berkorban di dalam hal kegiatan untuk mengumpulkan dana; jangan
terpaksa, melainkan harus dengan rela hati, harus dengan sukacita, sebab Tuhan
mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.
Ayo,
belajar semakin dewasa, termasuk dalam hal mengumpulkan dana. Tidak salah kita
mengurusi keperluan kita, tetapi jauh lebih baik kita memperhatikan pekerjaan
Tuhan.
Sekarang
kita kembali memperhatikan 2 Korintus 9:8.
2 Korintus
9:8
(9:8) Dan Allah sanggup melimpahkan
segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam
segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
Sekali lagi
saya menyampaikan dengan tandas: Kalau memberi janganlah dengan terpaksa,
mengapa demikian? Sebab Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia
kepada kita, sehingga;
1. Berkecukupan di dalam segala sesuatu, bukan berkekurangan.
Kalau kita berbagi (memberi),
seperti Rut berbagi kepada Naomi, mertuanya, itu bukan berarti ia tidak
berkekurangan, tetapi itu adalah tanda kelimpahan, berkecukupan. Tuhan itu
limpah kasih karunia supaya kita tetap dalam kecukupan.
2. Malah berkelebihan di dalam pelbagai
kebajikan.
Dengan uang, dengan
harta yang kita punya, kita berbagi untuk ini, untuk itu, untuk segala
kegiatan-kegiatan di Yerusalem, itulah arti dari berkelebihan di dalam pelbagai
kebajikan. Kalau kita mampu memberi atau mengumpulkan dana untuk semua
kegiatan-kegiatan yang ada, berarti berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan.
Jadi, tidak usah takut kehabisan
uang, tidak usah takut miskin, sebab Tuhan limpah dalam kasih karunia, Tuhan
sanggup melimpahkan kasih karunia-Nya bagi kita.
Itulah
sedikit tentang pertanyaan Naomi kepada Rut.
TENTANG: PERNYATAAN
ATAU TANGGAPAN NAOMI KEPADA RUT.
Rut 2:19
(2:19) maka berkatalah mertuanya
kepadanya: "Di mana engkau memungut dan di mana engkau bekerja hari ini? Diberkatilah
kiranya orang yang telah memperhatikan engkau itu!" Lalu
diceritakannyalah kepada mertuanya itu pada siapa ia bekerja, katanya:
"Nama orang pada siapa aku bekerja hari ini ialah Boas."
Selain
bertanya, Naomi memberikan pernyataan atau tanggapan kepada Rut, yaitu: “Diberkatilah
kiranya orang yang telah memperhatikan engkau itu!”
Dari
pernyataan atau ungkapan Naomi, mertua Rut ini, terlihat ucapan syukur yang
dalam atau ucapan terima kasih setinggi-tingginya kepada Allah.
Mari kita
kembali memperhatikan 2 Korintus 9.
2 Korintus
9:9-11
(9:9)
Seperti ada
tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin,
kebenaran-Nya tetap untuk selamanya." (9:10) Ia yang menyediakan
benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih
bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; (9:11)
kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan
syukur kepada Allah oleh karena kami.
Tuhan
menyediakan bagi penabur, sehingga setelah benih itu ditaburkan maka akan
menumbuhkan buah-buah kebenaran, secara khusus kemurahan hati, yang
membangkitkan syukur dan terima kasih kepada Allah.
Kemurahan
hati itu membangkitkan atau menimbulkan ucapan syukur yang mendalam dan ucapan
terima kasih setinggi-tingginya kepada Allah.
Saya
sampaikan kembali dengan tandas: Tuhan menyediakan benih bagi penabur, bagi
kita yang mau menabur, bagi kita yang mau berbagi. Kemudian, apabila benih itu
ditaburkan akan menumbuhkan buah-buah kebenaran, secara khusus kemurahan hati,
yang membangkitkan dan yang menimbulkan ucapan syukur yang mendalam serta
ucapan terima kasih setinggi-tingginya kepada Allah.
Tuhan
menyediakan benih bagi penabur, sama dengan; Tuhan menyediakan roti untuk di
makan. Dan malam ini, Tuhan menyediakan roti untuk dimakan, sehingga lewat
benih firman yang kita terima malam ini akan menumbuhkan buah-buah kebenaran,
secara khusus kemurahan di hati kita ini yang membangkitkan ucapan syukur dan
terima kasih setinggi-tingginya dari orang lain kepada Allah.
Murah
hatilah di dalam melayani pekerjaan Tuhan, mengapa? Supaya orang lain nanti
mengucap syukur yang dalam kepada Allah, orang lain mengucap terima kasih
setinggi-tingginya kepada Allah. Jangan susah melayani pekerjaan Tuhan, harus
murah hati. Ada kalanya kita dengan sengaja melawan hati nurani hanya karena
iri, hanya karena kepentingan diri dan lain sebagainya, tetapi malam ini,
jangan ada di antara kita yang mau dihentikan oleh pengertian yang bodoh, yaitu
iri hati, kepentingan diri dan tidak rendah hati.
Tetapi
biarlah kiranya betul-betul, apa yang dinyatakan oleh Rasul Paulus, di mana
Tuhan menyediakan benih bagi penabur, Tuhan menyediakan roti untuk dimakan,
sehingga apabila benih itu ditaburkan akan menumbuhkan buah-buah kebenaran,
secara khusus kemurahan hati seorang pelayan Tuhan, seorang yang melayani
pekerjaan Tuhan, seorang yang bekerja di ladang Tuhan. Oleh kemurahan di tengah-tengah
ibadah pelayanan itu nanti, orang lain mengucap syukur yang dalam, orang lain
mengucap terima kasih setinggi-tingginya kepada Tuhan.
Jangan
sampai karena kebodohan kita, orang lain tidak mengerti mengucap syukur.
Dewasalah menyikapi benih yang disediakan oleh Tuhan kepada penabur dan roti
untuk dimakan.
2 Korintus
9:12-13
(9:12) Sebab pelayanan kasih yang
berisi pemberian ini bukan hanya mencukupkan keperluan-keperluan
orang-orang kudus, tetapi juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah.
(9:13) Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu, mereka memuliakan
Allah karena ketaatan kamu dalam pengakuan akan Injil Kristus dan karena
kemurahan hatimu dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan
semua orang,
Pelayanan
kasih yang berisi pemberian;
-
Selain mencukupkan keperluan orang-orang kudus,
-
Juga melimpahkan ucapan syukur kepada Allah,
-
Orang lain
turut memuliakan Allah.
Jangan kita
ragu di dalam hal pelayanan kasih yang berisi pemberian, di mana pemberian --
kita berbagi kepada orang lain -- didorong oleh karena kemurahan hati, sehingga
selain mencukupkan keperluan orang-orang kudus, juga melimpahkan ucapan syukur
kepada Allah, dan orang lain turut memuliakan Allah.
2 Korintus
9:14
(9:14)
sedangkan di
dalam doa mereka, mereka juga merindukan kamu oleh karena kasih
karunia Allah yang melimpah di atas kamu.
Akhirnya,
kalau pelayanan kasih yang berisi pemberian itu kita kerjakan dengan sukarela,
kita kerjakan dengan sukacita, kita kerjakan dengan segala kemurahan hati, maka
orang semacam ini akan dirindukan oleh orang lain karena kasih karunia Allah
betul-betul melimpah.
Biarlah
kiranya pelayanan kita di hadapan Tuhan -- lewat PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL
(PPT) untuk membagikan Pengajaran
Mempelai dalam Terang Tabernakel -- dirindukan oleh orang lain karena kita mau
mengerjakan semua itu karena didorong oleh kemurahan hati. Itulah pelayanan
yang berisikan pemberian.
Demikianlah
kiranya keberadaan Rut di hadapan Tuhan; dia memang bangsa kafir plus
seorang janda, tetapi dia adalah seorang pribadi yang cekatan; rendah hati dan
dewasa secara rohani.
Kita
kembali memperhatikan Rut 2:19.
Rut 2:19
(2:19) maka berkatalah mertuanya
kepadanya: "Di mana engkau memungut dan di mana engkau bekerja hari ini?
Diberkatilah kiranya orang yang telah memperhatikan engkau itu!" Lalu
diceritakannyalah kepada mertuanya itu pada siapa ia bekerja, katanya: "Nama
orang pada siapa aku bekerja hari ini ialah Boas."
Selanjutnya
Rut berkata kepada Naomi, mertuanya: “Nama orang pada siapa aku bekerja hari
ini ialah Boas.” Hal itu Rut katakan untuk menjawab pertanyaan Naomi,
mertuanya itu.
Sedangkan
Boas adalah gambaran dari pribadi Tuhan Yesus Kristus. Pendeknya: Rut bekerja
di ladang Boas.
Mari kita
lihat HAMBA yang sedang BEKERJA DI LADANG TUHAN.
1 Korintus
3:5-9
(3:5) Jadi, apakah Apolos? Apakah Paulus?
Pelayan-pelayan Tuhan yang olehnya kamu menjadi percaya, masing-masing menurut
jalan yang diberikan Tuhan kepadanya. (3:6) Aku menanam, Apolos
menyiram, tetapi Allah yang memberi pertumbuhan. (3:7) Karena itu yang
penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi
pertumbuhan. (3:8) Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama;
dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri. (3:9)
Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan
Allah.
Dari
pembacaan ini kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa: Orang yang bekerja di
ladang Tuhan tidak menganggap dirinya penting, selain hanya untuk memperhatikan
ladang Tuhan.
Rasul
Paulus berkata: “Kami adalah kawan sekerja Allah”, berarti dia bekerja
di ladang Allah, selanjutnya dia berkata: “Kamu adalah ladang Allah.”
Dan tadi Rasul Paulus dengan tandas berkata: “Karena itu yang penting
bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi
pertumbuhan.”
Jadi, sudah
sangat jelas; orang yang bekerja di ladang Tuhan tidak menganggap dirinya terlalu
penting, selain hanya untuk memperhatikan ladang Tuhan saja. Bagaimana kita
melihat Injil Yohanes 4, Yesus mengajarkan hal itu kepada 12 (dua belas
murid); Dia sangat memperhatikan orang miskin, sangat memperhatikan orang yang
hina, sangat memperhatikan orang papah, orang yang tidak berdaya, sebagaimana
Yesus memperhatikan perempuan Samaria sebagai ladang tuaian, tidak menganggap
diri-Nya penting.
Bayangkan,
kalau seseorang berbicara dengan seorang wanita tuna susila atau seorang
perempuan najis, bagi orang Farisi dan ahli Taurat, itu adalah sesuatu yang
najis sebagaimana waktu Maria menuangkan minyak narwastu. Ketika Simon si kusta
itu menjamu Yesus untuk makan di rumahnya, Maria datang di kaki salib Tuhan
untuk mempersembahkan minyak narwastu yang mahal pada kesempatan itu.
Lalu Simon
si kusta, orang Farisi, berkata: “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah
dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa
perempuan itu adalah seorang berdosa.” Perkataan itu menunjukkan bahwa dia
merasa diri paling benar, paling suci, dan menganggap bahwa Yesus sudah bersama
dengan orang najis.
Kalau
memang betul-betul kita mengabdi kepada Tuhan, bekerja di ladang Tuhan, maka
kita tidak terlalu mengaggap diri penting, selain hanya untuk memperhatikan
ladang Tuhan saja.
Di sini pun
saya banyak belajar; bagi saya, semua orang di mata saya adalah sama, dan saya
harus belajar untuk menyatakan kasih dari sorga kepada semua orang dengan sama.
Saudara dapat melihat itu kalau saudara memperhatikan saya.
Kita
belajar dalam hal ini, yaitu jangan menganggap diri penting kalau memang
mengabdikan diri kepada Tuhan dan pekerjaan Tuhan, selain memperhatikan ladang
Tuhan saja.
Jadi, dapat
kita mengambil kesimpulan: Orang yang bekerja di ladang Tuhan harus bekerja
dengan segala kerelaan hatinya sebagai tanda kerendahan hati dari seorang
pekerja di ladang Tuhan. Dan itu telah dibuktikan oleh Rut sendiri di hadapan
Tuhan.
Rut 2:2-3,
7
(2:2) Maka Rut, perempuan Moab itu,
berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir
jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." Dan sahut Naomi
kepadanya: "Pergilah, anakku." (2:3) Pergilah ia, lalu sampai
di ladang dan memungut jelai di belakang penyabit-penyabit; kebetulan ia
berada di tanah milik Boas, yang berasal dari kaum Elimelekh. (2:7) Tadi
ia berkata: Izinkanlah kiranya aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara
berkas-berkas jelai ini di belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan
terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan seketika pun ia tidak
berhenti."
Rut bekerja
di ladang Boas dan bertekun disertai dengan kerendahan hatinya.
Sebagai
bukti:
-
Memungut jelai di belakang penyabit-penyabit, menunjuk; kerendahan hati dari Rut,
tanda bahwa ia tidak mau menonjolkan diri saat bekerja di ladang Tuhan.
-
Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi sampai sekarang dan
seketika pun ia tidak berhenti, singkatnya; sibuk tiada berhenti, menunjuk; ketekunan. Ayo,
yang bekerja di ladang Tuhan harus bertekun bekerja di ladang Tuhan, bertekun
melayani pekerjaan Tuhan. Sibuk tiada berhenti, ini berbicara tentang ketekunan
dari seorang hamba Tuhan, ketekunan dari seorang yang bekerja di ladang Tuhan.
Pendeknya:
Rendah hati dan bertekun adalah modal yang berharga untuk bekerja di ladang
Tuhan.
Hal ini
tidak boleh diabaikan begitu saja oleh seorang yang bekerja di ladang Tuhan,
sebab itu merupakan modal berharga (penting) dan berarti bagi kita semua kalau
mau mengabdikan diri kepada Tuhan, kalau mau bekerja di ladang Tuhan.
Biarlah hal
ini dicatat dengan rapi, termeterai di dalam hati dan pikiran kita semua. Modal
ini jangan diboroskan, sebab ini adalah modal yang sangat berharga. Kita akan
melihat pembuktiannya.
Modal
bekerja di ladang Tuhan, YANG PERTAMA: KETEKUNAN.
Dalam Wahyu
14:6-11 berbicara tentang pemberitahuan tentang penghakiman,
sedangkan pada Wahyu 14:12 dikatakan yang penting di sini ialah ketekunan
orang-orang kudus.
Mari kita
akan melihat pembuktiannya kalau memang ketekunan itu sangat penting dan
berharga sebagai modal bagi seorang yang bekerja di ladang Tuhan.
Wahyu
14:6-7
(14:6) Dan aku melihat seorang malaikat
lain terbang di tengah-tengah langit dan padanya ada Injil yang kekal untuk
diberitakannya kepada mereka yang diam di atas bumi dan kepada semua bangsa dan
suku dan bahasa dan kaum, (14:7) dan ia berseru dengan suara nyaring:
"Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba saat
penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit dan bumi dan
laut dan semua mata air."
MALAIKAT
YANG PERTAMA
terbang di tengah-tengah langit, kemudian padanya ada Injil yang kekal untuk
diberitakan.
Artinya;
seorang gembala sidang harus memiliki Pengajaran Salib untuk diberitakan.
Injil kekal
adalah Pengajaran Salib yang harus diberitakan dalam setiap pertemuan-pertemuan
ibadah yang Tuhan percayakan kepada kita.
Adapun
isi dari Pengajaran Salib ialah:
Yang
Pertama: “TAKUTLAH AKAN ALLAH.”
Berarti,
ajaran ini mengajarkan kita untuk membenci dosa kejahatan dan dosa kenajisan,
sebab orang yang takut akan Tuhan benci pada dosa.
Kalau
seseorang membenci dosa, benci kejahatan dan benci kenajisan, sama artinya ia
menghargai korban Kristus, karena setiap orang dari bangsa kafir dibenarkan
oleh iman, dibenarkan oleh darah salib Kristus -- sesungguhnya itu adalah kasih
karunia, kemurahan bagi kita, bangsa kafir --.
Jika
dikaitkan menurut susunan pola Tabernakel, menghargai korban Kristus terkena
pada HALAMAN.
Adapun
isi dari Pengajaran Salib ialah:
Yang Kedua:
“MULIAKANLAH DIA.”
Ajaran ini
terkait dengan persembahan.
-
Kalau
kita perhatikan dalam Amsal 3:9, “Muliakanlah Tuhan dengan hartamu
dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu.”
-
Kemudian
kalau kita perhatikan suratan yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma
12:1, “Persembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus
dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”
Tidak
mungkin kita memuliakan Tuhan tanpa membawa korban dan persembahan, tidak
mungkin kita datang memuliakan Tuhan tanpa mempersembahkan sesuatu kepada
Tuhan.
Jadi,
muliakanlah Dia itu terkait dengan persembahan, yaitu;
-
Mempersembahkan
tubuh kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang
berkenan.
-
Mempersembahkan
harta dan hasil pertama kepada Tuhan.
Jika
dikaitkan menurut susunan pola Tabernakel, “Muliakanlah Dia” terkena
pada RUANGAN SUCI, di situ kita memuliakan Tuhan, dan kita membawa korban dan
persembahan.
Adapun
isi dari Pengajaran Salib ialah:
Yang
Ketiga: “SEMBAHLAH DIA.”
Berarti,
membawa kehidupan rohani kita sampai kepada puncaknya, sampai kepada derajat
yang tinggi, dengan lain kata; hidup di dalam penyerahan diri sepenuh kepada
Tuhan, sama dengan; taat kepada kehendak Allah, bukan lagi kepada keinginan
sendiri.
Jika
dikaitkan menurut susunan pola Tabernakel, “Sembahlah Dia” terkena pada
RUANGAN MAHA SUCI.
Kalau kita
perhatikan Wahyu 8:3-4, di mana malaikat yang kuat itu mempersembahkan
ukupan. Kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dibakar, sehingga asap dupa
kemenyan itu naik di hadirat Tuhan, itulah yang menjadi doa penyembahan dari
orang-orang kudus.
Berarti,
sembahlah Dia, sama artinya; membawa kehidupan rohani kita sampai kepada
puncaknya, sampai kepada derajat yang tinggi, dengan lain kata; hidup dalam
penyerahan diri sepenuh, dengan tanda; taat kepada kehendak Allah, bukan lagi
taat kepada kehendak sendiri.
Itulah isi
dari Pengajaran Salib. Kita bersyukur kepada Tuhan, karena Tuhan percayakan
kepada kita Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel sekaligus telah
memberikan diri kita untuk digembalakan sampai akhirnya nanti membawa wujud
rohani kita sampai kepada puncaknya.
Sekarang
kita akan memperhatikan ALASAN UNTUK MEMBERITAKAN PENGAJARAN SALIB.
Wahyu 14:7
(14:7) dan ia berseru dengan suara
nyaring: "Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena telah tiba
saat penghakiman-Nya, dan sembahlah Dia yang telah menjadikan langit
dan bumi dan laut dan semua mata air."
Alasan
seorang malaikat sidang jemaat atau gembala sidang memberitakan Pengajaran
Salib ialah:
Yang
Pertama: “KARENA TELAH TIBA SAAT PENGHAKIMAN-NYA”.
Telah tiba
saat penghakiman-Nya, sama artinya; kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi.
Jika kita
perhatikan ciri-ciri dan tanda-tanda zaman yang saat ini sedang terjadi; di
setiap daerah di Nusantara ini -- tanah Pertiwi, Indonesia Raya dari Sabang
sampai Merauke -- terjadi banjir, longsor, banjir bandang, air sungai meluap,
gunung meletus, sehingga baru saja turun hujan 3 (tiga) hari 3 (tiga) malam,
Jakarta tergenang oleh air, semua harta benda raib dan berenang, bahkan hampir
setiap hari ada saja wilayah yang tergenang oleh air, ada yang setinggi 4
(empat) meter, ada yang setinggi 3 (tiga) meter.
Itulah
Pengajaran Salib yang memberi pengertian kepada kita akan hari penghakiman-Nya
yang telah tiba, memberi hikmat bagi kita tentang kedatangan Tuhan yang sudah
tidak lama lagi, sehingga kita bisa mengerti akan tanda-tanda zaman di
hari-hari terakhir ini.
Berbeda
kalau seorang hamba Tuhan sibuk berbicara tentang dongeng, cerita nenek moyang,
cerita isapan jempol, dongeng nenek-nenek tua, takhayul-takhayul, sibuk
menceritakan seisi dunia ini, sehingga
keadaan dari sidang jemaat yang dilayani jaraknya terlalu jauh dari sorga
karena sidang jemaat pada akhirnya tidak mengerti tanda-tanda zaman di mana
hari penghakiman telah tiba.
Tetapi puji
Tuhan, Tuhan itu penuh kasih dan rahmat kepada sidang jemaat GPT "BETANIA" Serang dan Cilegon.
Alasan
seorang malaikat sidang jemaat atau gembala sidang memberitakan Pengajaran
Salib ialah:
Yang Kedua:
“KARENA DIA YANG TELAH MENJADIKAN LANGIT DAN BUMI DAN LAUT DAN SEMUA MATA
AIR”.
-
Langit =
cakrawala, menunjuk; takhta Allah. Gambaran dari takhta Allah itulah ibadah dan
pelayanan. Saat ini kita berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, kita
patut bersyukur.
-
Bumi = tanah
= daratan, menunjuk; tumpuan kaki Tuhan. Kita ini terbuat dari tanah liat,
dibentuk dari tanah liat, oleh sebab itu biarlah kita merendahkan diri di bawah
kaki salib Tuhan, menjadi tumpuan kaki Tuhan, merendahkan diri
serendah-rendahnya.
Dia yang menjadikan kita
sebagai orang yang rendah hati, Dia yang menjadikan kita sebagai tumpuan kaki
Tuhan, karena pada dasarnya, untuk merendahkan diri di tempat yang paling
rendah, bagi pemikiran manusia adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Apalagi
kalau Hak Asasi Manusia (HAM) sudah diijak-injak, hak seseorang digagahi atau
dirampas orang lain, hal ini merupakan sesuatu yang tidak masuk akal bagi
banyak orang. Itu sebabnya banyak orang yang masuk ke dalam persidangan dengan
menyewa pengacara, menyewa banyak pengacara, bahkan menyewa pengacara terkenal
untuk membela haknya. Kalau apa yang dilakukan orang itu adalah benar, hal itu
masih masuk akal jika ia menyewa pengacara, tetapi kadang kala sudah berbuat
salah pun, masih saja menyewa pengacara untuk membenarkan diri dalam kesalahan.
Jadi, merendahkan diri
serendah-rendahnya dan menjadi tumpuan kaki Tuhan merupakan hal yang sangat
sulit untuk diterima oleh logika manusia. Maka kalau hari ini kita bisa rendah
hati, merendahkan diri di hadapan Tuhan, itu karena Dia telah menjadikan kita
rendah hati.
-
Laut. Lautan
dunia ini mulai dari Timur sampai ke Barat, Utara sampai ke Selatan, semuanya
itu berasal dari Tuhan.
-
Mata air,
berarti sumber air kehidupan, jelas ini menunjuk kepada; firman Allah. Sampai
malam ini, kita berada pada sumber air kehidupan, kita boleh menikmatinya dan
meminumnya secara cuma-cuma, itu semua karena kemurahan Tuhan, karena dia telah
menjadikan itu.
Kalau kita boleh berada
pada sumber air kehidupan (mata air) dan minum dari situ, itu karena Tuhan yang
menjadikannya. Jadi, kalau kita menikmati pembukaan firman, itu karena Tuhan
yang menjadikannya, bukan karena kita hebat, bukan karena kita mempunyai
pendidikan yang tinggi, tidak, melainkan karena Dia telah menjadikannya.
Coba bayangkan kalau
tidak ada mata air, dari mana kita minum? Dari mana kita menikmati kemurahan
Tuhan untuk melepaskan rasa dahaga ini? Jika tidak ada mata air, semua orang
akan mengalami kehausan; haus jabatan, haus kedudukan, haus dalam dosa
kejahatan dan kenajisan, tetapi puji Tuhan, malam ini kita datang kepada mata
air, kita dipuaskan dari rasa dahaga kita ini semua, karena Tuhan yang
menjadikan.
Sekali lagi saya tandaskan; kalau
kita lepas dari rasa dahaga, itu karena Tuhan yang menjadikan.
Wahyu 14:8
(14:8) Dan seorang malaikat lain, malaikat
kedua, menyusul dia dan berkata: "Sudah rubuh, sudah rubuh Babel,
kota besar itu, yang telah memabukkan segala bangsa dengan anggur hawa nafsu
cabulnya."
MALAIKAT
YANG KEDUA
berkata: “Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu, yang telah
memabukkan segala bangsa dengan anggur hawa nafsu cabulnya.”
Ini
merupakan salah satu tugas dari malaikat sidang jemaat, ini merupakan salah
satu tugas dari gembala sidang atau pemimpin rumah Tuhan, yaitu untuk
memberitahukan bahwa keberadaan Babel itu sudah rubuh. Ini adalah hal penting.
Babel itu
harus rubuh. Babel adalah tempat burung-burung yang najis, roh-roh najis
bersembunyi, dan oleh karena roh najis ini maka terhambatlah pembangunan tubuh
Kristus, sehingga oleh karena roh najis inilah terbentuklah pembangunan tubuh
Babel. Tetapi malaikat yang kedua berkata: “Sudah rubuh, sudah rubuh Babel,
kota besar itu”.
Ini semua
mengandung makna yang begitu dalam, yang tidak boleh diabaikan begitu saja.
Hati kita tidak boleh dipengaruhi oleh situasi kondisi pada saat kita mendengar
firman Tuhan, melainkan harus terus terarah kepada Kristus, Kepala, tidak boleh
dipengaruhi oleh perasan manusia daging.
Wahyu 7:3-4
(7:3) katanya: "Janganlah merusakkan
bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah
kami pada dahi mereka!" (7:4) Dan aku mendengar jumlah mereka yang
dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan
dari semua suku keturunan Israel.
Di sini
kita melihat: Jumlah mereka yang dimeteraikan dari 12 (dua belas) keturunan
Israel adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah
dimeteraikan.
Pendeknya:
Meterai Roh Kudus adalah jaminan sehingga tidak turut dirusak bersama dengan bumi,
laut dan pohon-pohonan.
Biarlah
saudara bisa mengerti apa yang saya maksud, semoga saudara mengerti apa yang
saya sampaikan ini, mengerti isi dari pemberitaan ini. Mintalah Roh Tuhan untuk
memberi pengertian.
Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak
Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh
empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama
Bapa-Nya.
Anak Domba
berdiri di bukit Sion bersama dengan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu)
orang yang telah dimeteraikan. Berarti, di dahi mereka tertulis nama-Nya dan
nama Bapa, -- dalam tulisan yang lain -- juga tertulis nama kota Allah-Nya,
itulah Yerusalem yang baru, bahkan di dalam Yehezkiel 9:4 tertulis huruf
T di dahi mereka.
Itulah
hamba-hamba Allah yang mengasihi Allah telah dimeteraikan menjadi milik
kepunyaan Allah supaya mereka jangan turut dimusnahkan seperti Tuhan akan
memusnahkan bumi, laut dan pohon-pohonan, termasuk Babel, tubuh kenajisan.
Hal inilah
yang harus disampaikan oleh seorang malaikat sidang jemaat, ini yang harus
disampaikan oleh gembala sidang, dan harus memberitahukan: “Sudah rubuh,
sudah rubuh Babel, kota besar itu” yang membuat gereja Tuhan rusak oleh
karena anggur hawa nafsu percabulannya.
Ini harus
disampaikan dengan tegas supaya jangan ada kenajisan berkuasa di tengah ibadah
dan pelayanan, terkhusus seorang imam.
Tuhan mau
kita semua menjadi milik kepunyaan-Nya, Tuhan mau supaya kehidupan kita jangan
dirusak bersama dengan pohon-pohonan, laut dan bumi nanti. Babel kota besar
akan rubuh, tetapi milik kepunyaan Allah akan dipelihara oleh Tuhan. Inilah
jaminan apabila kita tergembala dengan baik, dan ini harus disampaikan oleh
gembala sidang, sebab itu saudara harus bersyukur dan berterima kasih dengan
pelayanan kasih yang berisi pemberian, yaitu kemurahan hati Tuhan sehingga kita
limpah kasih karunia dan ucapan syukur kepada Tuhan.
2 Korintus
1:21-22
(1:21) Sebab Dia yang telah meneguhkan
kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah
mengurapi, (1:22) memeteraikan tanda milik-Nya atas kita dan
yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari
semua yang telah disediakan untuk kita.
Sebagai
tanda milik kepunyaan Allah, telah dimeteraikan dengan Roh Kudus.
Jadi, Roh
Kudus yang dimeteraikan oleh Tuhan dalam hati kita, kehidupan yang diurapi, itu
adalah jaminan bahwa kita adalah milik kepunyaan Allah supaya kita jangan turut
dimusnahkan seperti akhirnya nanti langit, bumi, dan laut yang pertama akan
berlalu, termasuk pohon-pohonan, sekaligus bahwa kota Babel besar itu sudah
rubuh.
Tetapi
milik kepunyaan Allah telah dimeteraikan, itu adalah jaminan supaya kita jangan
turut binasa, supaya kita jangan turut dirusak.
Efesus 4:30
(4:30) Dan janganlah kamu mendukakan Roh
Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.
Oleh sebab
itu, jangan lagi kita mendukakan Roh Kudus. Jangan buat Roh Kudus berduka.
Hai
imam-imam, hai pelayan Tuhan, jangan lagi buat Roh Kudus berduka. Saat kapan
Roh Kudus berduka? Saat terjadi kematian rohani. Kematian rohani, berarti;
hidup dalam hawa nafsu daging, sebab daging itu mati dan roh yang memberi
hidup.
Menjelang
kedatangan Tuhan yang kedua kali, jangan kita mendukakan Roh Kudus, sebab
meterai Roh Kudus merupakan jaminan bahwa kita adalah tanda milik kepunyaan
Allah.
Ayo, jangan
buat Roh Kudus berduka. Sebagai seorang pelayan Tuhan, hiduplah di dalam Roh
Tuhan, hiduplah dalam pimpinan Roh Tuhan. Biarlah Roh Tuhan berkuasa. Jangan
biarkan hawa nafsu dan keinginan dagingmu membuat kerohanianmu mati menjelang
kedatangan Tuhan.
Maka saya
pun dalam hal ini bertanggung jawab kepada sidang jemaat, jiwa saudara, nyawa
saudara, sebab itu saya juga akan berkata: “Sudah rubuh, sudah rubuh Babel,
kota besar itu” yang mabuk dengan hawa nafsu percabulannya, sehingga banyak
orang dirusak.
Mengapa
saya harus sampaikan ini? Karena saya bertanggung jawab terhadap sidang jemaat,
terhadap nyawa saudara, jiwa saudara. Tetapi kalau saudara masih suka berontak,
mengambil jalan sendiri, saya tidak habis pikir, karena Tuhan sudah perhatikan
jiwa saudara, sebab itu Tuhan bukakan firman-Nya sampai malam ini, itu
pekerjaan dari malaikat sidang jemaat.
Kalau
malaikat sidang jemaat menyatakan: “Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota
besar itu”, berarti dia bertanggung jawab, dia tidak takut, dia tidak ragu
di dalam hal menyampaikan Pengajaran Salib sekalipun ada teguran yang menusuk
karena dosa kejahatan dan terlebih kenajisan yang begitu luar biasa itu.
Wahyu
14:9-11
(14:9) Dan seorang malaikat lain, malaikat
ketiga, menyusul mereka, dan berkata dengan suara nyaring: "Jikalau
seorang menyembah binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya
atau pada tangannya, (14:10) maka ia akan minum dari anggur murka Allah,
yang disediakan tanpa campuran dalam cawan murka-Nya; dan ia akan disiksa
dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata
Anak Domba. (14:11) Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas
sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa,
yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang
telah menerima tanda namanya."
MALAIKAT
YANG KETIGA --
itulah gembala sidang --, dalam ajarannya di sini melarang untuk;
-
Melarang
untuk menyembah binatang (antikris) dan patungnya, yaitu segala
berhala-berhala.
-
Melarang
untuk menerima tanda atau cap meterai dari antikris di dahi atau pun di tangan
kanan-Nya.
Sebab
resiko apabila melanggar, ia akan disiksa oleh api dan belerang siang dan malam
selama-lamanya.
Kalau kita
hari ini sedapat mungkin bisa beribadah dan melayani Tuhan, itu adalah
kemurahan dari pada Tuhan. Jangan sampai karena bisnis, karena usaha, karena
uang, karena harta, kekayaan, kedudukan, karena menuntut ilmu pendidikan, juga
karena overtime bekerja lalu tinggalkan ibadah pelayanan, itu sama
dengan menyembah binatang dan menyembah patungnya, menyembah berhala.
Segala
sesuatu yang melebihi dari Tuhan itu adalah berhala. Meninggalkan Tuhan karena
pekerjaan, itu berhala. Meninggalkan ibadah dan pelayanan karena perkara
lahiriah dan kesibukan yang lain, itu berhala.
Sebab itu,
sedapat mungkin, kalau kita masih ada kesempatan untuk mengusahakan ibadah dan
pelayanan ini, ayo, kerjakanlah sedapat mungkin. Karena kalau tidak, mereka
yang menyembah binatang dan patungnya, kemudian mereka yang menerima cap
meterai dari antikris di dahi atau pun tangan kanannya, akan disiksa oleh api
belerang siang dan malam selama-lamanya.
Sebetulnya,
kita ini adalah kehidupan-kehidupan yang sangat diperhatikan Tuhan. Kalau
sampai hari ini kita lepas dari patung (penyembahan berhala) -- berhala apa pun
di atas muka bumi ini --, itu karena perhatian Tuhan. Kalau tidak, nanti kita
akan disiksa siang malam oleh api belerang selama-lamanya, selamanya disiksa,
tetapi mereka yang diselamatkan; selamanya bahagia dalam Kerajaan Sorga.
Jadi, kita
tidak usah bersungut-sungut dengan sengsara salib, aniaya karena firman, sebab
itu adalah cara Tuhan untuk kita dapat berjumpa dengan Dia kembali. Tanah yang
hina bisa bertemu kembali dengan Dia yang mulia hanya dengan Pengajaran
Salib/salib yang telah mendidik kita.
Wahyu 14:12
(14:12) Yang penting di sini ialah ketekunan
orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus.
Oleh sebab
itu, yang penting di sini adalah ketekunan orang-orang kudus. Tujuannya;
untuk mengerti tiga ajaran yang disampaikan oleh ketiga malaikat sidang jemaat
(gembala sidang).
Itulah yang
dikerjakan oleh Rut; ia bertekun, tidak berhenti sedikit pun saat bekerja di
ladang Boas, itu berbicara tentang ketekunan.
Mari kita
lihat KETEKUNAN.
Ibrani
10:22-24
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap
Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena
hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah
dibasuh dengan air yang murni. (10:23) Marilah kita teguh berpegang pada
pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. (10:24)
Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih
dan dalam pekerjaan baik.
Di sini
kita melihat ada tiga kata:
1. Iman … ayat 22.
2. Pengharapan … ayat 23.
3. Kasih … ayat 24.
Perikop
ayat ini adalah “Ketekunan”, yang dikaitkan dengan ketekunan dalam 3 (tiga)
macam ibadah pokok berdasarkan pola Tabernakel (pola Kerajaan Sorga):
-
IMAN,
menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci,
terkena pada MEJA ROTI SAJIAN.
-
PENGHARAPAN,
menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian, terkena pada
PELITA EMAS.
-
KASIH,
menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan, terkena pada MEZBAH DUPA.
Ibrani
10:25-26
(10:25) Janganlah kita menjauhkan diri
dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang,
tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang
hari Tuhan yang mendekat. (10:26) Sebab jika kita sengaja berbuat dosa,
sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban
untuk menghapus dosa itu.
Kalau
seseorang meninggalkan ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, darah Yesus
tidak berlaku atas dia. Hanya darah Yesus yang sanggup menebus dan
menyelamatkan kehidupan kita masing-masing.
Oleh sebab
itu, biarlah kita saling mendorong, saling menasihati antara satu dengan yang
lain di dalam kasih, supaya kita jangan menjauhkan diri dari ketekunan dalam
tiga macam ibadah pokok, sebab resikonya; darah Yesus tidak berlaku atas dia.
Apalagi
imam-imam, jika dengan sengaja meninggalkan ibadah, maka darah Yesus tidak akan
berlaku atas dia.
Jika Tuhan
ijinkan, biarlah tahun ini tidak ada seorang pun imam yang meninggalkan
pertemuan-pertemuan ibadah, melainkan harus tekun dalam tiga macam ibadah.
Kalau tidak, biar ia turun dulu dari pelayanan.
Wahyu 14:12
(14:12)
Yang penting
di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah
Allah dan iman kepada Yesus.
“Yang
penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus.” Orang yang bertekun adalah orang yang
menuruti firman Allah. Orang yang tekun dalam tiga macam ibadah pokok sudah
pasti mengikuti perintah Allah.
Tidak
mungkin orang yang di luaran sana bisa mengerti untuk menuruti perintah Allah,
tetapi yang mengerti untuk menuruti perintah Allah adalah orang yang tekun
dalam tiga macam ibadah pokok, mereka itulah orang-orang yang menuruti Firman
Allah.
Wahyu 3:8
(3:8) Aku tahu segala pekerjaanmu:
lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorang
pun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku
dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.
Orang yang
menuruti firman Allah adalah orang yang tidak menyangkal nama Tuhan dan tidak
malu mengakui Tuhan dan salib-Nya, tidak malu merendahkan diri saat memikul
salib di tengah keramaian.
Tetapi
lihat, Tuhan berkata kepada jemaat di Filadelfia: “Aku telah membuka pintu
bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorang pun.”
-
Kalau
Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup.
-
Kalau
Ia menutup, tidak ada seorang pun yang dapat membukanya.
Berarti,
kalau Tuhan membuka pintu bagi sidang jemaat di Filadelfia, itu adalah
kemurahan Tuhan.
Kalau pintu
terbuka, berarti kita masuk, bukan untuk keluar lagi. Sekarang kita berada di
dalam takhta kasih karunia, bukan untuk keluar dari dalam, tetapi untuk
seterusnya berada di dalam dan selama-lamanya, sampai di dalam kekekalan sampai
selama-lamanya, dimulai dari sekarang.
Itulah
orang yang menuruti perintah Tuhan; tidak menyangkal nama Tuhan, tidak malu
saat merendahkan diri, tidak malu saat memikul salib di tengah keramaian.
Tuhan
membuka pintu yang tidak dapat ditutup oleh siapa pun. Kalau Tuhan menaikkan,
tidak ada yang dapat menjatuhkan kita.
Malam ini
saya tidak bisa menerangkan lagi tentang kerendahan hati, karena dibatasi oleh
waktu. Memang saya sudah sampaikan pemberitaan firman Tuhan ini selama satu jam
dua puluh menit, tetapi saya akan singkatkan saja tentang kerendahan hati.
Modal
bekerja di ladang Tuhan, YANG KEDUA: KERENDAHAN HATI.
Rut 2:7
(2:7) Tadi ia berkata: Izinkanlah kiranya
aku memungut dan mengumpulkan jelai dari antara berkas-berkas jelai ini di
belakang penyabit-penyabit. Begitulah ia datang dan terus sibuk dari pagi
sampai sekarang dan seketika pun ia tidak berhenti."
Mengumpulkan
jelai di belakang penyabit-penyabit, itu berbicara tentang kerendahan hati,
tanpa penonjolan diri.
Mazmur
22:27
(22:27) Orang yang rendah hati akan makan
dan kenyang, orang yang mencari TUHAN akan memuji-muji Dia; biarlah
hatimu hidup untuk selamanya!
Orang yang
rendah hati akan makan dan kenyang, sama seperti Rut menuai jelai di belakang
penyabit-penyabit.
Mazmur
37:11
(37:11) Tetapi orang-orang yang rendah
hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan
yang berlimpah-limpah.
Orang yang
rendah hati;
1. Mewarisi negeri.
2. Bergembira karena kesejahteraan dari
Tuhan berlimpah-limpah.
Ayo,
belajar rendah hati, tinggalkan dan lepaskan diri dari roh tinggi hati.
Rut 2:2
(2:2) Maka Rut, perempuan Moab itu,
berkata kepada Naomi: "Biarkanlah aku pergi ke ladang memungut bulir-bulir
jelai di belakang orang yang murah hati kepadaku." Dan sahut Naomi
kepadanya: "Pergilah, anakku."
Kalau kita
melayani dengan kerendahan hati, tandanya adalah murah hati, mengapa demikian?
Karena orang yang bekerja di ladang Tuhan (penyabit-penyabit) adalah orang yang
murah hati.
Di sini
kita melihat; dalam kerendahan hati, dia memungut jelai di belakang
penyabit-penyabit.
Siapa
penyabit-penyabit? Adalah orang yang bekerja di ladang Tuhan. Siapa orang yang
bekerja di ladang Tuhan? Adalah orang yang murah hati. Dan karena
penyabit-penyabit itu rendah hati, dia juga turut murah hati.
Jadi, orang
yang rendah hati, tandanya; murah hati. Tidak ada orang yang rendah hati, tidak
murah hati. Semua orang yang rendah hati pasti murah hati.
2 Korintus
9:5
(9:5) Sebab itu aku merasa perlu
mendorong saudara-saudara itu untuk berangkat mendahului aku, supaya mereka
lebih dahulu mengurus pemberian yang telah kamu janjikan sebelumnya,
agar nanti tersedia sebagai bukti kemurahan hati kamu dan bukan
sebagai pemberian yang dipaksakan.
Mari kita
mengadakan kegiatan di dalam hal mengumpulkan dana untuk Yerusalem untuk
kegiatan-kegiatan rohani, di mana pemberian itu bukan diberikan dengan
terpaksa, tetapi dengan segala kerelaan hati, memberi dengan segala sukacita.
Berarti
dengan demikian, pemberian jemaat di Korintus ini adalah sebagai bukti
kemurahan hati mereka, bukan lagi sebagai pemberian yang dipaksakan.
Jadi,
rendah hati, tandanya; murah hati, seperti Rut menyabit di belakang
penyabit-penyabit, di belakang orang yang murah hati. Orang yang bekerja di
ladang pasti murah hati, dan karena Rut berada di belakang orang yang murah
hati, maka ia turut juga murah hati.
Ayo, mari
kita berlomba-lomba merendahkan diri supaya semua orang menjadi murah hati.
Kolose 3:12
(3:12) Karena itu, sebagai orang-orang
pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan,
kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.
Jubah atau
pakaian dari seorang imam, seorang yang bekerja di ladang Tuhan adalah
kerendahan hati dan kemurahan hati.
Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI
PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment