IBADAH
DOA PENYEMBAHAN, 18 FEBRUARI 2020
KITAB
KOLOSE
(Seri: 84)
Subtema:
SABAR DAN MENGAMPUNI
Shalom.
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh karena kasih dan kemurahan-Nya,
kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Doa Penyembahan malam ini. Biarlah
kiranya firman Tuhan yang akan membentuk setiap kehidupan kita, selanjutnya
membawa kehidupan kita rendah di kaki salib Tuhan, sujud menyembah kepada Dia.
Saya juga
tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti
pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube,
Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita berdoa, kita mohon
kemurahan Tuhan, supaya Tuhan kiranya membukakan firman-Nya malam ini, dan kita
diberkati sehingga keadaan kita dipulihkan; hidup, ibadah, pelayanan, nikah,
dan rumah tangga, hubungan kita dengan Tuhan dipulihkan, sehingga ibadah kita
ini berkenan, segala sesuatu yang kita kerjakan ini berkenan, kegiatan Roh ini
berkenan. Jangan kita menjalankan ibadah Taurat, ibadah lahiriah, karena itu
tidak ada artinya, tetapi biarlah kiranya ibadah ini menjadi dupa yang berbau
harum, menyenangkan hati Tuhan.
Segera kita
sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang
dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE.
Kolose
3:12-13
(3:12) Karena itu, sebagai orang-orang
pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan,
kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.
(3:13) Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah
seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain,
sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.
Pakaian
atau tabiat dari seorang pelayan Tuhan (hamba Tuhan) ialah:
1.
Belas kasihan.
2.
Kemurahan.
3.
Kerendahan hati.
4.
Kelemahlembutan.
5.
Kesabaran.
Lima
perkara di atas tersebut sudah harus menjadi tabiat, dengan lain kata; melekat
di dalam diri seorang pelayan Tuhan, yang tidak boleh lekang seumur hidupnya.
Sebab kata “kenakanlah”, dalam ejaan lama disebut dengan “bersalut”.
Pendeknya;
lima perkara di atas menjadi sifat yang sudah mendarah daging. Berarti, di
dalam sengsara salib lima perkara di atas tetap terlihat, bahkan saat diberkati
pun lima perkara tersebut tetap menjadi tabiat dari seorang hamba Tuhan di
dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Prakteknya:
1. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain.
2. Ampunilah seorang akan yang lain.
Kesimpulannya:
Ada dua kata yang harus diperhatikan secara khusus oleh seorang pelayan-pelayan
Tuhan yaitu SABAR dan MENGAMPUNI.
Sabar dan
mengampuni harus menjadi suatu tindakan yang nyata (praktek hidup) dari seorang
hamba Tuhan di tengah-tengah pelayanannya dihadapan Tuhan.
Kita
bandingkan dengan PRIBADI RASUL PAULUS.
Filipi
3:4-6
(3:4)
Sekalipun aku
juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang
lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: (3:5)
disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku
Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat
aku orang Farisi, (3:6) tentang kegiatan aku penganiaya jemaat,
tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.
Tanda
lahiriah yang melekat di dalam diri Rasul Paulus, yaitu:
1. Disunat pada hari kedelapan, sama seperti Tuhan Yesus.
2. Bangsa Israel.
3. Suku Benyamin.
4. Orang Ibrani asli.
Empat
perkara tersebut tidak bisa lekang, tidak bisa dihapuskan dari dalam diri Rasul
Paulus.
Kemudian,
selain empat perkara yang tidak bisa dihapuskan (yang tidak lekang) dalam diri
Paulus, selanjutnya ada tiga praktek (tindakan) Paulus di tengah-tengah
pelayanannya:
1. Tentang pendirian terhadap hukum
Taurat ia orang
Farisi.
2. Tentang kegiatan ia penganiaya jemaat.
3. Tentang kebenaran dalam mentaati
hukum Taurat ia
tidak bercacat.
Pendeknya;
tanda lahiriah yang melekat di dalam diri Paulus sungguh tak terbantahkan, itu
sebabnya Rasul Paulus berkata: “Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh
percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi.”
Tetapi yang
sangat disayangkan adalah, tiga praktek atau tiga tindakan-tindakannya tidak
berkenan di hadapan Tuhan. Memang, ada empat hal yang menjadi kelebihannya,
yang melekat di dalam dirinya, yang tidak lekang seumur hidupnya, namun yang
sangat disayangkan, ada tiga praktek atau tindakan-tindakan yang tidak berkenan
dihadapan Tuhan, sebab di dalam tiga tindakan -- atau praktek di atas tadi -- tidak
terlihat kesabaran dan pengampunan, sama artinya; melayani tanpa kasih Allah.
1 Korintus
13:1-3
(13:1) Sekalipun aku dapat berkata-kata
dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak
mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang
yang gemerincing. (13:2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk
bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan;
dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi
jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. (13:3)
Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan
menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,
sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
Singkatnya:
Melayani Tuhan tanpa kasih = NOL.
Nol,
menunjuk kepada tiga hal:
1. Kehidupan
yang TIDAK BERJIWA, seperti alat musik yang tidak berjiwa, itulah gong
yang berkumandang dan canang yang gemerincing … ayat 1. Artinya,
tidak dapat memahami orang lain, tidak mau menyelami isi hati orang lain baik
dalam susah (duka) maupun dalam senang, tidak mau mengerti orang lain. Persis
seperti alat musik yang tidak berjiwa, tidak mempunyai nada tinggi dan nada
rendah; tidak bisa mengikuti dan menyelami isi hati orang lain, tidak mau
mengerti kesusahan orang lain, tidak peduli orang lain, yang penting hatinya
senang.
2. Kehidupan yang TIDAK BERGUNA
… ayat 2. Kehidupan yang tidak berguna sama dengan sampah atau pun
kotoran.
3. Kehidupan yang TIDAK BERFAEDAH
… ayat 3. Artinya, melayani tetapi tidak menjadi contoh teladan di
tengah-tengah pelayanannya, baik perkataan dan perbuatannya tidak menjadi
contoh teladan, tidak berfaedah.
Itulah
keadaan seorang hamba Tuhan jikalau ia melayani tanpa kasih, sama dengan; nol.
1 Korintus
13:4-7
(13:4) Kasih itu sabar; kasih itu
murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. (13:5)
Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri.
Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. (13:6)
Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. (13:7)
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala
sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
Sesungguhnya,
buah dari kasih ada 14 (empat belas):
1.
Sabar.
2.
Murah hati.
3.
Tidak cemburu.
4.
Tidak memegahkan diri.
5.
Tidak sombong.
6.
Tidak melakukan yang tidak sopan, sama dengan; sopan dalam melayani Tuhan.
7.
Tidak mencari keuntungan diri sendiri, sama dengan; tidak egois.
8.
Tidak pemarah,
tetapi peramah.
9.
Tidak menyimpan kesalahan orang lain, sama dengan; mengampuni.
10.
Tidak bersukacita karena ketidakadilan atau tidak bersukacita di atas penderitaan
orang lain.
11.
Menutupi segala sesuatu, sama dengan; mengampuni.
12.
Percaya segala sesuatu.
13.
Mengharapkan segala sesuatu.
14.
Sabar menanggung segala sesuatu.
Dari empat
belas buah kasih, terdapat kata “sabar” dan “mengampuni”,
masing-masing sebanyak dua kali.
- Kata
“sabar” sebanyak dua kali, yaitu buah kasih yang pertama (hal 1) dan buah kasih
yang keempat belas (hal 14).
- Kata
“mengampuni” sebanyak dua kali, yaitu buah kasih kesembilan (hal 9) dan buah
kasih kesebelas (hal 11).
Jadi, dari empat
belas buah kasih terdapat kata “sabar” sebanyak dua kali dan terdapat kata
“mengampuni” sebanyak dua kali, selebihnya yang lain masing-masing sebanyak
satu kali.
Kesimpulannya,
ada dua tindakan yang menonjol di tengah-tengah pelayanan dari seorang hamba
Tuhan, yaitu SABAR dan MENGAMPUNI. Dua hal ini harus nyata, harus terlihat
sekali di dalam diri seorang imam-imam, pelayan Tuhan, hamba Tuhan.
Efesus
4:1-3
(4:1) Sebab itu aku menasihatkan kamu,
aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang
yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. (4:2) Hendaklah
kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah
kasihmu dalam hal saling membantu. (4:3) Dan berusahalah
memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:
Sejenak
tentang: “… Aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan …” Biarlah kiranya
kehidupan kita menjadi tawanan Roh -- seperti Rasul Paulus, orang yang
dipenjarakan karena Tuhan – artinya; terikat dengan Tuhan di tengah-tengah
kegiatan Roh. Berarti, melepaskan diri atau menyingkir dari dunia sana,
mengikatkan diri dengan Tuhan dan menjadi tawanan Roh, sama seperti Rasul
Paulus yang dipenjara karena Tuhan.
Seorang
hamba Tuhan atau pelayan Tuhan harus berpadanan dengan panggilannya sebagai
hamba Tuhan. Jangan sampai seorang hamba Tuhan melayani pekerjaan Tuhan, tetapi
tidak berpadanan dengan panggilannya sebagai seorang hamba Tuhan.
Sekali lagi
saya tandaskan: Seorang hamba Tuhan harus berpadanan dengan panggilannya. Tidak
boleh urakan, tidak boleh seperti orang dunia yang bebas berbuat kejahatan,
bebas berbuat kenajisan, tidak boleh. Tidak boleh bebas berbuat dosa, tidak
boleh seenaknya, sesuka hati main belakang.
Berarti:
-
“Selalu rendah hati” Memang, seorang hamba Tuhan harus rendah hati, imam-imam harus rendah
hati, tidak boleh congkak, tidak boleh panas hati, tidak boleh mudah
tersinggung.
-
"Lemah
lembut”, berarti; tidak kasar. Tetapi jangan salah dimengerti, tegas itu
bukan berarti kasar, namun tegas itu sinonimnya adalah disiplin. Lemah lembut,
berarti tidak kasar. Memang seorang imam tidak boleh kasar. Orang yang kasar
identik dengan keras kepala, susah diatur.
- “Sabar”
Memang, seorang hamba Tuhan, seorang imam, seorang pelayan Tuhan harus sabar.
Kalau seorang hamba Tuhan tidak sabar di dalam melayani Tuhan dan melayani
pekerjaan Tuhan, maka pekerjaan Tuhan akan berantakan, melayani akan
serampangan (sesuka hati). Jadi, seorang hamba Tuhan, seorang pelayan Tuhan
harus sabar; sabar di dalam hal menanggung penderitaan, sabar di dalam hal menerima
didikan dari Tuhan, sabar di dalam hal memikul salib, sabar di dalam segala
sesuatu.
Kemudian,
yang tidak kalah penting:
1. Seorang hamba Tuhan harus “menunjukkan
atau menampilkan kasih Allah di dalam hal saling membantu.” Harus saling
membantu satu dengan yang lain. Janganlah kita mencari puji-pujian dan hormat
di luaran sana, tetapi di dalam rumah Tuhan tidak saling membantu, ini adalah
suatu kekeliruan yang sangat luar biasa.
2. “Memelihara kesatuan Roh oleh
ikatan damai sejahtera.” Di dalam melayani Tuhan, antara seorang pelayan
Tuhan dengan pelayan Tuhan yang lain harus melayani dengan satu Roh, yaitu
dengan cara ikatan damai sejahtera, membawa damai sejahtera di tengah ibadah
pelayanan. Jangan kita pura-pura ini itu, bertindak ini itu, tetapi untuk merusak
suasana yang ada. Jangan menjadi kehidupan yang membawa keonaran dan kelaliman,
tetapi berusahalah memelihara kesatuan Roh, melayani dengan satu Roh antara
seorang dengan yang lain oleh ikatan damai sejatera. Bawalah damai sejahtera
itu. Jangan membawa keonaran dan kelaliman dengan banyaknya
kemunafikan-kemunafikan. Bukan hanya saat ibadah, tetapi setelah keluar dari
ibadah juga harus bisa membawa damai sejahtera.
Efesus
4:31-32
(4:31) Segala kepahitan, kegeraman,
kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian
pula segala kejahatan. (4:32) Tetapi hendaklah kamu ramah seorang
terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni,
sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
Seorang
hamba Tuhan, selain sabar -- pada ayat 2 --, juga harus saling mengampuni,
diikutsertakan dengan ramah antara seorang dengan yang lain, dan
penuh kasih mesra untuk menjaga keutuhan, supaya terjaga kesatuan antara
yang satu dengan yang lain.
Saya kira
ayat ini berkali-kali kita dengar, juga ayat yang lain -- untuk menjaga
keutuhan dan kesatuan -- berkali-kali kita dengar, tetapi ada kalanya perasaan
ini selalu menonjol, sehingga suasana jadi rusak. Jangan lagi seperti itu.
Syaratnya;
membuang enam perkara, yaitu:
1. “Kepahitan” Apa pun yang membuat hatimu
menjadi pahit, itu harus dibuang.
2. “Kegeraman” Apa pun yang menjadi hatimu geram,
itu harus dibuang.
3. “Kemarahan” Apa pun yang menimbulkan engkau
menjadi marah sampai bersungut-sungut, ngomel kepada Tuhan, buang amarah itu.
4. “Pertikaian” Jangan sampai ada pertikaian
antara seorang pelayan Tuhan dengan seorang pelayan Tuhan yang lain. Tidak
boleh bertengkar, tidak boleh ada perselisihan.
5. “Fitnah” Ini juga harus dibuang, jangan kita merusak
nama baik orang lain karena kita tidak menyukai orang itu.
6. “Segala jenis kejahatan”, semuanya itu harus dibuang.
Biarlah
kiranya enam perkara itu benar-benar kita buang. Yang sudah melayani Tuhan,
kiranya ayat ini dibaca lagi di rumah supaya semakin dewasa dalam melayani pekerjaan
Tuhan. Ayat ini, pemberitaan firman ini, jangan hanya dijadikan sebagai ilmu
pengetahuan saja. Kalau hanya ilmu pengetahuan, nanti yang terjadi adalah tidak
rendah hati, akhirnya merasa diri lebih baik, lebih benar, lebih suci, bahkan
bisa menganggap merasa diri lebih dari gembalanya.
1 Petrus
2:9
(2:9) Tetapi kamulah bangsa yang
terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat
kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan
yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada
terang-Nya yang ajaib:
“…
Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat
kepunyaan Allah sendiri …”, jelas ini menunjuk kepada seorang hamba Tuhan, seorang pelayan Tuhan.
Tugas dari
seorang hamba Tuhan ialah memberitakan salib Kristus di mana pun kita berada,
sama dengan; sabar dan mengampuni.
Kasih Allah
dinyatakan di tengah-tengah manusia lewat sengsara salib. Ada empat belas buah
kasih, dari antaranya ada dua kali kata “sabar” dan ada dua kali kata
“mengampuni”. Jadi, tugas dari seorang hamba Tuhan ialah memberitakan salib
Kristus, berarti; sabar dan mengampuni.
1 Petrus
2:10
(2:10) kamu, yang dahulu bukan umat
Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu
tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.
Pertanyaannya:
Mengapa seorang hamba Tuhan harus bertindak dengan sabar dan mengampuni di
tengah-tengah pelayanannya di hadapan Tuhan?
Jawabannya
adalah sebab Tuhan sudah terlebih dahulu sabar dan mengampuni kita. Apa
buktinya?
-
Dahulu
kita bukan umat Allah, tetapi sekarang telah menjadi umat-Nya.
-
Dahulu
tidak dikasihani, tetapi sekarang beroleh belas kasihan.
Itu adalah
bukti bahwa Tuhan sabar dan mengampuni kita.
Kalau kita
melayani Tuhan dengan sabar dan penuh pengampunan, itu karena Tuhan sudah
terlebih dahulu sabar dan mengampuni kita. Oleh sebab itu, seorang pelayan
Tuhan tidak boleh egois, tidak boleh hanya mementingkan diri sendiri, tidak
boleh mencari puji-pujian yang sia-sia, tidak boleh menonjolkan diri di tengah
ibadah dan pelayanan, tidak boleh menjilat.
Tugas dari
seorang hamba Tuhan adalah memberitakan salib Kristus, berarti; sabar dan
mengampuni di mana pun kita berada. Tindakan semacam ini harus terlihat dari
seorang pelayan Tuhan.
-
Kalau
sabar, berarti; tidak mudah mengambil keputusan yang keliru.
- Kalau
mengampuni, berarti; tidak mudah menunjuk-nunjuk dosa orang lain dan
tidak mudah melakukan kesalahan.
Jadi, dapat
kita mengambil kesimpulan: Sabar dan dan mengampuni adalah seorang hamba Tuhan
yang penuh kewaspadaan, menjaga dirinya dan menjaga pengajarannya.
Kolose
1:13-14
(1:13) Ia telah melepaskan kita
dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang
kekasih; (1:14) di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan
dosa.
Kita telah
ditebus dan dosa-dosa kita telah diampuni, sehingga oleh darah salib Kristus,
kita mengalami kelepasan dan menjadi imamat rajani -- sama dengan hamba Tuhan
--.
Jadi jelas,
kalau seseorang ditetapkan menjadi hamba Tuhan, ditetapkan menjadi seorang
pelayan Tuhan, itu karena Yesus Kristus sudah terlebih dahulu sabar dan
mengampuni. Ini adalah suatu tindakan yang luar biasa, tindakan yang heran dan
mengagumkan sekali.
Setelah
saya teliti tadi tentang 14 (empat belas) buah kasih, ternyata kata sabar dan
mengampuni itu ditulis (terdapat) sebanyak dua kali, setelah saya menyadarinya,
saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan.
Sabar dan
mengampuni ini adalah suatu tindakan yang harus nyata di dalam diri seorang
hamba Tuhan. Kalau Tuhan tidak sabar dan tidak mengampuni kita, tentu dari
sejak tempo dulu kita sudah habis (binasa).
Filipi
3:7-8
(3:7) Tetapi apa yang dahulu merupakan
keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (3:8)
Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus
Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah
melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh
Kristus,
Yang dahulu
keuntungan bagi Rasul Paulus, dianggap sampah atau kotoran supaya ia memperoleh
(memiliki) Kristus. Itu sebabnya Rasul Paulus berkata: “… Karena pengenalan
akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya.”
Status yang
melekat di dalam diri, mungkin lahir dari darah biru, mungkin lahir menjadi
anak seorang konglomerat, status itu sudah mendarah daging, tetapi kalau dalam
tindakannya tidak terlihat kesabaran dan pengampunan, status itu semua tidak
ada artinya, nol. Tetapi Rasul Paulus berkata: “… Yang dahulu merupakan
keuntungan bagiku … aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah
atau kotoran”, supaya ia memiliki Kristus. Kristus lebih mulia dari sampah.
Kristus lebih mulia daripada darah biru, apalagi darah hitam. Kristus lebih
mulia dari status yang ada di dunia ini, bahkan kedudukan jabatan secara
lahiriah yang diperoleh oleh manusia duniawi. Kristus lebih mulia, oleh sebab
itu, bagi Rasul Paulus, semua itu dianggap sampah dan sangat merugikan sekali.
Pendeknya:
Empat tanda lahiriah dan tiga tindakan, dahulu dianggap keuntungan, tetapi pada
akhirnya dianggap menjadi sampah dan kotoran oleh karena Kristus. Jadi Kristus
lebih mulia dari sampah. Kristus lebih mulia dari status manusia, Kristus
adalah segala-galanya.
Filipi 3:9
(3:9) dan berada dalam Dia bukan dengan
kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran
karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah
anugerahkan berdasarkan kepercayaan.
Pada
akhirnya, Rasul Paulus hidup dalam kebenaran karena iman, dibenarkan oleh darah
salib Kristus.
Tandanya;
ia telah melepaskan empat tanda lahiriah, serta menyingkir dari tiga
tindakan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, antara lain:
1. Tentang kebenaran yang disertai
dengan ragi Farisi, yaitu kebenaran yang disertai dengan adat istiadat orang
Yahudi.
2. Dia seorang penganiaya jemaat.
Sebaliknya, penuh dengan kasih, sabar, dan mengampuni.
3. Tentang kebenaran dalam mentaati
hukum Taurat, ia tidak bercacat. Artinya, pada akhirnya ia berdiri di atas
korban Kristus, ia tidak lagi berdiri di atas hukum Taurat, dia tidak lagi
mempertahankan hukum Taurat itu.
Pendeknya,
lepas dari:
- Ragi
Farisi, yaitu: kebenaran ditambah dengan adat istiadat orang Yahudi.
- Tabiat penganiaya.
- Hukum
Taurat.
Sungguh
heran kasih Allah, Ia sabar dan mengampuni saya dan saudara. Dia sungguh heran
luar biasa, ajaiblah kasih Kristus.
Malam ini,
mari kita belajar untuk menjadi kehidupan yang bijaksana, menerima firman
Allah, kemudian hidup di dalamnya. Untuk menjadi hamba Tuhan yang penuh kasih,
berarti sabar dan mengampuni. Dan malam ini, kita buktikan dengan membawa diri
kita masing-masing rendah di kaki salib Kristus, tersungkur di hadapan
takhta-Nya, sujud menyembah Allah yang hidup, Allah Abraham Ishak Yakub, Allah
Israel, Tuhan dan Juruselamat yang berdaulat atas kehidupan kita. Dialah Allah
sesembahan kita, hanya kepada Dia sajalah kita berbakti.
Biarlah
kehidupan rohani kita ini berada sampai puncaknya, yaitu berada dalam
penyembahan, dengan lain kata; penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada
kehendak Tuhan. Di atas segalanya nama Tuhan dipermuliakan. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI
PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman;
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment