IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 28 APRIL 2020
KITAB KOLOSE
(Seri: 94)
Subtema: KEKAYAAN PERKATAAN KRISTUS
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera, bahagia
kiranya memenuhi kehidupan kita masing-masing. Kita bersyukur, karena Tuhan
masih memberi kesempatan kepada kita untuk menikmati hadirat-Nya, menikmati
segala kemurahan-Nya, menikmati kemuliaan-Nya. Dan kiranya firman Tuhan yang
akan kita terima membawa kita rendah di kaki salib Tuhan, membentuk kehidupan
kita sampai kepada puncak rohani, itulah penyembahan, penyerahan diri sepenuh
untuk taat kepada kehendak Tuhan.
Segera kita sambut firman penggembalaan
untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada
jemaat di Kolose.
Kolose 3:16
(3:16) Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya
di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang
akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian
rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
Kalimat yang pertama: “Hendaklah
perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu …”
Persamaannya; hendaklah perkataan Kristus
diam di antara kita dengan segala kekayaannya.
Kemudian, kalimat yang kedua: “… Sehingga
kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain …”
Singkatnya, kekayaan dari perkataan Kristus
ialah hikmat Allah. Dengan demikian, hendaklah setiap orang memiliki hikmat
Allah itu sebagai kekayaan rohani di dalam diri kita masing-masing.
Kita sangat membutuhkan hikmat Allah,
apalagi hari-hari ini adalah hari-hari yang sangat sulit, keadaan dunia sudah
semakin sukar, tanda yang jelas sudah Tuhan nyatakan lewat wabah Corona
(Covid-19) ini.
Berkaitan dengan itu, kita segera membuka Yesaya
33.
Yesaya 33:5
(33:5) TUHAN tinggi luhur, sebab Ia tinggal di tempat tinggi;
Ia membuat Sion penuh keadilan dan kebenaran.
Tuhan tinggi luhur atau mulia, sebab Ia
tinggal di tempat tinggi. Kemudian, Allah membuat Sion atau gereja Tuhan atau
mempelai Tuhan penuh keadilan dan kebenaran.
Yesaya 33:6
(33:6) Masa keamanan akan tiba bagimu; kekayaan yang menyelamatkan
ialah hikmat dan pengetahuan; takut akan TUHAN, itulah harta
benda Sion.
“Masa keamanan akan tiba bagimu …”
Masa keamanan akan tiba bagi gereja Tuhan, bagi mempelai Tuhan. Mengapa
demikian? Sebab “Kekayaan yang menyelamatkan ialah hikmat dan pengetahuan”,
dengan lain kata; takut akan TUHAN, itulah harta benda (kekayaan)
Sion, bukan kekayaan secara jasmani atau lahiriah.
Yesaya 33:7-8
(33:7) Lihat, orang-orang Ariel menjerit di jalan, utusan-utusan
yang mencari damai menangis dengan pedih. (33:8) Jalan-jalan raya
menjadi sunyi dan seorang pun tiada lagi yang lintas di jalan. Perjanjian
sudah diingkari, saksi-saksi sudah ditolak, dan manusia tidak
dihiraukan.
Orang-orang penting, antara lain;
-
Orang
Ariel atau orang yang terpandang, menjerit di jalan.
-
Utusan-utusan
yang mencari damai, menangis dengan pedih.
Akibatnya; jalan-jalan raya menjadi sunyi,
seorang pun tidak ada yang melintas.
Penyebabnya; karena perkataan Kristus atau
perjanjian Tuhan ditolak dan diingkari.
Kita sangat membutuhkan perkataan Kristus
dengan segala kekayaannya, dan biarlah hal itu diam di antara kita. Kalau
tidak, maka akan berbahaya sekali.
Tambahannya, kita akan memperhatikan Yesaya
10.
Yesaya 10:3-4
(10:3) Apakah yang akan kamu lakukan pada hari penghukuman,
dan pada waktu kebinasaan yang datang dari jauh? Kepada siapakah kamu
hendak lari minta tolong, dan di manakah hendak kamu tinggalkan kekayaanmu? (10:4)
Tak dapat kamu lakukan apa-apa selain dari meringkuk di antara
orang-orang yang terkurung, dan tewas di antara orang-orang yang
terbunuh! Sekalipun semuanya ini terjadi, murka TUHAN belum surut, dan
tangan-Nya masih teracung.
“Apakah yang akan kamu lakukan pada hari
penghukuman?…” Seseorang tidak dapat berbuat apa-apa pada hari penghakiman,
tidak bisa lari dari penghukuman, bahkan kekayaan tidak dapat menyelamatkan
seseorang, itu harus kita ketahui dengan
pasti. Sebab itu, janganlah tiap-tiap orang menaruh pengharapannya kepada harta
dan kekayaan, serta mengandalkan manusia dan kekuatannya.
Jadi, seseorang tidak dapat berbuat apa-apa
pada hari penghukuman, bahkan kekayaan sendiri tidak dapat menyelamatkan
seseorang, selain;
-
Meringkuk
di antara orang-orang yang terkurung.
-
Tewas
di antara orang-orang yang terbunuh.
Saya kembali katakan dengan tandas;
tiap-tiap orang janganlah kiranya menaruh pengharapan kepada harta dan
kekayaannya, jangan mengandalkan manusia dan kekuatannya. Itu sebabnya Tuhan
berkata pada hari penghakiman: “Apakah yang akan kamu lakukan pada hari
penghukuman, dan pada waktu kebinasaan yang datang dari jauh?” Apa yang
bisa kita perbuat? Kita tidak bisa lari dari kenyataan yang ada. Hal itu harus
dipahami dengan baik.
Sesudah kita melihat Yesaya 10:3-4
sebagai tambahan dari Yesaya 33, maka kita akan melihat Roma 11.
Roma 11:29-32
(11:29) Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya. (11:30)
Sebab sama seperti kamu dahulu tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang beroleh
kemurahan oleh ketidaktaatan mereka, (11:31) demikian juga mereka
sekarang tidak taat, supaya oleh kemurahan yang telah kamu peroleh, mereka juga
akan beroleh kemurahan. (11:32) Sebab Allah telah mengurung semua orang
dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas
mereka semua.
Singkatnya, Allah telah mengurung semua
orang dalam ketidaktaatan, tujuannya; supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya
atas semua orang, yaitu kafir dan Israel.
Di atas tadi kita sudah melihat, bahwa;
bangsa Kafir mendapat kemurahan karena ketidaktaatan bangsa Israel, tetapi
setelah melihat kemurahan yang diperoleh bangsa kafir, bangsa Israel pun hidup di dalam penyerahan
untuk beroleh kemurahan.
Itu sebabnya, Allah telah mengurung semua
orang dalam ketidaktaatan, tujuannya; supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya
atas semua orang, yaitu kafir dan Israel.
Roma 11:33
(11:33) O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan
Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak
terselami jalan-jalan-Nya!
Dengan demikian, Rasul Paulus melihat
betapa heran, betapa ajaib, betapa luar biasa kasih karunia dan kemurahan dari
Allah, sehingga dia berkata: “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan
pengetahuan Allah!”
Pendeknya, sungguh;
- Tidak terselidiki keputusan-keputusan Tuhan.
- Tidak terselami jalan-jalan Tuhan.
Roma 11:34-35
(11:34) Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah
yang pernah menjadi penasihat-Nya? (11:35) Atau siapakah yang
pernah memberikan sesuatu kepada-Nya, sehingga Ia harus menggantikannya?
Ada tiga pertanyaan yang tidak dapat
dijawab oleh manusia:
1.
Siapakah
yang mengetahui pikiran Tuhan?
2.
Siapakah
yang pernah menjadi penasihat Tuhan?
3.
Siapakah
yang pernah memberikan sesuatu kepada Tuhan?
Jawaban dari tiga pertanyaan di atas hanya
satu, yaitu: TIDAK ADA.
Mengapa demikian? Karena Tuhan tidak mau
berhutang kepada manusia.
O, alangkah dalamnya kekayaan dari perkataan
Kristus, yaitu hikmat dan pengetahuan Allah! Biarlah
kiranya tiap-tiap orang memiliki roh hikmat dan wahyu sebagai kekayaan dari
perkataan Kristus.
Kerugian-kerugian tanpa memiliki
kekayaan dari perkataan Kristus.
Hosea 4:6
(4:6) Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena
engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku;
dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan
melupakan anak-anakmu.
Umat Tuhan binasa karena:
-
Tidak
mengenal Allah.
-
Melupakan
pengajaran Allah, yaitu perkataan Kristus.
Amsal 29:18
(29:18) Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat.
Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum.
Bila tidak ada wahyu (perkataan Kristus),
maka menjadi liarlah rakyat.
“Liar”, menunjuk; domba yang tidak
tergembala, sama dengan; dirusak atau diterkam oleh serigala, yakni roh-roh
jahat.
Akibatnya;
-
Seseorang
hanya menuruti keinginan di hati.
-
Mengambil
jalannya sendiri-sendiri.
Sungguh, gereja Tuhan akan mengalami
kerugian yang besar bila tidak ada wahyu. Sebaliknya, berbahagialah orang yang
berpegang pada hukum, yakni; memiliki perkataan Kristus dengan segala
kekayaannya yang diam di antara kita.
Ratapan 2:8-9
(2:8) TUHAN telah memutuskan untuk mempuingkan tembok puteri Sion. Ia mengukur
semuanya dengan tali pengukur, Ia tak menahan tangan-Nya untuk
menghancurkannya. Ia menjadikan berkabung tembok luar dan tembok dalam, mereka
merana semua. (2:9) Terbenam gapura-gapuranya di dalam tanah;
TUHAN menghancurkan dan meluluhkan palang-palang pintunya. Rajanya dan
pemimpin-pemimpinnya berada di antara bangsa-bangsa asing. Tak ada petunjuk
dari TUHAN, bahkan nabi-nabi tidak menerima lagi wahyu dari pada-Nya.
-
“TUHAN
telah memutuskan untuk mempuingkan tembok puteri Sion”, menunjukkan bahwa;
tidak ada lagi penjagaan.
-
“Ia
mengukur semuanya dengan tali pengukur …” Kalau diukur dengan tali
pengukur, maka tidak lagi terlihat kebenaran, tidak lagi berpegang pada
pengajaran, tidak memiliki perkataan Kristus.
-
Kemudian,
“ … Ia tak menahan tangan-Nya untuk menghancurkannya. Ia menjadikan
berkabung tembok luar dan tembok dalam …” Tidak ada penjagaan dari Tuhan,
tanda bahwa Tuhan murka (marah).
Jadi, kalau diukur dengan tali pengukur,
maka Sion tidak memiliki pengajaran Firman Allah, itulah perkataan Kristus, dan
itu adalah kerugian besar, sehingga Sion tidak lagi mengalami penjagaan dari
Tuhan.
Bila tidak ada wahyu, sama dengan; tidak
mendapat petunjuk dari Tuhan, bagaikan gapura-gapura yang tertanam. Sebaliknya,
kalau gapura masih tegak berdiri, kita dapat mengetahui daerah atau tempat
maupun kota yang kita tuju, karena perkataan Kristus tegak berdiri menjadi
petunjuk.
Jadi, kita merindukan kekayaan hikmat yang
bersumber dari perkataan Kristus supaya ada penjagaan, pembelaan, perlindungan
dari Tuhan. Kalau tidak ada petunjuk, maka kita tidak tahu apa yang harus kita
kerjakan, kita tidak tahu daerah atau tempat maupun kota yang kita tuju.
Sebenarnya, sasaran akhir dari perjalanan
rohani kita, berada pada satu titik, itulah pesta nikah Anak Domba, tetapi
kalau gapura-gapura sudah tertanam, dengan kata lain; perkataan Kristus tidak
tegak berdiri, maka kita tidak mendapat petunjuk, kita tidak mengetahui arah
dan sasaran dari ibadah pelayanan kita di muka bumi ini.
Jadi, kalau tidak ada pembukaan firman
dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah di tengah-tengah ibadah pelayanan dalam
sebuah penggembalaan, sebetulnya itu adalah kerugian dan Tuhan sangat marah
sekali dengan pelayanan yang tidak berkenan kepada Tuhan. sebab itu, kita terus
berdoa supaya kiranya oleh rahmat dan kasih karunia-Nya, Tuhan senantiasa
membukakan rahasia firman bagi kita, sehingga kita memperoleh wahyu, itulah
kekayaan hikmat sebagai petunjuk yang tegak berdiri, sehingga kita bisa melihat
arah dan tujuan dari perjalanan rohani kita -- yang pasti akan berakhir pada
satu titik, yaitu pesta nikah Anak Domba --.
Oleh sebab itu, “JALAN KELUARNYA”
ialah “hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di
antara kita” … Kolose 3:16A. Berarti,
dibutuhkan penyerahan diri. Kalau keras hati, tidak menyerahkan diri sebagai
korban persembahan kepada Tuhan, maka kita tidak akan mungkin mendapatkan
pembukaan rahasia firman Allah. Biarlah kiranya kita membawa korban dan
persembahan kepada Tuhan, yakni; penyerahan diri kita di kaki salib Tuhan,
seperti Maria membawa hidupnya rendah di kaki salib Tuhan.
Kita datang beribadah sekaligus membawa
korban dan persembahan kepada Tuhan, yaitu penyerahan diri kita untuk kita
serahkan dengan segala kerendahan hati kita. Mari kita lihat perkara itu dalam 1
Raja-Raja 3.
1 Raja-Raja 3:4-5
(3:4) Pada suatu hari raja pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan
korban, sebab di situlah bukit pengorbanan yang paling besar; seribu
korban bakaran dipersembahkan Salomo di atas mezbah itu. (3:5)
Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada
waktu malam. Berfirmanlah Allah: "Mintalah apa yang hendak
Kuberikan kepadamu."
Salomo mempersembahkan seribu korban
bakaran di atas mezbah kepada Tuhan di Gibeon, di bukit pengorbanan. Dan malam
ini, kita datang ke bukit pengorbanan untuk mempersembahkan korban bakaran
kepada Tuhan dengan segala kerendahan hati kita kepada Tuhan, itulah penyerahan
diri sepenuh, bagaikan korban bakaran, di mana setiap potongan-potongan daging
itu dari kepala sampai ekor dipersembahkan di atas Mezbah Korban Bakaran
semalam-malaman sampai pagi, apinya tidak dibiarkan padam -- berarti sampai
hangus, itulah penyerahan diri sepenuh --.
Pada saat Salomo mempersembahkan seribu
korban bakaran, pada saat itulah Tuhan menampakkan diri-Nya kepada Salomo.
Jadi, Tuhan itu sangat mendambakan penyerahan diri sepenuh, itulah korban
bakaran. Berarti, kita harus mempersembahkan korban, yaitu penyerahan diri
dengan segala kerendahan hati kita, supaya pada saat itu nanti Tuhan
menampakkan diri-Nya kepada kita.
Pada saat perjumpaan itu, Tuhan menawarkan
apa yang hendak diinginkan oleh Salomo dari Tuhan, itu sebabnya Tuhan berkata: "Mintalah
apa yang hendak Kuberikan kepadamu."
Pertanyaannya: Pada saat berjumpa dengan
Dia, apa yang akan kita minta kepada Tuhan?
Dahulu, sebelum saya terpanggil menjadi
hamba Tuhan, kehidupan saya persis seperti anak-anak yang sedang merengek-rengek,
memohon kepada orang tuanya supaya diberikan uang jajan, seperti itulah
keberadaan saya dahulu sebelum terpanggil menjadi hamba Tuhan. Tetapi, tidak
sedikit juga kehidupan orang Kristen seperti itu; yang diinginkan hatinya
adalah sudah pasti sesuai kebutuhannya, dia tidak peduli kebutuhan itu
memuliakan Tuhan atau tidak. Tetapi mari kita belajar dari pribadi Salomo.
1 Raja-Raja 3:9,11-12
(3:9) Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang
perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang
baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi
umat-Mu yang sangat besar ini?" (3:11) Jadi berfirmanlah Allah
kepadanya: "Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak
meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian
untuk memutuskan hukum, (3:12) maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai
dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati
yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada
seorang pun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorang pun
seperti engkau.
Setelah ia mempersembahkan korban
persembahan, lalu Tuhan menampakkan diri, dan di situlah Salomo meminta hikmat
dan pengertian dari Tuhan. Salomo tidak meminta apa yang diminta oleh
kebanyakan orang, yaitu; “Umur panjang, kekayaan, dan nyawa musuh.”
Memiliki hikmat, sama dengan;
-
Paham
menimbang perkara.
-
Dapat
membedakan antara yang baik dan yang jahat.
Salomo sangat membutuhkan hal itu, karena
di ayat 9 jelas dikatakan: “Siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu
yang sangat besar ini?” Selain besar, di dalam bangsa ini juga banyak ahli
Taurat dan orang Farisi.
-
Ahli
Taurat; mengerti firman, tetapi tidak menjadi pelaku, mengajarkan salib, tetapi
tidak menjadi pelaku.
-
Demikian
juga orang Farisi; mengerti firman Tuhan, tetapi lebih mengutamakan ajaran
turun temurun dari nenek moyang orang Yahudi, itulah adat istiadat mereka,
sehingga demi adat istiadat, orang Farisi ini rela mengesampingkan firman Tuhan.
Maka untuk menghakimi bangsa yang besar,
yang juga di dalamnya ada ahli Taurat dan orang Farisi, dibutuhkan hikmat
sorgawi, itulah kekayaan dari perkataan Kristus. Itu sebabnya, Rasul Paulus
dengan tandas berkata kepada jemaat di Kolose: “Hendaklah perkataan Kristus
diam dengan segala kekayaannya di antara kamu.”
1 Raja-Raja 3:10
(3:10) Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang
demikian.
Meminta roh hikmat dan wahyu adalah hal
yang baik di mata Tuhan.
Sebab itu, sebelum kita datang beribadah,
biarlah kita meminta dan memohon dalam doa, kiranya Tuhan senantiasa membukakan
rahasia firman Allah, dengan kata lain; roh hikmat dan wahyu dinyatakan dalam
setiap pertemuan-pertemuan ibadah kita sekaliannya.
Tetapi satu hal yang harus kita ingat,
yaitu “Dibutuhkan kerendahan hati”. Jangan kita menjadi ahli Taurat dan
orang Farisi yang tidak rendah hati.
Efesus 1:15-17
(1:15) Karena itu, setelah aku mendengar tentang imanmu dalam Tuhan
Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus, (1:16)
aku pun tidak berhenti mengucap syukur karena kamu. Dan aku selalu mengingat
kamu dalam doaku, (1:17) dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus
Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat
dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.
Karena dua hal;
1.
Iman dalam Tuhan Yesus Kristus = iman kepada salib Kristus.
2.
Kasih terhadap orang-orang kudus di tengah-tengah pelayanan.
Maka, Rasul Paulus;
-
Senantiasa
mengucap syukur kepada Tuhan.
-
Kemudian, mengingat
selalu dalam doa, dengan lain kata; dibawa selalu dalam doa syafaat.
-
Dan yang
tidak kalah penting, Rasul Paulus meminta supaya Allah memberikan Roh hikmat
dan wahyu kepada jemaat di Efesus.
Inilah yang kita doakan di hari-hari
terakhir ini.
Kalau terjadi pembukaan rahasia firman,
maka pintu-pintu yang tertutup pasti terbuka. Sesulit apa pun kita menghadapi
hidup ini, kalau terjadi pembukaan rahasia firman, maka pintu-pintu yang
tertutup akan terbuka, sekalipun dihimpit persoalan. Oleh sebab itu, biarlah
yang menjadi pokok doa kita yang terutama di hari-hari ini adalah pembukaan
rahasia firman, Tuhan berikan Roh hikmat dan wahyu, dan kita menikmatinya di
tengah-tengah ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayaan ini.
Pada ayat 17 dikatakan: “ … Supaya
Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal Dia dengan benar.”
Kegunan roh hikmat dan wahyu adalah untuk
mengenal Allah dengan benar. Banyak orang Kristen belum mengenal Allah dengan
benar, apa buktinya? Seperti yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada jemaat di 1
Korintus 1:22, yaitu:
- Orang-orang Yahudi menghendaki tanda;
- Dan orang-orang Yunani mencari hikmat.
Tetapi Rasul Paulus memiliki pendirian yang
teguh, yaitu dia tetap memberitakan Kristus yang disalibkan. Sementara
pemberitaan firman tentang salib Kristus adalah “kekuatan Allah” dan “hikmat
Allah” … 1 Korintus 1:24.
JADI, SEORANG HAMBA TUHAN HARUS
BIJAKSANA. JANGAN TURUT MENJADI BODOH SEPERTI KEBODOHAN SIDANG JEMAAT. HAMBA
TUHAN JANGAN HANYA SENANTIASA MENURUTI KEMAUAN SIDANG JEMAAT; TAKUT ORANG KAYA
PERGI, TAKUT TIDAK MAKAN, TAKUT TIDAK POPULER, TAKUT TIDAK TERKENAL, SEBAGAI
KEBODOHAN. SEBAB ITU, SEORANG HAMBA TUHAN TIDAK BOLEH MENGIKUTI KEBODOHAN
SIDANG JEMAAT. BIARLAH KIRANYA, SEORANG HAMBA TUHAN, PELAYAN TUHAN BERLAKU
BIJAKSANA, SEPERTI RASUL PAULUS MEMILIKI PENDIRIAN YANG TEGUH, DIA TETAP
MEMBERITAKAN KRISTUS YANG DISALIBKAN, KARENA ITU MERUPAKAN HIKMAT ALLAH. DENGAN
DEMIKIAN, KITA MENGENAL ALLAH DENGAN BENAR.
Efesus 3:1-3
(3:1) Itulah sebabnya aku ini, Paulus, orang yang dipenjarakan karena
Kristus Yesus untuk kamu orang-orang yang tidak mengenal Allah (3:2)
-- memang kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia
Allah, yang dipercayakan kepadaku karena kamu, (3:3) yaitu bagaimana rahasianya
dinyatakan kepadaku dengan wahyu, seperti yang telah kutulis di atas dengan
singkat.
Perikop ayat ini ialah “Rahasia
panggilan orang-orang bukan Yahudi”, sama dengan; rahasia panggilan
terhadap bangsa kafir. Bagaimanakah rahasia itu?
Lewat Roh hikmat dan wahyu, yaitu pembukaan
rahasia firman Allah, kita, sebagai bangsa kafir dapat mengenal Allah dengan
benar, seperti halnya telah disampaikan dalam Efesus 1:15-17. Inilah
rahasia panggilan dari bangsa kafir.
Kita sangat membutuhkan pembukaan rahasia
firman Allah, itulah Firman Pengajaran yang rahasianya dibukakan dalam
Terangnya Roh-El Kudus, supaya kita mengenal Allah dengan benar. Jangan kita
datang hanya untuk mencari mujizat (tanda heran), jangan juga menuruti
kemakmuran seperti sekarang ini gereja dirusak oleh setan dengan Theologi
kemakmuran -- artinya, orang Kristen tidak boleh miskin, tetapi harus kaya --,
ini adalah suatu pemahaman yang bodoh sekali.
Jadi, mau tidak mau, kita sebagai bangsa
kafir sudah seharusnya berdoa, berseru-seru kepada Tuhan, supaya kiranya Tuhan
memberikan Roh hikmat dan wahyu lewat pembukaan rahasia firman di tengah-tengah
ibadah yang Tuhan percayakan ini, supaya kita yang adalah bangsa kafir dapat
mengenal Allah dengan benar.
Efesus 3:4-5
(3:4) Apabila kamu membacanya, kamu dapat mengetahui dari padanya
pengertianku akan rahasia Kristus, (3:5) yang pada zaman
angkatan-angkatan dahulu tidak diberitakan kepada anak-anak manusia, tetapi
yang sekarang dinyatakan di dalam Roh kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya
yang kudus,
Tuhan memberikan pengertian lewat pembukaan
rahasia firman Tuhan, baik lewat nabi-nabi, baik lewat rasul-rasul, untuk
memberikan suatu petunjuk yang tepat kepada gereja Tuhan, terkhusus kepada
bangsa kafir pada zaman akhir ini, di hari-hari terakhir ini.
Jadi, kalau terjadi pembukaan rahasia
firman dalam setiap pertemuan ibadah, itu menunjukkan bahwa sekarang ini adalah
akhir zaman, sesuai dengan Daniel 12:4.
Efesus 3:11-12
(3:11) sesuai dengan maksud abadi, yang telah dilaksanakan-Nya dalam
Kristus Yesus, Tuhan kita. (3:12) Di dalam Dia kita beroleh
keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan
oleh iman kita kepada-Nya.
Sampai pada akhirnya, kita beroleh
keberanian dan jalan masuk kepada Allah dengan penuh kepercayaan oleh iman kita
kepada Kristus Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita.
Efesus 3:13
(3:13) Sebab itu aku minta kepadamu, supaya kamu jangan tawar hati
melihat kesesakanku karena kamu, karena kesesakanku itu adalah kemuliaanmu.
Sebab itu, kita jangan tawar hati melihat
kesesakan yang terjadi, jangan tawar hati manakala kita harus menanggung
penderitaan yang tidak harus ditanggung, sebab dibalik sengsara salib, Tuhan
menyediakan kemuliaan-Nya.
Ini merupakan syarat mutlak; jangan tawar
hati manakala kita harus memikul salib, menanggung penderitaan yang tidak harus
ditanggung di tengah-tengah ibadah pelayanan, sebab dibalik salib, Tuhan
menyatakan kemuliaan-Nya kelak.
Hosea 2:18-19
(2:18) Aku akan menjadikan engkau isteri-Ku untuk selama-lamanya dan Aku
akan menjadikan engkau isteri-Ku dalam keadilan dan kebenaran,
dalam kasih setia dan kasih sayang. (2:19) Aku akan
menjadikan engkau isteri-Ku dalam kesetiaan, sehingga engkau akan mengenal
TUHAN.
Lewat pengajaran firman Allah, kita akan
mengenal Dia sebagai suami, sedangkan mempelai perempuan-Nya dijadikan isteri;
- Dalam keadilan.
- Dalam kebenaran.
- Dalam kasih sayang.
- Dalam kasih setia-Nya.
Inilah rahasia yang dinyatakan sebagai
kekayaan yang terkandung dalam perkataan Kristus, yaitu Roh hikmat dan wahyu;
kita mengenal Tuhan dengan benar.
Efesus 1:17-21
(1:17) dan meminta kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang
mulia itu, supaya Ia memberikan kepadamu Roh hikmat dan wahyu
untuk mengenal Dia dengan benar. (1:18) Dan supaya Ia
menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah
yang terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan
bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus, (1:19) dan betapa
hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, (1:20)
yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari antara orang
mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga, (1:21) jauh
lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan kekuasaan dan kerajaan dan
tiap-tiap nama yang dapat disebut, bukan hanya di dunia ini saja, melainkan
juga di dunia yang akan datang.
Oleh Roh hikmat dan wahyu, yang pertama;
“Kita mengenal Dia dengan benar.” Selanjutnya, yang kedua; “Ia
menjadikan mata hati kita terang”, sehingga kita mengerti pengharapan apa
yang terkandung dalam panggilan Tuhan; yang pasti, kita dijadikan sebagai
pengantin perempuan, istri dari Anak Domba. Tuhan menjadikan kita sebagai
isteri-Nya dalam keadilan, kebenaran, kasih sayang dan kasih setia-Nya,
sehingga dengan demikian kita dapat melihat dan mengerti;
-
Betapa
kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus.
-
Betapa
hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya.
Yang mana semua itu dikerjakan di dalam
Kristus dengan kebangkitan-Nya dari antara orang mati, dan sekarang Dia duduk
di sebelah kanan Allah Bapa.
Kita bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus
karena Tuhan memberikan pengertian lewat perkataan-perkataan Kristus yang diam
di antara kita sebagai kekayaan sorgawi. Biarlah kiranya kita memiliki hikmat
sorgawi sebagai kekayaan yang bersumber dari perkataan Kristus. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang