IBADAH DOA
PENYEMBAHAN, 21 APRIL 2020
KITAB
KOLOSE
(Seri:93)
Subtema: MENJALIN HUBUNGAN DENGAN TUHAN
Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan;
oleh karena kasih dan kemurahan-Nya, kita dimungkinkan untuk mengusahakan
Ibadah Doa Penyembahan. Dan biarlah nanti firman-Nya menyembuhkan kita untuk
memimpin kita sampai kepada penyembahan yang benar, menyembah Allah dalam Roh
dan kebenaran.
Dalam kesempatan Ibadah Raya Minggu saya cukup diberkati
oleh Tuhan, bahwasanya; berada di tengah-tengah kemuliaan Allah, kita harus
tersungkur merendahkan diri serendah-rendahnya, bagaikan asap ukupan itu memenuhi
Ruangan Maha Suci dan tabut perjanjian, sehingga manakala seorang imam besar
memasuki Ruangan Maha Suci, ia masuk dengan tidak sembarang waktu. Tetapi
seorang imam besar mengadakan pendamaian terhadap dosa dengan membawa darah
lembu dan darah domba jantan dengan terlebih dahulu menantikan kehadiran dari
terang kemuliaan Allah, itulah yang disebut Shekinah Glory yang turun di atas
tutup pendamaian itu.
Kiranya apa yang sudah kita terima dari Tuhan, itu jangan
berlalu begitu saja. Jangan ijinkan sesuatu yang tak suci merusak kemuliaan
dari Tuhan, supaya tidak ada ukupan asing dalam setiap ibadah kepada Tuhan,
supaya kita tidak mati seperti Nadab dan Abihu, kedua anak dari pada imam besar
Harun.
Segera kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Doa
Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
Kolose 3:16A
(3:16)
Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di
antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang
akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian
rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.
“Hendaklah
perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu ...”
Singkatnya; hendaklah perkataan Kristus diam di antara
kita.
Yohanes 1:13-14
(1:13)
orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula
secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. (1:14) Firman itu telah menjadi
manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu
kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih
karunia dan kebenaran.
Firman itu telah menjadi manusia dan diam di antara kita.
Anak tunggal Bapa, itulah firman Allah yang menjadi
manusia atau daging.
Kapan firman menjadi daging? Jawabnya: Ketika Maria hamil
atau mengandung dari Roh Kudus, sesuai dengan ayat 13. Selanjutnya, ketika Anak yang dikandungnya itu lahir, maka
sudah barang tentu diam di antara kita, dengan kata lain; bertabernakel di
bumi, berarti kemah Allah ada di bumi. Dengan demikian, tergenapilah apa yang
menjadi kerinduan Tuhan terhadap kita, umat-Nya, yang telah ditebus dengan
darah-Nya yang suci itu.
Keluaran 25:8
(25:8)
Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di
tengah-tengah mereka.
Di sini ada suatu perintah untuk membuat tempat kudus
atau Tabernakel bagi Allah di bumi, dengan satu tujuan supaya Allah diam di
antara kita = Allah bertabernakel.
Keluaran 25:9
(25:9)
Menurut segala apa yang Kutunjukkan kepadamu sebagai contoh Kemah Suci
dan sebagai contoh segala perabotannya, demikianlah harus kamu
membuatnya."
Tabernakel dengan segala perabotan-perabotan yang ada di
dalamnya dibangun (dibuat) sesuai dengan contoh atau model yang ditunjukkan
Tuhan kepada Musa.
Jadi, membangun Tabernakel tidak dengan sesuka hati.
Termasuk beribadah dan melayani harus sesuai dengan peraturan-peraturan yang
telah ditetapkan, peraturan-peraturan yang ditunjukkan oleh Tuhan kepada Musa
di atas gunung Sinai.
Keluaran 25:10
(25:10)
"Haruslah mereka membuat tabut dari kayu penaga, dua
setengah hasta panjangnya, satu setengah hasta lebarnya dan satu setengah hasta
tingginya.
Berkaitan dengan pembangunan Tabernakel, selanjutnya
Tuhan memerintahkan untuk membuat tabut hukum (tabut perjanjian) dari kayu
penaga. Jadi, alat atau perabotan yang pertama-tama kali dibuat adalah tabut
hukum atau tabut perjanjian. Inilah satu alat yang paling utama dari semua
peralatan yang ada di dalam Tabernakel.
Keluaran 25:17,21
(25:17)
Juga engkau harus membuat tutup pendamaian dari emas murni, dua setengah
hasta panjangnya dan satu setengah hasta lebarnya. (25:21) Haruslah kauletakkan tutup pendamaian itu di atas tabut dan
dalam tabut itu engkau harus menaruh loh hukum, yang akan Kuberikan kepadamu.
Kemudian, di sini juga ada perintah untuk membuat tutup pendamaian dari emas murni
lalu meletakkannya di atas peti dari tabut itu.
Kesimpulannya: Tabut hukum terdiri dari dua bagian:
1. Peti atau tabut, menunjuk;
gereja Tuhan.
2. Tutup pendamaian dari emas
murni dengan dua kerub di atasnya, menunjuk; Allah Trinitas, yakni Tuhan Yesus
Kristus.
- Tutup
pendamaian, menunjuk; Yesus, Anak Allah.
- Kerub
(I), menunjuk; Allah Bapa.
- Kerub
(II), menunjuk; Allah Roh Kudus.
Keluaran 25:22
(25:22)
Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian
itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara
dengan engkau tentang segala sesuatu yang akan Kuperintahkan kepadamu untuk
disampaikan kepada orang Israel."
Dari atas tutup pendamaian dari antara kedua kerub:
- Allah
bertemu dengan umat-Nya.
- Allah
akan berbicara tentang segala sesuatu yang akan diperintahkan kepada umat-Nya.
Kesimpulannya: Ketika kemah Allah ada di tengah-tengah
manusia dan diam di antara kita, tujuannya ialah supaya manusia kembali
membangun atau menjalin hubungan yang erat dan harmonis dengan Tuhan.
Sebab oleh karena dosa Adam dan isterinya, hubungan
manusia dengan Allah terputus, sehingga Adam dan isterinya diusir dari taman
Eden, jauh dari Tuhan. Sehingga hubungan Allah dengan manusia terputus karena
dosa Adam.
Kita bersyukur karena rupanya, ternyata, masih ada
kesempatan untuk membangun atau menjalin hubungan yang baik dan harmonis dengan
Tuhan. Kita bersyukur untuk itu.
Terkait dengan itu, kita akan melihat Wahyu 21.
Wahyu 21:3
(21:3)
Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah,
kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan
mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.
Singkatnya, ketika Allah bertabernakel, diam di antara
kita, maka selanjutnya nampaklah kegiatan Roh, yaitu ibadah dan pelayanan,
sebab di sini dikatakan: “Mereka akan
menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.”
Singkatnya, lewat ibadah dan pelayanan dengan segala
kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya, terbangunlah suatu hubungan,
terjalinlah suatu ikatan yang harmonis dan sangat intim dengan Tuhan, sebab di
sini dikatakan: “Mereka akan menjadi
umat-Nya.” Umat, berarti; menganut agama atau suatu paham dan menyembah
Allah yang hidup. Jadi, kalau tidak ada
ibadah, berarti tidak ada hubungan dengan Tuhan.
Tanda kalau terjalin hubungan yang baik dengan Tuhan
ialah hubungan kita dengan manusia, hubungan kita dengan sesama, antara yang
satu dengan yang lain, pasti baik dan harmonis, sebab ada ayat yang mengatakan
hal itu.
Markus 12:30-31
(12:30)
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. (12:31) Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada kedua
hukum ini."
Kalau memang kita mengasihi Tuhan dengan segenap hati,
jiwa, akal budi dan segenap kekuatan, maka kita pun akan mengasihi sesama
seperti diri sendiri. Kalau kita cubit daging ini sakit, maka kita juga
akan tahu rasanya; kalau kita menyakiti sesama, pasti kita juga tersakiti,
itulah yang disebut mengasihi sesama seperti diri sendiri.
Praktek
hubungan yang terbangun dengan Tuhan.
Yohanes 1:14
(1:14)
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan
kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya
sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.
Yesus, Anak Tunggal Bapa, adalah firman yang menjadi
manusia (daging) dan diam di antara kita = bertabernakel. Maka, untuk itu, kita
juga harus belajar dari pribadi Yesus Kristus itu sendiri yang diceritakan
dengan jelas di dalam empat Injil.
Jadi, supaya membangun hubungan yang erat dengan Tuhan,
maka belajarlah dari pribadi Yesus sendiri, yang seluruhnya dengan lengkap diceritakan
di dalam empat Injil (yaitu Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas
dan Injil Yohanes). Mari kita lihat satu per satu di dalam keempat Injil
tersebut, kita bisa melihat gambaran dan bayangan dari tabiat-tabiat Yesus
(karakter Yesus) yang ditulis dengan pemaparan yang gamblang untuk mudah kita
pahami bersama-sama.
INJIL MATIUS.
Menceritakan atau mengemukakan pribadi Yesus sebagai RAJA
yang memakai jubah warna ungu dan mahkota di atas kepala sebagai tanda
kemenangan dan kemuliaan-Nya sebagai Raja.
Kita lihat ciri penulisan itu dalam Injil Matius 1:1-17.
- Pada
ayat 1-2, di situ tertulis silsilah
Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham, jelas itu menunjukkan (menceritakan)
Yesus sebagai Raja.
- Tetapi
pada ayat 17, juga menceritakan
Yesus Kristus lahir sesudah pembuangan dari Babel, itu artinya Yesus penuh dengan kemenangan, penuh dengan kemuliaan dan keagungan-Nya sebagai Raja.
INJIL MARKUS.
Menceritakan dan menggambarkan pribadi Yesus sebagai
HAMBA, sebab Injil Markus ini diawali dengan cerita dari pelayanan Yohanes
Pembaptis, sesuai dengan Markus 1:1-3.
Sedikit tambahan: Bagi seorang hamba, yang terpenting
adalah memikul sebuah tanggung jawab, bagaikan Yohanes Pembaptis, di mana yang
terpenting bagi dia adalah menyerukan firman Tuhan.
INJIL LUKAS.
Menggambarkan pribadi Yesus sebagai MANUSIA SENGSARA. Itu
ditulis dalam buku yang dituliskan dengan jelas kepada Teofilus. Untuk perkara
ini, kita perhatikan Lukas 1:1-4 dan
hal yang sama juga dituliskan oleh Rasul Paulus di dalam Kisah Para Rasul 1.
Lukas 1:1-4
(1:1)
Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita
tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, (1:2) seperti yang disampaikan kepada
kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman. (1:3) Karena itu, setelah aku
menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku
mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu, (1:4) supaya engkau dapat mengetahui,
bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.
Kisah Para Rasul 1:1-3
(1:1)
Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang
dikerjakan dan diajarkan Yesus, (1:2) sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi
perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya. (1:3) Kepada mereka Ia menunjukkan
diri-Nya setelah penderitaan-Nya selesai, dan dengan banyak tanda Ia
membuktikan, bahwa Ia hidup. Sebab selama empat puluh hari Ia berulang-ulang
menampakkan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.
Singkatnya, Injil Lukas ini menceritakan pribadi Yesus
dalam sengsara-Nya sebagai manusia, dan sengsara itu ditulis tersusun dengan
rapi, dan dibukukan kepada Teofilus. Hal yang sama juga dilakukan oleh Rasul
Paulus.
Dan kalau kita melihat ciri dari penulisan Injil Lukas
ini, juga banyak menceritakan tentang sengsara manusia, termasuk sengsara
Lazarus itu sendiri, yang tidak ditemukan di dalam tiga Injil yang lain. Itulah
ciri penulisan dari pada Injil Lukas, sehingga kita menarik kesimpulan bahwa
Injil Lukas ini benar-benar mengemukakan pribadi Yesus sebagai manusia dalam
sengsara-Nya.
INJIL YOHANES.
Menceritakan atau menggambarkan pribadi Yesus sebagai
ANAK ALLAH, dengan hal itu jelas ditulis dalam Injil Yohanes 1:1-2,14.
- Ayat 1-2, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya
bersama-sama dengan Allah.”
- Ayat 14, “Firman itu telah menjadi manusia ...”
Jadi, jelas, dari ciri penulisan ini, Injil Yohanes
menceritakan atau menggambarkan pribadi Yesus sebagai Anak Allah.
Dan apabila diperiksa secara seksama, jalannya cerita
tadi, itu merupakan sebuah salib. Kesimpulannya: Empat Injil menceritakan
sebuah salib.
- Yohanes,
Anak Allah, kemudian dari sorga turun menjadi anak manusia, itulah Injil Lukas.
- Injil
Matius adalah Raja, lalu Injil Markus adalah hamba.
Dari gambar ini, jelas bahwa:
- Kedudukan
seorang Raja sangat bertolak belakang dan bertentangan dengan kedudukan dari
seorang hamba.
- Kehidupan
Anak Allah bertolak belakang dan sangat bertentangan dengan kehidupan anak
manusia.
Bertolak belakang dan sangat bertentangan sekali.
Jadi, keempat Injil ini merupakan salib yang berjalan menurut
susunan Tabernakel dan memang begitulah harusnya gereja Tuhan berjalan.
Demikianlah seharusnya dengan kehidupan anak-anak Tuhan untuk menjadi pengantin
Tuhan atau mempelai Tuhan, demikianlah anak Tuhan berjalan bersama-sama dengan
Kristus.
Firman menjadi manusia, itulah Yesus, Anak Tunggal Bapa.
Kemudian, setelah menjadi daging, Ia diam di antara kita, bertabernakel. Memang
Yesus, Dia adalah Raja yang berjalan sebagai Tabernakel, dan kita juga akan
berjalan bersama-sama dengan Dia, asal kita hidup dengan rendah hati, asal kita
hidup suci.
Pendeknya: Jika Yesus yang disalibkan itu diam di antara
kita, maka antara yang satu dengan yang lain akan seiring dan sejalan sekalipun
bertentangan dan bertolak belakang.
Mari kita melihat EMPAT MAKHLUK di dalam Tabernakel
sorgawi, sesuai dengan apa yang dilihat oleh Rasul Yohanes di pulau Patmos.
Kita akan melihat empat makhluk di dalam Tabernakel sesuai dengan empat
karakter (tabiat) yang telah ditampilkan oleh keempat Injil tadi.
Wahyu 4:7
(4:7) Adapun
makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama
seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti
muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar
yang sedang terbang.
Di sini kita melihat, ada empat makhluk:
- Makhluk yang pertama
sama seperti singa. Jelas ini menunjuk Yesus sebagai Raja.
- Makhluk yang kedua
sama seperti anak lembu. Jelas ini menunjuk Yesus sebagai hamba.
Jadilah hamba yang berguna. Sebab tidak ada sesuatu yang tidak berguna dari seekor
lembu untuk dijadikan sebagai korban pendamaian, baik kulitnya, baik potongan
dagingnya, termasuk tenaganya untuk membajak, semuanya bisa berguna untuk
kemuliaan Tuhan. Demikian juga seharusnya seorang hamba; harus berguna bagi
kemuliaan Allah Bapa.
- Makhluk yang ketiga
mempunyai muka seperti muka manusia. Jelas ini menunjuk sengsara
Yesus sebagai manusia.
- Makhluk yang keempat
sama seperti burung nasar atau rajawali. Jelas ini menunjuk
Yesus, Anak Allah, di tempat yang tinggi, bagaikan burung nasar (rajawali)
terbang tinggi di udara.
Lebih rinci kita melihat EMPAT MAKHLUK tersebut yang juga
dilihat oleh nabi Yehezkiel.
Yehezkiel 1:5-10
(1:5)
Dan di tengah-tengah itu juga ada yang menyerupai empat makhluk hidup dan
beginilah kelihatannya mereka: mereka menyerupai manusia, (1:6) tetapi masing-masing mempunyai empat muka dan pada
masing-masing ada pula empat sayap. (1:7)
Kaki mereka adalah lurus dan telapak kaki mereka seperti kuku anak lembu;
kaki-kaki ini mengkilap seperti tembaga yang baru digosok. (1:8) Pada keempat sisi mereka di bawah sayap-sayapnya tampak
tangan manusia. Mengenai muka dan sayap mereka berempat adalah begini: (1:9) mereka saling menyentuh dengan
sayapnya; mereka tidak berbalik kalau berjalan, masing-masing berjalan
lurus ke depan. (1:10) Muka
mereka kelihatan begini: Keempatnya mempunyai muka manusia di depan, muka singa
di sebelah kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali di belakang.
Empat makhluk hidup dengan empat muka:
- Muka
manusia di depan.
- Muka
singa di sebelah kanan.
- Muka
lembu di sebelah kiri.
- Muka
rajawali di belakang.
Biarlah kita kembali kepada wujud semula, segambar serupa
dengan Allah (di belakang).
Namun, di sini kita melihat ada sesuatu yang luar biasa:
“... Mereka tidak berbalik kalau
berjalan, masing-masing berjalan lurus ke depan.”
Kalau saya gambarkan oleh pengertian manusia saya secara letterlijk tentang “Mereka tidak berbalik kalau berjalan, masing-masing
berjalan lurus ke depan” ialah seharusnya terjadi perpisahan, misalnya;
- Kalau
muka manusia berjalan, dia akan ke depan berjalan.
- Kalau
muka singa berjalan, dia akan berjalan ke kanan.
- Kalau
muka lembu berjalan, dia akan berjalan ke kiri.
- Kalau
muka rajawali berjalan, dia akan berjalan ke belakang.
Seharusnya kalau masing-masing berjalan lurus ke depan,
akan terjadi perpisahan dan saling tarik menarik. Tetapi di sini dikatakan: “Mereka
tidak berbalik kalau berjalan”,
justru “Masing-masing berjalan
lurus ke depan.”
Kita lihat ayat
11-12.
Yehezkiel 1:11-12
(1:11)
Sayap-sayap mereka dikembangkan ke atas; mereka saling menyentuh dengan
sepasang sayapnya dan sepasang sayap yang lain menutupi badan mereka. (1:12) Masing-masing berjalan lurus
ke depan; ke arah mana roh itu hendak pergi, ke sanalah
mereka pergi, mereka tidak berbalik kalau berjalan.
“Masing-masing
berjalan lurus ke depan ... mereka tidak berbalik kalau berjalan.” Ini
adalah sesuatu hal yang tidak bisa dipahami oleh akal pikiran manusia, sesuatu
yang sangat misterius, tetapi tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Bagi manusia,
itu adalah hal yang mustahil, tetapi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.
Bertentangan dan sangat bertolak belakang, itu adalah sesuatu yang mustahil,
manakala kita berjalan seiring dan sejalan, tetapi bagi Tuhan tidak ada yang
mustahil.
Sebenarnya, empat makhluk atau empat muka dalam satu
tubuh, mereka itu dipimpin oleh Roh Kudus, sehingga “Ke arah mana roh itu hendak pergi, ke sanalah
mereka pergi.” Jadi;
- Kalau
berjalan ke depan, maka muka manusia yang menonjol, berarti kanan kiri belakang
tidak menonjol.
- Kalau
berjalan ke kanan, maka tentu muka singa yang menonjol, yang lain tidak.
- Kalau
berjalan ke kiri, maka muka lembu yang menonjol.
- Dan
kalau berjalan ke belakang, muka rajawali yang menonjol.
Sehingga, kalau mereka berjalan, mereka betul-betul
berjalan lurus, tidak berbalik ke belakang. Bagi Tuhan, tidak ada yang
mustahil. Sekalipun terlihat bertolak belakang dan sangat bertentangan, tetapi
rupanya, kaki mereka lurus ke depan, karena kegerakan mereka ada dalam komando
Roh Kudus seutuhnya, tidak ada penonjolan-penonjolan. Itu sebabnya, “Mereka tidak berbalik kalau berjalan”
justru “Masing-masing berjalan
lurus ke depan”.
Biarlah kiranya firman itu menjadi manusia. Biarlah
“Perkataan Kristus itu diam di antara kita”, menjadi manusia dan
bertabernakel, supaya kembali terjalin hubungan yang baik, harmonis dengan
Tuhan.
Kita kembali membaca ayat
9.
Yehezkiel 1:9
(1:9) Mereka
saling menyentuh dengan sayapnya;
mereka tidak berbalik kalau berjalan, masing-masing berjalan lurus ke depan.
Kalau saya artikan itu secara letterlijk, maka akan terjadi perpisahan; yang satu ke depan, yang
satu ke kanan, yang satu ke kiri, yang satu ke belakang, akan terjadi
perpisahan. “ ... Mereka tidak
berbalik kalau berjalan, masing-masing berjalan lurus ke depan”, pasti
terjadi perpisahan, tetapi kenyataannya tidak demikian. Sesuatu yang misterius
terjadi, tetapi bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.
Kemudian, di sini juga terlihat: “ ... Mereka saling menyentuh dengan sayapnya ...”,
demikian juga pada ayat 11: “Mereka saling menyentuh dengan sepasang sayapnya.”
Berarti, dalam kegiatan Roh itu, satu dengan yang lain saling terkait, saling
menyentuh; sehati dan sepikir dan seperasaan.
Dan “Sepasang
sayap yang lain menutupi badan mereka”, artinya; kalau kita saling terkait,
saling menyentuh satu dengan yang lain dalam kegiatan Roh, sudah pasti juga
tabiat daging tidak terlihat lagi di situ, keinginan daging tidak terlihat lagi
di situ, kepentingan pribadi sudah tidak terlihat lagi di situ, karena sepasang
sayap yang lain itu sudah menutupi tabiat daging, segala kepentingan dan
keinginannya sendiri.
Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil, sebab firman menjadi
manusia dan diam di antara kita, bertabernakel di antara kita. Biarlah salib
diam di antara satu dengan yang lain, sehingga semuanya menjadi satu. Sesuatu
yang misterius, sesuatu yang mustahil bagi manusia, tetapi bagi Tuhan tidak ada
yang mustahil.
Kita semua, sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang dan
Cilegon datang dari berbagai-bagai tempat. Bukan hanya datang dari berbagai
tempat, tetapi juga kita datang dari latar belakang yang berbeda-beda, suku
yang berbeda-beda, keinginan yang berbeda-beda, pemikiran yang berbeda-beda,
serta cita-cita yang berbeda-beda, tetapi sekalipun berbeda-beda, Tuhan diam di
antara kita, sehingga mereka tidak berbalik kalau berjalan, justru
masing-masing berjalan lurus ke depan, karena Firman, karena
perkataan-perkataan Kristus diam di antara kita. Salib ada di antara satu
dengan yang lain. Sekalipun berbeda, menjadi sama, tidak lagi bertolak
belakang.
-
Injil MATIUS mengemukakan Yesus sebagai
Raja, dengan derajat yang sangat tinggi, bertolak belakang dan
bertentangan dengan injil MARKUS, yang menggambarkan Yesus sebagai Hamba,
suatu derajat/kasta yang sangat rendah.
-
Injil YOHANES mengemukakan Yesus
sebagai Anak Allah, bertolak belakang dan bertentangan dengan injil
LUKAS yang menggambarkan Yesus sebagai Anak manusia.
Sedikit kita tambahkan, pada ayat 7.
Yehezkiel 1:7
(1:7)
Kaki mereka adalah lurus dan telapak kaki mereka seperti kuku
anak lembu; kaki-kaki ini mengkilap seperti tembaga yang baru
digosok.
Di sini kita melihat: Kaki dari empat makhluk itu “Kaki
mereka adalah lurus”. Kalau Allah
bertabernakel, maka kaki ini juga pasti lurus, mengikuti jejak, itulah
tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah. Kalau perjalanan ini lurus, maka ujungnya
selamat, tidak akan berada di tepi maut.
Kemudian, “Telapak kaki mereka seperti kuku anak lembu”, berarti; berbelah dua dan
bersela panjang. Itu jelas menunjuk firman Tuhan yang tertulis di dalam
Alkitab, terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
“Perjanjian Lama” diwakili oleh para nabi. Tugas nabi
adalah bernubuat, yaitu menyingkapkan segala rahasia firman Allah. Kuasanya
adalah menyingkapkan segala rahasia yang terkandung di dalam hati = dosa
dibongkar dengan tuntas.
“Perjanjian Baru” diwakili oleh rasul-rasul. Kelebihan
dari pada rasul-rasul dari pada yang lain, bisa kita temukan dalam Injil Matius 13, Yesus berkata: “Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui
rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak ... Aku berkata-kata dalam
perumpamaan kepada mereka.” Kepada 12 (dua belas) rasul, Tuhan menceritakan
tentang rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada yang lain tidak, hanya dalam
bentuk perumpamaan.
Kalau kita melihat Wahyu
11, akan diakhiri dengan “Terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga”,
setelah itu “Tampilnya tabut perjanjian”. Kita patut bersyukur, karena
sampai sejauh ini, Tuhan telah menyingkapkan rahasia Kerajaan Sorga kepada kita
semua, dan mata batin kita bisa melihat rahasia Kerajaan Sorga yang begitu luas
sekali, tidak seperti cara berpikir manusia yang begitu sempit dan pendek.
- Demikian
halnya dengan Rasul Paulus; dia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga,
Tuhan memperlihatkan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Tuhan memberikan
penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan.
- Kemudian
juga kepada Rasul Yohanes di pulau Patmos, kepadanya diperlihatkan Tabernakel
sorgawi persis seperti Tabernakel di bumi (Tabernakel Musa).
Itulah tentang “Telapak kaki mereka seperti kuku anak lembu”. Lembu ini juga merupakan
binatang yang tidak najis, karena binatang ini memamah biak; pagi hari makan
rumput, malam hari dikunyah kembali sampai memperoleh sari-sarinya, sampai
firman itu mendarah daging.
Kemudian, “Kaki-kaki ini mengkilap seperti tembaga yang baru digosok.” Jika tembaga
digosok, ia akan mengkilap, sehingga bisa dijadikan sebagai cermin. Kolam
pembasuhan tembaga alasnya terbuat dari
tembaga, dari cermin-cermin para pelayan perempuan yang melayani di depan pintu
Kemah Pertemuan, sedangkan kolam pembasuhan tembaga menunjuk kepada
baptisan air. Baptisan air tidak berhenti hanya sebatas waktu di kolam
pembasuhan, tetapi baptisan itu berlangsung sampai pada saat ini, sebab kita
boleh mengalami penyucian oleh air dan firman, dan firman itu bisa dijadikan
sebagai cermin hidup, cermin hati. Itulah kaki-kaki mereka mengkilap seperti tembaga yang baru digosok.
Jadi, langkah-langkah mereka adalah langkah-langkah yang
tulus, langkah-langkah yang suci, tidak ada langkah-langkah yang disembunyikan
di situ, semuanya jelas terlihat, terpapar sesuai dengan pemaparan oleh
pembukaan firman. Itulah langkah-langkah mereka.
Kita bersyukur kepada Tuhan, karena Tuhan Yesus baik.
Tuhan memerintahkan supaya hendaklah perkataan-perkataan Kristus diam di antara
kita, sehingga sekalipun bertolak belakang dan sangat bertentangan dalam hati
dan pikiran, namun itu merupakan jalan yang harus ditetapkan oleh gereja Tuhan.
Menurut susunan Tabernakel, itu merupakan perjalanan salib, yang juga kita
harus tempuh supaya ada penyatuan. Salib Kristus ada di antara kita.
Satu dengan yang lain tidak sama dalam pemikiran, tidak
sama dalam keinginan, tidak sama dalam cita-cita dan hati pikiran kita sehingga
sudah pasti bertolak belakang, tetapi biarlah perkataan-perkataan Kristus diam
di antara kita. Sekalipun berbeda-beda keinginan, rencana, kemauan di hati dan
pikiran ini, tabiat juga pasti berbeda, tetapi akan berjalan lurus ke depan, “Mereka
tidak berbalik kalau berjalan,
masing-masing berjalan lurus ke depan.” Kita tidak akan berbalik kalau
berjalan, tetapi kita masing-masing berjalan lurus ke depan, karena kita
bergerak, melangkah dalam komando Roh-El Kudus.
Kita sekarang sudah berada di tengah-tengah kegiatan Roh
dan biarlah Tuhan diam di antara kita, bertabernakel, supaya sekalipun bertolak
belakang dan bertentangan namun karena salib ada di antara kita, kita akan
berjalan bersama-sama. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment