KITAB
RUT
(Seri:
89)
Subtema:
MASYHUR DAN MENJADI BERKAT
Shalom.
Pertama-tama
saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh karena kasih karunia dan
rahmat-Nya, kita boleh berada di tengah perhimpunan Ibadah Pendalaman Alkitab
yang disertai dengan perjamuan suci.
Saya
juga tidak lupa menyapa umat Tuhan, anak Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang
saya kasihi di dalam Kristus Yesus, yang sedang mengikuti pemberitaan firman
Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun
anda berada. Kiranya Tuhan memberkati kita semua.
Oleh
sebab itu, dengan rendah hati, mari kita berdoa dan memohon supaya kiranya
Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita, sehingga kehadiran kita, baik yang di
pastori, maupun yang hadir di Serang Residence, maupun yang hadir di Perumnas
Cilegon dan di BCA Cilegon, semuanya diberkati, dilanda oleh berkat yang
melimpah, sehingga kita boleh mendapat pemeliharaan, perlindungan dan
pembelaan, di mana hari-hari terakhir ini keadaan dunia sudah tidak menentu.
Wabah
Corona (Covid-19) melanda seantero dunia ini, tetapi ibadah pelayanan --
di mana di tengah-tengahnya salib kita pikul -- itu yang menjadi suatu jaminan
bagi kita semua. Jadi, ibadah yang kita kerjakan ini bukanlah suatu seremonial,
tetapi betul-betul ibadah yang mengandung janji dan kuasa, baik untuk masa
sekarang maupun masa yang akan datang.
- Masa sekarang; kita diberkati lahir batin. Apa
yang kita makan, minum, pakai diberkati oleh Tuhan.
-
Masa yang
akan datang; kita bahagia bersama dengan Dia, berada dalam kehidupan yang
kekal.
Segera
kita mengikuti Bible Study, pelajaran dari KITAB RUT -- saat ini kita
sedang memperhatikan Rut 2 -- yang merupakan firman penggembalaan untuk
Ibadah Pendalaman Alkitab.
Rut
2:20
(2:20) Sesudah itu
berkatalah Naomi kepada menantunya: "Diberkatilah kiranya orang itu
oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang
hidup dan yang mati." Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum
kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita."
Kalimat
“sesudah itu”, artinya; sesudah Naomi menerima hasil tuaian yang dibawa
oleh Rut dari ladang. Selanjutnya, berkatalah Naomi kepada Rut, menantunya itu.
Adapun
perkataan Naomi kepada Rut dibagi dalam dua bagian, YANG PERTAMA: “Diberkatilah
kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada
orang-orang yang hidup dan yang mati.”
Singkatnya,
dalam ucapannya, Naomi memberkati orang yang telah memberkati Rut, menantunya
itu.
Contoh:
Diberkati orang yang memberkati.
Kejadian
12:1-2
(12:1) Berfirmanlah TUHAN kepada
Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah
bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; (12:2) Aku akan
membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau
serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
Allah
memanggil serta memberkati Abram.
Adapun
berkat-berkat yang akan diterima oleh Abram, ada empat hal, yaitu:
BERKAT
YANG PERTAMA: “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar”
Menjadi
bangsa yang besar, sama dengan; kuat. Kalau banyak dan besar, pasti kuat.
Adapun
berkat-berkat yang akan diterima oleh Abram, ada empat hal, yaitu:
BERKAT
YANG KEDUA: “Aku akan memberkati engkau”
Abram
diberkati oleh Tuhan, sama dengan; limpah kasih karunia.
Adapun
berkat-berkat yang akan diterima oleh Abram, ada empat hal, yaitu:
BERKAT
YANG KETIGA: “Aku akan membuat namamu masyhur”
Allah
membuat nama Abram masyhur, berarti dikenal dan terkenal. Orang yang dikenal
belum tentu terkenal, tetapi masyhur sama dengan dikenal dan terkenal.
Sebelum
kita melihat berkat yang keempat, terlebih dahulu kita melihat dengan seksama
tentang berkat yang ketiga yang diterima oleh Abraham, yaitu “MEMBUAT
NAMANYA MENJADI MASYHUR.”
Kisah
Para Rasul 19:13-14
(19:13) Juga beberapa tukang
jampi Yahudi, yang berjalan keliling di negeri itu, mencoba menyebut
nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh jahat dengan berseru,
katanya: "Aku menyumpahi kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh
Paulus." (19:14) Mereka yang melakukan hal itu ialah tujuh orang
anak dari seorang imam kepala Yahudi yang bernama Skewa.
Tujuh
orang anak Skewa melayani dan berusaha untuk mengusir setan dari orang yang
kerasukan setan, dengan mengatasnamakan Tuhan Yesus Kristus. Sebenarnya, profesi
dari anak-anak Skewa ini adalah tukang jampi, tetapi mereka mencoba untuk
mengusir Setan dengan mengatasnamakan Tuhan. Bukankah ini adalah hal yang lucu
dan tidak masuk akal? Tetapi sesuatu yang tidak masuk akal di hari-hari ini
banyak terjadi di dalam ibadah pelayanan di dalam sebuah penggembalaan di atas
muka bumi ini. Sebenarnya, banyak hamba Tuhan sebagai tukang jampi/tukang sihir
dan suka menghipnotis sidang jemaat dalam setiap ibadah pelayanan.
Tidak
sedikit dan tidak jarang seorang hamba Tuhan menghipnotis sidang jemaat dengan
kata-kata yang muluk-muluk, dengan mengatakan bahwa kebangkitan sedang
berlangsung, sementara sidang jemaat masih hidup di dalam dosa dan
kecemaran-kecemaran dunia… 2 Timotius 2:16-18.
Kisah
Para Rasul 19:15
(19:15) Tetapi roh jahat itu
menjawab: "Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapakah
kamu?"
Selanjutnya,
roh jahat itu menjawab tujuh orang anak Skewa: “Yesus aku kenal, dan Paulus
aku ketahui, tetapi kamu, siapakah kamu?” Dari jawaban roh jahat ini, kita
dapat mengetahui bahwa:
- Yesus sangat terkenal atau masyhur.
- Demikian pula dengan Rasul Paulus, ia dikenal
dan masyhur.
-
Tetapi
sebaliknya, anak-anak Skewa tidak dikenal dan tidak terkenal = tidak masyhur.
Kalau hanya seorang tukang jampi, ia tidak masyhur di mata Tuhan -- roh jahat
saja tidak mengenal, apalagi Tuhan --.
Kisah
Para Rasul 19:16
(19:16) Dan orang yang dirasuk
roh jahat itu menerpa mereka dan menggagahi mereka semua dan mengalahkannya,
sehingga mereka lari dari rumah orang itu dengan telanjang dan luka-luka.
Sesudah
roh jahat itu mengatakan hal itu -- di ayat 15 --, orang-orang yang
dirasuk roh jahat itu:
-
Menerpa
mereka
-
Menggagahi
mereka.
- Mengalahkan mereka.
Sehingga
anak-anak Skewa lari dari rumah orang yang dirasuk roh jahat itu dengan;
- Telanjang =
dipermalukan.
-
Luka-luka = menderita.
Inilah
yang terjadi, kalau kita mencoba-coba mencuri kemuliaan Tuhan di tengah ibadah
dan pelayanan; akan dipermalukan dan menderita.
Kisah
Para Rasul 19:17
(19:17) Hal itu diketahui oleh
seluruh penduduk Efesus, baik orang Yahudi maupun orang Yunani,
maka ketakutanlah mereka semua dan makin masyhurlah nama Tuhan Yesus.
Ternyata,
peristiwa itu diketahui oleh:
1. Penduduk Efesus.
2. Orang Yahudi.
3.
Orang
Yunani.
Sehingga
penduduk Efesus, orang Yahudi maupun orang Yunani mengalami ketakutan yang amat
sangat dan makin masyhurlah nama Tuhan Yesus.
Di
tengah-tengah kita memikul salib, bahkan oleh salib kita dikenal dan terkenal,
berarti nama Tuhan menjadi masyhur. Kalau nama Tuhan menjadi masyhur, maka
orang-orang akan semakin mengalami ketakutan. Setelah kejadian wabah Corona
(Covid-19) melanda dunia ini, orang-orang mengalami ketakutan, sehingga nama
Tuhan menjadi masyhur.
Sekarang,
timbul suatu pertanyaan; MENGAPA KEMASYHURAN DARI TUHAN YESUS HARUS DINYATAKAN?
Pertanyaan
pertama: Mengapa kemasyhuran dari Tuhan Yesus harus
dinyatakan kepada “PENDUDUK EFESUS” ?
Jawabnya
akan kita temukan sesuai dengan apa yang ditulis oleh Rasul Yohanes tentang
penglihatannya di pulau Patmos.
Wahyu
2:1-3
(2:1) "Tuliskanlah kepada
malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh
bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas
itu. (2:2) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun
ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap
orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya
rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati
mereka pendusta. (2:3) Dan engkau tetap sabar dan menderita
oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.
Di
sini kita melihat, Yesus tampil sebagai; “Yang memegang ketujuh bintang itu
di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas”, untuk
mengoreksi sidang jemaat di Efesus. Dan ternyata, jemaat di Efesus ini pada
bagian luarnya tampak istimewa. Mengapa?
1. Mereka giat bekerja dengan segala jerih payah.
2. Tekun dan tidak mengenal lelah.
3. Tidak sabar atau tidak kompromi terhadap orang
jahat.
4. Tidak kompromi terhadap pendusta-pendusta.
5.
Tetap
sabar dan rela menderita demi nama Tuhan.
Sesuatu
yang istimewa dan luar biasa tampak terlihat pada bagian luar dari sidang
jemaat di Efesus. Kita tentu akan kagum melihat bagian luar dari sidang jemaat
di Efesus ini.
Wahyu
2:4
(2:4) Namun demikian Aku mencela
engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
Namun
pada akhirnya, Tuhan mencela mereka, karena ternyata hal-hal yang istimewa itu
dikerjakan tanpa kasih mula-mula.
Jadi,
ternyata, seorang pelayan Tuhan, hamba Tuhan pun bisa melayani dan mengerjakan
hal-hal yang istimewa dan luar biasa tanpa kasih mula-mula. Berarti, yang
menjadi motor penggeraknya di situ -- dalam melayani dan mengerjakan hal-hal
yang istimewa -- bukan lagi kasih mula-mula, melainkan:
- Kepentingan atau ambisi.
- Mencari puji-pujian dan hormat.
-
Mencari
nama supaya masyhur atau ketenaran bagi dirinya sendiri.
Hal
ini tidak berkenan kepada Tuhan. Kalau melayani dengan motor penggeraknya tiga
di hal di atas, Tuhan tidak suka.
Ternyata,
seseorang bisa melakukan sesuatu yang istimewa dan luar biasa tanpa kasih
mula-mula, di mana yang menjadi motor penggeraknya adalah ambisinya,
kepentingan dirinya, hanya mencari puji-pujian dan hormat, serta mencari nama
supaya masyhur, mencari ketenaran bagi dirinya sendiri, tidak lebih tidak
kurang. Ironis sekali sebetulnya. Kalau motor penggeraknya hanya ambisi dan
ketenaran, sungguh ironis sekali, sangat disayangkan sekali.
Bandingkan
dengan pengakuan Rasul Paulus di hadapan sidang jemaat di Korintus.
1
Korintus 13:1-3
(13:1) Sekalipun aku dapat
berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku
tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang
yang gemerincing. (13:2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk
bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan;
dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi
jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. (13:3)
Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan
menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,
sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
Perhatikan
dengan sungguh-sungguh, apakah kita beribadah dengan kasih atau tidak?
Kepada
sidang jemaat di Korintus, Rasul Paulus mengaku dengan gamblang:
1. Sekalipun dapat “berkata-kata” dengan
semua “bahasa manusia” dan “bahasa malaikat”, tetapi jika tidak
mempunyai kasih; sama dengan “gong yang berkumandang dan canang yang
gemerincing.”
2. Sekalipun mempunyai “karunia”:
-
“Untuk
bernubuat.”
-
“Mengetahui
segala rahasia.”
-
“Memiliki
seluruh pengetahuan.”
-
“Memiliki
iman yang sempurna untuk memindahkan gunung atau
mengadakan mujizat.”
Tetapi jika tidak mempunyai kasih; sama sekali tidak berguna.
3.
Sekalipun membagi-bagikan
segala sesuatu, bahkan menyerahkan tubuh untuk dibakar, tetapi jika
tidak mempunyai kasih; sedikit pun “tidak ada faedahnya.”
Sebab
itu, saya mau bertanya kepada kita: Apa tujuan kita datang beribadah, dan
berada di tengah ibadah pelayanan ini?
- Apakah yang menjadi motor penggeraknya adalah
ambisi?
- Apakah yang menjadi motor penggeraknya adalah
untuk mencari ketenaran?
- Apakah yang menjadi motor penggeraknya adalah
hanya karena ibadah Taurat, hanya karena suatu aturan?
-
Apakah
yang menjadi motor penggeraknya adalah karena sudah disebut menjadi “anggota
sidang jemaat”?
Kalau
itu yang menjadi motor penggerak, dengan kata lain beribadah melayani tanpa
kasih mula-mula, maka;
1. Sama dengan gong yang berkumandang dan
canang yang gemerincing.
2. Tidak berfaedah.
3.
Tidak
berguna.
Dengan
lain kata; tidak ada artinya, semuanya menjadi suatu kesia-siaan. Alangkah
ruginya jika kita menghabiskan tenaga, waktu, pikiran, uang, tetapi semua
menjadi sia-sia. Alangkah malangnya kalau segala sesuatu yang kita kerjakan ini
semuanya sia-sia. Biarlah kiranya lewat penyataan Tuhan malam ini, kita menjadi
bijaksana.
- Saya bisa saja berkotbah karena mempunyai
pengetahuan tentang Kerajaan Sorga;
- Dan mungkin, bisa saja hamba Tuhan yang lain
mempunyai iman yang sempurna untuk mengadakan mujizat yang besar di
tengah-tengah ibadah dan pelayanannya;
-
Juga bisa
saja, ada atau bahkan tidak sedikit hamba Tuhan berkorban, dan dalam
pengorbanannya telah terjadi sesuatu yang istimewa dan luar biasa;
Tetapi
apapun yang telah diperbuat oleh seorang hamba Tuhan, hasilnya tetap “NOL”,
bila tanpa kasih.
Persamaan
dari “NOL” adalah:
1. “Bagaikan gong yang berkumandang dan canang
yang gemerincing.” Ini adalah alat musik yang tidak
bisa mengikuti irama, tidak bisa mengikuti nada tinggi dan nada rendah, karena
gong dan canang ini hanya bisa mengeluarkan satu suara, “gong, gong, gong”,
“cing, cing, cing”, namun tidak bisa mengikuti irama, maksudnya; tidak
bisa mengikuti tinggi rendahnya sebuah nada.
Irama tinggi
rendahnya sebuah nada di tengah-tengah ibadah pelayanan, jelas itu menunjuk;
pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
-
Kuasa
kematian; mengubur hidup lama.
-
Kuasa
kebangkitan; hidup dalam hidup yang baru, yang lama sudah berlalu.
Inilah irama dalam pengikutan kita di tengah-tengah ibadah pelayanan
kepada Tuhan. Kalau tidak bisa mengikuti irama, berarti sama seperti gong yang
berkumandang dan canang yang gemerincing.
2. “Tidak berguna.” Contoh tidak berguna
adalah: sampah. Rasul Paulus jelas berkata: “Malahan segala sesuatu kuanggap
rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada
semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan
menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.” Setelah Rasul Paulus
memiliki Kristus, semua yang di belakang dianggapnya menjadi sampah dan kotoran
= tidak berguna.
3. “Tidak berfaedah”. Contoh tidak
berfaedah:
-
Tidak
menjadi garam dunia. Kalau tidak menjadi garam dunia, berarti; tidak
memberi rasa dalam perkataan dan perbuatan. Kehidupan yang seperti ini tidak
ada faedahnya.
-
Tidak
menjadi terang dunia yang bercahaya untuk menerangi kegelapan. Kehidupan
yang seperti ini juga tidak berfaedah.
Sangat rugi dan malang sekali kalau kehidupan kita ini tidak
berfaedah; tidak menjadi garam dan terang dunia. Kiranya kita semakin dewasa
untuk mendengar apa yang sudah kita dengar di tengah pemberitaan firman Tuhan.
Sekalipun
saya tidak bisa melihat saudara di tiap-tiap sektor, tetapi Tuhan sedang
melihat hati kita masing-masing, Tuhan melihat pikiran kita masing-masing;
apakah fokus atau justru pikiran terbagi dengan ngelantur?
Kita
kembali memperhatikan Wahyu 2:5.
Wahyu
2:5
(2:5) Sebab itu ingatlah betapa
dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang
semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku
akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
Melayani
Tuhan tanpa kasih mula-mula adalah suatu kejatuhan yang sangat dalam. Berarti,
melayani tanpa kasih mula-mula, itu bukan dosa biasa, bukan dosa kecil-kecilan,
tetapi itu yang menenggelamkan seseorang sebab kejatuhannya sudah sangat dalam
sekali.
Banyak
anak Tuhan, banyak orang Kristen melayani tetapi tanpa kasih mula-mula, sebab
yang menjadi motor penggeraknya dalam pelayanan hanyalah ambisinya,
kepentingan, mencari ketenaran, ini adalah kejatuhan yang sangat dalam sekali.
Tetapi banyak juga orang Kristen acuh tak acuh, tidak peduli tentang hal ini.
Jangan sampai Tuhan mengacaukan hidup kita seperti Tuhan turun mengacaukan
orang-orang yang membangun menara Babel. Kalau sudah kacau, tidak bisa berbuat
apa-apa lagi, akibatnya; tercerai-berai. Tidak sedikit keluarga yang
tercerai-berai; suami isteri pisah, anak dengan orang tua pisah. Hati-hati. Itu
sebabnya Tuhan mencela sidang jemaat di Efesus sesuai dengan ayat 4.
Wahyu
2:4
(2:4) Namun demikian Aku mencela
engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.
Melayani
tanpa kasih mula-mula adalah suatu kejatuhan yang sangat dalam, itu bukan dosa
biasa, sehingga Tuhan berkata: “ … Aku mencela engkau, karena engkau telah
meninggalkan kasihmu yang semula.”
Apa
yang dimaksud dengan KASIH MULA-MULA? Sebenarnya, kasih mula-mula merupakan
wujud dari korban Kristus di atas kayu salib, sebab pertama kali Allah
menyatakan kasih-Nya atas manusia adalah di atas bukit Golgota.
Mari
kita lihat PRAKTEK KASIH MULA-MULA.
Wahyu
2:5
(2:5) Sebab itu ingatlah betapa
dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang
semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku
akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
Karena
jemaat di Efesus ini telah meninggalkan kasih mula-mula dan itu merupakan suatu
kejatuhan yang sangat dalam -- bukan suatu dosa biasa --, oleh sebab itu pada ayat
5 ini Tuhan berkata dan memberi nasihat yang indah kepada sidang jemaat di
Efesus, yaitu: “Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau
lakukan.” Berarti, praktek kasih mula-mula adalah bertobat.
Bertobat,
artinya; beralih dari perbuatan-perbuatan yang jahat atau meninggalkan hidup
yang lama, kembali kepada Tuhan. Tinggalkan kehidupan yang lama, jangan terlena
dengan kehidupan yang lama untuk kembali kepada Tuhan.
Tanda
kembali kepada Allah: Berkobar-kobar di dalam melayani pekerjaan Tuhan tanpa
kenal lelah dan tanpa kepentingan diri.
Tujuannya:
Menjadi terang dunia, dengan lain kata; menjadi “kaki dian emas.” Kaki
dian emas, itu sama saja dengan Wahyu 4:5.
Wahyu
4:5
(4:5) Dan dari takhta itu keluar
kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di
hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.
“… Keluar
kilat dan bunyi guruh yang menderu …”, ini menunjukkan bahwa; suatu daya
dengan kuasa yang sangat besar sekali. Kemudian, ibadah dan pelayanan itu
betul-betul berada di dalam terang-Nya Tuhan, sebab “ … tujuh obor
menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah”, ini
menunjukkan suatu kuasa yang sangat besar. Inilah ciri kalau kita melayani di
hadapan takhta kasih karunia, yaitu ada di dalam terang, bagaikan tujuh obor
menyala-nyala di hadapan takhta itu, yang adalah ketujuh Roh Allah.
Wahyu
5:6B
(5:6) Maka aku melihat di
tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu
berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata
tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.
“… Bermata
tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.”
Biarlah
kiranya kehidupan kita ini menjadi terang, menjadi mata Tuhan yang diutus di
mana pun kita berada. Ketujuh Roh Allah menjadi mata Tuhan, berarti; menjadi
terang dunia di mana pun kita diutus.
Bertobatlah,
lakukan kembali apa yang pernah kita kerjakan di hadapan Tuhan, supaya kita
menjadi kaki dian, kalau tidak, Tuhan akan mengambil kaki dian, sehingga berada
dalam gelap. Jadilah tujuh mata Allah, itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke
seluruh bumi, menjadi terang dunia, di mana pun kita berada. Tuhan mengutus
kita di bumi provinsi Banten, biarlah kiranya kita menjadi terang dunia.
Pertanyaan
kedua: Mengapa kemasyhuran dari Tuhan Yesus harus
dinyatakan kepada “ORANG YAHUDI” ?
Jawabnya
kita perhatikan dalam 1 Korintus 1:22.
1
Korintus 1:22
(1:22) Orang-orang Yahudi
menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,
Orang-orang
Yahudi menghendaki tanda di dalam hal pengikutan mereka kepada Tuhan.
Bagaimana
dengan pengikutan kita kepada Tuhan; apakah juga semata-mata hanya untuk
mencari (menghendaki) tanda-tanda heran atau mujizat-mujizat? Mari kita jawab
sendiri di hadapan Tuhan, buktikan di hadapan Tuhan, di tengah-tengah ibadah
pelayanan dalam kandang penggembalaan yang Tuhan percayakan ini.
Contoh:
Dalam Injil Yohanes 6, orang-orang Yahudi berbondong-bondong mengikuti
Tuhan Yesus Kristus karena:
- Mujizat kesembuhan terhadap orang sakit … ayat
2.
-
Mujizat 5
(lima) roti dan 2 (dua) ikan … ayat 10-14.
Tetapi
kenyataannya, ketika Yesus menjelaskan tentang pribadi-Nya sebagai Roti Hidup
yang turun dari sorga -- pada ayat 54-58 --, di mana;
- Tubuh-Nya benar-benar makanan.
-
Darah-Nya
benar-benar minuman.
Setelah
mendengarkan itu, orang-orang banyak, orang-orang Yahudi yang semula berbondong-bondong,
mereka itu mengundurkan diri.
Yohanes
6:58,60
(6:58) Inilah roti yang telah
turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka
telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." (6:60)
Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata:
"Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?"
Yesus
menjelaskan tentang pribadi-Nya sebagai Roti Hidup, roti yang turun dari sorga,
dari Allah, di mana;
- Tubuh-Nya adalah benar-benar makanan.
-
Darah-Nya
adalah benar-benar minuman.
Tetapi
sesudah Yesus menjelaskan akan hal itu, orang Yahudi yang berbondong-bondong
itu berkata bahwa “pernyataan (perkataan) Tuhan Yesus itu keras.”
Yohanes
6:66
(6:66) Mulai dari waktu itu
banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.
Dan
akhirnya, sejak hari itu, orang-orang Yahudi yang berbondong-bondong mengikuti
Tuhan mengundurkan diri.
“Mengundurkan
diri”, menunjukkan bahwa mereka tersandung terhadap
pemberitaan tentang salib Kristus.
Tidak
sedikit orang Kristen tersandung terhadap pengajaran salib, tersinggung dan
menyalahkan orang yang memberitakan salib Kristus. Diajar untuk memikul salib
malah tersinggung.
Kita
harus belajar jujur di mata Tuhan, jangan terbawa perasaan di dalam hal
melayani pekerjaan Tuhan, supaya oleh salib itu kita menyatu, satu dengan yang
lain menyatu, karena sudah terlebih dahulu menyatu dengan Tuhan. Janganlah kita
memutar balik kebenaran seperti orang Yahudi.
Kita
kembali membaca 1 Korintus 1:23.
1
Korintus 1:23
(1:23) tetapi kami memberitakan
Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu
sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
Memberitakan
Kristus yang salibkan, untuk orang Yahudi merupakan suatu batu sandungan.
Seperti
yang tertulis pada Injil Yohanes 6, Setelah mendengarkan apa yang
disampaikan oleh Yesus kepada orang Yahudi yang berbondong-bondong mengikuti
Dia;
- Mereka berkata Pengajaran Salib itu keras, pada
ayat 60.
-
Dan
selanjutnya, pada ayat 66; mereka semua mengundurkan diri.
Menunjukkan
bahwa; mereka tersandung dengan Pengajaran Salib. Dan memang, memberitakan
Kristus yang disalibkan, bagi orang Yahudi suatu batu sandungan.
Pendeknya,
orang-orang Yahudi tersandung terhadap pemberitaan Kristus yang disalibkan,
tersandung terhadap Pengajaran Salib. Itu sebabnya Tuhan menyatakan
kemasyhuran-Nya terhadap orang-orang Yahudi, supaya akhirnya mereka takut akan
Tuhan. Semakin nama Tuhan masyhur, orang-orang di bumi semakin takut akan
Tuhan.
Lewat
wabah Corona (Covid-19) ini, orang menjadi takut akan Tuhan. Dulu tidak
mencari Tuhan, dulu tidak mencari perlindungan terhadap Tuhan, sekarang lewat
wabah Corona (Covid-19) ini, banyak orang semakin takut akan Tuhan.
Tetapi Tuhan jangan diperalat, artinya; saat butuh, banyak orang mencari Tuhan,
tetapi tidak butuh, tidak mencari Tuhan, itu namanya memperalat Tuhan sesuka
hati.
- Saat Yesus mengadakan mujizat kesembuhan
terhadap orang sakit, banyak orang berbondong-bondong mengikuti.
-
Serta saat
Yesus mengadakan mujizat 5 (lima) roti dan 2 (dua) ikan terhadap 5000 (lima
ribu) orang, banyak juga orang yang mengikuti.
TETAPI
MANAKALA YESUS MENYATAKAN PRIBADI-NYA SEBAGAI ROTI HIDUP, ROTI YANG TURUN DARI
SORGA, DARI ALLAH, BANYAK ORANG TIDAK KUAT, KARENA MEREKA MENGANGGAP PENGAJARAN
SALIB ADALAH PENGAJARAN YANG SANGAT KERAS, DAN AKHIRNYA MEREKA MENGUNDURKAN
DIRI, MENUNJUKKAN BAHWA MEREKA TERSANDUNG TERHADAP PENGAJARAN SALIB.
SAAT
DIHIMPIT PERSOALAN, KITA MENANGIS DATANG KEPADA TUHAN, TETAPI SAAT MASALAH
SELESAI, KITA LUPA TUHAN. BANYAK ORANG KRISTEN MEMPERALAT TUHAN SAJA. TUHAN ITU
DIBUATNYA SEBAGAI BONEKA.
Ayo,
biarlah kita semakin dewasa. Jangan kita peralat Tuhan. Jangan kita jadikan
Tuhan sebagai boneka. Contohnya; Datang beribadah kalau diberkati, tetapi kalau
tidak diberkati, tidak mau beribadah. Itu kan memperalat Tuhan namanya, sesuka
hati saja, seenaknya dewek.
Kembali
saya sampaikan: Pendeknya, orang-orang Yahudi tersandung terhadap pemberitaan
Kristus yang disalibkan, tersandung terhadap Pengajaran Salib. Dan itu juga
dituliskan oleh Rasul Petrus di dalam tulisannya, dalam 1 Petrus 2.
1
Petrus 2:6-7
(2:6) Sebab ada tertulis dalam
Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang
terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya
kepada-Nya, tidak akan dipermalukan." (2:7) Karena itu bagi kamu,
yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu
yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi
batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."
Intinya:
Orang-orang Yahudi -- atau tukang-tukang bangunan, itulah “ahli-ahli Taurat,
imam-imam kepala dan tua-tua” -- tersandung dengan batu yang terpilih,
batu penjuru yang mahal, yaitu pemberitaan Kristus yang disalibkan.
Kita
bisa melihat perbuatan dari orang-orang Yahudi yang dinyatakan dalam ayat 7:
“Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan …”, inilah
perbuatan dari tukang-tukang bangunan, yaitu ahli-ahli Taurat, imam-imam kepala
dan tua-tua, mereka tidak menghargai korban Kristus, tersandung dengan batu
yang terpilih, tersandung dengan batu penjuru yang mahal, tersandung dengan
pemberitaan Firman tentang Salib Kristus.
1
Petrus 2:8
(2:8) Mereka tersandung
padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu
mereka juga telah disediakan.
Orang-orang
Yahudi tersandung terhadap Pengajaran Salib Kristus karena memang mereka tidak
taat kepada Firman Allah.
Tidak
sedikit imam-imam tersandung terhadap Pengajaran Salib, tersandung terhadap
didikan salib dari seorang hamba Tuhan, karena memang ternyata mereka itu
adalah orang-orang yang tidak mau taat kepada Firman, hanya taat kepada maunya
sendiri, kehendak sendiri, keinginan daging sendiri, sehingga tersandung
terhadap Pengajaran Salib, didikan salib. Tidak sedikit orang Kristen yang
seperti ini.
Bagaimana
dengan kita? Terkhusus malam ini, Tuhan sudah nyatakan kebenaran-Nya, apakah
kita mau terima dan kita sikapi dengan seksama dan secara dewasa? Bersikaplah
seperti laki-laki, tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan, kuat dan teguh hati.
1
Petrus 2:6-7
(2:6) Sebab ada tertulis dalam
Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang
terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya
kepada-Nya, tidak akan dipermalukan." (2:7) Karena itu bagi
kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu
yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru,
juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."
Siapa
yang percaya terhadap batu penjuru yang mahal, terhadap pemberitaan Firman
tentang Salib Kristus, maka ia tidak akan dipermalukan. Kalau kita senantiasa
setia menyangkal diri dan memikul salib di tengah-tengah ibadah dan pelayanan,
di tengah-tengah pengikutan kita di dalam hal mengiringi Tuhan, maka tidak akan
dipermalukan Tuhan, sebab dibalik salib, Tuhan akan menyatakan kemuliaan-Nya,
asal kita bertekun memikul salib-Nya.
Siapa
yang percaya terhadap “batu penjuru yang mahal”, tidak akan
dipermalukan, mengapa? Karena di dalam dirinya, “batu yang mahal” telah
menjadi:
- “Batu penjuru” Artinya, menjadi dasar
hidup atau landasan hidup yang kuat di dalam dirinya. Kalau kita jadikan korban
Kristus sebagai landasan hidup, maka kita kuat, tetapi kalau kita jadikan
keinginan daging menjadi landasan diri (hidup), kita tidak akan kuat, sama
seperti rumah yang dibangun di atas dasar pasir.
Kuat = rumah
yang dibangun di atas dasar batu, sebab batu, menunjuk; korban Kristus.
-
“Batu
sentuhan” Artinya, dapat menyentuh bagian hidup yang paling dalam, yaitu
hal-hal yang tak dapat dipahami oleh siapa pun, itulah pikiran dan perasaan
manusia. Tidak ada yang dapat mengerti selain Tuhan saja yang mengerti hati dan
pikiran dan perasaan ini, asal kita betul-betul menyangkal diri dan memikul
salib di dalam mengikuti Tuhan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan yang Tuhan
percayakan. Tuhan mengerti kehidupan kita yang paling dalam, Dia menyentuh
perasaan yang paling dalam.
Sebaliknya,
bagi orang-orang Yahudi, orang-orang yang tidak percaya, batu penjuru (korban
Kristus) menjadi suatu batu sandungan.
Pertanyaan
ketiga: Mengapa kemasyhuran dari Tuhan Yesus harus
dinyatakan kepada “ORANG YUNANI” ?
Jawabnya
kita perhatikan dalam 1 Korintus 1:22.
1
Korintus 1:22
(1:22) Orang-orang Yahudi
menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,
Pengikutan
dari orang-orang Yunani adalah hanya untuk mencari hikmat saja dari Tuhan,
tidak lebih tidak kurang. Mencari hikmat, sama dengan; berusaha untuk memiliki
pengetahuan sebanyak-banyaknya tentang Kerajaan sorga. Contohnya: Ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi.
Matius
23:1-3
(23:1) Maka berkatalah Yesus
kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: (23:2)
"Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. (23:3)
Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu,
tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka
mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.
Ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi tampil menjadi pemimpin dan mengajar orang banyak
karena pengetahuan yang mereka miliki, mereka banyak memiliki pengetahuan
tentang sorga. Tetapi ternyata, pengetahuan yang banyak yang mereka miliki itu
tidak diimbangi dengan perbuatan yang baik dan benar. Pendeknya, hanya bisa
mengajar tetapi tidak menjadi pelaku.
Jujur
saja, saya takut menyampaikan hal ini, karena apabila saya hanya bisa mengajar
oleh karena pengetahuan yang banyak tentang sorga yang saya miliki, tetapi
tidak menjadi pelaku, itu tidak menjadi contoh, justru nanti menjadi sandungan,
orang lain akan tersandung. Oleh sebab itu, mari kita saling mendoakan satu
dengan yang lain.
Matius
23:4
(23:4) Mereka mengikat
beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi
mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.
Mereka
mengajar orang banyak tentang salib, tetapi mereka sendiri tidak mau memikul
salib. Inilah yang terjadi, kalau beribadah melayani hanya untuk mencari
hikmat, tetapi tidak mau memikul salib.
Matius
23:5-7
(23:5) Semua pekerjaan yang
mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali
sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; (23:6) mereka suka duduk
di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; (23:7)
mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.
Akhirnya,
di dalam pelayanan mereka hanya dimaksud untuk menerima puji-pujian dan hormat
dari manusia. Inilah dampak yang terjadi kalau mempunyai pengetahuan yang
banyak tentang sorga, tetapi tidak mau memikul salibnya.
Mengapa
orang Yunani hanya mencari hikmat di dalam mengikuti Tuhan?
1
Korintus 1:23
(1:23) tetapi kami memberitakan
Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan
untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,
Ternyata,
bagi orang-orang Yunani -- gambaran dari bangsa kafir --, pemberitaan Firman
tentang Salib Kristus adalah suatu kebodohan bagi mereka.
Tidak
sedikit orang-orang Kristen menganggap bahwa salib adalah suatu kebodohan,
mengapa demikian? Karena pekerjaan, uang, kekayaan, harta, jabatan yang
tinggi, dan perkara-perkara lainnya di dunia ini dianggap lebih utama dari
pada sekedar memikul salib di tengah-tengah ibadah pelayanan. Pendeknya;
- Ibadah tanpa bekerja adalah kebodohan bagi
mereka.
- Ibadah tanpa uang adalah kebodohan bagi mereka.
-
Ibadah
tanpa kedudukan jabatan yang tinggi, bagi bangsa kafir itu adalah kebodohan.
Itu
sebabnya, banyak orang Kristen menghina orang-orang yang senantiasa setia dan
bertekun memikul salib di tengah ibadah pelayanan, mereka menganggap orang
semacam ini adalah orang bodoh karena mengutamakan ibadah dan pelayanan dari
pada perkara lahiriah (yang ada ini).
Bagaimana
dengan kita yang sudah mengerti kebenaran firman? Apakah kita menganggap bahwa
salib adalah kebodohan? Apakah lebih baik banyak tidur di rumah dan melakukan
hal-hal yang lahiriah, memikul salib dianggap suatu kebodohan? Jangan kita sama
seperti orang dunia yang menganggap bodoh salib karena iman mereka hanya kepada
perkara lahiriah, di mana pekerjaan, uang, harta kekayaan, kedudukan, jabatan
lebih utama bagi mereka.
Tetapi
seharusnya, iman kita -- yang sudah didewasakan oleh Pengajaran Mempelai --
adalah kepada Yesus yang disalibkan, karena itu yang membenarkan kita, bukan
hukum Taurat (perkara lahiriah) yang kita lakukan itu.
1
Korintus 1:20
(1:20) Di manakah orang yang
berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini?
Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan?
Kalau
hanya memiliki pengertian tentang firman Tuhan, tetapi tidak mau memikul salib,
disebutlah mereka itu “tukang pembantah”.
1
Korintus 1:24
(1:24) tetapi untuk mereka yang
dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan
Allah dan hikmat Allah.
Sesungguhnya,
bagi mereka yang dipanggil Tuhan, baik itu orang Yahudi, maupun orang Yunani,
salib Kristus adalah:
1. Kekuatan Allah.
2.
Hikmat
Allah.
Kalau
ada orang yang menganggap dirinya kuat, sebetulnya dia adalah orang yang lemah.
Tetapi kalau kita menganggap diri lemah dan senantiasa memikul salib, itu
adalah orang yang kuat di hadapan Tuhan.
Kalau
ada orang yang menganggap dirinya memiliki hikmat dan memiliki pengetahuan,
tetapi dia tidak mau memikul salib, sebetulnya dia adalah orang yang paling
bodoh di hadapan Tuhan. Karena hikmat dapat membedakan mana yang baik, mana
yang buruk, mana yang benar, yang suci, mana yang tidak benar, yang tak suci.
Kalau hanya mempunyai ilmu pengetahuan dan memperoleh pengetahuan di dalam
suatu bidang perkara lahiriah tentang dunia ini, tetapi tidak bisa membedakan
mana yang baik dan mana yang tidak baik, itu adalah orang yang bodoh.
Bagi
setiap orang (kafir dan Israel), sesungguhnya salib Kristus adalah “kekuatan
Allah” dan “hikmat Allah.”
Jadi,
ternyata, tidak rugi jika kita memikul salib Kristus. Tidak ada ruginya,
sebaliknya untunglah kita jika memikul salib.
1
Korintus 1:25
(1:25) Sebab yang bodoh
dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah
dari Allah lebih kuat dari pada manusia.
Yang
bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari manusia, sebaliknya yang lemah dari
Allah lebih kuat dari pada manusia.
1
Korintus 1:26-27
(1:26) Ingat saja,
saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut
ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang
berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. (1:27) Tetapi apa yang bodoh
bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang
berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk
memalukan apa yang kuat,
Ingat:
Tuhan hanya memakai orang yang bodoh dari dunia dan memakai orang yang lemah
dari dunia.
- Kalau seseorang menganggap dirinya pandai,
Tuhan tidak akan pakai.
-
Kalau
seseorang menganggap dirinya kuat, Tuhan tidak akan pakai.
Jadi,
yang dipakai oleh Tuhan adalah orang yang merasa diri lemah dan orang yang
merasa diri bodoh karena salib. Tujuannya:
- Untuk memalukan hikmat.
-
Untuk
memalukan apa yang kuat dari dunia.
Memang,
kita mau menjadi bodoh karena salib, mau menjadi lemah karena salib, tetapi;
- Apa yang lemah dipanggil Tuhan untuk memalukan
apa yang kuat dari dunia.
-
Apa yang
dianggap bodoh dari dunia dipanggil untuk mempermalukan hikmat dunia.
Supaya
dengan demikian, nama Tuhan semakin masyhur baik kepada orang Yahudi maupun
terhadap orang Yunani.
1
Korintus 1:28
(1:28) dan apa yang tidak
terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan
apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang
berarti,
Selanjutnya,
perhatikan:
- Apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi
dunia, dipilih Allah.
-
Apa yang
tidak berarti, dipilih Allah, untuk meniadakan apa yang berarti.
Ayat
ini memberi suatu peluang emas, kesempatan emas bagi kita yang merasa diri
tidak mempunyai hikmat, bagi kita yang tidak mempunyai apa-apa, bagi kita yang
dianggap tidak berarti oleh dunia. Jadi, ayat ini adalah suatu peluang emas
bagi orang yang tidak berarti bagi dunia, peluang emas bagi orang yang hina
bagi dunia, supaya kita menjadi berarti dan mulia karena salib Kristus. Jangan
lewatkan kesempatan ini.
Kita
sadar, kita dipanggil tidak banyak sebagai orang yang bijaksana, kita dipanggil
dari latar belakang yang bodoh, hina karena dosa, oleh sebab itu, manfaatkan
kesempatan yang Tuhan berikan ini. Kesempatan emas merupakan kasih dan
kemurahan dari Tuhan yang harus kita gunakan dengan baik, mengingat kedatangan
Tuhan sudah tidak lama lagi, mengingat waktu yang tersisa tinggal sedikit lagi.
Sidang
jemaat baik yang di sektor Serang, di Perumnas Cilegon, juga di BCA Cilegon,
perhatikan baik-baik firman Tuhan, gunakan kesempatan ini sebagai peluang emas.
Tidak banyak di antara kita yang dipanggil Tuhan sebagai orang bijaksana,
sebagai orang yang mulia, tetapi justru sebaliknya hina karena banyaknya dosa
kejahatan dan kenajisan, oleh sebab itu, manfaatkan peluang ini dengan baik.
Dan
saya juga berdoa kepada para pemirsa, anak Tuhan, umat Tuhan, hamba Tuhan;
tidak banyak di antara kita yang dipanggil Tuhan sebagai orang bijaksana,
sebagai orang yang mulia, justru sebaliknya hina karena banyaknya dosa, karena
banyaknya kejahatan, pelanggaran, kenajisan, oleh sebab itu, manfaatkanlah
peluang emas ini. Jangan sia-siakan lagi, manfaatkan kesempatan emas dengan
baik, sebab tanda kesudahan dari segala sesuatunya sudah dekat.
Kita
kembali membaca Kejadian 12:2.
Kejadian
12:2
(12:2) Aku akan membuat engkau
menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur;
dan engkau akan menjadi berkat.
Adapun
berkat-berkat yang akan diterima oleh Abram, ada empat hal, yaitu:
BERKAT
YANG KEEMPAT: “Aku akan membuat engkau menjadi berkat”
Abram
menjadi berkat, berarti; menjadi saluran berkat Tuhan.
Singkatnya,
pelayan-pelayan Tuhan, hamba-hamba Tuhan harus menjadi saluran berkat, baik
dalam perkataan maupun dalam perbuatan-Nya. Jadi, perkataan dan perbuatan
sekecil apa pun dapat membangun orang lain, memberkati orang lain. Upayakanlah
itu, jangan hanya untuk mencari kesenangan sendiri. Jadi, hamba Tuhan, pelayan
Tuhan dipanggil untuk menjadi saluran berkat. Ingat akan hal itu, supaya kita
semakin berkenan apabila kita hidup dan bertekun di dalamnya di hadapan Tuhan.
Kejadian
12:3-4
(12:3) Aku akan memberkati
orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang
mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."
(12:4) Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN
kepadanya, dan Lot pun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh
lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.
Selanjutnya,
Tuhan akan memberkati orang-orang yang memberkati Abram. Hal ini akan terjadi
dari pihak Tuhan, di mana Tuhan akan menepati janji berkat-Nya.
Sedangkan
dari pihak Abraham; ia harus menghargai panggilan = berpadanan dengan
panggilan. Ayo, belajar untuk berpadanan dengan panggilan. Kita dipanggil untuk
beribadah dan melayani sesuai karunia-karunia, jabatan-jabatan yang
dipercayakan oleh Tuhan. Suatu beban yang ditaruh oleh Tuhan di pundak kita,
biarlah kita pikul dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan = berpadanan dengan
panggilan.
Hal
yang senada yang akan kita alami, dengan catatan; mau menghargai panggilan-Nya.
Pendeknya, pemeliharaan dan pembelaan Tuhan, serta berkat-berkat Tuhan nyata:
- Bagi hamba-hamba Tuhan yang mau menghargai
panggilan-Nya.
-
Bagi
anak-anak Tuhan atau umat Tuhan yang mau menghargai ibadah dan pelayanan.
Itu
akan terjadi, karena Tuhan tidak akan membeda-bedakan antara yang satu dengan
yang lain, Tuhan itu adalah Allah yang adil.
Kejadian
12:3
(12:3) Aku akan memberkati orang-orang
yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu
semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."
Perhatikan
kalimat: “ … Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”
Biarlah
kiranya hal ini nyata dalam kehidupan kita masing-masing. Oleh karena pribadi
kita, adik dan kakak kita, mereka diberkati; oleh karena keberadaan kita, orang
tua, anak diberkati, saudara, kerabat, handai tolan, rekan-rekan kerja,
teman-teman, tetangga, semua diberkati; kalau kita mau menghargai panggilan
Tuhan. Dan orang yang semacam ini tidak akan pernah menjadi egois, tidak hanya
memikirkan dirinya sendiri, senantiasa memandang kemuliaan Tuhan.
Kisah
Para Rasul 7:1-4
(7:1) Kata Imam Besar:
"Benarkah demikian?" (7:2) Jawab Stefanus: "Hai
saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah! Allah yang Mahamulia telah
menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, ketika ia masih di
Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran, (7:3) dan berfirman kepadanya:
Keluarlah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri
yang akan Kutunjukkan kepadamu. (7:4) Maka keluarlah ia
dari negeri orang Kasdim, lalu menetap di Haran. Dan setelah ayahnya meninggal,
Allah menyuruh dia pindah dari situ ke tanah ini, tempat kamu diam sekarang;
Hai
saudara-saudara dan bapa-bapa, ibu-ibu, adik-adik,
kakak-kakak, kerabat, handai tolan, teman, tetangga, panggilan ini bukan hanya
tertuju kepada satu golongan atau hanya kepada bangsa Yahudi, tetapi juga
kepada orang Yunani, gambaran dari bangsa kafir.
Di
sini kita melihat; dalam pembelaannya kepada orang banyak, Stefanus
menceritakan tentang panggilan Abram kepada orang banyak. “ … Ketika ia
masih di Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran, dan berfirman kepadanya:
Keluarlah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang
akan Kutunjukkan kepadamu. Maka keluarlah ia dari negeri orang Kasdim, lalu
menetap di Haran. Dan setelah ayahnya meninggal, Allah menyuruh dia pindah dari
situ ke tanah ini, tempat kamu diam sekarang.”
Kehidupan
yang mau berpadanan dengan panggilan atau menghargai panggilan Tuhan, keluarlah
dari negerimu. Jangan bertahan dengan zona kenyamananmu, yakni; kejahatan dan
kenajisan, kebencian, dusta dan lain sebagainya, keluarlah dari situ. Atau
mungkin, jika zona kenyamananmu dahulu adalah mengikuti hawa nafsu keinginan
daging yang jahat, termasuk malas, hanya memuaskan hawa nafsumu, tidur dan
tidur saja, keluarlah dari situ. Itulah orang yang mau menghargai panggilan;
keluar dari kemalasan, keluar dari keinginan dagingmu, tinggalkan sesuatu yang
tidak baik yang memahitkan hati Tuhan. Sesalilah itu sekarang juga dengan hati
yang hancur. Keluar dari situ, supaya betul-betul kita menjadi berkat bagi kaum
di mana pun kita berada.
Inilah
kesaksian Stefanus, tetapi orang Yahudi tersandung, akhirnya mereka melempari
(merajami) Stefanus sampai mati, yang dimotori oleh Rasul Paulus sendiri --
sebelum Rasul Paulus terpanggil, berpadanan dengan panggilan --.
Perhatikanlah
firman Tuhan dengan sungguh-sungguh. Dewasa dan bijaksanalah dalam menyikapi apa
yang sudah kita terima dari sorga.
Tidak
banyak dari antara kita yang dipanggil sebagai orang bijaksana, sebagai orang
yang mempunyai pengetahuan, sebagai seorang cedekiawan seperti Saulus. Dan
belajarlah menetap di tanah Kanaan rohani. Kita dipanggil untuk berada di tanah
Kanaan rohani; beribadah dan melayani, dan memikul salib di tengah ibadah
pelayanan yang Tuhan percayakan.
Tandanya;
dipercaya untuk memikul salib, tanggung jawab di tengah-tengah ibadah
pelayanan, supaya kita menjadi berkat bagi kaum kita sendiri, di mana pun kita
berada.
Kisah Para Rasul 7:5
(7:5)
dan di situ Allah tidak memberikan milik pusaka kepadanya, bahkan
setapak tanah pun tidak, tetapi Ia berjanji akan memberikan tanah itu kepadanya
menjadi kepunyaannya dan kepunyaan keturunannya, walaupun pada waktu itu ia
tidak mempunyai anak.
Ibadah
dan pelayanan ini adalah milik pusaka yang diwariskan Tuhan kepada kita. Jangan
jual milik pusakamu apapun harganya, pertahankan saja. Ibadah pelayanan ini
adalah milik pusaka yang Tuhan percayakan, inilah Kanaan rohani.
Berkaitan
dengan itu, kita perhatikan Ibrani 11.
Ibrani 11:8
(11:8)
Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke
negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia
berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tuju.
Singkatnya,
Abraham taat kepada panggilannya. Mari kita taat, setia, dengar-dengaran di dalam
hal memikul salib di hadapan Tuhan, taatlah terhadap panggilan.
“ …
Lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui
tempat yang ia tuju”, menunjukkan bahwa Abraham
taat, setia, dengar-dengaran terhadap panggilan. Walaupun kita tidak tahu apa
yang akan terjadi di depan, biarlah kita tetap taat, setia, dengar-dengaran
terhadap panggilan, sebab iman itu;
- Percaya walaupun tidak melihat.
-
Bukti dari
segala sesuatu yang kita harapkan.
Ibrani 11:9
(11:9)
Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di
suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak
dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.
Karena
iman, Abraham diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah
asing.
Tetapi
karena panggilan, kita diasingkan dari dunia ini, baik perkataan, baik
perbuatan, sikap, tingkah laku, segala sesuatu tidak menjadi sama dengan dunia
ini. Tetapi karena panggilan, kita diasingkan dari dunia ini.
Tanda
bahwa kita diasingkan dari dunia ini adalah kita tinggal di kemah, tinggal di
rumah Tuhan. Lebih baik satu hari di rumah Tuhan, di pelataran Bait Suci Allah,
dari pada beribu-ribu hari di tempat yang lain, inilah pengakuan sekaligus
pengalaman dari pada Daud, yang juga menjadi kesaksian bagi kita sampai malam
ini.
Ibrani 11:10
(11:10)
Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan
dan dibangun oleh Allah.
Tujuan
dari panggilan adalah “menanti-nantikan
kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah”, jelas ini adalah kerajaan kekal yang tidak tergoyahkan lagi,
tidak terbantahkan. Semua kerajaan dan pemerintahan di bumi ini akan berlalu,
tetapi kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah,
itu adalah kerajaan yang kekal, yang tak terbantahkan. Itu adalah tujuan
panggilan kita.
Ibrani 12:28
(12:28)
Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap
syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan
kepada-Nya, dengan hormat dan takut.
Kalau
memang kita menanti-nantikan kerajaan yang tak tergoncangkan itu, ayo, buktikan
dengan dua cara:
1. “Mengucap syukur”
Kegunaan dari mengucap syukur adalah tidak emosi, tidak jengkel hati, bahkan
tidak sombong, tidak angkuh, dalam keadaan susah dan senang, dalam keadaan
diberkati maupun dalam keadaan jauh dari berkat-berkat.
2.
“Beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan
kepada-Nya, dengan hormat dan takut” Biarlah kita
beribadah kepada Tuhan menurut cara yang berkenan kepada Tuhan, bukan dengan
cara-cara manusiawi, dan itu kita kerjakan dengan hormat dan takut kepada
Tuhan. Takut akan Tuhan benci dosa kejahatan, kenajisan, keangkuhan, itulah
ibadah yang berkenan kepada Tuhan.
Galatia 3:8
(3:8)
Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang
bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil
kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati."
Singkatnya:
Oleh Abraham, segala bangsa diberkati. Oleh iman Abraham, kita dibenarkan dan
diselamatkan, bangsa kafir dibenarkan oleh iman Abraham, segala bangsa
diberkati.
Galatia 3:9
(3:9)
Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati
bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu.
Baik
bangsa Yahudi, baik bangsa kafir, kalau kita hidup dengan iman, maka kitalah
yang diberkati. Jadi, sudah sangat jelas: diberkatilah orang yang memberkati
Abraham.
Rut
tentunya harus mengucap syukur kepada Tuhan, karena ternyata dalam ucapan
Naomi, ia telah memberkati Boas yang sudah memberikan tuaian
itu dari ladang kepada Rut menantunya. Jadi,
berbahagialah seorang anak kalau ibunya diberkati Tuhan dengan pembukaan firman
Tuhan. Doakan, supaya Tuhan terus
bukakan rahasia firman bagi kita semua.
Jadi, sudah terbukti; diberkatilah orang yang memberkati.
-
Naomi diberkati. Berbahagialah anak, apabila ibunya diberkati.
-
Oleh iman Abraham, bangsa
kafir diberkati.
Singkatnya, “OLEHMU
SEGALA BANGSA AKAN DIBERKATI.”
Ayo, keluarlah dari zona kenyamanan, sebagai
tanda bahwa kita mau menghargai panggilan
Tuhan.
Tujuan menghargai panggilan Tuhan:
Supaya kaum kita dilepaskan, yakni; keluarga, kerabat, saudara, adik kakak,
orang tua. Keluar dari zona
kenyamanan; kekerasan hati,
kenajisan, minta ampunlah kepada Tuhan.
Diberkatilah orang yang memberkati. Jelas, Naomi adalah ibu yang diberkati.
Berbahagialah seorang anak jikalau ibunya diberkati lahir batin, sebab ia bisa mempengaruhi anak-anaknya untuk
memberi contoh teladan untuk memberi hormat kepada Kristus sebagai kepala, Dia
suami, Dia Bapa kita.
-
Siapa yang merasa diri kuat, dia lemah tidak ada
apa-apanya.
-
Siapa merasa diri pandai, dia adalah orang yang
paling bodoh.
Mulai
malam ini, belajar menjadi bijaksana dan dewasa.
Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA,
MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang;
Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment