IBADAH JUMAT
AGUNG (KEMATIAN YESUS KRISTUS),
10 APRIL 2020
KITAB RUT
Subtema: RUMAH TUHAN ADALAH PINTU GERBANG SORGA
Shalom.
Selamat malam.
Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita.
Kita bersyukur,
oleh karena kemurahan hati TUHAN, kita diizinkan untuk mengusahakan
(mengadakan) Ibadah untuk memperingati kematian Yesus Kristus, yang disebut
dengan Ibadah Jumat Agung. Biarlah kiranya lewat ibadah ini kita boleh
menikmati dan merasakan uluran tangan TUHAN, kemurahan TUHAN, untuk segera
menolong kehidupan kita, bahkan membawa kehidupan kita dekat kepada Dia.
Saya juga tidak
lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang
mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet
Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita berdoa, kita
mohon kemurahan TUHAN, supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita
sekaliannya, supaya di atas segalanya nama TUHAN dipermuliakan.
Kita awali dari
Rut 2:20, biarlah kiranya ayat ini menjadi berkat bagi kita semua.
Rut 2:20
(2:20) Sesudah itu berkatalah Naomi kepada menantunya: "Diberkatilah
kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya
kepada orang-orang yang hidup dan yang mati." Lagi kata Naomi kepadanya:
"Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus
kita."
Berkatalah
Naomi kepada Rut, menantunya itu: “Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN
yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang
mati.” Singkatnya, dalam ucapannya itu, Naomi memberkati orang yang telah
memberkati Rut, menantunya itu.
Selanjutnya,
kita akan memperhatikan; CONTOH DIBERKATI ORANG YANG MEMBERKATI.
Kejadian 12:1-2
(12:1) Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari
negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan
Kutunjukkan kepadamu; (12:2) Aku akan membuat engkau menjadi bangsa
yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur;
dan engkau akan menjadi berkat.
TUHAN memanggil
sekaligus membuat Abraham menjadi:
-
Bangsa yang
besar, sama dengan; kuat.
-
Diberkati, sama dengan; kelimpahan kasih karunia.
-
Membuatnya
masyhur, sama dengan; dikenal dan terkenal. Dikenal
belum tentu terkenal, tetapi kalau “masyhur”, berarti; dikenal dan terkenal.
-
Menjadi berkat, sama dengan; saluran berkat. Anak-anak TUHAN,
terkhusus imam-imam, harus menjadi saluran berkat baik dalam perkataan maupun
dalam perbuatan, tenaga, pikiran, dalam segala perkara, sebab itu adalah tugas
seorang imam (hamba TUHAN).
Kejadian 12:3-4
(12:3) Aku akan memberkati orang-orang yang
memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan
olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." (12:4) Lalu
pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lot pun ikut
bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia
berangkat dari Haran.
Selanjutnya,
TUHAN akan memberkati orang yang memberkati Abraham; hal ini akan terjadi dari
pihak TUHAN. Sedangkan dari pihak Abraham; ia harus menghargai panggilan, sama
dengan; berpadanan dengan panggilan-Nya.
Hal yang senada
akan kita alami, dengan catatan; mau menghargai panggilan-Nya, seperti Rasul
Paulus yang rela menderita demi pemberitaan Injil. Berarti, pemeliharaan dan
pembelaan TUHAN nyata;
-
Bagi
hamba-hamba TUHAN yang mau menghargai panggilan-Nya.
-
Bagi anak-anak
TUHAN yang juga mau menghargai ibadah dan pelayanan yang dipercayakan oleh
TUHAN.
Selanjutnya,
kita akan memperhatikan Kejadian 27.
Kejadian
27:27-29
(27:27) Lalu datanglah Yakub dekat-dekat dan diciumnyalah
ayahnya. Ketika Ishak mencium bau pakaian Yakub, diberkatinyalah dia, katanya:
"Sesungguhnya bau anakku adalah sebagai bau padang yang diberkati TUHAN. (27:28)
Allah akan memberikan kepadamu embun yang dari langit dan tanah-tanah gemuk di
bumi dan gandum serta anggur berlimpah-limpah. (27:29) Bangsa-bangsa
akan takluk kepadamu, dan suku-suku bangsa akan sujud kepadamu; jadilah tuan
atas saudara-saudaramu, dan anak-anak ibumu akan sujud kepadamu. Siapa yang mengutuk
engkau, terkutuklah ia, dan siapa yang memberkati engkau, diberkatilah
ia."
Berkat-berkat
hak kesulungan yang diterima oleh Yakub dari TUHAN dibagi dalam dua bagian, Bagian
Yang Pertama:
YANG PERTAMA: “Embun
yang dari langit”, sama dengan; pengurapan. Suatu perkara yang sangat kita
perlukan di dalam melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN, itulah pengurapan.
Pendeknya, dengan pengurapan, maka kita dimampukan sampai akhirnya kita
berhasil untuk mengerjakan pekerjaan TUHAN.
YANG KEDUA: “Tanah
gemuk di bumi”, sama dengan; lemah lembut dan rendah hati. Kegunaan lemah
lembut dan rendah hati ialah;
1.
Melayani TUHAN
atau memikul salib.
2.
Menjadi sasaran
dari Firman Allah.
YANG KETIGA: “Gandum
yang berlimpah-limpah”, menunjuk; pembukaan rahasia Firman Allah, yang berguna
sebagai perbekalan yang berlimpah-limpah. Perbekalan yang berlimpah-limpah; hal
itu dapat kita temukan manakala kita tergembala. Maka, gandum yang
berlimpah-limpah disebut juga dengan roti malaikat.
YANG KEEMPAT: “Anggur
yang berlimpah-limpah”, sama dengan; kasih yang berlimpah-limpah. Jelas,
ini menunjuk kepada; sukacita sorga. Berbeda dengan kasih di bumi ini; habis
uang habis sukacita, habis harta habis sukacita; tetapi kasih dari sorga
berlimpah-limpah.
Berkat-berkat
hak kesulungan yang diterima oleh Yakub dari TUHAN dibagi dalam dua bagian, Bagian
Yang Kedua:
YANG PERTAMA: “Bangsa-bangsa
akan takluk kepadanya”, menunjukkan bahwa TUHAN tampil sebagai Pembela dan
berpihak kepadanya. Kalau TUHAN di pihak kita, siapa yang melawan kita?
YANG KEDUA: “Suku-suku
bangsa akan sujud kepadanya”, menunjuk; gunung Sion, mempelai TUHAN.
YANG KETIGA: “Menjadi
tuan atas saudara-saudaranya.”
YANG KEEMPAT: “Anak-anak
ibumu akan sujud kepadamu.”
YANG KELIMA: “Siapa
yang mengutuk Yakub, terkutuklah ia; sebaliknya, siapa yang memberkati Yakub,
diberkatilah ia.”
Sudah sangat
jelas, berkat TUHAN kepada hamba-hamba TUHAN, pelayan-pelayan TUHAN, itulah
imamat rajani, begitu nyata sekali, baik itu pemeliharaan, perlindungan, maupun
pembelaan TUHAN. Jadi, kita tidak pernah merasa rugi, kalau kita mau melayani
TUHAN dengan sungguh-sungguh, berarti; melayani TUHAN dengan benar, dengan
suci, dengan tulus hati. Jika kita datang melayani dengan tahbisan yang benar,
dan suci, maka kita diberkati, dibela, dipelihara oleh TUHAN dengan ajaib.
Kejadian 27:30
(27:30) Setelah Ishak selesai memberkati Yakub, dan baru
saja Yakub keluar meninggalkan Ishak, ayahnya, pulanglah Esau, kakaknya, dari
berburu.
Di sini kita
melihat; Ishak memberkati Yakub. Jadi, berkat yang diterima oleh Abraham juga
turun kepada Yakub oleh Ishak.
Pendeknya,
Ishak berhak menurunkan berkat kepada anaknya, Yakub, seperti yang dijanjikan
oleh TUHAN Allah kepada Abraham, sebab Ishak adalah anak janji. Janji Firman
TUHAN “ya” dan “amin”.
Tetapi yang
pasti, salah satu berkat hak kesulungan yang diterima oleh Yakub tadi --
seperti yang dijanjikan TUHAN Allah kepada Abraham -- ialah siapa yang
memberkati engkau, diberkatilah ia.
Selanjutnya,
mari kita memperhatikan peristiwa pada saat Yakub menerima hak kesulungan itu.
Kejadian
25:29-30
(25:29) Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu
datanglah Esau dengan lelah dari padang. (25:30) Kata Esau kepada Yakub:
"Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu,
karena aku lelah." Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. (25:31)
Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu." (25:32)
Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak
kesulungan itu?" (25:33) Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu
kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak
kesulungannya kepadanya. (25:34) Lalu Yakub memberikan roti dan masakan
kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi.
Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.
Esau menjual
hak kesulungannya kepada Yakub, adiknya, demi sepiring kacang merah. Singkatnya,
Esau mengorbankan yang rohani demi yang jasmani.
Sebenarnya,
kelebihan dari pada “Esau” adalah:
1.
Anak sulung.
2.
Tubuhnya
seperti jubah berbulu
Sementara
“Yakub”; tubuhnya klimis, tidak punya apa-apa. Tetapi sekalipun Yakub adalah
kehidupan yang tidak punya apa-apa, namun ia rela mengorbankan yang lahiriah
(jasmani) demi yang rohani. Berbeda dengan manusia dunia yang mengorbankan
ibadah demi harta, kekayaan, uang, kedudukan, jabatan, ijazah, pendidikan yang
tinggi, namun Yakub tidaklah demikian.
Pendeknya;
Yakub memiliki pandangan rohani. Sasaran dari pandangan rohani -- atau
pandangan nubuatan -- ialah memandang yang tak kelihatan, itulah kerajaan
kekal. Mengapa demikian? Sebab yang kelihatan ini sifatnya sementara, sebab
suatu kali nanti yang ada ini akan berlalu, diganti dengan langit, bumi yang
baru, itulah Yerusalem baru, mempelai TUHAN.
Kejadian
25:24-26
(25:24) Setelah genap harinya untuk bersalin, memang anak kembar
yang di dalam kandungannya. (25:25) Keluarlah yang pertama, warnanya
merah, seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu; sebab itu ia dinamai Esau.
(25:26) Sesudah itu keluarlah adiknya; tangannya memegang tumit Esau,
sebab itu ia dinamai Yakub. Ishak berumur enam puluh tahun pada waktu mereka
lahir.
Perhatikan: Sebenarnya,
Esau adalah;
-
Anak sulung.
-
Tubuhnya
seperti jubah berbulu.
Predikat ini
merupakan kelebihan dari pada Esau.
Tetapi, di sini
kita melihat: “tangannya (Yakub) memegang tumit Esau” Berarti,
yang terpenting bukanlah predikat, tetapi yang terpenting adalah tangan
digunakan untuk mengerjakan pekerjaan TUHAN, lebih mengutamakan pekerjaan yang
rohani dari pada yang lahiriah (jasmani).
Biarlah tangan
ini digunakan untuk terus mengerjakan pekerjaan TUHAN; sebab tidak cukup hanya
dengan predikat sebagai “anak sulung” dan “jubah berbulu”, tetapi yang
terpenting adalah tangan ini digunakan untuk mengerjakan pekerjaan TUHAN.
Kejadian
25:27-28
(25:27) Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi
seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub
adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah. (25:28) Ishak
sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih
kepada Yakub.
Lebih jauh kita
melihat PERBEDAAN antara Esau dan Yakub.
Dimulai dari
“Esau”, adalah;
-
Seorang yang
pandai berburu daging.
-
Seorang yang
suka tinggal di padang.
Berarti, tempat
(kediaman) bagi orang yang sibuk berburu daging ialah tinggal di padang.
Padang à dunia dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, antara
lain;
1.
Keinginan
daging.
2.
Keinginan mata.
3.
Keangkuhan
hidup.
Tiga perkara di
atas bukan berasal dari Allah, sesuai dengan suratan 1 Yohanes 2.
Sedangkan
“Yakub”, adalah;
-
Seorang yang
tenang.
-
Yang suka
tinggal di kemah.
Jadi, sangat
kontras sekali antara Esau dan Yakub; sifat, tabiat, karakter mereka sangat
berbanding terbalik sekali.
Tadi malam,
lewat Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci, kita sudah melihat
“pribadi Yakub” sebagai seorang yang tenang. Tenang, berarti; senantiasa
mengandalkan lutut, hidup dalam doa penyembahan.
Gunakanlah
lutut sebagai kuda-kuda, itu merupakan kekuatan bagi kita. Kita sudah melihat
Sadrakh, Mesakh, Abednego, dan juga Daniel, di mana mereka menggunakan lutut,
hidup dalam doa penyembahan; itulah kekuatan mereka, mengingat hari-hari ini
adalah hari-hari terakhir.
Sekarang kita
akan melihat, tentang: YAKUB SUKA TINGGAL DI KEMAH.
Kata “kemah”,
artinya; rumah TUHAN atau Bait Suci Allah.
Selanjutnya,
kita akan melihat perihal Yakub yang berkaitan rumah Allah.
Kejadian 28:16-19
(28:16) Ketika Yakub bangun dari tidurnya, berkatalah ia:
"Sesungguhnya TUHAN ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya." (28:17)
Ia takut dan berkata: "Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari
rumah Allah, ini pintu gerbang sorga." (28:18) Keesokan harinya
pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan
mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya. (28:19) Ia
menamai tempat itu Betel; dahulu nama kota itu Lus.
“Sesungguhnya
TUHAN ada di tempat ini …” Sesungguhnya TUHAN ada di rumah TUHAN ini, baik
di sektor Serang, Perumnas, di BCA Cilegon.
“ … dan aku
tidak mengetahuinya.” Mungkin kita tidak melihat dengan kasat mata, tetapi
tanpa kita sadari, TUHAN ada di rumah TUHAN dalam setiap perhimpunan ibadah.
Setelah
menerima berkat dari hak kesulungan itu, Yakub melarikan diri sebab Esau
menaruh dendam kepada Yakub. Lalu tibalah Yakub di suatu tempat dan menamai
tempat itu “Betel” -- dahulu nama tempat itu adalah Lus --. Kemudian, “Betel”,
artinya; rumah Allah.
Sejenak kita
akan melihat RUMAH ALLAH atau RUMAH TUHAN di dalam 1 Korintus 3.
1 Korintus
3:9-11
(3:9) Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah
ladang Allah, bangunan Allah. (3:10) Sesuai dengan kasih karunia
Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang
cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi
tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. (3:11)
Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar
yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.
Kehidupan kita,
anak-anak TUHAN, adalah bangunan Allah, rumah Allah, yang dibangun di atas
dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Jadi, tidak ada seorang pun
yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu
Yesus Kristus. Yesus Kristus sendirilah dasar dari semua bangunan.
Entah dia
membangun dari golongan yang pertama -- emas, perak dan
permata -- maupun dari golongan yang kedua -- kayu, rumput
kering dan jerami --, tetapi yang pasti; dasar dari semua bangunan
adalah Yesus Kristus. Jadi, setiap rumah dibangun di atas dasar pribadi Yesus
Kristus yang disalibkan.
Lebih jauh kita
melihat PRIBADI YESUS KRISTUS ini dalam Efesus 2.
Efesus 2:19-20
(2:19) Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang,
melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga
Allah, (2:20) yang dibangun di atas dasar para rasul dan para
nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.
“Demikianlah
kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari
orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah” Kita semua anggota
keluarga Allah, bukan?
Kehidupan kita
sebagai anggota keluarga Allah dibangun di atas dasar para rasul dan nabi,
berarti; dibangun di atas dasar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
-
Perjanjian Lama
= Nabi.
-
Perjanjian Baru
= Rasul.
Tetapi Kristus
Yesus adalah “batu penjurunya”; tidak ada dasar yang lain yang diletakkan oleh
Rasul Paulus selain pribadi Yesus Kristus.
1 Petrus 2:6-7
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya,
Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang
mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan." (2:7)
Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak
percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah
menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu
sandungan."
“Batu penjuru”
jelas itu menunjuk pribadi Yesus yang disalibkan. Singkatnya, batu penjuru à Korban Kristus.
Di sini kita
melihat: Tukang-tukang atau ahli bangunan tidak menghargai korban Kristus,
sebab di sini dikatakan: “Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang
bangunan” Jadi, tukang-tukang bangunan betul-betul tidak menghargai korban
Kristus.
Tukang-tukang
bangunan à Ahli-ahli Taurat, imam-imam kepala dan
tua-tua; mereka disebut ahli bangunan, tetapi tidak menghargai korban Kristus.
Berbeda dengan
Rasul Paulus, di mana ia menyatakan bahwa; setiap orang harus membangun
hidupnya sebagai rumah TUHAN di atas batu yang telah diletakkan, tidak ada
dasar lain selain Yesus Kristus, Dialah batu penjuru, Yesus yang disalibkan.
Selanjutnya,
kita akan memperhatikan 1 Korintus 6.
1 Korintus
6:19-20
(6:19) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh
Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan
bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (6:20) Sebab kamu telah dibeli dan
harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Rumah TUHAN
adalah tempat Roh Allah berdiam. Namun, sebagai rumah TUHAN, hidup kita ini
telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar.
Sebagai
pembuktiannya, kita akan melihat 1 Petrus 1.
1 Petrus
1:18-19
(1:18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara
hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan
barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (1:19) melainkan
dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba
yang tak bernoda dan tak bercacat.
Hidup kita,
sebagai rumah TUHAN, telah ditebus dari perbuatan yang sia-sia, itulah dosa
warisan, dosa turunan dari nenek moyang. Kita ditebus bukan dengan barang fana,
bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu
darah Kristus yang sama dengan darah Anak Domba, yang tak bernoda dan tak
bercacat.
Dari rangkaian
ayat-ayat yang sudah kita perhatikan di atas tadi, maka kita dapat menarik
KESIMPULAN bahwa; rumah TUHAN didirikan di atas korban Kristus.
Artinya, Yesus rela mati dan rela menanggung penderitaan di atas kayu salib,
mati di atas kayu salib, untuk membangun suatu kehidupan manusia menjadi
manusia rohani, sesuai dengan 1 Petrus 2:4-5.
Sekali lagi
saya tandaskan untuk terus kita ingat: Kehidupan kita sebagai rumah TUHAN --
atau Betel yang adalah rumah TUHAN -- dibangun di atas dasar korban Kristus.
Yesus rela menderita, bahkan mati di atas kayu salib, untuk menjadikan kita
sebagai rumah rohani (manusia rohani).
Setelah kita
mendapatkan suatu kesimpulan yang luar biasa ini, maka kesimpulan ini akan
mengantar kita masuk lebih dalam untuk melihat bahwa; rumah TUHAN adalah
sesuatu yang luar biasa untuk kemuliaan nama TUHAN.
Kita kembali
membaca Kejadian 28.
Kejadian 28:17
(28:17) Ia takut dan berkata: "Alangkah dahsyatnya
tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang
sorga."
Lihat, “Betel”
yang adalah rumah TUHAN yang didirikan di atas korban Kristus merupakan “pintu
gerbang sorga.” Itu sebabnya, Yakub berkata: “Alangkah dahsyatnya
tempat ini.” TUHAN mau membuat kehidupan kita dahsyat dan luar biasa,
sebab ternyata rumah TUHAN itu merupakan pintu gerbang sorga. Oleh sebab itu,
jangan kecilkan dirimu, sebab kita semua dibangun di atas korban Kristus, dan merupakan
pintu gerbang sorga; ini adalah sesuatu perkara yang sangat dahsyat sekali.
Kalau TUHAN
bekerja, Dia tidak pernah bekerja setengah-setengah. Kalau TUHAN bekerja, maka
Dia bekerja sepenuh hati sampai tuntas, maksudnya; sampai pekerjaan-Nya itu membuat
kita dahsyat. TUHAN tidak tanggung-tanggung ketika bekerja.
Yang tanggung
bekerja adalah manusia pemalas, yang maunya tidur saja, tidak peduli dengan
pekerjaan TUHAN. Tetapi TUHAN tidak pernah tanggung dalam bekerja untuk membuat
kehidupan manusia, kehidupan anak-anak TUHAN, yang adalah rumah TUHAN, sebagai
kehidupan yang dahsyat. Mengapa? Karena rumah TUHAN merupakan “PINTU GERBANG
SORGA”; camkan hal ini dengan baik.
Biarlah kiranya
hal ini dipahami dengan baik oleh kita semua, demikian juga para pemirsa,
anak-anak TUHAN, hamba TUHAN di mana pun anda berada. Ingat: TUHAN yang membuat
kita dahsyat. Jadi, jangan rendah diri lagi, jangan kecilkan dirimu, tetapi
yakinlah dalam melayani pekerjaan TUHAN, jangan minder. TUHAN membuat kita
dahsyat karena kita adalah rumah TUHAN, pintu gerbang sorga. Sekali lagi saya
tandaskan: Yakinlah dalam melayani pekerjaan TUHAN.
Rasul Paulus
adalah contoh teladan yang hampir sempurna, di mana ia menghargai panggilannya
untuk memberitakan Injil kepada orang Yahudi dan kafir. Dan demi berita Injil
ini, Rasul Paulus rela menderita, namun ia tidak malu, mengapa? Karena Rasul
Paulus tahu kepada siapa dia harus percaya. Jadi, tidak usah minder,
melainkan “yakin” seperti apapun bentuk dan wujud kita.
Kalau kita
melayani TUHAN, yakin saja, karena TUHAN yang pakai, bukan dunia. Sekali lagi
saya sampaikan: Kalau TUHAN yang pakai, biarlah kita “yakin”, tidak usah
minder. Kita dibuat menjadi suatu kehidupan yang dahsyat karena rumah TUHAN
merupakan pintu gerbang sorga.
Mari kita lihat
BUKTINYA.
Kejadian
28:11-12
(28:11) Ia sampai di suatu tempat, dan bermalam di situ, karena
matahari telah terbenam. Ia mengambil sebuah batu yang terletak di tempat itu
dan dipakainya sebagai alas kepala, lalu membaringkan dirinya di tempat itu. (28:12)
Maka bermimpilah ia, di bumi ada didirikan sebuah tangga yang
ujungnya sampai di langit, dan tampaklah malaikat-malaikat Allah turun naik di
tangga itu.
Perhatikan: “ …
Di bumi ada didirikan sebuah tangga yang ujungnya sampai di langit …”
“Tangga” ini
menunjuk kepada; salib Kristus, korban Kristus. Jadi, salib adalah tangga atau
penghubung atau pengantara antara bumi dengan langit. Harta kekayaan tidak bisa
dijadikan pengantara; justru harta kekayaan yang ada ini bisa menjadi pemisah
antara kita dari kasih Kristus, tidak akan membawa kita sampai ke langit, ke
sorga, takhta Allah.
Dengan
demikian, “Betel” yang adalah rumah TUHAN benar-benar “pintu gerbang sorga.”
Dalam hal ini, kita tidak perlu ragu, melainkan patut diterima dengan pasti.
Mari kita
melihat WUJUD DARI PINTU GERBANG SORGA.
1 Yohanes 2:1-2
(2:1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya
kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai
seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. (2:2)
Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita
saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
Kita mempunyai
seorang pengantara pada Bapa -- dengan lain kata; pengantara antara bumi dengan
langit --, yaitu Yesus Kristus yang adil, Ia adalah pendamaian untuk segala
dosa manusia.
Pendeknya,
Yesus Kristus adalah Imam Besar Agung untuk memperdamaikan dosa manusia. Kita
bersyukur, seorang Imam Besar bertugas sebagai pendamaian, berarti; Imam Besar
adalah pengantara antara manusia dengan Allah.
Kemudian, pada ayat
1, ada kalimat: “Yesus Kristus, yang adil”.
Tentang “YESUS
KRISTUS, YANG ADIL”, kita akan memperhatikan Roma 3.
Roma 3:23-24
(3:23) Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah
kehilangan kemuliaan Allah, (3:24) dan oleh kasih karunia telah
dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
Perikop ayat ini
ialah “Manusia dibenarkan karena iman” Berarti, manusia dibenarkan bukan
karena melakukan hukum Taurat.
“Karena
semua orang telah berbuat dosa …” Semua orang sudah berbuat dosa -- hal ini
sudah kita lihat tadi dalam 1 Petrus 1:18 --, itulah yang disebut dosa warisan,
dosa nenek moyang. Kalau “harta” yang diwariskan, ya puji TUHAN, tetapi di sini
kita lihat; yang diwariskan adalah dosa. Oleh sebab itu, kita harus
sungguh-sungguh menyerahkan diri supaya dosa warisan ini patah (putus).
Contoh dosa
warisan: Karakter anak bisa terbentuk, itu karena melihat tabiat kedua orang
tuanya. Seperti apa bapanya, maka hal itu bisa diikuti oleh anak. Seperti apa
ibunya, maka seperti itulah nanti anaknya. Tetapi dosa warisan (warisan dosa)
ini bisa diputuskan jika kita mau memperhatikan apa yang TUHAN nyatakan pada
malam hari ini.
Akibat
dosa:
“ … Dan
telah kehilangan kemuliaan Allah.” Oleh karena dosa yang diwariskan,
manusia kehilangan kemuliaan Allah. Gambar dan rupa Allah rusak seiring
rusaknya kelakuan manusia.
Namun, “ … Oleh
kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus
Yesus” Oleh karena kasih karunia, oleh kemurahan hati TUHAN, kita telah
dibenarkan dengan cuma-cuma lewat penebusan dalam Kristus Yesus. Itu sebabnya,
hari ini kita beribadah untuk memperingati hari kematian Yesus Kristus 2020
(dua ribu dua puluh) tahun yang lalu, dalam Ibadah Jumat Agung atau Ibadah
Paskah.
Kita lanjut
melihat “Yesus Kristus, yang adil.”
Roma 3:25
(3:25) Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan
pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan
keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu
pada masa kesabaran-Nya.
Kristus Yesus
telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian -- berarti Dia adalah Imam Besar -- karena iman --
bukan karena ini dan itu --, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya
untuk menunjukkan keadilan-Nya, mengapa demikian? Karena Ia telah
membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu, di mana dosa warisan itu
sudah terjadi, sudah turun.
Kalau satu
orang berdosa, contohnya; seperti Adam berdosa, lalu ia langsung mati, maka di
mana “kasih karunia”, di mana keturunan Abraham? Atau, seandainya Adam tidak
berbuat dosa, namun anaknya berbuat dosa, lalu langsung dijatuhi hukuman
(mati), lantas di mana keturunannya kelak? Itu bukan kasih karunia, itu bukan
keadilan.
Oleh sebab itu,
mari kita lanjut memperhatikan ayat 25 ini: “ … karena Ia telah
membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya”
Inilah keadilan TUHAN bagi kita; Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi
jalan pendamaian karena iman dalam darah-Nya. Tujuannya ialah untuk
menunjukkan keadilan-Nya.
Jadi, andaikata
manusia berdosa langsung dihukum mati oleh karena dosa itu, tanpa
diperdamaikan, berarti Allah tidak adil, Allah tidak fair. Tetapi dengan
segala kesabaran-Nya, sampai akhirnya TUHAN utus Anak-Nya yang tunggal, itulah
Yesus Kristus, untuk mengadakan pendamaian dosa oleh darah-Nya di atas kayu salib;
inilah keadilan Allah itu. TUHAN sedang menunggu keubahan kita lewat
salib yang kita pikul sampai saat ini, supaya nyata bahwa Allah itu adil.
Inilah arti
dari Ibadah Paskah (Jumat Agung) yang kita jalankan pada malam hari ini.
Sungguh jelas dan tidak perlu ragu bahwa rumah TUHAN adalah pintu gerbang
sorga, karena ada didirikan sebuah tangga di bumi yang ujungnya sampai ke
langit. Biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.
TUHAN itu adil.
TUHAN itu sabar menunggu keubahan kita. Hukum Taurat tidak sanggup mengubahkan
kehidupan kita, maka akhirnya TUHAN turunkan Anak satu-satunya, bukankah ini
adalah kesabaran TUHAN sebagai bukti bahwa TUHAN itu adil? Jadi, jangan kita
berkata bahwa TUHAN itu tidak adil.
Manakala kita
mengalami persoalan yang begitu berat, persoalan yang sangat menghimpit, beban
hidup silih berganti tidak berkesudahan, lalu kita bersungut-sungut, ngomel,
sampai berkata: “TUHAN tidak adil” Jika hal ini pernah terjadi, segera
minta ampun kepada TUHAN; dan lewat firman yang sudah kita terima malam ini,
sadarilah, bahwa TUHAN itu adil.
Roma 3:26
(3:26) Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya
pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang
yang percaya kepada Yesus.
TUHAN telah menunjukkan
keadilan-Nya pada masa ini, dengan bukti; TUHAN masih memberi kesempatan
kepada kita untuk bertobat lewat salib yang kita pikul di tengah ibadah dan
pelayanan yang TUHAN percayakan saat ini. Masih ada kesempatan; TUHAN sedang
membuka hati-Nya selebar-lebarnya sebagai kesempatan bagi kita semua. Puji
TUHAN … Haleluya …
Dengan
demikian, Dia benar, sehingga Dia sanggup membenarkan kehidupan kita. Tidak ada
seorang pun yang sanggup membenarkan kehidupan manusia, kecuali pribadi Yesus
Kristus, Anak Allah, yang adil. Manusia itu tidak adil, dan seorangpun tidak,
hanya Yesus saja yang adil.
Roma 3:27
(3:27) Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah?
Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan
iman!
Jika demikian,
apakah dasarnya untuk bermegah? Jawab Rasul
Paulus, yang juga menjadi jawaban kita semua: “Tidak ada!”
Lalu, berdasarkan
apa? Berdasarkan perbuatan? Rasul Paulus berkata: “Tidak” Tetapi
kita bermegah “berdasarkan iman”.
Kita boleh
bermegah, membesarkan nama TUHAN, itu semua karena iman, bukan karena dasar
yang lain-lain. Jadi, jangan kita sombong dan membenarkan diri dengan arogansi
kita masing-masing. Kita tidak boleh bermegah atas dasar ini dan itu (atas
dasar apa saja). Biarlah kiranya dapat dipahami dengan baik; kita harus jujur,
bahwa darah salib Kristus yang benar. Yesus Kristus adil,
sehingga Dia sanggup membenarkan kehidupan kita.
Roma 3:28
(3:28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena
iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat.
Singkatnya,
manusia dibenarkan karena iman oleh darah salib Kristus, yang merupakan kasih
karunia bagi kita. Jadi, kita dibenarkan bukan karena melakukan hukum Taurat.
Kalau kita
lihat Rasul Paulus; seorang cendekiawan, seorang yang luar biasa, dia adalah
seorang Farisi yang taat kepada hukum Taurat, tetapi setelah dia menemukan
kasih karunia, semua dianggapnya sampah (kotoran).
Mari kita
perhatikan, kelemahan dari hukum Taurat:
1.
Tidak dapat
mengampuni dosa.
2.
Menunjuk-nunjuk
dosa.
Akibat hidup di
bawah hukum Taurat adalah menjalankan ibadah secara Taurat atau menjalankan
ibadah lahiriah. Misalnya; mulut memuji TUHAN, tetapi hatinya jauh dari TUHAN;
itulah ibadah Taurat . Sama dengan; mempersembahkan tubuh jasmani, tetapi
manusia batinnya tidak dipersembahkan kepada TUHAN; inilah akibat kalau
seseorang berada di bawah hukum Taurat.
Oleh sebab itu;
-
Allah
menghapuskan imamat yang pertama. Sekalipun
imam mempersembahkan korban bakaran dan korban-korban lainnya untuk menghapus
dosa, namun Allah menghapuskan imamat yang pertama, sebab Allah tidak berkenan.
-
Allah
menegakkan imamat yang kedua, yaitu Kristus
mempersembahkan diri-Nya di atas kayu salib sebagai korban pendamaian untuk
menebus dosa manusia.
Biarlah kiranya
diberkati lewat apa yang TUHAN nyatakan kepada kita malam hari ini. Jangan
minder lagi, tetapi yakinlah, karena TUHAN yang memakai kita semua sebagai
pintu gerbang sorga, berarti menjadi suatu kehidupan yang sangat dahsyat;
itulah arti Paskah bagi kita tahun ini.
Singkatnya …
Roma 8:3-4
(8:3) Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat
karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus
Anak-Nya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa
karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, (8:4)
supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut
daging, tetapi menurut Roh.
Perhatikan
betapa mulianya TUHAN, sebab apa yang tidak mungkin dilakukan oleh hukum Taurat
telah dilakukan oleh Allah, dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal menjadi
pendamaian terhadap dosa.
Yesus, Anak
Allah, turun ke dunia dan menjadi manusia untuk mengadakan pendamaian terhadap
dosa. Yesus rela menderita, menanggung penderitaan di atas kayu salib karena
dosa manusia. Sedangkan hukum Taurat tidak berdaya oleh daging, sebab hukum
Taurat lemah terhadap daging dengan segala nafsu dan segala
keinginan-keinginannya yang jahat.
Oleh sebab itu,
tuntutan hukum Taurat harus digenapi di dalam kita, supaya kita hidup menurut
Roh, bukan lagi hidup menurut daging, supaya kita menjadi manusia rohani. Jadi,
salib itu berkuasa mengubahkan; dari manusia nafsani menjadi manusia rohani.
Biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.
Alangkah
mulianya Allah yang telah mengutus Anak-Nya yang tunggal; sehingga oleh salib,
kita dibenarkan, sedangkan hukum Taurat tidak berdaya terhadap daging.
Oleh sebab itu,
-- dengar baik-baik di tiap-tiap sektor -- supaya kita menjadi manusia rohani; izinkanlah
salib Kristus itu menghukum daging yang fana ini, sebab daging ini
adalah takhtanya Setan, daging ini adalah takhtanya Iblis, jika daging tidak
mengalami penghukum. Sekali lagi saya
tandaskan: izinkanlah salib menghukum daging ini, supaya kita hidup di dalam
Roh, karena manusia nafsani berubah menjadi manusia rohani.
Roma 8:1-2
(8:1) Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka
yang ada di dalam Kristus Yesus. (8:2) Roh, yang memberi hidup telah
memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut.
Jika hidup di
dalam salib Kristus, hidup di dalam Roh, maka kita lepas dari penghukuman, kita
bebas dari hukum dosa dan hukum maut, itulah hukum Taurat.
Perlu untuk
diketahui: hukum Taurat tidak mampu untuk membebaskan kita dari dosa, justru
merangsang kita untuk berbuat dosa. Ada 9 kali kata “jangan” dalam hukum
taurat justru merangsang seseorang untuk berbuat dosa.
Kita bahagia,
karena kasih Allah membuat kita bahagia, yang telah menjangkau kehidupan kita
lewat pembukaan firman-Nya pada malam hari ini. Kebahagiaan dari bumi ini
sifatnya sementara; ada uang, bahagia, tetapi habis uang, habis juga
kebahagiaan, buktinya; setelah menganggur langsung menangis, setelah terdampak
oleh wabah Corona langsung menderita. Tetapi, kebahagiaan sorgawi sifatnya
kekal.
Ayo, renungkan
kebaikan TUHAN ini. Hukum dagingmu dengan salib ini. Jangan ngomel ketika
dituntut memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan. Hargai karunia jabatan
yang dipercayakan oleh TUHAN, yang seharga dengan “setetes darah” sebagai
sarana yang efektif untuk menghukum daging, sampai akhirnya mengubahkan
“manusia nafsani” menjadi “manusia rohani”.
Kita lanjut
memperhatikan Ibrani 2.
Ibrani 2:15-16
(2:15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka
yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (2:16)
Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan
Abraham yang Ia kasihani.
TUHAN sangat
memperhatikan manusia, sekalipun kita masih bergelimangan dosa. TUHAN sangat
peduli dan sangat mengasihi kehidupan kita lebih dari para malaikat. Manusia
yang hina ini sangat diperhatikan oleh TUHAN. Sekalipun kita penuh dengan dosa,
namun TUHAN sangat memperhatikan kita.
Ibrani 2:17
(2:17) Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus
disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh
belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh
bangsa.
Ibrani 2:17 ini sama dengan Roma 8:3, “Sebab apa yang
tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah
dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus Anak-Nya sendiri dalam daging, yang
serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan
hukuman atas dosa di dalam daging”.
Yesus, Anak
Allah, Ia menjadi Imam Besar, untuk mengadakan pendamaian dosa seluruh bangsa,
tanpa terkecuali. Sebagai Imam Besar, Dia menaruh belas kasihan. Dan di
sisi yang lain, Dia juga setia kepada Allah. Kita bersyukur memiliki
Imam Besar yang seperti ini.
Ibrani 2:18
(2:18) Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena
pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.
Yesus sudah
terlebih dahulu melewati pencobaan itu dengan sempurna, maka tentu Ia dapat
menolong mereka yang dicobai. Dia sangat mengerti, Dia peduli, Dia sangat
memperhatikan kita, Dia menaruh belas kasihan kepada manusia.
Oleh karena
belas kasihan itulah, mau tidak mau Dia harus setia kepada Bapa. Kalau hanya
menaruh belas kasihan, tetapi tidak setia, maka Allah tidak akan mengutus
Anak-Nya yang Tunggal. Memang, Dia menaruh belas kasih, tetapi Dia harus
terlebih dahulu setia, supaya Dia layak menjadi korban pendamaian, layak
menjadi pengantara, layak menjadi Imam Besar, layak menjadi tangga dari bumi
sampai ke langit. Tidak cukup hanya: “saya kasihan”, “saya ingat dia”,
tetapi jika tidak setia, maka belas kasihan itu tidak ada artinya. Supaya belas
kasih itu nyata dirasakan oleh manusia berdosa, maka Dia harus terlebih dahulu
menunjukkan diri-Nya untuk setia kepada Bapa.
Ayo, belajar
setia, kalau memang saudara menaruh belas kasihan kepada seseorang. Setialah,
kalau memang menaruh belas kasihan kepada seisi rumah, keluarga, saudara,
kerabat, handai taulan, siapa saja; setialah.
Tidak cukup
hanya berkata: “aku kasihan”, tetapi terlebih dahulu buktikan kesetiaan itu.
Jangan tiba-tiba dengan mudahnya kita berkata kepada orang lain: “aku ingat
kamu”, “aku berbuat baik”, tetapi biarlah kita buktikan kesetiaan itu terlebih
dahulu. Oleh sebab itu, Yesus, Anak Allah, dipercayakan suatu tugas yang mulia
untuk mengadakan pendamaian terhadap dosa manusia.
Sekali lagi
saya sampaikan: Yesus dapat menolong mereka yang dicobai karena Dia sudah
terlebih dahulu melewati pencobaan dengan sempurna.
Ibrani 4:15
(4:15) Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar
yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya
sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
“Sebab Imam
Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan
kelemahan-kelemahan kita”, itulah
sebabnya Dia harus menjadi manusia.
Jika ada
pertanyaan: Mengapa Allah menjadi manusia? Jawabnya ialah supaya TUHAN
Allah kita yang hidup, itulah pribadi TUHAN Yesus Kristus, merasakan apa
yang kita rasakan. Kalau Allah tidak menjadi manusia, maka tidak ada
artinya “penyelamatan”, bahkan tidak terjadi keselamatan.
Perhatikan
lebih jelas lagi penekanannya di sini: “Ia telah dicobai, hanya tidak
berbuat dosa” Itu sebabnya Ia dapat menolong kita atau manusia berdosa,
bahkan Dia dapat merasakan kelemahan-kelemahan kita. Apa yang kita rasakan,
itulah yang Dia rasakan di atas kayu salib, Dia tanggung semuanya di atas kayu
salib; Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
Sebaliknya,
tidak sedikit orang Kristen, bahkan hamba TUHAN bisa saja berdosa hanya karena
pencobaan; terlalu lama menderita, akhirnya tinggalkan TUHAN, tinggalkan
ibadah, tinggalkan pelayanan, dan mengambil jalan pintas, mencari Allah lain
yang tidak ia kenal, sehingga akhirnya ia jauh dan binasa; ini adalah hidup
yang sia-sia, bukan suatu kehidupan yang dahsyat.
Ibrani 4:16
(4:16) Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri
takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan
kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.
“Sebab itu
marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia” Puji
TUHAN … Dia Imam Besar, Dia Pembela bagi kita, Dia sudah membuka jalan bagi
kita sehingga kita mempunyai keberanian untuk menghampiri takhta kasih karunia,
bagaikan sebuah tangga didirikan di bumi yang ujungnya sampai ke langit.
“Betel”, rumah TUHAN adalah benar-benar pintu gerbang sorga. Kehidupan kita
semua menjadi dahsyat oleh karena TUHAN.
Karena TUHAN
sudah membuka jalan, Dia tampil sebagai Pembela dan membuka jalan bagi kita;
oleh sebab itu, kita mempunyai keberanian untuk menghampiri takhta kasih
karunia. Di tengah ibadah dan pelayanan inilah kita mendapatkan dua hal, yaitu:
1.
Menerima
rahmat.
2.
Menemukan kasih
karunia.
Sehingga pada
akhirnya, pertolongan terjadi pada waktunya.
Jangan
tinggalkan ibadah pelayanan, sebab ini merupakan pintu gerbang sorga. Rumah
TUHAN adalah pintu gerbang sorga. Rumah TUHAN itu dahsyat, sebab TUHAN yang
membuat kehidupan kita menjadi dahsyat.
Walaupun
seseorang memiliki harta, kekayaan, kedudukan, jabatan yang tinggi, bahkan
ijazah tinggi sekalipun, atau sekalipun ia adalah seorang konglomerat, ia tidak
akan menjadi dahsyat oleh karena segala apa yang ia miliki itu. Tetapi yang
membuat kehidupan seseorang menjadi dahsyat adalah TUHAN.
Hati saya penuh
dengan keharuan karena TUHAN sungguh melawat kita di malam ini lewat Ibadah
Jumat Agung, di mana sebagai Imam Besar, Dia tampil sebagai Pembela dan membuka
jalan yang baru, sehingga kita mempunyai keberanian untuk menghampiri takhta
kasih karunia, sehingga kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia, di
mana tujuannya adalah untuk mendapat pertolongan pada waktu-Nya TUHAN.
Kita akan
melihat perkara itu dalam Ibrani 9.
Ibrani 9:11-12
(9:11) Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar
untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih
besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, --
artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -- (9:12) dan Ia telah masuk
satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa
darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya
sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal.
Kristus telah
datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang di kemudian
hari, itulah hidup kekal, sebab Ia telah melintasi kemah yang lebih besar, yang
lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia. Dan Ia telah masuk satu
kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat kudus, bukan dengan membawa darah
domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri.
Ibrani 5:6-7
(5:6) sebagaimana firman-Nya dalam suatu nas lain:
"Engkau adalah Imam untuk selama-lamanya, menurut peraturan Melkisedek."
(5:7) Dalam hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan
permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup
menyelamatkan-Nya dari maut, dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan.
Menurut
peraturan Melkisedek, Dia adalah Imam Besar untuk selama-lamanya, Imamatnya
kekal, tidak berubah-ubah.
Kemudian, kalau
kita melihat pada ayat 7 ini, sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan
doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia. Berarti, sebagai
Imam Besar, Ia telah berdoa, Ia telah memperdamaikan dosa kita dengan ratap
tangis dan keluhan kepada Dia yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut,
sehingga karena kesalehan-Nya, doa-doa dan ratap tangis-Nya didengar oleh
TUHAN. Kita bersyukur memiliki Imam
Besar yang begitu saleh dan sempurna.
Ibrani 5:8-10
(5:8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat
dari apa yang telah diderita-Nya, (5:9) dan sesudah Ia mencapai
kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua
orang yang taat kepada-Nya, (5:10) dan Ia dipanggil menjadi Imam
Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.
Sekalipun Ia
adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat, setia, dengar-dengaran dari apa
yang telah diderita-Nya; Ia tidak putus asa saat menderita. Sampai akhirnya
menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya. Dan
Imamat-Nya tidak pernah berubah, sebab Ia taat, setia, dengar-dengaran.
Dia Imam Besar
yang sudah berdoa dan memperdamaikan dosa kita di atas kayu salib. Dengan ratap
tangis dan keluhan, Dia menaikkan permohonan-Nya kepada TUHAN, berarti; betapa
hebatnya penderitaan yang dialami oleh Yesus. Tetapi sekalipun dicobai, Dia
tidak berbuat dosa, karena Dia menaruh belas kasihan yang disertai dengan
kesetiaan-Nya, sebab belas kasihan tidak ada artinya kalau Dia tidak setia.
Imamat-Nya tetap, tidak berubah. Dia sudah membuka jalan bagi kita, bagaikan
sebuah tangga yang didirikan di bumi yang ujungnya sampai ke langit. Ayo,
belajar pikul salib.
Sebetulnya,
lewat ibadah ini sudah membawa satu kaki kita berada di sorga, tinggal
kesetiaan kita, maka TUHAN akan tolong kita pada waktu-Nya. Hai, kehidupan yang
dahsyat, jangan minder lagi. Amin.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala Sidang;
Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment