WAHYU PASAL 11
(Seri: 31)
Subtema:
TUHAN
MENUNJUKKAN TABUT PERJANJIAN SETELAH BAIT SUCI ALLAH TERBUKA
Shalom.
Salam sejahtera dan bahagia kiranya
memenuhi kehidupan kita di petang malam ini. Saya juga tidak lupa mengucapkan
puji syukur dan hormat dan ucapan terima kasih setinggi-tingginya kepada Dia
yang masih memberi kesempatan kepada kita untuk mengusahakan Ibadah Raya
Minggu, melayani pekerjaan Tuhan lewat Ibadah Raya Minggu, serta membawa korban
dan persembahan, sehingga ibadah lewat live streaming ini menjadi ibadah
yang menyenangkan hati Tuhan, serta ibadah yang mengandung janji maupun kuasa,
baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang. Tuhan memberkati,
memelihara, melindungi dan membela kehidupan kita sampai pada masa sukar nanti.
Saya juga tidak lupa menyapa anak Tuhan,
umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan
lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda
berada. Selanjutnya, mari kita berdoa, kita mohon kemurahan Tuhan supaya Tuhan
bukakan firman-Nya bagi kita di saat ini.
Segera kita sambut firman penggembalaan
untuk Ibadah Raya Minggu dari WAHYU 11. Malam hari ini kita akan
memperhatikan Wahyu 11:19, namun kita awali dulu dari ayat 18.
Wahyu 11:18
(11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah
datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah
kepada hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang
takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk
membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi.”
Secara khusus, kita memperhatikan ayat
18 bagian A: “ … dan semua bangsa telah marah …”
Kemarahan dari semua bangsa ini bisa kita
ketahui dari pernyataan 24 (dua puluh empat) tua-tua pada ayat 16-17. 24
(dua puluh empat) tua-tua mengucap syukur kepada Tuhan Allah Yang Mahakuasa
sebagai yang ada dan yang sudah ada serta yang akan datang sebagai Raja
di atas segala raja, dan memerintah sampai selama-lamanya, dengan demikian,
bagi dunia, tidak ada lagi kebebasan untuk melakukan segala sesuatu sesuai
dengan kehendak sendiri. Singkatnya, kebebasan untuk berbuat dosa telah
dipasung untuk selama-lamanya karena Tuhan Allah telah menjadi Raja di atas
segala raja dan memerintah untuk selama-lamanya.
Oleh sebab itu, mulai dari sejak sekarang,
belajarlah untuk mematuhi aturan-aturan yang ada dalam sebuah ibadah pelayanan
sebagai wilayah kekuasaan atau pemerintahan Allah kita, sebab nanti Dia akan
mengambil alih pemerintahan dunia ini; Dia tampil sebagai Raja di atas segala
raja, maka kebebasan dunia akan terpasung, pada saat itulah segala bangsa akan
marah.
Perlu untuk diketahui: Di Luar Tabernakel,
Allah tidak memerintah. Oleh sebab itu, mulai dari sejak sekarang, belajarlah
untuk mematuhi segala aturan-aturan yang ada dalam sebuah ibadah pelayanan,
sebagai wilayah atau kekuasaan pemerintahan Allah kita, sebab di luar
Tabernakel, Allah tidak memerintah… Ibrani 9:1.
Selanjutnya, ayat 18 bagian B: “…
Tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi …”
Amarah Tuhan telah datang untuk menghakimi
orang mati. Orang mati di sini menunjuk orang-orang yang sengaja berbuat dosa,
dan upah dosa adalah maut (kematian orang-orang berdosa).
Sebetulnya hal itu tidak perlu terjadi,
kalau orang berdosa mau berubah, mau bertobat seperti Rasul Paulus. Lihat saja,
dosa masa lalu Rasul Paulus sebelum terpanggil, di dalam 1 Timotius 1:12-14.
1 Timotius 1:12-14
(1:12) Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus,
Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini
kepadaku -- (1:13) aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang
penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya,
karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman. (1:14)
Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku
dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus.
Paulus, yang tadinya adalah:
1.
Seorang
penghujat, berarti; seorang yang tidak menghargai
ibadah dan pelayanan, tidak menghargai kegiatan Roh.
2.
Seorang
penganiaya, sama dengan; seorang yang suka
menyakiti sesama.
3.
Seorang
ganas, berarti; prilakunya, tabiatnya tidak ada
bedanya dengan seekor binatang buas.
Tetapi, oleh karena kelimpahan kasih
karunia, Tuhan memanggil dan mempercayakan pelayanan kepadanya.
Pendeknya, Tuhan bisa saja memakai orang
yang paling berdosa sekalipun, kalau ia memang mau bertobat dengan
sungguh-sungguh serta mau menghargai kasih dan kemurahan yang dinyatakan oleh
Tuhan, maksudnya tidak bermain-main dalam kasih karunia. Tuhan bisa pakai orang
yang paling berdosa sekalipun, dengan catatan; asal dia mau dengan
sungguh-sungguh menghargai kasih dan kemurahan, dengan lain kata; tidak
bermain-main dengan kasih dan kemurahan.
Yang sudah melayani sesuai karunia jabatan,
hargai, itu merupakan kemurahan Tuhan. Yang di tiap-tiap sektor juga
perhatikan; pelayanan merupakan kemurahan. Kesempatan hanya datang satu kali.
Kedatangan Tuhan tidak lama lagi.
Sekali lagi saya tandaskan: Tuhan bisa saja
memakai orang yang berdosa sekalipun, kalau memang ia mau bertobat dengan
sungguh-sungguh dan menghargai kasih dan kemurahan yang dinyatakan oleh Tuhan
Allah kepada kita. Terkhusus kepada imam-imam, hargai kasih dan kemurahan
Tuhan. Karunia jabatan, itu adalah kemurahan.
1 Timotius 1:15
(1:15) Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya:
"Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,"
dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.
Kristus Yesus datang ke dunia untuk
menyelamatkan orang berdosa, dan Rasul Paulus berkata: “… di antara mereka
akulah yang paling berdosa.” Berarti, oleh karena kasih, oleh karena salib
Kristus, Rasul Paulus diselamatkan, bukan karena hukum Taurat yang digeluti
sebelumnya. Kemudian, terhadap salib Kristus, kita harus yakin dan patut
menerima sepenuhnya. Jangan ragu memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan,
itu merupakan kasih dan karunia yang dianugerahkan untuk menyelamatkan setiap kehidupan,
bahkan seorang berdosa sekalipun.
1 Timotius 1:16
(1:16) Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini,
sebagai orang yang paling berdosa, Yesus Kristus menunjukkan seluruh
kesabaran-Nya. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang
kemudian percaya kepada-Nya dan mendapat hidup yang kekal.
Dan oleh karena kesabaran Tuhan, Rasul
Paulus menjadi contoh bagi orang-orang yang mau percaya dan bertobat.
Kita kembali membaca Wahyu 11:18B.
Wahyu 11:18B
(11:18) dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan
saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada
hamba-hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang
takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan
barangsiapa yang membinasakan bumi."
Amarah Tuhan telah datang untuk memberi
upah kepada hamba-hamba Tuhan, yakni: nabi-nabi dan orang-orang kudus dan
kepada mereka yang takut akan nama Tuhan. Pendeknya, Tuhan datang
untuk memberi upah kepada orang yang melakukan kehendak Allah Bapa, yakni besar
kecil, tua muda, laki-laki perempuan, kaya miskin, tanpa terkecuali.
Juga amarah Tuhan datang untuk membinasakan
barangsiapa yang membinasakan bumi. Bumi ini sudah rusak seiring rusaknya
kelakuan manusia.
Selanjutnya, berkat yang akan kita terima
ialah ayat 19.
Wahyu 11:19
(11:19) Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah
tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru
guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.
Setelah segala perkara di atas -- yaitu
pada ayat 15-18 -- terjadi, maka terbukalah Bait Suci Allah yang di
sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya. Suatu kenyataan yang ajaib
terjadi dan suatu pemandangan yang heran. Terpujilah Tuhan kita, sebab tidak
tersembunyi kuasa Allah, segala kemuliaan hanya bagi Dia, dan tidak ada sesuatu
perkara yang mustahil bagi Dia.
Singkatnya, ayat 19 ini menjelaskan
kepada kita, bahwa; Pengajaran Mempelai tidak terlepas dari Pengajaran
Tabernakel, sebab Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan, sebab mempelai wanita Tuhan atau Yerusalem
baru juga disebut Tabernakel Allah.
Kita bersyukur, tampak suatu pemandangan
yang heran. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Mari kita lihat hal itu dalam Wahyu 21.
Wahyu 21:2-3
(21:2) Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari
sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk
suaminya. (21:3) Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu
berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan
diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan
menjadi Allah mereka.
Yerusalem baru yang turun dari sorga, dari
Allah, yaitu pengantin perempuan, disebut juga kemah atau Tabernakel Allah.
Singkatnya, ukuran kesempurnaan dari
mempelai wanita Tuhan adalah Tabernakel Allah.
Kesimpulannya: Pengajaran Mempelai dan
Pengajaran Tabernakel adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan, sebab
kesempurnaan dari mempelai wanita Tuhan, ukurannya adalah Tabernakel Allah.
Jadi, kita bersyukur kepada Tuhan, karena
Tuhan, oleh karena kasih dan kemurahan-Nya, mempercayakan kepada kita suatu
pengajaran yang besar ini, jangan disia-siakan, supaya nanti Tuhan akan
menunjukkan keheranan-Nya kelak; apabila sorga (Bait Suci Allah) terbuka, maka
Tuhan akan menunjukkan Tabut Perjanjian Allah.
Ibrani 8:5
(8:5) Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di
sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan
kemah: "Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat
semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu."
Ibadah di bumi dengan menggunakan pola
Tabernakel adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga. Singkatnya,
Tabernakel adalah miniatur dari Kerajaan Sorga. Untuk itu, segera kita
memperhatikan pola Tabernakel yang dibangun oleh Musa menurut contoh yang
ditunjukkan kepadanya di atas gunung Sinai.
Adapun TABERNAKEL terdiri dari tiga daerah:
-
Daerah
yang pertama adalah HALAMAN atau pelataran sebelah luar.
-
Daerah
yang kedua adalah RUANGAN SUCI.
-
Daerah
yang ketiga adalah RUANGAN MAHA SUCI.
Selanjutnya, kita akan melihat alat-alat
yang ada di tiga daerah tersebut.
Daerah yang pertama: HALAMAN.
Di halaman terdapat dua alat, yaitu:
1.
MEZBAH
KORBAN BAKARAN. Arti rohaninya ialah salib, di mana Kristus yang menjadi
korban. Sedangkan Mezbah Korban Bakaran, menunjuk; pertobatan.
2.
KOLAM
PEMBASUHAN TEMBAGA, menunjuk; baptisan air, yang merupakan tanda kematian dan
kebangkitan Yesus Kristus.
-
Mati
terhadap dosa.
-
Hidup
untuk kebenaran untuk Allah.
Tetapi syarat untuk berada di daerah
Halaman, sudah terlebih dahulu barang tentu melewati PINTU GERBANG. Ari
rohaninya ialah percaya kepada Yesus sebagai Kepala, lewat Injil atau Firman
Allah … Yohanes 1:12. Singkatnya, pintu gerbang adalah jalan untuk masuk
ke dalam Kerajaan Sorga.
Berarti, kalau berada di luar pintu
gerbang, sama dengan; berada di daerah di mana Allah tidak memerintah =
terhilang atau binasa. Itu sebabnya di atas tadi saya katakan: mulai dari
sekarang, belajar untuk mematuhi segala aturan-aturan di daerah/wilayah
pemerintahan Allah. Jangan kita beribadah, tetapi masih menuruti kehendak
sendiri, tidak dengar-dengaran, inilah yang membuat seseorang susah sendiri.
Daerah yang kedua: RUANGAN SUCI.
Di dalam Ruangan Suci terdapat tiga macam
alat:
1.
Meja Roti
Sajian.
2.
Kaki Dian
Emas.
3.
Mezbah
Dupa.
Tiga macam alat tersebut, menunjuk kepada;
ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.
1.
Meja
Roti Sajian, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah
Pendalaman Alkitab, disertai perjamuan suci.
= Persekutuan dengan firman Allah dan perjamuan suci.
= IMAN.
2.
Kaki
Dian Emas, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Raya
Minggu, disertai kesaksian.
= Persekutuan dengan Roh-El Kudus.
= PENGHARAPAN.
3.
Mezbah
Dupa, menunjuk; ketekunan dalam Ibadah Doa
Penyembahan.
= Persekutuan dengan Allah lewat penyembahan.
= KASIH.
Perlu untuk diketahui; penyembahan adalah sarana untuk menghasilkan
perobekan tirai atau daging kita. Tabir atau tirai adalah bayangan dari pada
daging.
Tetapi syarat untuk berada pada Ruangan
Suci, terlebih dahulu melewati PINTU KEMAH. Arti rohaninya ialah kepenuhan atau
baptisan Roh-El Kudus. Jadi, pintu kemah adalah batas antara Halaman dan
Ruangan Suci.
Daerah yang ketiga: RUANGAN MAHA SUCI.
Di dalam Ruangan Maha Suci terdapat alat
yang paling utama dan terpenting di dalam Tabernakel, yaitu Tabut Perjanjian.
Pada akhirnya, setelah segala perkara
terjadi, akhirnya terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, lalu Tuhan
menunjukkan Tabut Perjanjian. Berarti -- tadi saya sudah sampaikan --,
Pengajaran Mempelai merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
Pengajaran Tabernakel, sebab kesempurnaan dari mempelai, ukurannya adalah
Tabernakel.
Berarti, Tabernakel yang dibangun oleh
Musa, itulah yang disebut Tabernakel di bumi, maka sudah barang tentu ada
Tabernakel sorgawi, sebab setelah terbuka Kemah Suci, Tuhan menunjukkan Tabut
Perjanjian.
Maka kita sangat berbahagia tentunya,
karena Tuhan mempercayakan kepada kita Pengajaran Mempelai dan Pengajaran
Tabernakel. Biarlah kita mengikutinya ke mana pun kita dibawa, seperti bangsa
Israel terus mengikuti gerak dari pada Tabut Perjanjian yang dipikul oleh para
imam yang memang suku Lewi, dan pandangan mereka terus terarah kepada Tabut
Perjanjian, dan memang jaraknya ada 2000 (dua ribu) hasta. Tuhan Yesus telah
mengerjakan itu 2000 (dua ribu) tahun yang lalu di atas kayu salib.
Singkatnya, kalau ada Tabernakel di bumi,
juga ada Tabernakel di sorga.
Mari kita perhatikan TABERNAKEL SORGAWI, di
dalam Wahyu 4:1-7, yang menceritakan keadaan dari Tabernakel Sorgawi.
Wahyu 4:1
(4:1) Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu
terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku
seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan
kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.
Pintu Sorga terbuka, lalu Tuhan menunjukkan
kepada Rasul Yohanes “apa yang harus terjadi sesudah ini.” Namun, pada
saat pintu sorga terbuka, terdengar suara dan berkata kepada Rasul Yohanes “seperti
bunyi sangkakala.”
Jadi, ayat ini sama dengan Wahyu 11:19,
di mana sesudah sangkakala yang terakhir ditiup oleh malaikat yang ketujuh,
diiringi dengan suara orang banyak, selanjutnya terbukalah Bait Suci Allah yang
di sorga dan kelihatanlah Tabut Perjanjian.
Sangkakala telah ditiup, Tuhan sudah
memperdengarkan firman-Nya kepada kita. Tuhan mau menunjukkan segala apa yang
terjadi kepada kita semua.
Lalu, lihatlah apa yang Tuhan tunjukkan
kepada Rasul Yohanes.
Wahyu 4:2
(4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di
sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.
“… Sebuah takhta terdiri di sorga, dan
di takhta itu duduk Seorang.” Inilah yang Tuhan
perlihatkan kepada kita, kalau kita mau mengikuti Pengajaran Mempelai dan
Pengajaran Tabernakel.
Sebuah takhta terdiri di sorga, menunjuk;
TABUT PERJANJIAN.
Wahyu 4:3-4
(4:3) Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis
dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang
bagaikan zamrud rupanya. (4:4) Dan sekeliling takhta itu ada dua
puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat
tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka.
Di sekeliling takhta itu ada 24 (dua
puluh empat) takhta, dan di takhta-takhta itu duduk 24 (dua puluh empat)
tua-tua.
24 (dua puluh empat) tua-tua di sekeliling
takhta, kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, itu jelas menunjuk; 12 (DUA
BELAS) KETUL ROTI DI ATAS MEJA SAJIAN, dengan dua susun, masing-masing susun
terdiri dari 6 (enam) ketul roti.
Wahyu 4:5
(4:5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh
obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.
Tujuh obor menyala-nyala di hadapan
takhta itu, kalau dikaitkan dengan Tabernakel di
bumi, itu terkena kepada; PELITA EMAS.
Kemudian, tentang Mezbah Dupa, di dalam Wahyu
4 tidak dituliskan, tetapi itu bisa kita temuka di dalam Wahyu 8:3-4.
Wahyu 4:6
(4:6) Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal;
di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan
mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang.
Lautan kaca bagaikan kristal, kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel di bumi, terkena kepada;
KOLAM PEMBASUHAN TEMBAGA.
Tetapi di dalam Wahyu 4 ini, tidak
dituliskan mengenai Mezbah Korban Bakaran, namun itu bisa kita temukan dalam Wahyu
15:2, itulah “lautan kaca bercampur api”, dalam pola Tabernakel,
terkena pada MEZBAH KORBAN BAKARAN.
Jadi, Tabernakel sorgawi = Tabernakel di
bumi.
Kalau kita beribadah di bumi ini dengan
menggunakan pola Tabernakel, ibadah itu merupakan gambaran dan bayangan dari
apa yang ada di sorga. Untuk itu, kita tidak perlu ragu. Kita harus percaya dan
patut untuk diterima. Justru inilah kemurahan yang besar yang Tuhan nyatakan
pada kita sekaliannya.
Sungguh heran Tuhan kita, sebab satu
perkara ajaib Tuhan perlihatkan. Tak tersembunyi kuasa Allah bagi kita semua
untuk menolong dan menyelamatkan kehidupan manusia, gereja Allah, secara khusus
sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon.
Lanjut kita memperhatikan Wahyu 4:6-7.
Wahyu 4:6-7
(4:6) Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di
tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan
mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang. (4:7) Adapun makhluk yang
pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan
makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang
keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.
Di sini kita melihat; ada empat makhluk.
Dari penampilan empat makhluk tersebut menunjukkan kepada kita bahwa Tabernakel
dibangun sampai sempurna, jelas oleh karena darah salib Kristus.
Sebagai bukti, adapun empat makhluk
tersebut:
-
Makhluk
yang pertama sama seperti singa.
-
Makhluk
yang kedua sama seperti anak lembu.
-
Makhluk
yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia.
-
Makhluk
yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.
Dengan penjelasan sebagai berikut;
-
Singa (dari suku Yehuda), menunjuk; kemuliaan dan keagungan Yesus sebagai
RAJA.
-
Anak
lembu, menunjuk; kebangkitan Yesus sebagai HAMBA.
-
Muka
manusia, menunjuk; sengsara Yesus sebagai MANUSIA.
-
Burung
rajawali, menunjuk; keadilan dan kebenaran Yesus,
sebagai ANAK ALLAH.
Kemudian, penampilan dari empat makhluk
jika dikaitkan dengan diagram atau garis horizontal dan vertikal,
maka:
-
Garis
vertikal: Yesus, ANAK ALLAH -- berarti sama dengan
burung nasar (burung rajawali) -- dari sorga turun ke bumi menjadi MANUSIA.
-
Garis
horizontal: Yesus, sebagai RAJA -- sama dengan
singa -- menjadi HAMBA -- sama dengan lembu --.
Jadi, kesimpulannya adalah darah salib
Kristus telah membangun kehidupan kita sampai sempurna menjadi mempelai Tuhan.
Itu sebabnya, tanpa penumpahan darah, tidak ada pengampunan.
Lebih jauh kita melihat ayat 8.
Wahyu 4:8
(4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya
dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya
mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang
Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."
Jadi, empat makhluk ini menggambarkan
manusia rohani, tentu yang dikerjakan dan disempurnakan oleh darah salib
Kristus atau korban Kristus. Kita bersyukur, oleh darah salib Kristus, kita
ditebus sampai nanti sempurna.
Selanjutnya, kita melihat: “… Keempat
makhluk itu masing-masing bersayap enam sekelilingnya …” Berarti, tabiat
daging tidak terlihat lagi. Itu sebabnya di atas tadi saya sampaikan, bahwa;
keempat makhluk ini menggambarkan kehidupan dari manusia rohani yang telah dikerjakan
oleh darah salib Kristus, yang tidak lagi hidup menurut tabiat-tabiat daging.
Kemudian, “… di sebelah dalamnya penuh
dengan mata … ” Artinya, terangnya bercahaya. Berarti, tidak ada lagi yang
ditutup-tutupi, tidak ada lagi dosa yang disembunyikan, sebab terangnya
bercahaya, sama seperti cahaya kemuliaan dari mempelai wanita Tuhan dalam Wahyu
21:9-11, seperti permata yaspis, jernih seperti kristal, berarti
transparan; luar dalam sama, tidak ada lagi yang ditutup-tutupi.
Kemudian, kita akan melihat: “ … tidak
berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah
Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan
datang." Aktivitas dari empat makhluk adalah siang malam menyerukan
kekudusan dari Allah Trinitas, yakni Tuhan Yesus Kristus sebagai yang ada, yang
sudah ada, yang akan datang.
Namun di sini kita melihat, seruan dari
empat makhluk ini diawali dengan kata “yang sudah ada”, barulah
selanjutnya “yang ada dan yang akan datang.”
Artinya, Yesus telah membangun Tabernakel oleh darah salib Kristus, oleh karena
korban-Nya. Sebab “yang ada” dan “yang sudah ada” dan “yang akan datang”, itu
menunjuk kepada; Alfa dan Omega; Yang Awal dan Yang Akhir; yang ada, yang
sudah ada, yang akan datang = hidup, mati, hidup.
Berarti; “Yang sudah ada”, menunjukkan;
sengsara dan kematian Yesus di atas kayu salib.
Seruan mereka diawali dengan “yang sudah
ada”, artinya; Yesus sudah membangun Tabernakel oleh korban Kristus atau oleh
darah salib Kristus.
Jadi, ibadah ini seharga dengan setetes
darah salib Kristus. Imam-imam tidak boleh bermain-main di dalam melayani
pekerjaan Tuhan, tidak boleh bermain-main di dalam kenajisan. Petang malam ini,
kita harus memberi diri untuk dipuaskan oleh kasih Allah. Tidak ada kebahagiaan
yang melebihi dari kasih Allah. Yang ada ini hanya sementara saja. Jangan rusak
pekerjaan Tuhan dengan sesuatu yang tidak suci.
Ingat, hidup kita ini dibangun oleh “yang
sudah ada”, yaitu; oleh darah salib Kristus. Jangan rusak hidup rohanimu hanya
karena sesuatu yang sifatnya tidak kekal, sebab semuanya adalah sia-sia.
Belajar menjadi dewasa. Ukuran kesempurnaan dari mempelai Tuhan adalah
Tabernakel. Jangan paksakan kesucian itu lewat arogansi kita masing-masing.
Kita kembali membaca Wahyu 11.
Wahyu 11:19
(11:19) Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut
perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru guruh
dan gempa bumi dan hujan es lebat.
Terbukalah Bait Suci Allah yang di
sorga, dan kelihatanlah Tabut Perjanjian Tuhan.
Jadi, lewat Pengajaran Mempelai dan
Pengajaran Tabernakel ini, Tuhan akan membawa kita kepada satu kemuliaan yang
kekal.
Tabut Perjanjian terdiri dari:
a. Tabut itu sendiri, menunjuk; gereja Tuhan yang sempurna.
b.
Tutup pendamaian dengan dua kerub di atasnya, menunjuk; Allah Trinitas, yakni Tuhan
Yesus Kristus.
-
Tutup =
Anak Allah.
-
Kerub I =
Allah Bapa.
-
Kerub II =
Allah Roh Kudus.
Itulah Allah
Trinitas, di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
c.
Isi dari Tabut, yaitu;
1.
Buli-Buli
Emas Berisi Manna.
2.
Tongkat
Harun yang bertunas, berbunga dan berbuahkan buah badam.
3.
Dua loh
batu yang berisikan sepuluh hukum.
Tiga perkara di
dalam Tabut Perjanjian tersebut, menunjuk;
-
Iman yang
permanen.
-
Harap yang
permanen.
-
Kasih yang
permanen.
Tetapi arti rohani dari Tabut Perjanjian
itu sendiri ialah:
1.
Takhta
Allah.
2.
Hubungan
nikah antara Kristus sebagai Kepala dan Mempelai
Pria Sorga dengan sidang jemaat sebagai tubuh dan mempelai perempuan-Nya
berdasarkan kasih.
Jadi, Pengajaran Mempelai dan Pengajaran
Tabernakel akan membawa kita sampai kepada takhta Allah, yaitu pesta nikah Anak
Domba Allah. Sudah sangat jelas, tidak perlu ragu lagi, tetapi tentu setelah
perkara itu semua terjadi, yaitu Wahyu 11:15-18.
-
Ayat 15, sangkakala yang terakhir ditiup disertai dengan bunyi suara yang
banyak.
-
Ayat
16-18, itu soal 24 (dua puluh empat) tua-tua yang
duduk di atas takhta mereka dengan aktivitas mereka, yaitu tersungkur dan
menyembah di hadapan Anak Domba Allah yang duduk dan memerintah sampai
selama-lamanya.
Inilah yang terlebih dahulu kita kerjakan,
maka sesudah itu terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, Tuhan akan
menunjukkan Tabut Perjanjian. Terpujilah Tuhan kita kekal sampai
selama-lamanya. Tuhan sudah menyatakan kemuliaan-Nya, Tuhan sudah menyatakan
keajaiban-Nya, sungguh heranlah Tuhan kita.
Selanjutnya, kita kembali membaca Wahyu
11:19.
Wahyu 11:19
(11:19) Maka terbukalah Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah
tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu dan terjadilah kilat dan deru
guruh dan gempa bumi dan hujan es lebat.
Terbukalah Bait Suci Allah yang di
sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya,
sesudah itu “terjadilah kilat dan deru guruh dan gempa bumi dan hujan
es lebat.” Suatu goncangan yang hebat terjadi untuk menggoncang langit,
bumi dan laut.
-
Kilat
dan deru guruh, itu merupakan goncangan yang
menyangkut langit.
-
Gempa
bumi, itu merupakan goncangan yang menyangkut bumi.
-
Hujan
es lebat, itu merupakan goncangan yang menyangkut laut
atau sungai.
Jadi, goncangan yang hebat ini suatu kali
nanti akan terjadi menggoncang baik langit, bumi dan laut, tentunya sesudah terbukalah
Bait Suci Allah yang di sorga, dan kelihatanlah tabut perjanjian-Nya.
Perlu untuk diketahui:
-
Bagi
dunia, “goncangan yang hebat” ini merupakan suatu malapetaka, celaka dan
kehancuran.
-
Sedangkan
bagi anak-anak Tuhan yang hidup menurut kehendak Allah, justru “goncangan yang
hebat” itu merupakan kebebasan dari segala ikatan-ikatan dunia yang membelenggu
kehidupan rohani kita.
Kalau seseorang diikat dan dibelenggu
dengan segala perkara yang ada di dunia ini, maka seseorang tidak bisa melayani
pekerjaan Tuhan, mau berkorban pun tidak bisa, dan kalau kaki terikat,
melangkah ke rumah Tuhan untuk berbakti kepada Tuhan pun tidak bisa, sebab
masih ada belenggu ikatan dunia, itulah segala perkara-perkara yang ada di
dalamnya, segala kegiatan-kegiatan, kesibukan-kesibukan dan perkara-perkara
yang ada di dalam dunia ini.
Jangan saudara bangga dengan yang ada di
dunia ini. Kalau saudara diberkati dengan limpah, bersyukur, tetapi jangan
terikat dengan berkat. Kalau saudara mendapat pekerjaan, lalu dipercayakan
kedudukan yang tinggi, bersyukur, tetapi jangan terikat dengan itu. Dan lain
sebagainya.
Kita harus belajar dengan kisah-kisah dari
para rasul, hamba-hamba Tuhan yang luar biasa dipakai oleh Tuhan. Kisah Para
Rasul ditulis dengan jelas dalam kitab Para Rasul. Kita bisa melihat pelayanan
mereka yang luar biasa. Sekalipun mereka menghadapi segala sesuatu yang ada di
dunia ini, tetapi segala perkara yang ada di dunia ini tidak dapat membelenggu
hidup rohani mereka, tidak dapat membatasi kegiatan-kegiatan mereka dalam
melayani pekerjaan Tuhan. Demikian halnya dengan pribadi Rasul Paulus di dalam
pemberitaan Injil, bagi bangsa kafir, maupun bagi bangsa Yahudi.
Dalam Kisah Para Rasul 16:19-40,
kita bisa melihat pelayanan pemberitaan Injil di Filipi; Paulus dan Silas
dimasukkan dalam penjara yang paling tengah, kaki dan tangan mereka dibelenggu,
oleh karena pelayanan pemberitaan Injil di Filipi, tetapi hati mereka tidak
surut, mereka tetap berkobar-kobar di dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Kisah Para Rasul 16:23-26
(16:23) Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke
dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan
sungguh-sungguh. (16:24) Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara
memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki
mereka dalam pasungan yang kuat. (16:25) Tetapi kira-kira tengah
malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan
orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. (16:26) Akan tetapi
terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan
seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.
Keadaan dari Paulus dan Silas, di dalam
melayani pemberitaan injil:
-
Paulus dan
Silas berkali-kali didera,
-
kemudian
dilemparkan ke dalam penjara yang paling tengah -- berarti paling ketat --,
-
kemudian
kaki dan tangan mereka dibelenggu dalam pasungan yang kuat,
namun sekalipun demikian, mereka tidak
berhenti untuk berdoa, Paulus dan Silas tidak berhenti menaikkan puji-pujian
kepada Tuhan. Adakah kesaksian kita sama
seperti kesaksian mereka? Tidak berhenti untuk melayani pekerjaan Tuhan.
Lihat, seketika itu juga, “terjadilah
gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu
juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah (gugurlah) belenggu mereka
semua.” Ini merupakan sebuah contoh teladan yang baik. Jangan berhenti
untuk berdoa dan mengucap syukur kepada Tuhan. Jangan berhenti untuk menaikkan
puji-pujian tanda ucapan syukur kepada Tuhan. Jangan berhenti untuk melayani
pekerjaan Tuhan = memikul salib.
Singkatnya, kaki dan tangan tidak boleh
dibelenggu oleh segala perkara-perkara yang ada di dunia ini.
Kita bersyukur kepada Tuhan, sebab Tuhan
masih memberikan kesempatan kepada kita untuk mengusahakan setiap ibadah-ibadah
yang Tuhan percayakan. Oleh karena perkenanan Tuhan, kita berada di
tengah-tengah kegiatan Roh, di tengah-tengah ibadah dan pelayanan mengingat
hari-hari ini adalah hari-hari terakhir, keadaan dunia sudah tidak menentu
lagi, kasih sudah semakin dingin, dunia ini sudah rusak seiring rusaknya
kelakuan manusia. Di mana-mana tidak ada lagi ketentraman selain di takhta
Allah, di mana Tuhan masih memberi kesempatan kepada kita untuk beribadah dan
melayani Tuhan.
Lihat, manakala gempa bumi yang terjadi,
itu adalah pembebasan bagi kita dari segala ikatan dunia, tetapi gempa bumi
bagi dunia ini, itu merupakan suatu guncangan yang menghancurkan bahkan menjadi
celaka besar bagi orang dunia. Tetapi bagi mereka yang melakukan kehendak
Tuhan, itu merupakan kelepasan, seperti kelepasan yang membelenggu Paulus dan
Silas ketika mereka berada di dalam penjara; sekalipun mereka dimasukkan ke
dalam penjara yang paling tengah, yang paling ketat, juga tangan dibelenggu,
sedangkan kaki mereka dipasung, tetapi pada saat gempa bumi terjadi, semua
ikatan itu gugur seketika itu juga. Dan kepala penjara ketakutan, tetapi pada
akhirnya, lewat kesaksian Rasul Paulus, kepala penjara diselamatkan, bahkan
seisi rumah diselamatkan. Biarlah lewat kesaksian kita, seisi rumah kita
diselamatkan.
Kesimpulannya: Darah salib Kristus telah
membangun kehidupan kita sekaliannya sampai sempurna menjadi mempelai Tuhan,
karena Tuhan sendiri yang telah menunjukkan Tabut Perjanjian itu.
Kita kembali melihat Tabernakel Sorgawi di
dalam Wahyu 4.
Wahyu 4:8
(4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya
dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya
mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah,
Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."
Empat makhluk itu penuh dengan mata,
artinya; terangnya bercahaya, tidak ada lagi yang ditutup-tutupi. Dan aktivitas
mereka juga sudah kita lihat tadi; mereka siang malam tidak henti-hentinya
memuji Tuhan, seperti Paulus dan Silas tidak henti-hentinya berdoa, tidak
henti-hentinya menaikkan puji-pujian sebagai ucapan syukur dan tanda mereka
memuliakan Tuhan selagi Tuhan masih memberi kesempatan.
Seisi rumah akan diselamatkan kalau kita
memiliki kesaksian yang heran; bebas dari segala ikatan, segala perkara yang
mengikat di dunia ini.
Gempa bumi yang terjadi adalah suatu celaka
bagi dunia, tetapi bagi mereka yang melakukan kehendak Allah, itu adalah suatu
kelepasan. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment