IBADAH RAYA MINGGU, 18 JULI 2021
KITAB
WAHYU PASAL 13
WAHYU
13:11-18
(Seri:
6)
Subtema: KEPAK SAYAP / DOA PENYEMBAHAN LINDUNGAN TUHAN
Damai
sejahtera Kristus kiranya memerintah di hati kita, di hidup kita, di tengah
perhimpunan ibadah kita malam ini. Dan kiranya bahagia dalam hal menikmati
sabda Allah.
Saya
tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, bahkan umat TUHAN
yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet, Youtube, Facebook baik di dalam
negeri maupun di luar negeri, dimanapun anda berada. Selanjutnya mari kita
berdoa, kita mohonkan kemurahan TUHAN supaya firman itu keluar dan terjadi
pembukaan rahasia firman yang berkuasa untuk meneguhkan setiap kehidupan kita
pribadi lepas pribadi.
Segera
saja kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu, dari kitab Wahyu 13 dan kita masih berada pada
ayat 12 bagian A, dengan perikop: “Binatang
yang Keluar dari Dalam Bumi.”
Wahyu
13:12
(13:12) Dan seluruh kuasa binatang yang pertama itu
dijalankannya di depan matanya. Ia menyebabkan seluruh bumi dan semua
penghuninya menyembah binatang pertama, yang luka parahnya telah sembuh.
Dan seluruh kuasa binatang yang pertama
itu dijalankannya di depan matanya. Berarti, seluruh pekerjaan dari binatang
yang pertama yakni antikris dikerjakan oleh binatang yang kedua yakni nabi-nabi
palsu atau guru-guru palsu ataupun pemimpin rohani yang palsu.
Kemudian,
segala sesuatu yang dikerjakan oleh guru-guru palsu, pemimpin-pemimpin rohani
yang palsu tersebut dipantau dan disaksikan langsung oleh binatang yang pertama
yakni antikris. Bahkan satu kali nanti seantero dunia ini pada akhirnya akan
menyoroti gerak atau aktivitas dari gereja TUHAN.
Selanjutnya
mari kita memeriksa seluruh kuasa dari binatang yang pertama, yakni antikris yang
dikerjakan oleh binatang yang kedua yakni nabi-nabi palsu, dalam Wahyu 13,
dengan perikop: “Binatang yang Keluar
dari Dalam Laut.”
Wahyu
13:1
(13:1)
Lalu aku melihat seekor binatang
keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh;
di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya
tertulis nama-nama hujat.
Binatang
yang pertama yang keluar dari dalam laut à
Antikris. Adapun wujud antikris ialah:
-
Bertanduk 10
(sepuluh)
-
Berkepala 7
(tujuh)
-
10 (sepuluh)
mahkota di atas tanduk-tanduknya.
-
Pada kepala-kepala
itu tertulis nama-nama hujat.
Mengenai
angka-angka yang ada pada binatang yang pertama -- itulah binatang yang keluar
dari dalam laut -- tersebut telah disampaikan pada minggu yang lalu. Saya kira
hal itu masih jelas dalam ingatan kita dan harapan saya apa yang disampaikan
itu menjadi suatu berkat yang besar untuk memimpin perjalanan rohani kita di
hari-hari terakhir ini sampai kepada langkah-langkah terakhir.
Wahyu
13:2
(13:2) Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan
tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti mulut singa.
Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya dan kekuasaannya
yang besar.
Binatang
yang keluar dari dalam laut adalah kombinasi yang terdiri dari 3 (tiga) macam
binatang dalam satu tubuh.
1.
Macan tutul.
2.
Beruang.
3.
Singa.
Kemudian,
naga memberikan kepada binatang itu, antara lain:
-
Kekuatannya.
-
Takhtanya.
-
Dan kekuasaannya
yang besar itu.
Daniel
adalah seorang hamba TUHAN yang diurapi TUHAN, dia adalah seorang nabi Allah
yang juga mendapatkan kemurahan untuk mengerti rahasia akhir zaman (rahasia
kitab Wahyu), terkhusus tentang munculnya antikris yang keluar dari dalam lautan
besar.
Kita
lihat kisah itu dalam Daniel 7,
dengan perikop: “Keempat Binatang dan
Anak Manusia.”
Daniel
7:1
(7:1) Pada tahun pertama pemerintahan Belsyazar, raja
Babel, bermimpilah Daniel dan mendapat penglihatan-penglihatan di tempat tidurnya.
Lalu dituliskannya mimpi itu, dan inilah garis besarnya:
Singkatnya:
Bermimpilah Daniel dan ia mendapat penglihatan-penglihatan di tempat tidurnya.
Sebelum
kita melihat garis besar mimpi dari Daniel yang akhirnya dituliskan, kita lihat
dulu Ayub 33.
Ayub
33:14-15
(33:14) Karena Allah berfirman dengan satu dua cara,
tetapi orang tidak memperhatikannya. (33:15)
Dalam mimpi, dalam penglihatan waktu malam, bila orang nyenyak
tidur, bila berbaring di atas tempat tidur,
Allah
berfirman dengan satu dan dua cara atau dengan banyak cara, yakni:
-
Dalam mimpi.
-
Dalam
penglihatan-penglihatan waktu malam, bila orang nyenyak tidur.
Arti
rohani nyenyak tidur adalah pengalaman kematian. Kalau kematiannya benar di
situ TUHAN akan menyatakan penglihatan-penglihatan, di situ TUHAN akan
berbicara secara langsung.
Ayub
33:16-18
(33:16) maka Ia membuka telinga manusia dan mengejutkan
mereka dengan teguran-teguran (33:17)
untuk menghalangi manusia dari pada perbuatannya, dan melenyapkan
kesombongan orang, (33:18) untuk
menahan nyawanya dari pada liang kubur, dan hidupnya dari pada maut oleh
lembing.
Tujuan
dari mimpi dan penglihatan-penglihatan pada waktu malam:
-
Untuk
menghalangi manusia dari pada
perbuatannya atau ambisinya dan melenyapkan
kesombongan orang.
-
Untuk
menahan nyawanya dari maut (liang kubur)
dan hidupnya dari maut oleh lembing,
berarti kematian karena dosa.
Pendeknya:
Mimpi jelas menunjuk kepada pembukaan rahasia Firman Allah yang
dinyatakan kepada manusia.
Pernyataan-pernyataan
TUHAN lewat pembukaan rahasia firman harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh.
Sebab Allah tidak akan berbuat sesuatu hal ke atas dunia ini sebelum Dia
memberitahukan kepada seorang hamba TUHAN yang diurapi dan yang dikasihi.
Tuhan
tidak akan mungkin bertindak sebelum TUHAN membukakan rahasia firman-Nya,
sesuai dengan Amos 3:7; “Sungguh, Tuhan ALLAH tidak berbuat sesuatu
tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi.” Sungguh,
TUHAN Allah tidak berbuat sesuatu sebelum Dia menyatakan pembukaan rahasia
firman, supaya tidak ada yang binasa, supaya dosa kesombongan itu juga
dihentikan, supaya ambisi-ambisi manusia yang salah itu juga dihentikan.
Jadi,
pembukaan rahasia firman yang telah kita terima sampai sejauh ini harus kita
perhatikan dengan sungguh-sungguh. Sebab Allah tidak akan berbuat sesuatu hal
ke dunia ini sebelum pembukaan rahasia firman dinyatakan kepada seorang hamba
TUHAN yang diurapi, termasuk kepada nabi Daniel, sesuai dengan nubuatan Amos 3:7.
Kita
kembali memperhatikan Daniel 7.
Daniel
7:2
(7:2) Berkatalah Daniel, demikian: "Pada malam hari
aku mendapat penglihatan, tampak keempat angin dari langit mengguncangkan
laut besar,
Pada malam hari aku mendapat penglihatan … Daniel mendapat
penglihatan pada waktu malam hari, bukan siang hari. Malam merupakan gambaran
dari dunia, dimana dunia ini sudah diliputi kegelapan yang hebat, dahsyat dan
mencekam. Singkatnya, dunia sudah diliputi dengan dosa yang
bertimbun-bertimbun. Itu sebabnya, Daniel bermimpi pada waktu malam, berarti
pembukaan rahasia firman yang dinyatakan kepada Daniel akan berlangsung atau
akan terjadi pada saat dunia ini sedang diliputi oleh kegelapan yang dahsyat
dan mencekam.
Jadi,
keperluan pembukaan rahasia firman yang diterima oleh nabi Daniel adalah jelas
terkait dengan puncak kegelapan yang akan terjadi melanda seantero dunia ini.
Adapun
garis besar dari mimpi Daniel adalah: tampak
keempat angin dari langit mengguncangkan laut besar. Berarti, goncangan
yang terjadi itu karena tiupan dari iblis, karena iblis juga disebut penghulu
atau penguasa kegelapan di udara, sesuai dengan Efesus 6:12.
Kemudian,
yang menjadi sasaran goncangan angin dari langit adalah laut besar.
Laut
besar à segala
bangsa-bangsa atau suku, kaum dan bahasa, sesuai dengan Wahyu 17:15; dimana
perempuan Babel yang disebut pelacur besar sudah menduduki hati dari lautan
dunia itulah orang banyak. Dengan demikian, tergenapilah nubuatan dari nabi
Yesaya.
Yesaya
17:12-14
(17:12) Wahai! Ributnya banyak bangsa-bangsa, mereka ribut
seperti ombak laut menderu! Gaduhnya suku-suku bangsa, mereka gaduh
seperti gaduhnya air yang hebat! (17:13)
Suku-suku bangsa gaduh seperti gaduhnya air yang besar; tetapi TUHAN
menghardiknya, sehingga mereka lari jauh-jauh, terburu-buru seperti sekam di
tempat penumbukan dihembus angin, dan seperti dedak ditiup puting beliung. (17:14) Menjelang waktu senja, sesungguhnya
ada kedahsyatan! Sebelum hari pagi, mereka sudah tidak ada lagi! Itulah bagian
orang-orang yang merampoki kita, dan itulah yang ditentukan bagi orang-orang
yang merampasi kita.
Intinya:
Segala bangsa akan mengalami keributan yang sama seperti ombak laut menderu,
dan mengalami kegaduhan seperti gaduhnya air besar, lautan dunia. Pendeknya,
suatu kali nanti akan terjadi suatu kegoncangan yang sangat besar menggoncang
seantero dunia ini, menggoncang segala bangsa-bangsa yang diam di atas bumi
ini.
Ini
harus menjadi perhatian kita dengan sungguh-sungguh, supaya di dalam hal
mengikuti TUHAN kita jangan bermain-main lagi, sebab waktunya sudah sangat
singkat sekali.
Jadi,
tiupan angin itu datangnya dari langit, berarti jelas itu datangnya dari setan
itulah penghulu di udara. Oleh tiupan angin yang datang dari langit -- itulah
tiupan dari setan -- terjadilah kegoncangan, kegaduhan, keributan oleh angin
ribut melanda lautan dunia ini.
Kita
kembali memperhatikan Daniel 7.
Daniel
7:3
(7:3) dan empat binatang besar naik dari dalam laut,
yang satu berbeda dengan yang lain.
Oleh
karena goncangan, keributan, kegaduhan yang terjadi muncullah 4 (empat) jenis
binatang dari dalam lautan dunia ini.
Perlu
untuk diketahui: Saat ini dunia sedang bergelora, dunia sedang mengalami goncangan
yang hebat sebab Covid-19 dan variannya sedang menggoncang laut besar, menggoncang
seantero dunia ini.
Covid-19
menggoncang setiap negara di atas bumi ini; menggoncang pemerintahannya,
menggoncang ekonomi, menggoncang segala politik, bahkan menggoncang nikah-nikah
dan rumah tangga di atas bumi ini. Jadi, kalau politik digoncang, ekonomi
digoncang, maka imbasnya adalah nikah dan rumah tangga juga mengalami goncangan.
Maka, di hari-hari terakhir ini tidak sedikit terjadi perceraian, banyak orang
menuntut bahkan dengan kompak suami isteri mendatangi pengadilan untuk
bercerai. Jadi, nikah itu sudah digoncang dan dipermainkan.
Oleh
sebab itu, jangan kita menganggap enteng terhadap apa yang sedang terjadi saat
ini, dan jangan kita terlena dengan segala sesuatu yang ada di atas muka bumi
ini. Apapun yang disuguhkan dunia ini jangan terlena.
Ini
peringatan besar bagi kita di hari-hari terakhir ini.
Ibrani
11:12
(11:12) Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan
orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti
bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung
banyaknya.
Itulah sebabnya, maka dari satu orang,
malahan orang yang telah mati pucuk … Itulah Abraham. Sebetulnya dia sudah mati
pucuk tetapi oleh karena iman dia menjadi bapa bagi banyak bangsa. Biarlah kita
hidup dari iman Abraham saja.
Kemudian,
keturunan Abraham terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan
seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.
Biarlah
kiranya iman kita seperti iman dari bintang yang ada di langit, jangan iman
seperti pasir di tepi laut. Seperti apa bintang di langit?
Ibrani
11:13-14
(11:13) Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai
orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya
dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa
mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. (11:14) Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka
dengan rindu mencari suatu tanah air.
Singkat
kata: Orang-orang yang rindu mencari tanah air Sorgawi mereka merasa seperti
orang asing dan pendatang di bumi ini, berarti mereka tidak terlena di atas
muka bumi ini, sehingga apapun suguhan-suguhan dan buaian-buaian yang berasal
dari bumi ini mereka tidak hanyut dan tidak terlena.
Dari
pengakuan yang telah kita baca pada ayat 14, itulah orang-orang yang merindukan
tanah air Sorgawi; merasa seperti orang asing, merasa sebagai pendatang di atas
muka bumi ini, menunjukkan bahwa mereka tidak terlena sekalipun ada
suguhan-suguhan, ada buaian-buaian di bumi ini, namun mereka tetap tidak
terlena untuk tinggal di bumi ini. Inilah iman dari kehidupan yang diurapi,
sama seperti bintang di langit. Jangan iman kita seperti pasir di tepi laut,
tetapi iman yang diurapi; kehidupan yang ditinggikan.
Ibrani
11:15-16
(11:15) Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan
tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai
kesempatan untuk pulang ke situ. (11:16)
Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah
air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia
telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.
Sekalipun
ada kesempatan untuk kembali ke tanah asal -- seperti Abraham dipanggil kembali
ke Ur kasdim --, dia tidak mau, sebab dia merindukan tanah air yang lebih baik
yaitu tanah air Sorgawi. Dengan lain kata; orang yang merindukan tanah air
Sorgawi tidak terlena di dunia ini, tidak terlena dengan apapun yang disuguhkan
dunia ini, tidak terlena dengan buaian-buaian dari dunia ini, tidak terlena
dengan kerajaan dunia dan kemegahannya = terlepas dari daya tarik bumi. Itulah
bintang di langit; kehidupan yang ditinggikan dan diurapi oleh TUHAN. Jangan
kita terlena.
Barangkali
posisi atau kedudukanmu di sebuah perusahaan sungguh baik dan apik, jangan
terlena. Mungkin harta, uang, kekayaan mu banyak, jangan terlena dengan semua
itu. Sekalipun ada kesempatan tetapi lihatlah; mereka tidak mau kembali ke
tanah asalnya karena mereka rindu tanah air Sorgawi.
Mereka merindukan tanah air yang lebih
baik yaitu satu tanah air sorgawi … Apakah saudara yang sedang mengikuti
pemberitaan firman lewat live streaming juga
merindukan tanah air Sorgawi? Maka, buktikanlah dari sekarang sampai kepada
kesudahan dunia ini, sama-sama kita membuktikannya. Tetapi pesan saya sebagai
hamba TUHAN, jangan saudara terlena dengan segala sesuatu yang disuguhkan oleh
bumi ini, karena suatu kali nanti bumi ini akan berlalu dan diganti oleh langit
dan bumi yang baru, Yerusalem baru, itulah pengantin perempuan mempelai Anak
Domba.
Kita
kembali memperhatikan Daniel 7:3-7.
Daniel
7:3-7
(7:3) dan empat binatang besar naik dari dalam laut,
yang satu berbeda dengan yang lain. (7:4)
Yang pertama rupanya seperti seekor singa, dan mempunyai sayap burung
rajawali; aku terus melihatnya sampai sayapnya tercabut dan ia terangkat
dari tanah dan ditegakkan pada dua kaki seperti manusia, dan kepadanya
diberikan hati manusia. (7:5) Dan
tampak ada seekor binatang yang lain, yang kedua, rupanya seperti
beruang; ia berdiri pada sisinya yang sebelah, dan tiga tulang
rusuk masih ada di dalam mulutnya di antara giginya. Dan demikianlah
dikatakan kepadanya: Ayo, makanlah daging banyak-banyak. (7:6) Kemudian aku melihat, tampak seekor binatang yang lain, rupanya
seperti macan tutul; ada empat sayap burung pada punggungnya,
lagipula binatang itu berkepala empat, dan kepadanya diberikan kekuasaan.
(7:7) Kemudian aku melihat dalam
penglihatan malam itu, tampak seekor binatang yang keempat, yang menakutkan
dan mendahsyatkan, dan ia sangat kuat. Ia bergigi besar dari besi; ia
melahap dan meremukkan, dan sisanya diinjak-injaknya dengan kakinya; ia berbeda
dengan segala binatang yang terdahulu; lagipula ia bertanduk sepuluh.
Empat binatang besar naik dari dalam laut,
yang satu berbeda dengan yang lain.
Pendeknya,
dari situasi pergolakan tadi atau karena goncangan-goncangan yang terjadi
muncullah 4 (empat) binatang besar dan yang berbeda-beda.
-
Binatang
yang pertama: Seperti seekor singa.
-
Binatang
yang kedua: Seperti seekor beruang.
-
Binatang
yang ketiga: Seperti macam tutul.
-
Binatang
yang keempat: Kuat dan dahsyat
berbeda dengan tiga macam binatang yang pertama.
Marilah
kita melihat secara singkat penjelasan demi penjelasan dari empat jenis
binatang yang berbeda-beda tersebut tetapi berada dalam satu tubuh.
Tentang:
SINGA.
Singa
mempunyai sayap burung rajawali, berarti ada kaitannya dengan ibadah dan
pelayanan. Jadi, antikris itu berasal dari antara kita (anak-anak TUHAN) tetapi
akhirnya murtad, menyangkali salib Kristus.
Tentang:
BERUANG.
Beruang
berdiri pada sisinya yang sebelah atau dua kaki belakang, sementara tiga tulang
rusuk masih ada di dalam mulutnya di antara giginya.
Tentang:
MACAN TUTUL.
Macan
tutul memiliki empat sayap burung pada punggungnya dan berkepala empat.
Tiga
macam binatang yang pertama ini terlebih dahulu akan kita bandingkan dengan
Wahyu 13:2, dengan perikop: “Binatang
yang Keluar dari Dalam Laut.”
Wahyu
13:2
(13:2) Binatang yang kulihat itu serupa dengan macan
tutul, dan kakinya seperti kaki beruang dan mulutnya seperti
mulut singa. Dan naga itu memberikan kepadanya kekuatannya, dan takhtanya
dan kekuasaannya yang besar.
Kombinasi
dari tiga macam binatang ada di dalam satu tubuh:
1.
Macan tutul. Yang menonjol
pada macan tutul adalah kecepatannya;
kecepatan oleh sayap burung pada punggungnya.
2.
Beruang. Yang menonjol
pada beruang adalah kakinya.
-
Dua
kaki belakang digunakan untuk berdiri.
-
Dua
kaki depan untuk memukul dan mencengkram. Cengkraman beruang itu sangat kuat.
Setelah dipukul musuhnya rubuh, lalu berada dalam cengkraman yang kuat, tidak
akan dibiarkan untuk terlepas kembali. Persis seperti terkurung dan terpenjara
tidak dibiarkan pulang ke rumah, sesuai dengan Yesaya 14.
3.
Singa. Yang menonjol
pada singa adalah mulutnya; makan
orang yang tertindas, orang yang lemah.
Kita
lihat persamaannya (sinonim) pada Mazmur 10.
Mazmur
10:1
(10:1) Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya TUHAN, dan
menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan?
Ini adalah
doa dari mazmur Daud, doa pada masa kesesakan; terjadi pada puncak gelap malam,
pada masa aniaya antikris. Berarti dari doa (jeritan) yang disampaikan kepada
TUHAN menunjukkan bahwa Daud adalah seorang nabi.
Kita
lihat masa kesesakan yang terjadi.
Mazmur
10:2
(10:2) Karena congkak orang fasik giat memburu orang yang
tertindas; mereka terjebak dalam tipu daya yang mereka rancangkan.
Karena
congkak orang fasik mereka giat memburu orang yang tertindas, orang yang lemah
= ditelan habis oleh mulut singa. Yang walaupun pada akhirnya terjebak dalam
tipu daya yang mereka rancangkan.
Mazmur
10:3
(10:3) Karena orang fasik memuji-muji keinginan hatinya,
dan orang yang loba mengutuki dan menista TUHAN.
Orang
fasik, orang yang sombong ini memuji-muji keinginan hatinya. Kemudian, orang
fasik selain memuji keinginan hatinya, mereka juga loba, berarti mencari
keuntungan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan sambil mengutuki dan menista
TUHAN. Berarti, mereka sudah mempertuhankan uang atau harta, mereka itu serakah
dan tamak.
Mazmur
10:4
(10:4) Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas:
"Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!", itulah
seluruh pikirannya.
Orang
fasik, orang yang sombong berkata dengan batang hidungnya ke atas: "Allah tidak akan menuntut!” Kemudian,
orang fasik kembali berkata: “Tidak ada
Allah!" Perkataan mereka sesuai dengan pikiran hati mereka.
Jadi,
sudah sangat jelas tentang singa tadi, yang menonjol pada singa adalah mulutnya
persis seperti orang fasik ini; menelan habis orang yang tertindas. Sebab
mereka disebut juga dengan orang yang loba; serakah, tamak, cinta akan uang,
sambil mengutuki TUHAN dan menista TUHAN.
Mazmur
10:5
(10:5) Tindakan-tindakannya selalu berhasil; hukum-hukum-Mu
tinggi sekali, jauh dari dia; ia menganggap remeh semua lawannya.
Tindakan-tindakannya selalu berhasil. Namun sekalipun
demikian, nampaknya mereka berhasil ketika mereka berkuasa di atas muka bumi ini
selama 3,5 tahun, tetapi ingatlah hukum-hukum
TUHAN jauh lebih tinggi akan mengatasi mereka satu kali kelak.
Tetapi
yang pasti, kita akan melihat tindakan dari antikris ini itulah kombinasi dari
tiga jenis binatang.
Mazmur
10:8-10
(10:8) Ia duduk menghadang di gubuk-gubuk, di tempat yang
tersembunyi ia membunuh orang yang tak bersalah. Matanya mengintip orang
yang lemah; (10:9) ia mengendap di
tempat yang tersembunyi seperti singa di dalam semak-semak; ia mengendap untuk
menangkap orang yang tertindas. Ia menangkap orang yang tertindas itu dengan
menariknya ke dalam jaringnya. (10:10) Ia
membungkuk, dan meniarap, lalu orang-orang lemah jatuh ke dalam cakarnya yang
kuat.
Tindakan
mereka disebut dengan aniaya antikris; membunuh orang yang tidak bersalah.
Tindakan
mereka itu digambarkan dengan kombinasi dari tiga macam binatang dalam satu
tubuh, itulah tubuh antikris.
YANG
PERTAMA: Macan tutul, matanya mengintip orang yang lemah. Berarti
untuk menempuh sasarannya (mangsanya) dia harus menggunakan kecepatan, itulah
yang menonjol dari macam tutul. Kemudian, dia mengendap di tempat yang
tersembunyi, itulah tabiat dari macan tutul.
YANG
KEDUA: Seperti singa di dalam semak-semak.
Berarti, tempat persembunyiannya adalah semak-semak.
Bersembunyi
di semak-semak adalah gambaran dari orang-orang Kristen tetapi tidak memiliki
Firman Allah, tidak menghormati pembukaan rahasia Firman Allah. Sekalipun
pembukaan rahasia Firman Allah dinyatakan dan lewat pembukaan rahasia Firman
Allah segala sesuatu yang terjadi sudah dinyatakan, tetapi mereka tidak
menghormatinya, disitulah nanti singa bersembunyi.
Tindakan
selanjutnya dari singa: Ia mengendap,
berarti menundukkan diri, merendahkan diri, tetapi tujuannya adalah untuk
menangkap orang yang tertindas.
Inilah
tindakan dari singa, pertama-tama dia bersembunyi di semak-semak, merupakan gambaran
dari orang Kristen tetapi tidak menghormati pembukaan rahasia firman. Kemudian
tindakan selanjutnya dari singa adalah mengendap, berarti merendahkan diri
serendah-rendahnya tetapi dengan tujuan menangkap orang yang tertindas, orang
yang lemah.
Bisa
saja seorang hamba TUHAN mengendap dengan menggunakan Firman Allah yang terucap
dari mulutnya, tetapi dengan satu tujuan untuk menangkap orang yang tertindas,
untuk menangkap orang yang lemah. Sesudah
tertangkap orang yang tertindas tersebut ditarik ke dalam jaringnya, ditarik ke
dalam jeratnya yang hebat itu.
Jangan
kita berusaha melepaskan diri dari ikatan Roh; dari ibadah dan pelayanan ini,
hanya karena menginginkan kebebasan dunia dengan segala sesuatu yang ada di
dalamnya itu adalah jaring atau jerat setan.
YANG
KETIGA: Beruang.
Tindakan
beruang adalah ia membungkuk dan
meniarap, ini gambaran dari seorang hamba TUHAN yang nampaknya lemah lembut
dan rendah hati. Tetapi sekalipun nampaknya lemah lembut dan rendah hati, kalau
seorang hamba TUHAN membiarkan sidang jemaat (umat TUHAN) berada dalam
kelemahan dan tidak menegor dosa-dosanya itu sama seperti cakar beruang yang
sedang mencabik-cabik kehidupan dari orang Kristen.
Inilah
tindakan-tindakan dari tiga jenis binatang dalam satu tubuh, itulah tubuh
antikris, mereka itu adalah orang fasik.
Mazmur
10:11
(10:11) Ia berkata dalam hatinya: "Allah melupakannya;
Ia menyembunyikan wajah-Nya, dan tidak akan melihatnya untuk seterusnya."
Jadi
memang antikris ini berpikir pendek,
pemikirannya tidak panjang. Oleh sebab itu, anak-anak TUHAN di dalam hal
mengikuti TUHAN tidak boleh berpikir pendek. Jangan mudah dipengaruhi oleh
hal-hal yang tidak suci, itu berpikir pendek. Pikirkanlah hidup kekal, kerajaan
Sorga, sebab kerajaan Sorga itu tidak sempit, tidak sesempit cara berpikir
orang yang berpikir pendek. Kerajaan Sorga itu luas, tidak pendek, tidak
sempit.
Itulah
tiga jenis binatang di dalam satu tubuh, itulah tubuh antikris.
Selanjutnya
kita akan melihat binatang yang KEEMPAT.
Daniel
7:7
(7:7) Kemudian aku melihat dalam penglihatan malam itu,
tampak seekor binatang yang keempat, yang menakutkan dan mendahsyatkan,
dan ia sangat kuat. Ia bergigi besar dari besi; ia melahap dan
meremukkan, dan sisanya diinjak-injaknya dengan kakinya; ia berbeda dengan
segala binatang yang terdahulu; lagipula ia bertanduk sepuluh.
Binatang
yang keempat kuat dan dahsyat.
Binatang
yang keempat ini memiliki gigi besar dari besi, kemudian melahap dan meremukkan mangsanya itulah orang-orang yang tidak
bersalah, sisanya diinjak-injak dengan
kakinya.
Itulah
binatang yang keempat, berbeda dengan tiga jenis binatang yang pertama.
Binatang yang keempat berbeda dengan
ketiga binatang yang pertama, sebab binatang yang keempat ini kuat dan
dahsyat, kemudian bergigi besar dari besi; ia melahap dan meremukkan, sisanya
diinjak-injak.
Pertanyaannya:
SIAPAKAH ORANG-ORANG YANG DILAHAP DAN DIREMUKKAN?
Kita
lihat di dalam Wahyu 12:17, tetapi untuk mengenal ayat 17 ini terlebih dahulu
kita baca dari ayat 13.
Wahyu
12:13
(12:13) Dan ketika naga itu sadar, bahwa ia telah dilemparkan
di atas bumi, ia memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu. (12:14) Kepada perempuan itu
diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke
tempatnya di padang gurun, di mana ia dipelihara jauh dari tempat ular itu
selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.
Naga
itu tidak memburu mempelai perempuan TUHAN karena pada mempelai perempuan TUHAN
telah diberikan sayap burung nasar yang besar untuk menerbangkan dia ke padang
belantara, lalu dipelihara selama satu masa dan dua masa dan setengah masa = 3,5
tahun = 42 bulan = 1260 hari.
Kita
lihat dahulu tentang sayap burung nasar
yang besar.
Ayub
39:29
(39:29) Oleh pengertianmukah burung elang terbang,
mengembangkan sayapnya menuju ke selatan?
Kalau
pada akhirnya kita meninggalkan utara dan berada di selatan, diterbangkan oleh
sayap burung nasar yang besar untuk mendapatkan pemeliharaan dan perlindungan
selama 3,5 tahun itu bukan karena pengertian kita, itu bukan karena hasil usaha
kita, itu bukan karena kekuatan kita, tetapi oleh karena dua sayap burung nasar yang besar yang menerbangkan
kita ke arah selatan = lepas dari jerat iblis setan. Sebelah utara = takhta
setan.
Oleh
sebab itu, kalau kita datang menghadap TUHAN di tengah ibadah dan pelayanan
harus disertai penyerahan diri bukan dengan kekuatan kita untuk datang
beribadah dan melayani TUHAN.
Ayub
39:30
(39:30) Atas perintahmukah rajawali terbang membubung, dan membuat
sarangnya di tempat yang tinggi?
Sampai
pada akhirnya, rajawali membuat sarangnya di tempat yang tinggi, jelas menunjuk
kepada: Puncak dari ibadah di atas muka bumi ini itulah doa penyembahan yang besar = penyerahan diri sepenuhnya untuk taat
kepada kehendak Allah.
Ayub
39:31
(39:31) Ia diam dan bersarang di bukit batu, di puncak bukit
batu dan di gunung yang sulit didatangi.
… di puncak bukit batu dan di gunung yang
sulit didatangi, sulit di datangi oleh mata ular, sulit didatangi oleh
ular, jauh dari mata ular. Oleh sebab itu, biarlah ibadah kita memuncak sampai
doa penyembahan, bagaikan sarang burung rajawali di atas bukit yang tertinggi,
sehingga jauh dari mata ular.
Singkat
kata: Sayap burung nasar yang besar yang diberikan kepada mempelai perempuan
itulah mezbah dupa besar, penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak
Allah. Itulah sayap burung rajawali yang besar untuk memelihara kita pada masa
kesesakan.
Untuk
melepaskan kita dari kesesakan dunia, aniaya antikris yang akan berlangsung,
bukan karena hasil usaha.
Sedikit
kesaksian, pada waktu kita mengadakan persekutuan hamba-hamba TUHAN di tahun
2018, setelah selesai persekutuan seorang hamba TUHAN datang menghampiri saya
seraya mengajari saya, tetapi tetap saya dengar dan saya tidak perlu membantah
dia.
Beliau
mengatakan kepada saya: Mulai dari sekarang seorang hamba TUHAN atau seorang
pemimpin rumah TUHAN harus mengajari sidang jemaat untuk bercocok tanam. Saya
bertanya: untuk apa pak? Kemudian jawaban beliau: Karena pada masa aniaya
antikris disitu tidak ada lagi orang yang menjual dan membeli, maka sidang
jemaat harus dipersiapkan untuk bercocok tanam. Mendengar hal itu saya diam,
hati saya tergelitik, karena apa yang dinyatakan hamba TUHAN ini tidak sesuai
dengan Firman TUHAN, terkhusus dengan Ayub 39:29-31, sudah jelas di sini
dikatakan: Oleh pengertianmukah burung
elang terbang, mengembangkan sayapnya menuju ke selatan meninggalkan daerah
utara -- berarti lepas dari kekuasaan setan --? Bukan! Tetapi karena
kemurahan TUHAN.
Kemudian,
Atas perintahmukah rajawali terbang
membubung, dan membuat sarangnya di tempat yang tinggi? Ia diam dan bersarang
di bukit batu, di puncak bukit batu dan di gunung yang sulit didatangi. Bukan!
Melainkan TUHAN, mengapa? Sebab, di dalam Wahyu 8:3-4; TUHAN tampil sebagai
Imam Besar Agung menurut peraturan Melkisedek, Dialah malaikat yang kuat itu,
di tangan-Nya ada sebuah cawan emas dan kepadanya diberikan banyak kemenyan
untuk dibakar, selanjutnya asap dupa kemenyan naik membumbung sampai ke hadirat
Allah, menembusi takhta Allah.
Dengan
lain kata; TUHAN Yesus Kristus adalah imam besar agung, Dialah yang memimpin
ibadah kita di bumi ini untuk selanjutnya dibawa sampai puncak ibadah itulah
doa penyembahan, bagaikan asap dupa kemenyan naik di hadirat TUHAN membumbung
tinggi sampai ke hadirat Allah.
Jadi,
kalau akhirnya kita dipelihara pada masa aniaya antikris disebut juga puncak
kesesakan yang terjadi selama 3,5 tahun, kalau kita terhindar dari sana jelas
bukan karena kekuatan. Itu sebabnya saya agak tertawa di dalam hati mendengar
perkataan hamba TUHAN, tetapi tidak perlu saya berbantah-bantah, cukup berdiam
diri saja. Tetapi kepada saudara, kepada sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia, baik yang di
Bandung dan di Malaysia maupun umat TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan
firman TUHAN lewat live streaming video
internet Youtube, Faceboook, baik yang di dalam negeri maupun yang di luar
negeri dimanapun anda berada, perhatikanlah. Saudara harus menyerahkan diri
untuk dipimpin sampai pada puncak ibadah itulah doa penyembahan bagaikan asap
dupa kemenyan naik ke hadirat TUHAN menembusi takhta Allah, sehingga kita lepas
dari masa aniaya antikris yang berlangsung selama 3,5 tahun.
Puncak
ibadah itu adalah doa penyembahan, bagaikan sarang burung rajawali di puncak
bukit batu yang tertinggi, tidak dapat didatangi oleh ular itulah antikris,
terhindar dari mata ular itulah antikris.
Ciri-ciri orang yang ibadahnya dipimpin sampai kepada
puncaknya.
Ayub
39:32-33
(39:32) Dari sana ia mengintai mencari mangsa, dari jauh matanya
mengamat-amati; (39:33) anak-anaknya
menghirup darah, dan di mana ada yang tewas, di situlah dia."
Ciri yang pertama: Memiliki pandangan nubuatan. Berarti
pandangannya tajam, memandang jauh ke depan = cara berpikirnya tidak pendek,
tidak seperti orang-orang yang terlena di atas muka bumi ini.
Ciri yang kedua: Anak-anaknya menghirup darah, darah Anak Domba yang telah
tersembelih itulah korban Kristus yang
harus kita junjung tinggi di tengah ibadah dan pelayanan ini. Berarti, rela
berkorban di tengah ibadah dan pelayanan.
Oleh
sebab itu, untuk datang menghadap TUHAN, lalu di tengah-tengah ibadah itu kita
harus berkorban tidak perlu berpikir dua kali toh juga jiwa kita diselamatkan, tidak perlu menangis darah sampai
mata bengkak, tidak perlu menyesali korban-korban yang harus kita korbankan di tengah
ibadah dan pelayanan ini. Lagi pula korban-korban kita itu tidak sebanding
dengan kemuliaan yang akan kita terima. Penderitaan yang kita alami sementara
di bumi ini tidak sebanding dengan kemuliaan kekal. Jangan bodoh, ini ciri yang
kedua.
Ciri yang ketiga: Dimana ada bangkai, disitulah sayap burung
nasar dinyatakan oleh TUHAN.
Hargailah
pengalaman kematian, selain menjunjung tinggi korban Kristus hargai pengalaman kematian Yesus Kristus.
Inilah
tiga ciri yang harus nyata dalam hidup kita masing-masing.
Akhirnya
kepada mereka diberikanlah sayap burung nasar yang besar, kegunaannya: Untuk
menerbangkan mempelai perempuan ke padang belantara sehingga jauh dari mata
ular, dan dipelihara selama 3,5 tahun. Itulah tentang mempelai perempuan yang
kepadanya diberikan sayap burung nasar yang besar sehingga tidak dapat dikejar
oleh mata ular itulah antikris.
Wahyu
12:15-17
(12:15) Lalu ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar
sungai, ke arah perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu. (12:16) Tetapi bumi datang menolong
perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang
disemburkan naga itu dari mulutnya.
Naga
itu menyemburkan dari mulutnya air sebesar sungai ke arah perempuan itu,
tujuannya adalah supaya mempelai perempuan TUHAN dihanyutkan oleh sungai itu.
Mulut singa akan menelan orang-orang lemah dan tertindas.
Hati-hati
dengan firman yang sifatnya membuai, menghanyutkan.
Tetapi,
lihat; bumi datang menolong perempuan itu. Membuka mulutnya, dan menelan sungai
yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
Bumi
à Doa penyembahan,
sesuai dengan Kejadian 2:6; “tetapi ada
kabut naik ke atas dari bumi …” itulah asap dupa kemenyan dari bumi, doa
penyembahan. Jadi, doa penyembahan ini yang akan menolong kita dari air sebesar
sungai yang disemburkan dari mulut ular naga itu.
Hati-hati
berita firman yang hanya sebatas motivasi, tanpa pembukaan firman tetapi dibumbui
dengan berkat-berkat, dibumbui dengan soal keberhasilan. Berita firman semacam
ini bisa membuai, sampai menghanyutkan anak TUHAN.
Tetapi,
ingat; ibadah harus memuncak sampai puncaknya itulah doa penyembahan, sebab itu
yang menolong kita. Maka, seorang imam, pemimpin rohani harus memimpin sidang
jemaat sampai kepada puncak ibadah.
Singkat
kata: Mempelai perempuan tertolong dari air sebesar sungai yang menghanyutkan
itu.
Hati-hati
dengan firman yang sifatnya membuai, bagaikan air sebesar sungai yang
disemburkan dari mulut naga.
Ingat
ciri-ciri ibadah yang memuncak ada 3 (tiga):
1.
Matanya
tajam = cara berpikir tidak pendek.
2.
Menghargai
korban Kristus, darah salib, darah Anak Domba.
3.
Satu
dalam kematian Yesus Kristus.
Jadi
jangan mau dibuai oleh Firman-Firman yang sifatnya membuai, menghanyutkan.
Ingat Firman Allah yang sudah kita terima malam ini.
Oleh
sebab itu, kita lihat Wahyu 12:17.
Wahyu
12:17
(12:17) Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu
pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan
memiliki kesaksian Yesus.
Maka
marahlah naga itu karena dia tidak bisa menghanyutkan mempelai perempuan,
karena kepada mempelai perempuan itu telah diberikan sayap burung nasar yang
besar, itulah Mezbah Dupa besar yakni doa penyembahan besar.
Lalu
kemarahan dari pada ular naga ini dilampiaskan kepada keturunan yang lain.
Siapa keturunan yang lain ini? Jawabnya, mereka itu adalah orang-orang yang hanya memiliki Firman Allah dan kesaksian Yesus (Roh Allah), tetapi
ibadahnya tidak sampai kepada puncaknya
itulah doa penyembahan, sehingga Allah tidak dapat menghirup asap dupa
kemenyan yang berbau harum itu. Itulah yang menjadi sasaran dari ular naga
merah padam itu.
Jadi,
kita ini mengikuti TUHAN tidak boleh lagi mengandalkan kekuatan seperti
kesaksian dari pada hamba TUHAN tadi; supaya terpelihara selama masa kesesakan
3,5 tahun sidang jemaat diajar untuk bercocok tanam, itu salah. Tetapi bumi itu
harus menghasilkan kabut itulah doa penyembahan, asap kemenyan.
Apakah
gereja yang tertinggal ini bisa selamat? Bisa. Tetapi dengan cara dilahap dan diremukkan oleh gigi besar
dan gigi besi dari pada antikris, berarti jalur pemenggalan atau dengan lain
kata merelakan leher dipenggal oleh pedang besi (Gigi besi) antikris, sesuai
dengan Wahyu 6 dan Wahyu 20. Isi dari Wahyu 6:9 adalah ada persekutuan tetapi tidak memuncak sampai doa
penyembahan.
Wahyu
6:9
(6:9) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang
kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh
karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki.
… di bawah mezbah. Jelas itu adalah
orang-orang yang beribadah dan melayani TUHAN, tetapi tidak memuncak sampai doa
penyembahan.
... jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh, lehernya dipenggal
oleh pedang antikris. Mengapa? Karena ibadah mereka hanya sebatas memiliki Firman Allah dan kesaksian Roh Kudus, tetapi ibadahnya tidak
memuncak sampai doa penyembahan.
Jadi
bisa selamat tetapi harus lewat jalur pemenggalan kepala. Mengapa? Karena
ibadahnya tidak memuncak sampai doa penyembahan, ibadah mereka hanya sebatas
memiliki Firman Allah dan Roh Allah (kesaksian). Memang akhirnya selamat sesuai
dengan Wahyu 20:2-4.
Tadi; sebagian dilahap dan diremukkan, lalu
sebagian lagi diinjak-injak. Pertanyaan berikutnya: SIAPA SISA YANG
DIINJAK-INJAK?
Wahyu
11:1-2
(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh,
seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut:
"Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka
yang beribadah di dalamnya.
Yang
diukur oleh buluh pengukur (tongkat pengukur), yaitu:
Yang
pertama: Bait Suci Allah = milik
kepunyaan Allah = kehidupan yang dimeteraikan oleh Roh Allah.
Yang
kedua: Mezbah à orang-orang yang
melayani TUHAN, dimana ibadah dan pelayanannya dihubungkan dengan salib.
Yang
ketiga: Beribadah di dalamnya.
Kita
lihat dahulu orang yang beribadah di dalamnya, kalau dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel di dalam Ruangan Suci terdapat 3 (tiga) macam
alat:
1.
Meja Roti Sajian à Ketekunan di dalam Ibadah
Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci = persekutuan dengan
hukum-hukum Allah, Firman Allah.
2.
Pelita Emas à Ketekunan di dalam Ibadah Raya
Minggu disertai dengan kesaksian Roh = persekutuan dengan Roh Allah.
3.
Mezbah Dupa à Ketekunan di dalam Ibadah Doa
Penyembahan = persekutuan dengan kasih Allah. Ingat puncak ibadah adalah doa
penyembahan = persekutuan di dalam kasih
Allah.
Ingat,
di dalam 1 Korintus 13; nubuat akan berakhir, bahasa roh akan berakhir, tetapi
kasih Allah prakteknya doa penyembahan tidak akan berkesudahan. Berarti, puncak
ibadah adalah doa penyembahan, hanyut dan tenggelam, bahkan dihisap oleh kasih
Allah. Di dalam kasih Allah ini ada gairah. Doa penyembahan bukan suatu
liturgis tetapi sudah seharusnya ada gairah.
Itulah
tiga alat yang diukur oleh tongkat pengukur, sebatang buluh rupanya. Itulah
yang masuk dalam lindungan TUHAN, kepak sayap Allah, doa penyembahan.
Wahyu
11:2
(11:2) Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di
sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan
kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat
puluh dua bulan lamanya."
Sebaliknya
pelataran Bait Suci yang di sebelah luar tidak masuk dalam ukuran TUHAN.
Mengapa? Karena ia telah diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan
menginjak-injak Kota Suci empat puluh dua bulan lamanya. Diinjak-injak berarti
berada di dalam kekuasaan antikris, diperbudak oleh antikris. Yang
diinjak-injak tidak selamat.
Yang
mendapat kesempatan untuk beroleh keselamatan adalah yang dilahap dan
diremukkan oleh gigi besi, artinya: Diselamatkan tetapi lewat jalur pemenggalan
leher. Lalu sisanya diinjak-injak, inilah yang tidak selamat.
Kita
bersyukur kepada TUHAN, kita diselamatkan bukan karena pengertian kita,
dipelihara selama 3,5 tahun bukan karena kekuatan kita, tetapi karena kemurahan
hati TUHAN. TUHAN kita Yesus Kristus, Dia tampil sebagai Imam Besar untuk
memimpin ibadah-ibadah di bumi ini sampai kepada puncaknya itulah doa penyembahan.
Bersyukurlah
kepada TUHAN, kasih-Nya besar atas kita semua.
Kita
lihat dulu Mazmur 91:1-16.
Mazmur
91 adalah lawan dari Covid 19. Perikopnya adalah “Dalam Lindungan Allah.”
Mazmur
91:1
(91:1) Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi
dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa (91:2) akan berkata kepada TUHAN: "Tempat
perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai."
Orang-orang
yang berlindung dalam kepak sayap sampai pada saat puncak kesesakan, puncak
kegelapan malam, akan mengaku bahwa kepak
sayap adalah tempat perlindungan dan kubu pertahanan, akan mengaku bahwa
tempat perlindungan kita adalah puncak ibadah itulah doa penyembahan.
Mazmur
91:3
(91:3) Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari
jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk.
Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau
dari jerat penangkap burung, dilepaskan dari jerat antikris, dari
penyakit sampar yang busuk, corona busuk.
Jangan
bersedih kalau harus berdarah-darah karena korban yang harus dipersembahkan di
tengah ibadah dan pelayanan itu adalah perlindungan kita dari sampar corona
busuk. Darah salib Kristus adalah jaminan kita dari sampar corona busuk.
Mazmur
91:4
(91:4) Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah
sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok.
Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau
… Doa
penyembahan adalah kepak sayap Allah, sayap burung nasar yang besar. Itulah
tempat perlindungan kita.
Mazmur
91:5
(91:5) Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam,
terhadap panah yang terbang di waktu siang,
Yang
terpenting ibadah kita memuncak sampai kepada doa penyembahan, sehingga kita
tidak perlu takut terhadap kedahsyatan malam. Puncak kesesakan itulah masa
aniaya antikris yang berlangsung selama 3,5 tahun.
… terhadap panah yang terbang di waktu
siang. Itulah
mulut singa yang melahap orang yang tertindas.
Mazmur
91:6
(91:6) terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam
gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang.
Penyakit
menular itu juga bisa disebut sampar corona dengan varian-varian yang baru dan
ganas.
Pada
saat dunia ini ditimpa oleh sampar corona yang busuk, apa yang dialami orang
Kristen yang ibadahnya tidak memuncak?
Mazmur
91:7
(91:7) Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu
di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu.
Akan rebah seribu di sisi, dan sepuluh
ribu di sebelah kanan.
Namun kita akan tetap terlindungi dari sampar corona karena ibadah kita
memuncak sampai doa penyembahan.
Ciri-ciri
ibadah yang memuncak:
1.
Matanya
tajam.
2.
Menghargai
korban Kristus = hidup berdarah-darah.
3.
Sampai
kepada pengalaman kematian.
Jelas
kita terlindungi. Jangan kita mengeluh kalau ibadah ini disertai dengan korban
Kristus, berdarah-darah. Ibadah yang disertai dengan berdarah-darah, bersyukur.
Jangan cengeng seperti anak kecil tidak tahu apa yang dicengengkannya.
Mazmur
91:8
(91:8) Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan
melihat pembalasan terhadap orang-orang fasik. (91:9) Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi
telah kaubuat tempat perteduhanmu, (91:10)
malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada
kemahmu;
Mereka
yang dilindungi oleh TUHAN akan melihat semua peristiwa demi peristiwa yang
akan terjadi, hanya sebagai penonton.
Kemudian,
malapetaka dan tulah tidak akan mendekat.
Mazmur
91:11
(91:11) sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya
kepadamu untuk menjaga engkau di segala jalanmu.
Kemudian
jaminan yang lain dari TUHAN: TUHAN akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya
untuk menjagai kehidupan dari anak-anak TUHAN yang ibadahnya sudah sampai
puncaknya.
Mazmur
91:12
(91:12) Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya
kakimu jangan terantuk kepada batu.
… supaya kakimu jangan terantuk kepada
batu. Kemudian
tidak tersandung dengan antikris.
Mazmur
91:13
(91:13) Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan
menginjak anak singa dan ular naga.
Singa
dan ular tedung akan terlangkahi, kemudian akan meremukkan kepala ular dan
menginjak anak singa.
Mazmur
91:14-16
(91:14) "Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku
akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.
Kalau
ibadah memuncak sampai doa penyembahan berarti hati kita sudah menyatu dengan
hati TUHAN = cinta dalam kegairahan yang sangat kuat.
Kidung
Agung 8:6-7
(8:6) -- Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti
meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih
seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN! (8:7) Air yang banyak tak dapat
memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya.
Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti
akan dihina.
Air sebesar
sungai yang keluar dari mulut ular tidak dapat memadamkan cinta, itulah doa
penyembahan. Tidak dapat menghanyutkan doa penyembahan. Tidak dapat
menghanyutkan anak TUHAN yang sudah dalam doa penyembahan, sebab cintanya,
gairahnya begitu besar kepada TUHAN.
Mazmur
(91:15) Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku
akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.
Keuntungan
yang kita dapat, bila berada pada puncak ibadah (kepak sayap) ialah:
-
Bila ia berseru
kepada-Ku, Aku akan menjawab … TUHAN menjawab doa dari orang-orang yang
hatinya menyatu dengan hati TUHAN.
-
Aku akan menyertai
dia dalam kesesakan … Penyertaan TUHAN berlaku atas dia pada puncak
kesesakan.
-
Aku akan
meluputkannya dan memuliakannya … Sampai ia luput dan dipermuliakan.
Mazmur
(91:16) Dengan panjang umur akan
Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari
pada-Ku."
Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia
… Kenyang
dengan panjang umur, sampai keselamatan kekal nyata bagi mereka. Ingatlah itu.
Jadi,
saya tidak perlu mengajarkan saudara untuk bercocok tanam tetapi saya harus
memberi teladan yaitu ibadah memuncak sampai doa penyembahan. Itulah teladan
yang harus diberikan oleh seorang pemimpin rohani, bukan soal yang lahiriah.
Kita
akan menyembah TUHAN sebentar. Latihlah dirimu beribadah, sebab latihan badani
(pemupukan daging) terbatas.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang;
Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment