IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 13 JULI
2021
KITAB KOLOSE
(Seri:151)
Subtema:
MENGALAMI PEMISAHAN SUPAYA BERKEMENANGAN
Selamat
malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita
pribadi lepas pribadi.
Tidak
lupa saya menyapa keluarga GPT “BETANIA” di Bandung,
di Malaysia, bahkan umat TUHAN yang juga bagian dari keluarga GPT “BETANIA” yang tekun untuk digembalakan oleh
Ibadah Doa Penyembahan, lewat online, baik di dalam negeri (di tanah air),
maupun di luar negeri, di mana pun anda berada, kiranya TUHAN memberkati
saudara, dan selanjutnya ada suatu persekutuan yang indah di antara kita.
Selanjutnya,
marilah kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan, dari
surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose. Kita masih
memperhatikan Kolose 3:19, dengan perikop: “Hubungan antara
anggota-anggota rumah tangga.”
Kolose
3:19
(3:19) Hai suami-suami,
kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
Seorang suami harus tahu untuk mengasihi isterinya
dengan benar. Kemudian, sikap yang dituntut oleh TUHAN dari seorang suami di
dalam hal mengasihi isterinya, di sini dikatakan; janganlah berlaku kasar
terhadap dia, itulah isterinya.
Lebih rinci tentang “suami
mengasihi isterinya” di dalam 1 Petrus 3:7, dengan perikop: “Hidup bersama suami isteri.”
1 Petrus 3:7
(3:7) Demikian juga
kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum
yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia,
yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
Seorang suami harus berlaku bijaksana terhadap
isterinya.
Perlu untuk kita ketahui bersama-sama: Yesus Kristus
adalah Kepala Gereja dan Mempelai Pria Sorga, Dia Suami dalam kebenaran dan
keadilan = Suami yang bijaksana.
Tentang hal KEBIJAKSANAAN ini, sejenak kita baca di
dalam Daniel 12.
Daniel 12:3
(12:3)
Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala,
dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-bintang,
tetap untuk selama-lamanya.
Orang-orang bijaksana sama
seperti bintang-bintang yang bercahaya di cakrawala. Adapun tugas dari
orang-orang bijaksana ialah menuntun banyak orang kepada kebenaran.
Yesus Kristus yang mati,
lalu dibangkitkan pada hari yang ketiga, selanjutnya Dia naik dipermuliakan,
dan sekarang duduk di sebelah kanan Allah Yang Maha Besar, itu adalah kebenaran
yang sejati. Kiranya TUHAN kirimkan akal budi dan kebijaksanaan di
tengah-tengah ibadah pelayanan ini, untuk selanjutnya menuntun kita sampai
kepada kebenaran, sebagaimana Rasul Paulus terhadap sidang jemaat di Korintus,
ia berusaha untuk menuntun sidang jemaat di Korintus sampai kepada kebenaran.
1 Korintus 10:14-15
(10:14)
Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala!
(10:15) Aku berbicara kepadamu sebagai
orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan!
Sebagai seorang hamba TUHAN
yang bijaksana, Rasul Paulus menghimbau dengan tegas, supaya sidang jemaat di
Korintus menjauhi penyembahan berhala. Pendeknya: Rasul Paulus berjuang keras
di dalam hal menuntun jemaat di Korintus kepada kebenaran.
Kalau kita perhatikan:
-
Pada ayat 14B
dikatakan: Jauhilah penyembahan
berhala!
-
Sedangkan ayat 15B
dikatakan: Pertimbangkanlah
sendiri apa yang aku katakan!
Ayat-ayat ini langsung kita
hubungkan dengan ayat 19-20.
1 Korintus 10:19-20
(10:19)
Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa persembahan berhala adalah
sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang
kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada
roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu
dengan roh-roh jahat.
Maksud dari perkataan Rasul
Paulus pada ayat 14B dan ayat 15B ialah supaya sidang
jemaat di Korintus jangan bersekutu dengan roh-roh jahat, seperti bangsa Israel
dalam perjalanan mereka selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun.
Sekalipun umat Israel menjadi barisan jemaat yang dipimpin oleh Musa, atau
menjadi rombongan yang nampaknya beribadah kepada TUHAN; namun sesungguhnya,
persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah.
Itu sebabnya Rasul Paulus
menghimbau dan melarang keras supaya jemaat di Korintus ini jangan bersekutu
dengan roh-roh jahat.
1 Korintus 10:21
(10:21)
Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga dari cawan roh-roh
jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan Tuhan dan
juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
Di dalam hal mengikuti TUHAN tidak boleh serampangan, maksudnya; satu
sisi kelihatannya beribadah kepada TUHAN, namun dalam kesempatan yang lain
bersekutu dengan roh-roh jahat (di luar ibadah bersekutu dengan roh-roh jahat).
Selanjutnya, kita akan melihat
PERSEKUTUAN BANGSA ISRAEL DENGAN ROH-ROH JAHAT, yang ditulis secara terperinci di
dalam 1 Korintus 10:6-10.
1 Korintus 10:6-10
(10:6) Semuanya ini
telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan
kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (10:7)
dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti
beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa
itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8)
Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh
beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga
ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti
yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut
ular. (10:10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan
oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh
malaikat maut.
Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita
untuk memperingatkan kita. Jadi, apa yang telah terjadi dan menimpa
bangsa Israel dalam perjalanan mereka dalam padang gurun selama 40 (empat
puluh) tahun, itu merupakan peringatan bagi kita di hari-hari terakhir ini.
Tujuannya adalah supaya jangan kita bersekutu dengan roh-roh jahat.
Adapun persekutuan bangsa Israel dengan roh-roh jahat
selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun, antara lain:
1.
Pada ayat
6: Bangsa Israel menginginkan hal-hal
yang jahat.
2.
Pada ayat
7: Bangsa Israel menyembah berhala.
3.
Pada ayat
8: Bangsa Israel melakukan percabulan.
4.
Pada ayat
9: Bangsa Israel mencobai TUHAN.
5.
Pada ayat
10: Bangsa Israel bersungut-sungut di
hadapan TUHAN.
Kita masih mengikuti penjelasan dari hal yang kedua.
Keterangan: BANGSA ISRAEL MENYEMBAH BERHALA.
Adapun peristiwa tersebut
ditulis dalam kitab Musa yang kedua, yakni Keluaran
32:1-35, menurut pembagiannya, antara lain:
A.
Ayat 1-6 tentang
lembu emas.
B.
Ayat 7-14 tentang
murka Allah kepada bangsa Israel.
C.
Ayat 15-20 tentang 2
(dua) loh batu yang dipecahkan.
D.
Ayat 21-29 tentang
Musa marah kepada Harun, abangnya.
E.
Ayat 30-35 tentang
Musa berdoa untuk bangsa Israel.
Kita
masih mengikuti penjelasan tentang ...
Tentang:
MUSA MARAH KEPADA HARUN (KELUARAN 32:21-29)
Inti
dari Keluaran 21:21-29 adalah Musa marah kepada Harun. Amarah Musa
kepada bangsa Israel, jelas itu berbicara tentang penyucian, sebagaimana ketika
Yesus tiba di Yerusalem, selanjutnya Dia memasuki Bait Suci Allah yang ada di
Yerusalem, kemudian Dia melihat hal-hal yang tidak diinginkan, sehingga dengan marah,
Ia menyucikan Bait Allah yang ada di Yerusalem.
Jadi,
amarah Musa kepada Harun dan bangsa Israel itu, jelas itu berbicara tentang penyucian.
Adapun
kesalahan besar yang dilakukan oleh Harun adalah Harun
menyerahkan keputusan itu pada bangsa Israel = Hamba TUHAN (pemimpin-pemimpin
rohani) menyerahkan putusan kepada sidang jemaat yang dia layani. Hal yang demikian
banyak terjadi di hari-hari terakhir ini, karena takut sidang jemaat mundur
dari pelayanan, takut orang kaya mundur dari ibadah dan pelayanan.
Akibat
menyerahkan keputusan kepada sidang jemaat ialah Harun menurut keinginan bangsa
Israel di dalam hal membuat patung anak lembu emas.
Jadi;
akhirnya, berdirilah patung anak lembu emas, mengapa? Karena Harun menyerahkan
keputusan ke tangan bangsa Israel.
Sesungguhnya,
seorang gembala atau pemimpin rohani harus memiliki wibawa di mata sidang
jemaat, yakni harus memiliki akal budi dan kebijaksanaan, harus memiliki roh
hikmat dan wahyu untuk menimbang segala perkara di dalam hal mengambil keputusan-keputusannya.
Jadi,
seorang gembala, seorang pemimpin rohani di dalam rumah TUHAN, seyogianya
memiliki wibawa di mata sidang jemaatnya, berarti dia harus memiliki akal budi
dan kebijaksanaan, dia harus memiliki roh penimbang, bahkan di dalam hal
mengambil keputusan, harus sesuai pembukaan rahasia Firman, tidak sesuai akal pikiran
manusia daging.
Kemudian,
adapun kesalahan bangsa Israel ialah seperti kuda lepas dari kandang
(Keluaran 32:25).
Penyucian
yang dialami oleh Harun, serta penyucian yang dialami oleh bangsa Israel telah
disampaikan dua minggu berturut-turut. Kiranya hal itu masih jelas dalam
ingatan kita masing-masing.
Sekarang,
kita akan membaca Keluaran 32:25-26.
Keluaran
32:25-26
(32:25) Ketika
Musa melihat, bahwa bangsa itu seperti kuda terlepas dari kandang --
sebab Harun telah melepaskannya, sampai menjadi buah cemooh bagi lawan
mereka -- (32:26) maka berdirilah Musa di pintu gerbang
perkemahan itu serta berkata: "Siapa yang memihak kepada TUHAN
datanglah kepadaku!" Lalu berkumpullah kepadanya seluruh bani
Lewi.
Harun
telah melepaskan (menyerahkan) bangsa Israel kepada berhala lembu emas,
sehingga bangsa Israel menjadi buah cemooh bagi bangsa-bangsa lain yang menjadi
lawan mereka. Oleh sebab itu, berdirilah Musa, serta berkata kepada bangsa itu:
“Siapa yang memihak kepada TUHAN datanglah kepadaku!”
Singkatnya:
Setelah mengadakan penyucian terhadap Musa dan bangsa Israel, selanjutnya Musa
berdiri di depan pintu gerbang perkemahan, serta berkata kepada bangsa itu: “Siapa
yang memihak kepada TUHAN datanglah kepadaku!” Dan di sini kita melihat; berkumpullah
kepada Musa seluruh bani Lewi.
Pendeknya:
Hanya bani Lewi sajalah yang berpihak kepada TUHAN. Berarti, 11 (sebelas) suku
lainnya bertahan dengan pendiriannya masing-masing.
Tidak
sedikit orang Kristen bertahan dengan pendiriannya masing-masing, sekalipun dia
sudah salah; dia tidak mau berpihak kepada TUHAN, tidak mau menyerahkan hatinya
untuk secepatnya menyatu dengan hati TUHAN, sekalipun dia sudah salah.
Secara
khusus saya sampaikan kepada sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon: Mari kita
berpihak kepada TUHAN, jangan berpihak kepada yang lain-lain, jangan berpihak
kepada berhala, jangan berpihak kepada perkara-perkara lahiriah, jangan berpihak
kepada saudara-saudara sedaging.
Selanjutnya,
kita akan membaca Keluaran 32:27.
Keluaran
32:27
(32:27)
Berkatalah ia kepada mereka: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel:
Baiklah kamu masing-masing mengikatkan pedangnya pada pinggangnya dan
berjalanlah kian ke mari melalui perkemahan itu dari pintu gerbang ke pintu
gerbang, dan biarlah masing-masing membunuh saudaranya dan temannya dan
tetangganya."
Atas
perintah Musa ...
-
Masing-masing bani Lewi mengikat pedangnya
pada pingangnya, pendeknya; menyandang pedang.
-
Masing-masing bani Lewi membunuh saudaranya, membunuh temannya, dan membunuh tetangganya.
Sepintas,
kalau kita membaca ayat ini secara hurufiah, maka kita akan mengambil
kesimpulan bahwa TUHAN adalah seorang pembunuh; mengajarkan membunuh
saudaranya, membunuh temannya, membunuh tetangganya. Tetapi kita harus melihat
ayat ini dari sisi rohani.
Pendeknya:
Tabiat dari orang-orang yang terdekat harus dibunuh dengan pedang Roh.
-
Saudara,
teman, tetangga à Orang-orang yang terdekat atau saudara sedaging.
-
Pedang Roh à Firman
Allah.
Berarti,
setiap orang yang berpihak kepada TUHAN, setiap orang yang mau melayani TUHAN dan
melayani pekerjaan TUHAN harus berpegang teguh kepada Firman Allah, harus berpegang
teguh kepada kebenaran Firman Allah, tidak boleh kompromi dengan tabiat daging
dari orang-orang yang terdekat, dari orang-orang yang ada di sekitar kita,
siapapun dia.
-
Tabiat daging saudara laki-laki, saudara
perempuan harus dibunuh dengan pedang Roh, yaitu kebenaran Firman Allah.
-
Tabiat daging dari saudara dekat, saudara
jauh harus dibunuh dengan pedang Roh.
-
Bahkan tabiat daging seisi rumah,
tetangga, teman, saudara, harus dibunuh dengan pedang Roh.
Tidak
boleh kompromi dengan tabiat daging dari orang-orang terdekat.
Oleh
sebab itu, di dalam hal melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN, tidak
boleh menggunakan perasaan manusia daging.
Kita
lanjut membaca Injil Matius 10, dengan perikop: “Yesus membawa
pemisahan. Bagaimana mengikut Yesus”
Matius
10:34-36
(10:34)
"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi;
Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. (10:35) Sebab
Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan
dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (10:36)
dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.
Yesus
datang ke bumi untuk membawa pemisahan (mengadakan pemisahan), antara lain:
-
Memisahkan orang dari ayahnya. Sama
seperti laki-laki harus meninggalkan ayah dan ibunya supaya bersatu dengan
isterinya; hal ini berbicara tentang salib.
-
Memisahkan anak perempuan dari ibunya. Ini
juga berbicara tentang salib.
-
Memisahkan menantu perempuan dari ibu
mertuanya, itu berbicara salib.
Ketiga-tiganya
berbicara tentang “salib”.
Jadi,
terhadap semua itu, tidak boleh kompromi dengan tabiat-tabiat daging dari
orang-orang terdekat tersebut.
Pendeknya:
Musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya, berarti; tidak kompromi dengan
tabiat daging dari orang-orang yang terdekat, tidak kompromi dengan tabiat
daging orang-orang seisi rumahnya, siapapun dia.
Jangan
sampai orang-orang yang melayani TUHAN atau hamba-hamba TUHAN berpihak kepada
tabiat daging dari orang-orang yang terdekat, termasuk seisi rumahnya, supaya
sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Rasul Paulus kepada Timotius dalam 2
Timotius 2, yang berkata: “Jauhilah nafsu orang-orang muda” Selanjutnya,
Rasul Paulus berkata: Kejarlah, antara lain; keadilan, kesetiaan,
kasih dan kebaikan bersama-sama dengan orang yang berseru dengan hati
nurani yang murni.
Kalau
berbicara “hati nurani yang murni”, itu berbicara tentang salib (pengajaran
salib).
Matius
10:37-38
(10:37)
Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak
bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih
dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. (10:38) Barangsiapa tidak
memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
Barangsiapa
mengasihi kedua orang tuanya lebih dari TUHAN, maka tentu saja ia tidak layak
bagi TUHAN. Berarti, anak-anak harus menyangkali dirinya, termasuk menyangkali
tabiat daging dari kedua orang tuanya.
Sebaliknya,
barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau anaknya perempuan lebih dari
TUHAN, maka tentu saja ia tidak layak bagi TUHAN. Berarti, setiap orang tua
harus juga menyangkali dirinya, sehingga dengan demikian, terjadilah pemisahan,
karena TUHAN sendiri yang membawa pemisahan antara orang-orang seisi rumah.
Kesimpulannya
dari Matius 10:37-38 ialah setiap orang harus ...
-
Menyangkali dirinya, sesuai
ayat 37.
-
Memikul salibnya, sesuai ayat 38.
-
Mengikut TUHAN, sesuai ayat 38.
Inilah
wujud dari pemisahan itu sebagai syarat mutlak untuk layak melayani TUHAN, sebagai
syarat mutlak untuk layak melayani pekerjaan TUHAN.
Matius
10:39
(10:39)
Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya,
dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
-
Barangsiapa mempertahankan nyawanya --
berarti, tidak menyangkal dirinya, tidak memikul salibnya, tidak mengikut TUHAN
--, maka ia akan kehilangan nyawanya = Binasa.
-
Sebaliknya, barangsiapa kehilangan
nyawanya karena Aku -- berarti, menyangkal dirinya, memikul salibnya, mengikut
TUHAN --, maka ia akan memperolehnya = Memperoleh hidup kekal,
bahagia bersama-sama dengan Dia di dalam kekekalan.
Selanjutnya,
mari kita perhatikan Matius 19:27-28,
dengan perikop: “Upah mengikut TUHAN” Berarti, setiap orang yang
mengikut TUHAN akan memperoleh upah, percayalah.
Matius
19:27-28
(19:27) Lalu
Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah meninggalkan
segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh?" (19:28)
Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu
penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya,
kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta
untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
Di
sini dikatakan, bahwa: Barangsiapa telah menyangkal dirinya, memikul salibnya,
dan mengikut TUHAN, maka ia akan duduk di atas 12 (dua belas) takhta untuk
menghakimi kedua belas suku Israel.
Ini
adalah suatu kedudukan yang sangat tinggi dan dipermuliakan oleh TUHAN. Ini
adalah upah di dalam hal mengikut TUHAN.
Lukas
22:27-28
(22:27) Sebab
siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani?
Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.
(22:28) Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan
yang Aku alami.
Hamba-hamba
TUHAN -- itulah orang-orang yang melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN --
harus menyangkal dirinya, harus memikul salibnya, harus mengikut TUHAN.
Pendeknya:
Seorang hamba TUHAN yang melayani TUHAN sudah seharusnya mengalami pemisahan
terhadap tabiat-tabiat daging dari orang-orang yang terdekat, karena musuh
orang adalah seisi rumahnya.
Lukas
22:29-30
(22:29) Dan Aku menentukan
hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, (22:30)
bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku
dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku
Israel.
Selanjutnya,
di sini kita melihat; TUHAN menentukan hak-hak Kerajaan Sorga bagi orang yang
menyangkal dirinya, bagi orang yang memikul salibnya dan yang mengikut TUHAN.
Adapun
hak-hak Kerajaan Sorga yang ditentukan, YANG PERTAMA: Makan dan minum
sehidangan (semeja) dengan Allah di dalam Kerajaan Allah.
Malam
ini, lewat Ibadah Doa Penyembahan, kita sedang duduk makan sehidangan dengan
Allah, sebab ibadah dan pelayanan ini adalah takhta Allah.
Lebih
jelasnya, kita akan melihat Injil Yohanes 6.
Yohanes
6:54-58
(6:54)
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal
dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. (6:55) Sebab
daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. (6:56)
Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan
Aku di dalam dia. (6:57) Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku
dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup
oleh Aku. (6:58) Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti
seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan
roti ini, ia akan hidup selama-lamanya."
Makan
dan minum semeja dengan Allah, berarti; makan daging Yesus dan minum darah
Yesus.
Hasilnya;
1.
Dibangkitkan pada akhir zaman ... Ayat 54.
2.
Tinggal di dalam Aku dan Aku dalam dia,
berarti satu dengan TUHAN = menyatu dengan TUHAN ... Ayat 56.
3.
Hidup selama-lamanya = hidup kekal ... Ayat
58.
TUHAN
berkata: Kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku.
Saat
ini kita sedang makan minum semeja dengan Allah lewat pertemuan Ibadah Doa
Penyembahan malam ini, maka tentu saja kita akan dibangkitkan pada akhir zaman,
menyatu dengan TUHAN, kemudian hidup sampai selama-lamanya.
Inilah
hak-hak yang ditentukan kepada hamba TUHAN yang melayani TUHAN, tetapi tidak
kompromi dengan tabiat daging dari saudara-saudaranya, tidak kompromi dengan
tabiat daging dari temannya, tidak kompromi dengan tabiat daging daging
tetangganya.
Oleh
sebab itu, saya menghimbau keluarga Allah, sidang jemaat GPT “BETANIA” Serang, Cilegon, Banten, Indonesia, baik
yang di Bandung, di Malaysia, maupun umat TUHAN: Kita semua harus bersatu.
Adapun
hak-hak Kerajaan Sorga yang ditentukan, YANG KEDUA: Akan duduk di
atas takhta untuk menghakimi kedua-belas suku Israel = berkuasa untuk
menghakimi dosa.
Inilah
hak-hak yang ditentukan oleh Allah di dalam Kerajaan Sorga:
1.
Makan dan minum semeja dengan Allah = Hidup
kekal.
2.
Duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua-belas
suku Israel = Berkuasa untuk menghakimi dosa.
Memang,
sudah seharusnya seorang hamba TUHAN, seorang pelayan TUHAN (imam-imam)
berkuasa di dalam hal untuk menghakimi dosa. Jangan sampai kita diperbudak oleh
dosa.
Tadi
kita sudah melihat, bahwa yang berpihak kepada TUHAN adalah suku Lewi, itulah
satu dari dua belas suku Israel, sedangkan sebelas suku lainnya bertahan
sendiri dalam pendiriannya. Sekarang, kita akan melihat Ulangan 33, dengan
perikop: “Berkat Musa kepada suku-suku Israel”, khususnya kita akan
melihat berkat Musa kepada suku Lewi.
Ulangan
33:8-9
(33:8) Tentang
Lewi ia berkata: "Biarlah Tumim dan Urim-Mu menjadi kepunyaan orang yang
Kaukasihi, yang telah Kaucoba di Masa, dengan siapa Engkau berbantah dekat mata
air Meriba; (33:9) yang berkata tentang ayahnya dan tentang ibunya: aku tidak
mengindahkan mereka; ia yang tidak mau kenal saudara-saudaranya dan acuh
tak acuh terhadap anak-anaknya. Sebab orang-orang Lewi itu berpegang
pada firman-Mu dan menjaga perjanjian-Mu;
Suku
Lewi berpihak kepada TUHAN, sehingga mereka layak untuk melayani TUHAN, sebab
mereka sudah memisahkan diri mereka dari tabiat-tabiat daging dari orang-orang
yang terdekat mereka, tabiat-tabiat daging dari orang-orang seisi rumahnya.
Di
sini dikatakan: Yang berkata tentang ayahnya dan tentang ibunya (orang
tua): aku tidak mengindahkan mereka = Tidak mengindahkan tabiat daging
dari orang tuanya.
Jangan
sampai anak kompromi terhadap tabiat daging kedua orang tuanya; itu tidak boleh.
Jadi, harus memiliki sikap yang tegas. Kalau anak melihat tabiat daging orang
tuanya, jangan diikuti, apalagi dibela-bela untuk bermusuhan dengan orang lain,
dibela-bela untuk berperkara dengan orang lain; jangan.
Demikian
juga sebaliknya; orang tua tidak boleh berpihak terhadap tabiat-tabiat daging
dari anak laki-laki, anak perempuannya. Kalau pun anak salah karena menuruti
daging dengan segala tabiat-tabiat yang jahat, jangan ditutup-tutupi, jangan
dibela.
Kita
semua harus berpihak kepada TUHAN, kita semua harus menjadi Lewi-Lewi yang
dilayakkan untuk melayani TUHAN.
Selanjutnya,
di sini dikatakan: Ia yang tidak mau kenal saudara-saudaranya = Tidak kompromi
dengan tabiat daging dari saudara laki-laki dan tabiat daging dari saudara
perempuannya.
Kemudian,
di sini juga dikatakan: Acuh tak acuh terhadap anak-anaknya, berarti;
orang tua tidak boleh kompromi dengan tabiat daging anak-anak laki-laki dan
tabiat daging anak-anak perempuannya. Itulah sikap Lewi di hadapan TUHAN.
Pada
ayat 9 bagian B dikatakan: Sebab
orang-orang Lewi itu ...
-
Berpegang pada firman-Mu = Mengikat
pedang Roh pada pinggang mereka.
-
Menjaga perjanjian-Mu = Menyangkal
diri, memikul salib, mengikut TUHAN = Memisahkan dirinya dari segala
tabiat-tabiat daging dari orang-orang yang terdekat dengan dia, itulah teman,
saudara, dan tetangga, termasuk orang-orang seisi rumahnya.
Jadi,
TUHAN jelas-jelas membawa pemisahan, supaya kita bagaikan Lewi-Lewi yang
dilayakkan untuk melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN.
Banyak
orang Kristen kompromi dengan tabiat daging karena engkongnya, neneknya, opanya
kaya, karena saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan banyak hartanya, akhirnya
kompromi terhadap tabiat daging, dibutakan oleh selaput daging. Orang-orang
yang melayani TUHAN tidak boleh dibutakan oleh hal semacam itu; biar dia adalah
orang tua, biar dia adalah oppung, nenek, engkong, jangan kompromi.
Ini
adalah suatu contoh yang indah, contoh yang manis untuk kita teladani di
tengah-tengah ibadah pelayanan ini.
Ulangan
33:10
(33:10) mereka mengajarkan
peraturan-peraturan-Mu kepada Yakub, hukum-Mu kepada Israel; mereka menaruh
ukupan wangi-wangian di depan-Mu dan korban yang terbakar seluruhnya
di atas mezbah-Mu.
Selanjutnya,
lihatlah, bagaimana TUHAN mempercayakan suatu pekerjaan yang mulia untuk
dikerjakan oleh bani Lewi, antara lain:
YANG
PERTAMA: Mengajarkan peraturan-peraturan TUHAN atau Firman TUHAN atau
hukum-hukum TUHAN kepada umat Israel (sidang jemaat Allah). Mungkin
kita bukanlah seorang pembicara, bukan seorang pemberita Firman di mimbar,
tetapi manakala Firman itu dimeteraikan oleh Roh Kudus di dalam loh daging,
ditukik di dalam loh hati, itu sama dengan Alkitab yang berjalan,
mengajarkan orang tentang Firman TUHAN baik dalam perkataan, perbuatan, solah
tingkah, gerak-gerik, semuanya sesuai dengan Firman TUHAN; itu sama dengan
mengajarkan Firman TUHAN kepada orang lain.
YANG
KEDUA: Dipercayakan untuk menaruh ukupan wangi-wangian di hadapan TUHAN,
itulah ibadah yang sudah berada pada puncak tertinggi, yaitu doa penyembahan.
Yesus Kristus adalah Imam Besar Agung yang memimpin ibadah-ibadah di atas muka bumi
ini untuk selanjutnya dibawa sampai kepada puncaknya, sebagaimana dalam Wahyu 8:3-4,
di mana kepadaNya diberikan banyak kemenyan untuk dibakar, lalu selanjutnya
asap dupa kemenyan itu akan naik ke hadirat TUHAN, menembusi takhta Allah.
Inilah pekerjaan dari pada Imam Besar Agung yang memimpin ibadah kita sampai
kepada puncak ibadah, itulah doa penyembahan, bagaikan asap dupa kemenyan naik
di hadirat TUHAN, menembusi takhta Allah; itulah yang membawa kita untuk masuk
di dalam Kerajaan Sorga, yaitu puncak ibadah, itulah doa penyembahan.
YANG
KETIGA: Dipercayakan untuk mempersembahkan korban yang terbakar (korban
bakaran) di atas Mezbah Korban Bakaran. Seluruh korban bakaran itu
terbakar sampai hangus, mulai dari kepala sampai ujung ekornya, semuanya sudah
hangus. Itulah penyerahan diri dari seorang imam kepada TUHAN; sudah terbakar
hangus.
Betapa
luar biasa pekerjaan TUHAN; betul-betul TUHAN yang membawa pemisahan. Ketika
kita berada di dalam pemisahan itu, ingatlah; TUHAN sudah membawa kita sampai berada
pada puncak ibadah, itulah doa penyembahan.
Jadi,
jangan bertahan dalam pendirian yang salah, sama seperti 11 (sebelas) suku
Israel lainnya yang bertahan dengan pendiriannya. Berbeda dengan suku Lewi;
satu suku yang betul-betul datang dan berkumpul bersama dengan Musa, yang
berpihak kepada TUHAN. Dan memang pada akhirnya, suku Lewi dipercaya untuk
melayani TUHAN.
Jadi,
orang yang melayani TUHAN, maka ia harus berpihak kepada TUHAN; sudah
seharusnya mengalami pemisahan.
Jadi,
kita kembali memperhatikan Ulangan 33:10, kepada suku Lewi ...
1.
Dipercayakan untuk mengajarkan
peraturan-peraturan = Menyampaikan Firman TUHAN.
2.
Dipercayakan untuk menaruh ukupan
wangi-wangian di hadapan TUHAN.
3.
Dipercayakan untuk mempersembahkan korban
binatang yang terbakar di atas Mezbah Korban Bakaran, berarti korban dari
binatang itu sudah hangus.
Kalau
melayani TUHAN, maka sudah seharusnya sampai hangus. Jangan lagi ada suara
daging yang harus dituruti, sebab sudah seharusnya hangus, tabiat daging itu
sudah betul-betul harus dimatikan, suara daging tidak lagi bersuara; inilah
kehidupan yang betul-betul dalam pengalaman Roh Kudus seutuhnya.
Roma
8:13
(8:13) Sebab,
jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu
mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.
Sebab,
jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati ... Berarti,
seorang imam Lewi sudah seharusnya melayani TUHAN dalam keadaan mengalami
pemisahan, dengan lain kata; daging sudah terbakar dan hangus. Tetapi jika
oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.
Jadi,
kehidupan imam (Lewi) yang melayani TUHAN dengan mengalami pemisahan, maka
betul-betul mereka berada dalam pengaruh yang besar dari kuasa Roh-El Kudus,
dan Roh itu mematikan perbuatan-perbuatan daging, sehingga kita hidup dalam
hidup yang kekal.
Ulangan
33:11
(33:11)
Berkatilah, ya TUHAN, kekuatannya dan berkenanlah kepada pekerjaannya.
Remukkanlah pinggang orang yang melawan dia dan yang membenci
dia, sehingga mereka tidak dapat bangkit."
Lihatlah,
bagaimana TUHAN sangat memperhatikan imam Lewi -- itulah orang-orang yang melayani
TUHAN namun sudah mengalami pemisahan terhadap tabiat daging --, wujudnya
adalah:
1.
Kekuatannya diberkati oleh TUHAN. Biarlah
kiranya, orang-orang yang melayani TUHAN, kekuatannya diberkati oleh TUHAN.
Biarlah TUHAN memberkati kekuatan kita, sehingga kita tidak lemah terhadap
pengaruh-pengaruh yang tidak suci, tidak lemah terhadap dosa kejahatan dan kenajisan,
tidak lemah terhadap dosa yang ditimbulkan si Seteru -- itulah Iblis atau Setan,
dunia dengan arusnya, daging dengan keinginannya --.
2.
TUHAN berkenan kepada pekerjaannya. Seperti
contoh; TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya, tetapi TUHAN tidak
mengindahkan Kain dan korban persembahannya. Jadi, TUHAN berkenan kepada
pekerjaannya; melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN, serta berkenan
kepada TUHAN, berarti; ibadah dan pelayanannya menyenangkan hati TUHAN.
3.
Remukkanlah pinggang orang yang melawan
dia, orang yang membenci dia, sehingga mereka tidak dapat bangkit, dengan
kata lain; pembelaan TUHAN nyata kepada imam (Lewi), nyata kepada orang-orang
yang melayani TUHAN, yang sudah mengalami pemisahan terhadap nabiat daging;
TUHAN bela, sebab TUHAN meremukkan pinggang orang yang melawan dia, yang
membenci dia, sampai musuh tidak dapat bangkit.
Sedikit
kesaksian: Suatu kali saya diundang oleh seorang anak TUHAN untuk datang ke
rumahnya untuk mendoakan adiknya, karena adiknya itu berpacaran, bahkan berencana
menikah dengan pacarnya itu, di mana pacarnya adalah seorang janda yang
menganut kepercayaan yang berbeda dengannya. Setelah saya selesai berdoa,
tiba-tiba sang adik laki-laki ini bergegas pergi ke dapur untuk mengambil
pisau, lalu sesudah itu pisau itu hendak ditancapkan pada bagian belakang (punggung)
sebelah kanan, tetapi anak TUHAN (abangnya, yang mengundang saya) itu
secepatnya menarik adiknya itu, sehingga pisau yang ada di tangannya itu tidak
sempat menusuk pinggang sebelah kanan bagian belakang. Tetapi akhirnya,
pinggang sebelah kanannya pun remuk, sehingga kalau ia berjalan; ia miring ke
sebelah kanan.
Itulah
pembelaan TUHAN terhadap imam Lewi, terhadap orang-orang yang sudah memisahkan dirinya
dari tabiat daging dari orang-orang yang terdekat; jadi, tidak kompromi.
Pembelaan TUHAN itu pasti nyata, percaya sajalah.
Intinya:
Kalau musuh tidak bangkit, berarti kita berkemenangan.
Tanda
orang yang berkemenangan:
1.
Dipercayakan untuk mengajarkan (menyampaikan)
Firman TUHAN = Menjadi contoh teladan.
2.
Dipercaya untuk menaruh ukupan
wangi-wangian di hadapan TUHAN, itulah puncak ibadah (doa penyembahan),
bagaikan asap dupa kemenyan yang naik di hadirat TUHAN, menembusi takhta Allah.
3.
Dipercaya untuk mempersembahkan korban
bakaran di atas Mezbah Korban Bakaran.
Inilah
orang-orang yang mengasihi TUHAN. Ini adalah tanda orang yang berkemenangan.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment