IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 20 JULI 2021
KITAB KOLOSE
(Seri:152)
Subtema: DILIPUTI SUASANA KEBANGKITAN
Segala
puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah memungkinkan kita untuk berada di
tengah-tengah Ibadah Doa Penyembahan, dan kiranya damai sejahtera Krisus
memerintah di hati kita masing-masing, termasuk di dalam hal menikmati sabda
Allah.
Saya
tidak lupa menyapa sidang jemaat di Bandung, di Malaysia, bahkan umat TUHAN
yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN live streaming video internet Youtube, Facebook baik di tanah air,
di berbagai daerah maupun di luar negeri, manca negar; tiap-tiap negara,
dimanapun anda berada.
Selanjutnya,
mari kita berdoa; kita mohonkan kemurahan TUHAN supaya firman keluar, dengan
lain kata terjadi pembukaan firman yang akan meneguhkan setiap kehidupan kita
dan itu adalah tanda bahwa TUHAN mengasihi kita masing-masing.
Kita
sambut Kitab Kolose sebagai firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan.
Kolose
3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah
berlaku kasar terhadap dia.
Seorang
suami harus tahu mengasihi isterinya dengan benar.
Kemudian,
sikap yang dituntut oleh TUHAN dari seorang suami di dalam mengasihi isterinya
adalah jangan berlaku kasar terhadap isterinya.
Lebih
rinci di dalam 1 Petrus 3:7, dengan perikop: “Hidup bersama suami isteri.”
1
Petrus 3:7
(3:7) Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah
bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka
sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan
terhalang.
Di
sini juga dikatakan: “Seorang suami harus
berlaku bijaksana terhadap isterinya.”
Yesus
Kristus adalah Kepala Gereja dan Mempelai Laki-Laki Sorgawi, Dialah suami dalam
kebenaran dan dalam keadilan = Suami yantg bijaksana.
Lebih
jauh kita melihat seorang yang bijaksana, di dalam Daniel 12.
Daniel
12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti
cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran
seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
Sebagai
orang bijaksana digambarkan sama seperti bintang-bintang yang bercahaya di cakrawala.
Adapun tugas dari orang yang bijaksana: Menuntun banyak orang kepada kebenaran.
Demikian
juga sidang jemaat harus dengan rela memberikan dirinya untuk dituntun oleh
orang yang bijaksana sampai kepada kebenaran.
Yesus
Kristus, Dia adalah Anak Domba Allah yang disembelih, Dia adalah kebenaran, Dia
sekarang duduk di sebelah kanan Allah yang Maha Besar. Maka, kita juga harus
mencari Kerajaan Sorga dan kebenaran yang ada di dalamnya, maka semuanya nanti
akan ditambahkan. Dan selanjutnya, kiranya akal budi dan kebijaksanaan
senantiasa TUHAN kirim berada di tengah-tengah ibadah ini untuk menuntun
kehidupan kita sampai kepada kebenaran itu.
Sebagaimana
dengan Rasul Paulus terhadap sidang jemaat di Korintus, 1 Korintus 10:14-15.
1
Korintus 10:14-15
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah
penyembahan berhala! (10:15) Aku
berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah
sendiri apa yang aku katakan!
Sebagai
seorang hamba TUHAN yang bijaksana Rasul Paulus menghimbau dengan tegas supaya
sidang jemaat di Korintus betul-betul menjauhkan diri mereka dari segala jenis
penyembahan berhala. Dalam hal ini Rasul Paulus berjuang keras untuk menuntun
sidang jemaat di Korintus kepada kebenaran itu.
Pendeknya:
-
Ayat
14 bagian b, dikatakan: jauhilah
penyembahan berhala!
-
Kemudian
ayat 15 bagian b, dikatakan; Pertimbangkanlah
sendiri apa yang aku katakan!
Ayat-ayat
ini kita akan hubungkan dengan ayat 19 dan ayat 20.
1
Korintus 10:19-20
(10:19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa
persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang kumaksudkan
ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat,
bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu dengan
roh-roh jahat.
Maksud
dari perkaraan Rasul Paulus pada ayat 14b dan ayat 15b adalah agar jemaat di
Korintus jangan bersekutu dengan roh-roh
jahat.
Seperti
bangsa Israel dalam perjalanan mereka selama 40 (empat puluh) tahun di padang
gurun. Sekalipun bangsa itu menjadi barisan jemaat yang dipimpin oleh Musa atau
menjadi rombongan yang nampaknya beribadah kepada TUHAN, namun sesungguhnya
persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah.
Hal ini sangat disayangkan tentunya.
Jangan
kita juga keliru di dalam hal mempersembahkan persembahan; keinginan di hati
untuk membawa persembahan kepada TUHAN, tetapi pada akhirnya persembahan itu
bisa saja nanti arahnya kepada berhala-berhala. Jangan hal itu terjadi.
1
Korintus 10:21
(10:21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga
dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam
perjamuan Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
-
Kita
tidak boleh bersekutu dengan TUHAN lewat ibadah dan pelayanan yang dihubungkan
dengan darah Salib, tetapi bersekutu dengan roh-roh jahat.
-
Kemudian,
kita juga tidak dapat bersekutu dengan satu perjamuan dengan TUHAN dengan
menikmati roti-roti yang dipecah-pecahkan, tetapi bersekutu dengan roh-roh
jahat.
Oleh
sebab itu, di dalam hal mengikuti TUHAN kita tidak boleh serampangan,
maksudnya; satu sisi nampaknya beribadah kepada TUHAN namun dalam kesempatan
yang lain bersekutu juga dengan roh-roh jahat.
Kita
akan melihat persekutuan bangsa Israel dengan roh-roh jahat selama 40 (empat
puluh) tahun di padang gurun.
1
Korintus 10:6-7
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita
untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat
seperti yang telah mereka perbuat, (10:7)
dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti
beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa
itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8) Janganlah kita melakukan
percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka,
sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai
Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga
mereka mati dipagut ular. (10:10)
Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa
orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
Persekutuan
bangsa Israel terhadap roh-roh jahat selama 40 (empat puluh) tahun di padang
gurun, antara lain;
-
Bangsa
Israel “menginginkan hal-hal yang jahat…” (ayat 6)
-
Bangsa
Israel “menyembah berhala…” (ayat
7)
-
Bangsa
Israel “melakukan percabulan…”
(ayat 8)
-
Bangsa
Israel “mencobai TUHAN…” (ayat 9)
-
Bangsa
Israel “bersungut-sungut…” (ayat
10)
Kita
masih mengikuti penjelasan dari hal yang kedua, tentang: BANGSA ISRAEL MENYEMBAH BERHALA.
Ketika
bangsa Israel menyembah berhala peristiwa tersebut ditulis dengan lengkap di
dalam kitab Musa yang kedua, yakni Keluaran
32:1-35.
Keluaran
32:1-35 dalam pembagiannya, antara lain;
-
Ayat
1-6 tentang lembu emas.
-
Ayat
7-14 tentang murka Allah.
-
Ayat15-20
tentang 2 (dua) loh batu yang dipecahkan.
-
Ayat
21-29 tentang Musa marah kepada Harun
dan bangsa Israel.
-
Ayat
30-35 tentang Musa berdoa untuk bangsa
Israel.
Kita
masih mengikuti penjelasan tentang: MUSA MARAH KEPADA HARUN DAN BANGSA ISRAEL.
Kisah
itu ditulis pada Keluaran 32:21-29. Kita tidak akan membaca secara keseluruhan,
langsung saja kita membaca Keluaran 32:25-26.
Keluaran
32:25-26
(32:25) Ketika Musa melihat, bahwa bangsa itu seperti kuda
terlepas dari kandang -- sebab Harun telah melepaskannya, sampai menjadi
buah cemooh bagi lawan mereka -- (32:26)
maka berdirilah Musa di pintu gerbang perkemahan itu serta berkata:
"Siapa yang memihak kepada TUHAN datanglah kepadaku!" Lalu berkumpullah
kepadanya seluruh bani Lewi.
Singkat
kata, Harun telah melepaskan atau menyerahkan bangsa Israel kepada berhala
lembu emas, sehingga bangsa Israel menjadi buah cemooh bagi bangsa Israel yakni
lawan-lawan mereka. Inilah kesalahan Harun dan bangsa Israel.
Oleh
sebab itu, Musa berkata: "Siapa yang
memihak kepada TUHAN datanglah kepadaku!" Lalu berkumpullah kepada
Musa seluruh bani Lewi. Pendeknya, hanya bani Lewi sajalah yang berpihak kepada
TUHAN, sedangkan 11 (sebelas) suku lainnya bertahan dengan pendiriannya
masing-masing = tidak mau berpihak kepada TUHAN = tidak mau berpihak kepada ibadah
dan pelayanan = tidak mau berpihak kepada kandang penggembalaan.
Itulah
gambaran orang yang bertahan dengan pendiriannya; tidak mau berpihak kepada
TUHAN, tidak mau berpihak kepada ibadah dan pelayanan itulah perkara rohani
(perkara di atas), dan tidak mau berpihak kepada kandang penggembalaan =
bertahan dengan pendiriannya sendiri, bertahan dengan prinsipnya, maunya
sendiri.
Jangan
kita sama seperti itu, jangan kita bertahan dengan pendirian masing-masing,
tetapi secepatnya kita harus berpihak kepada TUHAN, secepatnya kita harus
berpihak kepada ibadah dan pelayanan itulah perkara rohani (perkara di atas),
secepatnya berpihak kepada kandang penggembalaan yang TUHAN percayakan ini.
Keluaran
32:27
(32:27) Berkatalah ia kepada mereka: "Beginilah firman TUHAN,
Allah Israel: Baiklah kamu masing-masing mengikatkan pedangnya pada
pinggangnya dan berjalanlah kian ke mari melalui perkemahan itu dari pintu
gerbang ke pintu gerbang, dan biarlah masing-masing membunuh saudaranya dan
temannya dan tetangganya."
Atas
perintah Musa, bani Lewi masing-masing mengikatkan pedangnya pada pinggangnya =
sandang pedang. Selanjutnya, masing-masing harus membunuh saudaranya dan temannya
dan tetangganya, artinya: Tabiat
daging dari orang-orang yang terdekat harus dibunuh dengan pedang Roh.
-
Saudaranya
dan temannya dan tetangganya à Orang-orang yang
terdekat.
-
Pedang
Roh à Firman Allah yang
diurapi.
Singkat
kata, setiap orang yang berpihak kepada TUHAN, berarti harus berpihak kepada
penggembalaan, berpihak kepada ibadah dan pelayanan ini, tidak kompromi dari
tabiat daging dari orang-orang yang terdekat; teman, tetangga, dan
saudara-saudara sedaging.
Yang
terkait dengan hal itu sudah disampaikan pada;
-
Injil
Matius 10:34-39, tentang Yesus membawa pemisahan sebagai syarat
mengikuti TUHAN.
-
Kemudian,
Injil Matius 19:27-29, tentang upah mengikut Yesus.
Keluaran
32:28
(32:28) Bani Lewi melakukan seperti yang dikatakan Musa
dan pada hari itu tewaslah kira-kira tiga ribu orang dari bangsa itu.
Bani Lewi melakukan seperti yang dikatakan
Musa; membunuh
dengan pedang saudaranya dan temannya dan tetangganya.
Singkat
kata; bani Lewi melakukan tepat seperti yang dikatakan oleh Musa yaitu;
membunuh saudaranya dan temannya dan tetangganya, sehingga tewaslah kurang lebih tiga ribu orang dari bangsa itu. Tindakan
bani Lewi ini menunjukkan bahwa mereka betul-betul tidak kompromi dengan tabiat
dari orang-orang yang terdekat; melayani tanpa perasaan manusia daging.
Biarlah
kita semua datang menghadap TUHAN, kemudian di tengah-tengahnya kita melayani
tanpa perasaan daging.
Roma
8:5
(8:5) Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan
hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan
hal-hal yang dari Roh.
Mereka
yang hidup menurut daging jelas mereka memikirkan hal-hal yang dari daging
juga, yakni;
-
Perkara-perkara
di bawah.
-
Perkara-perkara
duniawi, itulah perkara lahiriah.
Sedangkan,
mereka yang hidup menurut Roh tentu saja memikirkan hal-hal yang dari Roh itu
sendiri, yakni;
-
Perkara-perkara
rohani.
-
Perkara-perkara
di atas, itulah ibadah dan pelayanan atau kegiatan Roh.
Roma
8:6-7
(8:6)
Karena keinginan daging adalah
maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. (8:7) Sebab keinginan daging adalah
perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah;
hal ini memang tidak mungkin baginya.
Keinginan
daging adalah maut, mengapa? Jawabnya, sebab keinginan daging adalah
perseteruan terhadap Allah, karena mereka yang hidup menurut daging tidak
takluk kepada hukum Allah.
Roma
8:8
(8:8) Mereka yang hidup dalam daging, tidak
mungkin berkenan kepada Allah.
Selanjutnya,
mereka yang hidup menurut daging tidak berkenan kepada Allah.
Kita
bandingkan dengan mereka yang hidup menurut Roh.
Roma
8:6b, 11
(8:6) Karena keinginan daging adalah maut, tetapi
keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. (8:11) Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus
dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan
Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana
itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.
Keinginan
Roh adalah hidup dan damai sejahtera.
Biarlah
kiranya kita semua memberikan dirinya untuk dipimpin oleh Roh Allah, memberikan
dirinya berada di dalam pengaruh yang besar dari Roh Allah yang besar.
Kemudian,
kalau hidup di dalam Roh Allah berarti diliputi
dalam suasana kebangkitan = hidup baru, berarti yang lama sudah berlalu.
DAMPAK
POSITIF DILIPUTI SUASANA KEBANGKITAN.
1
Korintus 15:4-7
(15:4) bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah
dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; (15:5) bahwa Ia telah menampakkan
diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. (15:6) Sesudah itu Ia menampakkan diri
kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih
hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. (15:7) Selanjutnya Ia menampakkan diri
kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul.
Ketika
Yesus bangkit, Ia menampakkan diri kepada:
-
Kefas
dan murid-murid.
-
Yakobus
kemudian kepada rasul-rasul.
Pendeknya:
Dari murid-murid menjadi rasul-rasul, berarti terjadi peningkatan rohani.
Mari
kita berada dalam suasana kebangkitan, diliputi oleh suasana kebangkitan.
Jangan
kita mengahadap TUHAN dalam suasana daging, dalam suasana kematian rohani.
Tetapi biarlah kita menghadap TUHAN diliputi dengan suasana kebangkitan supaya
terjadi peningkatan rohani; dari murid-murid menjadi rasul = peningkatan
rohani.
Kita
lihat peristiwa sebelum terjadi peningkatan rohani.
Lukas
22:24
(22:24) Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid
Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.
Terjadi
pertengkaran diantara murid-murid, karena ternyata murid-murid berlomba-lomba menjadi yang terbesar,
berarti murid-murid ingin diakui
keberadaanya, ingin diakui pemakaian TUHAN dalam dirinya, ingin diakui
segala sesuatu kelebihan-kelebihan yang terdapat dalam dirinya. Mengharapkan pengakuan dari orang = ingin
disanjung.
Ini
adalah cara pelayanan yang salah kaprah dari murid-murid.
Lukas
22:25-26
(22:25) Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja
bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan
kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung. (22:26) Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar
di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin
sebagai pelayan.
Melihat
suasana itu secepatnya TUHAN memberikan suatu pengertian yang benar tentang
siapa yang terbesar.
Menurut ukuran dunia:
-
Raja-raja bangsa-bangsa
memerintah rakyat mereka.
-
Orang-orang yang
menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.
Inilah
pemimpin menurut ukuran atau takaran dunia.
Sekarang
kita bandingkan dengan pemimpin menurut
ukuran atau takaran Kerjaan Sorga.
-
Yang terbesar
hendaklah menjadi sebagai yang paling muda. Muda di sini, berarti masih minim
pengalaman.
Prakteknya:
Selalu ingin diajar walaupun memiliki pengertian. Muda = junior, sama juga
artinya haus dan ingin selalu diajar.
-
Pemimpin sebagai
pelayan. Berarti,
kalau ingin diakui sebagai pemimpin di dalam TUHAN, di dalam Kerajaan Sorga,
maka dia harus mau menjadi pelayan; mengambil rupa sebagai seorang hamba,
berarti tidak mengambil rupa sebagai seorang tuan, tidak merasa diri yang
paling pandai.
Itulah
pemimpin menurut ukuran Kerajaan Sorga,
Inilah
peristiwa yang terjadi ketika murid-murid belum mengalami peningkatan rohani;
sampai mau bertengkar hanya karena ingin diakui keberadaannya.
Jangan
bersungut-sungut dan berhenti bekerja untuk melayani pekerjaan TUHAN hanya
karena tidak diakui keberadaanmu, lalu engkau bersungut-sungut dan
mempersalahkan yang salah = lepas tanggung jawab. Itu tidak benar.
Oleh
sebab itu, kita tidak boleh datang menghadap TUHAN di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan dengan membawa perasaan manusia daging. Itu sebabnya Musa dengan
tegas memerintahkan bani Lewi supaya menyandang pedang dan selanjutnya membunuh
tabiat daging dari orang-orang yang terdekat bagi mereka.
Sandang
pedang masing-masing, bunuhlah tabiat daging dari orang-orang yang terdekat.
Jangan kompromi.
Pertahankan
suasana kebangkitan. Ketika kita menghadap TUHAN lewat ibadah dan pelayanan
harus diliputi kuasa kebangkitan supaya terjadi peningkatan rohani. Tidak usah bersungut-sungut,
tidak usah bertengkar sekalipun keberadaannya tidak diakui, sekalipun sudah
berjasa di tengah ibadah dan pelayanan.
Sekarang
kita bandingkan ketika murid-murid
menjadi rasul-rasul = mengalami peningkatan rohani.
Contoh:
Simon Petrus, di dalam Kisa Para
Rasul 2, dengan perikop: “Khotbah
Petrus.”
Kisah
Para Rasul 2:14, 41
(2:14) Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas
rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka:
"Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem,
ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini. (2:41)
Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada
hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
Satu
kali Petrus berkhotbah 3000 (tiga ribu) jiwa dimenangkan. Inilah yang terjadi
ketika Petrus mengalami peningkatan rohani.
Singkat
kata; Petrus telah menyandang pedang Roh, ia telah membunuh tabiat daging dari
orang-orang yang terdekat dengan dia, sehingga satu kali khotbah 3000 (tiga
ribu) jiwa dimenangkan. Kalau kita mengalami peningkatan rohani banyak jiwa
dimenangkan.
Jangan
kita sibuk dengan perasaan manusia daging, jangan pertahankan tabiat daging,
sebab roh jahat dan roh najis bertakhta di dalam tabiat daging, sehingga tidak
berbuat apa-apa. Tetapi, lihatlah; rasul-rasul ketika mengalami peningkatan
rohani termasuk Simon Petrus; satu kali khotbah 3000 (tiga ribu) jiwa
dimenangkan.
Biarlah
kita betul-betul mengalami peningkatan rohani, dengan satu tujuan supaya kita
banyak memenangkan jiwa lewat Pengajaran Pembangunan Tubuh Kristus yang TUHAN
percayakan kepada kita sebagai kereta untuk mengelilingi seantero dunia ini.
Kisah
Para Rasul 2:26
(2:36)
Jadi seluruh kaum Israel harus
tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu
salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."
Selanjutnya,
Rasul Paulus berkata kepada umat Israel supaya umat Israel tahu dengan pasti,
bahwa Allah telah membuat Yesus yang disalibkan itu, menjadi TUHAN dan Kristus.
Inilah isi pokok atau topik khotbah dari pada Simon Petrus kepada umat Israel
pada waktu itu. Jadi, jelas dia tidak menggunakan perasaan manusia daging, dia
betul-betul menyampaikan pengajaran Salib.
Biarlah
kita semua memikul salibnya masing-masing, menyangkal diri dan mengikut TUHAN.
Singkat
kata; salib Kristus memberi kepastian bagi
kita semua.
Hanya
salib Kristus yang memberi kepastian, yang lain tidak memberi kepastian.
Perkara-perkara lahiriah, perkara di bawah ini, perkara duniawi ini tidak
memberi kepastian. Yang memberi kepastian kepada gereja TUHAN di hari-hari
terakhir ini adalah salib Kristus, bukan yang lain. Harta kekayaan, uang yang
banyak, kedudukan, jabatan, pangkat yang tinggi tidak memberi kepastian.
Covid-19
menggoncang seluruh dunia, bahkan karena Covid-19 orang kaya mati, orang miskin
juga mati, orang yang senang mati, orang yang susah mati, orang yang memiliki
kedudukan pangkat dan jabatan yang tinggi mati, juga orang yang tidak memiliki
pangkat juga mati, orang yang memiliki harta yang banyak (barang fana) mati,
yang tidak memiliki harta kekayaan (barang fana) juga mati, artinya:
Perkara-perkara lahiriah tidak memberi kepastian.
Jadi,
Rasul Petrus ini betul-betul menyatakan suatu kebenaran yang sejati, suatu
kebenaran yang hakiki, mengapa?
Karena
dia mengalami peningkatan rohani; dia tidak perduli dengan perasaan manusia
daging dari pada ahli Taurat dan orang Farisi pada saat itu.
Salib
Kristus memberi kepastian, seharusnya inilah yang disampaikan oleh hamba-hamba
TUHAN, gembala-gembala sidang, pemimpin-pemimpin rohani dalam rumah TUHAN.
Kalau hamba TUHAN tidak berani menyampaikan kepastian yang sumbernya dari
kebenaran yang sejati itulah sengsara Salib, berarti dia belum mengalami
suasana kebangkitan, tidak mengalami peningkatan rohani, sekalipun dia disebut
pendeta dengan gelar doktor. Jangan sibuk dengan perkara lahiriah.
Kita
harus diliputi oleh suasana kebangkitan setiap kali kita menghadap TUHAN lewat
ibadah-ibadah yang dipercayakan bagi kita.
Jadi,
salib Kristus yang memberi kepastian, yang lain tidak. Dan Rasul Paulus tidak
peduli dengan perasaan manusia daging dari ahli Taurat dan orang Farisi, orang
cendikiawan itu.
Singkat
kata: Rasul Paulus memiliki ketegasan, mengapa? Karena dia mengalami kualitas
rohani yang semakin hari semakin meningkat. Kualitas rohani kita semakin hari
akan semakin meningkat manakala kita diliputi oleh suasana kebangkitan.
Kisah
Para Rasul 2:37
(2:37) Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat
terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang
lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?"
Saat
mendengarkan khotbah Petrus, tentang kepastian yang sumbernya dari salib
Kristus, hati bangsa itu (umat Israel) sungguh sangat terharu. Dan tidak
berhenti hanya sebatas terharu, selanjutnya mereka bertanya dan berkata kepada
Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah
yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Pertanyaan ini menunjukkan
bahwa; bangsa itu menyerahkan dirinya
kepada salib Kristus, tidak lagi menyerah kepada perkara lahiriah, perkara
di bawah, perkara duniawi yang tidak memberi kepastian itu.
Kalau
kita sudah mendapat kepastian, maka tentu saja kita akan menyerahkan diri kita
kepada yang memberi kepastian.
Hanya
orang yang sontoloyo, orang yang bodoh, orang yang tolol, orang yang pemalas
yang menyerahkan dirinya kepada sesuatu yang tidak memberi kepastian.
Kisah
Para Rasul 2:38
(2:38) Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah
dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus
Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh
Kudus.
Selanjutnya
Petrus menjawab dan berkata:
Yang pertama: Bertobatlah.
Jadi,
setelah percaya, langkah pertama adalah bertobat. Artinya: Berhenti berbuat
dosa, selanjutnya menyerahkan diri kepada TUHAN = 100% bertobat.
Jangan
kita bertobat hanya 50%, maksudnya; berhenti berbuat dosa tetapi tidak ada
langkah selanjutnya, dengan kata lain tidak menyerahkan dirinya selanjutnya
kepada TUHAN.
Yang kedua: Hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu
dibaptis dalam nama Yesus Kristus.
Baptisan
Kristus adalah bayangan dari pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan
kebangkitan-Nya; baptisan untuk mengubur hidup yang lama supaya hidup dalam
hidup yang baru. Itulah suasana kebangkitan. Demikianlah kita mendapat
pengampunan dosa.
Tidak
berhenti sampai disitu, kita baca Kisah
Para Rasul 3:11-13, dengan perikop: “Khotbah
Petrus di Serambi Salomo.”
Khobat
Petrus selanjutnya adalah ketika Petrus berada di serambi Salomo.
Kisah
Para Rasul 3:11-13
(3:11) Karena orang itu tetap mengikuti Petrus dan Yohanes,
maka seluruh orang banyak yang sangat keheranan itu datang mengerumuni
mereka di serambi yang disebut Serambi Salomo. (3:12) Petrus melihat orang banyak itu lalu berkata: "Hai
orang Israel, mengapa kamu heran tentang kejadian itu dan mengapa kamu
menatap kami seolah-olah kami membuat orang ini berjalan karena kuasa atau
kesalehan kami sendiri? (3:13) Allah
Abraham, Ishak dan Yakub, Allah nenek moyang kita telah
memuliakan Hamba-Nya, yaitu Yesus yang kamu serahkan dan tolak di depan
Pilatus, walaupun Pilatus berpendapat, bahwa Ia harus dilepaskan.
… maka seluruh orang banyak yang sangat
keheranan itu datang mengerumuni mereka di serambi yang disebut Serambi Salomo.
Orang
banyak yang sudah memberi diri dibaptis selanjutnya mengikuti Simon Petrus
disertai dengan keheranan yang luar biasa.
Selanjutnya
dari perkataan ini kepada orang banyak menunjukkan bahwa; Simon Petrus mengakui
TUHAN dan keajaiban-Nya.
Jadi, kalaupun seorang pelayan TUHAN atau seorang imam bahkan seorang hamba TUHAN dipakai TUHAN, tidak perlu membesar-besarkan diri.
Jadi, kalaupun seorang pelayan TUHAN atau seorang imam bahkan seorang hamba TUHAN dipakai TUHAN, tidak perlu membesar-besarkan diri.
Sebagaimana
Simon Petrus dia tidak membesar-besarkan diri, sekalipun lewat pelayanannya itu
30000 (tiga ribu) jiwa bertobat, kemudian yang sakit sembuh, yang susah
dihibur, yang lemah dikuatkan kembali.
Kisah
Para Rasul 3:14-15
(3:14) Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta
menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu. (3:15) Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh,
tetapi Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati; dan tentang
hal itu kami adalah saksi.
Pada
ayat 14 dan ayat 15; Rasul Petrus bercerita kepada orang Yahudi, tentang
pribadi Yesus Kristus yang telah mati dan dibangkitkan oleh Roh Allah itu
sendiri, dan hal itu disampaikan dengan jelas oleh Simon Petrus kepada orang
Yahudi.
Rasul
Petrus menceritakan tentang kematian Yesus karena dibunuh oleh orang-orang
Yahudi, namun Simon Petrus menceritakan itu tanpa rasa takut, mengapa? Karena
kualitas rohaninya telah mengalami peningkatan rohani.
Tidak
segan-segan menceritakan tentang kematian Yesus karena dibunuh oleh orang
Yahudi, sama artinya ketika rasul-rasul mengalami peningkatan rohani
betul-betul mereka mengalami baptisan roh dan api. Demikian juga Rasul Paulus
sampai akhirnya dia mengakui dirinya sebagai domba sembelihan di tengah-tengah
ibadah dan pelayanannya di hadapan TUHAN.
Kisah
Para Rasul 4:1
(4:1) Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada
orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala
pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki.
Ketika
Petrus dan Yohanes berkhotbah atau menyampaikan kebenaran di hadapan Mahkamah
Agama, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah
serta orang Saduki, namun mereka tidak takut dan gentar.
Itu
sebabnya, saya katakan; Simon Petrus atau rasul-rasul itu betul-betul mengalami
baptisan Roh dan api, itulah suatu ujian yang menghanguskan tabiat daging dan
sungguh tidak enak bagi daging.
Kisah
Para Rasul 4:2
(4:2) Orang-orang itu sangat marah karena mereka
mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan
dari antara orang mati.
Namun
sekalipun orang-orang itu sangat marah karena Simon Petrus mengajarkan
pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, Simon Petrus tidak peduli;
dia tidak mempedulikan dirinya.
Banyak
anak-anak TUHAN hanya peduli dengan perasaannya, pikirannya, suka menina
bobokan perasaan manusia dagingnya, sehingga orang yang semacam ini kerap
sekali mempersalahkan yang salah, bahkan sampai nanti mempersalahkan salib
Kristus.
Kisah
Para Rasul 4:3
(4:3) Mereka ditangkap dan diserahkan ke
dalam tahanan sampai keesokan harinya, karena hari telah malam.
Sekalipun
mereka ditangkap dan dipenjarakan, Simon Petrus termasuk rasul-rasul lain tidak
menghiraukan kehidupan mereka, tidak menghiraukan diri mereka.
Kisah
Para Rasul 4:18-19
(4:18) Dan setelah keduanya disuruh masuk, mereka
diperintahkan, supaya sama sekali jangan berbicara atau mengajar lagi dalam
nama Yesus. (4:19) Tetapi Petrus
dan Yohanes menjawab mereka: "Silakan kamu putuskan sendiri manakah
yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada Allah.
… supaya sama sekali jangan berbicara atau
mengajar lagi dalam nama Yesus. Maksudnya, tidak lagi berbicara soal
pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, karena memang Yesus mati di
kayu salib karena dibunuh oleh orang-orang Yahudi sendiri.
Tetapi
lihatlah reaksi dari Simon Petrus dan rasul-rasul lainnya, pada ayat 19; tetapi justru Simon Petrus
berkata: "Silakan kamu putuskan
sendiri manakah yang benar di hadapan Allah: taat kepada kamu atau taat kepada
Allah.” Artinya: Dia siap menghadapi baptisan Roh dan api, siap menanggung
banyak penderitaan yang tidak sepatutnya dia tanggung demi pemberitaan salib
yang memberi kepastian.
Jadi,
mereka itu tidak egois dan kita pun tidak boleh egois sekalipun harus
menghadapi baptisan roh dan api, yang penting orang lain memperoleh
keselamatan. Itulah yang terjadi kalau diliputi oleh suasana kebangkitan.
Kalau
kita diliputi suasana kebangkitan, dampak positif yang pertama: Kualitas rohani
semakin meningkat, dan kita sudah melihat bukti-buktinya terkhusus dalam
pribadi Simon Petrus. Kemudian, dampak
positif diliputi suasana kebangkitan, yang kedua.
1
Korintus 15:8-9
(15:8) Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan
diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.
(15:9) Karena aku adalah yang
paling hina dari semua rasul, bahkan tidak layak disebut rasul, sebab aku
telah menganiaya Jemaat Allah.
Kemudian
Yesus menampakkan dirinya kepada Rasul Paulus, peristiwa itu digambarkan oleh
Rasul Paulus seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Lahir sebelum
waktunya = bayi prematur. Bayi prematur adalah gambaran dari suatu kehidupan
yang tidak berdaya.
Namun
lihatlah, keadaan yang tidak berdaya itu …
Alasan Rasul Paulus berkata dia sama
seperti bayi prematur,
karena dia ternyata adalah orang yang
paling hina; dia adalah penganiaya jemaat, dia adalah seorang ganas,
seorang yang buas, seorang yang banyak melakukan kejahatan. Namun sekalipun
demikian, kepadanya dipercayakan jabatan rasul. Ini adalah kemurahan; kasih
karunia.
1
Korintus 15:10
(15:10) Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah
sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya
kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada
mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang
menyertai aku.
Kalau
kita diliputi oleh suasana kebangkitan bukan saja hanya mengalami peningkatan
rohani tetapi juga limpah kasih karunia.
Kasih
karunia = kemurahan TUHAN = yang tidak layak menjadi layak.
Ciri-ciri
limpah dalam kasih karunia: Oleh karena kasih karunia itu sendiri kita dimampukan untuk bekerja lebih giat bahkan
lebih dari orang lain.
Orang
yang tidak mengalami kasih karunia, tidak hidup dalam kasih karunia, dia tidak
akan bekerja lebih giat dari orang lain bahkan menjadi malas lebih dari orang
lain. Sebagaimana TUHAN memberikan perumpamaan di dalam Injil Lukas 7 kepada
Simon si kusta, orang Farisi, tentang perempuan yang terkenal karena dosanya
yang banyak itu. Dengan tegas Yesus berkata kepada Simon si kusta, orang
Farisi: “Dosanya yang banyak itu telah
diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit
diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih." Banyak diampuni banyak
berbuat kasih, sedikit diampuni sedikit berbuat kasih.
Jadi,
ciri-ciri limpah kasih karunia: Bekerja lebih kita dari orang lain. Banyak
diampuni banyak berbuat kasih, banyak berucap syukur, banyak berterima kasih
kepada TUHAN; tidak ngomel, tidak bersungut-sungut, tidak mempersalahkan TUHAN,
tidak mempersalahkan salib, tidak mempersalahkan segala sesuatunya. Jadi, tidak
banyak alasan.
Inilah
keadaan jikalau kita senantiasa diliputi suasana kebangkitan; tidak menggunakan
atau tidak mempertahankan perasaan manusia daging.
Dampak positif berpihak kepada TUHAN.
Keluaran
32:29
(32:29) Kemudian berkatalah Musa: "Baktikanlah dirimu
mulai hari ini kepada TUHAN, masing-masing dengan membayarkan jiwa anaknya
laki-laki dan saudaranya -- yakni supaya kamu diberi berkat pada hari
ini."
Dampak
positif berpihak kepada TUHAN: Bani Lewi membaktikan
diri mereka hanya kepada Allah Abraham, Ishak, dan Yakub.
Biarlah
kita semua membaktikan diri hanya kepada Allah Abraham, Ishak, Yakub; Allah
Israel, Allah yang hidup. Tidak sibuk dengan perkara lahiriah.
Lebih
dalam soal membaktikan diri, tepatnya ketika bani Korah memberontak.
Bilangan
16:1
(16:1) Korah bin Yizhar bin Kehat bin Lewi,
beserta Datan dan Abiram, anak-anak Eliab, dan On bin Pelet, ketiganya orang
Ruben, mengajak orang-orang
Ayat 1 menceritakan tentang: Korah dari
suku Lewi.
Suku
Lewi tadi sudah membaktikan dirinya kepada Allah Abraham, Ishak, Yakub; Allah
Israel, Allah yang hidup, bukan kepada allah yang mati; bukan kepada perkara
lahiriah, perkara duniawi, kesibukan-kesibukan di dunia ini.
Bilangan
16:8-10
(16:8) Lalu berkatalah Musa kepada Korah: "Cobalah
dengar, hai orang-orang Lewi! (16:9)
Belum cukupkah bagimu, bahwa kamu dipisahkan oleh Allah Israel dari umat Israel
dan diperbolehkan mendekat kepada-Nya, supaya kamu melakukan
pekerjaan pada Kemah Suci TUHAN dan bertugas bagi umat itu untuk melayani
mereka, (16:10) dan bahwa engkau
diperbolehkan mendekat bersama-sama dengan semua saudaramu bani Lewi? Dan
sekarang mau pula kamu menuntut pangkat imam lagi?
Sudah
jelas, bani Lewi membaktikan diri mereka kepada Allah Abraham, Ishak, Yakub;
kepada Allah Isarel, Allah yang hidup. Mereka diizinkan untuk memasuki Ruangan
Suci untuk melayani pekerjaan TUHAN, secara khusus yang terkait dengan 3 (tiga)
macam alat yang terdapat pada Ruangan Suci. Ini adalah kemurahan.
Jadi
kalau kita diberi kesempatan untuk membaktikan diri kepada TUHAN; melayani
pekerjaan TUHAN setiap kali menghadap TUHAN, itu adalah kemurahan TUHAN,
Kita
kembali membaca Keluaran 32:29.
Keluaran
32:29
(32:29) Kemudian berkatalah Musa: "Baktikanlah dirimu
mulai hari ini kepada TUHAN, masing-masing dengan membayarkan jiwa anaknya
laki-laki dan saudaranya -- yakni supaya kamu diberi berkat pada hari
ini."
Praktek
membaktikan diri kepada Allah Israel ialah; masing-masing
dengan membayarkan jiwa anaknya laki-laki dan saudaranya laki-laki dan
saudaranya perempuan. Singkat kata; menjadi
korban penebusan dan menjadi korban
pendamaian di tengah ibadah dan pelayanan.
Dimanapun
kita berada harus senantiasa membawa korban penebusan bagi TUHAN. Dimanapun
kita berada harus membawa korban pendamaian bagi TUHAN, membawa damai
sejahtera.
Masing-masing
dengan membayarkan jiwa anaknya laki-laki dan saudaranya laki-laki dan
saudaranya perempuan. Berarti;
-
Menjadi korban
penebusan
= menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung karena kesalahan orang
lain.
-
Menjadi korban
pendamaian
untuk memperdamaikan dosa orang lain = menjadi pengantara antara Allah dengan
manusia.
Inilah
praktek membaktikan diri kepada TUHAN, praktek melayani pekerjaan TUHAN di
Ruangan Suci; membawa korban penebusan dan membawa korban pendamaian di hadapan
TUHAN, membawa korban berdarah-darah sehingga orang lain mengalami penebusan plus memperdamaikan dosa orang lain. Jadi,
jangan kita menerima jabatan hanya untuk pamer-pamer dan selanjutnya supaya
orang lain menerima dan mengakui kelebihan-kelebihan kita. Itu salah kaprah.
Kita
membaktikan diri kepada TUHAN, melayani pekerjaan TUHAN di Ruangan Suci dengan
satu tujuan untuk menjadi korban penebusan; orang lain yang berbuat salah, kita
yang harus berkoban, menderita. Selanjutnya menjadi korban pendamaian =
pengantara antara Allah dan manusia.
Jadi
jangan kita menerima jabatan dan karunia-karunia Roh Kudus hanya untuk pamer,
itu salah. Ditegor ga boleh, lalu nangis-nangis, tetapi melihat kesalahan orang
lain bersungut-sungut, itu salah kaprah.
Kalau
engkau belum mengerti arti dari sebuah jabatan yang engkau terima, jangan dulu
terima jabatan itu. Kalau engkau belum hidupi, jangan dulu nanti engkau hanya
pamer-pamer saja. Engkau harus mengerti supaya engkau bisa menyenangkan hati
TUHAN.
Kembali
kita membaca Keluaran 32:29.
Keluaran
32:29
(32:29) Kemudian berkatalah Musa: "Baktikanlah dirimu
mulai hari ini kepada TUHAN, masing-masing dengan membayarkan jiwa anaknya
laki-laki dan saudaranya -- yakni supaya kamu diberi berkat pada hari
ini."
"Baktikanlah dirimu mulai hari ini
kepada TUHAN, Allah Israel”, artinya: Ibadah dan pelayanan itu harus
berada sampai puncaknya, itulah doa penyembahan.
Matius
4:3-10
(4:3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya:
"Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi
roti." (4:4) Tetapi Yesus
menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari
setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (4:5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia
di bubungan Bait Allah, (4:6)
lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke
bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan
malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya
kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (4:7)
Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai
Tuhan, Allahmu!" (4:8)
Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan
kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (4:9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan
kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." (4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya:
"Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan,
Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Ujian yang pertama, ayat 3-4: Batu menjadi roti.
Tetapi
Yesus berkata: "Ada tertulis:
Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari
mulut Allah" = hidup oleh
karena Firman Allah = hidup karena
iman.
Ujian yang kedua, ayat 5-7: Berada di bubungan Bait Allah, tempat
yang tinggi dari rumah Allah atau disebut menara gereja.
Ketika
Yesus berada di bubungan Bait Allah, tempat yang tertinggi, iblis berkata: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah
diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan
malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya
kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
Tetapi,
lihatlah cara TUHAN menghadapi ujian yang kedua, Tuhan berkata pada ayat 7: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau
mencobai Tuhan, Allahmu!" Tidak menjatuhkan diri-Nya ke dalam
pencobaan = hidup dalam pengharapan
kepada TUHAN.
Kenapa
orang sering jatuh dalam pencobaan? Karena dia dicobai oleh hawa nafsunya,
keinginannya. Tetapi Yesus tidak jatuh dalam pencobaan karena Dia menaruh
pengharapan.
Jadi,
dari iman meningkat kepada pengharapan.
Ujian yang ketiga, ayat 8-10: Dari
atas gunung yang tinggi setan
memperlihatkan kepada Yesus kerajaan dunia dan kemegahannya serta
keindahan-keindahan di dunia ini, untuk selanjutnya diserahkan kepada Yesus. Tetapi
syaratnya: Sujud menyembah kepada setan.
Tetapi
cara Yesus menghadapi ujian yang ketiga adalah, Yesus berkata kepada iblis: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis:
Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau
berbakti!" Jawaban Yesus ini kepada iblis menunjukkan bahwa Yesus telah berbakti kepada TUHAN Allah
Israel dan ketika Dia berbakti kepada Allah Israel ibadahnya itu sudah memuncak sampai doa penyembahan, apa buktinya?
Buktinya: Terlepas dari daya tarik bumi dan segala kemegahan-kemegahannya,
terlepas dari kerajaan dunia serta kemegahan-kemegahannya = hidup di dalam
kasih Allah yang sempurna, kekal.
Inilah
peningkatan yang sempurna:
-
Iman, meningkat;
-
Pengharapan, meningkat;
-
Sampai
kepada kasih = kesempurnaan.
Ketika
kita beribadah dan berbakti kepada TUHAN peningkatan itu memuncak sampai kepada
doa penyembahan, wujudnya: Terlepas dari daya tarik bumi itulah kerajaan dunia
dan kemegahannya, kerajaan dunia dan keindahan-keindahan yang ada di dalam
dunia ini.
Jadi,
beribadah dan berbakti itu harus sampai kepada puncaknya itulah DOA
PENYEMBAHAN. Wujudnya: Lepas dari daya tarik bumi.
Itulah
bani Lewi.
Kalau
kita melihat urutan-urutan atau langkah-langkah perjalanan rohani dari pada
bani Lewi ini sungguh luar biasa. Kalau kita mengikuti tahap demi tahap
langkah-langkah ini maka tidak tertutup kemungkinan ibadah kita juga akan
memuncak sampai doa penyembahan, dibawa sampai kekekalan.
KEKEKALAN! PENYEMBAHAN!
KEKELALAN! PENYERAHAN DIRI!
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang;
Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment