IBADAH DOA
PENYEMBAHAN, 23 NOVEMBER 2021
KITAB
KOLOSE 3
(Seri:170)
Subtema: IBADAH SALIB MEMBERI KEUNTUNGAN DUA KALI LIPAT
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur dan hormat kepada
Dia yang sudah memberi kesempatan kepada kita untuk berada di tengah
perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan malam ini. Dan kita juga bersyukur kepada
TUHAN karena kita diberi kesempatan untuk mempergunakan alat-alat musik,
alat-alat elektronik yang baru untuk mendukung ibadah dan pelayanan kita setiap
kali kita beribadah kepada TUHAN.
Biarlah kiranya damai sejahtera memerintah kehidupan kita
dalam hal menikmati kasih dan kemurahan TUHAN, teristimewa Firman yang sebentar
yang akan kita terima yang menuntun langkah-langkah hidup rohani kita sampai
pada tingkatan ibadah yang tertinggi, itulah doa penyembahan.
Dan sebentar kita akan tersungkur dibawah kaki TUHAN, sujud
menyembah Dia, sebab Dia adalah Allah yang hidup, yang berkuasa atas kehidupan
kita masing-masing.
Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN yang ada di
Bandung, di Malaysia bahkan umat ketebusan TUHAN yang senantiasa setia untuk
digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia.
Mari kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa
Penyembahan dari surat yang dikirim Rasul Paulus kepada sidang jemaat di
Kolose. Sekarang kita masing berada pada Kolose
3:19.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah
berlaku kasar terhadap dia.
Seorang suami harus tau untuk mengasihi isterinya dengan
benar dan seorang suami dilarang berlaku kasar terhadap isterinya. Yesus Kristus adalah Kepala Gereja
dan Mempelai Laki-laki Sorga, bahkan Ia adalah
suami dalam kebenaran dan suami dalam keadilan = Suami yang bijaksana.
Terkait dengan “ Suami yang bijaksana” kita baca dalam Daniel 12:3.
Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti
cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran
seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
Orang-orang bijaksana
sama seperti bintang-bintang yang bercahaya di cakrawala berarti bersinar dan
menjadi terang dalam kegelapan.
Adapun tugas dari
orang-orang bijaksana ialah menuntun banyak orang kepada kebenaran sebagaimana
Rasul Paulus terhadap sidang jemaat di Korintus.
1 Korintus 10:14-15
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah
penyembahan berhala! (10:15) Aku
berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana, pertimbangkanlah
sendiri apa yang aku katakan!
Kepada jemaat di
Korintus Rasul Paulus berkata: Jauhilah
penyembahan berhala.
Pendeknya: Sebagai
seorang hamba TUHAN yang bijaksana, Rasul Paulus berusaha untuk menuntun sidang
jemaat di Korintus kepada kebenaran.
Perkataan Rasul Paulus
pada ayat 14-15, kita hubungkan langsung dengan ayat 19-20.
1 Korintus 10:19-20
(10:19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa
persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang
kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada
roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu
dengan roh-roh jahat.
Singkat kata: Rasul
Paulus tidak mau dan tidak rela jika sidang jemaat di Korintus bersekutu dengan
roh-roh jahat seperti bangsa Israel dalam perjalanan mereka selama 40 (empat puluh tahun) di padang gurun, sebab
sekalipun bangsa Israel menjadi suatu barisan jemaat yang dipimpin oleh Musa
atau menjadi rombongan yang nampaknya beribadah di padang gurun namun
kenyataannya persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan
kepada Allah.
1 Korintus 10:21
(10:21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga
dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan
Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
Perlu diketahui
bersama-sama:
-
Pengorbanan
kepada TUHAN dan pengorbanan kepada Setan tidak dapat dikerjakan bersama-sama.
-
Kehendak
Allah dan kehendak dari roh-roh jahat juga tidak dapat dijalankan bersama-sama.
Oleh sebab itu, jangan
kita bodoh dan keliru dalam mengikuti TUHAN. Kita harus memilih satu dari
antara dua pilihan itu: mau mengikut
TUHAN atau mengikut Setan?
1 Korintus 10:6-10
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi
kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal
yang jahat seperti yang telah mereka perbuat. (10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah
berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis:
"Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka
dan bersukaria." (10:8) Janganlah
kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari
mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai
Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga
mereka mati dipagut ular. (10:10) Dan
janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari
mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita
untuk memperingatkan kita.
Kekeliruan perjalanan
bangsa Israel selama 40 (empat puluh tahun) di padang gurun merupakan contoh
untuk memperingatkan perjalanan gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini supaya
kesalahan yang sama tidak menimpah
kehidupan kita sehari-hari terakhir ini.
Adapun persekutuan
bangsa Israel dengan roh-roh jahat selama empat puluh tahun di padang gurun
1.
Pada ayat 6: Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat.
2.
Pada ayat 7: Bangsa Israel menyembah berhala.
3.
Pada ayat 8: Bangsa Israel melakukan percabulan.
4.
Pada ayat 9: Bangsa Israel mencobai TUHAN.
5.
Pada ayat 10: Bangsa Israel bersungut-sungut.
Malam ini kembali kita mengikuti seri penjelasan dari hal yang ketiga, yaitu: BANGSA ISRAEL MELAKUKAN PERCABULAN.
Kisah tersebut ditulis dengan lengkap di dalam kitab Musa
yang keempat yakni Bilangan 25:1-18.
Namun kita awali pembacaan dari ayat 1-3.
Bilangan 25:1-18
(25:1) Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa
itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab. (25:2) Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban
sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah
allah orang-orang itu. (25:3) Ketika
Israel berpasangan dengan Baal-Peor, bangkitlah murka TUHAN terhadap Israel;
Ketika bangsa Israel
berkemah di Sitim nyatalah keadaan bangsa Israel di hadapan TUHAN:
-
Bangsa
Israel berzinah dengan perempuan-perempuan Moab.
-
Turut
menyembah dan berpasangan dengan Baal Peor berhala Moab.
Pendeknya: Bangsa Israel hidup dalam kenajisan percabulannya
atau jatuh dalam dosa kenajisan percabulannya. Oleh karena kenajisan
percabulannya itu bangkitlah murka TUHAN terhadap bangsa Israel.
Bilangan 25:4
(25:4) lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
"Tangkaplah semua orang yang mengepalai bangsa itu dan gantunglah mereka
di hadapan TUHAN di tempat terang, supaya murka TUHAN yang bernyala-nyala
itu surut dari pada Israel." (25:5)
Lalu berkatalah Musa kepada hakim-hakim Israel: "Baiklah masing-masing
kamu membunuh orang-orangnya yang telah berpasangan dengan Baal-Peor."
lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
"Tangkaplah semua orang yang mengepalai bangsa itu dan gantunglah mereka
di hadapan TUHAN di tempat terang.
Lalu berkatalah Musa kepada hakim-hakim Israel:
"Baiklah masing-masing kamu membunuh orang-orangnya yang telah berpasangan
dengan Baal-Peor."
Singkat kata: Orang
yang mengepalai bangsa itu harus digantung sedangkan orang yang berpasangan
dengan Baal Peor harus dibunuh. Pendeknya:
Digantung dan dibunuh à sengsara salib.
Berarti, supaya lepas
dari dosa kenajisan dan percabulannya, maka setiap orang harus mengalami penyucian oleh darah salib Kristus.
Di atas tadi TUHAN
berfirman kepada Musa, kemudian Musa memerintahkan Hakim-Hakim, dengan
demikian:
-
Allah
tidak membunuh.
-
Musa
juga tidak membunuh.
-
Hakim-hakim
harus membunuh.
Hal ini menunjukan
kepada kita, bahwa:
-
Dosa
menghujat Allah Bapa masih diampuni.
-
Dosa
menghujat Anak Allah juga diampuni.
-
Dosa
menghujat Roh Allah tidak ada pengampunan.
Pelajaran yang dapat
kita petik di sini adalah ibadah dan pelayanan yang disebut juga kegiatan Roh
harus dihubungkan langsung dengan salib di Golgota, tujuannya; supaya lepas
dari dosa kenajisan dan percabulannya.
TUHAN memerintahkan
Musa supaya setiap yang mengepalai bangsa itu harus digantung di tempat yang
terang. Lalu Musa memerintahkan hakim-hakim membunuh orang yang berpasangan
dengan Baal-Peor. Dalam hal ini, Allah tidak membunuh, Musa tidak membunuh,
yang membunuh adalah Hakim-Hakim dengan kata lain dosa menghujat ALLAH masih
diampuni, dosa menghujat Anak ALLAH masih diampuni, tetapi dosa menghujat roh
kudus tidak ada pengampunan.
Jadi pelajaran
digantung dan dibunuh itulah yang berbicara salib dan pelajaran apabila
menghujat roh kudus tidak ada pengampunan jika dihubungkan dua pelajaran ini maka pelajaran yang dapat kita petik: Ibadah
dan pelayanan yang disebut juga kegiatan roh harus dihubungkan langsung dengan
salib di Golgota supaya terlepas dari dosa kenajisan dan percabulannya.
Ibrani 9:13
(9:13) Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu
jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga
mereka disucikan secara lahiriah.
Penyucian oleh darah
domba jantan dan darah lembu jantan adalah penyucian secara lahiriyah. Hal ini
disebut juga dengan ibadah taurat. Kita lihat sejenak tentang ibadah taurat.
Ibrani 10:1
(10:1) Di
dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan
datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu
dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum
Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di
dalamnya.
Singkat kata, hukum
taurat atau ibadah yang dijalankan secara lahiriyah hanya bayangan dari
keselamatan yang akan datang, bukan hakikat atau dasar dari keselamatan itu
sendiri.
Pendeknya, ibadah yang dijalankan secara lahiriyah
tidak berkuasa untuk menyucikan apalagi menyempurnakan kehidupan yang
mengambil bagian didalamnya. Sebab itu jangan kita datang menghadap TUHAN
dengan menjalankan ibadah taurat atau ibadah lahiriyah.
Ibrani 9:14
(9:14) Betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh
yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai
persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari
perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang
hidup.
Ibadah dan pelayanaan yang disebut juga kegiatan roh
yang dihubungkan langsung dengan darah salib (Ibadah yang menyatu dengan korban
KRISTUS) sangat berkuasa menyucikan hati nurani, berkuasa menyucikan manusia batiniah
kita bukan manusia lahiriah kita. Dengan demikian kita layak menghadap TUHAN
atau layak berada di tengah-tengah kegiatan roh itulah ibadah dan pelayanan.
Ibrani 9:15
(9:15) Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu
perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima
bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus
pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.
YESUS adalah pengantara
dari perjanjian yang baru artinya setiap orang harus memikul salibnya
masing-masing sehingga orang yang terpanggil dapat mendapat bagian yang kekal
yang dijanjikan.
Pendeknya, salib adalah pengantara atau penghubung
antara ALLAH dan manusia.
Kalau kita datang
menghadap TUHAN dengan cara yang pertama; menjalankan ibadah menurut hukum
taurat maka ibadah semacam ini tidak akan berkuasa menyucikan apalagi
menyempurnakan kehidupan seseorang. Ibadah yang dijalankan secara taurat tidak
dapat membawa kita masuk ke dalam kerajaan sorga. Ibadah yang membawa kita masuk ke dalam kerajaan sorga adalah ibadah
yang dihubungkan dengan salib KRISTUS.
Sekarang pilihannya:
Kita datang menjalankan ibadah (kegiatan roh) secara taurat atau menjalankan
ibadah dihubungkan langsung dengan korban KRISTUS.
Kalau kita menjalankan
ibadah secara taurat tidak berkuasa menyucikan dan menyempurnakan apalagi
menyelamatkan kita. Tetapi ibadah dan pelayanan (kegiatan roh) yang dihubungkan
langsung dengan darah salib; dihubungkan dengan korban KRISTUS maka sangat
berkuasa menyucikan dan menyempurnakan bahkan berkuasa membawa kita dari bumi
sampai ke ke kerajaan sorga.
Mari kita lihat IBADAH
YANG DIJALANKAN SECARA TAURAT DAN IBADAH YANG DIHUBUNGKAN DENGAN SALIB KRISTUS
di dalam Ibrani 10:1, Perikop: Persembahan yang sempurna.
Ibrani 10:1-4
(10:1) Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja
dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu
sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun
terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka
yang datang mengambil bagian di dalamnya. (10:2)
sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi,
sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah
disucikan sekali untuk selama-lamanya.(10:3)
Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan
adanya dosa. (10:4) Sebab tidak
mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.
Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja
dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu
sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus
dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang
mengambil bagian di dalamnya. sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak
mempersembahkan korban lagi,
Kalau ibadah taurat
berkuasa menyucikan hati nurani kita maka Imam besar pada perjanjian lama pada
masa hukum taurat tidak mungkin mempersembahkan
darah lembu jantan dan darah domba jantan di atas mezbah korban bakaran.
Ibadah secara taurat
tidak berkuasa menyucikan dan menyempurnakan apalagi menyelamatkan justru
ibadah yang dijalankan secara lahiriyah merangsang dosa sebab pada ayat tiga
dikatakan: Tetapi justru oleh
korban-korban itu setiap tahun imam besar agung mengadakan pendamaian terhadap
dosa membawa darah lembu jantan dan dara domba jantan sampai kepada ruangan
maha suci tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan
akan adanya dosa.
Artinya ibadah yang dijalankan secara taurat
betul-betul merangsang dosa, mengingatkan kembali mereka yang berada di
tengah-tengah ibadah itu untuk mengulangi dosa yang sama. Sebagaimana dalam
hukum taurat tertulis sembilan kali kata jangan, tetapi justru karena ada kata
jangan ini orang berbuat dosa. Justru karena adanya larangan, ada kata jangan
orang jadi berbuat dosa. Dengan demikian juga: dengan adanya korban terhadap
dosa baik itu darah lembu jantan dan domba jantan justru orang diingatkan
kembali berbuat dosa.
Jadi ibadah yang
dijalankan secara taurat merangsang dosa karena orang yang melihat kegiatan itu
akan merasa dosanya akan diampuni lagi.
Ketika Imam besar membawa
darah lembu dan domba jantan ke ruangan maha suci sebagai korban pendamaian
dosa, maka orang yang melihat itu akan diingatkan lagi untuk melakukan dosa
karena dia tau tahun depan masih ada kesempatan Imam besar mengadakan
pendamaian terhadap dosa yang sama, justru kegiatan itu merangsang dosa.
Sehingga dapat kita mengambil kesimpulan ibadah
yang dijalankan secara taurat tidak berkuasa menyucikan dan menyempurnakan
bahkan menyelamatkan manusia yang mengambil bagian di dalamnya.
Ibrani 10:5-8
(10:5) Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata:
"Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki--tetapi Engkau telah
menyediakan tubuh bagiku--. (10:6)
Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. (10:7) lalu Aku berkata: Sungguh, Aku
datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan
kehendak-Mu, ya Allah-Ku." (10:8)
Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban
penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya"
--meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat--.
Di sini kita melihat
ALLAH tidak menghendaki korban yang dipersembahkan menurut hukum taurat baik
itu korban bakaran maupun korban penghapus dosa dengan lain kata TUHAN tidak mau Ibadah dijalankan secara taurat.
Ibadah taurat berarti mulut memuliakan TUHAN tetapi manusia
batiniahnya jauh dari firman TUHAN; tubuh jasmani ada di tengah ibadah dan
pelayanan tapi hatinya jauh dari TUHAN; itu ibadah taurat, TUHAN tidak
menghendaki ibadah yang semacam itu.
Ibrani 9:10
(9:10) Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang
untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya
menegakkan yang kedua.
Yang TUHAN mau supaya
kita semua melakukan kehendak ALLAH. Yang TUHAN mau kita datang di tengah ibadah
dan pelayanan ini untuk melakukan kehendak ALLAH, itu saja yang TUHAN mau.
TUHAN tidak menghendaki
kita menjalankan ibadah taurat dimana mulut sepertinya memuliakan TUHAN tetapi
hatinya jauh dari TUHAN atau dengan lain kata tubuhnya ada di tengah ibadah dan
pelayanan tapi hatinya jauh dari TUHAN. TUHAN tidak menghendaki yang seperti
itu tetapi TUHAN mau setiap kali kita menghadap Tuhan untuk melakukan kehendak
ALLAH Bapa, itu saja, titik.
Bukan soal korban-korban yang banyak yang kita
persembahkan kepada TUHAN tetapi yang TUHAN mau kita mau melakukan kehendak ALLAH Bapa sebagaimana dengan YESUS, IA
rela datang ke dunia ini menjadi korban dan persembahan.
TUHAN tidak menghendaki
korban secara taurat itulah korban bakaran dan korban sembelihan dan korban
penghapus dosa. Yang TUHAN mau supaya kita melakukan apa yang dikehendaki ALLAH
Bapa, itu saja.
Jangan kita datang
menghadap TUHAN dengan kehendak manusia tetapi biarlah kita datang karena
kehendak ALLAH Bapa, itu yang TUHAN mau.
TUHAN tidak mau kita
menjalankan ibadah taurat itulah
kehendak manusia tetapi yang TUHAN mau kita datang beribadah untuk
melakukan kehendak ALLAH Bapa.
Mari kita lihat KEHENDAK ALLAH BAPA di dalam injil Matius 26:42.
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa,
kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali
apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
YESUS Anak ALLAH harus
meminum cawan ALLAH. Dia harus menanggung penderitaan yang tidak harus Ia
tanggung dengan demikian jadilah kehendak ALLAH.
Jadi menanggung
penderitaan yang tidak harus Ia tanggung itulah kehendak ALLAH dengan lain kata
Ibadah yang dihubungkan dengan salib
(KORBAN KRISTUS) itulah yang dikehendaki ALLAH. Sebab itu jangan kita datang
beribadah kepada TUHAN dengan cara manusiawi. Jangan kita melayani sesuai
kehendak manusiawi tetapi kita harus minum cawan ALLAH; menanggung penderitaan
yang tidak harus ditanggung; itulah kehendak ALLAH.
1 Petrus 4:1
(4:1) Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan
badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian,
--karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti
berbuat dosa--, (4:1) supaya
waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi
menurut kehendak Allah.
Jadi, karena Kristus telah menderita penderitaan
badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian,
--karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat
dosa.
Jadi, ibadah yang
dihubungkan dengan korban Kristus adalah ibadah yang berkuasa untuk menghentikan dosa. Kalau Ibadah tidak dihubungkan
dengan salib maka Ibadah itu tidak akan berhenti menghentikan dosa. Maka
walaupun kita menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung; menderita
secara badani itu cara TUHAN supaya dengan demikian kalau kita rela menanggung
penderitaan yang tidak harus ia tanggung maka kita juga berhenti berbuat dosa,
tidak ada cara yang lain.
supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan
menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.
Waktu yang tersisa ini
biar kita pergunakan dengan sebaik-baiknya dengan cara menanggung penderitaan
yang tidak harus kita tanggung (kehendak ALLAH) untuk menghentikan murka ALLAH
(penghukuman kekal).
Mari kita lihat persamaan melakukan kehendak ALLAH Bapa
di dalam Ibrani 5:7.
Ibrani 5:7.
(5:7) Dalam
hidup-Nya sebagai manusia, Ia telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan
ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut,
dan karena kesalehan-Nya Ia telah didengarkan. (5:8) Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi
taat dari apa yang telah diderita-Nya, (5:9)Dan
sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi
bagi semua orang yang taat kepada-Nya,
YESUS KRISTUS adalah
Imam besar agung menurut peraturan Melkisedek. Jadi sekalipun Ia anak, Ia telah
belajar taat dari apa yang dideritanya. Jadi persamaan melakukan kehendak ALLAH
yang pertama adalah taat seperti YESUS
ANAK ALLAH belajar taat dari apa yang diderita-Nya. TUHAN sangat mengharapkan
ketaatan dari setiap orang.
Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua
orang yang taat kepada-Nya,
Oleh ketaatan TUHAN
YESUS kita juga harus belajar taat sama seperti Dia taat kepada ALLAH.
Jadi persamaan
melakukan kehendak ALLAH yang pertama adalah taat. Karena Dia taat kita juga harus taat kepada-Nya supaya kita memperoleh keselamatan.
Seperti apapun yang
terjadi suka atau tidak suka, enak atau tidak enak, taat saja.
Melakukan kehendak
ALLAH persamaan yang kedua: SETIA.
Filipi 2:6.
(2:6) Yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap
kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. (2:7) Melainkan telah mengosongkan
diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan
manusia. (2:8) Dan dalam keadaan
sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan
sampai mati di kayu salib.
Taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib =
SETIA.
Di dalam melayani TUHAN
tidak puas sebatas diberkati, tidak puas sebatas mukjizat-mukjizat yang terjadi
di tengah ibadah tetapi harus sampai taat sampai mati bahkan sampai mati di
atas kayu salib = SETIA.
Jadi persamaan
melakukan kehendak ALLAH yang kedua adalah:
SETIA = TAAT SAMPAI MATI, BAHKAN SAMPAI MATI DI ATAS KAYU SALIB.
Setia saja, setia dalam
perkara kecil supaya TUHAN percayakan tanggung jawab yang besar sampai
seterusnya.
Banyak orang kristen
hanya menghargai pekerjaan yang berharga, kalau menurut ia itu besar. Tetapi
yang kelihatannya kecil; kelihatannya tidak mulia kebanyakan orang kristen
mengecilkan yang seperti ini sehingga tidak setia terhadap perkara yang kecil.
Tetapi yang TUHAN mau supaya kita setia dalam segala perkara. Biarlah kiranya
kita setia dalam segala perkara baik pada perkara kecil kita tetap setia, apalagi
dalam perkara yang besar.
Kalau kita setia dalam
perkara kecil maka TUHAN akan percayakan tanggung jawab dalam perkara yang
besar. Tidak mungkin mempercayakan tanggung jawab dalam perkara yang besar
kalau kita tidak setia memikul tanggung jawab perkara yang kecil. Setialah
dalam perkara yang kecil supaya TUHAN percayakan perkara yang besar.
Persamaan melakukan
kehendak ALLAH yang ketiga adalah: DENGAR-DENGARAN.
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa,
kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali
apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
Disini kita perhatikan,
untuk kehendak ALLAH Bapa, YESUS berkata “Ya,
Bapa-Ku” artinya YESUS adalah pribadi yang dengar-dengaran kepada Bapa.
Jadi untuk kehendak
BAPA ini YESUS harus menyahut: “Ya,
Bapa-Ku” menunjukan bahwa YESUS ANAK ALLAH DENGAR-DENGARAN kepada
ALLAH.
Inilah PERSAMAAN
MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH:
1.
TAAT.
2.
SETIA.
3.
DENGAR-DENGARAN.
Inti dari melakukan
ALLAH BAPA adalah: Taat, setia, dengar-dengaran. Itu kunci keberhasilan dari seorang hamba supaya murka ALLAH surut
dengan lain kita dapat mengalami
penyucian dari dosa kenajisan percabulannya.
Taat, setia, dengar-dengaran itu yang TUHAN dambakan
dari seorang hamba.
TUHAN berfirman kepada
Musa, selanjutnya Musa memerintahkan
Hakim-Hakim jadi ALLAH tidak membunuh, Musa tidak membunuh, Hakim-Hakim
membunuh.
Dosa menghujat kepada
ALLAH masih ada pengampunan, dosa menghujat kepada Anak ALLAH masih ada
pengampunan. Tetapi dosa menghujat
kepada roh kudus tidak ada pengampunan.
TUHAN berfirman kepada Musa: setiap yang mengepalai
bangsa itu harus digantung
Lalu Musa memerintah hakim-hakim Israel: untuk
membunuh orang-orangnya yang telah berpasangan dengan Baal-Peor."
Digantung dan dibunuh
itu berbicara salib. Maka pelajaran
yang kita petik dari ayat 4 (empat)
dan ayat 5 (lima) adalah: Ibadah dan pelayanan yang disebut kegiatan
roh el-kudus harus dihubungkan langsung dengan korban KRISTUS supaya kita
mengalami penyucian terhadap dosa kenajisan dan percabulanya dengan demikian
murka ALLAH pun surut terhadap bangsa itu.
HASIL DARI KEHIDUPAN
YANG TAAT, SETIA, DENGAR-DENGARAN:
Filipi 2:8-9.
(2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
(2:9) Itulah sebabnya Allah
sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama.
(2:10) supaya dalam nama Yesus
bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada
di bawah bumi. (2:11) Dan segala lidah mengaku:
"Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa!
Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan
kepada-Nya nama di atas segala nama, berarti jelas Dialah TUHAN dan JURUSELAMAT.
Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang
ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi. Dan segala
lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah,
Bapa!
Inilah yang dihasilkan
dari kehidupan yang taat, setia, dengar-dengaran: HIDUP DALAM DOA PENYEMBAHAN; bertekuk lutut dan lidah mengaku, ada
pujian dan penyembahan.
Jadilah menjadi suatu
kehidupan yang taat, setia, dan dengar-dengaran sebab kehidupan yang seperti
ini akan menghasilkan doa penyembahan.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang