IBADAH DOA
PENYEMBAHAN, 09 NOVEMBER 2021
KITAB
KOLOSE
(Seri:168)
Subtema: JANGAN MENGHUJAT KEMAH KEDIAMAN-NYA
Segala puji segala hormat hanya bagi Dia yang sudah
memungkinkan kita untuk berada di tengah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan.
Tingkat ibadah yang tertinggi adalah doa penyembahan; oleh sebab itu, biarlah
kiranya TUHAN memimpin hidup rohani kita sampai kepada puncak ibadah, itulah
doa penyembahan.
Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN di Bandung, di
Malaysia, bahkan umat ketebusan TUHAN yang senantiasa setia untuk tekun
digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang, Cilegon, Banten, Indonesia lewat live streaming video internet YouTube,
Facebook di mana pun anda berada.
Kita mohonkan kepada TUHAN supaya Firman yang dibukakan itu
betul-betul berkuasa dan meneguhkan setiap hidup kita, membawa kita rendah di
kaki salib, sujud menyembah Dia. Hanya Dia Allah yang kita sembah karena hanya
Dialah yang dapat memuaskan dahaga hasrat hati kita masing-masing.
Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa
Penyembahan dari surat yang dikirim Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose. Kita
masih berada pada Kolose 3:19.
Kolose 3:19
(3:19) Hai
suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap
dia.
Singkat kata: Seorang suami harus tahu untuk mengasihi isterinya
dengan benar, dan seorang suami juga dilarang berlaku kasar terhadap isterinya.
Tentang “suami dalam hal mengasihi isterinya”, kita baca
lebih jauh di dalam 1 Petrus 3.
1 Petrus 3:7
(3:7) Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah
bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka
sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan
terhalang.
Seorang suami harus
berlaku bijaksana terhadap isterinya. Yesus Kristus adalah Kepala Gereja dan
Mempelai Laki-laki Surga, bahkan Ia adalah Suami dalam kebenaran dan Suami
dalam keadilan = Suami yang bijaksana.
Terkait dengan “kebijaksanaan”
kita baca di dalam Daniel 12.
Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti
cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran
seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
Penampilan orang-orang
bijaksana sama seperti penampilan bintang-bintang yang bercahaya di cakrawala,
berarti bersinar dan menjadi terang dalam kegelapan. Adapun tugas dari
orang-orang bijaksana ialah menuntun banyak orang kepada kebenaran. Hal yang
demikianlah ditunjukkan Rasul Paulus dalam melayani sidang jemaat di Korintus
di hadapan Allah.
1 Korintus 10:14-15
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah
penyembahan berhala! (10:15) Aku
berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana, pertimbangkanlah
sendiri apa yang aku katakan!
Kepada jemaat di
Korintus, Rasul Paulus berkata: Jauhilah
penyembahan berhala. Pendeknya: Sebagai seorang hamba TUHAN yang bijaksana,
Rasul Paulus berusaha untuk menuntun sidang jemaat di Korintus kepada
kebenaran.
Perkataan Rasul Paulus
pada ayat 14-15, kita hubungkan
dengan ayat 19-20.
1 Korintus 10:19-20.
(10:19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa
persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang
kumaksudkan ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada
roh-roh jahat, bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu
dengan roh-roh jahat.
Sebenarnya, pada ayat 14-15, Rasul Paulus sedang
menceritakan keadaan dan ibadah bangsa Israel selama 40 (empat puluh) tahun di
padang gurun kepada sidang jemaat di Korintus, yaitu: Sekalipun bangsa Israel
menjadi suatu barisan jemaat yang dipimpin oleh Musa atau menjadi rombongan
yang nampaknya beribadah di padang gurun, namun kenyataannya, persembahan
mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah.
Dan Rasul Paulus tidak
mau dan tidak rela jika sidang jemaat di Korintus bersekutu dengan roh-roh
jahat seperti bangsa Israel; itu sebabnya, dengan tegas Rasul Paulus melarang
jemaat di Korintus bersekutu dengan roh-roh jahat.
1 Korintus 10:21
(10:21) Kamu tidak dapat minum dari cawan Tuhan dan juga
dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian dalam perjamuan
Tuhan dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
Bersama-sama harus kita
ketahui, bahwa:
-
Pengorbanan
kepada TUHAN dan pengorbanan kepada Setan tidak dapat dikerjakan bersama-sama.
-
Kehendak
Allah dan kehendak roh-roh jahat juga tidak dapat dijalankan bersama-sama.
Tetapi kenyataannya,
bangsa Israel (umat ketebusan TUHAN) melakukan kedua hal itu bersama-sama dalam
perjalanan mereka di padang gurun selama 40 (empat puluh tahun). Itu sebabnya,
mayat-mayat mereka bergelimpangan di padang gurun; tidak ada satu pun yang
sampai ke tanah Kanaan, selain Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune.
1 Korintus 10:6-10
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi
kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal
yang jahat seperti yang telah mereka perbuat. (10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah
berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis:
"Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka
dan bersukaria." (10:8) Janganlah
kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari
mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan,
seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati
dipagut ular. (10:10) Dan
janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari
mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita
untuk memperingatkan kita. Kekeliruan perjalanan bangsa Israel selama 40 (empat
puluh tahun) di padang gurun merupakan contoh untuk memperingatkan perjalanan
gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini supaya jangan mengikuti perjalanan
mereka yang keliru.
Adapun persekutuan
bangsa Israel dengan roh-roh jahat selama empat puluh tahun di padang gurun
1.
Pada ayat 6: Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat.
2.
Pada ayat 7: Bangsa Israel menyembah berhala.
3.
Pada ayat 8: Bangsa Israel melakukan percabulan.
4.
Pada ayat 9: Bangsa Israel mencobai TUHAN.
5.
Pada ayat 10: Bangsa Israel bersungut-sungut.
Malam ini kita kembali mengikuti seri penjelasan dari hal
yang ketiga, yaitu: BANGSA ISRAEL MELAKUKAN PERCABULAN.
Kisah tersebut ditulis dengan lengkap di dalam kitab Musa
yang keempat, yakni Bilangan 25:1-18.
Bilangan 25:1-2
(25:1) Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa
itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab. (25:2) Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban
sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah
allah orang-orang itu.
Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa
itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab
dan turut menyembah Baal Peor. Pendeknya: Bangsa
Israel hidup dalam kenajisan percabulannya.
Esau adalah orang yang
berlaku cabul di hadapan TUHAN, sesuai Ibrani
12:6. Esau menjual hak kesulungannya demi semangkok sop kacang merah; ia
memandang rendah hak kesulungan karena ia sudah dikuasai percabulan yang
menajisakan kehidupannya.
Jangan kita datang
menghadap TUHAN tetapi hati terikat kepada perkara lahiriah, sebab itu sama
dengan kenajisan percabulan. Kehidupan yang seperti ini tidak dapat menyenangkan
hati TUHAN; sebaliknya, memilukan hati TUHAN.
Dalam pujian, kita tadi
mengakui: Banyak berkat yang sudah kita
terima. Hal-hal yang lahiriah sudah dinyatakan, tetapi itu semua tidak
dapat memuaskan hati kita, tetap saja dalam keadaan dahaga di hadapan TUHAN, buktinya;
masih banyak percabulan, banyak kelemahan, banyak kesalahan yang masih
dipertahankan. Jadi ternyata, hanya kasih Allah yang dapat memuaskan rasa
dahaga ini.
Oleh sebab itu, kalau
kita benar-benar mengerti arti dari sebuah ibadah, tentu saja kita akan
bergantung kepada TUHAN dan ibadah ini menjadi kenikmatan bagi kita, bukan
suatu pekerjaan yang harus kita kerjakan dengan terpaksa; tetapi kita
betul-betul membutuhkan ibadah untuk memuaskan rasa dahaga kita. Jangan datang
beribadah dengan cara yang lama; jangan kita menjalankan ibadah ini dalam
bentuk Taurat.
Kita akan memperhatikan 1
Korintus 6, dengan perikop: “Nasihat
terhadap percabulan” Nasihat percabulan dinyatakan pada kita, dan itu harus
kita perhatikan supaya kita lepas dan cerai dari percabulan itu. Jangan kita
mempertahankan kelemahan dalam percabulan.
1 Korintus 6:15
(6:15) Tidak
tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah
anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak!
Setiap kehidupan
manusia adalah anggota-anggota tubuh Kristus. Tubuh dibentuk bukan untuk
diberikan kepada percabulan, TUHAN tidak rela akan itu. Ingat! TUHAN tidak rela
apabila tubuh kita diserahkan kepada percabulan.
Jangan hasrat dan hati
kita terpuaskan hanya karena perkara daging, sehingga kaki seperti terikat,
sukar datang beribadah kepada TUHAN. Hati-hati dengan percabulan.
1 Korintus 6:16-17
(6:16) Atau tidak tahukah
kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi
satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: "Keduanya akan
menjadi satu daging." (16:17) Tetapi
siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan
Dia.
-
Barangsiapa
mengikatkan dirinya pada perempuan cabul = satu tubuh dengan perempuan cabul.
-
Tetapi
siapa yang mengikatkan dirinya pada TUHAN, maka akan satu roh dengan TUHAN.
Manusia terdiri dari
tubuh, jiwa, dan roh. Sedangkan roh manusia adalah motor penggerak dari
tindakan-tindakan manusia itu sendiri.
Jika roh manusia
menyatu dengan Roh Allah yang suci, maka:
-
Tindakan-tindakan
manusia itu akan sama dengan tindakan-tindakan TUHAN.
-
Keinginan
manusia akan sama dengan keinginan TUHAN.
Dengan demikian, sekalipun
seseorang yang sudah satu roh dengan TUHAN mengalami hidup susah karena
beratnya tekanan yang dialami, namun ia tidak akan pernah menyangkali TUHAN,
karena tindakan dan keinginannya sama dengan tindakan dan keinginan TUHAN,
terlepas dari percabulan.
1 Korintus 6:18
(6:18) Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang
dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan
percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.
Oleh sebab itu,
jauhkanlah diri kita dari segala jenis percabulan. Biarlah hidup kita satu roh
dengan TUHAN, supaya apa yang diinginkan TUHAN itu juga yang kita kerjakan, dan
apa yang TUHAN mau itu juga yang kita mau.
Kemudian, di sini
dikatakan: Setiap dosa lain yang
dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan
percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.
-
Musa
pernah membunuh orang Mesir karena membela bangsanya sendiri, sehingga oleh
karena kesalahan itu, ia takut dan lari ke Midian. Dosa semacam ini terjadi di
luar dirinya sendiri.
-
Kemudian
setelah terpanggil, Musa juga pernah berbantah-bantah dengan bangsa Israel di
hadapan TUHAN, sehingga TUHAN berkata:
Engkau tidak menghormati kekudusan Allah. Itu sebabnya Musa tidak masuk ke
tanah Kanaan, sesuai dengan Bilangan
20:11-12. Dosa semacam ini juga terjadi di luar tubuhnya sendiri.
Tetapi orang yang
menyatu dengan perempuan cabul, maka ia berdosa terhadap dirinya sendiri, ia mengotori
dirinya; oleh sebab itu, jauhkanlah diri dari percabulan. Ingat itu!
Kembali kita membaca Bilangan 25:3.
Bilangan 25:3
(25:3) Ketika Israel berpasangan dengan Baal-Peor, bangkitlah
murka TUHAN terhadap Israel;
Pada saat bangsa Israel
berpasangan atau jatuh dalam berhala orang Moab, yaitu Baal-Peor, pada saat itu
juga bangkitlah langsung murka TUHAN kepada bangsa Israel.
Jadi, sudah sangat
jelas; orang yang berlaku cabul, ia berdosa terhadap dirinya sendiri; itu
sebabnya, amarah TUHAN bangkit pada saat itu.
Ulangan 5:6-9
(5:6) Akulah
TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat
perbudakan. (5:7) Jangan ada
padamu allah lain di hadapan-Ku. (5:8)
Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit
di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah
bumi. (5:9) Jangan sujud
menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN Allahmu,
adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada
anak-anaknya dan kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang
yang membenci Aku,
Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar
dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
Perlu untuk kita
ketahui bersama-sama: Hanya TUHAN dan darah salib yang berkuasa membebaskan
kita dari perbudakan dosa dunia ini.
Karena hanya TUHAN dan
oleh darah salib TUHAN yang berkuasa membebaskan kita dari perbudakan dosa
dunia, oleh sebab itu TUHAN meminta dengan sangat:
-
Jangan ada padamu allah
lain dihadapanKu.
-
Jangan membuat bagimu
patung yang menyerupai apapuni.
-
Jangan sujud menyembah
kepadanya, jangan menyembah berhala dan ilah lain atau beribadah kepada ilah
lain.
Jadi, ada hubungan
timbal balik.
Kalau berhala dapat
melepaskan dari perbudakan dosa dunia, maka sembahlah berhala itu. Tetapi saya
sampaikan; berhala tidak mempunyai darah.
Uang tidak mempunyai darah untuk membebaskan manusia dari perbudakan dosa dan
dunia; oleh sebab itu, jangan sujud menyembah dan beribadah kepada berhala dan
ilah lain.
Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah
kepadanya, sebab Aku, TUHAN Allahmu, adalah Allah yang cemburu. Jadi, waktu bangsa
Israel hidup dalam kenajisan percabulanya, dan selanjutnya jatuh dalam
penyembahan berhala orang Moab, pada saat itu bangkitlah murka TUHAN.
Amarah TUHAN pada saat
itu adalah bentuk kecemburuan. Cemburu TUHAN bersifat preventif, artinya;
membatasi, menghalangi supaya bangsa Israel tetap dalam kesuciannya, tidak
hidup dalam penyembahan berhala dan beribadah kepada berhala.
Pendeknya: Jangan sujud menyembah dan beribadah
kepadanya, menunjukkan bahwa; penyembahan adalah tingkatan dan puncak
ibadah yang tertinggi. Hal ini harus disadari orang Kristen di hari-hari
terakhir ini dan tidak boleh dilupakan supaya ibadah-ibadah di bumi menjadi
persembahan ukupan atau menjadi persembahan yang berbau harum menyenangkan hati
TUHAN.
Penyembahan sangat erat
sekali kaitannya dengan nikah. Kalau penyembahannya
benar itu merupakan cerminan dari
sebuah nikah yang suci dan nikah yang benar. Sebaliknya kalau seseorang menghormati nikah yang suci di hadapan
TUHAN, maka penyembahannya juga
pasti benar di hadapan TUHAN; ia ada dalam penyerahan diri sepenuhnya kepada TUHAN.
Masing-masing kita
harus menghormati nikah suci kita di hadapan TUHAN; hubungan kita dengan TUHAN
harus dihormati. Itu sebabnya, ketika bangsa Israel melakukan percabulan
kenajisannya dan hidup dalam penyembahan berhala, pada saat itu bangkitlah
amarah TUHAN, karena Dia cemburu dengan cemburu yang bersifat preventif,
artinya; membatasi, menjagai, menghalangi supaya mereka tetap menghormati nikah
suci.
Kita akan buktikan di
dalam Wahyu 14.
Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba
berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat
ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
144.000 (seratus empat
puluh empat ribu) orang berada pada tingkatan ibadah yang tertinggi atau berada
pada puncak ibadah, itulah gunung Sion. Gunung Sion adalah tingkatan ibadah
yang tertinggi.
Wahyu 14:2
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan
desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu
seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. Mereka
menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk
dan tua-tua itu, dan tidak seorangpun yang dapat mempelajari nyanyian itu
selain daripada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus
dari bumi itu.
Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan
takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorangpun yang
dapat mempelajari nyanyian itu selain daripada seratus empat puluh empat ribu
orang yang telah ditebus dari bumi itu. Hal ini jelas berbicara tentang hubungan
intim antara tubuh dengan Kepala = hubungan dalam nikah yang suci.
Kalau hubungan antara
suami dan isteri begitu intim, itu yang disebut nyanyian baru, nyanyian yang
tidak dapat dipelajari oleh siapapun.
Jadi, sudah sangat
jelas; kalau ibadah itu berada pada tingkatan yang tertinggi, kalau ibadah itu
sudah memuncak, maka erat kaitannya dengan penyembahan; atau sebaliknya,
penyembahan erat kaitannya dengan nikah yang suci.
Kesimpulannya: Hidup
dalam penyembahan yang benar, itu adalah cerminan ketika seseorang menghormati
nikah suci. Berada dalam nikah yang suci, berarti; hidup dalam doa penyembahan.
Sedangkan doa penyembahan erat kaitanya dengan nikah (hubungan intim).
Hubungan intim, itulah
nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh siapapun kecuali 144.000
(seratus empat puluh empat ribu) yang ditebus dengan Yesus Kristus Kepala
Gereja Mempelai Pria Sorgawi yang kita cintai.
Sedikit sebagai
tambahan: Kita bisa mengetahui manakala seseorang hidup dalam penyembahan yang
benar, dengan berikut:
-
Kalau
seseorang hidup dalam penyembahan yang benar, maka cerminannya adalah ia akan
menghormati nikah yang suci.
-
Sebaliknya,
kehidupan yang menghormati nikah suci, maka cerminanya adalah hidup dalam
penyembahan yang benar.
Singkatnya: Cerminan
nikah yang suci adalah penyembahan yang benar. Cerminan penyembahan yang benar adalah
menghormati nikah yang suci.
Wahyu 14:2
(14:2) Dan
aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru
guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain
kecapi yang memetik kecapinya. Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di
hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak
seorangpun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain daripada seratus empat
puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan
desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat.
Manakala seseorang
betul-betul menghormati nikah suci, itu akan nampak dalam penyembahan yang
benar. Sebaliknya kalau seseorang hidup dalam penyembahan yang benar, itu akan
nampak dari cerminannya, di mana ia menghormati nikah suci. Dan kalau ia hidup
di dalamnya, maka itu akan nyata sebagaimana Rasul Yohanes mendengar suatu
suara dari langit bagaikan desau air bah bagaikan deru yang dahsyat.
Kehidupan seseorang yang
menghormati nikah suci, kehidupan yang hidup dalam penyembahan yang benar, maka
ia menjadi suatu kehidupan yang berkuasa; ia memiliki suatu kuasa, mempunyai
pengaruh yang besar dan dahsyat yang datang dari TUHAN. Dan itu akan nyata di
tengah ibadah dan pelayanannya di hadapan TUHAN; itu tidak bisa ditutup-tutupi.
Tetapi manakala
seseorang hidup dalam kenajisan percabulan, maka ibadah pelayanannya tidak
mempunyai kuasa, tidak bisa mempengaruhi orang untuk datang kepada TUHAN; justru
menjatuhkan orang lain bersama dengan kelemahannya itu.
Biarlah masing-masing
kita menghormati nikah suci karena itu merupakan cerminan dari sebuah
penyembahan yang benar. Sebaliknya, jika berada pada tingkatan ibadah yang
tertinggi atau berada pada penyembahan yang benar merupakan cerminan manakalah
seseorang menghormati nikah sucinya.
Bilangan 25:4
(25:4) lalu berfirmanlah TUHAN kepada Musa:
"Tangkaplah semua orang yang mengepalai bangsa itu dan gantunglah
mereka di hadapan TUHAN di tempat terang, supaya murka TUHAN yang bernyala-nyala
itu surut dari pada Israel."
Demi nikah yang suci
dan demi nikah yang dihormati, dengan lain kata; demi ibadah yang memuncak, di sini
kita melihat: Berfirmanlah TUHAN kepada
Musa: "Tangkaplah semua orang yang mengepalai bangsa itu dan gantunglah
mereka di hadapan TUHAN di tempat terang.
Selanjutnya, Musa
memerintahkan orang-orang yang mengepalai bangsa itu -- itulah para hakim -- untuk
menggantung orang yang berzinah, yang berlaku cabul di hadapan TUHAN itu.
Mari kita lihat tentang
“digantungkan”.
Galatia 3:13
(3:13) Kristus
telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena
kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada
kayu salib!"
Kristus telah menebus
kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita; Dia mau
terkutuk dan digantungkan di atas kayu salib untuk menebus kehidupan kita dari
segala dosa, termasuk dosa kenajisan percabulan.
Orang yang berlaku
cabul haruslah digantung di tempat yang terang. TUHAN rela menerima kutuk di
atas kayu salib supaya kita ada di dalam terang, tidak lagi hidup dalam
kenajisan percabulanya.
Di dalam Bilangan 25:4, kita dapat melihat 3 (tiga)
pribadi:
1.
Allah.
2.
Musa.
3.
Orang
yang mengepalai bangsa (Hakim).
Allah berfirman kepada Musa: "Tangkaplah semua orang yang mengepalai bangsa itu dan
gantunglah mereka di hadapan TUHAN di tempat terang. Kemudian Musa memerintahkan hakim-hakim untuk menghakimi orang yang berzinah (berlaku cabul)
Dalam hal ini, Allah tidak menghukum, kemudian Musa juga tidak menghukum berarti hakimlah yang menghukum. Peristiwa ini
merupakan suatu nubuatan besar di hari-hari terakhir ini.
Sebagai bukti, kita
lihat persamaannya:
-
Menghujat
Allah Bapa akan diampuni.
-
Menghujat
Allah Anak akan diampuni.
-
Tetapi
menghujat Allah Roh El-Kudus tidak akan diampuni.
Matius 12:31-32
(12:31) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan
hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan
diampuni.(12:32) Apabila seorang
mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia
menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia
yang akan datang pun tidak.
Jangan kita hidup dalam
percabulan dan kenajisan, sebab
setiap dosa lain yang dilakukan manusia, itu terjadi di luar dirinya, tetapi siapa yang berlaku cabul dan berlaku najis itu berdosa
terhadap dirinya sendiri. Singkat kata: Mereka yang hidup dalam kenajisan
percabulan sudah berdosa terhadap Roh El-Kudus. Itu sebabnya, hakim-hakim yang
menghakimi mereka.
Oleh sebab itu, kita
harus cepat-cepat tanggap dan peka bahwasanya TUHAN sedang membuat suatu rencana yang indah. Jangan bertahan dengan
kelemahan, yaitu kenajisan percabulanya, sebab itu tidak ada artinya.
Kita akan memperhatikan
Wahyu 13, dengan perikop: “Binatang yang keluar dari dalam laut” Binatang
pertama yang keluar dari dalam laut adalah antikris.
Wahyu 13:3-4
(13:3) Maka tampaklah kepadaku satu dari
kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya,
tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran,
lalu mengikut binatang itu. (13:4)
Dan mereka menyembah naga itu, karena ia memberikan kekuasaan kepada
binatang itu. Dan mereka menyembah binatang itu, sambil berkata:
"Siapakah yang sama seperti binatang ini? Dan siapakah yang dapat berperang
melawan dia?"
Oleh karena mujizat
kesembuhan yang diadakan antikris, maka seluruh dunia heran, lalu mengikuti
binatang itu. Sebetulnya, itu adalah mujizat palsu, karena pada dasarnya;
binatang pertama (antikris) itu keluar dari dalam laut. Laut adalah bayangan
atau gambaran dari pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan.
Sebetulnya, satu dari
tujuh kepala binatang itu sudah terluka parah, tetapi akhirnya sembuh.
Berbanding terbalik dengan luka parah yang dialami Yesus oleh karena sengsara
salib; yang mana pada akhirnya, luka karena sengsara salib itu membawa masuk
sampai kepada pengalaman kematian, lalu dibangkitkan pada hari yang ketiga. Itu
yang benar di dalam mengikuti TUHAN.
Jadi mujizat yang
diadakan antikris itu adalah mujizat palsu. Dan oleh karena mujizat palsu itu, seluruh
dunia heran dan kagum dengan mujizat palsu, lalu pada mengikuti antikris.
Kemudian, orang-orang
yang menjadi pengikut antikris, antek-antek dari antikris, pada akhirnya juga
berada pada tingkatan ibadah yang tertinggi, yaitu menyembah naga dan menyembah
binatang yang keluar dari dalam laut (antikris). Tetapi ini adalah penyembahan
yang keliru yang diawali dari kenajisan percabulannya.
Wahyu 13:5-6
(13:5) Dan kepada binatang itu diberikan mulut,
yang penuh kesombongan dan hujat; kepadanya diberikan juga kuasa
untuk melakukannya empat puluh dua bulan lamanya. (13:6) Lalu ia membuka mulutnya untuk menghujat Allah,
menghujat nama-Nya dan kemah kediaman-Nya dan semua mereka yang
diam di sorga.
Kepada binatang itu
diberikan mulut, yang penuh kesombongan dan hujat; dan ia melakukan itu selama
tiga tahun setengah. Dan oleh karena mujizat palsu itu, ia menjadi sombong.
Dalam kesombongannya, ia membuka mulutnya untuk:
1.
Menghujat
Allah
2.
Menghujat
nama-Nya (nama Yesus, anak Allah)
3.
Dan
kemah kediaman-Nya
Setiap dosa lain yang
dilakukan manusia, itu terjadi di luar tubuh tubuhnya; tetapi orang yang
berlaku cabul, ia berdosa terhadap tubuhnya, berdosa terhadap kemahnya yang
adalah rumah TUHAN.
Singkat kata: Kalau
tidak menghargai kegiatan Roh yang ada di dalam kemah, berarti menghujat Roh
Kudus.
Sesudah kita mendapatkan
pemahaman semacam ini, apakah saudara tidak bersyukur, berterimakasih kepada
TUHAN supaya kita jangan terlanjur-lanjur dalam dosa berlaku cabul dan
kenajisannya?
Ingat:
-
Menghujat
Allah Bapa diampuni.
-
Menghujat
Allah Anak diampuni.
-
Menghujat
Roh El-Kudus tidak diampuni, bahkan ia akan dihakimi oleh Roh El-Kudus itu
sendiri.
Dari apa yang kita
dapat malam ini, sudah seharusnya kita mengucap syukur dari hati yang dalam,
kita datang di bawah kaki salib dengan hati yang hancur. Biarlah kita memohon
kemurahan TUHAN supaya penyucian ini berlaku atas kita.
Ingat: Oleh karena dosa
kenajisan percabulan, maka bangkitlah
murka TUHAN. Kalau kita kaitkan dengan Ulangan
5, “murka TUHAN” itu adalah wujud dari kecemburuan TUHAN. Dan kecemburuan
TUHAN bersifat preventif, bukan bersifat membabi buta untuk menghadang (menghalangi)
kita supaya kita tetap menghormati nikah suci dan tidak berlaku cabul di
hadapan TUHAN.
Oleh sebab itu, biarlah
kita menghormati nikah suci, di mana cerminannya adalah hidup dalam penyembahan
yang benar.
Galatia 3:13
(3:13) Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat
dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah
orang yang digantung pada kayu salib!"
TUHAN sudah menebus
kita, Ia Rela mati dan menerima kutuk itu dengan digantung di atas kayu salib.
Itu sebabnya orang yang berlaku cabul (berbuat najis) tadi harus digantung di
tempat yang terang, sehingga nyatalah penggenapannya di dalam Galatia 3:13 ini, di mana Yesus rela
menerima kutuk, dan Ia rela digantung diatas kayu salib untuk menebus dosa
kita.
Galatia 3:14
(3:14) Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat
Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima
Roh yang telah dijanjikan itu.
Yesus rela terkutuk dan
tergantung di atas kayu salib supaya di dalam Dia berkat Abraham Ishak Yakub sampai
kepada bangsa-bangsa lain, itulah bangsa kafir, dengan segala kelemahannya.
Adapun kelemahan bangsa
kafir ialah:
1.
Mudah
diseret kepada berhala.
2.
Kenajisan
percabulanya.
Tetapi dengan matinya
Yesus di atas kayu salib, maka berkat Abraham, berkat Ishak, berkat Yakub
sampai kepada bangsa kafir.
Zaman ini adalah zaman
Roh El-Kudus sebab zaman ini adalah zaman 2000 tahun yang ketiga. Dari zaman
Adam sampai sekarang, dunia ini berumur 6021 tahun. Maka di zaman akhir ini
kita harus dipenuhkan oleh Roh El-Kudus. Jangan sampai kita dihakimi oleh Roh
El-Kudus. Jangan kita menghujat kemah Allah, jangan kita menghujat Roh Allah.
Jangan kita hidup didalam kenajisan percabulannya.
Kemudian, di sini
dikatakan: Sehingga oleh iman kita
menerima Roh yang telah dijanjikan itu.
Oleh iman, bangsa kafir
juga turut menerima roh yang suci. Kita juga turut menerima Roh Allah yang
dijanjikan itu sebagai materai milik kepunyaan Allah, dengan lain kata; dimeteraikan
oleh Roh El-Kudus.
Biarlah dari sejak sekarang
kita belajar tidak berlaku cabul, tidak berlaku najis, supaya oleh iman, kita
semua dipenuhkan oleh Roh El-Kudus yang dijanjikan TUHAN. Tetapi kalau di zaman
akhir ini kita menghujat Roh Kudus, maka kita akan dihakimi oleh Roh Kudus itu
sendiri dan tidak akan ada pengampunan.
FUNGSI ROH KUDUS.
Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di
bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu
orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
144.000 orang berada di
bukit Sion, berarti ibadah mereka sudah berada pada tingkatan yang tertinggi,
itulah doa penyembahan.
Lalu, lihatlah; gereja
yang sudah pada tingkatan ibadah yang tertinggi di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya = Ada materai, itulah
Roh Allah yang dijanjikan Allah, dan itu merupakan jaminan sebagai milik
kepunyaan Allah.
Ternyata, suatu
nubuatan yang sangat besar memberi pengertian yang luas kepada kita malam ini.
Puji TUHAN, kita bersyukur kepada TUHAN, sebab harapan besar masih terbuka bagi
kita bangsa kafir untuk menerima Roh Allah yang dijanjikan sebagai materai
milik kepunyaan Allah sendiri, sebagai jaminan bagi hidup kita. Jadi, meterai
dari milik kepunyaan Allah adalah Roh Kudus, sesuai 2 Korintus 1:21-22.
Wahyu 14:3
(14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di
hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak
seorangpun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain daripada seratus empat
puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
Kehidupan yang sudah
dimeteraikan oleh Roh Kudus berada dalam hubungan nikah yang suci lewat doa
penyembahan.
Jadi, sudah sangat
jelas; menghormati nikah suci cerminanya adalah hidup di dalam doa penyembahan
yang benar. Dan doa penyembahan adalah sejauh penyerahan diri kita kepada
TUHAN. Biarlah kita menjadi milik kepunyaan Allah yang sudah menerima meterai Roh
El-Kudus.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment