IBADAH RAYA
MINGGU, 14 NOVEMBER 2021
KITAB WAHYU
PASAL 13
Wahyu 13:11-18
(Seri: 23)
Subtema:
BERPADANAN DENGAN INJIL
KRISTUS
Segala
puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah memungkinkan kita untuk berada di
tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu yang disertai dengan kesaksian Zangkoor.
Terpujilah kasih karunia TUHAN yang sudah memberi kesempatan seluas-luasnya
bagi kita untuk datang menghadap Dia lewat Ibadah Raya Minggu pada petang malam
ini.
Saya
tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN yang ada di Bandung, di Malaysia, bahkan
umat ketebusan TUHAN yang senantiasa untuk tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia: Selamat menikmati sabda Allah. Kiranya
Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap kehidupan kita masing-masing,
pribadi lepas pribadi.
Segera
kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Kitab Wahyu 13, dengan perikop: “Binatang yang keluar dari dalam bumi”
Wahyu
13:15
(13:15)
Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada
patung binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak
begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak menyembah patung
binatang itu, dibunuh.
Binatang
pertama yang keluar dari dalam laut, yakni antikris, memberi kuasanya yang
besar kepada binatang kedua yang keluar dari dalam bumi, yakni nabi-nabi palsu.
Dan oleh kuasa itu, nabi-nabi palsu dapat memberikan nyawa kepada patung
binatang (patung antikris), sehingga patung binatang itu berbicara seperti
manusia dan bertindak begitu rupa.
Pendeknya:
Nabi-nabi palsu telah menghasilkan ilah tiruan yang harus disembah oleh setiap
orang yang diam di bumi.
Kemudian,
setiap orang yang tidak menyembah patung binatang (ilah tiruan) itu dibunuh. Berarti,
di dalam penyembahan itu mengandung unsur paksaan atau ancaman. Kalau kita
bandingkan dengan sistem ibadah dan pelayanan kita kepada TUHAN, di dalamnya
tidak ada unsur paksaan dan ancaman, justru TUHAN memberikan pilihan kepada
kita masing-masing.
Sampai
hari ini, banyak orang Kristen yang masih mempertahankan kekerasan di hati,
mempertahankan kebebalannya, menyukai kelemahannya, namun sampai hari ini,
TUHAN dengan segala panjang sabar-Nya menantikan kehidupan kita masing-masing.
TUHAN
tidak pernah memaksa kita untuk menjadi pengikut Kristus, tetapi TUHAN memberi
pilihan kepada kita, seperti apa yang tertulis di dalam Injil Matius 7:13-14, di mana di dalam dunia ini ada 2 (dua) jalan
yang harus kita pilih.
1.
Jalan
sempit dan pintu sesak.
2.
Jalan
luas dan pintu lebar.
Pilih
satu dari antara kedua jalan tersebut.
TUHAN
tidak pernah memaksa kita semua untuk “menyangkal diri dan memikul salib”
masing-masing. TUHAN tidak pernah memaksa kita untuk datang beribadah kepada
TUHAN, tetapi TUHAN justru memberi pilihan; dan dari dua pilihan itu, kita
harus menentukan satu dari dua jalan yang harus kita pilih.
Jadi,
setiap orang bebas untuk memilih tanpa ada unsur paksaan. Tetapi perlu untuk
diketahui: Setiap orang sudah harus siap untuk menerima konsekuensi atas
pilihannya itu. Jadi, tidak boleh ada penyesalan di kemudian hari. Penyesalan
yang terbaik adalah penyesalan yang jauh terjadi bilamana kesempatan itu masih
ada.
Kemudian,
jika kita mengenal kasih karunia Allah dan kita hidup di dalam kasih karunia
Allah itu, maka tentu saja:
-
Tidak
ada unsur paksaan untuk beribadah kepada Dia. Berarti, bebas dari pemerintahan
yang bersifat diktator.
-
Aturan-aturan
yang berlaku di dalam pemerintahan Allah tidak dijalankan secara Taurat atau
secara lahiriah.
Tetapi
di dalam Wahyu 13:15, kita melihat: Semua orang, yang tidak menyembah patung
binatang itu, dibunuh. Keadaan semacam ini persis seperti yang terjadi pada
zaman raja Nebukadnezar yang melemparkan Sadrakh, Mesakh, Abednego ke dalam perapian
yang bernyala-nyala, bahkan 7 (tujuh) kali lebih panas dari dapur api mana pun,
karena ketiganya tidak mau menyembah patung emas yang telah didirikan oleh Nebukadnezar.
Pada
minggu yang lalu, hal ini telah dijelaskan dan diterangkan. Saya berharap, apa
yang sudah kita terima, kiranya itu dipegang dan menjadi praktek dalam
kehidupan sehari-hari. Kita beribadah di dalam pemerintahan Allah tidak dalam
bentuk lahiriah, tetapi penuh dengan penyerahan diri.
Kita
akan kembali memperhatikan Daniel 3:15,
mengapa? Karena ada sesuatu perkara
lain yang dapat kita petik dari peristiwa ini.
Daniel
3:15A
(3:15)
Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala,
seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian,
sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak
menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang
menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam
tanganku?"
Nebukadnezar
berkata kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego: Setelah mendengarkan
bunyi-bunyian, antara lain; sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam
dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, selanjutnya Nebukadnezar berkata supaya
mereka sujud menyembah patung emas yang didirikan oleh Nebukadnezar itu
sendiri.
Singkatnya:
Sadrakh, Mesakh dan Abednego diperintahkan untuk sujud menyembah patung yang
dibuat oleh Nebukadnezar setelah mendengar bunyi:
-
Bunyi
sangkakala, yang terkait dengan Firman Allah.
-
Bunyi
seruling, yang terkait dengan sebuah ajaran tentang pengalaman Yesus dalam tanda
kematian dan kebangkitan.
-
Bunyi
kecapi, yang berbicara tentang penyembahan.
Jadi,
penyembahan terhadap patung yang didirikan oleh Nebukadnezar ini seolah-olah
itu datangnya dari TUHAN, dari Allah, dari Tempat Yang Mahatinggi.
Adapun
ukuran dari patung itu:
-
Tingginya
60 (enam puluh) hasta.
-
Lebarnya
6 (enam) hasta.
Jumlahnya
adalah 66 (enam puluh enam); seolah-oleh hal itu terkait dengan Firman Allah
yang tertulis di dalam Kitab Suci, yang terdiri dari Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru, di mana seluruhnya ada 66 (enam puluh enam) kitab.
Kemudian,
patung itu juga terbuat dari emas;
seolah-olah itu berbicara tentang kemurnian yang berasal dari Allah, dari
sorga.
Jadi,
begitu hebat, begitu rupa, begitu halus Setan untuk menyesatkan anak-anak TUHAN.
Kalau kita tidak mengerti Firman Allah, tidak mengerti isi hati TUHAN yang
dibeberkan kepada kita, maka dengan apa yang dikerjakan oleh nabi-nabi palsu
yang telah memberikan nyawa kepada patung binatang itu, tentu saja kita bisa
digiring, pengertian setiap manusia juga akan digiring, pemahaman manusia juga
akan digiring, perasaan manusia juga akan digiring sampai kepada puncak
penyembahan dari pada Setan, yaitu menyembah patung binatang itu, sementara
patung binatang itu sudah diberikan nyawa, sehingga patung binatang itu dapat berbicara
dan bertindak begitu rupa. Siapa yang tidak terkecoh dengan hal ini?
Inilah
pentingnya bagi kita untuk menerima pembukaan rahasia Firman yang dibeberkan
dalam setiap pertemuan ibadah. Jangan saudara terpaksa untuk berada di dalam
pemerintahan TUHAN ini, sebab itu adalah kebodohan yang sangat fatal dari
kehidupan orang Kristen yang tidak mengerti (tidak paham) rencana Allah.
Daniel
3:15B
(3:15)
Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling,
kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah
menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu
akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang
menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam
tanganku?"
Kemudian,
Nebukadnezar berkata: Jika Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak menyembah patung
emas -- yang tingginya 60 (enam puluh) hasta dan lebarnya 6 (enam) hasta --,
maka akan secepatnya dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang
menyala-nyala, yang 7 (tujuh) kali lebih panas dari dapur api mana saja.
Daniel
3:15C
(3:15)
Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling,
kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, sujudlah
menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu tidak menyembah, kamu akan
dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang menyala-nyala. Dan dewa
manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?"
Selanjutnya,
Nebukadnezar berkata: Dan dewa manakah
yang dapat melepaskan kamu dari dalam tanganku?
Maksud
perkataan Nebukadnezar ini adalah tidak ada satu tuhan yang dapat melepaskan Sadrakh,
Mesakh dan Abednego dari hukuman yang dinyatakan oleh Nebukadnezar. Itu adalah
pernyataan dari raja Nebukadnezar kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
Tetapi,
mari kita lihat BAGAIMANA SIKAP DARI PADA KETIGANYA terhadap pernyataan raja Nebukadnezar.
Hal ini perlu untuk kita perhatikan, supaya kita memiliki sikap yang sama
manakala peristiwa yang menjadi nubuatan besar akan terjadi dan akan digenapi.
Daniel
3:16
(3:16)
Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja
Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada
tuanku dalam hal ini.
Jawab
dari Sadrakh, Mesakh dan Abednego kepada Nebukadnezar: “Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.” Artinya,
tidak perlu membela diri dan tidak perlu berargumentasi untuk menyatakan suatu kebenaran,
karena Nebukadnezar sudah keukeuh
dengan keputusannya.
Suatu
saat nanti, kesesakan besar juga akan terjadi, yaitu pada saat antikris
berkuasa dan memerintah atas seantero dunia ini, yang mana hal itu akan
berlangsung selama 3.5 (tiga setengah) tahun -- dan hal itu terjadi atas seizin
TUHAN --, maka apa yang terjadi tidak perlu untuk diluruskan, karena itu harus
terjadi. Kita tinggal menghadapi saja, tidak perlu dilurus-luruskan, sebab
antikris pun tidak bisa diluruskan. Memang mereka akan mengambil keputusan
bahwa suatu kali nanti, mereka akan menjadi penguasa di atas muka bumi ini,
mereka akan menjadi diktator yang ganas, dan keputusan mereka tidak bisa diubah-ubah.
Oleh
sebab itu, kita pun tidak perlu meluruskan apa yang sudah direncanakan oleh
Setan. Itu sebabnya, Sadrakh, Mesakh dan
Abednego berkata: “Tidak ada gunanya kami
memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.” Yang diperlukan oleh ketiganya
adalah iman mereka, sikap pendirian mereka saja; dan itulah yang harus kita
buktikan di hari-hari terakhir ini.
Saudara
jangan pernah berpikir bahwa Kerajaan Sorga dapat diraih seperti kita meraih
cita-cita kita di atas muka bumi ini; tidak segampang itu.
Daniel
3:17-18
(3:17)
Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan
melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam
tanganmu, ya raja; (3:18) tetapi
seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak
akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang
tuanku dirikan itu."
Sadrakh,
Mesakh dan Abednego menolak untuk menyembah patung emas yang didirikan oleh Nebukadnezar.
Ketiganya memiliki pendirian yang kuat untuk tetap menyembah Allah yang hidup.
Kalau
mereka menolak untuk menyembah patung emas yang didirikan oleh Nebukadnezar,
berarti mereka tetap memuja Allah yang hidup, tetapi konsekuensinya; mereka
rela kehilangan nyawa, karena mereka harus dicampakkan ke dalam perapian yang
tujuh kali lebih panas dari dapur api mana saja.
Seperti
apa yang dikatakan Sadrakh, Mesakh dan Abednego: “Kalau TUHAN melepaskan kami dari api dan dari tangan raja, ya puji TUHAN. Kalau pun tidak, kami tetap tidak
akan memuja patung emas yang tuan dirikan.” Apa maksudnya? Itu artinya,
bahwa Sadrakh, Mesakh dan Abednego rela kehilangan nyawanya. Mereka tetap
memuja Allah yang hidup, Allah Abraham Ishak Yakub; untuk hal itu, mereka rela
kehilangan nyawa.
Itu
sebabnya, berkali-kali saya sampaikan: Ibadah dan pelayanan ini seharga dengan
setetes darah salib di Golgota. Jadi, jangan pernah anda menganggap enteng
ibadah pelayanan ini, supaya jangan kita dientengkan oleh TUHAN di kemudian
hari seperti Esau.
Ayo,
miliki pendirian semacam ini: Rela kehilangan nyawa karena hati mereka tetap
memuja Allah yang hidup; tidak ada Allah yang lain selain Allah Abraham, Ishak,
Yakub (Israel). Terkait dengan pernyataan ini, maka hal itu dibenarkan, karena
Yesus sendiri juga menyampaikan hal yang senada kepada murid-murid-Nya, di
dalam Injil Matius 16.
Matius
16:24
(16:24)
Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut
Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut
Aku.
Syarat
untuk mengikuti TUHAN Yesus Kristus:
1.
Menyangkal
dirinya,
berarti; tidak bermegah terhadap segala sesuatu yang dia miliki, tidak bermegah
terhadap kelebihan-kelebihannya, apa pun itu. Segalanya disangkali.
2.
Memikul salibnya, menanggung
penderitaan yang tidak harus ia tanggung = Memikul tanggung jawab. Orang yang
mau menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung adalah orang yang mau
bertanggung jawab di hadapan TUHAN. Orang yang menolak salib adalah orang yang
tidak mau bertanggung jawab di hadapan TUHAN. Pengertian ini harus tertancap di
dalam loh daging, di hati pikiran kita masing-masing.
3.
Mengikut TUHAN à Orang-orang yang memiliki
pendirian yang kuat. Apa pendirian kita selama mengikut TUHAN? Yaitu pengalaman
kematian dan kebangkitan. Kalau kita tekun di dalamnya, maka suatu kali nanti kita
akan dipermuliakan saat Ia datang dalam kemuliaan yang kekal.
Matius
16:25
(16:25)
Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan
memperolehnya.
Barangsiapa
menyelamatkan nyawanya, mempertahankan nyawanya -- tidak mau sangkal diri,
tidak pikul salib, tidak ikut TUHAN --, maka ia akan kehilangan nyawa = Binasa.
Orang
tua harus mengasihi nyawa anak. Saudara laki-laki, saudara perempuan harus
saling memperhatikan nyawa saudaranya. Nyawa orang tua juga harus diperhatikan.
Jangan bermasa bodoh satu dengan yang lain, dengan lain kata; jangan mengentengkan
pemerintahan TUHAN, itulah ibadah dan pelayanan.
Sebaliknya
barangsiapa dengan rela kehilangan nyawanya -- berarti; sangkal diri, pikul
salib, ikut TUHAN --, maka ia akan memperoleh hidup kekal dan bahagia selamanya
di dalam kebahagiaan kekal.
Jadi,
jauh sebelum Yesus menyatakan hal ini kepada murid-murid-Nya, ternyata hal ini
sudah dipraktekkan oleh 3 (tiga) pahlawan Kristus, itulah Sadrakh, Mesakh dan
Abednego. Jadilah pahlawan-pahlawan Kristus di dalam memperjuangkan kebenaran
di hadapan TUHAN.
Matius
16:26
(16:26)
Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan
nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Jangankan
batangan emas atau batangan perak, jangan kedudukan atau jabatan tinggi,
seluruh dunia ini pun tidak ada artinya, tidak ada gunanya, kalau dia harus
kehilangan nyawa. Bukankah yang ada ini, segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah
barang fana? Artinya, suatu kali nanti akan berlalu, lisut begitu saja.
Dan apakah yang dapat
diberikannya sebagai ganti nyawanya? Perkara-perkara yang ada di dalam dunia
ini adalah barang fana. Harta, kekayaan yang berlimpah, uang yang banyak, termasuk
kedudukan, jabatan, pangkat yang tinggi, tidak dapat menyelamatkan manusia serta
nyawanya dari dalam dunia ini, dengan kata lain; barang fana tidak dapat menyelamatkan
kehidupan yang fana.
Barang
fana tidaklah mungkin dapat melepaskan manusia dari kehidupan yang fana ini;
itu tidak mungkin. Yang fana kok
digunakan untuk melepaskan yang fana; itu tidak bisa. Hanya darah Yesus yang sanggup
menyelamatkan kita dari dalam dunia ini, karena di dalam darah juga ada nyawa,
yang sudah dipersembahkan di atas Mezbah Korban Bakaran 2000 (dua ribu) tahun
yang lalu.
Jadi,
Sadrakh, Mesakh dan Abednego, mereka ini adalah pahlawan-pahlawan Kristus untuk
menegakkan kebenaran di hadapan TUHAN; mereka rela kehilangan nyawa, asal hati
mereka tetap terpaut dengan TUHAN, asal mereka tetap memuja Allah yang hidup
yang harus dipuja oleh setiap orang, karena Dia adalah Sang Khalik yang menciptakan
langit dan bumi, dan kita pun ciptaan-Nya.
Matius
16:27
(16:27)
Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya
diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap
orang menurut perbuatannya.
Sebab Anak
Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya … Allah yang hidup lebih mulia dari semua
patung berhala ilah zaman ini, lebih mulia dari allah ilah tiruan.
Ingat:
Pada saat Dia datang pada kali yang kedua, dalam kemuliaan Bapa-Nya yang
diiringi oleh malaikat-malaikat-Nya, pada waktu itu Ia akan membalas setiap
orang menurut perbuatannya. Intinya: Ada hari yang namanya hari pembalasan.
Jadi,
saudara jangan merasa leluasa untuk berbuat sesuatu yang sesuai dengan kehendak
daging saja; hati-hati. Apakah saudara pikir Kerajaan Sorga itu segampang
meraih cita-cita di bumi ini? Tidak seperti itu, melainkan harus dengan
penyerahan penuh kepada TUHAN; tidak bisa setengah hati kepada TUHAN, setengah
hati kepada dunia, itu tidak bisa. Harus memiliki sikap seperti yang
ditunjukkan oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego.
Jadi
kalau saya bertindak dan bersikap seperti itu, maka saudara jangan
tersinggungan, sebab yang saya pikirkan adalah sorga, bukan yang sekarang ini
saja.
Kita
kembali untuk membawa Wahyu 13.
Wahyu
13:15
(13:15)
Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang
itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak begitu rupa,
sehingga semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh.
Singkat
kata: Setiap orang yang tidak menyembah patung binatang itu, maka ia akan
dibunuh.
Jadi,
pilihannya ada 2 (dua):
1.
Dibunuh
jika tetap berpihak kepada TUHAN = Rela kehilangan nyawa.
2.
Menyangkal
TUHAN, karena harus menyembah patung binatang itu.
Keadaan
yang sulit semacam ini akan membuat anak-anak TUHAN mengalami ketakutan yang
mencekam, dan jiwa pun akan tergoncang pada saat itu, karena ada unsur paksaan
dan ancaman maut yang dihadapi oleh anak-anak TUHAN. Suatu kali, kalau itu
diperhadapkan kepada kita, maka itu dapat menggoncang jiwa.
Hari
ini mungkin kita bisa enak-enak, tetapi suatu kali ketika Firman digenapi dan
kita diperhadapkan dengan situasi semacam ini, maka jiwa bisa tergoncang. Kalau
tidak ingat Firman, maka kehidupan yang tergoncang akan secepatnya diseret oleh
ekor naga merah padam.
Tetapi
bagi anak-anak TUHAN, tidak ada pilihan lain selain dari pada berdiri teguh
dalam iman yang kuat, seperti Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang tidak takut
terhadap paksaan dan ancaman yang datang dari Nebukadnezar.
Kemarin,
saya tanya salah satu pemuda di tempat ini: Kamu
sekarang menganggur, apakah masih tetap bertahan di dalam penggembalaan, atau
pulang kampung ke Simotung? Lalu pemuda itu menjawab: Lebih baik saya menganggur asal saya memuja Allahku. Lalu saya
bertanya kembali: Itu dari lip service
atau dari hatimu? Dia kembali menjawab: Dari
hati yang dalam, Om. Lalu saya lanjutkan dalam hati: TUHAN, perhatikan dia.
TUHAN
Yesus sangat masygul kepada orang yang mau duduk di kaki TUHAN seperti Maria;
TUHAN sangat memperhatikan kehidupan semacam itu. TUHAN tidak peduli dengan
kehidupan yang fasik dan sombong, walaupun ia mempunyai harta, kekayaan,
kedudukan, jawaban tinggi, tetapi hati TUHAN masygul manakala kita tetap duduk
dekat kaki TUHAN. Janganlah kita seperti Marta yang acuh tak acuh terhadap
pembukaan Firman, padahal pembukaan Firman itu merupakan isi hati TUHAN yang
dibeberkan kepada kita semua.
Jadi,
itu juga merupakan ancaman, walaupun ancaman pada masa sekarang ini -- seperti
yang saya ceritakan barusan -- tidak seperti ancaman yang datang dari nabi-nabi
palsu dan antikris tadi, sampai nanti jiwa tergoncang hebat, tetapi yang dibutuhkan
dari anak-anak TUHAN adalah sikap dan pendirian yang kuat.
Mari
kita lihat Filipi 1, dengan perikop:
“Nasihat supaya tetap berjuang”
Jadilah laskar Kristus, berjuanglah untuk menghidupi Firman Allah. Tunjukkanlah
sikap kesatria yang memiliki pendirian yang kuat di hadapan TUHAN, supaya hati
TUHAN senang.
Filipi
1:27-28A
(1:27)
Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya,
apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar,
bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa
berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil, (1:28) dengan tiada digentarkan sedikit pun oleh lawanmu.
Bagi mereka semuanya itu adalah tanda kebinasaan, tetapi bagi kamu tanda
keselamatan, dan itu datangnya dari Allah.
Kerinduan
dari Rasul Paulus ialah supaya jemaat di Filipi berpadanan dengan Injil
Kristus. Berpadanan dengan Injil Kristus = Bersekutu dengan Firman Allah,
sehingga dalam persekutuan kita dengan Injil Kristus, maka 2 (dua) hal terlihat
dengan jelas:
1.
Bahwa kamu teguh
berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari
Berita Injil.
2.
Dengan tiada
digentarkan sedikit pun oleh lawanmu.
Jadi,
sangat masuk akal, kalau Rasul Paulus meminta dan merindukan supaya jemaat di
Filipi ini berpadanan dengan Injil Kristus, bersekutu dengan Firman Allah.
-
Jangan
bersekutu dengan hasrat daging.
-
Jangan
bersekutu dengan roh jahat dan roh najis.
-
Jangan
bersekutu dengan dunia dan segala sesuatu yang ada di dalamnya.
Tetapi
secepatnya kita mewujudkan kerinduan TUHAN untuk bersekutu dengan Firman Allah,
supaya;
-
kita
memiliki pendirian yang kuat dan teguh,
-
kemudian
kita juga tiada digentarkan sedikit pun oleh lawan, dengan lain kata; tidak ada
ketakutan terhadap ancaman maut dan unsur paksaan tadi.
Tetapi
saya ragu, Rasul Paulus juga ragu, kalau jemaat di Filipi ini tidak bersekutu
dengan Firman Allah. Tiadalah mungkin seseorang memiliki pendirian yang kuat
dan teguh, dan tiadalah mungkin memiliki keberanian untuk menghadapi lawan
dengan segala ancaman maut dan unsur paksaan tadi. Oleh sebab itu, dengan tandas Rasul Paulus
meminta amat sangat, supaya jemaat di Filipi ini betul-betul bersekutu dengan
Firman Allah.
Kita
pun datang menghadap TUHAN, tentu saja bukan untuk pamer (show) dalam melayani, juga bukan untuk menampilkan yang lahiriah,
yang melekat di dalam raga ini. Kita datang di tengah ibadah, supaya kita
belajar bersekutu dengan Firman Allah yang dibeberkan lewat pembukaan rahasia
Firman TUHAN.
Hal
ini pun merupakan doa saya, supaya kita benar-benar bersekutu dengan Firman
Allah; bukan hanya saat berada di tengah ibadah, tetapi di luar ibadah juga
tetap bersekutu dengan Firman Allah yang memberi keteguhan di hati, supaya
berdiri kuat dan juga memiliki keberanian terhadap ancaman-ancaman yang datang
dari lawan.
Filipi
1:28B
(1:28)
dengan tiada digentarkan sedikit pun oleh lawanmu. Bagi mereka semuanya itu
adalah tanda kebinasaan, tetapi bagi kamu tanda keselamatan, dan
itu datangnya dari Allah.
Bagi mereka
semuanya itu adalah tanda kebinasaan … Apa yang sudah diperbuat oleh
nabi-nabi palsu -- di mana mereka memberikan nyawa kepada patung binatang --
itu merupakan tanda dan alamat kebinasaan bagi mereka. Jadi, perbuatan mereka
itu adalah sebuah tanda, sebuah alamat yang jelas untuk kebinasaan mereka.
Tetapi
bagi kehidupan anak-anak TUHAN, bagi kehidupan sidang jemaat yang senantiasa
bersekutu dengan Firman Allah, itu adalah tanda dan alamat yang menyelamatkan,
alamatnya Kerajaan Sorga; dan itu datangnya dari Allah. Jadi, ujian yang akan
dihadapi, ancaman maut yang datang dari nabi palsu terjadi atas seizin TUHAN.
TUHAN
Yesus baik; oleh sebab itu, belajarlah mulai dari sekarang untuk bersekutu
dengan Firman Allah, jangan lagi bersekutu dengan yang lain-lain. Berpadananlah
dengan Firman Allah; jangan abaikan penggembalaan. Kalau engkau entengkan ibadah
pelayanan ini, maka nanti engkau dientengkan oleh TUHAN; TUHAN tidak berikan
kesempatan untuk darah-Nya menebus dosa, karena sudah dari awal kita entengkan
darah penebusan itu. Saya tidak sedang
memaksa, tetapi saya sedang memberi pengertian supaya pikiran kita semua
terbuka, supaya paradigma yang lama dibaharui di dalam hal mengikuti TUHAN.
Filipi
1:29
(1:29)
Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus,
melainkan juga untuk menderita untuk Dia,
Kepada
anak-anak TUHAN yang hidup di dalam persekutuan dengan Firman Allah, yang
berpadanan dengan Injil Kristus, dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada
TUHAN Yesus Kristus, tetapi dikaruniakan juga untuk menderita bersama-sama
dengan Dia.
Banyak
orang Kristen berkata: “Yang penting
percaya” Perhatikan: Kepada kita dikaruniakan bukan hanya untuk percaya kepada
Dia, melainkan juga dikaruniakan untuk menderita bersama dengan Dia. Hal ini
harus kita ketahui.
Mau
percaya kepada Dia, tetapi tidak mau dikaruniakan untuk menderita bersama
dengan Dia; ini tidaklah benar. Mau menerima berkat-Nya, tetapi ogah-ogahan ketika
diajar menderita bersama dengan Dia; kan curang
namanya? Tidak boleh curang di dalam hal mengikut TUHAN.
Waktu
susah, kita menangis dan memohon kemurahan TUHAN, tetapi setelah diberkati,
dicukupkan semuanya, diberikan pekerjaan kok
lupa karunia menderita bersama dengan Dia? Ini kan tidak lucu, bukan? Jangan lupa diri.
Itu
sebabnya, di dalam 2 Timotius 2,
Rasul Paulus berkata pada ayat 16: Hindarilah
omongan yang kosong dan yang tak suci, karena ajaran semacam itu menambah dosa
kesombongan (kefasikan). Yang TUHAN mau, yang diajarkan di tengah ibadah
pelayanan adalah tentang salib Kristus, supaya kita semua rendah hati.
Kemudian,
pada ayat 17 dituliskan bahwa:
Omongan kosong dan tidak suci itu sama seperti penyakit kanker, sebab
akar-akarnya menjalar. Itu sebabnya, pada ayat
18-19 dikatakan: Himeneus dan Filetus mengajarkan kebangkitan telah
berlangsung, tanpa dasar yang teguh, tanpa pengalaman kematian, sehingga
akhirnya merusak iman sebagian orang.
Apa
bukti bahwa iman sudah rusak? Mereka sombong, angkuh, lupa dengan kebaikan dan
kemurahan TUHAN. Mereka mau percaya kepada Dia dan mau diberkati oleh Dia,
tetapi tidak mau dikaruniakan untuk menderita bersama dengan TUHAN. Oleh sebab
itu, pada ayat 22: Hindarilah
omongan yang kosong, sebab itu sama dengan nafsu orang muda.
Sewaktu
Petrus masih muda; dia mengikat pinggang dan berjalan ke mana saja ia mau. Tetapi
setelah ia tua; dia ulurkan tangan, orang lain mengikat tangannya, dan dibawa
ke tempat yang tidak ia kehendaki; itulah salib dan kematian Yesus Kristus
untuk menolong kawanan domba Allah yang dipercayakan oleh TUHAN.
Jadi,
kembali saya sampaikan: Kepada kita dikaruniakan bukan saja untuk diberkati,
tetapi juga dikaruniakan untuk menderita bersama dengan Dia; itu juga karunia.
Masakan
kalau sudah diberkati, kita berkata: “Oh,
kasih karunia”, tetapi ketika memikul salib bersama dengan TUHAN di tengah
ibadah pelayanan ini, kita justru berkata: “Oh,
bukan kasih karunia” Hindarilah omongan kosong, hindarilah nafsu orang
muda, sebab itu merusak iman, karena mengandung kesombongan. Lihatlah, orang
yang puas dengan kelebihannya, pasti ia sombong, keras hati, tidak mau
diluruskan, dan menganggap bahwa pengertiannya saja yang benar.
Filipi
1:30
(1:30) dalam
pergumulan yang sama seperti yang dahulu kamu lihat padaku, dan yang
sekarang kamu dengar tentang aku.
Rasul
Paulus sungguh-sungguh mengajarkan ajaran yang tulus murni, kemudian jemaat di
Filipi ini juga diajar supaya betul-betul hanya mengikuti ajaran salib yang
disampaikan oleh Rasul Paulus. Jangan ikuti cara yang lain.
Sekarang,
kita perhatikan 2 Timotius 2, dengan
perikop: “Panggilan untuk ikut menderita”
2
Timotius 2:9
(2:9)
Karena pemberitaan Injil inilah aku menderita, malah dibelenggu
seperti seorang penjahat, tetapi firman Allah tidak terbelenggu.
Oleh
karena persekutuan kita dengan Firman Allah, jelas kita banyak mengalami
penderitaan, bahkan Rasul Paulus sendiri harus dibelenggu seperti seorang penjahat,
tetapi satu hal yang harus kita ketahui: Firman Allah tidak dapat dibelenggu
oleh siapa pun. Kalau kita harus sangkal diri, pikul salib, ikut TUHAN, rela
kehilangan nyawa, ingat: Firman Allah tidak dapat dibelenggu oleh siapa pun. Tiada
ruginya kita bersekutu dengan Firman Allah.
2
Timotius 2:10
(2:10)
Karena itu aku sabar menanggung semuanya itu bagi orang-orang pilihan
Allah, supaya mereka juga mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus
dengan kemuliaan yang kekal.
Rasul
Paulus sabar menanggung penderitaan oleh karena persekutuan dengan Firman
Allah. Mengapa? Supaya orang-orang
pilihan mendapat keselamatan dalam Kristus Yesus dengan kemuliaan yang kekal.
-
Jika
orang tua sabar menderita karena persekutuan dengan Firman Allah, maka
anak-anak tertolong.
-
Atau,
bilamana anak-anak sabar menderita karena persekutuan dengan Firman Allah, maka
orang tua yang malas beribadah juga tertolong dan diselamatkan dalam kemuliaan
kekal.
Tetapi
di dalam hal menanggung penderitaan karena persekutuan dengan Firman Allah, kita
pun tidak perlu malu. Jangan malu bersekutu dengan Firman Allah.
Masakan
kita malu rendah hati? Masakan kita malu pikul salib? Masakan kita malu berdoa ketika
makan di pinggir jalan? Itu tidak masuk akal bagi seorang anak TUHAN.
Seharusnya, kita menjadi pejuang iman, laskar Kristus; berjuang untuk
menghidupi Firman. Jangan malu. Kalau dituduh oleh karena koreksi Firman, tidak
usah malu, apalagi gusar, bahkan sampai menuding kembali si pemberita Firman.
Kalau
bersekutu dengan Firman Allah, berpadanan dengan Injil Kristus memang banyak menanggung
penderitaan, tetapi harus sabar, supaya orang lain tertolong; kemudian, jangan
malu. Tidak perlu malu untuk rendah hati, tidak perlu malu untuk memikul salib,
tidak perlu malu untuk mengasihi sesama dengan kasih Agape.
Mari
kita memperhatikan 2 Timotius 1,
dengan perikop: “Ucapan syukur dan
nasihat untuk bertekun”
2
Timotius 1:3-4
(1:3)
Aku mengucap syukur kepada Allah, yang kulayani dengan hati nurani yang
murni seperti yang dilakukan nenek moyangku. Dan selalu aku mengingat
engkau dalam permohonanku, baik siang maupun malam. (1:4) Dan apabila aku terkenang akan air matamu yang kaucurahkan, aku
ingin melihat engkau kembali supaya penuhlah kesukaanku.
Terhadap
Timotius, anak kekasihnya, Rasul Paulus sangat berbangga hati di hadapan TUHAN,
karena Timotius ini seorang muda; di dalam pekabaran Injil, dia banyak mencucurkan
air mata. Memang, hamba TUHAN pun kalau hatinya dengan tulus di dalam melayani
TUHAN dan pekerjaan TUHAN, seringkali sakit, apalagi melihat kawanan domba itu
memberontak; mulut tidak melawan, tetapi sikap melawan. Kecuali kalau dia mata
duitan, maka dia tidak pernah hatinya hancur.
Kalau
di tengah ibadah itu hanya ibadah laut dan ibadah bumi, hamba TUHAN yang
menyelenggarakan kebaktian semacam itu, tidak akan pernah pilu hatinya, tidak
pernah hancur hatinya ketika melihat keberadaan domba yang memberontak, sebab
yang penting baginya hanyalah uang.
Tetapi setelah kembali dari pelayanan pekabaran Injil, Rasul Paulus ingin melihat Timotius dalam keadaan sehat walafiat, tidak kekurangan suatu apa pun. Hatinya terharu kepada Timotius, suatu kehidupan yang taat, setia, dengar-dengaran kepada bapa rohaninya.
Di
sini pun Rasul Paulus masygul hatinya, pilu hatinya melihat Timotius berjuang
dalam pekabaran Injil, supaya sidang jemaat teguh berdiri, tidak takut terhadap
ancaman maut. Inilah tugas kami. Tugas saya bukanlah morotin uang saudara dari saku saudara, bukan, itu jauh dari hati
saya, bahkan bila perlu saya juga turut berkorban dan menjadi contoh teladan
dalam berkorban -- walaupun melakukannya dari kekurangan --.
2
Timotius 1:5
(1:5)
Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama
hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup
juga di dalam dirimu.
Iman
itu dijabarkan di tengah ibadah pelayanannya dalam pekabaran Injil, dipraktekkan
dengan tulus ikhlas; dan hal itu menyedot perhatian dari sang bapa, itulah Rasul
Paulus.
Kalau
iman itu dipraktekkan dengan tulus ikhlas, maka hal itu menyedot perhatian Bapa
di sorga.
2
Timotius 1:6-7
(1:6) Karena itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan
karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu. (1:7) Sebab Allah memberikan kepada
kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan,
kasih dan ketertiban.
Itu
sebabnya, Rasul Paulus memperingatkan Timotius supaya tetap berkobar-kobar di
tengah-tengah pemberitaan Injil sesuai dengan karunia Allah.
Kalau
kita berpadanan dengan Injil Kristus, maka nyatalah pernyataan TUHAN: “Allah
memberikan kepada kita bukan roh ketakutan”, tetapi lewat pemberitaan
Injil, Allah memberikan:
1.
Roh
yang membangkitkan kekuatan yang berasal dari TUHAN, bukan dari diri sendiri, untuk
menghadapi ancaman dan unsur paksaan dari nabi palsu.
2.
Roh
yang membangkitkan kasih di dalam diri kita, sehingga kita bisa mengasihi TUHAN.
Kalau kita mengasihi TUHAN, maka kita juga mampu mengasihi sesama, seperti
mengasihi diri sendiri.
3.
Roh
yang membangkitkan ketertiban, sehingga semua menjadi tertib; datang beribadah
dengan tertib, imam-imam melayani TUHAN dengan tertib, menghadap TUHAN dengan
tertib, tidak ada sesuatu pun yang tidak tertib. Duduk diam mendengar Firman
juga dengan tertib, tidak ada rasa bosan yang ditunjukkan -- karena rasa bosan
adalah pengaruh Setan di dalam hati dan pikiran --. Jadilah kehidupan yang
tertib.
Itulah
pentingnya kita berpadanan dengan Injil Kristus.
Inilah
yang diperjuangkan oleh Rasul Paulus, selanjutnya diajarkan kepada Timotius,
dan Timotius juga melakukan semua itu dengan iman yang tulus ikhlas, bahkan
tidak sedikit ia mencucurkan air mata. Itulah ciri orang yang tulus, yaitu
banyak mencucurkan air mata, rela berkorban, hatinya rela hancur.
2
Timotius 1:8
(1:8)
Jadi janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita dan janganlah malu
karena aku, seorang hukuman karena Dia, melainkan ikutlah menderita bagi
Injil-Nya oleh kekuatan Allah.
Kalau
bersekutu dengan Firman Allah, berpadanan dengan Injil Kristus, memang banyak
menanggung penderitaan -- sepertinya dibelenggu seperti seorang penjahat --,
tetapi sekalipun harus mengalami hal yang demikian; jangan malu bersaksi
tentang TUHAN.
Kemudian
Rasul Paulus juga meminta supaya Timotius jangan malu sekalipun Rasul Paulus
sedang berada di dalam penjara, karena Rasul Paulus dipenjara bukan karena
suatu kejahatan, tetapi karena sebuah kebajikan di hadapan TUHAN, yaitu pekabaran
Injil.
Rendah
hati pun tidak usah malu. Saat mendengar Firman dan untuk menatap wajah si
pemberita Firman pun tidak usah malu, supaya Firman yang kita dengar itu
membawa kita hancur hati, sampai akhirnya kita enak untuk menyembah. Kalau malu,
maka sukar untuk menyembah; ingat perkataan saya ini. Kalau saudara rendah hati
saat mendengar Firman, pasti hancur hati saat menyembah; itu tidak bisa
dipungkiri. Saya berbicara bukan berdasarkan pengetahuan, tetapi berdasarkan
pengalaman bersama dengan Firman TUHAN.
Dengan
tulus saya menyampaikan: Supaya saya dan saudara betul-betul dalam kedudukan yang
benar, berpadanan dengan Injil Kristus, bersekutu dengan Firman selalu, di mana
pun kita berada, dalam keadaan, situasi, kondisi apa saja, maka tidak usah
malu. Kalau kita berpadanan dengan Injil Kristus, kalau kita bersekutu dengan
Firman Allah, maka tidak perlu malu walaupun memang banyak menanggung
penderitaan.
Kalau
sekarang saja malu, lalu bagaimana nanti ketika menghadapi ancaman maut dan
unsur paksaan nanti?
2
Timotius 1:9-10
(1:9)
Dialah yang menyelamatkan kita dan memanggil kita dengan panggilan kudus,
bukan berdasarkan perbuatan kita, melainkan berdasarkan maksud dan kasih
karunia-Nya sendiri, yang telah dikaruniakan kepada kita dalam Kristus Yesus
sebelum permulaan zaman (1:10) dan
yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang
oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup
yang tidak dapat binasa.
Kita
dipanggil oleh TUHAN dalam panggilan kudus, maka kita pun harus berpadanan
dengan panggilan itu; hargai panggilan itu, karena kita dipanggil oleh karena
kasih karunia, bukan karena kita hebat, bukan karena kita pandai, bukan karena
kita suci, karena sesungguhnya, kita adalah bangsa kafir.
Itu
sebabnya, di sini dikatakan: “Oleh Injil
telah mematahkan kuasa maut” Kalau Injil diberitakan sampai kepada bangsa
kafir, maka jelas Injil telah mematahkan kuasa maut. Itulah pentingnya
bersekutu dengan Firman Allah; Injil itu nanti yang mematahkan maut.
Jangan
sesekali kita ceraikan diri dari Firman Allah. Di sini kita seperti malaikat;
mau mengakui gembala dengan berkata: “Om”,
tetapi jika di luar sana cerai dengan Firman, maka itu semua tidak ada artinya,
mau belum terpatahkan. Tetapi oleh Injil, maut dipatahkan.
2
Timotius 1:11
(1:11)
Untuk Injil inilah aku telah ditetapkan sebagai pemberita, sebagai rasul dan
sebagai guru.
Untuk
pekabaran Injil, TUHAN memberikan jabatan kepada Rasul Paulus, antara lain:
1.
Penginjil.
2.
Rasul.
3.
Guru
atau pengajar.
Tetapi
di dalam Kitab Suci yang lain, Rasul Paulus juga menerima jabatan nabi dan jabatan
gembala. Jadi, 5 (lima) jabatan itu dia terima; itulah keistimewaan dari
seorang Rasul Paulus -- tidak ada rasul seperti dia --.
2
Timotius 1:12
(1:12)
Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu;
karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia
berkuasa memeliharakan apa yang telah dipercayakan-Nya kepadaku hingga
pada hari Tuhan.
Jadi,
dalam pekabaran Injil, dia rela menderita; di dalam persekutuan dengan Firman, dia
banyak kali menanggung penderitaan, tetapi Rasul Paulus tidak malu, Timotius
tidak malu, sidang jemaat pun tidak boleh malu.
Mengapa
kita tidak perlu malu menanggung penderitaan oleh karena persekutuan dengan
Firman Allah? Alasan Rasul Paulus adalah:
1.
Rasul
Paulus percaya kepada Pribadi yang tidak akan mempermalukan dia; itu sebabnya,
dia berkata: “aku tahu kepada siapa aku
percaya.”
2.
Rasul
Paulus yakin sepenuh bahwa Allah berkuasa memelihara Firman Allah yang
dipercayakan kepada dia, sampai TUHAN datang pada kali kedua.
Setan
bisa membunuh raga (tubuh) ini, tetapi Firman Allah tidak dapat dibelenggu oleh
Setan.
Begitu
hebatnya janji TUHAN dalam menyelamatkan kita, kalau kita betul-betul
berpadanan dengan Injil Kristus, kalau kita bersekutu dengan Firman Allah.
Jadi,
kita tidak perlu malu menanggung penderitaan oleh karena persekutuan dengan
Firman Allah, karena TUHAN Yesus tidak pernah mempermalukan anak-anak TUHAN.
Kesusahan bisa terjadi di atas muka bumi ini, dan setiap orang pasti mengalami
kesusahan, baik orang yang di luar TUHAN, baik orang yang di dalam TUHAN (anak
TUHAN), namun yang menjadi pembeda adalah:
-
Kesusahan
mereka yang di luar TUHAN tidak akan pernah mendapatkan jalan keluar; itu
sebabnya, banyak orang yang mengambil jalan pintas, antara lain; menjadi WTS, atau
menjadi gigolo, atau korupsi, dan ujung-ujungnya, jalan pintas yang terakhir
adalah bunuh diri.
-
Tetapi
sesusah-susahnya kesusahan anak TUHAN, tetap ada jalan keluar, sebab TUHAN
tidak akan mempermalukan kita.
1
Petrus 2:6
(2:6)
Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion
sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal,
dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."
Allah
meletakkan di Sion:
-
Sebuah
batu terpilih.
-
Sebuah
batu penjuru.
-
Sebuah
batu yang mahal.
Jelas
itu adalah pribadi Yesus Kristus yang disalibkan, itulah korban Kristus, dasar
dari tiap-tiap bangunan.
Kemudian,
siapa yang percaya kepada salib Kristus (korban Kristus), maka tidak akan
dipermalukan. Jadi, tidak ada ruginya bila kita berpadanan dengan Injil
Kristus, tidak ada ruginya bila kita bersekutu dengan Firman, dan untuk Firman
itu kita banyak menanggung penderitaan. Kalau pun harus merendahkan diri dan
melakukan Firman, maka tidak usah malu, karena Rasul Paulus berkata: aku tahu kepada siapa aku percaya, yaitu
Pribadi yang tidak pernah mempermalukan.
Ayo,
junjung tinggi korban-Nya, maka tidak akan pernah dipermalukan, sebab salib
Kristus selalu memberi jalan keluar. Tongkat yang di tangan Musa diangkat,
sesudah itu diulurkan ke atas laut, maka ada jalan keluar. Jika kita menjunjung
tinggi salib Kristus, maka selalu ada jalan keluarnya, tidak mungkin tidak ada.
Mungkin
menurut manusia tidak ada lagi jalan keluar, tetapi bagi TUHAN tidak ada yang
mustahil, artinya; TUHAN tidak akan permalukan kita di dalam kesusahan dan
penderitaan sehebat apapun.
Bandingkan
dengan ayat 7.
1
Petrus 2:7
(2:7)
Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka
yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang
bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan
suatu batu sandungan."
Bagi
orang yang percaya, korban Kristus itu mahal harganya, tetapi bagi mereka yang
tidak percaya, yang tidak taat, yang tidak menghargai korban Kristus -- itulah
ahli-ahli bangunan, imam-imam kepala, tua-tua dan ahli Taurat orang Yahudi --,
maka salib Kristus di tengah ibadah menjadi sandungan, karena mereka tidak
hidup di dalamnya.
1
Petrus 2:8
(2:8)
Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman
Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.
Mereka
tersandung padanya,
tersandung kepada salib Kristus, tersandung kepada korban Kristus, tersandung
dengan banyaknya korban-korban di tengah ibadah dan pelayanan ini, karena
mereka tidak taat kepada Firman.
Jika
tidak tersandung kepada korban, maka mereka pasti taat; tetapi karena mereka
tidak taat, maka mereka tersandung kepada salib, tersandung kepada korban yang
menyelamatkan saya dan saudara dari bumi. Tidak ada yang lain yang dapat menyelamatkan
saya dan saudara, selain korban Kristus. Maka jelas; TUHAN tidak akan mempermalukan
kita semua, asal kita percaya kepada
korban Kristus, tinggikan korban selalu di dalam hidup ini.
Kita
kembali untuk membaca 2 Timotius 1.
2
Timotius 1:13-14
(1:13) Peganglah
segala sesuatu yang telah engkau dengar dari padaku sebagai contoh ajaran
yang sehat dan lakukanlah itu dalam iman dan kasih dalam Kristus Yesus. (1:14) Peliharalah harta yang indah,
yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam
di dalam kita.
Nasihat
berikutnya dari Rasul Paulus kepada Timotius, ada 2 (dua):
1.
Berpegang
kepada ajaran yang telah dia terima dari Rasul Paulus, sebagai contoh ajaran
sehat.
2.
Memelihara
harta yang indah, itulah karunia-karunia Roh Kudus.
Terkhusus
imam-imam, peliharalah harta yang indah, peliharalah karunia-karunia Roh Kudus
itu. Ada karunia untuk memimpin pujian, ada karunia untuk membaca Alkitab, ada karunia
sebagai pemain musik dan bagian-bagiannya, ada karunia untuk yang lain-lain;
itu adalah harta yang indah, yang harus dipelihara.
Ajaran
sehat harus dipelihara, tetapi harta yang indah, itulah karunia Roh Kudus, juga
harus dipelihara; sebab keduanya bekerja sama. Yang belum melayani TUHAN,
sungguh-sungguhlah sampai kepada yang kedua itu. Setelah berpegang kepada
ajaran sehat, lanjutkan sampai kepada tingkat berikutnya, yaitu melayani sesuai
dengan karunia Roh Kudus -- sebagai harta yang indah -- dengan tulus ikhlas.
Tidak
usah melihat kiri kanan untuk membenarkan diri. Pandang saja salib di Golgota.
Hanya Firman saja yang benar, maka tidak usah kita memakai alasan ini dan itu
untuk membenarkan diri.
2
Timotius 1:15
(1:15)
Engkau tahu bahwa semua mereka yang di daerah Asia Kecil berpaling
dari padaku; termasuk Figelus dan Hermogenes.
Kalimat
pada ayat ini mengingatkan kita: Asia Kecil sebetulnya adalah negara Turki
sekarang. Sementara Rasul Yohanes dibuang ke pulau Patmos, yang sekarang
disebut Istanbul; di situlah dia mendapat wahyu dari TUHAN, dan di situlah
banyak berdiri jemaat-jemaat, itulah yang disebut jemaat di Asia Kecil.
Tetapi
sayangnya, sekarang ini, jemaat-jemaat itu semua, termasuk 7 (tujuh) sidang
jemaat di Asia Kecil, juga jemaat Kolose dan lain sebagainya, tidak ada lagi di
situ. Di negara Turki, tidak ada lagi orang Kristen di sana.
Maka,
benarlah apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus: “Engkau tahu bahwa semua mereka yang di daerah Asia Kecil berpaling dari
padaku” Akhirnya, mereka tinggalkan TUHAN, karena malu terhadap salib,
tidak mau menanggung penderitaan karena persekutuan dengan Firman, malu
merendahkan diri, termasuk Figelus dan Hermogenes. Karena semua sidang jemaat
di Asia Kecil malu menderita karena persekutuan dengan Firman TUHAN, malu
merendahkan diri, malu untuk berada di titik nol, tidak mau mencucurkan air
mata, tidak mau bayar harga dari hari ke hari, akhirnya mereka tinggalkan
TUHAN.
2
Timotius 1:16
(1:16)
Tuhan kiranya mengaruniakan rahmat-Nya kepada keluarga Onesiforus yang
telah berulang-ulang menyegarkan hatiku. Ia tidak malu menjumpai
aku di dalam penjara.
Sebaliknya, doa dari seorang rasul yang hebat berlaku kepada keluarga Onesiforus, di mana sikapnya, persekutuannya dengan Firman TUHAN berulang-ulang menyegarkan hati sang si pemberita Injil.
Mengapa
keluarga Onesiforus menyegarkan hati si pemberita Injil? Karena dia tidak malu
di dalam persekutuannya dengan Firman Allah; walaupun banyak penderitaan, ia
tidak malu.
Saya
berharap, keluarga sidang jemaat GPT “BETANIA” senantiasa menyegarkan
hati TUHAN, karena di dalam persekutuan kita dengan Firman Allah, walaupun menanggung
banyak penderitaan, namun tidak malu. Jangan malu rendah hati; segarkan hati
TUHAN, senangkan hati TUHAN di mana pun kita berada.
Bayangkan
kalau kita tidak tergembala, maka habislah kita, karena kita tidak mengerti
apa-apa. Mungkin kelihatannya melayani, tetapi sebenarnya tidak mengerti
apa-apa. Tetapi karena kita digembalakan dengan baik, Firman penggembalaan
menggembalakan kita, maka isi hati TUHAN dibeberkan, sehingga yang tidak
kelihatan itu bisa nampak, dengan demikian; kita bisa menyegarkan, menyenangkan
hati TUHAN, karena dalam persekutuan kita dengan Firman, walau banyak
menanggung penderitaan, namun tidak malu, tidak gengsi rendah hati.
2
Timotius 1:17
(1:17)
Ketika di Roma, ia berusaha mencari aku dan sudah juga menemui aku.
Bayangkan,
dari Asia Kecil, keluarga Onesiforus ini juga harus pergi ke Eropa untuk pergi
memenuhi kehidupan sang si pemberita Injil; bahkan mengunjungi di penjara pun,
mereka tidak malu.
Ada
salah satu keluarga dari sidang jemaat ini yang mengantarkan daun kelor ke
pastori untuk dimasak sebagai sayur; puji TUHAN, TUHAN balaskan korban-korban
saudara. Tetapi ingat: Keselamatan lewat penjelasan Firman Allah yang kita
terima lebih dari korban-korban kita.
2
Timotius 1:18
(1:18)
Kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadanya pada hari-Nya. Betapa
banyaknya pelayanan yang ia lakukan di Efesus engkau lebih mengetahuinya
dari padaku.
Doa
dari Rasul Paulus kepada TUHAN adalah supaya rahmat TUHAN, kasih karunia TUHAN
dilimpahkan kepada keluarga Onesiforus. Itu juga menjadi doa saya kepada
saudara; setiap kali saya selesaikan penyembahan, saya sebut semua nama satu
per satu “TUHAN tolong yang belum
bekerja. TUHAN tolong yang sakit; sinusitis sembuh, kudis-kudis sembuh, yang
lain-lain juga sembuh, nanti lupus juga sembuh. Paling tidak, beri umur panjang
untuk melayani pekerjaan TUHAN.”
Betapa banyaknya
pelayanan yang ia lakukan di Efesus engkau lebih mengetahuinya dari padaku. Bayangkan, dari
jemaat di Asia Kecil (di Turki tadi) berangkat ke Roma untuk melihat Rasul
Paulus di dalam penjara, kemudian kembali lagi ke Efesus; berapa banyak dana
biaya yang dibutuhkan, yang dia keluarkan untuk mendukung (mensupport) pekabaran Injil ini? Tetapi dia
tidak malu.
Mungkin,
terlalu banyak dana yang dikeluarkan, itu juga bisa menjadi celah bagi
keluarganya, saudaranya, sahabatnya, temannya, dan mungkin dia dipermalukan,
sesuai dengan apa yang dituliskan oleh Rasul Paulus di dalam 1 Korintus 1:22-24, di mana pemberitaan
Injil kepada orang Yahudi adalah suatu batu sandungan, bagi orang Yunani adalah
suatu kebodoahn. Jadi, dia dibodoh-bodohi karena terlalu banyak korban; tetapi
dia tidak malu ketika dia dibodoh-bodohi.
Ini
adalah suatu teladan yang TUHAN ingatkan bagi kita. Pemberitaan Injil tidaklah
membuat kita menderita, tetapi pemberitaan Injil memberikan kita roh yang
membangkitkan kekuatan, membangkitkan kasih, membangkitkan ketertiban. TUHAN
tidak mengaruniakan roh ketakutan kepada kita semua.
1
Petrus 1:23
(1:23)
Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari
benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.
Lewat
Pemberitaan Injil, kita dilahirkan kembali -- oleh Firman Allah sebagai benih
Ilahi --, supaya kehidupan yang dilahirkan oleh benih Ilahi (Firman Allah)
beroleh hidup kekal.
1
Petrus 1:24
(1:24)
Sebab: "Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya
seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga
gugur, (1:25) tetapi firman
Tuhan tetap untuk selama-lamanya." Inilah firman yang
disampaikan Injil kepada kamu.
Semua
yang hidup adalah seperti rumput dan kemuliaannya pun seperti bunga rumput;
jika rumput menjadi kering, maka kemuliaannya juga gugur. Sebaliknya, Firman
Allah (benih Ilahi) tetap untuk selama-lamanya. Inilah firman yang disampaikan
Injil; inilah Injil Kristus.
Injil
terdiri dari 2 (dua) bagian:
1.
Injil
Sinoptik, yaitu Matius, Markus, Lukas, Yohanes, yang secara khusus menceritakan
pribadi Yesus dari sorga turun ke dunia, mati bangkit, lalu kembali lagi
dipermuliakan.
2.
Dari
Kisah Para Rasul sampai dengan Wahyu, juga disebut Injil, yang menceritakan tentang
keadaan dari gereja TUHAN, mulai dari kelahirannya, perkembangannya, sampai dewasa,
masuk dalam pesta nikah yang tertulis dalam kitab Wahyu.
Inilah
yang disampaikan oleh Injil itu. Jadi, tidak ada ruginya bila kita bersekutu
dengan Firman Allah, tidak ada ruginya bila kita berpadanan dengan Injil Kristus,
sebab yang ada ini akan berlalu, tetapi Firman Allah tetap untuk
selama-lamanya.
Kita
kembali membaca Wahyu 13:15.
Wahyu
13:15
(13:15)
Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang
itu, sehingga patung binatang itu berbicara juga, dan bertindak begitu rupa,
sehingga semua orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh.
Semua
orang yang tidak menyembah patung binatang itu, pada akhirnya akan dibunuh. Di
atas tadi sudah saya sampaikan; hal ini menunjukkan bahwa ada unsur paksaan dan
ancaman maut. Inilah pemerintahan dari antikris bilamana nanti berkuasa selama 3.5
(tiga setengah) tahun, karena ekor dan kepala ular naga merah padam -- itulah
nabi palsu dan antikris -- bekerja sama, sehingga ketika anak-anak TUHAN
(gereja TUHAN) mengalami ancaman maut sedemikian rupa, maka jiwa pasti
tergoncang, hidup tidak menentu, tidak ada damai, tidak mengalami ketenangan; situasi
semacam inilah yang ditunggu-tunggu oleh Setan.
Maka,
selanjutnya kita perhatikan ayat 16.
Wahyu
13:16-17
(13:16)
Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya
atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada
dahinya, (13:17) dan tidak seorang pun yang dapat membeli
atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu,
yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya.
Setelah
dalam keadaan kacau, carut marut, keadaan tidak tenang, tidak menentu, maka itu
adalah kesempatan emas bagi Setan; dialah yang menyebabkan, sehingga semua
orang, semua lapisan masyarakat -- kecil
atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba -- tanpa terkecuali diberi
tanda di tangan kanannya atau pada dahinya, itulah cap dari antikris. Kemudian, kegunaan dari cap antikris adalah
bebas membeli dan bebas menjual.
Oleh
karena keadaan genting, takut mati, takut ini, takut itu, akhirnya “dipaksalah”.
Saya tidak bisa jabarkan lagi, tetapi panjangkanlah di hati saudara.
Masihkah
saudara mengajarkan ilmiah kepada saya? Mungkin saudara belum mengerti dengan
apa yang saya maksud ini, tetapi kalau saudara sudah menghadapi itu, maka
saudara pasti mengerti apa yang saya maksud ini.
Ini
adalah kesempatan yang ditunggu-tunggu oleh Setan; digoncang dulu, sesudah
digoncang, kacaulah keadaan semua lapisan masyarakat, baik kaya atau miskin,
baik tua maupun muda. Bukan hanya yang miskin yang kacau, tetapi yang kaya juga
kacau; barulah diberikan “tanda”, dari pada mati. Akhirnya, banyaklah
pemikiran-pemikiran, ide-ide untuk membenarkan supaya hidup; seolah-olah dari kecil
sampai besar hidupmu tidak dipelihara oleh TUHAN.
Jangan
rusak DNA yang sudah TUHAN berikan di dalam tubuh saudara; jangan
ditambah-tambah. Dahulu tidak ada itu,
buktinya; dipelihara TUHAN kok sampai
hari ini. Lalu, kenapa setelah ada, saudara lantas benarkan ini itu, lalu
diajarkan ke saya. Oleh sebab itu, berhikmatlah. Jangan menjadi bodoh karena
sudah takut oleh kekacauan yang terjadi; akhirnya, dari pada mati, maka ya sudahlah.
Saya
ini harus mengajarkan kita semua tunduk kepada pemerintah. Daniel juga tunduk
kepada pemerintahan Darius. Jangan saudara salah berpikir.
Inilah
yang ditunggu oleh Setan, dan hal itu sudah tiba dengan halus. Perkara halus
inilah yang mudah sekali menyusup sehingga kita membenarkan hal itu dengan
berbagai alasan. Panjangkanlah hal ini.
Itu
sebabnya saya katakan tadi: Kalau memang mata ular naga melihat, ya jangan sangkali TUHAN. Saya hanya berpesan:
Cepat-cepat potong leher ini Pak
Antikris, jangan digorok sedikit-sedikit, langsung tebas saja, sebab saya tidak
akan menyembah antikris, saya hanya menyembah TUHAN. Itu pesan saya kalau
memang nanti dapat dilihat oleh mata ular (antikris). Jangan sangkali TUHAN;
itu pesan saya.
Saya
tidak ajar saudara untuk bunuh diri, tetapi bilamana dapat dikejar, pesan saya;
jangan sangkali TUHAN, karena
penderitaan ini hanya 3.5 (tiga setengah) tahun. Kebahagiaan di sorga itu unlimited dan di neraka juga unlimited. Lebih baik menderita 3.5
(tiga setengah) tahun, atau menderita karena kepala dipenggal, dari pada menderita
selamanya di neraka.
TUHAN YESUS
KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala Sidang;
Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment