IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB, 18 NOVEMBER 2021
KITAB RUT
(Seri:
13)
Subtema:
PEMIMPIN SEJATI
Segala
puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah memungkinkan kita untuk berada di
tengah perhimpunan Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan
suci. Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN di Bandung, di Malaysia,
bahkan umat ketebusan TUHAN yang setia untuk tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang & Cilegon, Banten, Indonesia lewat live streaming video internet Youtube,
Facebook, baik saudara kami yang ada di dalam negeri (tanah air) dari Sabang
sampai Merauke di manapun berada, maupun di luar negeri (manca negara), TUHAN
kiranya memberkati dan mendapatkan lawatan, berkat dan pertolongan dari TUHAN.
Selanjutnya,
mari kita doakan supaya firman yang dibukakan itu betul-betul mendarah daging
dan meneguhkan setiap kehidupan kita di hari-hari terakhir ini sehingga
kedatangan kita tidak menjadi sia-sia dan tidak menjadi percuma karena TUHAN
akan mengisi hati yang kosong ini untuk melayani TUHAN dan pekerjaan-Nya sesuai
dengan tahbisan kita kepada TUHAN.
Kita
sambut STUDY RUT sebagai firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab,
oleh kemurahan TUHAN kita kembali memperhatikan Rut 4, dengan perikop: “Rut menjadi isteri Boas.”
Rut
4:1-6
(4:1)
Boas telah pergi ke pintu gerbang dan duduk di sana. Kebetulan lewatlah penebus
yang disebutkan Boas itu. Lalu berkatalah Boas: "Hai saudara, datanglah
dahulu ke mari, duduklah di sini." Maka datanglah ia, lalu duduk. (4:2) Kemudian dipilihnyalah sepuluh
orang dari para tua-tua kota itu, dan berkata: "Duduklah kamu di
sini." Maka duduklah mereka. (4:3)
Lalu berkatalah ia kepada penebus itu: "Tanah milik kepunyaan saudara kita
Elimelekh hendak dijual oleh Naomi, yang telah pulang dari daerah Moab. (4:4) Jadi pikirku: baik juga hal itu
kusampaikan kepadamu sebagai berikut: Belilah tanah itu di depan orang-orang
yang duduk di sini dan di depan para tua-tua bangsa kita. Jika engkau mau
menebusnya, tebuslah; tetapi jika engkau tidak mau menebusnya, beritahukanlah
kepadaku, supaya aku tahu, sebab tidak ada orang yang dapat menebusnya kecuali
engkau, dan sesudah engkau: aku." Lalu berkatalah ia: "Aku akan
menebusnya." (4:5) Tetapi kata
Boas: "Pada waktu engkau membeli tanah itu dari tangan Naomi,
engkau memperoleh Rut juga, perempuan Moab, isteri orang yang telah mati
itu, untuk menegakkan nama orang itu di atas milik pusakanya." (4:6) Lalu berkatalah penebus itu:
"Jika demikian, aku ini tidak dapat menebusnya, sebab aku akan merusakkan
milik pusakaku sendiri. Aku mengharap engkau menebus apa yang seharusnya aku
tebus, sebab aku tidak dapat menebusnya."
Boaslah
yang menjadi penebus yang sesungguhnya,
dengan kata lain; penebus sejati, sebab penebusan atas tanah milik pusaka
Elimelekh pada akhirnya jatuh ke tangan Boas.
Kemudian,
di dalam hal penebusan atas tanah milik Elimelekh itu Boas juga turut memperoleh Rut menantu Naomi yang
sudah menjadi janda.
Pertanyaannya:
MENGAPA RUT TURUT UNTUK DITEBUS?
Rut
4:5
(4:5)
Tetapi kata Boas: "Pada waktu engkau membeli tanah itu dari tangan Naomi,
engkau memperoleh Rut juga, perempuan Moab, isteri orang yang telah mati itu,
untuk menegakkan nama orang itu di atas milik pusakanya."
Rut
ditebus oleh Boas, tujuannya adalah untuk menegakkan
tanah Mahlon di atas tanah milik pusakanya. Mahlon adalah suami Rut, dia
adalah anak sulung yang dilahirkan oleh Naomi bagi Elimelekh. Namun, setelah
Elimelekh mati tidak lama kemudian Mahlon -- anak sulung dari Naomi yang
dilahirkan bagi Elimelekh -- juga mati ketika mereka masih berada di Moab.
Berarti, penebusan yang dikerjakan oleh Boas membuat silsilah Mahlon atau nama
Mahlon tidak terputus.
Dengan
demikian; janji Firman Allah tergenapi yakni suatu kehidupan yang hina, dina,
papah, serta kehidupan yang masih ditandai dengan kelemahan mendapat kesempatan
untuk memperoleh tanah air Sorgawi sebagai milik pusaka untuk selama-lamanya,
termasuk bangsa Moab atau bangsa kafir juga mendapat kesempatan untuk
memperoleh tanah air Sorgawi sebagai milik pusakanya untuk selama-lamanya.
Hal
ini diteguhkan pada ayat 10.
Rut
4:10
(4:10)
juga Rut, perempuan Moab itu, isteri Mahlon, aku peroleh menjadi isteriku
untuk menegakkan nama orang yang telah mati itu di atas milik pusakanya.
Demikianlah nama orang itu tidak akan lenyap dari antara
saudara-saudaranya dan dari antara warga kota. Kamulah pada hari ini menjadi
saksi."
Boas
harus mengambil Rut, perempuan Moab, menjadi isterinya untuk menegakkan nama
Mahlon yang telah mati di atas tanah milik pusakanya. Dengan demikian, nama
Mahlon tidak akan lenyap dari antara saudara-saudaranya dan dari antara warga
kota.
Singkat
kata: Silsilah Mahlon tidak terputus.
Demikian
juga penebusan yang telah dikerjakan oleh Boas rohani itulah pribadi TUHAN
Yesus Kristus, supaya kita mendapat bagian dari tanah air Sorgawi sebagai milik
pusaka kita untuk selama-lamanya, dalam hal ini Boas rohani yakni TUHAN Yesus
Kristus telah menggenapi nubuatan dari firman para nabi dan hukum Taurat
sebagaimana yang tertulis di dalam Ulangan 25:5.
Kita
membaca Ulangan 25, dengan perikop: “Tentang
kawin dengan isteri saudara yang telah mati.”
Ulangan
25:5-6
(25:5)
"Apabila orang-orang yang bersaudara tinggal bersama-sama dan seorang dari
pada mereka mati dengan tidak meninggalkan anak laki-laki, maka janganlah
isteri orang yang mati itu kawin dengan orang di luar lingkungan keluarganya;
saudara suaminya haruslah menghampiri dia dan mengambil dia menjadi isterinya
dan dengan demikian melakukan kewajiban perkawinan ipar. (25:6) Maka anak sulung yang nanti
dilahirkan perempuan itu haruslah dianggap sebagai anak saudara yang sudah mati
itu, supaya nama itu jangan terhapus dari antara orang Israel.
Di
Israel ada istilah kewajiban untuk melakukan PERKAWINAN IPAR, yaitu: Apabila
seseorang mati atau meninggal tanpa meninggalkan seorang anakpun, maka saudara
dari orang yang mati itu wajib untuk melakukan perkawinan ipar. Jadi, perempuan
itu tidak boleh menikah kepada orang lain kecuali kepada kerabat atau saudara
dari orang yang mati itu.
Kemudian,
anak sulung yang nanti dilahirkan perempuan itu harus dianggap juga sebagai
anak saudara yang sudah mati itu, tujuannya adalah supaya nama orang yang sudah
mati itu tidak terhapus dari antara orang Israel atau silsilahnya tidak
terputus dari tanah air Sorgawi sebagai milik pusakanya.
Dari
hal ini barulah kita dapat memahami betul bahwa Firman Allah sanggup mengadakan
yang tidak ada menjadi ada, dan juga berkuasa untuk menghidupkan orang yang
mati.
Roma
4:17
(4:17)
seperti ada tertulis: "Engkau telah Kutetapkan menjadi bapa banyak
bangsa" -- di hadapan Allah yang kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah
yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firman-Nya apa
yang tidak ada menjadi ada.
Firman
Allah berkuasa untuk;
-
mengadakan
yang tidak ada menjadi ada,
-
kemudian
berkuasa untuk menghidupkan orang yang mati,
itu
sebabnya peristiwa di dalam Ulangan 25:5-6 adalah suatu nubuatan besar yang
telah digenapi oleh TUHAN Yesus Kristus di atas kayu salib.
Bukankah
Naomi adalah bangsa Moab, bangsa kafir bukan bangsa Yahudi, tetapi karena
firman yang sudah digenapi oleh Yesus di atas kayu salib maka firman itu
berkuasa untuk menghidupkan yang mati dan mengadakan yang tidak ada menjadi
ada.
Waktu
saya diutus oleh TUHAN dan memasuki provinsi Banten persis dua puluh tahun yang
lalu, saya ini tidak punya apa-apa dan saya ini bukan siapa-siapa, bahkan saya
ini bukan datang dari orang yang punya pendidikan yang tinggi, kemudian tidak
mempunyai bekal apapun selain Alkitab di dalam satu tas. Lalu saya berjalan
mengelilingi kota Serang secara khusus ke pinggiran kota Serang, juga
mengelilingi kota Cilegon -- ke timur ke barat ke utara dan ke selatan -- sampai
kepada Merak dengan tidak membawa apa-apa kecuali firman yang ditulis dalam
Alkitab yang dibungkus rapih di dalam tas yang saya bawa setiap hari. Namun,
kenyataannya oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel berkuasa
mengadakan yang tidak ada menjadi ada.
Kalau
akhirnya penggembalaan ini terbentuk; penggembalaan ini berdiri di hadapan
TUHAN, jelas itu karena firman kasih karunia Allah yang berkuasa mengadakan
yang tidak ada menjadi ada. Kemudian, di dalam penggembalaan ini semuanya
dilengkapi oleh karena Firman juga, berarti yang tida ada menjadi. Bahkan kita
yang dahulu mati karena dosa oleh karena firman dihidupkan kembali. Ini
kemurahan hati TUHAN bagi kita semua. Jika saudara ingat pertama kali datang di
tempat ini kita ini sama seperti pohon yang tumbuh di hutan liar sana, lalu
akhirnya dipakai oleh TUHAN seturut dan sekehendak TUHAN, itu juga karena kita
tanah liat di tangan penjunan yaitu Firman Allah yang hidup.
Jadi,
apabila seseorang mati tanpa meninggalkan anak laki-laki maka seorang saudara
atau kerabat terdekat yang mati itu harus melakukan suatu kewajiban yang
disebut perkawinan ipar. Setelah itu, anak sulung yang dilahirkan perempuan itu
haruslah dianggap sebagai anak saudara yang sudah mati itu, dengan tujuan
supaya silsilah orang yang mati itu nama orang yang mati itu tidak terputus
atau tidak terhapus dari antara orang Israel, demikian juga dengan silsilah
Mahlon tidak terputus.
Kita
kembali membaca Rut 4:6.
Rut
4:6
(4:6)
Lalu berkatalah penebus itu: "Jika demikian, aku ini tidak dapat
menebusnya, sebab aku akan merusakkan milik pusakaku sendiri. Aku mengharap
engkau menebus apa yang seharusnya aku tebus, sebab aku tidak dapat
menebusnya."
Singkat
kata: Penebus pertama tidak siap untuk menebus tanah Elimelekh serta menebus
Rut, perempuan Moab itu.
Adapun
yang menjadi alasan penebus pertama ialah ia tidak mau merusakkan milik
pusakanya sendiri. Di dalam hal ini penebus pertama tidak dapat dipersalahkan,
dan hal ini sudah diuraikan dan sudah dijelaskan beberapa minggu yang lalu.
Sekarang
kita bandingkan dengan hukum yang berlaku di dalam Ulangan 25.
Ulangan
25:7
(25:7) Tetapi
jika orang itu tidak suka mengambil isteri saudaranya, maka haruslah isteri
saudaranya itu pergi ke pintu gerbang menghadap para tua-tua
serta berkata: Iparku menolak menegakkan nama saudaranya di antara orang
Israel, ia tidak mau melakukan kewajiban perkawinan ipar dengan aku.
Jika
saudara atau kerabat terdekat yang mati itu menolak untuk melakukan kewajiban
perkawinan ipar, maka perempuan dari orang yang mati itu harus secepatnya pergi ke pintu gerbang untuk menghadap
dan memberitahukan segala sesuatunya kepada tua-tua kota itu.
Ulangan
25:8-9
(25:8)
Kemudian para tua-tua kotanya haruslah memanggil orang itu dan berbicara dengan
dia. Jika ia tetap berpendirian dengan mengatakan: Aku tidak suka mengambil dia
sebagai isteri -- (25:9) maka
haruslah isteri saudaranya itu datang kepadanya di hadapan para tua-tua, menanggalkan
kasut orang itu dari kakinya, meludahi mukanya sambil menyatakan:
Beginilah harus dilakukan kepada orang yang tidak mau membangun keturunan
saudaranya.
Kemudian,
para tua-tua di kota itu yang akan bertindak dan berbicara secara langsung
dengan saudara atau kerabat terdekat dari orang yang mati itu. Namun, apabila
orang itu tetap bertahan untuk tetap tidak melakukan kewajiban perkawinan ipar,
maka perempuan yang ditinggal mati itu akan bertindak dua hal, yakni:
YANG
PERTAMA: Meludahi muka orang itu,
itulah muka orang yang tidak mau melakukan kewajiban perkawinan ipar.
TUHAN
Yesus sudah diludahi baik oleh orang Yahudi sendiri maupun dengan bangsa kafir.
-
Model
dan bau busuk dari ludah bangsa Yahudi: Tegar tengkuk, keras kepala, senantiasa
mempertahankan hukum Taurat atau menjalankan ibadah Taurat dan tidak mau
berubah dari sana. Itu sebabnya, sampai hari ini mereka masih menanti-nantikan
juruselamat mereka.
-
Model
dan bau busuk dari ludah bangsa kafir: Berhala dan kenajisannya.
Itu sudah ditanggung dan sudah kena
mengena dengan muka Yesus di dalam hal mengerjakan penebusan itu di atas kayu
salib.
Kita
bersyukur karena Yesus adalah kerabat yang terdekat, Dia sudah melakukan dan
mengerjakan penebusan itu di atas kayu salib.
YANG
KEDUA: Menanggalkan kasut dari orang itu.
Kita
lihat persamaannya juga terdapat di dalam Rut 4.
Rut
4:7-8
(4:7)
Beginilah kebiasaan dahulu di Israel dalam hal menebus dan menukar: setiap kali
orang hendak menguatkan sesuatu perkara, maka yang seorang menanggalkan
kasutnya sebelah dan memberikannya kepada yang lain. Demikianlah caranya
orang mensahkan perkara di Israel. (4:8)
Lalu penebus itu berkata kepada Boas: "Engkau saja yang
membelinya." Dan ditanggalkannyalah kasutnya.
Penebus
pertama menyerahkan hak penuh kepada Boas untuk menebus tanah milik Elimelekh
dan menebus Rut, perempuan Moab itu, untuk menjadi isterinya. Selanjutnya,
setelah menyerahkan hak penebusan itu kepada Boas, penebus pertama menanggalkan kasutnya, dengan demikian;
penebusan yang dikerjakan oleh Boas dianggap sah dan legalitasnya diakui --
karena di situ juga tampil tua-tua untuk menjadi saksinya --.
Mari
kita simak suatu peristiwa di mana kasut harus ditanggalkan atau dilepaskan
dari kaki.
Kita
kembali membaca Keluaran 3, dengan perikop: “Musa
diutus TUHAN.”
Keluaran
3:1
(3:1)
Adapun Musa, ia biasa menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya,
imam di Midian. Sekali, ketika ia menggiring kambing domba itu ke seberang
padang gurun, sampailah ia ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.
Musa
biasa
menggembalakan kambing domba Yitro, mertuanya di Midian.
Kata
“biasa” ® Suatu kehidupan
yang tergembala sampai mendarah daging. Jadi, tergembala berarti menjadi
kawanan domba di hadapan TUHAN. Kalau tergembala sudah mendarah daging maka
kehidupan semacam ini adalah kehidupan yang taat, setia, dengar-dengaran.
Kemudian, kehidupan yang tergembala disebut kawanan domba Allah supaya ada korban
dan persembahan untuk dipersembahkan di atas mezbah. Itu sebabnya, kehidupan
yang tergembala disebut kawanan domba.
Keuntungan
lain menjadi kehidupan yang tergembala yaitu kehidupan kita akan diseberangkan
dari padang gurun dunia ini dan dituntun ke gunung Allah, gunung Horeb.
Jadi,
kalau kita tergembala suatu kali kehidupan kita akan diseberangkan dan
dilepaskan dari padang gurun dunia ini untuk selanjutnya dibawa kepada Allah
yaitu lewat doa penyembahan. Tidak mungkin kita dapat diseberangkan dari padang
gurun dunia ini kalau kehidupan kita tidak tergembala, oleh sebab itu harus
tergembala dan menjadi kawanan domba. Hal itu harus diingat dan jangan pernah
melupakannya supaya kita tidak dilupakan oleh TUHAN.
Keluaran
3:2-5
(3:2)
Lalu Malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar
dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala,
tetapi tidak dimakan api. (3:3)
Musa berkata: "Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan
yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?" (3:4) Ketika dilihat TUHAN, bahwa Musa
menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri
itu kepadanya: "Musa, Musa!" dan ia menjawab: "Ya,
Allah." (3:5) Lalu Ia
berfirman: "Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari
kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang
kudus."
Semak duri itu
menyala, tetapi tidak dimakan api, ini berbicara tentang penyucian. Jadi, penyucian itu terjadi
apabila kehidupan kita tergembala dengan sungguh-sungguh, itulah penyucian
lewat nyala api ujian.
Ketika
seseorang dilemparkan dalam nyala api ujian yang tinggal adalah kemurniannya. Untuk
menghadap TUHAN harus dalam kemurnian. Itulah pentingnya menghadapi ujian lewat
nyala api ujian dan itu tidak boleh dihindarkan. Kita tidak bisa lari dari
kenyataan dan itu harus kita hadapi, sebagaimana Yesus: “Cawan ini tidak mungkin lalu kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah
kehendak-Mu.”
Saudara
harus bersyukur karena kehidupan kita adalah kehidupan yang tergembala dan
menjadi suatu kawanan domba Allah, di situ ucapan syukur kita kepada TUHAN
lebih dari ucapan syukur orang di luaran sana.
Semak
duri menyala tetapi tidak terbakar atau tidak hangus, ini merupakan penglihatan
yang hebat. Maka, Musa penasaran dan ingin melihat penglihatan yang hebat itu. Ketika
Musa menyimpang untuk memeriksanya, pada saat itulah berserulah Allah dari
tengah-tengah semak duri itu: "Musa,
Musa!"
Penyebutan
“Musa” sebanyak dua kali menunjukkan bahwa TUHAN betul-betul mengenal pribadi
Musa, yaitu mengenal seorang hamba TUHAN yang akan diutus-Nya. Lalu kehidupan
yang diutus menjawab: "Ya,
Allah." Berarti; kehidupan hamba TUHAN yang diutus di tengah
pengutusan harus dengar-dengaran, bukti dengar-dengaran yaitu menjawab dengan
“Ya Allah”, “Ya Bapa.” Maka, imam-imam, pelayan TUHAN, teramat lebih hamba
TUHAN, gembala sidang harus memiliki roh dengar-dengaran. Jangan sampai ketika
mengikuti ibadah lewat live streaming dengan
sikap acuh tak acuh, itu tidak benar di mata TUHAN. Kehidupan seorang imam
mengikuti live streaming dengan sikap
acuh tak acuh ini adalah kehidupan yang tidak diutus TUHAN tapi mau melayani
TUHAN. Jadi, sekalipun berada di tengah ibadah dan pelayanan dia tidak diutus
TUHAN karena dia melayani dengan kehendaknya sendiri.
Hal
ini harus diingat dan jangan diabaikan, kalau diabaikan maka TUHAN juga akan
mengabaikan hidup saudara dan kalau TUHAN mengabaikan hidup saudara, apa yang
dapat saudara perbuat? Sebab, sudah jelas; nafas hidup dari TUHAN, kesehatan
dari TUHAN, kesembuhan dari TUHAN, diberkati dari TUHAN, semua dari TUHAN, jadi
tidak bisa kita bertingkah. Artinya kehidupan dari setiap insan harus dengar-dengaran,
teramat lebih; imam-imam, pelayan TUHAN, hamba TUHAN, gembala sidang atau
pemimpin rohani.
Pada
saat Musa segera datang mendekat, secepatnya TUHAN berkata: "Janganlah datang dekat-dekat.” Selanjutnya
TUHAN berkata kembali kepada Musa: “tanggalkanlah
kasutmu dari kakimu.” Alasan TUHAN berkata demikian adalah “sebab tempat, di mana engkau berdiri itu,
adalah tanah yang kudus." Jadi, tempat di mana Musa berdiri itu adalah
tanah yang kudus.
Singkat
kata: Musa diperintahkan oleh TUHAN untuk menanggalkan kasut dari kakinya. Menanggalkan kasut dari kaki, artinya:
mengakui kekudusan Allah dan hadirat Allah serta kekudusan tempat kudus Allah.
Oleh sebab itu, kekudusan Allah dan hadirat Allah tidak boleh diinjak oleh
sepasang kasut Musa.
Kalau
kita berdiri di tempat kudus, maka pendirian yang lama tidak boleh dijadikan
dasar pijakan kita untuk berdiri di tempat kudus. Kita harus mengakui dengan
sah kekudusan dari Allah di mana Allah berhadirat di tempat kudus-Nya. Kita
semua harus mengakui kekudusan dari hadirat Allah. Kita tidak boleh sembarang
berdiri di tempat kudus dengan kasut yang lama, dengan cara hidup yang lama,
itu bukan pijakan kita untuk berada di tempat kudus Allah.
Kalau
kita berdiri di tempat kudus Allah harus mengakui kekudusan Allah, dengan cara
tanggalkan kasut yang lama atau cara hidup yang lama, supaya nyatalah
perkembangan rohani kita sehingga kita tidak datang beribadah dengan kehidupan
yang lama, tetapi dari hari ke hari harus nyata keubahan yaitu pembaharuan dari
hari ke hari. Kiranya nama TUHAN dipermuliakan.
Sepasang kasut
Musa
adalah …
1.
40
(empat puluh) tahun di Mesir, berbicara tentang: Pengetahuan Musa yang
diperoleh dari Mesir.
2.
40
(empat puluh) tahun di Midian, berbicara tentang: Pengalaman Musa yang
diperoleh di Midian.
Pendeknya:
Pengetahuan dan pengalaman yang berasal dari dunia tidak bisa untuk dijadikan
sebagai dasar atau pijakan dari seorang hamba TUHAN di dalam hal melayani TUHAN
dan melayani pekerjaan TUHAN.
Kita
akan melihat kembali tentang: PENGETAHUAN
MUSA YANG BERASAL DARI MESIR (DUNIA).
Kisah
Para Rasul 7:21-22
(7:21)
Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya
seperti anaknya sendiri. (7:22) Dan Musa
dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan
dan perbuatannya.
Musa
diasuh oleh puteri Firaun seperti anaknya sendiri.
Pendeknya:
Musa dididik dengan segala hikmat orang Mesir, dengan kata lain; Musa telah
mendapat ilmu dan pengetahuan yang berasal dari Mesir. Maka, secara jasmani dia
berkuasa dalam perkataan dan berkuasa dalam perbuatan karena pengetahuan yang
sudah dia miliki yang berasal dari Mesir (dunia).
Setiap
orang berhak untuk menuntut ilmu atau mengikuti pendidikan dimulai dari:
-
Taman
Kanak-Kanak (TK).
-
Sekolah
Dasar (SD), selama 6 (enam) tahun.
-
Sekolah
Menengah Pertama (SMP), selama 3 (tiga) tahun.
-
Sekolah
Menengah Atas (SMA), selama 3 (tiga) tahun.
-
Sampai
kepada perguruan tinggi.
Dengan
demikian, dia memperoleh pengetahuan yang berasal dari dunia ini. Kalau
mendapat ilmu atau pengetahuan yang tinggi selama dia menuntut ilmu di dunia ini
itu tidak salah dan sah-sah saja. Namun, perlu untuk diketahui; pengetahuan
yang berasal dari dunia belum sempurna untuk menanjangkau Kerjaan Sorga.
Mungkin
pengetahuan yang dimiliki manusia bagus untuk berkata-kata sehinga sopan dalam
perbuatan, tetapi berkata-kata dengan baik dan sopan dalam perbuatan belum
dapat dijadikan sebagai jaminan sebagai pijakan atau dasar sehingga dia layak
untuk masuk dalam Kerajaan Sorga. Kalau hal itu menjadi dasar atau pijakan maka
receptionis sudah terlebih dahulu
masuk dalam Kerajaan Sorga, karena receptionis
diajar untuk berkata-kata dengan baik dan bertindak dengan baik. Saya umpamakan
saja seperti rumah kosong; memang bersih tersapu oleh firman dan rapih teratur
oleh Roh Kudus, tetapi kosong.
BUKTI
pengetahuan dunia belum dapat dijadikan sebagai dasar atau pijakan untuk
melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN.
Kisah
Para Rasul 7:23
(7:23)
Pada waktu ia berumur empat puluh tahun, timbullah keinginan dalam hatinya
untuk mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu orang-orang Israel.
Pada
waktu berumur 40 (empat puluh) tahun, timbullah keinginan dalam hatinya Musa untuk
mengunjungi saudara-saudaranya yaitu orang Israel atau orang Ibrani. Ini
berbicara tentang hati nurani.
Kita
semua mempunyai hati nurani dan hati nurani harus dipertahankan karena itu
adalah alarm terakhir, sebab kalau seseorang tidak mempunyai hati nurani atau
tidak mempunyai alarm lagi itu yang membuat seseorang rem blong; tabrak sana,
tabrak sini, akhirnya binasa.
Kisah
Para Rasul 7:24
(7:24)
Ketika itu ia melihat seorang dianiaya oleh seorang Mesir, lalu ia menolong dan
membela orang itu dengan membunuh orang Mesir itu.
Namun,
ketika ia melihat salah seorang dari bangsanya itu dianiaya oleh seorang Mesir,
Musa datang secepatnya untuk menolong dan membela bangsanya sendiri tetapi dengan
cara membunuh orang Mesir. Mengapa dia harus menolong dan membela bangsanya
dengan cara membunuh orang Mesir? Jawabnya, karena Musa mempunyai pengetahuan.
Maka,
kalau orang dunia yang sudah belajar karate manakala dia dikeroyok dan dia
anggap dirinya akan mati maka dia harus mempunyai satu pegangan; kalau dia mati
maka satu dari antara orang mengeroyok harus mati. Itu adalah pengetahuan yang
berasal dari dunia bukan dari TUHAN. Pengetahuan semacam ini belum bisa
dijadikan dasar atau pijakan kita untuk melayani TUHAN dan pekerjaan-Nya.
Pelayan-pelayan
TUHAN, imam-imam, hamba-hamba TUHAN seringkali berusaha untuk membela dan
menolong orang lain, pertama-tama tentu saja sidang jemaat tetapi seringkali
dengan cara Musa ini yaitu dengan membunuh orang lain.
Kita
bandingkan dengan Keluaran 2, dengan perikop: “Musa membela bangsanya ia lari ke tanah Midian.”
Keluaran
2:11
(2:11)
Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya
untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul
seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu.
Pada waktu itu,
ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk
melihat kerja paksa mereka. Kalimat ini menunjukkan bahwa; Musa
memiliki hati nurani.
Lalu
dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari
saudara-saudaranya itu.
Kemudian,
pada saat dia keluar dia melihat bangsa seorang Mesir memukul seorang Ibrani,
seorang dari saudara-saudaranya itu.
Keluaran
2:12
(2:12) Ia
menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya
orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.
Lalu
Musa menoleh ke sana ke sini ketika dilihat tidak ada orang, selanjutnya dia
membunuh orang Mesir itu. Ini adalah cara Musa membela dan menolong bangsanya.
Sebelum
Musa membunuh, terlebih dahulu Musa menoleh ke sana dan ke sini dan ketika dilihatnya
tidak ada orang, kemudian dia membunuh orang Mesir itu. Hal itu berbicara
tentang kebenaran diri sendiri atau kebenaran manusiawi yang berasal dari
pengetahuan dunia. Kebenaran diri sendiri atau kebenaran manusia duniawi hanya
sebatas pada pemandangan manusia saja.
Kalau
membela dan menolong bangsanya dengan cara membunuh orang Mesir karena tidak
dilihat orang lain, maka kebenaran semacam ini hanya terbatas pada pemandangan
manusia, tidak melampaui dari batas pemandangan manusia. Tetapi, TUHAN melihat
dan tidak ada yang bisa ditutupi dari pemandangan TUHAN, semuanya jelas
terlihat. Tidak ada dosa sekecil apapun yang dapat kita sembunyikan dari TUHAN,
semuanya jelas di hadapan TUHAN, sesuai dengan Ibrani 4:13 “Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab
segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita
harus memberikan pertanggungan jawab.”
Jadi,
kebenaran itu tidak boleh hanya sebatas pemandangan manusia; di depan manusia
kita baik tetapi di belakang tidak. Namun, kita lihat, perlu untuk diketahui:
Segala sesuatu harus dipertanggung jawabkan di hadapan TUHAN.
Terkait
membunuh kita kaitkan dengan dengan 1 Yohanes 3, dengan perikop: “Kasih terhadap saudara sebagai tanda hidup
baru.”
1
Yohanes 3:11
(3:11)
Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa
kita harus saling mengasihi;
Harus
saling mengasihi antara seorang dengan yang lain. Ini berita yang disampaikan
dari sejak semula.
1
Yohanes 3:12
(3:12)
bukan seperti Kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya.
Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan
perbuatan adiknya benar.
Kain
membunuh adiknya, menunjukkan bahwa: Kain tidak memiliki kasih.
Kemudian,
dosa membunuh pertama kali terjadi dan dilakukan oleh Kain, dan orang yang
membunuh adalah orang yang tidak memiliki kasih.
1
Yohanes 3:13-14
(3:13) Janganlah
kamu heran, saudara-saudara, apabila dunia membenci kamu. (3:14) Kita tahu, bahwa kita sudah
berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara
kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut.
Barangsiapa
tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut, sama seperti Kain; dia membunuh Habel
adiknya karena dia tidak memiliki kasih dari Allah, dia berasal dari si jahat,
demikian juga; dunia membenci kehidupan dari anak-anak TUHAN. Tetapi, jangan
heran kalau dunia membenci kehidupan anak-anak TUHAN, itu artinya bahwa dunia
ini tidak memiliki kasih.
Di
dalam dunia tidak ada kasih, maka kalau kita mengasihi dunia dan segala sesuatu
yang ada di dalamnya itu tandanya bahwa kita tidak mengasihi Allah, dan orang
yang tidak mengasihi Allah sudah ada di alam maut, binasa bersama dengan dunia
dan segala sesuatu yang ada di dalamnya (1 Yohanes 2:16-17).
1
Yohanes 3:15
(3:15)
Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh
manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki
hidup yang kekal di dalam dirinya.
Membenci
sesama SETARA dengan dosa membunuh.
Jadi,
jangan berpikir bahwa kita lebih suci dan lebih mulia dari seorang pembunuh
jikalau kita masih membenci sesama, sama seperti manusia duniawi yang suka
membenci pekerjaan TUHAN.
Kalau
kita tidak memiliki kasih maka kita tidak memperoleh hidup kekal, sama seperti
seorang pembunuh; itulah orang yang membenci sesama, dia tidak memiliki hidup
kekal.
Ciri-ciri
apabila seseorang tidak memiliki kasih.
Keluaran
2:12
(2:12)
Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang
Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir.
Ciri
pertama: Menyembunyikan dosa menurut kebenaran manusia daging.
Setelah
orang Mesir itu dibunuh, selanjutnya Musa menyembunyikan mayatnya itu dalam
pasir. Pasir ® Daging, berarti
suka menyembunyikan dosanya sesuai dengan kebenaran manusia daging.
Keluaran
2:13
(2:13)
Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah
berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: "Mengapa engkau
pukul temanmu?"
Yesus
adalah pemimpin, Dia Kepala gereja, Dia Rasul yang kita akui, Dia juga Imam
Besar Agung, ketika dia mengadakan pendamaian terhadap dosa dia tidak membela
yang benar dan mempersalahkan yang salah. Namun, Musa mempersalahkan yang salah
dan membenarkan yang benar, inilah pengetahuan yang berasal dari dunia.
Maka,
bagi saya sangat lucu rasanya apabila anak-anak TUHAN tidak puas dengan sikap
sesamanya, mungkin dia difitnah dan disakiti lalu karena dia merasala terzolimi
dia membawa persoalan itu ke ranah hukum, berarti dia tidak mengerti tentang
salib dan dia tidak layak untuk menjadi pemimpin (leadership) bagi diri sendiri apalagi untuk orang lain.
Jadi,
sudah sangat jelas bahwa pengetahuan dari dunia belum bisa dijadikan sebagai
dasar kita untuk melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN.
Saya
rindu kita semua menjadi pemimpin, pertama-tama memimpin hidup ini dahulu
kepada yang benar, kepada yang suci dan mulia, maka kita bisa dianggap layak
untuk menjadi pemimpin sesuai dengan kapasitas yang dipercayakan oleh TUHAN.
Keluaran
2:14-15
(2:14)
Tetapi jawabnya: "Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan
hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau
telah membunuh orang Mesir itu?" Musa menjadi takut, sebab
pikirnya: "Tentulah perkara itu telah ketahuan." (2:15) Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya
ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun
dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur.
Ciri
kedua: Mengalami ketakutan yang hebat.
Musa
berusaha untuk tampil sebagai pemimpian, sebagai pendamaian, tetapi pada
akhirnya ditolak, berarti sebagai seorang pemimpin tidak berkuasa. Akhirnya,
Musa menjadi takut dan dia juga melarikan diri dari Firaun yang berusaha untuk
membunuh.
Kalau
Musa tidak mengalami ketakutan, maka dia akan hadapi musuh dan dia tidak akan
lari dari kenyataan. Oleh sebab itu, jadilah leadership-leadership yang handal dimulai dari pribadi sendiri
sampai ke luar sana. Berarti; tidak pecundang, tidak penakut, tidak egois.,
sebab pemimpin yang handal dan yang dipercaya TUHAN tidak takut musuh.
Musuh
abadi ada 3 (tiga):
1.
Daging
dengan segala hawa nafsu dan keinginan-keinginannya yang jahat.
2.
Iblis
atau setan yang menimbulkan pemberontakkan atau pendurhakaan dari orang-orang
yang menajiskan dirinya di hadapan TUHAN.
3.
Dunia
dan arusnya yang menghanyutkan kehidupan anak-anak TUHAN dan ditenggelamkan
sehingga anak-anak TUHAN oleh arus dunia mengalami kematian rohani.
Itu
adalah musuh yang harus dihadapi dan kita tidak boleh lari dari sana. Tetapi,
ternyata Musa; setelah ditolak sebagai seorang pemimpin selanjutnya dia lari
dari hadapan Firaun, sebab Musa ketakutan. Inilah ciri yang kedua seseorang
kehilangan kasih yaitu ketakutan.
Takut
disebut juga khawatir; khawatir tidak punya uang, khawatir karena belum
mendapat pekerjaan, khawatir tidak mempunyai pasangan hidup, khawatir tidak
punya masa depan. Akhirnya melarikan diri, kalau melarikan diri berarti dikejar
musuh. Kalau menghadapi musuh antara hidup atau mati, tetapi penakut melarikan
diri. Sebetulnya melarikan diri dari persoalan itu bukan jalan keluar, itu
bukan solusi, justru dalam keadaan takut dan melarikan diri musuh mengejar
terus.
Jadi,
kalau kita berhadapan dengan musuh hadapi saja dan akhirnya kalau tidak mati
maka hidup. Kalau pernah melakukan kesalahan hadapi saja, mungkin dosa yang
ditimbulkan oleh daging, iblis setan dan dunia, akui saja. Dalam menghadapi
musuh kalau tidak mati maka hidup, tidak ada pilihan yang lain. Kalau kita lari
atau menghindar maka musuh akan mengejar terus sampai kita berkemenangan,
sebelum dosa itu diakui sampai setuntas-tuntasnya, sebab sebelum ada pengakuan
tuntas maka seseorang akan dikejar terus. Oleh sebab itu, jangan ada pengakuan palsu
yaitu selalu mengulangi lagi. Ini pemimpin yang tidak sah dan tidak dipakai
TUHAN, tidak memiliki kuasa.
1
Yohanes 4:17
(4:17)
Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai
keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita
juga ada di dalam dunia ini.
Bukti
kasih Allah sempurna dalam diri seseorang: Mempunyai
keberanian dan percaya pada hari penghakiman.
Kalau
mempunyai keberanian dan percaya pada hari penghakiman; untuk masa sekarang ia
tidak peduli, berani menghadapi tantangan di masa sekarang, tidak pengecut,
hadapi saja demi hari penghakiman itulah hari TUHAN.
Kalau
ada sedikit persoalan lalu dijadikan alasan untuk tidak datang kepada TUHAN dan
tidak beribadah kepada TUHAN itu adalah pengecut, berarti kecil kekuatannya dan
orang seperti ini bukanlah pemimpin sekalipun dia merasa hebat namun di mata
TUHAN sedikitpun kekuatannya tidak ada.
Dikit-dikit
ngomel, lalu salahkan ini, salahkan itu, padahal tidak mau berkorban dan mau
lari dari kenyataan, dari tanggung jawab. Kalau dia memiliki kasih yang
sempurna, secara otomatis mempunyai keberanian percaya kepada hari penghakiman.
Untuk hari penghakiman, maka masa sekarang di hadapi saja.
… sama seperti
Dia, kita juga ada di dalam dunia ini. Berarti, kita ini tidak boleh
menggunakan alasan karena dia juga menghadapi musuh hebat dan Dia rela mati di
atas kayu salib, terbunuh di atas kayu salib, namun bangkit pada hari yang
ketiga.
Jelas,
Yesus adalah pemimpin sejati, Dia Imam Besar Agung, Dia Kepala rumah TUHAN dan
Dia bertanggung jawab atas tubuh-Nya. Oleh sebab itu, belajar bertanggung jawab
mulai dari sekarang, jangan lari dari kenyataan, jangan menjadi pengecut atau
pecundang.
Ukuran
untuk menjadi pemimpin adalah firman, bukan pengetahuan yang berasal dari Mesir
(dunia) ini.
Saya
berharap kita memahami hal itu secepatnya dan jangan ditunda-tunda. Dewasalah
sebab TUHAN sangat mengasihi kita dan TUHAN mau menjadikan kita sebagai leadership-leadership yang handal dan
diakui dari Sorga dari Allah di bumi ini.
1
Yohanes 4:18
(4:18) Di
dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan;
sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di
dalam kasih.
Di
dalam kasih yang sempurna segala ketakutan lenyap, sehingga mampu menghadapi
segala persoalan di atas muka bumi ini dan tidak menjadi pengecut sama seperti
Musa tadi; dia lari dari hadapan Firaun karena dia penakut.
Kenapa
Musa penakut? Jawabnya adalah karena kasih Allah belum sempurna dalam dirinya.
Kenapa
kita tidak bertanggung jawab dalam melayani TUHAN? Tidak berani berkorban atau
bayar harga dalam melayani TUHAN? Jawabannya yaitu karena kasih Allah belum
sempurna dalam dirinya, sehingga seringkali melarikan diri dari kenyataan.
Sesungguhnya
di dalam kasih tidak ada ketakutan. Oleh sebab itu, kalau kita memiliki kasih
Allah yang sempurna; tidak takut tidak punya uang, tidak takut tidak punya
pekerjaan, tidak takut tidak punya masa depan dan lain sebagainya.
Barangsiapa
takut atau dikuasai roh ketakutan dia tidak sempurna dalam kasih Allah. Dan
ketakutan itu mengandung hukuman.
Kalau
gaji terlambang satu bulan lalu langsung muka cabe keriting, itu adalah
hukuman.
1
Yohanes 4:19
(4:19) Kita
mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.
Kalau
kita pada akhirnya harus mengasihi sesama itu ternyata karena Allah sudah
terlebih dahulu menunjukkan kasih sempurna bagi kita, dengan mengaruniakan
anak-Nya yang tunggal di atas kayu salib; Dia korbankan harta-Nya yang berharga
satu-satunya.
Tuhan
sudah terlebih dahulu mengasihi kita, maka kita wajib untuk saling mengasihi,
bukan pecundang, bukan penakut.
Masa
kita mengasihi sesama setelah kita menerima kasih dari sesama atau mengasihi
karena dikasihi, itu tidak benar. Kemudian, berbuat baik karena orang lain
sudah berbuat baik, itu tidak benar.
Kebenaran tidak sebatas pemandangan manusia, tetapi harus melampaui dari
batas pemandangan manusia. Kebenaran tidak perlu ditampil-tampilkan cukup TUHAN
yang tahu.
1
Yohanes 4:20
(4:20)
Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci
saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak
mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah,
yang tidak dilihatnya.
Jikalau
seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," tetapi membenci sesamanya, dia adalah pendusta.
Seringkali
kita menaikkan pujian “aku mengasihi
Engkau Yesus, dengan segenap hatiku” disertai dengan derai air mata di
pipi, serasa paling rohani nampaknya dengan wajah yang sendu, tetapi membenci
sesama = Tindakan dusta. Berapa banyak kita mendustai TUHAN dan mendustai
sesama dengan sikap yang demikian?
Barangsiapa
tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang
tidak kelihatan.
Bukti
kita mengasihi Allah adalah kita mampu mengasihi sesama yang kelihatan.
1
Yohanes 4:21
(4:21)
Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah,
ia harus juga mengasihi saudaranya.
Dan
perintah ini kita terima dari Dia, dari sejak semula yaitu: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga
mengasihi saudaranya.
Ini
berita dari semula, dan masing-masing kita harus mengasihi sesama seperti
mengasihi TUHAN.
Memang
hal itu tidak seperti semudah seperti membalikkan telapak tangan, tetapi
kiranya TUHAN, Allah Roh Kudus memberi kekuatan dan kemampuan untuk mengasihi
TUHAN dan sesama.
Sekarang
kita membaca Kisah Para Rasul 7.
Kisah
Para Rasul 7:24-25
(7:24)
Ketika itu ia melihat seorang dianiaya oleh seorang Mesir, lalu ia menolong dan
membela orang itu dengan membunuh orang Mesir itu. (7:25) Pada sangkanya saudara-saudaranya akan mengerti,
bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi mereka
tidak mengerti.
Musa
menampilkan dirinya sebagai pemimpin yang baik dengan menolong dengan membela
bangsanya itu sendiri, dengan cara membunuh orang Mesir itu. Sebetulnya ini
bukan pemimpin yang benar dan berkenan kepada TUHAN.
Musa
mengira bahwa saudara-saudaranya yang telah dibela dan ditolong itu akan
mengerti bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka, tetapi mereka
tidak mengerti. Mereka tidak tahu bahwa Musa adalah seorang pemimpin yang
berasal dari TUHAN, tetapi Musa merasa bahwa dia pemimpin yang berasal dari
TUHAN.
Seringkali
anak-anak TUHAN, imam-imam, pelayan TUHAN, hamba TUHAN merasa dipakai TUHAN
tetapi sebenarnya tidak dipakai TUHAN.
Biarlah
kita bawa hidup ini turun sampai ke tempat yang rendah supaya kita mengerti
Firman TUHAN terkhusus soal pemimpin.
Saya
seringkali malu kalau saya renungkan segala perbuatan-perbuatan yang tidak
berkenan, yang tersembunyi, yang dahulu saya lakukan. Saya tidak tahu apakah
saudara tetap percaya diri dengan kesalahan-kesalahan sampai sekarang, tetapi
saya seringkali malu.
Kisah
Para Rasul 7:26-28
(7:26)
Pada keesokan harinya ia muncul pula ketika dua orang Israel sedang berkelahi,
lalu ia berusaha mendamaikan mereka, katanya: Saudara-saudara! Bukankah kamu
ini bersaudara? Mengapakah kamu saling menganiaya? (7:27) Tetapi orang yang berbuat salah kepada temannya itu menolak
Musa dan berkata: Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim
atas kami? (7:28) Apakah engkau
bermaksud membunuh aku, sama seperti kemarin engkau membunuh orang Mesir itu?
Keesokan
harinya ia muncul pula, berusaha tampil sebagai pemimpin, dan pada saat itu dia
melihat dua orang bangsanya (Israel) sedang berkelahi dan Musa berusaha tampil
menjadi pemimpin, menjadi pendamai. Kalau pemimpin tidak menjadi pendamai itu
bukan seorang pemimpin. Kalau pemimpin hanya berpihak kepada yang benar dan
mempersalahkan yang salah itu bukan pemimpin.
Pada
saat Musa tampil sebagai pemimpin dan berkata kepada dua orang yang serdang
berkelahi: “Saudara-saudara! Bukankah
kamu ini bersaudara? Mengapakah kamu saling menganiaya?” Perkataan ini menunjukkan
bahwa Musa memiliki pengetahuan yang tinggi, seorang yang intelektual.
Tetapi
orang yang melakukan kesalahan pada sesamanya menolak Musa untuk tampil sebagai
pemimpin, berarti Musa tidak berkuasa. Kalau hanya memiliki pengetahuan yang
berasal dari dunia tidak punya kuasa untuk menjadi pemimpin, untuk menjadi
pendamaian di dalam melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN.
Saya
baru menyadari, TUHAN utus saya untuk menyelesaikan banyak tugas-tugas
kesekretariatan wilayah tiga yang dipercayakan oleh TUHAN. Ternyata TUHAN lebih
tahu dari segala-galanya. Oleh sebab itu, kita harus belajar terus, tidak boleh
merasa sudah dipakai TUHAN padahal tidak dipakai TUHAN, merasa menjadi pemimpin
padahal ditolak.
Kemudian,
orang yang bersalah kepada sesamanya berkata kepada Musa: Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami?
Pemimpin
itu memang harus menjadi hakim yang adil, namun Musa di sini tidak diakui
karena dia tidak memiliki kuasa sebagai seorang pemimpin, dia tidak memiliki
kasih.
Apakah engkau
bermaksud membunuh aku, sama seperti kemarin engkau membunuh orang Mesir itu?
Musa
justru dituduh menjadi pemimpin yang bukan-bukan, dituduh sebagai seorang yang
tidak baik yaitu seorang pembunuh.
Kisah
Para Rasul 7:29
(7:29)
Mendengar perkataan itu, larilah Musa dan hidup sebagai pendatang di tanah
Midian. Di situ ia memperanakkan dua orang anak laki-laki.
Mendengar
pekerkataan itu, dia melarikan diri ke Midian, berarti; dikuasai oleh ketakutan
yang besar.
Dari
apa yang sudah kita terima malam ini kita dapat memetik suatu pelajaran yang
manis, bahwasannya pengetahuan Musa belum bisa dijadikan sebagai dasar dan
pijakan untuk melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN, belum cukup dijadikan dasar
untuk menjadi seorang pemimpin, pendamaian terhadap dosa. Ingat; pemimpin itu
harus menjadi contoh dan pendamai, itulah imam.
Saya
berharap sidang jemaat di Bandung dan di Malaysia, bahkan umat ketebusan TUHAN
mengikuti pelajaran yang manis malam ini dan jangan diabaikan begitu saja.
Kita
bandingkan dengan PEMIMPIN YANG BENAR, sebagai jalan keluar.
Matius
20:24
(20:24)
Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara
itu.
Pada
ayat 24 murid-murid bertengkar satu dengan yang lain hanya karena perkataan ibu
dari Yakobus dan Yohanes, anak Zebedeus, karena ia menginginkan kedua anaknya duduk
di sebalah kanan Allah Bapa. Permintaan ini adalah permintaan yang keliru,
karena untuk membawa kehidupan seseorang sampai berada Kerjaan Sorga itu bukan
hasil usaha atau permohonan atau permintaan seseorang, lalu mengajak TUHAN
Yesus melakukan nepotisme. Yang berhak dan layak untuk masuk ke dalam Kerajaan
Sorga adalah hak Bapa di Sorga bukan hak manusia. Jadi, manusia tidak bisa
mengajak TUHAN Yesus untuk nepotisme supaya dia berada di dalam Kerjaan Allah,
di sebelah kanan dan kiri Allah.
Oleh
karena permintaan dari ibu Yakobus dan Yohanes terjadilah keributan, kacaulah
suasana dalam perhimpunan itu. Oleh sebab itu, berusahalah kita membawa damai
sejahtera dalam setiap pertemuan-pertemuan apapun teramat lebih dalam pertemuan
ibadah. Tubuh, jiwa, roh harus membawa damai sejahtera, jangan membawa
kekacauan atau kegaduhan.
Melihat
situasi semacam ini, kita lihat respon TUHAN Yesus.
Matius
20:25-27
(20:25)
Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa
pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi
dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. (20:26) Tidaklah demikian di antara
kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi
pelayanmu, (20:27) dan barangsiapa
ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;
Melihat
situasai itu dengan spontan TUHAN Yesus menampilkan kepemimpinan kepada murid-murid.
Yang
menjadi pemimpin dalam ukuran dunia
adalah …
-
Pemerintah-pemerintah
bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dengan tangan besi, dengan
otoriter.
-
Pembesar-pembesar
menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Sedangkan,
pemimpin di dalam TUHAN adalah …
1.
Barangsiapa
menjadi besar, hendaklah ia menjadi pelayan. Berarti; yang terbesar menjadi
pelayan.
2.
Yang terkemuka
menjadi hamba.
Ini
pemimpin dalam TUHAN dan berkenan bagi TUHAN, pemimpin yang berkuasa. Sehingga
layak menjadi pendamaian karena tidak mengenal otoriter, tidak mengenal
kekerasan di dalam melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN.
Hamba
itu tidak mengenal kekerasan, hamba itu tidak membuat keonaran, hamba itu tidak
otoriter. Inilah pemimpin yang berkuasa dan layak menjadi pendamaian; menolong
dan membela kehidupan yang papah, hina, dina, sebagaimana Boas menolong
kehidupan dari pada Rut, bangsa kafir, yang ditandai dengan kelemahan.
Matius
20:25-27
(20:28)
sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani
dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Anak Manusia
datang bukan untuk dilayani, berarti pemimpin itu tidak kenal lelah, tidak
kenal kata kapok, lalu berkata “panggilan saya sudah habis.”
Anak
Manusia datang ke dunia ini bukan untuk dilayani, melainkan untuk;
-
melayani,
-
memberikan
nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.
Inilah
yang disebut pemimpin sejati, berarti menjadi pendamaian terhadap semua orang;
tidak mempersalahkan yang salah dan tidak membenarkan yang benar.
Kalau
kita mau belajar dari firman yang kita terima dan tidak lagi berkanjang kepada
pengetahuan, niscaya Allah tolong kita dan TUHAN pakai kita dengan luar biasa
dengan Roh-Nya yang tidak terbatas itu.
Hamba
TUHAN tidak boleh menyampaikan suatu pernyataan yang tida dia lakukan, sebab
perkataannya itu kosong dan tidak berkuasa. Tetapi kalau hamba TUHAN menghidupi
firman yang dia sampaikan itu seperti pedang bermata dua dan pedang itu akan
lebih tajam dari pedang bermata dua manapun di dunia ini karena sudah terlebih
dahulu mengenai dia. Maka, ini adalah dasar atau pijakan untuk mengenai sidang
jemaat.
Kita
membaca Yohanes 10, dengan perikop: “Gembala
yang baik.”
Siapa
gembala? Dia adalah pemimpin, karena gembala harus berjalan di depan untuk
menuntun, memimpin, sekaligus memberikan contoh teladan yang selanjutnya
diteladani oleh sidang jemaat sebagai kawanan domba Allah.
Yohanes
10:1-2
(10:1)
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang
domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah
seorang pencuri dan seorang perampok; (10:2)
tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba.
Setiap
hamba TUHAN atau gembala sidang (pemimpin rohani) harus melewati jalan sempit
dan pintu sesak itulah sangkal diri, pikul salib, sehingga dia layak untuk
menjadi pemimpin sejati, kalau tidak maka dia hanya merampoki uang sidang
jemaat. Kalau hanya mau enak dengan cara instan itu adalah perampok.
Banyak
sekali pemimpin tiba-tiba terkenal di media sosia; TikTok, Facebook, Instagram,
Youtube, kalau tidak melewati jalan sempit dan pintu sesak dia adalah perampok.
Saya punya dasar mengatakan itu, yaitu Alkitab yang tangan saya. Jadi, tidak
boleh kita membela diri.
Kalau
pemimpin tetapi tidak mau sangkal diri dan pikul salib, dia adalah seorang
perampok atau pencuri. Kalau saudara mengerti ini, maka ikutilah yang baik.
Sedangkan,
pemimpin sejati menyangkal diri dan memikul salib.
Yohanes
10:3-4
(10:3) Untuk
dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia
memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar.
(10:4) Jika semua dombanya telah
dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu
mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.
Pemimpin
sejati adalah gembala yang sudah menyangkal diri dan memikul salib, berarti
melewati jalan sempit dan pintu sesak. Dan dia akan menuntun di depan kawanan
domba, berarti menjadi contoh dan teladan bagi sidang jemaat.
Kalau
pemimpin dapat memberikan contoh dan teladan kepada sidang jemaat sebagai
kawanan domba Allah, otomatis dia berkuasa dengan bukti yaitu:
-
Domba-domba
mendengar suara gembala.
-
Domba-domba
mengikuti gembala.
Hal
itu sudah pasti, kalau memang domba itu TIDAK KAMBING.
Jadi,
jangan kita berpikir kalau domba-dombanya liar berarti gembalanya liar. Sebab
kalau domba itu kambing, maka liar juga walaupun gembala memberikan contoh.
Yesus Gembala Agung, tetapi sebagai kawanan domba kita sesat dan mengambil
jalannya masing-masing serta mengikuti keinginan di hati saja. Tetapi,
lihatlah; Gembala yang menjadi contoh teladan, Dialah pemimpin sejati.
Yohanes
10:9
(10:9) Akulah
pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan
keluar dan menemukan padang rumput.
Yesus
adalah pemimpin sejati, dengan pernyataan “Akulah
pintu.”
Akulah pintu, kalimat ini
memiliki makna yang amat dalam setelah kita telusuri firman, yaitu menunjukkan
bahwa Yesus adalah pemimpin sejati dan tidak bisa dipungkiri oleh siapapun.
Yohanes
10:11
(10:11) Akulah
gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi
domba-dombanya;
Akulah gembala
yang baik, bukti
bahwa Yesus adalah Gembala yang baik yaitu pemimpin kawanan domba adalah Yesus
menyerahkan nyawa bagi domba-dombanya. Inilah pemimpin sejati; Dia tidak takut
mati di atas kayu salib, dia tidak pecundang, dia tidak lari dari kenyataan
hidup dan hadapi saja persoalan yang begitu rumit yang terjadi di atas muka
bumi ini.
Dia
datang untuk menyelesaikan segala persoalan di atas muka bumi ini, segala
problema di atas muka bumi ini, segala pergumulan di atas muka bumi ini, segala
kekusutan-kekusutan yang terjadi dan tidak bisa diuraikan oleh siapapun
termasuk orang yang punya pengetahuan seperti Musa. Oleh sebab itu, Yesus
datang ke dunia ini untuk menyerahkan nyawa-Nya bagi domba-dombanya, Dia
menampilkan diri-Nya sebagai pemimpin sejati. Kasih Allah sempurna dalam
diri-Nya; Dia tidak takut mati, tetapi Dia sudah mati sebab Dia sudah
menyerahkan nyawa-Nya.
Sebaliknya,
kita akan melihat pemimpin yang tidak
diakui oleh TUHAN, pada ayat 12.
Ayat
12 terdiri dari dua angka yaitu angka 1 (satu) dan angka 2 (dua) itulah
penggenapan dari ayat 1 dan ayat 2.
Yohanes
10:12
(10:12)
sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba
itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu
lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba
itu. (10:13) Ia lari karena ia seorang
upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu.
Seorang
upahan yang bukan gembala mengaku bahwa dia pemimpin tetapi TUHAN tidak akui.
Sikap pemimpin semacam ini ketika melihat serigala datang itulah nabi-nabi
palsu, dia lari berarti dikuasai ketakukan seperti Musa, karena belum sempurna
dalam kasih.
Ia
lari karena dia adalah seorang upahan; perampok atau pencuri yang merampok
habis kantong sidang jemaat.
Oleh
sebab itu, oleh karena kemurahan TUHAN Musa diperkenankan lari ke Midian untuk
selanjutnya bertemu dengan Yitro. Lewat dari Yitro ini Musa banyak belajar dan
di situ dia menjadi gembala.
Betapa
hebat TUHAN dalam membuat sebuah rencana atau rancangan, tidak terselami oleh
pikiran manusia. Apapun yang kita alami saat ini ikuti saja sesuai dengan
rencana TUHAN dan jangan lari dari sana, tetap menjadi kawanan domba yang
tergembala sampai mendarah daging. Jangan lari dari situ, sebab pasti tepat
berada pada rencana Allah yang besar karena Dia pemimpin yang sejati, Dia akan
menuntun kawanan domba dan kawanan domba akan berada di mana Dia ada, berarti
tidak akan pernah sesat dan tidak akan disesatkan oleh dunia ini.
Kita
ini harus menanggalkan mindset yang
lama, paradigma yang lama, pengetahuan yang dari dunia dan kita harus menerima
pengetahuan Ilahi supaya dengan kita menerima itu kita dilayakkan dan dipakai
TUHAN, bahkan diakui menjadi pemimpin-pemimpin yang sejati, leadership handal yang dimulai dari diri
sendiri.
Pemuda-pemuda
mulai dari sejak sekarang engkau harus menjadi pemimpin supaya nanti manakala sudah
masuk dalam sebuah nikah engkau layak menjadi seorang pendamai, pemimpin. Kalau
tidak dari sejak sekarang engkau belajar menjadi seorang pemimpin, maka engkau
akan terus mengalami tangisan air mata dalam menghadapi nikahmu.
Akuilah
bahwa TUHAN dan hadirat-Nya kudus, oleh sebab itu tinggalkan pendirian atau
pijakan atau dasar yang lama itulah pengetahuan yang berasal dari dunia. Marilah
kita gunakan Firman Allah yang memberikan pengertian dan itu juga adalah
hikmat, akal budi, dan kebijaksanaan.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment