IBADAH RAYA
MINGGU, 31 OKTOBER 2021
KITAB WAHYU
PASAL 13
Wahyu 13:11-18
(Seri:
21)
Subtema: ALLAH ESA MEMBERI HIDUP
Pertama-tama, kita mengucapkan puji dan
syukur kepada TUHAN yang sudah memungkinkan kita untuk berada di tengah
perhimpunan Ibadah Raya Minggu yang disertai dengan kesaksian zangkoor, semua
karena kemurahan dari hati TUHAN. Dan
selanjutnya, biarlah kiranya kasih dan kemurahan TUHAN itu sempurna dalam
kehidupan kita, lewat Firman Allah yang akan dibukakan sebentar.
Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat
yang di Bandung dan di Malaysia, bahkan umat ketebusan TUHAN yang senantiasa
setia untuk tekun digembalakan oleh GPT "BETANIA" Serang Cilegon, Banten,
Indonesia, lewat live streaming video
internet, di mana pun anda berada, TUHAN kiranya menyatakan kasih dan
kemurahan-Nya kepada kita sekaliannya. Dan selanjutnya, Firman yang dibukakan
itu kiranya meneguhkan setiap kehidupan kita yang hadir pada saat ini secara offline maupun yang mengikuti secara online, sehingga ibadah ini tidak
menjadi percuma, tidak menjadi sia-sia, tetapi betul-betul mengandung janji dan
kuasa, baik untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang, nama TUHAN
dipermuliakan.
Selanjutnya, kita sambut Firman Penggembalaan
untuk Ibadah Raya Minggu adalah KITAB
WAHYU 13, dan sekarang kita masih berada pada ayat 15, dengan perikop: “Binatang
yang kedua dari dalam bumi”
Wahyu 13:15
(13:15) Dan kepadanya diberikan kuasa untuk memberikan
nyawa kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu berbicara
juga, dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak
menyembah patung binatang itu, dibunuh.
Binatang yang pertama yang keluar dari
dalam laut, yakni antikris, memberikan kuasa yang besar kepada binatang yang
kedua, yang keluar dari dalam bumi, yakni nabi-nabi palsu. Tujuannya adalah supaya
nabi-nabi palsu itu memberikan nyawa kepada patung binatang (patung antikris),
sehingga:
-
Patung binatang itu berbicara seperti
layaknya manusia berbicara.
-
Kemudian, patung binatang itu bertindak
begitu rupa, berarti; tindakannya itu sama seperti manusia bertindak, dapat
melakukan banyak perkara.
Berarti, patung binatang itu hidup,
tetapi menjalankan hidup yang palsu = HIDUP TETAPI PALSU.
Sekarang, kita akan bandingkan dengan HIDUP
YANG SEBENAR-BENARNYA, di dalam Imamat 17.
Imamat 17:11
(17:11) Karena nyawa makhluk ada di dalam
darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk
mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian
dengan perantaraan nyawa.
Perlu untuk kita ketahui bersama-sama:
Nyawa makhluk ada di dalam darahnya. Kemudian, Allah telah memberikan darah itu
kepada bangsa Israel di atas mezbah = Allah telah menumpahkan darah-Nya di atas
Mezbah Korban Bakaran untuk mengadakan pendamaian bagi nyawa mereka atau hidup
bagi bangsa Israel.
Hal ini merupakan suatu nubuatan yang besar
dan mulia, sebab Yesus telah menggenapi nubuatan yang besar ini di atas kayu
salib; darah-Nya tercurah di atas kayu salib, dan Ia menyerahkan nyawa-Nya.
Jadi, jelas; nyawa dari binatang terdapat pada darah binatang itu sendiri. Dan
darah itu sudah diberikan, dan telah dipersembahkan untuk menebus nyawa,
menebus hidup dari umat Israel, umat manusia.
Kemudian, kalimat berikutnya pada ayat 11 ini: Karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa.
Kebenaran dari pernyataan kalimat ini akan kita buktikan di dalam Injil Matius 27, dengan perikop: “Yesus mati”
Matius 27:50
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara
nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Yesus mati di atas kayu salib, darah-Nya
tercurah atas kita semua, dengan demikian; Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk
kita semua, untuk menyelamatkan nyawa atau hidup dari manusia berdosa.
Namun, pada ayat 50 ini ada kalimat yang berkata: “Yesus berseru pula dengan suara nyaring” Apa seruannya?
Matius 27:45-46
(27:45) Mulai dari jam dua belas kegelapan
meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. (27:46) Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring:
"Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa
Engkau meninggalkan Aku?
Kira-kira jam 3 (tiga) sore berserulah
Yesus dengan suara nyaring. Adapun seruan itu adalah “Eli, Eli, lama sabakhtani?”, artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Jadi, dari seruan ini kita dapat
menyimpulkan bahwa: Yesuslah satu-satunya yang telah mengerjakan pekerjaan penebusan
dan pendamaian terhadap dosa manusia di atas kayu salib, tidak ada yang lain.
Patung berhala apapun tidak dapat
menebus dosa manusia, karena sesungguhnya, sekalipun kepada patung berhala diberikan
nyawa oleh nabi-nabi palsu, namun dia menjalankan hidup yang palsu; jadi,
tiadalah mungkin dapat menebus dan menghidupkan orang berdosa dari maut. Yesus
adalah satu-satunya, tidak ada yang lain.
Hal itu dinyatakan oleh Rasul Paulus
kepada anak kekasihnya, yaitu Timotius, di dalam 1 Timotius 2.
1 Timotius 2:5
(2:5)
Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara
antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,
Allah itu esa, Dia satu-satunya Allah
yang hidup; Allah Abraham, Ishak dan Yakub, maka esa pula Dia yang menjadi
pengantara antara Allah dengan manusia di atas kayu salib, yaitu manusia
Kristus Yesus.
Jadi, Ia telah menyerahkan diri-Nya
sebagai tebusan bagi semua manusia, dan Dialah satu-satunya yang mengerjakan
penebusan dan pendamaian terhadap dosa manusia, tidak ada yang lain. Barang
fana tidak dapat menebus dosa; harta, kekayaan, kedudukan, jabatan, gelar
tinggi di atas pundak pun tidak bisa menebus dosa.
Allah itu esa, dan esa pula Dia
mengerjakan pekerjaan penebusan dan pendamaian di atas kayu salib, tidak ada
yang lain; Dialah yang menjadi penghubung antara Allah dengan manusia. Manusia
tidak akan sampai kepada Allah bila tidak ada pengantara, bila tidak ada penghubung
antara sorga dengan bumi, itulah salib Kristus (korban Kristus).
Oleh sebab itu, biarlah kita sekaliannya
menjunjung tinggi korban Kristus. Salah satunya, untuk datang ke tempat ini
saja, kita harus junjung tinggi korban Kristus; karena untuk datang ke tempat
ini, kita harus mengorbankan banyak perkara, mulai dari tenaga, pikiran, waktu,
uang, bensin, semuanya harus dikorbankan; oleh sebab itu, mari kita junjung
tinggi korban Kristus, karena Allah itu esa, dan esa pula Dia yang menjadi
pengantara antara Allah dengan manusia. Jadi, jangan rendahkan korban Kristus.
1 Timotius 2:5-6
(2:5)
Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara
Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (2:6) yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan
bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.
Yesus telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian
pada waktu yang ditentukan. Yesus telah mengerjakan pekerjaan penebusan dan
pendamaian terhadap dosa manusia; Ia telah menyerahkan nyawa-Nya, darah-Nya telah
tercurah di atas kayu salib.
Kemudian, kita akan melihat bagaimana
Rasul Paulus memandang salib di Golgota, supaya kita juga akhirnya belajar dari
cara Rasul Paulus memandang salib di Golgota.
1 Timotius 2:7
(2:7)
Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul
-- yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta -- dan sebagai pengajar
orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran.
Pendeknya: Setiap hamba TUHAN yang
kepadanya telah dipercayakan karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus,
maka dia harus bertanggung-jawab di dalam hal menjalankan tugasnya, yaitu membawa
berita pendamaian.
Seorang hamba TUHAN, seorang imam harus
diutus untuk menjadi pendamaian. Jadi, seorang hamba TUHAN tidak hanya untuk
terlihat hebat di dalam pelayanan, tidak boleh melayani hanya untuk pamer-pamer
atau mempertontonkan kelebihan-kelebihan yang dia miliki; tetapi seorang hamba
TUHAN, seorang imam, seorang pelayan TUHAN yang sudah menerima karunia-karunia
Roh-El Kudus dan menerima jabatan-jabatan Roh-El Kudus, maka tugasnya (tanggung
jawabnya) adalah untuk membawa berita pendamaian; jangan lupa untuk itu.
Tetapi banyak di antara kita hanya mau
melayani di mimbar, mempertontonkan kelebihannya, tetapi ogah-ogahan di dalam
hal memikul tanggung jawabnya, yaitu membawa berita pendamaian, justru kadang-kadang
malah bikin rusuh. Ini adalah kekeliruan di dalam melayani TUHAN; melayani
tetapi bikin rusuh …
-
Perkataannya bikin rusuh, bikin susah hati
orang.
-
Tindakannya, perbuatannya bikin rusuh, bikin
susah hati orang.
Berarti, dia belum mengerti tanggung
jawab dari apa yang sudah dipercayakan oleh TUHAN kepada dia.
Inilah yang saya maksud tadi, bahwa kita
harus belajar bagaimana sikap Rasul Paulus memandang salib di Golgota, supaya
kita meneladaninya di dalam kita beribadah dan melayani TUHAN, dimulai dari
nikah dan rumah tangga kita masing-masing.
Pelan-pelan kita belajar, sebab TUHAN
juga menuntun kita dengan pelan-pelan, asal kita juga memandang-Nya, mendengarkan-Nya,
memperhatikan-Nya dengan baik.
Hal yang senada di dalam 1 Timotius 2:5-7 dapat kita temukan di
dalam 2 Korintus 5, dengan perikop:
“Pelayanan untuk pendamaian”
Pelayanan dari seorang hamba TUHAN adalah untuk membawa berita pendamaian. Jadi,
jangan hanya bisa berdiri di altar (di mimbar) mempertontonkan kelebihan,
kebolehan, kemampuan, tetapi tidak membawa berita pendamaian; mulai sekarang,
ubah sikap dan pengertian yang bodoh semacam itu. Di mana pun kita berada,
harus selalu membawa berita pendamaian; jangan membuat kerusuhan, jangan bikin
susah hati orang lain. Kalau memang rindu melayani TUHAN, kalau memang ingin
menjadi pelayan, hamba TUHAN, belajarlah baik-baik dari Firman TUHAN Yesus
Kristus.
2 Korintus 5:18
(5:18) Dan semuanya ini dari Allah, yang
dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya
dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami.
Yesus Kristus adalah Imam Besar Agung.
Tugas dari Imam Besar Agung adalah mengerjakan penebusan dan pendamaian
terhadap dosa, dengan lain kata; menjadi pengantara antara Allah dengan
manusia. Pengantara, berarti; mengadakan pendamaian terhadap dosa manusia di
atas kayu salib. Itulah tugas dari Yesus Kristus, sebagai Imam Besar.
Yesus Kristus telah mengerjakan
penebusan dan pendamaian terhadap dosa, supaya manusia berdosa berdamai dengan
Allah. Kemudian, sebagai Imam Besar Agung, Yesus Kristus juga mempercayakan
tugas pendamaian itu kepada setiap hamba-hamba TUHAN yang telah menerima
karunia-karunia Roh-El Kudus dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus.
Jadi, melayani bukan untuk pamer,
apalagi mencari pujian dan hormat, bukan; tetapi diutus untuk membawa berita
pendamaian, baik perkataan membawa damai sejahtera, apalagi tindakan dan
perbuatan juga harus membawa damai sejahtera.
2 Korintus 5:19
(5:19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan
diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka.
Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.
TUHAN tidak memperhitungkan pelanggaran manusia
-- besar atau kecil, TUHAN tidak perhitungkan --, bahkan sebagai Imam Besar
Agung, Yesus Kristus telah mengerjakan pekerjaan penebusan dan pendamaian terhadap
dosa manusia; ingatlah itu, hai imam-imam.
Sekiranya kita -- sebagai imam --
mungkin masih jauh dari Firman yang disampaikan, ya sedikitlah kita memiliki budaya malu, maksudnya; secepatnya kita
mengakui bahwa kita memang sedang berjuang. Kalau berjuang, berarti “berjuang”.
Jangan tidak mau berjuang, tetapi membela diri dengan berkata: “Sedang berjuang, Om”, padahal tidak mau
berjuang. Berkata: “Sedang belajar, Om”,
tetapi justru tidak mau belajar dari kesalahan. Ini adalah kebodohan yang
konyol, yang tetap dipertahankan; jangan kita seperti itu.
Memang, kalau penyucian Firman
dinyatakan, itu sakit. Baju yang kotor, untuk mencapai kesucian, itu harus
disikat. Dan ketika kita mengalami penyucian, pasti sakit rasanya. Tidak ada
orang yang mengalami penyucian, namun tidak sakit bagi daging; pasti sakit,
tetapi hasilnya suci sampai sempurna. Terimalah itu, supaya kita memiliki jubah
putih, lenan halus -- putih berkilau-kilauan --.
Jadi, dari pihak kita sebagai imam-imam
adalah diutus untuk membawa berita pendamaian. Sedangkan dari pihak sidang
jemaat adalah harus merelakan hati untuk disucikan, walaupun sakit rasanya bagi
daging. Ketika dosa ditunjuk-tunjuk, rasanya sakit bagi daging, tetapi itu
tidak mengapa, supaya kita suci sampai sempurna, sama mulia dengan Dia.
2 Korintus 5:20
(5:20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan
Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami;
dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan
dengan Allah.
Hamba TUHAN diutus untuk membawa berita
pendamaian. Jadi, jelas; hamba TUHAN adalah perantaraan antara Allah dengan sidang
jemaat; maka, mau tidak mau, kita harus menerima berita pendamaian itu.
Singkatnya: Rasul Paulus betul-betul bertanggung
jawab di dalam hal menunaikan tugasnya, yakni membawa berita pendamaian. Dan
besar harapannya, sudah sidang jemaat di Korintus ini juga memberi diri untuk
diperdamaikan lewat ibadah dan pelayanannya kepada TUHAN.
2 Korintus 5:21
(5:21) Dia yang tidak mengenal dosa
telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan
oleh Allah.
Allah memperdamaikan manusia dengan diri-Nya,
dengan perantaraan Anak-Nya yang tunggal, berarti; yang ditumbalkan, yang
dikorbankan adalah Yesus Kristus. Yesus menjadi dosa karena manusia berdosa, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.
Singkat kata: Yang menjadi pengantara
antara Allah dengan manusia harus siap dan rela untuk dikorbankan, supaya orang
lain berdamai dengan Allah.
-
Suami harus siap menjadi imam untuk
memperdamaikan dosa isteri kepada Allah.
-
Isteri juga tidak salah bila menjadi
korban pendamaian untuk memperdamaikan seisi rumahnya.
-
Siapa pun kita yang sudah menerima
pengertian dari sorga harus siap dan rela menjadi korban untuk memperdamaikan
dosa sesama.
TUHAN itu sungguh baik dan teramat baik.
Dia tidak pernah terlambat untuk menyatakan kasih dan kemurahan-Nya; Dia tidak
pernah lupa untuk memberkati kehidupan kita masing-masing, dan berkat-Nya itu
pun tidak pernah terlambat, tepat pada waktu-Nya, sehingga kedatangan kita pun di
tempat ini bukan suatu kebetulan. Kita mendengar Firman malam ini juga bukan
suatu kebetulan.
Sekali lagi saya sampaikan: Seorang
hamba TUHAN yang diutus, kepadanya dipercayakan untuk membawa berita pendamaian.
Berita salib adalah berita yang memberi damai sejahtera.
1 Korintus 8:4
(8:4)
Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu: "tidak ada
berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang
esa."
Perhatikan kalimat: Tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain dari pada Allah
yang esa. Allah itu esa. Tidak ada berhala-berhala lain yang harus kita sembah
seperti kita menyembah Allah yang esa. Di atas muka bumi ini, kita sudah harus
bercerai dari berhala-berhala di bumi ini, sebab hanya satu Allah, Dialah Allah
yang hidup -- Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub --. Kita harus bercerai
dan terlepas dari penyembahan berhala, karena Allah itu esa, sekalipun di dunia
ini terlalu banyak berhala.
Jadi, Allah itu esa. Tadi, kita sudah
melihat “esa pula Dia yang menjadi pengantara”, tidak ada yang lain. Sekalipun
di dalam dunia ini terlalu banyak berhala, tetapi kita harus tetap menyembah
Allah yang esa, Allah yang hidup -- Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub --,
hanya Dia satu-satunya yang mampu menyelamatkan kehidupan kita sekaliannya.
Saudara harus miris hati saat mendengar
seruan: “Eli, Eli, lama sabakhtani? Allah-Ku,
Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Jadi, Seorang diri saja Dia
menanggung dosa manusia di atas kayu salib. Seruan ini sudah harus membebat
hati kita.
1 Korintus 8:5-6
(8:5)
Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun
di bumi -- dan memang benar ada banyak "allah" dan banyak
"tuhan" yang demikian -- (8:6)
namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari
pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan
saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan
yang karena Dia kita hidup.
Di atas muka bumi ini begitu banyak
“allah” dan banyak “tuhan-tuhan kecil”, tetapi bagi kita hanya satu Allah, Dialah
Bapa di sorga, untuk Dialah kita hidup. Kita hidup untuk Dia, bukan untuk yang
lain-lain.
Jangan kita hidup karena “perut”, jangan
kita hidup karena “uang”, jangan kita hidup karena “pekerjaan”, jangan kita
hidup karena “gelar ijazah”, jangan kita hidup karena “daging”, jangan kita
hidup karena “dunia ini”, tetapi kita hidup karena Dia, untuk Dia kita hidup.
Kemudian, TUHAN Yesus Kristus, Dialah
yang menjadikan segala sesuatu yang ada ini, dan karena Dialah kita hidup.
Jadi, kalau kita hidup untuk Allah, itu karena Dia yang sudah membuat kita
hidup.
Barang fana tidak membuat kita hidup;
harta, kekayaan, emas dan perak tidak membuat manusia hidup; tetapi yang
menjadikan kita hidup adalah TUHAN Yesus Kristus. Oleh sebab itu, kita hidup
hanya untuk Dia, Allah yang hidup, Bapa yang kekal.
Kalau kita hidup karena “uang”, maka
hiduplah untuk “uang”, tetapi karena kita hidup karena Allah Bapa di sorga,
maka hidup kita adalah untuk Dia. Jadi, jangan diputar balik.
Untuk yang lahiriah -- allah kecil,
tuhan kecil -- kita banyak berkorban, tetapi untuk TUHAN yang menjadikan kita justru
tidak mau berkorban; itu adalah suatu kekeliruan. Jangan kita membuat TUHAN
cemburu karena allah-allah kecil dan tuhan-tuhan kecil di bumi ini.
Intinya: Hanya ada satu Allah saja,
yaitu Bapa di sorga. Dan segala sesuatu berasal dari pada-Nya, dan untuk Dialah
kita hidup, bukan untuk patung berhala yang hidupnya palsu -- sekalipun dapat berbicara
dan bertindak begitu rupa, tetapi palsu --.
Kemudian, oleh karena TUHAN Yesus
Kristus yang telah menjadikan segala sesuatu, maka karena Dia dan oleh
darah-Nya, kita hidup. Inilah hidup yang sesungguhnya, dan kita harus bersyukur
kepada TUHAN.
Yudas 1:24
(1:24) Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan
kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh
kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya,
Bagi Dia, yang berkuasa menjaga kita
semua, supaya kita semua jangan tersandung, dan yang membawa kita sampai kepada
kesempurnaan dan kemuliaan kekal. Dia yang menjaga kita, dan selanjutnya Dia
juga yang membawa kita sampai kepada kekekalan.
Harta, kekayaan, uang yang banyak,
pikiran perasaan manusia daging, kedudukan, jabatan tidak bisa membawa kita sampai
kepada kekekalan, dan tidak bisa membawa kita sampai kepada kesempurnaan; hanya
TUHAN saja, sebab Allah kita esa.
Yudas 1:25
(1:25) Allah yang esa,
Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan,
kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan
sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.
Allah yang esa, Juruselamat kita oleh
Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan
kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya, tidak untuk
yang lain. Saudara harus setuju dengan hal ini, karena kalau kita “hidup”, itu
karena Allah yang memberi kita “hidup”, di mana Ia telah menumpahkan (mencurahkan)
darah-Nya di atas kayu salib untuk menebus nyawa (hidup) kita masing-masing.
Inilah hidup yang sebenar-benarnya.
Kalau mengabdi kepada patung berhala, sekalipun
dia bisa berbicara dan bertindak begitu rupa, itu adalah kehidupan yang palsu. Tetapi
kehidupan yang sebenarnya adalah kita senantiasa menjunjung tinggi korban
Kristus; itulah hidup yang sebenarnya. Jadi, kalau anak TUHAN tidak mengerti
menjunjung tinggi korban Kristus, dia sibuk dengan berhalanya, itu adalah hidup
palsu, sama seperti patung berhala yang hidupnya palsu.
Nabi palsu memberikan nyawa sehingga
patung itu hidup, apa buktinya? Dapat
berkata-kata, dapat bertindak begitu rupa, tetapi kehidupannya palsu, sama
seperti manusia; kalau manusia sibuk dengan berhalanya, itu adalah kehidupan
yang palsu.
Maka, bersyukur saja kepada TUHAN,
karena rahmat-Nya, Ia memberikan hari ketujuh (hari Sabat), hari perhentian
bagi TUHAN Allah, sehingga lewat ibadah ini, kita berhenti dari berhala,
berhenti dari kesibukan-kesibukan. Jadi, jangan sampai kita tinggalkan TUHAN,
jangan sampai kita tinggalkan ibadah demi pekerjaan. Jangan tinggalkan TUHAN,
jangan tinggalkan ibadah hanya demi perkara lahiriah, itu adalah berhala, itu
adalah kehidupan yang palsu.
Sekalipun dia kaya, sekalipun dia
mempunyai kedudukan jabatan dengan sederet gelar yang tinggi di atas pundak;
sesungguhnya, hidupnya palsu di hadapan TUHAN. Tetapi manusia kadang-kadang
tertipu melihat kepalsuan semacam itu, maka ada istilah “mata hijau” ketika
melihat uang.
Kalau mata sudah hijau ketika melihat
uang, itu adalah kekeliruan, sebab TUHAN kita bukan uang. Uang tidak bisa
memberi nyawa, patung berhala apapun tidak bisa memberi nyawa. Tidak sedikit
manusia yang berkata: “Uang yang mengatur
dunia ini”, sesungguhnya ini adalah pengertian yang salah. Itu adalah
perkataan sebelum mengenal TUHAN, tetapi setelah mengenal TUHAN, maka
seharusnya berkata: “TUHAN yang mengatur
hidupku.”
Kita kembali untuk menyelidiki Imamat 17.
Imamat 17:11-13
(17:11) Karena nyawa makhluk ada di dalam
darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan
pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian
dengan perantaraan nyawa. (17:12)
Itulah sebabnya Aku berfirman kepada orang Israel: Seorang pun di antaramu janganlah
makan darah. Demikian juga orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu tidak
boleh makan darah. (17:13)
Setiap orang dari orang Israel dan dari orang asing yang tinggal di
tengah-tengahmu, yang menangkap dalam perburuan seekor binatang atau burung
yang boleh dimakan, haruslah mencurahkan darahnya, lalu menimbunnya
dengan tanah.
Ini adalah nubuatan besar yang telah
digenapi Yesus di atas kayu salib; Dia telah mengerjakan pekerjaan penebusan
pendamaian di atas kayu salib untuk memperdamaikan dosa manusia. Dia telah
mencurahkan darah-Nya di atas kayu salib, dan Ia telah menyerahkan nyawa-Nya di
atas kayu salib.
Perhatikan: Karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa, maka
setiap orang -- baik Yahudi, maupun non Yahudi (kafir) -- dilarang untuk makan
darah binatang. Sebaliknya, darah itu harus ditumpahkan, darah itu harus
dicurahkan, lalu ditimbun (dikubur) dengan tanah. Pendeknya: Pengorbanan dari
TUHAN Yesus Kristus di atas kayu salib berkuasa untuk mengubur hidup yang lama.
Korban Kristus berkuasa untuk mengubur
hidup lama kita, maka darah tidak boleh dimakan, melainkan harus dicurahkan dan
ditimbun, ditutup, dikubur. Arti rohaninya untuk kita sekarang; korban Kristus
berkuasa untuk mengubur hidup lama kita semua.
Sebelum terpanggil di dalam TUHAN banyak
kekurangan, banyak kelemahan, banyak kesalahan (pelanggaran), baik yang
diperbuat dengan sengaja maupun yang tidak sengaja, tetapi oleh karena darah
salib -- itulah korban Kristus --, maka hidup lama, dosa sebesar apapun, sekalipun
dosa itu begitu hitam seperti lumpur hitam, namun semuanya terkubur dengan baik;
TUHAN tidak memperhitungkan.
Bersyukurlah punya TUHAN yang hidup;
lebih bersyukur dari orang yang mempertuhankan uang yang banyak. Sekali lagi
saya tandaskan: Kita harus bersyukur dibandingkan orang-orang di luaran sana
yang mempertuhankan uang yang banyak, karena uang tidak mempunyai darah, uang
tidak bisa mengubur hidup lama. Percaya saja.
Jadi, korban Kristus berkuasa untuk mengubur
hidup lama kita masing-masing, dan TUHAN tidak memperhitungkan dosa apapun itu,
asal saja kita mau menyerahkan diri untuk ditebus oleh darah Anak Domba.
Soal penebusan ini, saya terinspirasi
sedikit: Seseorang yang berada di dalam penjara bisa ditebus dengan tebusan
(bayaran) uang, kalau ia mempunyai uang yang banyak. Lalu bagaimana kalau ia
tidak punya uang? Maka, tentu dia tidak bisa ditebus dari penjara itu. Tetapi
lihatlah baiknya TUHAN; Dia tidak melihat latar belakang kita, TUHAN tidak
melihat kita datang dari mana, TUHAN tidak melihat dosa apa yang sudah kita
lakukan di belakang. Yang TUHAN mau adalah kita mau membuka hati, menyerahkan
hati kita kepada TUHAN, selanjutnya darah salib Kristus (korban Kristus)
berkuasa untuk mengubur hidup lama kita semua, secara gratis; namun dari sisi
kita, kita harus datang menyerahkan diri.
Kalau seseorang mau menebus orang yang
di dalam penjara, maka dia (si penebus) harus mempunyai uang; hal ini pun dapat
kita kerjakan. Tetapi ini yang gratisan kok
tidak mau? Bodoh sekali kita kalau kita tidak mau. Persoalannya hanya hati
saja yang dituntut TUHAN; hati ini yang dituntut oleh TUHAN Yesus, bukan wajah
cakep. Bukan wajah ganteng dan cantik yang dituntut TUHAN, tetapi hati yang
dituntut oleh TUHAN.
Kita hubungkan dengan Roma 6, dengan perikop: “Mati dan bangkit dengan Kristus”
Roma 6:5
(6:5)
Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan
kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama
dengan kebangkitan-Nya.
Jika kita satu dengan kematian-Nya,
tentu saja kita juga satu di dalam kebangkitan-Nya. Kalau kematiannya benar,
maka kebangkitannya benar. Jangan sampai melayani, tetapi kematiannya tidak
benar; ini kebangkitan palsu namanya.
Melayani, tetapi tidak masuk dalam
pengalaman kematian, hidup lama belum dikubur, maka disebutlah itu kebangkitan
palsu. Tetapi kalau kematiannya sudah benar, hidup lama sudah terkubur, pasti
kebangkitannya juga benar, tidak palsu.
Roma 6:6
(6:6)
Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan,
supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan
diri lagi kepada dosa.
Pendeknya: Oleh karena darah salib
Kristus, maka tubuh dosa kita -- kehidupan manusia yang berdosa ini -- hilang
kuasanya, dosa dalam hidup ini hilang kuasanya, dengan demikian; kita tidak
lagi menghambakan diri kepada dosa.
Kalau kuasa dosa sudah hilang dalam
hidup ini, maka kita tidak mungkin lagi menjadi hamba dosa; itu sebabnya, darah
itu tidak untuk dimakan, tetapi untuk dicurahkan, lalu dikubur, supaya kita
jangan menjadi hamba dosa. Itulah maksud TUHAN dalam tulisan Imamat tadi.
Roma 6:7-8
(6:7)
Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. (6:8) Jadi jika kita telah mati
dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.
Siapa
yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Mati = Daging
tidak bersuara lagi. Tidak ada orang mati yang marah-marah ketika ia diteriaki;
tidak ada orang mati yang marah-marah ketika ia dizalimi; tidak ada orang mati yang marah-marah ketika ia difitnah.
Jadi, siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa. Biarlah kita satu
dalam kematian Yesus Kristus, supaya bebas dari dosa; ini adalah kebangkitan
yang benar. Kalau kematiannya benar, maka kebangkitannya juga benar, hidupnya
benar, bebas dari dosa.
Kalau kita satu dalam kematian Yesus
Kristus, maka kita hidup juga bersama dengan Dia untuk selama-lamanya di dalam
kehidupan yang kekal, bahagia bersama dengan Dia selama-lamanya. Bukankah itu
yang kita cari?
Uang, harta, kekayaan, perkara lahiriah
lainnya hanya memberikan kebahagiaan sesaat. Kalau lagi ada uang, kita bahagia;
tetapi ketika habis uang, hilang kuasa penghiburannya. Berbeda dengan darah
salib yang berkuasa untuk mengubur hidup lama, sehingga terbebas dari kesusahan.
Bukankah yang membuat susah adalah hidup lama itu? Biar tidak punya uang
banyak, tetapi kalau bebas dari dosa, maka nikah dan rumah tangga bahagia. Bukankah
kebahagiaan semacam ini yang kita cari?
Akhirnya, dapatlah kita mengetahui hidup
seseorang “oh, dia punya TUHAN” Atau
sebaliknya, kalau dia bahagia karena uang, kita dapat mengetahui “oh, TUHANnya adalah uang” Jadi, kita
dapat tahu: Si A, TUHANnya apa, dan si B,
TUHANnya apa. Saya pun tahu; walaupun saya tidak menilai-nilai, tetapi itu
sudah ternilai karena saya melihat, namun cukup di hati saja.
Sekarang kita akan melihat: DAMPAK
POSITIF MENGUBUR HIDUP LAMA, di dalam Imamat
12, dengan perikop: “Satu tempat
ibadah” Tidak boleh kita beribadah di dua tempat atau banyak tempat, tetapi
harus satu tempat beribadah; Alkitab yang mengatakannya.
Ulangan 12:21
(12:21) Apabila tempat yang akan dipilih TUHAN,
Allahmu, untuk menegakkan nama-Nya di sana, terlalu jauh dari tempatmu, maka
engkau boleh menyembelih dari lembu sapimu dan kambing dombamu
yang diberikan TUHAN kepadamu, seperti yang kuperintahkan kepadamu, dan memakan
dagingnya di tempatmu sesuka hatimu.
Yesus telah memecahkan segenap hidup-Nya
di atas kayu salib, itulah sebabnya kita ada di tengah-tengah perhimpunan
Ibadah Raya Minggu seperti malam ini.
Jarak antara rumah kita dengan tempat
ini ada yang jauh, juga ada yang dekat; dan kita berhimpun di tempat ini seperti
malam ini, dan TUHAN sudah membukakan rahasia Firman-Nya bagi kita semua, yang
kita nikmati dengan bebas, tanpa bayaran. Kita tempuh jarak yang jauh, jarak
yang dekat, kita menjadi satu di satu tempat. Dan TUHAN sudah menyediakan
korban persembahan; TUHAN sudah menyerahkan diri-Nya untuk dipecah-pecahkan di
atas kayu salib, itulah Firman yang dibukakan, yang dapat kita nikmati dengan
bebas.
Kita ada di tempat ini adalah untuk
menikmati pembukaan Firman; Dialah Pribadi yang sudah dikorbankan dan
dipersembahkan di atas kayu salib. Tubuh-Nya sudah dipecah-pecahkan di atas
kayu salib, itulah Firman yang sudah dibukakan untuk kita nikmati dengan bebas,
tidak perlu bayaran.
Tetapi kita harus menempuh jarak yang
jauh dan jarak yang dekat untuk berada di satu tempat ini, bukan? Bersyukurlah
kepada TUHAN; hanya ada satu tempat untuk menikmati pembukaan Firman dengan
bebas.
Ulangan 12:22-23
(12:22) Tetapi engkau harus memakan dagingnya,
seperti memakan daging kijang atau daging rusa; baik orang najis maupun orang
tahir boleh memakannya. (12:23)
Tetapi jagalah baik-baik, supaya jangan engkau memakan darahnya, sebab darah
ialah nyawa, maka janganlah engkau memakan nyawa bersama-sama dengan
daging.
Siapa saja, orang benar, orang suci, dan
orang yang masih merasa diri berdosa bebas menikmati pembukaan rahasia Firman,
tidak boleh dihalang-halangi. Seorang pun tidak boleh dihalang-halangi untuk
datang beribadah, untuk menikmati pembukaan rahasia Firman.
Tetapi yang perlu untuk diperhatikan
adalah jangan makan darahnya, sebab di dalam darah terdapat nyawa. Darah terdapat
di dalam nyawa; maka, jangan memakan nyawa bersama-sama dengan daging.
Ulangan 12:24
(12:24) Janganlah engkau memakannya; engkau
harus mencurahkannya ke bumi seperti air.
Jangan makan daging bersama-sama dengan
darah, tetapi darah itu harus dicurahkan ke bumi seperti air. Artinya,
kehidupan yang telah mengubur hidup yang lama akan hidup di dalam kelimpahan
kasih karunia seperti air yang mengalir.
Ingat: Kalau kematiannya benar, maka
kebangkitannya benar. Ayo, bersama-sama kita untuk bersegera mengubur hidup
lama, sebab dampak positifnya adalah hidup di dalam kelimpahan kasih karunia,
seperti air yang mengalir tidak berkesudahan, tidak pernah berhenti kasih TUHAN
kepada kita semua, mengalir dari sorga, seperti ada lagu yang mengatakan: Kasih dari sorga memenuhi tempat ini. Kasih
dari Bapa sorgawi. Kasih dari Yesus mengalir di hatiku, membuat damai di
hidupku. Mengalir kasih dari tempat tinggi. Mengalir kasih dari takhta Allah
Bapa. Mengalir, mengalir, mengalir dan mengalir. Mengalir memenuhi hidupku
Kembali saya sampaikan: Inilah dampak
positif kalau hidup lama sudah terkubur, yaitu kita boleh menikmati kelimpahan
kasih karunia, seperti air yang mengalir, yang tidak pernah berhenti, tidak
pernah berkesudahan. Dan hal itu terbukti seperti yang dikatakan oleh Rasul
Paulus kepada jemaat di Efesus, yang dapat kita lihat di dalam Efesus 2.
Bayangkanlah, surat dari sorga dilayangkan
(dikirimkan) kepada kita: Seperti Rasul Paulus mengirimkan surat-suratnya
kepada jemaat di Asia kecil; demikianlah TUHAN melayangkan (mengirimkan) surat
itu kepada kita. Karena surat itu datang dari Orang yang kita cintai, datang
dari Kekasih kita, sehingga sangat rindu kita untuk membaca surat ini, sehingga
tidak pernah ada rasa bosan saat mendengar Firman TUHAN. Karena Dia terlalu
kita cintai, maka apapun yang diucapkan-Nya begitu manis, begitu mempesona hati
kita; Dia memahami isi hati kita, Dia mengerti hati ini, Dia tahu apa yang kita
perlukan, Dia sukakan hati kita, sehingga tidak membosankan saat dengar Firman
TUHAN. Ini adalah kasih yang melimpah yang dituliskan (dilayangkan) oleh Rasul
Paulus kepada jemaat di Efesus; karena TUHAN mengasihi jemaat di Efesus,
demikianlah TUHAN mengasihi kita malam ini.
Kita perhatikan Efesus 2, dengan perikop: “Semuanya
adalah kasih karunia” Ini adalah kelimpahan kasih karunia.
Efesus 2:1-3
(2:1)
Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. (2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena
kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan
angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. (2:3) Sebenarnya dahulu kami semua juga
terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging
dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya
kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
Singkat kata: Upah dosa adalah maut. Demikianlah
kehidupan dari bangsa kafir, bangsa-bangsa yang dahulu tidak mengenal Allah yang
esa itu. Adapun hal yang menimbulkan dosa, jelas itu karena si seteru.
Ada 3 (tiga) seteru Allah yang
menimbulkan dosa:
1. Dunia dengan arusnya yang begitu kuat
untuk menghanyutkan dan menenggelamkan hidup rohani dari anak-anak TUHAN,
sehingga anak-anak TUHAN mengikuti jalan dunia ini, mengikuti arus dunia ini,
sehingga binasalah rohaninya, tenggelamlah rohaninya.
2. Iblis atau Setan,
disebut juga dengan penguasa kerajaan angkasa, yang menyebabkan orang-orang
mendurhaka, memberontak kepada Allah; dialah yang membuat hati ini jengkel
kepada TUHAN, dialah yang membuat hati ini suka berbantah-bantah kepada TUHAN.
3. Daging dengan segala
hawa nafsu dan keinginan-keinginannya yang jahat. Daging adalah musuh dalam
selimut, karena dia bersama-sama dengan kita.
Sehingga, oleh karena dosa inilah maut;
itu sebabnya, Rasul Paulus berkata: “Pada
dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai -- binasa karena dosa
--, sama seperti mereka yang lain --
itulah orang-orang non-Yahudi, bangsa yang belum mengenal TUHAN, disebut juga
bangsa kafir --.”
Kita ini adalah bangsa kafir, tetapi
kalau malam ini kita ada di tengah-tengah perhimpunan ibadah, itu karena
kemurahan TUHAN.
Mari kita lihat KEMURAHAN TUHAN yang
dimaksud pada ayat 4-5.
Efesus 2:4-5
(2:4)
Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang
besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, (2:5) telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus,
sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih
karunia kamu diselamatkan --
Allah itu kaya dengan rahmat, kaya
dengan kemurahan, berarti; limpah dengan kasih karunia, sehingga oleh karena
kelimpahan kasih karunia itulah -- seperti air yang mengalir tadi --
menghidupkan kita bersama-sama dengan TUHAN Yesus Kristus. Sekalipun kita telah
mati karena dosa, tetapi oleh kelimpahan kasih karunia, saya dan saudara
selamat.
Kurang apa baiknya TUHAN itu? TUHAN
tidak ingat dosa masa lalu kita, TUHAN tidak ingat pelanggaran-pelanggaran kita
masing-masing; yang TUHAN tunggu adalah hati kita untuk secepatnya diserahkan
kepada TUHAN. Kita pun tidak perlu ingat kesalahan isteri, kesalahan suami,
kesalahan orang tua, kesalahan anak, kesalahan kerabat keluarga kita yang jauh
dan dekat, karena TUHAN sudah memperlakukan kita dengan kelimpahan kasih
karunia itu.
Efesus 2:6
(2:6)
dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan
tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,
Karena kelimpahan kasih karunia, kita
semua diselamatkan dan Ia memberikan tempat bagi kita bersama-sama dengan Dia
dalam kebahagiaan kekal di sorga. Bumi ini sementara saja, semua sifatnya
sementara; kadang ada uang, kadang tidak ada uang, kadang bahagia, kadang tidak
bahagia, tetapi kelak kita akan bersama-sama dengan Dia di dalam kebahagiaan
kekal. Itulah yang kita cari; tidak ada lagi air mata di sana, tidak ada lagi
kesusahan di sana.
Efesus 2:8-9
(2:8)
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman;
itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (2:9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan
diri.
Kesimpulannya: Oleh karena kasih
karunia, kita diselamatkan oleh iman. Bukan karena hasil usaha, bukan karena
kecakapan kita, bukan karena kelebihan kita, bukan karena kelebihan kita
sehingga kita diselamatkan, tetapi karena pemberian Allah, karena kasih karunia
Allah, karena dia kaya dengan rahmat. Oleh sebab itu, jangan ada orang yang
memegahkan diri, sekalipun dia mempunyai kelebihan dalam banyak perkara.
Efesus 2:10
(2:10) Karena kita ini buatan Allah,
diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang
dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Kita ini adalah buatan Allah; kita ini
bukan diciptakan oleh patung berhala yang berbicara dan bertindak begitu rupa,
bukan, kita ini diciptakan Allah, maka hidup kita tidak boleh palsu. Patung
berhala yang berbicara dan bertindak begitu rupa, itu palsu; tetapi kita
dibentuk (diciptakan) oleh darah salib Kristus, tujuannya adalah untuk melakukan
pekerjaan yang baik.
Ibadah dan pelayanan adalah pekerjaan
yang baik. Banyak pekerjaan yang dikerjakan oleh manusia, tetapi belum tentu
itu adalah pekerjaan yang baik, walaupun itu baik menurut dia. Yang baik
menurut TUHAN, berarti dia dibenarkan oleh TUHAN.
Oleh sebab itu, TUHAN mau supaya kita
hidup untuk mengerjakan pekerjaan yang baik, karena kita diciptakan oleh Dia.
Kita harus hidup di dalam Dia untuk mengerjakan pekerjaan yang baik, untuk melayani
TUHAN, melayani pekerjaan TUHAN. Jadi, jangan kita hidup untuk “tuhan” kecil di
bumi, jangan kita hidup untuk berhala-berhala di bumi; tidak boleh, karena kita
semua diciptakan oleh Allah dan kita hdiup untuk melayani pekerjaan TUHAN.
Kembali diulang, bahwa Rasul Paulus hidup
oleh karena kelimpahan kasih karunia, dan itu dinyatakan kepada sidang jemaat di
Asia kecil -- berarti, bukan orang Yahudi --, salah satunya adalah jemaat di
Efesus. Hal itu dapat kita perhatikan dalam Efesus 2:11-12, dengan perikop: “Dipersatukan di dalam Kristus”
Efesus 2:11-12
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu
-- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut
orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya
"sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, --
(2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa
Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat
bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan
dan tanpa Allah di dalam dunia.
Dahulu, keadaan dari bangsa kafir
sebelum mengenal TUHAN, YANG PERTAMA: Tidak mengenal sunat. Sedangkan
“sunat” adalah bayangan dari salib Kristus. Pendeknya: Bangsa kafir, bangsa
yang dahulu tidak mengenal TUHAN, tidak dapat meninggikan korban Kristus di
dalam hidupnya, tidak mengenal kasih karunia (korban Kristus).
Dahulu, keadaan dari bangsa kafir
sebelum mengenal TUHAN, YANG KEDUA:
A. Tanpa Kristus =
Tidak mempunyai Kepala atas tubuh. Kehidupan semacam ini sama dengan liangnya
serigala dan sarangnya burung.
-
Serigala à
Nabi-nabi palsu.
-
Burung à
Antikris.
Itulah yang menjadi kepala atas dia.
B. Tidak termasuk kewargaan Israel.
Kelebihan Israel itu banyak; pertama-tama, kepada merekalah diberikan hukum Taurat
(Firman TUHAN). Bayangkan, kalau bangsa kafir tidak mengenal TUHAN = tidak
termasuk kewargaan Israel = tidak pernah mengerti kebenaran yang berasal dari
Firman TUHAN, tidak pernah mengenal hukum TUHAN. Kalau seseorang tidak mengenal
hukum dari sorga, maka orang semacam ini suka menjalankan hukum sendiri, maunya
sendiri saja.
C. Tidak
mendapat ketentuan-ketentuan yang dijanjikan. Berarti, tidak menjadi
ahli waris dari Kerajaan Sorga = tidak masuk dalam Kerajaan Sorga.
D. Tanpa pengharapan.
Kalau seseorang tidak mempunyai pengharapan, pasti mudah putus asa, mudah
kecewa dan mudah sakit hati, kalau disakiti. Tetapi karena kita memiliki
pengharapan, sekalipun tersakiti dan sakit, namun tidak sakit hati, tidak putus
asa dan kecewa, dan tidak mudah uring-uringan, tidak mudah meninggalkan TUHAN.
Lihatlah, dahulu bangsa kafir tanpa
pengharapan, berarti mudah putus asa. Tetapi puji TUHAN, sekarang kita sudah
berada di dalam TUHAN; walaupun sakit karena banyaknya persoalan, namun tidak
uring-uringan, tidak mudah putus asa.
E. Tanpa
Allah di dalam dunia. Berarti, menunjukkan bahwa; dahulu, sebelum
mengenal TUHAN, bangsa kafir adalah bangsa yang sombong, angkuh, congkak,
persis seperti katak dalam tempurung, yang besar sendiri. Tetapi begitu
tempurung dibuka, katak itu menjadi kecil (menciut); itulah kehidupan kita sekarang
yang sudah mau merendahkan diri di hadapan TUHAN.
Tanpa Allah di dalam dunia, berarti;
fasik, sombong, angkuh, tinggi hati, merasa dia paling besar di dunia ini. Ingat
rumus daging: Di atas daging masih ada daging. Jangan pernah merasa lebih
hebat, sebab masih ada yang lebih hebat.
Itulah kondisi dari bangsa kafir. Jadi,
kalau kita renungkan: “Iya ya, saya kan
dahulu begitu, TUHAN” Setelah tempurung itu dibuka, aku dapat melihat
langit; betapa aku kecil dan Engkau besar, Engkau di atas dan aku di bawah,
Engkau mulia dan aku hina, Engkau kaya dan aku miskin, tetapi Engkau rela turun
ke dunia menjadi miskin, supaya yang miskin menjadi kaya oleh salib Kristus. Luar
biasa, siapa kita ini?
Ada yang datang dari jarak jauh, ada
yang datang dari jarak dekat, namun kini kita bersama-sama datang di satu
tempat, untuk menikmati pembukaan Firman TUHAN dengan bebas, tanpa bayaran.
Itulah dahulu keadaan bangsa kafir.
Namun, sekarang mari kita BANDINGKAN dengan ayat 13.
Efesus 2:13
(2:13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus
kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat"
oleh darah Kristus.
Sekarang, setelah kita hidup di dalam
Kristus Yesus, bangsa kafir yang dahulu “jauh” sudah menjadi “dekat” oleh darah
salib. Dahulu kita jauh dengan si A, dengan si B, dengan si C, karena mungkin
kita tersakiti oleh Dia, tetapi oleh darah salib, maka yang “jauh” menjadi
“dekat”; saya dan saudara menjadi dekat, satu dengan yang lain menjadi satu. Mengapa? Karena ada darah salib
Kristus.
Dahulu ada tembok pembatas, tetapi
tembok pembatas sudah dirubuhkan, sehingga yang “jauh” menjadi “dekat”. Dahulu
kita jauh dengan si A, si B, si C, dahulu kita jauh dengan isteri, jauh dengan
anak, karena terlalu menyakiti hati, tetapi oleh darah salib, kita mau menerima
kehidupan yang “jauh”, sehingga yang “jauh” menjadi “dekat”. Itu adalah
kelimpahan kasih karunia, sebagai dampak positif kalau hidup lama sudah
dikubur.
Bukankah enak kita dituntun pelan-pelan?
Maka, jangan cari hamba TUHAN yang pandai cerita guyon-guyon, itu hanyalah
kesenangan sesaat yang tidak membawa kepada keabadian.
Efesus 2:14-16
(2:14) Karena Dialah damai sejahtera
kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan
tembok pemisah, yaitu perseteruan, (2:15) sebab dengan mati-Nya sebagai manusia Ia telah membatalkan
hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan
keduanya menjadi satu manusia baru di dalam diri-Nya, dan dengan itu mengadakan
damai sejahtera, (2:16) dan untuk memperdamaikan
keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib,
dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.
Yesus Kristus membawa berita pendamaian,
sehingga memberi damai sejahtera kepada yang “jauh” menjadi “dekat”, karena Dia
telah merubuhkan tembok pemisah (perseteruan) itu. Dengan mati-Nya Yesus di
atas kayu salib -- Dia 100% (seratus persen) Allah, tetapi Dia juga 100%
(seratus persen) manusia --, dengan demikian; Dia telah membatalkan hukum
Taurat.
Bangsa Yahudi tetap berpegang pada hukum
Taurat, sehingga menganggap kecil bangsa yang tidak mengenal TUHAN, menganggap
kecil bangsa kafir, sehingga dalam Efesus
2:11 mereka berkata kepada bangsa kafir “hai kamu, orang-orang tak bersunat”, menunjukkan bahwa dahulu mereka
itu sombong.
Tetapi oleh karena darah salib Kristus,
Ia telah merubuhkan tembok pemisah, merubuhkan perseteruan yang disebabkan oleh
hukum Taurat. Hukum Taurat tidak menyelamatkan, tetapi yang menyelamatkan
adalah kasih karunia. Perjanjian yang pertama dibatalkan, lalu digenapkan di
dalam perjanjian yang kedua, itu berbicara tentang kelimpahan kasih karunia.
Justru, kalau kita berpegang pada hukum
Taurat, maka yang salah tetap salah, contohnya; karena dia tersakiti, dia ingat
terus orang yang menyakiti, ingat terus kesalahannya. Tetapi TUHAN sudah membatalkan
hukum (perjanjian) yang pertama, itulah hukum Taurat = merubuhkan tembok
pemisah, merubuhkan perseteruan itu, supaya yang “jauh”, itulah kafir, menjadi
“dekat”, menyatu dengan kehidupan yang dekat, itulah bangsa Israel; itulah yang
disebut tubuh Kristus.
Jadi, tubuh Kristus itu tidak hanya
terdiri dari bangsa Israel jasmani, tetapi juga terdiri dari bangsa Israel
rohani, itulah saya dan saudara; itulah kelimpahan kasih karunia. Jadi, kalau
kita bisa menyatu malam ini, itu karena karena kelimpahan kasih karunia. Kalau
kita tidak lagi melihat kesalahan satu sama lain, itu adalah kelimpahan kasih
karunia. Itulah dampak positif kalau hidup lama sudah terkubur baik-baik.
Setelah saya membaca dan merenungkan
ini, saya bersyukur berterima kasih kepada TUHAN. Kita bersyukur punya Allah
yang hidup; hebat perbuatan-Nya itu kepada kita semua.
Dari sini, kita dapat mengambil
KESIMPULAN di dalam Ayub 12, dengan
perikop: “Ayub mengakui kekuasaan dan hikmat
Allah” Ayub akhirnya mengakui kekuasaan dan hikmat Allah. Sekilas pandang,
kita merasa bahwa Ayub ini betul-betul “saleh”, seperti yang TUHAN sendiri akui
pada masa itu; tetapi, TUHAN tidak puas melihat kesalehan itu.
Kadang kala, orang yang berbuat baik,
orang yang banyak berjasa, justru hal itu bisa memicu dirinya menjadi sombong.
Memang betul dia melakukan segala sesuatu yang baik dengan tulus di hadapan
TUHAN, tetapi itu bisa membuat dia menjadi lupa diri. Buktinya: Kalau anaknya
salah, dia secepatnya membawa korban bakaran, lalu dipersembahkan kepada TUHAN.
Setiap hari dia lakukan itu; mana tahu anak-anaknya itu salah, secepatnya dia
mengadakan pendamaian, dia mempersembahkan korban. Tetapi, TUHAN juga perlu
mengetahui isi hati yang paling dalam itu, maka diizinkanlah dia menghadapi
ujian yang begitu berat, yang tidak banyak orang sanggup menghadapi ujian
semacam itu.
Setelah kehilangan semua harta kekayaan,
serta kehilangan anak-anak yang paling dicintainya, lalu muncul lagi ujian
selanjutnya, yaitu barah yang berbau busuk dari batok kepala sampai ujung kaki.
Hal itu memang perlu, karena dia sudah merasa, barangkali untuk kita sekarang …
-
sudah tekun 3 (tiga) macam ibadah pokok,
-
kemudian di tengah-tengah ibadah banyak
berkorban,
-
lalu banyak berbuat baik,
-
atau si A sudah memberi tumpangan kepada
temannya atau saudaranya, lalu dibawa ke gereja,
tetapi TUHAN mau melihat jauh lebih dari
pada itu. Itu sebabnya, Ayub diizinkan oleh TUHAN untuk ditampi oleh Setan
sebanyak dua kali:
-
Ujian pertama: Kehilangan harta kekayaan
dan kehilangan anak.
-
Ujian kedua: Menghadapi ujian barah yang
berbau busuk.
Kemudian, pada saat ujian yang kedua --
barah yang berbau busuk menimpa dirinya --, masih juga disertakan dengan ujian
oleh isteri yang tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala, yang hanya mempertuhankan
uang. Itu sebabnya, Ayub berkata: “Ketika
banyak uang, engkau memuji TUHAN. Tetapi saat aku begini, engkau berbicara
seperti perempuan gila. Tidakkah engkau takut kepada TUHAN? Kita datang dengan
telanjang, maka kita juga kembali kepada TUHAN dengan tidak membawa apa-apa.”
Barulah akhirnya, benar sekali, bahwa
ternyata TUHAN yang benar, apa buktinya?
Pada akhirnya, Ayub mengakui kekuasaan TUHAN dan hikmat Allah. Bantu doa,
supaya kita semua jangan berpuas diri sekalipun kita banyak melakukan sesuatu
yang baik. Tetap kita harus mengakui kekuasaan TUHAN dan hikmat Allah.
Ayub 12:7
(12:7) Tetapi bertanyalah kepada binatang,
maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara,
maka engkau akan diberinya keterangan.
Tetapi
bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran …
Belajarlah dari binatang, pasti akan mendapat pengajaran dari situ. Contohnya: Belajar
seperti burung di udara, yang tidak mengumpulkan makanan dalam lumbung
dan tidak menabur, tetapi dipelihara oleh TUHAN.
Kemudian, belajar seperti empat binatang
terkecil, tetapi cekatan, yang dapat kita perhatikan dalam Amsal 30.
1. Semut
adalah bangsa yang tidak kuat; ini menunjukkan bahwa “semut” adalah binatang
yang lemah. Tetapi sekalipun demikian, semut itu cekatan. Di mana bukti bahwa
semut cekatan? Semut menyediakan (mengumpulkan) makanannya di musim panas. Pada
musim penghujan, dia tidak mampu menghadapi derasnya arus air hujan. Ini adalah
pelajaran supaya kita menghargai Firman (makanan).
2. Pelanduk
(kancil) adalah bangsa yang lemah, tetapi dia cekatan. Bukti bahwa pelanduk
cekatan: Pelanduk sadar bahwa dia lemah, maka dia bangun rumahnya di atas bukit
batu, di atas korban Kristus. Kalau kita tidak berdaya, maka kita harus
membangun diri di atas darah salib (korban Kristus). Ini adalah pelajaran
supaya kita meninggikan korban Kristus.
3. Belalang tidak
mempunyai raja, menunjukkan bahwa; belalang adalah binatang yang lemah. Tidak
mempunyai pemimpin = lemah. Tetapi belalang adalah binatang yang cekatan,
karena semuanya berbaris dengan teratur, berarti; penuh dengan Roh Kudus, tidak
perlu diajar-ajar. Ini adalah pelajaran supaya kita hidup dipenuhkan Roh Kudus.
4. Cicak dapat
ditangkap tangan, menunjukkan bahwa; cicak adalah binatang yang lemah. Dia
menyadari bahwa dia lemah, oleh sebab itu, dia ada di istana-istana raja. Ini
adalah sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini, yaitu
menjadi mempelai TUHAN, bagaikan cicak di istana raja.
Jadi, kita harus belajar dari banyak
binatang.
Kemudian, dalam Ayub 12:7, dikatakan: Kepada
burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan.
Keterangan apa yang dapat kita terima dari
burung di udara? Yaitu tidak menuai, tidak mengumpulkan makanan dalam lumbung,
dan tidak menabur, tetapi dipelihara oleh TUHAN. Ini adalah pelajaran khusus
bagi orang yang takut dan kuatir, supaya wajah jangan cemberut.
Ayub 12:8
(12:8) Atau bertuturlah kepada bumi,
maka engkau akan diberinya pengajaran, bahkan ikan di laut akan bercerita
kepadamu.
Atau
bertuturlah kepada bumi, maka engkau akan diberinya pengajaran … Bumi
juga bisa menceritakan segala sesuatu. Lihatlah, bumi ini bentuknya bergunung
dan berlembah. Siapa yang bisa mengadakan hal yang begitu hebat, lalu menjadi
suatu pemandangan yang indah? Mata tidak melihat, tetapi di dalamnya sudah
banyak kehidupan-kehidupan.
Bahkan
ikan di laut akan bercerita kepadamu … Belajarlah
juga dari ikan di laut, karena ikan di laut bisa menceritakan pelajaran yang
baik kepada kita semua; ini adalah gambaran dari kelimpahan kasih karunia, yang
tidak lagi mengandalkan kekuatan, itulah ikan di laut.
Berbeda dengan kalau kita kaitkan dengan
pelajaran Yehezkiel: TUHAN memerintahkan supaya mengukur ketinggian air yang
mengalir keluar dari takhta Allah.
-
1000 (seribu) hasta yang pertama diukur
barulah semata kaki, sehingga ia masih bisa tetap melangkah dan mengandalkan
kekuatannya.
-
1000 (seribu) hasta yang kedua diukur
sudah selutut. Tetapi sekalipun demikian, kita masih bisa melangkah.
-
Barulah 1000 (seribu) hasta yang ketiga
diukur, air itu sudah sampai ke pinggang. Sekalipun sudah semakin meninggi,
namun manusia masih bisa menyeberangi air setinggi itu.
-
Yang terakhir adalah 1000 (seribu) hasta
yang keempat; sudah tidak dapat diseberangi lagi.
Inilah yang diceritakan ikan kepada
kita, yaitu supaya kita menyerah kepada TUHAN. Mulai sekarang, menyerahlah
kepada TUHAN, jangan andalkan kekuatan ini lagi.
Ayub 12:9
(12:9) Siapa di antara semuanya itu yang tidak
tahu, bahwa tangan Allah yang melakukan itu;
Jadi, hikmat yang begitu dalam hanya
bisa diceritakan oleh orang yang sudah mengalami salib, hanya bisa diceritakan
oleh orang yang sudah mengalami ujian (cobaan) yang begitu berat. Kalau
seseorang tidak pernah mengalami salib, maka hikmatnya cetek, ia tidak
mempunyai pengertian dari sorga.
Ingat itu: Orang yang menolak salib
tidak mempunyai hikmat, tidak mempunyai kekuatan. Biarlah kita bisa
menceritakan hikmat, menceritakan Firman kepada orang lain lewat perkataan dan
perbuatan. Kalau pun mulut tidak bisa terbuka menceritakan Firman, paling tidak
perbuatan ini loh.
Mengapa Ayub harus menceritakan hal ini
terlebih dahulu kepada kita?
Ayub 12:10
(12:10) bahwa di dalam tangan-Nya
terletak nyawa segala yang hidup dan nafas setiap manusia? (12:11) Bukankah telinga menguji
kata-kata, seperti langit-langit mencecap makanan?
Di dalam tangan-Nya terletak nyawa
segala yang hidup. Kalau binatang saja mampu bercerita dan memberi pengertian yang
begitu hebat, maka kita juga harus memperoleh pengertian dari sorga, yaitu
bahwa di dalam tangan TUHAN sajalah terletak nyawa segala yang hidup, dan nafas
manusia ada di tangan TUHAN.
Oleh sebab itu, dengarlah baik-baik
Firman yang diperdengarkan, perhatikan baik-baik, supaya kita bisa mengecap
kebaikan dan kemurahan TUHAN.
Kesimpulannya: Nyawa manusia ada di
tangan TUHAN. Kalau binatang saja bisa bertutur, bercerita, lalu memberi suatu pengajaran,
seharusnya kita pun harus mengerti rencana TUHAN; kita harus tahu hidup yang sebenarnya.
Jangan kita justru mendirikan patung berhala; itu adalah hidup yang palsu. Jangan
juga menyembah berhala; itu hidup yang palsu.
Kalau memang hidup ini, nyawa ini ada di
tangan TUHAN, dengan demikian, YANG
PERTAMA: Nyawa hidup kita tidak
berada di TANGAN MANUSIA.
Matius 10:34-38
(10:34) "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku
datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai,
melainkan pedang. (10:35)
Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan
dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, (10:36) dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.
(10:37) Barangsiapa mengasihi
bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan
barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari
pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. (10:38) Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut
Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
Singkat kata: Yesus mati di atas kayu
salib untuk mengadakan pemisahan antara seorang dengan yang lain; itu sebabnya,
musuh orang adalah seisi rumah. Jangan kita mencintai sesama kita lebih dari
TUHAN, tetapi biarlah kita mencintai TUHAN lebih dari sesama.
Matius 10:39
(10:39) Barangsiapa mempertahankan nyawanya,
ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya
karena Aku, ia akan memperolehnya.
Jadi, jelas bahwa; hidup manusia bukan
di manusia, bukan di tangan pejabat tinggi, sebab TUHAN datang dan mati di kayu
salib untuk mengadakan pemisahan.
Hai yang berpangkat rendah di dalam
pekerjaannya, ingat; hidupmu bukan di tangan atasanmu, tetapi hidupmu ada di
tangan TUHAN. Jangan engkau menghormati manusia lebih dari TUHAN, tetapi TUHAN
lebih dari segala-galanya. Jadi, hidup manusia bukan di tangan manusia, tetapi
di tangan TUHAN.
Kalau memang hidup ini, nyawa ini ada di
tangan TUHAN, dengan demikian, YANG KEDUA:
Nyawa hidup kita tidak bergantung pada
HARTA KEKAYAAN (BARANG FANA).
Matius 16:24-26
(16:24) Lalu Yesus berkata kepada
murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (16:25) Karena barangsiapa mau
menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa
kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. (16:26) Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan
nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Kita semua harus menyangkal diri,
memikul salib, dan ikut TUHAN, karena hidup kita, nyawa kita, tidak bergantung
pada harta dan kekayaan; itu sebabnya TUHAN berkata: Untuk apa seseorang memperoleh kerajaan dunia dan seisi dunia ini
tetapi harus kehilangan nyawa? Jadi, sudah sangat jelas; nyawa (hidup)
manusia terletak di tangan TUHAN, bukan di tangan manusia, bukan pula
tergantung kepada harta.
Ingat: Nyawa binatang ada di dalam
darah. Nyawa kita ada di dalam darah salib Kristus, maka kita harus sangkal
diri dan pikul salib.
Kita sudah menikmati tubuh Yesus yang
dipecahkan di atas kayu salib di tempat ini bersama-sama, tidak di dua tempat.
Ada yang datang dari jarak jauh, ada yang datang dari jarak dekat, namun kita bersama-sama
ada di tempat ini, supaya kita menikmati pembukaan rahasia Firman, itulah tubuh
Yesus yang dipecah-pecahkan di atas kayu salib. Kita nikmati pembukaan Firman dengan
bebas, tidak bayar; jadi, tergantung penyerahan hati kita.
Wahyu 13:15
(13:15) Dan kepadanya diberikan kuasa untuk
memberikan nyawa kepada patung binatang itu, sehingga patung binatang itu
berbicara juga, dan bertindak begitu rupa, sehingga semua orang, yang tidak
menyembah patung binatang itu, dibunuh.
Antikris memberikan kuasa kepada nabi
palsu, supaya nabi palsu memberikan nyawa kepada patung binatang (patung
antikris) itu, sehingga patung binatang itu berbicara seperti manusia dan
bertindak begitu rupa, sama seperti manusia bertindak. Kemudian, perhatikan: Pada saat itu, semua
orang yang tidak menyembah patung antikris itu, dibunuh.
Hal ini harus menjadi perhatian kita.
Jangan sampai kita binasa karena acuh tak acuh terhadap pemberitaan Firman.
Kita tidak akan bisa melewati kesulitan semacam ini yang sudah menanti di
depan, kalau kita tidak mempunyai pengertian sorgawi, kalau kita tidak
mempunyai Firman yang dibukakan, yang kita nikmati dengan bebas di satu tempat
ini. Jelas, bahwa; hidup manusia ada di tangan TUHAN.
Masa kesesakan ini akan terjadi dan
sudah menanti di depan; siapa yang tidak menyembah
patung binatang itu akan dibunuh, berarti mati sia-sia (binasa).
Jika TUHAN izinkan, di minggu yang akan
datang, kita akan melihat bagian ini: “ … semua
orang, yang tidak menyembah patung binatang itu, dibunuh.” Dan kita doakan,
supaya TUHAN bukakan Firman-Nya.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment