IBADAH DOA
PENYEMBAHAN, 02 NOVEMBER 2021
KITAB
KOLOSE
(Seri:167)
Subtema: BERIBADAH NAMUN DIKUASAI PERCABULAN
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita semua. Oleh
kemurahan TUHAN, kita berada di tengah perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan untuk
selanjutnya tersungkur di ujung kaki salib TUHAN, sujud menyembah kepada Dia.
Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN yang ada di
Bandung, di Malaysia, bahkan umat ketebusan TUHAN yang senantiasa setia untuk
tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang Cilegon, Banten, Indonesia lewat live streaming video internet Youtube,
Facebook, atau online di mana pun
anda berada.
Selanjutnya, mari kita mohon kemurahan TUHAN, supaya Firman yang
dibukakan itu betul-betul meneguhkan setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi,
baik yang mengikuti ibadah secara langsung tatap muka (offline), maupun yang mengikuti ibadah secara online melalui live streaming, sehingga ibadah ini
tidak menjadi percuma dan tidak menjadi sia-sia, melainkan menjadi berkat,
mengandung janji dan kuasa, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan
datang; nama TUHAN dipermuliakan.
Kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa
Penyembahan, itulah surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE. Oleh kemurahan TUHAN, kita
masih berada pada Kolose 3:19.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah
berlaku kasar terhadap dia.
Singkat kata: Seorang suami harus tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar. Dan seorang
suami dilarang untuk berlaku kasar
terhadap isterinya.
Lebih rinci kita akan ikuti hal “Seorang suami di dalam hal
mengasihi isterinya” dalam 1 Petrus 3:7.
1 Petrus 3:7
(3:7) Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana
dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman
pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
Selanjutnya di sini dikatakan, bahwasannya; seorang suami
haruslah berlaku bijaksana terhadap isterinya.
Yesus Kristus adalah Kepala Gereja dan Mempelai Laki-Laki
Sorga, bahkan Dia adalah Suami di dalam kebenaran dan Suami di dalam keadilan =
Suami yang bijaksana.
Oleh sebab itu, biarlah kiranya kita senantiasa menempatkan
Kristus sebagai Kepala atas tubuh-Nya, atas kehidupan kita pribadi lepas
pribadi.
Selanjutnya tentang “seorang
yang bijaksana”, lebih jauh kita melihat di dalam Daniel 12.
Daniel 12:3
(12:3) Dan orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti
cahaya cakrawala, dan yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran
seperti bintang-bintang, tetap untuk selama-lamanya.
Orang-orang yang bijaksana sama seperti bintang-bintang yang
bercahaya di cakrawala, berarti; bersinar terang dalam kegelapan.
Adapun tugas dari orang-orang bijaksana: menuntun banyak
orang kepada kebenaran. Yesus Kristus adalah kebenaran yang sejati yang
sekarang duduk di sebelah kanan Allah yang Maha Besar di tempat yang Mahatinggi. Demikian halnya
bintang timur menuntun orang-orang majus sampai kepada kebenaran yang sejati,
yaitu Yesus yang dilahirkan di Betlehem Efrata.
Sebagaimana dengan Rasul Paulus berjuang untuk menuntun
sidang jemaat di Korintus. Mari kita lihat kisah itu di dalam 1 Korintus 10.
1 Korintus 10:14-15
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah
penyembahan berhala! (10:15) Aku
berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah
sendiri apa yang aku katakan!
Kepada jemaat di Korintus, Rasul Paulus berkata: Jauhilah penyembahan berhala. Pendeknya:
Sebagai seorang hamba TUHAN yang bijaksana, Rasul Paulus berusaha untuk
menuntun sidang jemaat di Korintus kepada kebenaran.
Inilah yang menjadi doa dan permohonan kita kepada TUHAN
supaya kiranya TUHAN senantiasa mengirimkan akal budi dan kebijaksanaan, itulah
pembukaan rahasia firman TUHAN untuk selanjutnya menuntun kita sampai kepada
kebenaran yang sejati.
Terkait dengan ketegasan dari pada Rasul Paulus di dalam hal
menuntun sidang jemaat di Korintus kepada kebenaran, kita hubungkan langsung
dengan 1 Korintus 10:19-20.
1 Korintus 10:19-20
(10:19) Apakah yang kumaksudkan dengan perkataan itu? Bahwa
persembahan berhala adalah sesuatu? Atau bahwa berhala adalah sesuatu? (10:20) Bukan! Apa yang kumaksudkan
ialah, bahwa persembahan mereka adalah persembahan kepada roh-roh jahat,
bukan kepada Allah. Dan aku tidak mau, bahwa kamu bersekutu
dengan roh-roh jahat.
Yang dimaksud oleh Rasul Paulus pada ayat 14B dan 15B
ialah bahwa persembahan bangsa Israel adalah persembahan kepada roh-roh jahat,
bukan kepada Allah. Itulah sebabnya, Rasul Paulus melarang sidang jemaat di
Korintus untuk bersekutu dengan roh-roh jahat.
Rasul Paulus melarang keras sidang jemaat di Korintus untuk
bersekutu dengan roh-roh jahat, sebab Rasul Paulus tidak mau dan tidak rela
jika jemaat di Korintus membawa segala persembahan mereka kepada roh-roh jahat,
seperti bangsa Israel dalam perjalanan mereka di padang gurun selama 40 tahun.
Sebab sekalipun bangsa Israel menjadi suatu barisan jemaat yang memang dipimpin
langsung oleh Musa atau menjadi rombongan yang nampaknya beribadah kepada TUHAN
di padang gurun, namun pada kenyataannya; persembahan mereka adalah persembahan
kepada roh-roh jahat, bukan kepada Allah.
Oleh sebab itu, Rasul Paulus tidak mau dan tidak rela hal
yang sama terjadi menimpa sidang jemaat di Korintus. Tentu saja saya juga tidak
rela jika sidang jemaat atau keluarga besar GPT “BETANIA” bersekutu dengan roh-roh jahat,
saya tidak mau dan tidak rela persembahan saudara dipersembahkan kepada roh-roh
jahat.
1 Korintus 10:21
(10:21) Kamu tidak dapat minum dari cawan TUHAN dan
juga dari cawan roh-roh jahat. Kamu tidak dapat mendapat bagian
dalam perjamuan TUHAN dan juga dalam perjamuan roh-roh jahat.
Kita harus mengetahui dan harus menyadari betul bahwasannya:
-
Pengorbanan kepada TUHAN dan
pengorbanan kepada setan tidak dapat dikerjakan secara bersama-sama.
-
Kehendak Allah dan kehendak dari
roh-roh jahat juga tidak dapat dikerjakan secara bersama-sama.
Jadi, jangan kita keliru dan jangan juga bertahan dengan
cara hidup yang lama dalam beribadah kepada TUHAN, supaya segala sesuatu yang
kita persembahkan tidak menjadi sia-sia.
1 Korintus 10:6
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan
kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah
mereka perbuat,
Perjalanan bangsa Israel di padang gurun selama 40 tahun itu
merupakan contoh keliru, dan itu
menjadi suatu peringatan yang keras bagi kita di dalam perjalanan rohani kita
di hari-hari terakhir ini, supaya jangan kita mengikuti contoh yang keliru,
contoh yang salah, yang sudah terjadi menimpa bangsa Israel di padang gurun
selama 40 tahun.
Perjalanan
bangsa Israel di padang gurun adalah contoh keliru, sementara perjalanan gereja
TUHAN di hari-hari terakhir ini harus belajar dari pengalaman perjalanan bangsa
Israel di padang gurun selama 40 tahun. Tetapi antara perjalanan bangsa Israel
dengan perjalanan gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini, di tengah-tengahnya
ada Salib Kristus; dari Alfa sampai kepada Omega, dari Awal untuk sampai kepada
Akhir, di tengah-tengahnya Salib Kristus dinyatakan.
Maka, biarlah kita senantiasa menjunjung tinggi, memandang
salib di Golgota lebih dari apa yang kita pandang di atas muka bumi ini.
Selanjutnya, kita akan melihat PERSEKUTUAN DARI BANGSA
ISRAEL di dalam 1 Korintus 10:6B-10.
1 Korintus 10:6B-10
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk
memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat
seperti yang telah mereka perbuat, (10:7)
dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti
beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa
itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria." (10:8) Janganlah kita melakukan
percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka,
sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai TUHAN,
seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati
dipagut ular. (10:10) Dan janganlah bersungut-sungut,
seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan
oleh malaikat maut.
Adapun persekutuan bangsa Israel dengan roh-roh jahat selama
40 tahun di padang gurun:
1.
Pada ayat 6: Bangsa Israel menginginkan hal-hal yang jahat.
2.
Pada ayat 7: Bangsa Israel menyembah berhala.
3.
Pada ayat 8: Bangsa Israel melakukan percabulan.
4.
Pada ayat 9: Bangsa Israel mencobai TUHAN.
5.
Pada ayat 10: Bangsa Israel bersungut-sungut.
Kita kembali mengikuti seri penjelasan dari hal yang ketiga: BANGSA ISRAEL MELAKUKAN PERCABULAN.
Adapun kisah itu ditulis dengan lengkap di dalam kitab Musa
yang keempat, yakni Bilangan 25:1-18.
Bilangan
25 erat sekali kaitannya dengan Bilangan 22-24, sebab Bilangan 22-25 jika dikaitkan dengan pola
terang Tabernakel terkena pada Mezbah Dupa Emas. Mezbah Dupa Emas, berbicara
tentang doa penyembahan, dan itu merupakan puncak tertinggi
dari pada ibadah di bumi ini.
Sedangkan dua alat yang lain antara lain:
-
Meja Roti Sajian → Ketekunan Ibadah Pendalaman Alkitab,
disertai dengan perjamuan suci.
-
Pelita Emas → Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu,
disertai dengan kesaksian roh.
Tetapi dua alat ini bukan puncak dari ibadah. Yang menjadi
puncak dari ibadah adalah Mezbah Dupa Emas, yang berbicara tentang doa
penyembahan.
Perlu untuk diketahui: Bilangan
22-25 mengemukakan tentang kejayaan dan kejatuhan bangsa Israel.
-
Pasal 22-24 = Berbicara kejayaan
bangsa Israel.
-
Pasal 25 = Berbicara kejatuhan
bangsa Israel.
Sebelum mereka mengalami kejatuhan, bangsa Israel selalu
mengalami kejayaan, sebab penyembahan bangsa Israel hanya tertuju pada Allah
Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, sehingga Allah yang hidup itu melindungi
perjalanan mereka di padang gurun selama empat puluh tahun, walaupun padang
gurun itu betul-betul tandus, kering, yang ditambah lagi dengan panas terik
matahari pada siang hari, dingin yang mencekam di waktu malam, sampai akhirnya
mampu menghancurkan kerasnya gunung batu.
Oleh sebab itu, perjalanan rohani hidup gereja TUHAN jelas
harus berada pada puncak ibadah. itulah doa penyembahan, supaya senantiasa
perlindungan, pembelaan dari TUHAN nyata dalam kehidupan kita masing-masing.
Namun sangat disayangkan, pada akhirnya, bangsa Israel melakukan suatu kesalahan yang sangat fatal, yakni mereka
berlaku cabul di hadapan Allah, mereka juga turut menyembah Baal-Peor, allah
sesembahan dari bangsa Moab.
Mari kita lihat Bilangan
25:1-2, dengan perikop: “Israel
menyembah Baal-Peor”
Bilangan 25:1-2
(25:1) Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah
dengan perempuan-perempuan Moab. (25:2)
Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah
mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah
allah orang-orang itu.
Sementara bangsa Israel berkemah di Sitim:
-
Mulailah bangsa itu berzinah dengan
perempuan-perempuan Moab.
-
Turut menyembah berhala mereka yakni
Baal-Peor.
Pendeknya: Bangsa Israel dengan berani berlaku cabul di
hadapan Allah.
Mari kita melihat perkara ini dari sisi yang rohani, di
dalam Ibrani 12.
Ibrani 12:16
(12:16) Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang
mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak
kesulungannya untuk
sepiring makanan.
Menjual hak kesulungan demi sepiring kacang merah = berlaku
cabul di hadapan Allah.
Jadi;
-
Melupakan atau meninggalkan ibadah
pelayanan hanya karena perkara lahiriah = berlaku cabul di hadapan TUHAN.
-
Melupakan kemurahan hati TUHAN atau
melupakan cintanya TUHAN demi yang lahiriah = berlaku cabul di hadapan TUHAN.
Demikianlah kita sudah melihat perkara dari sisi rohani
mengenai percabulan bangsa Israel di Sitim, yang dikaitkan dengan pribadi Esau.
Di dalam Bilangan 21
terdapat empat perikop dan dua perikop di antaranya adalah:
1.
“Peperangan melawan Sihon, raja
Hesybon”
2.
“Peperangan melawan Og, Raja Basan”.
Hal ini berbicara kejayaan bangsa Israel.
Bilangan 21:31-35
(21:31) Demikianlah orang Israel diam di negeri orang Amori. (21:32) Setelah Musa menyuruh orang
mengintai kota Yaezer, mereka merebut segala anak kota Yaezer dan menghalau
orang-orang Amori yang ada di situ. (21:33)
Kemudian berpalinglah mereka dan maju ke arah Basan. Lalu Og, raja Basan,
beserta segala rakyatnya maju ke Edrei menjumpai mereka untuk berperang. (21:34) Tetapi TUHAN berfirman kepada
Musa: "Janganlah takut kepadanya, sebab Aku menyerahkan dia dengan
seluruh rakyatnya dan negerinya ke dalam tanganmu, dan haruslah
kaulakukan kepadanya seperti yang kaulakukan kepada Sihon, raja orang Amori,
yang diam di Hesybon." (21:35)
Maka mereka mengalahkan dia dan anak-anaknya dan seluruh rakyatnya,
sehingga seorangpun dari mereka tidak ada yang dibiarkan terlepas; lalu
mereka menduduki negerinya.
Singkat kata: Peperangan melawan Sihon, raja Amori, yang
tinggal di Hesybon adalah peperangan yang berkemenangan. Ini merupakan kejayaan
dari bangsa Israel, karena TUHAN memberi kemenangan kepada bangsa Israel yang
dipimpin oleh Musa sendiri, dengan mengalahkan orang Amori, mengalahkan raja
Sihon, raja orang Amori yang tinggal di Hesybon.
Selama bangsa Israel menyembah Allah yang hidup, mereka
mengalami kejayaan, sebab TUHAN memelihara, TUHAN melindungi, TUHAN membela
bangsa Israel karena penyembahan bangsa
Israel senantiasa tertuju pada Allah yang hidup, Allah Abraham, Ishak dan
Yakub.
Tetapi pada akhirnya, bangsa Israel mengalami kejatuhan yang
sangat fatal sebab mereka berlaku cabul di hadapan TUHAN. Selain berzinah
dengan perempuan Moab di Sitim, mereka juga menyembah berhala orang Moab,
itulah Baal-Peor.
Singkat kata: Setelah mengalami kejayaan, akhirnya mereka
juga mengalami kejatuhan yang sangat fatal sekali. Oleh sebab itu, jangan kita
berlaku cabul seperti Esau, karena itu merupakan nafsu rendah di hadapan TUHAN.
-
Meninggalkan Ibadah dan pelayanan
hanya karena perkara lahiriah = berlaku cabul di hadapan TUHAN.
-
Meninggalkan TUHAN dan cinta-Nya
yang besar hanya karena perkara lahiriah di bumi = berlaku cabul di hadapan TUHAN
= nafsu rendah.
Seolah-olah TUHAN yang kita sembah sama seperti allah
daripada orang Moab, padahal berhala itu;
-
punya mata tetapi tidak dapat
melihat segala sengsara,
-
punya telinga tetapi tidak dapat
mendengar doa dan mengabulkan doa,
-
punya tangan tetapi tidak bisa di
ulurkan untuk secepatnya memberikan pertolongan,
-
punya kaki tetapi tidak bisa
mendatangi mereka.
Tetapi Allah kita adalah Allah yang hidup.
Oleh sebab itu, jangan berlaku cabul, jangan dikuasai nafsu
rendah, karena TUHAN kita melihat, Dia Allah yang hidup. Manakala kita dalam
kesusahan, maka secepatnya Dia datang kepada kita, sebagaimana TUHAN memerintahkan
Musa untuk memimpin perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir untuk
selanjutnya dibawa masuk ke tanah Kanaan dengan satu janji yang kuat, yang
harus dipegang oleh Musa, di mana TUHAN berjanji bahwa malaikat TUHAN yang akan
berjalan di depan bangsa itu.
Pendeknya; TUHAN telah menunjukkan kebaikan dan kemurahan
hati-Nya kepada bangsa Israel, namun pada akhirnya mereka mengalami kejatuhan
sebab bangsa Israel itu berlaku cabul di hadapan Allah.
1 Korintus 5:9-11
(5:9) Dalam suratku telah kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan
bergaul dengan orang-orang cabul. (5:10) Yang aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul
pada umumnya dari dunia ini atau dengan semua orang kikir dan penipu atau
dengan semua penyembah berhala, karena jika demikian kamu harus meninggalkan
dunia ini. (5:11) Tetapi yang
kutuliskan kepada kamu ialah, supaya kamu jangan bergaul dengan orang, yang
sekalipun menyebut dirinya saudara, adalah orang cabul, kikir, penyembah
berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu; dengan orang yang demikian janganlah
kamu sekali-kali makan bersama-sama.
Rasul Paulus dengan tegas berkata kepada sidang jemaat di
Korintus supaya mereka memperhatikan dua hal dari tulisan yang dikirim kepada
mereka, yaitu:
YANG PERTAMA: Jangan
bergaul dengan orang-orang cabul, maksudnya; harus memiliki ketegasan untuk
menolak segala perbuatan cabul. Yang dimaksud di sini bukan berarti tidak boleh
bergaul secara umum, tetapi yang dimaksud di sini adalah untuk menolak segala
perbuatan cabul.
YANG KEDUA: Dilarang
untuk duduk makan bersama-sama sehidangan dengan mereka, maksudnya; jangan
kita ada di tengah-tengah ibadah, di mana orang-orang yang ada di sana
mengutamakan hal-hal yang lahiriah.
Jikalau kita sudah melihat dan mengetahui bahwa di
tengah-tengah sebuah peribadatan terkait erat kaitannya dengan perkara lahiriah
“jangan ada duduk makan sehidangan
bersama mereka”. Hindarkan diri dengan pertemuan ibadah semacam itu, karena
kita masih ada di bumi ini, belum waktunya untuk meninggalkan dunia ini, kita
meninggalkan dunia ini sesuai dengan waktunya TUHAN.
Kita harus memiliki sikap yang tegas, tidak boleh kompromi.
Walaupun mereka dikatakan saudara seiman, tetapi bilamana kita melihat ibadah
di bumi terkait erat dengan perkara lahiriah atau lebih mengutamakan perkara
lahiriah, maka jangan kita duduk makan sehidangan dengan mereka. Kita harus
memiliki sikap yang tegas mulai dari sekarang. Mari kita ceraikan diri dari
nafsu rendah.
1 Korintus 6:12
(6:12) Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan
semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak
membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.
Segala sesuatu halal bagi Rasul Paulus di tengah ibadah dan
pelayanannya, tetapi bukan semuanya itu berguna. Segala sesuatu juga halal bagi
Rasul Paulus, tetapi Rasul Paulus tidak mau membiarkan dirinya diperhamba oleh
sesuatu apapun.
Segala sesuatu boleh-boleh saja, melakukan apa saja yang
tidak salah boleh saja, tetapi jangan sampai hal itu memperhamba saya dan
saudara. Ibadah dan pelayanan dalam penggembalaan ini jauh lebih utama dari apa
yang kita punya.
-
Halal, tetapi tidak semua berguna.
-
Halal, tetapi jangan sampai yang
halal itu memperhamba.
Misalnya: Sibuk di media sosial tiktok dan lain sebagainya,
tetapi lupa tanggung jawab di tengah ibadah dan pelayanan; itu tidak ada
artinya dan tetap saja disebut hamba dari pada yang ada itu.
Kita harus mengerti firman, kita harus takluk kepada Firman,
jangan takluk kepada perasaan daging supaya kita semua tidak memiliki nafsu
rendah. Jangan murahan, tetapi harus memiliki wibawa dan otoritas dari Allah. Kangan
kita berkata: “Kita kepala bukan ekor,
naik bukan turun”, tetapi ibadah kita tidak naik-naik sampai kepada
penyembahan.
1 Korintus 6:13-15
(6:13) Makanan adalah untuk perut dan perut
untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi
tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk TUHAN,
dan TUHAN untuk tubuh.
(6:14) Allah, yang membangkitkan TUHAN, akan membangkitkan kita juga oleh
kuasa-Nya. (6:15) Tidak tahukah
kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah
anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan?
Sekali-kali tidak!
Makanan
adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan
dibinasakan Allah. Langit, bumi dan segala sesuatu yang
ada di dalamnya, suatu kali nanti akan berlalu, segala perkara lahiriah ini
suatu kali nanti akan berlalu.
Oleh sebab itu, tubuh bukanlah untuk percabulan, tetapi
tubuh kita masing-masing harus dipersembahkan untuk TUHAN dan TUHAN untuk tubuh
kita masing-masing.
Perlu untuk diketahui: TUHAN tidak rela menyerahkan tubuh (hidup)
kita ini untuk dibawa sampai kepada percabulan. TUHAN menciptakan kita untuk
dijadikan sebagai rumah TUHAN, tempat TUHAN, tempat Roh Allah berdiam.
Jadi, kita jangan salah mengerti; semuanya halal, bekerja itu
halal, anak-anak yang berkuliah juga halal, beraktivitas untuk menghidupi dapur
atau rumah tangga, itu semua halal, tetapi tidak selamanya berguna bagi TUHAN.
Rasul Paulus tidak mau dirinya diperhamba oleh apa pun, maka
jelas bahwa Rasul Paulus memiliki sikap yang tegas di hadapan TUHAN dan di hadapan
sidang jemaat di Korintus. Hal ini menunjukkan bahwa Rasul Paulus betul-betul
menceraikan dirinya dengan segala percabulan-percabulan di atas muka bumi ini, sebab
Rasul Paulus tahu maksud dan rencana TUHAN, karena TUHAN membentuk kehidupan
kita ini bukan untuk diserahkan kepada percabulan, dan TUHAN tidak rela
menyerahkan hidup kita kepada percabulan.
Rasul Paulus adalah seorang hamba TUHAN yang bijaksana,
sungguh-sungguh di dalam hal menuntun sidang jemaat Korintus sampai dibawa
kepada kebenaran sejati.
1 Korintus 6:16
(6:16) Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan
dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia?
Sebab, demikianlah kata nas: "Keduanya akan menjadi satu daging."
Barangsiapa mengikatkan dirinya dengan perempuan cabul, maka
ia menjadi satu tubuh, satu daging dengan perempuan cabul itu.
Di atas tadi saya sudah sampaikan mengenai percabulan dari
pada bangsa Israel di Sitim, yang dikaitkan dengan Esau di dalam hal yang rohani;
jadi, percabulan yang saya maksud malam ini adalah percabulan di dalam hal yang
rohani.
Marilah hal itu kita akan lihat tentang siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh
dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: "Keduanya akan menjadi satu
daging", yang akan dibuktikan di dalam Wahyu 14.
Wahyu 14:8
(14:8) Dan seorang malaikat lain, malaikat kedua, menyusul dia dan
berkata: "Sudah rubuh, sudah rubuh Babel, kota besar itu,
yang telah memabukkan segala bangsa dengan anggur hawa nafsu cabulnya."
Tadi, dalam 1
Korintus 6:16 dikatakan: Barangsiapa
mengikatkan dirinya dengan perempuan cabul, maka dia akan menjadi satu daging
dengan perempuan cabul. Dan sini kita melihat; perempuan Babel disebut juga
perempuan cabul. Barangsiapa terikat dengan dia, maka dia sendiri akan berlaku
cabul atau satu daging dengan perempuan Babel.
Kita akan telusuri tentang perempuan cabul ini dalam Wahyu 17.
Wahyu 17:1,4-5
(17:1) Lalu datanglah seorang dari ketujuh malaikat, yang membawa
ketujuh cawan itu dan berkata kepadaku: "Mari ke sini, aku akan
menunjukkan kepadamu putusan atas pelacur besar, yang duduk di tempat
yang banyak airnya. (17:4) Dan
perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi
dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh
dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya. (17:5) Dan pada dahinya tertulis suatu
nama, suatu rahasia: "Babel besar, ibu dari wanita-wanita
pelacur dan dari kekejian bumi."
Perempuan Babel disebut juga dengan ibu dari wanita-wanita
atau gereja-gereja pelacur. Siapa pun
yang berzinah dengan dia, berarti sudah menjadi satu daging dengan perempuan
Babel itu.
Kalau gereja TUHAN melacur dan berlaku cabul, yang menjadi
biangnya adalah perempuan Babel. Jadi, kalau gereja melacur dan berlaku cabul
di hadapan TUHAN, berarti dia sudah menjadi satu daging dengan perempuan cabul.
Kemudian, di tangan perempuan Babel itu ada suatu cawan emas yang berisikan
dengan kekejian dan kenajisan percabulannya.
-
Kekejian = Tidak menghargai kasih dan
kemurahan TUHAN; itulah ibadah dan pelayanan. Praktek kekejian: ialah mengecilkan
ibadah dan pelayanan.
-
Percabulan
= Meninggalkan TUHAN, meninggalkan ibadah dan pelayanan hanya demi perkara
lahiriah. Praktek percabulan ialah beribadah dan melayani, tetapi terikat
dengan perkara lahiriah = menduakan hati TUHAN. Percabulan ini juga dikaitkan
dengan pribadi Esau yang menjual hak kesulungannya demi semangkuk sop kacang
merah.
Jadi, rupa-rupanya, puncak ibadah yang dipimpin oleh
perempuan Babel atau perempuan cabul adalah kekejian dan kenajisan percabulan.
Kalau gereja TUHAN, hidup gereja TUHAN tidak memuncak sampai
kepada doa penyembahan, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa kehidupan semacam
ini akan menjadi satu tubuh, satu daging dengan perempuan cabul, dengan dua
praktek di dalam hidupnya, yaitu:
1.
Kekejian =
Mengecilkan ibadah dan pelayanan.
2.
Kenajisan =
Nampaknya beribadah, tetapi terikat dengan perkara lahiriah.
Dan kehidupan dengan dua praktek semacam ini sudah jelas menjadi
satu daging dengan perempuan Babel.
Tetapi kalau kita memang betul-betul menjadi pengikut Kristus,
maka kita tidak akan pernah menjadi suatu kehidupan yang memiliki nafsu rendah
karena TUHAN lebih mulia dari semuanya.
Kita akan memperhatikan Wahyu
18, dengan perikop: “Jatuhnya Babel”
Wahyu 18:3-9
(18:3) karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa
nafsu cabulnya dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul
dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan
hawa nafsunya." (18:4) Lalu
aku mendengar suara lain dari sorga berkata: "Pergilah kamu, hai umat-Ku,
pergilah dari padanya supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya,
dan supaya kamu jangan turut ditimpa malapetaka-malapetakanya. (18:5) Sebab dosa-dosanya telah
bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah mengingat
segala kejahatannya. (18:6) Balaskanlah
kepadanya, sama seperti dia juga membalaskan, dan berikanlah kepadanya dua
kali lipat menurut pekerjaannya, campurkanlah baginya dua kali lipat di
dalam cawan pencampurannya; (18:7)
berikanlah kepadanya siksaan dan perkabungan, sebanyak kemuliaan
dan kemewahan, yang telah ia nikmati. Sebab ia berkata di dalam hatinya: Aku
bertakhta seperti ratu, aku bukan janda, dan aku tidak akan pernah berkabung. (18:8) Sebab itu segala malapetakanya
akan datang dalam satu hari, yaitu sampar dan perkabungan dan
kelaparan; dan ia akan dibakar dengan api, karena TUHAN Allah, yang menghakimi
dia, adalah kuat." (18:9) Dan
raja-raja di bumi, yang telah berbuat cabul dan hidup dalam kelimpahan
dengan dia, akan menangisi dan meratapinya, apabila mereka
melihat asap api yang membakarnya.
Oleh karena hawa nafsu perempuan cabul atau perempuan Babel:
-
Semua bangsa
telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya.
-
Raja-raja di bumi,
itulah imamat yang berkerajaan (pelayan-pelayan TUHAN) juga berlaku cabul
dengan perempuan Babel.
-
Semua bangsa berlaku cabul,
hamba-hamba TUHAN juga berlaku cabul karena perempuan cabul, teramat lebih pedagang-pedagang di bumi telah menjadi
kaya oleh karena kelimpahan hawa nafsunya.
Jadi sudah jelas, bahwa; puncak dari ibadah dari perempuan
Babel ini adalah jika gereja TUHAN sudah berlaku cabul atau menjadi satu daging
dengan perempuan cabul. Ibadah semacam ini sama dengan ibadah yang memuncak,
tetapi bukan kepada TUHAN, melainkan memuncak kepada Setan.
Itu sebabnya, pada ayat 5 dikatakan: Dosa-dosanya telah bertimbun-timbun sampai ke langit, dan Allah telah
mengingat segala kejahatannya. Berarti, TUHAN tidak mau melupakan
orang-orang yang berlaku cabul di hadapan TUHAN; sampai langit dan bumi
berlalu, TUHAN ingat dosa orang semacam ini; itu sebabnya, terlalu sedikit
orang mendapatkan jalan sempit dan pintu sesak.
Kemudian, dalam kesempatan yang lain, Yesus juga berkata
kepada orang muda kaya: “Terlalu sukar
bagi orang kaya, masuk ke dalam Kerajaan Sorga, lebih mudah bagi seekor unta
untuk masuk ke dalam lobang jarum”
Lobang jarum terlalu sering diidentikkan oleh hamba TUHAN,
bahwa di Israel sana ada “pintu kecil”, lalu disebutlah itu “lobang jarum”. Andaikata pun itu benar, walaupun saya belum pernah
melihatnya, itu sah-sah saja.
Tetapi bagi saya, “lobang jarum” ini lebih kepada pengertian
rohani, yang artinya; sesuatu yang tidak mungkin, ternyata mungkin bagi TUHAN,
kalau kita mau menyerah kepada TUHAN. Memang sulit untuk masuk ke sorga, tetapi
tidak ada yang mustahil kalau kita angkat kedua tangan. Kalau kita menyadari
diri kita lemah, tidak berdaya, maka kita tinggal menyerah saja kepada TUHAN,
maka TUHAN akan memberi kemampuan untuk melewati lobang jarum seperti unta yang
begitu besar mampu melewati lubang jarum.
Perhatikanlah, di sini dikatakan: Dan raja-raja di bumi, yang telah berbuat cabul dan hidup dalam
kelimpahan dengan dia, akan menangisi dan meratapinya, apabila mereka melihat
asap api yang membakarnya. Ayat ini jelas berbicara tentang penyesalan yang
sedalam-dalamnya, tetapi tidak ada artinya lagi penyesalan kalau penyesalan itu
terlambat.
Jadi, walaupun harus hidup susah di dunia ini, tetapi biarlah
kita tetap bergantung kepada TUHAN saja, sebab jaminannya adalah darah salib yang melindungi kita dari sampar Corona busuk, sehingga terlepas dari
kebinasaan, lepas dari pembakaran api hukuman kekal.
Saudara mungkin tidak mengerti dengan apa yang saya
sampaikan ini, yang juga merupakan isi hati TUHAN; tetapi jika saudara tidak
memperhatikan hal ini, maka saudara tanggung sendiri nanti dan saudara buktikan
nanti. Mungkin saudara panas hati mendengarkan apa yang saya sampaikan malam
ini, tetapi nanti saudara akan mengerti apa yang saya maksudkan ini.
Ibrani 12:16-17
(12:16) Janganlah ada orang yang menjadi cabul atau yang
mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak
kesulungannya untuk sepiring makanan. (12:17) Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak menerima
berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk
memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan
air mata.
Lihatlah, raja-raja itu mencucurkan air mata ketika mereka
mencari berkat dari hak kesulungan itu, tetapi mereka ditolak, karena
kesempatan untuk menghargai hak kesulungan datang hanya satu kali, tidak dua
kali.
Jangan sampai kita mencucurkan air mata, tetapi air mata itu
tidak berharga, tidak berguna dan tidak berarti, karena kesempatan sudah
berakhir. Air matamu jauh lebih berharga jika engkau praktekkan Firman malam
ini.
Kalau penyesalan sudah terlambat, maka air mata penyesalan
yang terlambat itu sudah tidak berguna di hadapan TUHAN, air mata itu tidak
bisa menyentuh isi hati TUHAN.
TUHAN itu bukan manusia yang mudah dipengaruhi, TUHAN kita
itu adil, seperti halnya kisah Lazarus dan orang kaya.
-
Lazarus menerima
upah besar sesuai dengan perbuatannya selama hidup; itu sebabnya, ia berada di
pangkuan Abraham.
-
Berbanding terbalik dengan orang kaya itu; sesudah ia mati, ia
dikubur dan rohnya dibawa ke alam maut, dan di sana ia mengalami kepanasan. Lalu
pada saat ia mengalami kepanasan dan tangisan-tangisan yang luar biasa, dia
memohon untuk mendapatkan pertolongan dan keselamatan, tetapi hal itu tidak
bisa menggugah hati TUHAN.
1 Korintus 6:16-18
(6:16) Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan
dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah
kata nas: "Keduanya akan menjadi satu daging." (6:17) Tetapi siapa yang mengikatkan
dirinya pada TUHAN, menjadi satu roh dengan Dia. (6:18) Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa
lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang
yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. (6:19) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu
adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu
peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (6:20) Sebab kamu telah dibeli dan
harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan
tubuhmu!
Supaya kita terikat dengan TUHAN dan menjadi satu roh dengan
TUHAN, maka syarat mutlak yang harus kita patuhi adalah ceraikan dirimu dari percabulan.
Perlu untuk diketahui: Setiap dosa lain yang dilakukan
manusia, itu terjadi di luar dirinya, misalnya; seorang imam atau anak TUHAN
yang bersungguh-sungguh beribadah, sekali waktu terpancing karena amarah
seperti Musa, itu terjadi di luar dirinya.
Tetapi kalau seseorang melakukan percabulan -- prakteknya; menganggap
kecil ibadah dan pelayanan, kemudian nampaknya beribadah, tetapi terikat dengan
perkara lahiriah --, maka ia berdosa terhadap dirinya sendiri.
Musa juga berdosa karena terpancing amarah, tetapi ia berdosa
di luar dirinya sendiri. Namun jika seseorang berlaku cabul, maka dia berdosa
terhadap dirinya sendiri. Kalau tubuh yang berdosa ini tidak segera disucikan,
maka tubuh yang berdosa karena cabul ini, akan secepatnya dilemparkan ke api
neraka.
Sekali lagi kita perhatikan secara khusus 1 Korintus 6:18.
1 Korintus 6:18
(6:18) Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa
lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang
yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.
Ceraikan dirimu dari percabulan, sebab setiap dosa lain yang
dilakukan manusia, itu terjadi di luar dirinya sendiri.
Sebagai contoh, Yang
Pertama: ELIA.
Elia pernah jengkel, marah, kepada TUHAN, karena dia sudah
melakukan firman TUHAN, menghabisi empat ratus lima puluh nabi-nabi Baal; namun,
oleh karena perbuatannya itu, Izebel justru berjanji akan menghabisi nyawa dari
pada Elia.
Elia juga masih manusia biasa, dia juga masih mendiami kemah
di tubuh ini; itu sebabnya dia kabur, dia ketakutan, dia marah kepada TUHAN,
tetapi itu terjadi di luar dirinya sendiri.
Sebagai contoh, Yang Kedua:
MUSA.
Musa pernah terpancing emosi karena berbantah-bantah di
hadapan TUHAN, dia tidak mau menghormati kekudusan TUHAN. Memang betul dosa itu
dilakukan oleh Musa, tetapi itu terjadi di luar dirinya sendiri.
Tetapi orang yang berlaku cabul, dia berdosa terhadap
dirinya sendiri; itu sebabnya, tangisan daripada Esau pun, tidak akan bisa
menggugah hati TUHAN.
Kita harus berpikir dengan jernih, bahwasannya TUHAN sudah
membentuk kita dengan dua tangan dari seonggok tanah liat, dibentuk segambar
serupa dengan Dia; namun karena dosa Adam, akhirnya merusak rupa Allah. Namun
walaupun demikian, Anak Tunggal Bapa dijadikan sebagai korban penebusan dan
pendamaian terhadap dosa.
Artinya; kita ini adalah milik TUHAN, sebab kita sudah
ditebus, harganya sudah dibayar dengan lunas, maka kita tidak berhak, tidak
berkuasa atas diri ini, tidak boleh lagi semena-mena untuk melakukan kehendak
diri sendiri, dengan kata lain; tubuh ini adalah rumah TUHAN, tempat Roh TUHAN
berdiam.
Mari kita perhatikan 1
Korintus 3.
1 Korintus 3:16-17
(3:16) Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah
dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? (3:17) Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah
akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait
Allah itu ialah kamu.
Di sini jelas dikatakan, bahwa kehidupan ini adalah Bait
Allah, tempatnya Roh Allah berdiam, atau tempatnya kegiatan-kegiatan rohani,
bukan tempat kegiatan untuk percabulan.
Bait Allah itu tempatnya Roh Allah berdiam, berarti; di sana
ada aktivitas rohani, ada Roh Allah yang aktif bekerja.
Roh Allah tinggal dalam hidup kita, sebagaimana Yakub; dia
adalah pribadi yang diurapi oleh TUHAN.
-
Abraham → Gambaran dari Allah
Bapa = Kasih.
-
Ishak → Gambaran dari Yesus,
Anak Allah, Anak tunggal = Iman, firman.
-
Yakub → Gambaran dari Allah
Roh Kudus.
Kalau memang tubuh ini adalah tempatnya Roh Allah berdiam,
maka kehidupan semacam ini adalah kehidupan yang tenang, tidak sibuk dengan
perkara lahiriah, dan yang menjadi kesukaannya adalah tinggal di dalam kemah
rumah TUHAN. Jadi, jelas; Yakub adalah rumah TUHAN, tempat Roh Allah berdiam.
Yesaya 2:2-3
(2:2) Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung
tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang
tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, (2:3) dan banyak suku bangsa akan pergi
serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah
Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita
berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN
dari Yerusalem."
Gunung Sion disebut juga rumah Allah Yakub.
Wahyu 14:1,3
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit
Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang
dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. (14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan
takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorangpun
yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh
empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
Yesus, Anak Allah, berdiri di atas bukit Sion, bersama-sama dengan
144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus dari antara bumi.
Kemudian, di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya, menunjuk kepada;
kehidupan yang dimeteraikan oleh Allah. Kehidupan
yang dimeteraikan oleh Allah adalah milik kepunyaan Allah Sendiri, itulah
gunung Sion.
Wujud dari gunung Sion ialah menyanyikan suatu nyanyian baru
yang tidak dapat dipelajari oleh orang lain, kecuali mereka sendiri dengan TUHAN.
Ini berbicara tentang hubungan intim (nikah suci) lewat doa penyembahan, itulah
gunung Sion, itulah rumah Yakub, itulah rumah TUHAN, tempat Roh Allah berdiam.
Singkat kata: Wujud dari gunung Sion adalah ibadah itu memuncak sampai doa
penyembahan.
Kembali saya sampaikan: Orang yang terikat dengan perempuan
cabul akan menjadi satu daging dengan perempuan cabul. Tetapi kalau kita
terikat dengan TUHAN, maka kita akan satu daging dengan TUHAN; itulah inti
mempelai, yaitu seratus empat puluh empat ribu orang.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment