IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 01 MEI 2012
Tema: HAL BERDOA
(seri 2)
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus
Kristus.
Oleh karena kasih-Nya kita dapat kembali beribadah dalam
ibadah doa penyembahan malam ini.
Kembali kita memperhatikan Matius 6.
Matius 6: 5-13
(6:5) "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan
doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan
raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka
sudah mendapat upahnya.
(6:6) Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu,
tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka
Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
(6:7) Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele
seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa
karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.
(6:8) Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui
apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.
(6:9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga,
Dikuduskanlah nama-Mu,
(6:10) datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi
seperti di sorga.
(6:11) Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang
secukupnya
(6:12) dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami
juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
(6:13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi
lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan
dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]
Kita fokus memperhatikan ayat yang kelima “Dan apabila kamu
berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya
dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya,
supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah
mendapat upahnya”.
Berdoa itu penting, bahkan berdoa itu
adalah suatu keharusan, sebab doa adalah nafas hidup manusia.
Berarti, jika tidak berdoa; tidak ada nafas hidup = mati = binasa.
Wahyu 11: 1
(11:1)
Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur
rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang
beribadah di dalamnya.
Selain Bait Suci Allah, yang diukur adalah mezbah.
Mezbah -> doa.
Diukur artinya; mendapat perlindungan,
pemeliharaan, pertolongan, pembelaan dari Tuhan
Berarti kalau tidak hidup dalam doa
penyembahan, tidak mendapat perlindungan, pemeliharaan, pertolongan, pembelaan
dari Tuhan = tidak diukur = binasa.
Itu sebabnya, malam hari ini kita
mengadakan doa penyembahan dan ini sudah menjadi suatu keharusan.
Bandingkan
dengan mereka yang tidak hidup di dalam doa.
Wahyu 11: 2
(11:2)
Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang di
sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan
kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci empat puluh
dua bulan lamanya."
Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci
di sebelah luar = tidak diukur.
Dalam pola Tabernakel, Bait suci di
sebelah luar, terkena pada halaman =
pelataran.
Halaman adalah daerah pembenaran,
dibenarkan oleh darah Yesus juga kematian dan kebangkitan Yesus.
Di halaman ada 2 alat, yaitu;
1. Mezbah
Korban Bakaran = dibenarkan oleh darah Yesus Kristus.
2. Kolam
pembasuhan = dibenarkan oleh kematian dan kebangkitan Kristus.
Tetapi kehidupan anak-anak Tuhan
tidak cukup hanya dibenarkan oleh darah Yesus juga kematian dan kebangkitan
Yesus, harus ada tindak lanjutnya, yaitu berada di ruangan suci dan hidup dalam
doa penyembahan.
Itu sebabnya, dari sejak kecil,
anak-anak harus dibawa ke dalam rumah Tuhan, untuk tetap hidup dalam doa
penyembahan.
Tetapi banyak orang kristen tidak mengerti,
sehingga mereka mengutamakan perkara-perkara lahiriah, oleh sebab itu, suatu
saat nanti, banyak orang kristen kaget, terkejut, sebab; tiba-tiba dia sudah
menjadi bagian dari antikris, pada saat antikris berkuasa selama 3,5 tahun.
Oleh sebab itu, tidak cukup hanya
dibenarkan / lahir baru saja, tetapi harus ditingkatkan sampai Ibadah Doa
Penyembahan.
Syarat untuk berdoa.
Kembali kita perhatikan Matius 6: 5
(6:5) "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan
doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan
raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka
sudah mendapat upahnya.
Syarat untuk berdoa adalah janganlah berdoa seperti orang munafik.
Munafik = di luar dan di dalam tidak
sama.
Bisa saja di luar tampak baik dan
menarik, tetapi berbanding terbalik dengan di dalamnya.
Sebagai
contoh.
1)
Matius 23: 14
(23:14) [Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai
kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu
mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti
akan menerima hukuman yang lebih berat.]
Contoh yang pertama;
ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi disebut orang munafik.
Mereka berdoa dengan
panjang-panjang, kelihatan tampak baik dan menarik di luarnya, tetapi di dalam
hatinya, menelan rumah janda-janda.
Ini adalah kemunafikan.
Kemunafikan dari
pada ahli Taurat dan orang Farisi adalah menelan rumah janda-janda.
Rumah -> Bait
suci = rumah Tuhan, sedangkan istilah telan berarti lenyap = tidak nampak ke
permukaan.
Berarti, kalau
ditelan; tidak memberi pengharapan kepada janda-janda.
Janda-janda ->
perempuan-perempuan yang tidak bersuami = gereja Tuhan yang tidak menempatkan
Kristus sebagai kepala, sebagai suami.
1 Korintus 3: 16
(3:16) Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di
dalam kamu?
(3:17) Jika
ada orang yang membinasakan bait Allah,
maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait
Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.
Rumah -> Bait
Allah = rumah Tuhan, berarti kalau rumah ditelan; tidak memberi kesempatan
kepada Tuhan untuk berdiam, sesungguhnya Bait Allah adalah rumah Tuhan, tempat
Roh Allah berdiam.
Habislah kita ini,
jika tidak menempatkan Kristus sebagai kepala, lebih menuruti keinginan daging
dan hati nurani, lalu hidup dalam kemunafikan; tidak memberi kesempatan kepada
Tuhan untuk berdiam, supaya menjadi Bait Allah yang suci.
Tidak memberi
kesempatan = hidup tidak berkelanjutan.
Yang benar adalah
janda-janda harus dikunjungi, itulah ibadah yang sejati, tetapi kalau hidup
dalam kemunafikan, rumah janda-janda ditelan.
Yakobus 1: 27
(1:27) Ibadah
yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan
menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.
Ibadah yang murni,
ibadah yang tak bercacat di hadapan Allah adalah mengunjungi janda-janda, inilah yang benar.
Mengunjungi
janda-janda, supaya memberi pengharapan kepada janda-janda, sehingga hidup
dalam kesucian, juga ada kelanjutan / kelangsungan hidup.
Mari kita perhatikan
1 Raja-raja 17: 10-16
(17:10) Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu
gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang
janda sedang mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu,
katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku
minum."
(17:11) Ketika perempuan itu pergi
mengambilnya, ia berseru lagi: "Cobalah ambil juga bagiku sepotong
roti."
(17:12) Perempuan itu menjawab: "Demi
TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikit pun,
kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan
sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau
pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya,
maka kami akan mati."
(17:13) Tetapi Elia berkata kepadanya:
"Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi
buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan
bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
(17:14) Sebab beginilah firman TUHAN, Allah
Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan
habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada waktu
TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi."
(17:15) Lalu pergilah perempuan itu dan
berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak
perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya.
(17:16) Tepung
dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang
seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.
Elia adalah seorang
hamba Tuhan yang luar biasa, hidup sesuai kebenaran firman Tuhan, dia
mengunjungi janda di Sarfat, sehingga lewat kunjungan Elia ini, ada
pengharapan, ada kelangsungan hidup bagi janda di Sarfat dan anaknya. Ini yang
benar.
Berbeda dengan orang
munafik, mereka menelan rumah janda-janda, sehingga tidak memberi pengharapan.
Sebelum Elia
mengunjungi janda di Sarfat, janda di Sarfat dan anaknya hampir menuju kebinasaan.
Sebagai bukti.
1. Janda di
Sarfat berada di pintu gerbang kota.
Berarti; hampir
keluar dari pola Tabernakel, sama seperti Simon Petrus, ketika ia menyangkal
Yesus berada di halaman mahkamah Agama, bahkan berada di pintu gerbang. Demikian juga janda Sarfat, hampir saja keluar
/ di luar Tuhan.
Yohanes 15: 4
(15:4) Tinggallah di dalam Aku dan Aku di
dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri,
kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.
Kalau tidak tinggal
di dalam Tuhan, seperti ranting tidak dapat berbuah = tidak dapat berbuat apa-apa,
tidak dapat berbuat sesuatu yang baik, yang menyenangkan hati Tuhan dan sesama.
2. Janda di
Sarfat mengumpulkan dua tiga potong kayu
api.
Kayu api = kayu yang
kering.
Yohanes 15: 6
(15:6) Barangsiapa tidak tinggal di dalam
Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan
menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu
dibakar.
Kehidupan janda
Sarfat bagaikan kayu yang kering, yang dikumpulkan orang, dicampakkan ke dalam
api, lalu di bakar = sudah dekat kepada kebinasaan, hampir-hampir tidak ada
pengharapan.
3. Tinggal segenggam tepung dalam tempayan dan
sedikit minyak dalam buli-buli.
Ukuran segenggam =
satu kali makan.
Saya himbau, kalau
kita beribadah, biarlah betul-betul menikmati firman Tuhan, sebagai makanan
rohani. Jangan hanya satu kali makan.
Kalau anak-anak
Tuhan sudah mengerti firman Tuhan, nikmatilah firman itu terus menerus, baik
dalam Ibadah Doa Penyembahan, Ibadah Raya Minggu, Ibadah Pendalaman Alkitab /
tekun dalam 3 macam ibadah utama.
Dengarlah firman
Tuhan baik-baik, jangan hanya satu kali makan, teruslah nikmati firman Tuhan,
sebagai makanan rohani, dalam setiap ibadah yang Tuhan percayakan.
Tetapi kita
bersyukur, lewat kunjungan Elia, ia memberi harapan, ada kelangsungan hidup
bagi janda di Sarfat.
Kita perhatikan kelangsungan hidup.
1 Raja-raja 17: 14
(17:14) Sebab beginilah firman TUHAN, Allah
Israel: Tepung dalam tempayan itu tidak akan
habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan berkurang sampai pada waktu
TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi."
Kelangsungan hidup /
pengharapan kepada Tuhan; memelihara kehidupan mereka yang tadinya putus
harapan, bahkan pada masa resesi, krisis ekonomi, Tuhan tetap pelihara. Kemustahilan Allah dinyatakan. Apa yang mustahil
bagi manusia, bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.
Praktek
supaya kemustahilan Allah dinyatakan.
1 Raja-Raja 17: 13
(17:13) Tetapi Elia berkata kepadanya:
"Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi
buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti
bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat
bagimu dan bagi anakmu.
Prakteknya; terlebih
dahulu membuat sepotong roti bundar
kecil untuk dibawa kepada Elia.
- Roti -> firman Tuhan
Berarti; hidup benar
sesuai kebenaran firman Tuhan, jangan hidup dalam kebenaran diri sendiri, sebab
itu yang menyebabkan manusia jatuh dalam berbagai macam dosa.
- Bundar ->
kasih Allah yang tidak ada
habis-habisnya.
Berarti; tinggal
dalam kasih Allah yang tidak ada habis-habisnya = mengasihi Tuhan dan sesama.
- Kecil -> kerendahan hati = merendahkan diri.
Ciri orang yang
merendahkan hati; saat mendengarkan firman tidak mengeraskan hati, saat bicara
dan bertindak selalu dibawah.
Kesimpulannya.
Supaya kemustahilan
Allah dinyatakan, terlebih dahulu;
- Hidup benar
sesuai kebenaran firman Tuhan.
- Tinggal dalam
kasih Allah yang tidak ada habis-habisnya.
- Merendahkan diri.
Ini prakteknya
supaya kemustahilan Allah dinyatakan.
Biarlah kita
merendahkan diri di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya tangan kemurahan Tuhan
diulurkan bagi kita semua, memberi pertolongan, memberi masa depan yang cerah.
Mungkin bagi manusia
sudah tidak ada harapan, hampir binasa, tetapi Elia mengunjungi janda, sebagai
ibadah yang murni, tanpa kemunafikan, sehingga memberi pengharapan = menerima
uluran tangan Tuhan.
Roma 4: 17
(4:17) seperti ada tertulis: "Engkau
telah Kutetapkan menjadi bapa banyak bangsa" -- di hadapan Allah yang
kepada-Nya ia percaya, yaitu Allah yang menghidupkan
orang mati dan yang menjadikan dengan
firman-Nya apa yang tidak ada menjadi ada.
Oleh karena kuasa
firman Tuhan, kemustahilan Allah dinyatakan bagi kita semua, yaitu;
- Menghidupkan
orang mati.
Artinya; orang yang
berdosa mendapat keselamatan / diselamatkan.
Seharusnya, orang
yang berdosa menuju kepada kebinasaan / maut, sebab upah dosa adalah maut /
mati (Roma 6: 23).
- Yang tidak
ada menjadi ada = yang tidak layak menjadi layak = kasih karunia = kemurahan
Tuhan = anugrah Allah yang besar.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman
Gembala Sidang: Pdt.
Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment