Tema: HAL BERDOA
(seri
4)
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus
Kristus.
Oleh karena kemurahan Tuhan, kita dimungkinkan untuk menyembah
Tuhan, dalam Ibadah Doa Penyembahan, sehingga dengan demikian, kita dapat
merendahkan diri serendah-rendahnya.
Kembali kita perhatikan Matius 6.
Matius 6: 5-13
(6:5) "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan
doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan
raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
(6:6) Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu,
tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka
Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
(6:7) Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele
seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa
karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.
(6:8) Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu
mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.
(6:9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga,
Dikuduskanlah nama-Mu,
(6:10) datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi
seperti di sorga.
(6:11) Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang
secukupnya
(6:12) dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami
juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami;
(6:13) dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi
lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan
dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.]
Berdoa itu penting dan suatu
keharusan, sebab doa adalah nafas hidup.
Berarti, kalau tidak berdoa = tidak
ada nafas hidup = mati = binasa.
Kita bersyukur tentunya, malam ini,
Tuhan ijinkan kita beribadah lewat ibadah doa penyembahan, berarti; terjadi
kelangsungan hidup.
Biarlah kiranya Tuhan terus menerus
berkemurahan kepada kita, supaya ada kelangsungan hidup, sampai akhirnya kita
dibawa ke dalam Yerusalem yang baru, kota yang kudus, dengan bentuk empat
persegi.
Tetapi, supaya doa itu berkenan
kepada Tuhan, sesuai dengan kebenaran firman Tuhan; “janganlah berdoa seperti orang
munafik”
Orang munafik itu; di luar dan di
dalam tidak sama. Di luar tampak baik dan menarik, tetapi di dalamnya berbanding
terbalik dengan apa yang dilihat mata.
Orang–orang munafik berdoa, berdiri
pada rumah-rumah ibadah dan pada tikungan-tikungan jalan raya, dengan tujuan; supaya
mereka dilihat orang. Tetapi kalau berdoa dengan cara demikian, kita tidak
mendapatkan upah dari sorga.
Itu sebabnya, firman Allah mengatakan
“sesungguhnya
mereka sudah mendapatkan upahnya”.
Upahnya adalah pujian-pujian dari
orang-orang yang melihatnya, bukan pujian-pujian dari sorga. Upah yang diterima
dari orang-orang yang melihat mereka, upah yang demikian tidak ada artinya.
Mari
kita bandingkan dengan Lukas 18.
Lukas 18: 10-12
(18:10)
"Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah
Farisi dan yang lain pemungut cukai.
(18:11)
Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti
semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan
juga seperti pemungut cukai ini;
(18:12)
aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
Orang Farisi berdoa kepada Tuhan
tetapi dia menyatakan seluruh apa yang diperbuatnya kepada Tuhan dalam doanya = merasa diri
benar, lebih baik, lebih suci dari orang lain;
Doa orang munafik di dalam hati:
Doa orang munafik di dalam hati:
- Aku tidak
sama seperti semua orang lain
- Bukan
perampok
- Bukan orang
lalim
- Bukan pezinah
- Bukan
seperti pemungut cukai
- Aku berpuasa
dua kali seminggu
- Aku
memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku
Bandingkan
dengan doa yang berkenan
Lukas 18: 13
(18:13)
Tetapi pemungut cukai itu berdiri
jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul
diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku
orang berdosa ini.
Berdoa yang berkenan, seperti
pemungut cukai; merasa diri sebagai orang
yang berdosa = menyadari dirinya di hadapan Tuhan.
Kelebihan-kelebihan orang yang
menyadari diri; mengharapkan belas kasih
Tuhan.
Tetapi orang yang merasa diri lebih
benar, lebih baik; tidak membutuhkan belas kasih, melainkan menonjolkan
kelebihan-kelebihan diri.
Pemungut cukai, menyadari
dirinya sebagai orang berdosa, sama seperti;
- kepala pasukan yang menyalibkan
Yesus. Ketika ia melihat apa yang sedang terjadi, dia langsung menyadari diri,
bahwa Yesus adalah Anak Allah, Dia yang benar, dirinyalah yang salah.
- Selain prajurit-prajurit;
perempuan-perempuan dan orang-orang lain, melihat Yesus yang disalibkan dari
jauh, pulang sambil memukul-mukul dada mereka = menyadari diri sebagai
orang yang berdosa.
Kalau kita merasa benar, orang lain
yang kita pukul, tetapi kalau merasa diri salah, yang terjadi adalah
memukul-mukul diri.
Memukul disini bukan hanya dengan tangan yang menampar pipi, tetapi bisa lewat perkataan, sikap, perbuatan, tingkah laku, gerak - gerik dan sebagainya.
Kalau saya perhatikan kisah-kisah
orang Farisi, tidak satupun dari mereka mau menyadari diri sebagai orang
berdosa, berbeda dengan pemungut cukai.
Seperti kisah Zakeus dan Matius, adalah seorang pemungut cukai (Matius 9: 9-10), tetapi mereka mudah sekali menyadari
diri sebagai orang berdosa dan menjadi pengikut Kristus.
Pemungut cukai / orang pajak, memang
banyak kekurangan, salah satunya kasus korupsi, namun kenyataannya orang seperti ini mudah
sekali mengakui kesalahan.
Tetapi berbanding terbalik dengan orang Farisi, sukar sekali
menyadari kesalahan, karena dikuasai roh kesombongan, yaitu kekerasan hati.
Syarat untuk berdoa kepada Allah:
Matius 6: 6
(6:6) Tetapi jika
engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu,
tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka
Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Supaya doa itu berkenan, maka, sesuai
dengan firman Tuhan; masuklah ke dalam
kamarmu = masuk ke dalam empat persegi, sebab kamar
bentuknya empat persegi -> hubungan nikah antara gereja Tuhan, sebagai
tubuh, dengan Kristus, sebagai Kepala dari tiap-tiap gereja.
BAGIAN A
Wahyu
21: 10, 16
(21:10) Lalu, di
dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia
menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari
Allah.
(21:16) Kota itu bentuknya empat persegi, panjangnya sama dengan lebarnya. Dan ia mengukur kota itu dengan
tongkat itu: dua belas ribu stadia;
panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama.
Yerusalem yang baru = kota kudus, bentuknya; empat persegi, panjangnya sama
dengan lebarnya, yaitu DUA BELAS RIBU stadia.
Mari kita perhatikan dua belas ribu
stadia.
Wahyu 7:
3-8
(7:3) katanya:
"Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami
memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!"
(7:4) Dan aku
mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu
yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel.
(7:5) Dari suku Yehuda dua belas ribu yang dimeteraikan,
dari suku Ruben dua belas ribu, dari suku Gad dua belas ribu,
(7:6) dari suku Asyer dua belas ribu, dari suku Naftali dua belas ribu, dari suku Manasye dua belas ribu,
(7:7) dari suku Simeon dua belas ribu, dari suku Lewi dua belas ribu, dari suku Isakhar dua belas ribu,
(7:8) dari suku Zebulon dua belas ribu, dari suku Yusuf dua belas ribu, dari suku Benyamin dua belas ribu.
Berbicara
dua belas ribu stadia -> hamba-hamba Allah yang dimateraikan Allah = orang-orang yang menerima meterai Allah di
dahi mereka.
Yehezkiel 9: 3-6
(9:3)
Pada saat itu kemuliaan Allah Israel sudah terangkat dari atas kerub, tempatnya
semula, ke atas ambang pintu Bait Suci dan Dia memanggil orang yang berpakaian
lenan dan yang mempunyai alat penulis di sisinya.
(9:4)
Firman TUHAN kepadanya: "Berjalanlah dari tengah-tengah kota, yaitu
Yerusalem dan tulislah huruf T pada dahi
orang-orang yang berkeluh kesah karena segala perbuatan-perbuatan keji yang
dilakukan di sana."
(9:5)
Dan kepada yang lain-lain aku mendengar Dia berfirman: "Ikutilah dia dari
belakang melalui kota itu dan pukullah sampai mati! Janganlah merasa sayang dan
jangan kenal belas kasihan.
(9:6)
Orang-orang tua, teruna-teruna dan dara-dara, anak-anak kecil dan
perempuan-perempuan, bunuh dan musnahkan! Tetapi semua orang yang ditandai
dengan huruf T itu, jangan singgung! Dan
mulailah dari tempat kudus-Ku!" Lalu mereka mulai dengan tua-tua yang
berada di hadapan Bait Suci.
Mereka yang mendapatkan meterai,
itulah tanda T di dahi; diselamatkan.
Tetapi yang lain-lain, yang tidak
menerima tanda T, semua itu dipukul mati = dibinasakan.
Huruf T -> sengsara salib = aniaya
karena firman = KELUH KESAH yang diterima karena firman.
Biarlah tanda T ada di dahi kita
semua. Dalam ibadah pelayanan, ada tanda T di dahi.
Tanda T, berarti segala sesuatu yang
kita pikirkan selalu mengarah kepada salib Kristus, supaya doa dan persembahan
kita, yaitu pelayanan kita, berkenan di hadapan Tuhan.
Itu sebabnya, ibadah doa penyembahan bukanlah liturgis, karena pikiran kita hanya mengarah kepada salib
Kristus.
Kalau di dahi ada salib Kristus, kita
bisa menyembah Tuhan, sampai hanyut dan tenggelam dalam kasih Allah, sebab doa
penyembahan selama satu jam tidak dapat dikerjakan oleh kekuatan dari daging manusia.
Kalau manusia hanyut dan tenggelam
dalam kasih bersama dengan pasangan hidupnya, sungguh hubungan itu sangat nikmat sekali.
Dan kalau kita merasakan penyembahan
yang demikian, rasa-rasanya tidak mau berhenti untuk terus menyembah Tuhan.
Tetapi untuk mencapai hal itu,
biarlah di dahi kita semua ada huruf T, jangan ada yang lain-lain, supaya kita
tidak menjadi orang yang lain-lain di hadapan Tuhan.
BAGIAN B
Wahyu 21: 17
(21:17)
Lalu ia mengukur temboknya: seratus empat puluh
empat hasta, menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat.
Yerusalem yang baru, kota yang kudus;
temboknya = 144 hasta.
Mari
kita perhatikan 144 hasta.
Wahyi 14: 1-3
(14:1)
Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba
berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat
ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
(14:2)
Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan
deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi
pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.
(14:3)
Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat
makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian
itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus
dari bumi itu.
Anak
Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia, ada seratus empat
puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya = huruf T.
Mereka menyanyikan suatu nyanyian
baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan 24 tua-tua itu.
Saudaraku, kalau kita perhatikan
disini, ketika 144.000 orang tersebut menyanyikan nyanyian baru, tidak satupun
yang tahu nyanyian baru itu.
Artinya;
betapa hubungan antara 144.000 orang tersebut dengan Anak Domba, begitu intim
sekali.
KALAU
PASANGAN SUAMI ISTRI MEMILIKI HUBUNGAN YANG INTIM, TENTU ADA PERKATAAN-PERKATAAN
SEBAGAI PUJIAN ANTARA SUAMI ISTRI, DAN KETIKA MEREKA SALING PUJI MEMUJI, TIDAK
ADA SATU PUN ORANG YANG TAHU.
JADI,
NYANYIAN BARU YANG TIDAK DIKETAHUI OLEH ORANG LAIN, ITU MENUNJUKKAN BETAPA
HUBUNGAN ANTARA 144.000 ORANG DENGAN ANAK DOMBA INI BEGITU INTIM , BEGITU
DEKAT DAN ERAT SEKALI.
SAMA
HALNYA DENGAN ORANG YANG BERLOGAT GANJIL, YAITU ORANG-ORANG YANG DIPENUHKAN
OLEH ROH-EL KUDUS, MEREKA BERBAHASA ROH, BERBAHASA LIDAH, YANG TIDAK DIKETAHUI
OLEH ORANG LAIN.
Itu sebabnya kalau berdoa harus masuk
kamar supaya terjadi hubungan nikah.
Ciri-ciri 144.000
Wahyu 14: 4
(14:4)
Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan
perempuan-perempuan, karena mereka murni sama
seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari
antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.
Mereka murni, sama seperti perawan =
tidak mencemarkan diri dengan perempuan-perempuan.
Artinya; tidak jatuh di dalam dosa
karena hawa nafsu dan keinginan daging.
Sebab, perempuan -> tubuh =
daging. Sedangkan murni = tidak tercemari / tidak dicampurni oleh dosa.
Dampak positifnya.
Mengikuti
Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi = mengikuti
jejak Kristus.
Mari
kita lihat jejak Kristus.
1 Petrus 2: 21-22
(2:21)
Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk
kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
(2:22)
Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.
(2:23)
Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan
mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak
mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.
Inilah jejak Kristus;
1. Ia tidak
berbuat dosa.
2. Tipu tidak
ada dalam mulut-Nya = tidak ada dusta.
3. Ketika Ia
dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki = tidak hidup di bawah hukum
taurat = kejahatan tidak dibalas dengan kejahatan.
4. Ketika Ia
menderita, Ia tidak mengancam, melainkan menyerahkan segala persoalan kepada
Allah Bapa, sebagai hakim yang adil.
Hasilnya
Wahyu 14: 4
(14:4)
Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan
perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah
orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai
korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.
Kita semua menjadi anak-anak sulung atau korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba, bila hidup
dalam doa yang berkenan, yaitu masuk ke dalam kamar, itulah empat persegi;
panjang dan lebar sama = HUBUNGAN NIKAH ANTARA TUBUH DAN KEPALA.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman;
Gembala
Sidang: Pdt.
Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment