IBADAH
RAYA MINGGU, 13 MEI 2012
Tema: HUKUM YANG TERUTAMA DAN HUKUM YANG KEDUA
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan
Yesus Kristus.
Oleh karena kemurahan Tuhan dan pertolongan Tuhan, kita semua
dapat beribadah melayani Tuhan pada malam hari ini.
Biarlah kita diberkati lewat pembukaan rahasia firman
malam ini.
Kita awali dari kitab Keluaran.
Dalam Keluaran 20: 1-17 tertulis 10 hukum Allah, yang
dibagi menjadi 2 bagian.
-
Bagian pertama;
Hukum
pertama sampai hukum
keempat, tertulis pada loh batu
pertama = KASIH KEPADA TUHAN =
kasih yang utama, karena kaitannya kepada Tuhan.
-
Bagian kedua;
Hukum
kelima sampai hukum
kesepuluh, tertulis pada loh batu
kedua = KASIH KEPADA SESAMA,
karena kaitannya kepada sesama manusia.
Sekarang, mari kita perhatikan hukum yang utama dan hukum
yang kedua.
Markus 12: 28-34
(12:28) Lalu seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus
dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu, bahwa Yesus memberi jawab yang
tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya: "Hukum
manakah yang paling utama?"
(12:29) Jawab Yesus: "Hukum
yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan
itu esa.
(12:30) Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
(12:31) Dan hukum yang
kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama dari pada
kedua hukum ini."
(12:32) Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus:
"Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada
yang lain kecuali Dia.
(12:33) Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan
dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi
sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama dari pada semua
korban bakaran dan korban sembelihan."
(12:34)
Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata
kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!" Dan seorang pun
tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Hukum yang terutama
adalah kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap
hatimu, dengan segenap jiwamu, dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
-
Dengan segenap hati
berarti; tidak separuh hati
Kalau separuh hati; separuh untuk Tuhan, separuh untuk
yang lain, seperti;
· sidang jemaat di Laodikia; tidak panas, tidak dingin = suam-suam, artinya tidak
sepenuh hati beribadah melayani Tuhan = tidak sungguh-sungguh beribadah
melayani Tuhan.
· Juga seperti Kain, yang mempersembahkan sebagian
hasil tanahnya = tidak sungguh-sungguh.
-
Dengan segenap jiwa / akal budi = segenap pengertian.
Pengertian yang benar, yang kita peroleh dari Tuhan, kita
harus turuti.
Kita banyak memperoleh pengertian-pengertian dari Tuhan,
lewat pembukaan rahasia firman Tuhan, kita turuti saja, dengan segenap akal
budi, dan segenap jiwa kita.
Kita memperoleh pengertian yang baik dari kebenaran
firman Tuhan, gunakan akal budi dan jiwamu untuk menurutinya / melakukannya.
Kalau jiwa tidak beres, disebut orang gila / sinting, orang seperti ini, tidak dapat
mengasihi Tuhan dengan segenap pengertian.
-
Dengan segenap kekuatanmu.
Tuhan mengetahui sejauh mana kekuatan manusia, ketika
kita mengasihi Tuhan dengan semaksimal mungkin.
Barangkali saja hasilnya sedikit, tetapi Tuhan mengetahui
sejauh mana kekuatan kita. Sebaliknya, kita dapat mengerjakan banyak tetapi
hasilnya sedikit, itu berarti tidak mengasihi Tuhan dengan segenap kekuatan.
Hukum yang kedua, yaitu; KASIHILAH SESAMAMU MANUSIA,
SEPERTI DIRIMU SENDIRI.
Saya teringat dengan domba-domba yang ditempatkan di
sebelah kanan, mereka mengasihi sesama, seperti mengasihi diri sendiri; tidak
ada kepura-puraan di dalamnya (Matius 25: 33-39).
Ironis sekali, bila kita perhatikan disini; dimana ahli taurat membenarkan Yesus Kristus.
Bukankah, ahli taurat itu mengerti firman, tetapi tidak
menjadi pelaku, dengan kata lain; hidup dengan kepura-puraan.
Tapi ternyata, dengan kasih yang utama dan kasih yang
kedua; sanggup menyelamatkan ahli taurat
= sanggup menyelamatkan orang yang pura-pura, DENGAN KASIH.
Inilah yang menjadi
kerinduan saya, sebagai gembala yang kecil, supaya kita semua mengasihi Tuhan
dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan
segenap kekuatan, dimulai dari saya tentunya, sampai kepada seluruh sidang
jemaat, supaya kita semua terlepas dari roh ahli taurat, yaitu; mengerti
firman, tetapi tidak menjadi pelaku.
Bukti ahli taurat mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.
Markus 12: 33
(12:33) Memang mengasihi
Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap
kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh
lebih utama dari pada semua korban bakaran dan korban sembelihan."
Ahli taurat membenarkan perkataan Yesus, dan berkata; mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama, lebih utama dari
pada mempersembahkan korban bakaran dan korban sembelihan.
Ibrani 10: 1-9
(10:1) Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja
dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu
sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus
dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang
mengambil bagian di dalamnya.
(10:2) Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak
mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar
lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya.
(10:3)
Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan
adanya dosa.
(10:4)
Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan
dosa.
(10:5)
Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan
tidak Engkau kehendaki -- tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku --.
(10:6)
Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan.
(10:7)
Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis
tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."
(10:8)
Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban
penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya"
-- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --.
(10:9)
Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan
kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan,
supaya menegakkan yang kedua.
Mengasihi
Tuhan
dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan
segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan dan mengasihi sesama, seperti diri sendiri, itu lebih utama dari
mempersembahkan korban bakaran dan korban sembelihan dan korban-korban yang lain.
Yang lebih utama adalah; melakukan firman Tuhan / kehendak Allah, berarti mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama.
Jangan salah paham, saudaraku. Jangan
membuat mezbah dan mempersembahkan korban di atasnya.
Tuhan tidak menghendaki korban
persembahan yang demikian.
Yang
pertama Ia hapuskan supaya menegakkan yang kedua = melakukan kehendak Allah, bukan dengan
bentuk hukum taurat = menghapus yang pertama, tetapi melakukan firman Tuhan dengan bentuk yang kedua, itulah hukum kasih karunia.
Sebagai
contoh menegakkan hukum yang kedua, melakukan hukum Allah dalam hukum kasih
karunia.
Yohanes 8: 2-7
(8:3)
Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang
perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
(8:4)
Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus:
"Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
(8:5)
Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita
untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu
tentang hal itu?"
(8:6)
Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu
untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di
tanah.
(8:7)
Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri
lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa,
hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."
(8:8)
Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
(8:9)
Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi
seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan
perempuan itu yang tetap di tempatnya.
(8:10)
Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: "Hai perempuan, di
manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?"
(8:11)
Jawabnya: "Tidak ada, Tuhan." Lalu kata Yesus: "Aku pun tidak
menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat
dosa lagi mulai dari sekarang."
Menegakkan yang kedua adalah
melakukan firman Tuhan dalam bentuk hukum kasih karunia; penuh dengan pengampunan = mengampuni orang yang bersalah, seperti
Yesus berkata “Aku pun tidak menghukum
engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang”, kepada perempuan yang kedapatan berzinah.
Pada
saat kapan Yesus mengampuni perempuan yang kedapatan berzinah ?
Yohanes 8: 6
(8:6)
Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu
untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk
lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
Setelah hukum taurat dinyatakan oleh
ahli taurat dengan berkata “Musa dalam
hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang
demikian”, tetapi Yesus justru membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya.
Ini adalah hukum yang terutama;
mengasihi Tuhan dengan segenap hati, dengan segenap
jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan.
Yohanes 8: 7-9
(8:7)
Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri
lalu berkata kepada mereka: "Barangsiapa
di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada
perempuan itu."
(8:8)
Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
(8:9)
Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi
seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan
perempuan itu yang tetap di tempatnya.
Untuk kedua kalinya Yesus membungkuk
dan menulis dengan jari-Nya di tanah. Ini adalah hukum yang kedua; mengasihi sesama,
seperti diri sendiri.
Kalau mengasihi sesama seperti diri
sendiri berarti; tidak merasa lebih benar, tidak merasa lebih suci, tidak
merasa lebih baik, seperti ahli-ahli taurat dan orang-orang Farisi. Itu sebabnya ketika Yesus berkata “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama
melemparkan batu kepada perempuan itu”, tetapi ternyata semua orang di
tempat itu berdosa, dan akhirnya mereka semua pergi, mulai dari yang tertua.
Yesus
Kristus sudah menegakkan hukum Allah dalam bentuk hukum kasih karunia, sebab hidup dalam hukum taurat menjadi batu
sandungan.
Terkutuklah orang yang tersandung,
tetapi lebih terkutuk lagi orang yang menjadi batu sandungan.
Matius 18: 6-7
(18:6)
"Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu
dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah
batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.
(18:7)
Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada,
tetapi celakalah orang yang mengadakannya.
Penyesat digambarkan seperti batu
sandungan = hidup di bawah hukum taurat.
Mereka yang menjadi batu sandungan,
sesuai dengan nas firman Tuhan; lebih
baik batu kilangan diikatkan pada leher mereka, lalu ditenggelamkan ke dalam
laut.
Artinya; oleh karena keadilan dan
kebenaran dari Allah, mereka yang hidup dalam hukum taurat / menyesatkan, menerima
hukuman, yaitu menjadi bagian dari antikris.
Batu kilangan -> firman yang benar
dan murni, dan lebih tajam dari pedang bermata dua manapun.
Laut -> antikris.
Binatang yang keluar dari dalam laut,
itu adalah antikris = manusia tanpa roh, yang suka menyesatkan anak kecil,
menjadi batu sandungan, hidup dalam hukum taurat, sama seperti binatang yang
keluar dari dalam laut.
Kesimpulannya;
Hukum taurat hanyalah bayangan dan
kiasan untuk kita lakukan masa sekarang. tidak bisa melakukannya dengan
leterlet, harus dilakukan dengan hukum
kasih karunia.
Dampak positif melakukan
hukum yang pertama dan hukum yang kedua.
Markus 12: 34
(12:34)
Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab
orang itu, dan Ia berkata kepadanya: "Engkau tidak jauh dari Kerajaan
Allah!" Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Dampak positifnya; menjadi orang yang bijaksana.
Contoh
orang yang bijaksana;
1. Matius 25:
1-4
(25:1) "Pada waktu itu hal Kerajaan
Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong
mempelai laki-laki.
(25:2) Lima di antaranya bodoh dan lima
bijaksana.
(25:3) Gadis-gadis yang bodoh itu membawa
pelitanya, tetapi tidak membawa minyak,
(25:4) sedangkan gadis-gadis yang bijaksana itu membawa pelitanya dan juga minyak dalam
buli-buli mereka.
Contoh yang pertama;
seperti 5 gadis yang bijaksana,
membawa pelita serta minyak dalam buli-bulinya.
Berbeda dengan 5
gadis yang bodoh; membawa pelita tetapi tidak membawa minyak.
Minyak -> urapan
Roh Kudus. fungsinya; supaya pelita tetap menyala.
Berarti; untuk
menyongsong kedatangan Tuhan yang kedua kali, sebagai Mempelai Pria Sorga,
harus tetap dalam urapan Roh-El Kudus, supaya pelita tetap menyala.
Saat membawa pelita
dan minyak dalam buli-buli, memang sedikit repot.
Barangkali saudara
repot dalam pelayanan, tetapi itu adalah bagian dari kehidupan anak Tuhan yang
diurapi Roh Kudus.
Oleh sebab itu saya
ingatkan, jangan bodoh, dengan hanya membawa pelita saja. Pelita memang bagus
untuk menerangi jalan. Tetapi firman tidak bisa bekerja tanpa Roh Kudus.
Jadilah bijaksana !!
jangan seperti 5 gadis yang bodoh.
2. Matius 7:
24-25
(7:24) "Setiap orang yang mendengar
perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.
(7:25) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu,
tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.
Contoh yang kedua;
orang yang bijaksana, mendirikan
rumahnya di atas batu, sehingga sekalipun hujan turun, angin melanda dan
datanglah banjir, tetapi bangunan itu tidak rubuh, sebab didirikan di atas
batu.
Arti rohaninya; kuat
dan teguh hati saat menghadapi hujan, angin, banjir, sebagai ujian / cobaan.
Batu -> korban
Kristus, sebagai dasar bangunan.
Dasar hidup kita
adalah korban Kristus, bukan yang lain-lain.
Jangan coba-coba
membangun rumah di atas pasir, seperti orang bodoh, sebab rumah akan rubuh, tidak akan kuat
saat hujan turun, angin melanda, banjir datang, sebagai ujian.
Tetapi kalau
membangun hidup di atas batu,itulah korban Kristus, saat menghadapi ujian; akan
tetap kuat, tidak rubuh.
Pasir -> daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Ciri-ciri orang bijaksana.
Matius 7: 24
(7:24)
"Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku
ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan
rumahnya di atas batu.
Mendengar firman dan melakukan = dengar-dengaran.
Hai imam-imam, para pelayan Tuhan,
dengar-dengaranlah, jangan suka membantah, jangan memberontak supaya kita tetap
kuat saat menghadapi ujian !!
Matius 7: 27
(7:27)
Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu,
sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah
kerusakannya."
Kalau tidak dengar-dengaran, kita
sendiri yang rugi, bukan orang lain, tetapi kalau dengar-dengaran, kita sendiri
pula yang mendapat keuntungan.
Ini memang bukan perkara mudah,
tetapi cukup kita perhatikan dengan sungguh-sungguh.
Hasilnya.
Markus 12: 36
(12:34)
Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata
kepadanya: "Engkau tidak jauh dari
Kerajaan Allah!" Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu
kepada Yesus.
"Engkau
tidak jauh dari Kerajaan Allah!" = ahli taurat tidak
jauh dari kerajaan sorga = dekat dengan
kerajaan sorga.
Roma 14: 17
(14:17)
Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan
minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
Kerajaan sorga bukan soal makanan dan
minuman, tetapi soal;
- kebenaran
- damai
sejahtera
- sukacita
Semua itu dikerjakan oleh Roh Kudus,
bukan karena yang lain-lain.
Roma 14: 18
(14:18)
Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.
Jika melayani Tuhan disertai dengan
kebenaran, damai sejahtera, sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, tanpa
memusingkan soal makanan dan minuman, ia berkenan kepada Allah dan dihormati
oleh manusia.
- Berkenan
kepada Allah = mengasihi Tuhan
- Dihormati
oleh manusia = mengasihi sesama.
Biarlah kita berkenan kepada Allah
dan mengasihi sesama, menghormati sesama. Amin.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman;
Gembala Sidang: Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment