IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 14 AGUSTUS 2012
Tema: HAL BERDOA
(seri
10)
Shalom.
Selamat malam, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya, kita dapat beribadah pada malam
hari ini, lewat ibadah doa penyembahan.
Biarlah kita menggunakan waktu yang Tuhan berikan untuk
merendahkan diri di bawah kaki Tuhan, ini merupakan kesempatan yang baik. Tidak
banyak orang mendapat kesempatan untuk merendahkan diri di bawah kaki Tuhan.
Kiranya Tuhan memberkati kita, lewat firman Tuhan malam
hari ini.
Kembali kita memeriksa injil Matius 6: 5-13, namun kita
cukup membaca ayat 5-6.
(6:5) "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa
seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam
rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat
orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
(6:6) Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke
dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka
Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Pertama-tama saya mau sampaikan bahwa; berdoa itu
penting, bahkan berdoa itu adalah suatu keharusan, karena doa adalah nafas
hidup. Berarti, jika seseorang tidak hidup di dalam doa = tidak bernafas = mati
= binasa.
Syarat doa yang dikenan Tuhan;
Masuklah ke dalam kamar, tutuplah pintu, artinya; melangsungkan doa secara tersembunyi. Inilah doa yang dikenan oleh
Tuhan.
Berbeda dengan ahli Taurat dan orang
Farisi, mereka berdiri di dalam rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan
raya, supaya mereka dilihat orang lain. Ini adalah doa yang tidak berkenan di
hadapan Tuhan.
Ulangan 29: 29
(29:29)
Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN, Allah kita, tetapi hal-hal
yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak kita sampai selama-lamanya,
supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat ini."
Perlu diketahui, hal-hal yang
tersembunyi ialah bagi Tuhan Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah
bagi kita turun temurun sampai selama-lamanya.
Jadi, melangsungkan doa secara
tersembunyi, itu berkenan bagi Tuhan, sebab hal-hal yang tersembunyi ialah bagi
Tuhan Allah kita.
Demikian juga dengan Yesus Kristus, Anak Allah, melangsungkan
doa secara tersembunyi.
Matius 14: 23
(14:23)
Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit
untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di
situ.
Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa
seorang diri, artinya; Yesus melangsungkan doa secara tersembunyi, sebab tidak
seorangpun melihat Yesus ketika Yesus berdoa di atas bukit, Ia hanya sendirian
di situ.
Yesus melangsungkan doa secara
tersembunyi;
- Setelah
memberi makan 5000 orang
- Sebelum berjalan di atas air
Sekarang, pertanyaan yang kedua; MENGAPA YESUS BERDOA SECARA TERSEMBUNYI
SEBELUM BERJALAN DI ATAS AIR?
Markus 6: 45-46, 49-52
(6:45)
Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan
berangkat lebih dulu ke seberang, ke Betsaida, sementara itu Ia menyuruh orang
banyak pulang.
(6:46)
Setelah Ia berpisah dari mereka, Ia pergi ke bukit untuk berdoa.
(6:49)
Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah
hantu, lalu mereka berteriak-teriak,
(6:50)
sebab mereka semua melihat Dia dan mereka pun sangat terkejut. Tetapi segera Ia
berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"
(6:51)
Lalu Ia naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah. Mereka sangat
tercengang dan bingung,
(6:52)
sebab sesudah peristiwa roti itu mereka belum juga mengerti, dan hati mereka
tetap degil.
Kalau Yesus melangsungkan doa secara
tersembunyi sebelum berjalan di atas air, itu karena hati mereka / murid-murid tetap degil.
Sesudah persitiwa 5 roti 2 ikan itu,
mereka belum juga mengerti, apa yang menjadi rencana Allah dalam kehidupan
mereka, apa yang menjadi kerinduan Tuhan bagi mereka, itu sebabnya hati mereka
tetap degil.
Degil, artinya; keras hati =
mempertahankan dosa-dosa kejahatan = menyukai dosa kejahatan.
Ibrani 4: 7
(4:7)
Sebab itu Ia menetapkan pula suatu hari, yaitu "hari ini", ketika Ia
setelah sekian lama berfirman dengan perantaraan Daud seperti dikatakan di
atas: "Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah
keraskan hatimu!"
Ibrani 3: 7-8
(3:7)
Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: "Pada hari ini, jika kamu
mendengar suara-Nya,
(3:8)
janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu
pencobaan di padang gurun,
Malam ini, jika saya dan saudara
mendengarkan suara Tuhan, janganlah keraskan hati, baik lewat perantaraan
firman yang disampaikan oleh para nabi, maupun lewat perantaraan Roh Kudus.
Mengeraskan hati, itu digambarkan
seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, itulah bangsa
Israel.
Ibrani 3: 9
(3:9)
di mana nenek moyangmu mencobai Aku dengan jalan menguji Aku, sekalipun
mereka melihat perbuatan-perbuatan-Ku, empat puluh tahun lamanya.
Bangsa Israel mengeraskan hati selama
40 tahun di padang gurun, sekalipun mereka sudah melihat perbuatan-perbuatan
yang ajaib dari Allah.
Kita belihat 1 Korintus 10: 1-2
(10:1)
Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua
berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut.
(10:2)
Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan
dan dalam laut.
Untuk menjadi pengikut Musa, yaitu
bangsa Israel, mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut.
- Baptisan
awan -> baptisan Roh Kudus.
- Baptisan
dalam laut -> baptisan air.
Baptisan awan dan baptisan laut, itu
merupakan perlindungan dari Tuhan.
Oleh sebab itu, biarlah kita
betul-betul mengalami baptisan ini, supaya nyata perlindungan Tuhan bagi kita
semua.
1 Korintus 10: 3-4
(10:3) Mereka semua makan makanan rohani yang sama
(10:4) dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab
mereka minum dari batu karang
rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.
Bangsa Israel makan makanan rohani yang sama dan minum
minuman rohani yang sama.
-
Makan
makanan rohani yang sama.
Makanan rohani itulah firman Tuhan.
-
Minum
minuman rohani yang sama.
Minuman
rohani, itulah Roh-El Kudus, untuk memuaskan rasa dahaga.
Kalau rasa
dahaga tidak dipuaskan, manusia menjadi tamak, cinta akan uang, tidak ada rasa
puas terhadap segala sesuatu yang ada di dunia ini.
Kalau rasa
dahaga dipuaskan oleh kuasa Roh Kudus, maka itu merupakan penyertaan dari Tuhan
bagi kita, dimana Kristus senantiasa mengikuti kita, Dialah batu karang.
Saat Kristus
mengikuti / menyertai perjalanan rohani kita, kita mendapat kekuatan, bagaikan
batu karang.
Kalau ada perlindungan dan ada kekuatan dari batu karang,
maka otomatis, ada pemeliharaan
terhadap bangsa Israel, namun mari kita perhatikan ayat 5.
1 Korintus 10: 5
(10:5) Tetapi
sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari
mereka, karena mereka ditewaskan
di padang gurun.
Tetapi sungguhpun demikian, Allah tidak berkenan kepada
bangsa Israel, sehingga mereka ditewaskan di padang gurun, mayat mereka
bergelimpangan di padang gurun, tidak satupun dari mereka tiba di tanah Kanaan,
kecuali Yosua bin Nun, dan Kaleb bin Yefune. Dengan kata lain, janji Allah
tidak tergenapi dalam kehidupan mereka.
Pengorbanan yang setengah-setengah, tidak akan mendapat
hasil. Mereka sudah berada di padang gurun, namun pada akhirnya mereka tewas, mayat
mereka bergelimpangan di padang gurun, sehingga mereka tidak masuk ke tanah
Kanaan / tanah perjanjian.
Sekarang, tiba saat memperhatikan; bukti
kekerasan hati bangsa Israel.
BUKTI KEEMPAT
1 Korintus 10: 9
(10:9) Dan
janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari
mereka, sehingga mereka mati dipagut ular.
Bangsa
Israel mencobai Tuhan.
Ini sangat disayangkan tentunya, sebab ini adalah sikap
yang tidak terpuji. Siapakah kita, manusia, yang begitu berani mencobai Tuhan? Manusia
begitu hina karena dosa, sedangkan Tuhan begitu mulia.
Kita perhatikan kisahnya dalam Bilangan 21.
Bilangan 21: 4-5
(21:4)
Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk
mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di
tengah jalan.
(21:5) Lalu
mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa kamu memimpin
kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini
tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah
muak."
Bangsa
Israel berkata-kata melawan Allah dan Musa = mencobai Tuhan.
Kalau kita perhatikan di sini, bangsa Israel tidak dapat lagi menahan /
menjaga hati mereka.
Tidak dapat menjaga hati = tidak dapat mengekang diri.
2 Timotius 3: 3
(3:3)
tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak
dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik,
Ada 18 macam dosa di akhir zaman,
salah satunya adalah tidak dapat mengekang diri / tidak dapat menjaga hati.
Mengekang diri adalah dosa yang ke
12, selanjutnya dosa garang, dosa yang ke 13.
Garang artinya; marah lagi bengis.
Berarti, kalau bangsa Israel mencobai
Tuhan / berkata-kata melawan Allah dan Musa, itu karena mereka tidak dapat
menahan hati / mengekang diri, selanjutnya menjadi garang di hadapan Tuhan.
Sekarang kita membaca Amsal 4: 23
(4:23)
Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar
kehidupan.
Jaga hati dengan segala kewaspadaan, sebab dari sanalah terpancar kehidupan.
Kalau hati tidak bisa dijaga,
terlihat sekali; akhirnya bangsa Israel binasa, mereka semua tewas di padang
gurun.
Hidup mati seseorang terpancar dari
hati seseorang. Itu sebabnya tadi saya katakan, letak kelangsungan hidup, ada
di dalam hati, tergantung hati; keras atau tidak.
Sekarang kita maju melangkah; penyebab
bangsa Israel mencobai Tuhan.
Bilangan 21: 5
(21:5)
Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa kamu
memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di
sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami
telah muak."
Bangsa Israel telah muak terhadap manna, sebagai makanan yang sudah Tuhan sediakan bagi mereka.
Muak terhadap manna, arti rohaninya
untuk kita sekarang adalah; bosan / jemu mendengar dan menerima firman Tuhan
yang disampaikan, baik lewat Ibadah Pendalaman Alkitab, Ibadah Doa Penyembahan,
Ibadah Raya Minggu, maupun ibadah-ibadah yang lain.
Manna -> firman Tuhan.
Bagaimana dengan kita malam ini,
apakah ada rasa bosan mendengar firman Tuhan? jangan bosan saudaraku, itu
berbahaya!
Keluaran 16: 14-15
(16:14)
Ketika embun itu telah menguap, tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu
yang halus, sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi.
(16:15)
Ketika orang Israel melihatnya, berkatalah mereka seorang kepada yang lain:
"Apakah ini?" Sebab mereka tidak tahu apa itu. Tetapi Musa berkata
kepada mereka: "Inilah roti yang diberikan TUHAN kepadamu menjadi
makananmu.
Manna adalah roti yang diberikan
Tuhan kepada bangsa Israel, yang menjadi makanan mereka.
Keluaran 16: 31
(16:31)
Umat Israel menyebutkan namanya: manna; warnanya putih seperti ketumbar
dan rasanya seperti rasa kue madu.
Roti yang turun dari sorga, sebagai
makanan bagi bangsa Israel, itulah; manna.
Berarti, kalau bosan / muak terhadap
manna yang menjadi makanan bagi bangsa Israel, itu sama artinya; bosan terhadap pemeliharaan Tuhan,
sebab makanan mereka, itulah manna, yang memelihara mereka selama 40 tahun di
padang gurun.
Banyak anak-anak Tuhan tidak
menyadari hal ini; bosan mendengar, menerima firman Tuhan, tetapi menginginkan
pemeliharaan Tuhan, mendambakan berkat-berkat Tuhan. Bukankah itu menunjukkan sikap yang tidak adil,
saudaraku?
Keluaran 16: 35
(16:35)
Orang Israel makan manna empat puluh tahun lamanya, sampai mereka tiba
di tanah yang didiami orang; mereka makan manna sampai tiba di perbatasan
tanah Kanaan.
Tuhan memelihara bangsa Israel sebab
Tuhan memberikan mereka manna, selama 40 tahun di padang gurun, sampai tiba di
perbatasan tanah Kanaan.
Hati-hati, kita seringkali merindukan
supaya keadaan lebih baik, lebih menyenangkan, lebih indah, tapi ternyata kita
bosan mendengar dan menerima firman Tuhan. ini menunjukkan sikap yang tidak
adil di hadapan Tuhan.
Dampak negatif kalau muak terhadap manna.
Bilangan 21: 5
(21:5)
Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa kamu memimpin
kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini
tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah
muak."
Bangsa Israel muak terhadap manna, sehingga rasa manna menjadi hambar bagi mereka.
Hambar = tidak ada rasa, arti rohaninya;
firman Tuhan yang didengar tidak berkuasa untuk mengubah, membentuk sampai
menyucikan dosa manusia dari kejahatan = segala sesuatu yang terselubung dalam
hati tidak tersingkap, sekalipun telah terjadi penyingkapan rahasia firman
Tuhan.
Bagaimana dengan kita saudaraku,
apakah kita muak terhadap manna, sehingga firman itu tidak berkuasa, dianggap
angin lalu saja?
Padahal sesunguhnya kalau kita perhatikan dalam Keluaran 16: 31 ....
(16:31)
Umat Israel menyebutkan namanya: manna; warnanya putih seperti ketumbar dan rasanya
seperti rasa kue madu.
Sesungguhnya, manna itu, rasanya
seperti kue madu, berarti; rasanya manis, itulah yang benar.
Kalau firman Tuhan kita dengar dengan
baik, sesungguhnya rasanya manis, tidak pahit, dan tidak hambar, sebab firman Tuhan dapat
mengubah, membentuk kita menjadi pribadi yang manis, memiliki karakter yang
manis.
Saudaraku, kalau firman Tuhan mendarah
daging dalam kehidupan kita, itu menunjukkan kehidupan yang sudah diubahkan
oleh firman Tuhan, sehingga kehidupan menjadi manis.
Sebelum kita diubahkan oleh firman
Tuhan, kehidupan yang pahit tetap pahit; susah, sengsara, ratap tangis, duka
cita, itu merupakan kepahitan yang ditimbulkan oleh dosa.
Tetapi bagi mereka yang muak terhadap
firman Tuhan, meskipun firman Tuhan rasanya seperti kue madu, tetap dirasa
hambar.
Sekarang, mari kita perhatikan; ciri-ciri
ketika bosan / muak terhadap manna.
Bilangan 21: 5
(21:5)
Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: "Mengapa kamu memimpin
kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak
ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah
muak."
Cirinya; mencari roti makanan dan air
minuman, yang bukan berasal dari Tuhan.
Ulangan 8: 2-3
(8:2)
Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN,
Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan
hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni,
apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.
(8:3)
Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau
makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek
moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti
saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.
Ini harus kita sadari;
Manusia
hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan
Tuhan / dari setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah, itulah firman
Tuhan, itulah manna yang turun dari sorga, yang memelihara bangsa Israel di
padang gurun, itulah roti hidup. Itu yang menjamin hidup saya dan saudara.
Roti hanya memberi kepuasan bagi
tubuh / daging, namun tidak menjamin keselamatan jiwa manusia. Oleh sebab itu, jangan
suka mencari makanan yang lain, yang tidak menjamin keselamatan!
Ketika
Tuhan membiarkan manusia lapar dan haus, tujuannya;
- Supaya
manusia menjadi rendah hati.
- Tuhan ingin
tahu, apakah hati manusia terpaut pada Tuhan atau tidak / apakah tetap
berpegang pada firman Tuhan atau tidak.
Kalau menjadi pribadi yang rendah
hati dan tetap berpegang pada firman Tuhan, maka ia adalah pribadi yang mampu
menghadapi pencobaan = kuat terhadap cobaan.
Akibat mencobai Tuhan.
Bilangan 21 : 6
(21:6)
Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut
mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati.
Bangsa Israel mati dipagut oleh
ular-ular tedung.
Artinya; kalau mencobai Tuhan, maka iblis setan yang berkuasa atas diri
seseorang, sampai ia mengalami
kematian rohani, bahkan kematian yang kekal = binasa.
Hati-hati! Saya ingatkan; jangan pernah
mencobai Tuhan. Jangan berkata-kata melawan hamba Tuhan, itu adalah bagian dari
mencobai Tuhan.
Jalan keluar supaya tetap hidup.
Bilangan 21: 7-9
(21:7)
Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: "Kami telah
berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada
TUHAN, supaya dijauhkan-Nya ular-ular ini dari pada kami." Lalu Musa
berdoa untuk bangsa itu.
(21:8)
Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Buatlah ular tedung dan taruhlah
itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya,
akan tetap hidup."
(21:9)
Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka
jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah
ia hidup.
Jalan keluarnya; membuat ular tembaga
dan menaruhnya pada sebuah tiang, sehingga setiap orang yang dipagut ular,
memandang kepada ular tembaga itu, maka ia tetap hidup = selamat.
Yohanes 3: 14-15
(3:14)
Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak
Manusia harus ditinggikan,
(3:15)
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.
Anak Manusia, Yesus Kristus, harus
ditinggikan, dengan cara; memandang korban Kristus, jangan memandang yang
lain-lain, apalagi kebenaran diri sendiri.
Yang menjadi tolak ukur dalam hidup
kita maupun di tengah-tengan ibadah pelayanan, adalah korban Kristus.
Tembaga, arti rohaninya adalah hukuman
yang diterima karena dosa.
Yesus Kristus telah menerima hukuman
di atas kayu salib, karena dosa-dosa manusia, inilah yang harus kita pandang.
Untuk menjadikan korban Kristus
sebagai tolak ukur dalam kehidupan kita, itu memang tidak mudah, tetapi itu
harus, percaya saja, supaya kita hidup.
Syaratnya;
Terlebih dahulu mengakui dosa, seperti bangsa Israel mengakui dosa mereka terhadap
Tuhan, melalui perantaraan Musa, hamba Tuhan.
Mengakui dosa = bertobat = berhenti
berbuat dosa dan tidak mengulangi lagi, baik dosa di dalam, itulah manusia
batiniah, maupun dosa di luar, itulah perbuatan-perbuatan yang terlihat.
Setelah mengaku dosa; selanjutnya menaikkan doa permohonan kepada Tuhan,
memohonkan kemurahan-kemurahan Tuhan / belas kasih Tuhan.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
firman;
Gembala
Sidang: Pdt.
Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment