IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB, 24 AGUSTUS 2012
subtema: "PERJANJIAN TUHAN ADALAH PERJANJIAN KESELAMATAN BAGI
BANI LEWI"
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam
dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Karena kemurahan Tuhan, kita boleh
beribadah kepada Tuhan malam hari ini.
Kembali kita memeriksa kitab Maleakhi
2.
Minggu lalu kita sudah melihat
pernyataan Allah kepada para imam yang melayani di Tabernakel, di mana orang Lewi
/ bani Lewi berpegang teguh kepada perjanjian Tuhan. Tujuan Tuhan menyatakan
itu kepada para imam, supaya mereka sadar dan mata rohani mereka tercelik,
sehingga mereka melihat; bahwa Tuhan mempunyai otoritas, kekuasaan, ketegasan,
untuk menentukan segala sesuatunya. Ini harus kita perhatikan sungguh-sungguh,
terlebih imam-imam yang mengambil bagian pelayanan dalam setiap ibadah yang
Tuhan percayakan pada kita.
Sekarang kita perhatikan Maleakhi 2:
5
(2:5)
Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera
dan itu Kuberikan kepadanya -- pada pihak lain ketakutan -- dan ia takut
kepada-Ku dan gentar terhadap nama-Ku.
Selanjutnya, Tuhan memberitahukan perjanjian-Nya dengan bani Lewi kepada para imam
yang melayani di Tabernakel.
Adapun perjanjian itu, ialah:
PERJANJIAN PERTAMA; Tuhan memberikan kehidupan dan sejahtera.
Keterangan;
a.
Tuhan
memberikan kehidupan
Mari kita lihat
kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang berasal dari Tuhan.
Galatia 2: 20
(2:20) namun aku hidup, tetapi bukan
lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan
hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman
dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.
Kehidupan yang
sesungguhnya adalah hidup dalam iman.
Iman artinya;
percaya walaupun tidak melihat.
Tetapi, bagi mereka
yang tidak mengerti kehidupan yang sesungguhnya, mereka hanya percaya kalau
melihat.
Kalau hidup karena
melihat berarti menaruh harapan pada perkara lahiriah, dan itu bukanlah hidup
yang sesungguhnya.
Saudaraku,
orang-orang yang tidak hidup dalam Kristus, menaruh pengharapan pada hal-hal
yang terlihat, itu bukanlah hidup, sebab hal-hal yang lahiriah sifatnya semu,
tidak kekal.
Semoga saudara dapat
memahami hal ini. Oleh sebab itu, tidak perlu menangisi hal-hal yang lahiriah.
Saya melayani, juga
karena iman, bukan karena kolekte, sepersepuluh dan lain-lain, kalaupun ada,
itu adalah berkat-berkat dari Tuhan.
Tanda bila hidup dalam iman.
Tandanya; berani
berkata dengan tegas “bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan
Kristus yang hidup di dalam aku” = HIDUPKU YANG SEKARANG, BUKAN AKU LAGI,
MELAINKAN KRISTUS DALAM AKU.
Berani mengatakan
dengan tegas, bukan setengah-setengah, di hadapan orang-orang yang tidak
beriman.
Di sini harus ada
ketegasan, tidak perlu malu! Saya sudah membuktikan hal ini, sejak melayani
Tuhan, berarti sejak Kristus di dalam aku, sekalipun saya dibelakangi, dihina, dikecilkan
orang lain, saya tidak malu.
Banyak orang Kristen
yang mengecilkan saya di awal-awal merintis pelayanan di Serang dan Cilegon,
namun saya tidak malu, sebab hidup ku ini bukannya aku lagi melainkan Kristus
di dalam aku.
Oleh sebab itu, penyerahan
diri kepada Tuhan, jangan setengah-setengah, nanti yang terjadi adalah setengah
mati.
Kristus di dalam aku, artinya; tidak lagi menuruti hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging itu sendiri,
karena Kristus yang disalibkan itu, tinggal di dalam kita = hidup di dalam pimpinan Roh-El Kudus.
Jadi, penyaliban atas daging = dipimpin Roh-El
Kudus.
Roma 8: 6
(8:6) Karena keinginan daging adalah
maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.
Kalau hidup menurut
keinginan daging / hawa nafsu = mati / maut.
Tetapi kalau menuruti keinginan Roh, adalah
hidup + damai sejahtera.
Roma 8: 9
(8:9) Tetapi kamu tidak hidup dalam daging,
melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi
jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.
Hidup dalam Roh,
berarti Roh Allah itu sendiri berdiam di dalam hidup manusia.
Lebih rinci lagi
kita melihat Roma 8: 10
(8:10) Tetapi jika Kristus ada di dalam
kamu, maka tubuh memang mati karena dosa, tetapi roh adalah kehidupan oleh
karena kebenaran.
Roh adalah kehidupan
karena kebenaran.
Roma 8: 11-12
(8:11) Dan jika Roh Dia, yang telah
membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang
telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan
juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.
(8:12) Jadi, saudara-saudara, kita adalah
orang berhutang, tetapi bukan kepada daging, supaya hidup menurut daging.
Daging itu mati,
tetapi Roh memberi kehidupan sebab Roh itu mematikan seluruh
perbuatan-perbuatan daging.
Itu sebabnya tadi saya
katakan; penyaliban daging = hidup dalam pimpinan Roh-El Kudus.
Mana yang saudara
pilih; berhasil karena ketegasan atau masih mengasihi daging, namun setengah
mati karena penyerahan diri setengah-setengah? Saudaraku, perlu ketegasan untuk
menjawab pertanyaan ini.
Kembali kita
perhatikan Galatia 2.
Galatia 2: 19
(2:19) Sebab aku telah mati oleh hukum
Taurat untuk hukum Taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah
disalibkan dengan Kristus;
Hidup untuk Allah
berarti disalibkan bersama dengan Kristus, inilah hidup yang sesungguhnya.
Sebab daging adalah
tempatnya / arealnya hukum taurat yang paling empuk.
Keterangan;
b.
Tuhan
memberikan damai sejahtera.
Bilangan 6: 26
(6:26) TUHAN menghadapkan wajah-Nya
kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera.
Memperoleh damai sejahtera ketika Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepada saya dan saudara.
Menghadapkan wajah =
muka bertemu muka.
Siapakah kita,
sehingga Allah menghadapkan wajah-Nya kepada kita, ini sungguh luar biasa.
Kalau kita bertemu
dengan pak RT / pak lurah saja, kita sudah menunjukkan sikap yang manis.
Namun yang kita
hadapi, yang kita lihat, bukan muka pemimpin di atas bumi ini, melainkan wajah
Allah, di situlah damai sejahtera tercipta.
Mari kita lihat satu peristiwa ketika muka
bertemu muka (Tuhan menghadapkan wajah-Nya).
Lukas 19: 1-5
(19:1) Yesus masuk ke kota Yerikho dan
berjalan terus melintasi kota itu.
(19:2) Di situ ada seorang bernama
Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.
(19:3) Ia berusaha untuk melihat orang
apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab badannya
pendek.
(19:4) Maka berlarilah ia mendahului
orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan
lewat di situ.
(19:5) Ketika Yesus sampai ke tempat itu,
Ia melihat ke atas dan berkata: "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini
Aku harus menumpang di rumahmu."
Yesus melihat
Zakheus ketika ia berada di atas pohon ara = Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepada Zakheus = muka bertemu muka.
Saudaraku, saya
sudah katakan, ketika kita memperoleh damai sejahtera, itu terjadi pada saat
Tuhan menghadapkan wajah-Nya, disini kita akan melihat pembuktiannya.
Mari kita lihat; peristiwa saat Tuhan menghadapkan muka-Nya.
Lukas 19: 6-7
(19:6) Lalu Zakheus segera turun dan
menerima Yesus dengan sukacita.
(19:7) Tetapi semua orang yang melihat hal
itu bersungut-sungut, katanya: "Ia menumpang di rumah orang berdosa."
Yesus menumpang di
rumah Zakheus = Allah berhadirat, Allah
bertakhta, Allah berdiam.
Dalam 2 Samuel 6:
1-2, 10, di situ jelas tertulis bahwa dimana
hadirat Allah, di situ ada berkat-berkat Tuhan, yang mendatangkan damai
sejahtera, seperti Obed-Edom telah menerima berkat itu.
Berkat damai sejahtera yang diterima
Zakheus;
Lukas 19: 8
(19:8) Tetapi Zakheus berdiri dan berkata
kepada Tuhan: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang
miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan
kukembalikan empat kali lipat."
- Zakheus memberikan setengah dari harta kekayaannya
kepada orang miskin.
Ini adalah berkat
damai sejahtera.
Saudaraku, lebih
baik memberi dari pada menerima, apalagi yang membutuhkan itu adalah orang yang
sangat membutuhkan, itulah orang miskin / orang yang tak punya.
Jadi, kalau memberi,
berilah yang terbaik, supaya pemberian itu tidak sia-sia.
Memberi setengah
dari harta kekayaan, arti rohaninya untuk kita sekarang adalah; kehidupan yang
seimbang di mata Tuhan = oraet labora
/ berdoa sambil bekerja. Ini adalah kehidupan yang seimbang.
Kalau orang hanya
beribadah terus menerus, tanpa bekerja, itu bukanlah keadaan yang seimbang.
Atau sebaliknya, setiap hari bekerja, tetapi tidak ada doa, tidak beribadah
melayani Tuhan, itu berarti tidak menempatkan diri seimbang di hadapan Tuhan.
Bekerja, sambil
beribadah, melayani Tuhan, itulah keadaan yang seimbang, itulah yang benar.
Matius 22: 16-21
(22:16) Mereka menyuruh murid-murid mereka
bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau
adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau
tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka.
(22:17) Katakanlah kepada kami pendapat-Mu:
Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?"
(22:18) Tetapi Yesus mengetahui kejahatan
hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang
munafik?
(22:19) Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang
untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya.
(22:20) Maka Ia bertanya kepada mereka:
"Gambar dan tulisan siapakah ini?"
(22:21) Jawab mereka: "Gambar dan
tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada
Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang
wajib kamu berikan kepada Allah."
Keseimbangan itu,
seperti pernyataan Yesus kepada orang-orang Farisi "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan
kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Wajib kita bekerja,
wajib juga kita melayani Tuhan. Kalau kita bisa melakukan ini, inilah yang
disebut keseimbangan, dan keseimbangan itu adalah suatu kewajiban.
·
Kita wajib memberikan kepada kaisar = manusia memiliki
kewajiban untuk mengasihi sesama.
· Kita wajib memberikan kepada Allah = manusia memiliki
kewajiban untuk melayani Tuhan = mengasihi Tuhan.
Jadi, jangan malas,
harus memiliki kewajiban dan tanggung jawab di hadapan Tuhan.
Malas = jahat
(Matius 25: 26).
- Zakheus mengembalikan 4 kali lipat kepada
orang-orang yang pernah diperas.
Ini juga berkat
damai sejahtera.
Misalkan ia memeras
10000, berarti Zakheus mengembalikan 40000 kepada orang yang ia peras. Ini
adalah sikap yang benar di hadapan Tuhan.
Saudaraku, mengembalikan
4 kali lipat kepada orang-orang yang diperas berarti; mengingat injil keselamatan, sebab berbicara angka 4 -> 4 injil,
yaitu
1.
Injil Matius
Menggambarkan Yesus
sebagai Raja = imamat yang rajani = melayani disertai dengan kuasa, otoritas
dari Allah, kuasa sang Rajani.
Ciri-ciri seorang
raja; mempunyai etika.
Baik cara duduk,
cara berjalan, berbicara, semua ada etikanya. Juga imamat yang rajani, kalau
melayani penuh dengan kuasa, jangan sembarangan saat bertindak, berbuat,
berbicara, dan lain-lain.
2.
Injil Markus
Menggambarkan Yesus
sebagai hamba. Dalam bahasa Yunani, hamba adalah doulos, artinya; melayani disertai kerendahan hati, melayani tanpa
ada hak atas diri sendiri.
3.
Injil Lukas
Menggambarkan Yesus
sebagai manusia sengsara = satu dengan salib Kristus.
Saya tambahkan
sedikit. Kisah kematian Lazarus, kisah manusia sengsara, tidak ada dalam injil
yang lain, selain di dalam injil Lukas.
4.
Injil
Yohanes
Menggambarkan Yesus Kristus
sebagai Anak Allah, penuh keadilan dan kebenaran.
Inilah yang
dikerjakan Zakheus, dia mengingat injil
keselamatan.
Lukas 19: 9
(19:9) Kata Yesus kepadanya: "Hari
ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak
Abraham.
Zakheus mengingat
injil keselamatan, itu sebabnya Yesus berkata “Hari ini telah terjadi keselamatan pada rumah ini”. Biarlah kiranya
hal ini kita ingat dengan baik.
Syarat muka bertemu muka
(syarat supaya Tuhan menghadapkan wajah-Nya).
Lukas 19: 2-4
(19:2) Di situ ada seorang bernama Zakheus,
kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.
(19:3) Ia berusaha untuk melihat orang
apakah Yesus itu, tetapi ia tidak berhasil karena orang banyak, sebab
badannya pendek.
(19:4) Maka berlarilah ia mendahului
orang banyak, lalu memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat
di situ.
Syaratnya; ada kerinduan yang berapi-api =
berkobar-kobar, berapi-api, bernyala-nyala dalam setiap ibadah pelayanan yang
Tuhan percayakan.
Dimana ada kemauan,
di situ ada jalan. Kalau tidak ada kerinduan yang berapi-api, tidak
berkobar-kobar, bernyala-nyala dalam setiap ibadah pelayanan, maka Tuhan tidak
akan membukakan jalan. Ini harus dipahami dengan sungguh-sungguh.
Saudaraku, di mana
saja saya beribadah, saya tetap berkobar-kobar, sebab saya beribadah kepada
Tuhan, bukan kepada manusia.
Trobosan-trobosan /
sesuatu yang luar biasa, yang mustahil akan terjadi, ketika Tuhan menghadapkan
wajah-Nya. Oleh sebab itu, biarlah kita memiliki kerinduan seperti kerinduan
Zakheus untuk melihat seperti apakah Yesus.
Zakheus, untuk dapat
melihat Yesus, dia terus berupaya semaksimal mungkin. Dia naik ke atas pohon
untuk dapat melihat Yesus. Ini adalah kerinduan yang luar biasa, kerinduan yang
berapi-api.
Banyak orang Kristen
tidak memiliki kerinduan yang berapi-api, seperti kerinduan Zakheus, tidak
bernyala-nyala, tidak berkobar-kobar dalam setiap ibadah pelayanan = kita
membiarkan jalan itu tertutup, mujizat tidak terjadi, tidak terjadi
trobosan-trobosan di dalam hidup maupun di tengah-tengah ibadah pelayanan.
Jangan membiarkan kobodohan itu terjadi.
Kita harus kembali
memperhatikan firman yang benar dan murni, yaitu; seseorang harus memiliki kerinduan
yang berapi-api, berkobar-kobar, bernyala-nyala dalam setiap ibadah pelayanan,
tetapi bukan untuk dilihat manusia tentunya.
Saudara bisa sukses
/ berhasil di dunia, tetapi tanggung resiko sendiri.
Jika saudara mau
sukses, berhasil di dalam Tuhan jangan setengah-setengah, harus sungguh-sungguh,
Tuhan pasti membuka jalan saat tiada jalan.
Latihan badani
terbatas, latihlah dirimu beribadah, sebab ibadah mengandung janji baik di masa
sekarang maupun di masa yang akan datang. Harus ada kerinduan yang berapi-api.
Nasihat firman
jangan diabaikan, di situlah letak keberhasilan kita.
Adapun perjanjian itu, ialah:
PERJANJIAN KEDUA; Tuhan mengaruniakan roh takut dan gentar
(Maleakhi 2: 5).
Dalam sisi yang lain, Tuhan
memberikan kepada bani Lewi roh takut
dan gentar.
Kiranya Tuhan juga mengaruniakan roh
takut dan gentar kepada saya dan saudara, itu adalah kerinduan saya sebagai
gembala sidang.
Filipi 2: 12-13
(2:12)
Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan
keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih
hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir,
(2:13)
karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan
menurut kerelaan-Nya.
(2:14)
Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan
berbantah-bantahan,
Saudaraku, yang saya kasihi dalam
nama Tuhan Yesus Kristus;
Bila Tuhan mengaruniakan roh takut
dan gentar, maka di situlah kita dimampukan untuk mengerjakan keselamatan yang
Tuhan berikan.
Itu sebabnya saya tadi katakan,
biarlah kiranya Tuhan mengaruniakan roh takut dan gentar kepada saya dan saudara,
sehingga kita dimampukan untuk mengerjakan keselamatan yang Tuhan berikan
kepada saya dan saudara.
Kita perlu melihat keselamatan yang
Tuhan berikan kepada saya dan saudara.
Mari
kita melihat keselamatan yang diberikan Tuhan.
Keluaran 12: 5-7
(12:5)
Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela, berumur setahun; kamu boleh ambil
domba atau kambing.
(12:6)
Kamu harus mengurungnya sampai hari yang keempat belas bulan ini; lalu seluruh
jemaah Israel yang berkumpul, harus menyembelihnya pada waktu senja.
(12:7)
Kemudian dari darahnya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua
tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang
memakannya.
Ketika bangsa Israel hendak keluar
dari Mesir, mereka menyembelih anak domba jantan yang tidak bercela, berumur
setahun, pada waktu senja. Kemudian disembelih, lalu darahnya disapukan pada
kedua tiang pintu dan pada ambang atas pintu.
Ini adalah keselamatan yang Tuhan
berikan kepada bangsa Israel. Pada saat itu, mereka dibebaskan dari tanah
Mesir, tanah perbudakan = dibebaskan dari dosa.
Domba jantan yang tidak bercela ->
pribadi Yesus Kristus yang disalibkan / korban Kristus.
Jadi, keselamatan yang Tuhan berikan,
ada tandanya, yaitu tanda darah,
pada;
- Kedua tiang
pintu -> jiwa dan roh.
- Ambang atas
pintu -> tubuh.
Berarti, tandanya; ada tanda darah pada jiwa, roh dan tubuh.
Kalau kita kaitkan pada pola Tabernakel, terkena pada mezbah korban bakaran.
Berarti pengorbanan Yesus Kristus,
adalah keselamatan yang Tuhan berikan, untuk membebaskan saya dan saudara dari
dosa.
Selanjutnya, 3 hari kemudian, bangsa
Israel menyebrang laut teberau, itu menunjuk kepada baptisan air; mati dan bangkit bersama Kristus, dalam pola
Tabernakel terkena pada kolam pembasuhan.
Mezbah korban bakaran dan kolam
pembasuhan tembaga berada di daerah halaman,
berarti halaman adalah daerah pembenaran karena keselamatan yang telah
diberikan oleh Tuhan.
Tuhan sudah memberikan keselamatan
oleh darah pengorbanan, kematian dan kebangkitan-Nya, oleh sebab itu,
kerjakanlah keselamatan itu dengan takut dan gentar.
PERTANYAANNYA;
Dimana tempat mengerjakan keselamatan?
Dalam pola Tabernakel, terkena pada ruangan suci, itulah tempat mengerjakan
keselamatan.
Ruangan suci = tempat pengudusan, di situlah kita mengerjakan keselamatan itu.
Di
dalam ruangan suci terdapat 3 macam alat;
1.
Meja roti
sajian
Artinya; tekun dalam
Ibadah Pendalaman Alkitab, disertai perjamuan suci = domba-domba diberi makan.
Ibadah Pendalaman
Alkitab menghasilkan iman.
2.
Kaki dian
emas
Artinya; tekun dalam
ibadah raya Minggu disertai dengan kesaksian = persekutuan Allah Roh Kudus = domba-domba
diberi minum.
Ibadah Raya Minggu menghasilkan
pengharapan.
Setelah makan, harus
dikasih minum, kalau tidak minum, yang terjadi adalah cekukan.
Istilah cekukan di
sini ialah; mengerti kebenaran tetapi mulut tidak dijaga.
3.
Mezbah dupa
Artinya; tekun dalam
ibadah doa penyembahan = domba-domba diberi nafas hidup.
Ibadah doa
penyembahan menghasilkan kasih. Itu
sebabnya, arti doa penyembahan adalah hanyut dan tenggelam dalam kasih Allah.
Sesuai Ibrani 10: 22-24, biarlah kita
tekun dalam 3 macam ibadah utama, yang menghasilkan iman, harap dan kasih,
tidak menjauhkan diri dari setiap pertemuan-pertemuan ibadah, tetapi biarlah
kita saling mendorong dengan kasih, mengingat hari Tuhan sudah tidak lama lagi.
Tuhan sudah memberikan keselamatan,
tetapi keselamatan itu harus dikerjakan.
Ciri-ciri mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar.
Filipi 2: 12
(2:12)
Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu
tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja
seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak
hadir,
Cirinya;
1.
Taat
Artinya; patuh pada
ajaran yang benar = dengar-dengaran = seperti murid yang selalu mau diajar oleh
kebenaran firman Tuhan.
Tetapi ketaatan ini
tidak lengkap rasanya, kalau tidak ditandai dengan ketundukan.
2.
Melakukan
segala sesuatu untuk Tuhan, dengan tidak bersungut-sungut dan tidak
berbantah-bantah.
Segala sesuatu kita
lakukan untuk Tuhan dengan baik, apapun itu bentuknya. Saudaraku, kalau kita
melakukan segala sesuatu untuk Tuhan, tidak perlu ragu melakukannya, tanpa bersungut-sungut,
berarti tidak ngomel dan tidak menggerutu.
Kapan
waktu yang tepat untuk melakukan itu semua?
Bukan hanya saat Rasul Paulus hadir,
tetapi disaat Rasul Paulus tidak hadir di hadapan jemaat di Filipi, ini adalah
waktu yang tepat.
Artinya; saat dilihat dan saat tidak dilihat oleh orang lain, tetap
mengerjakan keselamatan dengan taat, tanpa bersungut-sungut, dan tanpa
berbantah-bantah.
Tujuan Tuhan memberikan perjanjian kepada bani Lewi.
Kembali kita membaca Maleakhi 2: 5
(2:5)
Perjanjian-Ku dengan dia pada satu pihak ialah kehidupan dan sejahtera dan itu
Kuberikan kepadanya -- pada pihak lain ketakutan -- dan ia takut kepada-Ku dan
gentar terhadap nama-Ku.
Kita melihat persamaan ayat ini dalam
kitab Bilangan 25.
Bilangan 25: 12
(25:12)
Sebab itu katakanlah: Sesungguhnya Aku berikan kepadanya perjanjian
keselamatan yang dari pada-Ku
Tuhan memberikan perjanjian kepada
suku Lewi, dengan tujuan / maksud; tidak lain tidak bukan, supaya Tuhan memberikan keselamatan bagi suku Lewi = perjanjian keselamatan.
Kalau Tuhan percayakan ibadah dan
karunia jabatan, maksud Tuhan adalah supaya Tuhan memberikan keselamatan kepada
saya dan saudara, tidak ada maksud yang lain = untuk mendatangkan kebaikan bagi
kita semua.
Rancangan Tuhan, bukan rancangan
kecelakaan, tetapi rancangan damai sejahtera masa depan yang indah, itulah
perjanjian keselamatan (Yeremia 29: 11).
Bilangan 25: 13
(25:13)
untuk menjadi perjanjian mengenai keimaman selama-lamanya bagi dia dan bagi
keturunannya, karena ia telah begitu giat membela Allahnya dan telah
mengadakan pendamaian bagi orang Israel."
Di sini kita melihat, ketika Tuhan
mengadakan perjanjian kepada suku Lewi, itu karena:
- suku Lewi
begitu giat membela kehormatan Allah.
- suku Lewi
telah mengadakan pendamaian bagi orang Israel.
Sidang jemaat, secara khusus
imam-imam yang dipercaya melayani Tuhan, harus giat membela kehormatan Tuhan.
jangan mempermalukan nama Tuhan, apalagi kepada mereka yang tidak mengenal
Tuhan. Kita sudah banyak mendengar firman Tuhan, tetapi sikap kita seringkali
tidak mencerminkan sebagai imam, karena tidak giat membela kehormatan Tuhan,
sebaliknya justru mempermalukan nama Tuhan.
Bilangan 25: 1-3
(25:1)
Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan
perempuan-perempuan Moab.
(25:2)
Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah
mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah
allah orang-orang itu.
(25:3)
Ketika Israel berpasangan dengan Baal-Peor, bangkitlah murka TUHAN
terhadap Israel;
Bangsa Israel ketika berkemah di Sitim,
- mereka berzinah
dengan perempuan-perempuan Moab,
- selanjutnya
menyembah Baal-Peor,
- ketika
menyembah Baal-Peor, mereka mempersembahkan korban sembelihan
- dan makan
dari korban yang dipersembahkan kepada Baal-Peor,
Sehingga dengan demikian, bangkitlah
murka Tuhan terhadap Israel, tetapi suku Lewi / bani Lewi tidak turut bersama
suku-suku yang lain, mereka giat membela
kehormatan Tuhan.
Kemudian saat bangsa Israel berzinah
dan menyembah Baal-Peor, murka Tuhan bangkit, tetapi suku lewi menjadi pendamaian bagi bangsa Israel, sehingga
Tuhan memberi kesempatan untuk berubah kepada bangsa Israel.
Kalau suku lewi tidak menyurutkan
murka Tuhan, seketika itu juga bangsa Israel akan binasa.
Sekali lagi saya katakan; giatlah membela kehormatan Tuhan, jadilah pendamaian, jadilah kesaksian
untuk membawa banyak jiwa, untuk diperdamaikan kepada Tuhan.
Kita harus giat membela kehormatan
Tuhan, terlebih kepada orang-orang yang tidak mengenal Tuhan.
Bangsa Israel terlalu tegar
tengkuk, tetapi untung ada satu suku, yaitu suku Lewi. Kalau tidak ada satu
suku ini, habislah bangsa Israel, tentu habislah kita semua.
Apakah kita bagian dari satu
suku ini? Ijinkanlah diri saudara menjadi bagian dari satu suku itu, menjadi
Lewi Lewi di akhir zaman, karena masih banyak tanggung jawab kita untuk
memperdamaikan saudara-saudara kita kepada Tuhan. Jadilah pendamaian, jadilah
kesaksian, giatlah membela kehormatan Tuhan.
Saya berharap,
saudara-saudara seiman, baik yang di dalam negeri, maupun di luar negeri,
jadilah Lewi Lewi di akhir zaman, dengan catatan; giatlah membela kehormatan
Tuhan dan menjadi pendamaian bagi sesama kita.
Hasilnya;
Bilangan 25: 13
(25:13)
untuk menjadi perjanjian mengenai keimaman selama-lamanya bagi dia dan
bagi keturunannya, karena ia telah begitu giat membela Allahnya dan telah
mengadakan pendamaian bagi orang Israel."
Hasilnya; dikaruniakan jabatan imam untuk selama-lamanya, dimulai dari malam
ini, kita melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, sampai Tuhan mengaruniakan
karunia jabatan pada kerajaan 1000 tahun damai.
Bagi imam yang melayani di 1000 tahun
damai, tidak berlaku kematian yang kedua bagi mereka, selanjutnya Tuhan
karuniakan keimaman untuk selama-lamanya di dalam kerajaan yang kekal,
Yerusalem yang baru, kerajaan sorga.
Perhatikanlah
firman Tuhan malam ini. GIATLAH MEMBELA KEHORMATAN TUHAN, JADILAH PENDAMAIAN.
Sungguh luar biasa firman malam hari
ini. Firman pengajaran memang bukan satu-satunya jalan untuk masuk dalam
kerajaan sorga, tetapi dengan firman pengajaran, mempermudah kita untuk masuk
ke dalam kerajaan sorga, sebab firman pengajaran menggunakan pola kerajaan
sorga, itulah pola Tabernakel.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
firman:
Gembala
Sidang; Pdt.
Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment