IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 02 OKTOBER 2012
Tema: HAL BERDOA
(seri 17)
Subtema: MENGUDUSKAN NAMA TUHAN BERARTI KEMULIAAN ALLAH
DINYATAKAN, SEHINGGA BUMI BERGETAR
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan
Yesus Kristus.
Segera kita membuka Matius 6: 5-13, namun kita hanya
membaca ayat 9.
Matius 6: 9
(6:9) Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga,
Dikuduskanlah nama-Mu,
Doa yang benar adalah: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu.
Sedangkan doa yang salah adalah doa yang bertele-tele,
dari orang-orang yang tidak mengenal Allah.
Bertele-tele artinya mengucapkan kata-kata yang panjang
tanpa arti yang jelas.
Dikuduskanlah nama-Mu = menguduskan nama Tuhan.
Kembali kita memperhatikan 4 makhluk dalam ...
Wahyu 4: 7-8
(4:7) Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang
kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti
muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang
terbang.
(4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya
dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya
mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah,
Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."
4 makhluk masing-masing bersayap enam sekelilingnya, dan
di sebelah dalamnya penuh dengan mata.
Mereka berseru siang dan malam, dengan seruan: Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang
Mahakuasa.
Berarti, 4 makhluk ini menguduskan nama Tuhan Allah, Yang
Mahakuasa, itu terlihat dari seruan mereka.
Saudaraku, mereka tidak berhenti-hentinya berseru siang
dan malam.
Biarlah kita berseru siang dan malam tanpa henti-hentinya
= siang malam menguduskan nama Tuhan Allah, tanpa henti-hentinya.
Adapun 4 makhluk tersebut:
MAKHLUK YANG PERTAMA SAMA SEPERTI SINGA.
Singa menggambarkan Yesus sebagai Raja.
Berbicara Raja, berarti; berbicara tentang kuasa dan
otoritas dari Sang Raja.
Saudaraku, kita semua adalah anak-anak Tuhan.
Anak-anak Tuhan disebut juga anak-anak Raja, yang
memiliki kuasa, yang diwariskan dari sang Raja.
Kuasa ini penting, sebab setiap orang yang berkuasa,
setiap orang yang memiliki otoritas, maka dosa tidak berkuasa atasnya.
Adapun dosa terjadi disebabkan oleh:
1. Daging dengan segala
keinginannya.
Kalau kita
perhatikan dalam kitab Galatia, ada 15 tabiat daging.
2. Iblis setan.
Itulah roh jahat
dan roh najis.
3. Dunia dengan segala
arus / pengaruhnya.
Arus dunia ini
juga menyebabkan terjadinya dosa.
Tetapi kalau anak-anak Tuhan mempunyai kuasa, maka dosa
tidak berkuasa atasya.
Kalau dikaitkan dengan 4 injil, makhluk yang pertama,
terkena pada injil Matius,
menggambarkan Yesus sebagai Raja.
Ciri-ciri injil Matius; pada permulaan injil
Matius menceritakan tentang silsilah Yesus Kristus, dari keturunan Raja Daud.
Adapun 4 makhluk tersebut:
MAKHLUK YANG KEDUA SAMA SEPERTI ANAK LEMBU
Menggambarkan Yesus Kristus sebagai hamba.
Dalam bahasa Yunani, hamba adalah doulos, yang artinya; tidak mempunyai hak atas dirinya sendiri.
Filipi 2: 7
(2:7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil
rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
Yesus Kristus mengambil rupa seorang hamba. Sebagai
seorang hamba, Ia telah mengosongkan diri-Nya.
Kosong artinya; tidak merasa diri bisa, tidak merasa diri
hebat, tidak merasa diri kuat = tidak ada apa-apanya, itulah doulos.
Perlu saya sampaikan, anak lembu ini juga dipersembahkan
sebagai korban persembahan kepada Tuhan.
Berarti, seorang hamba siap melayani Tuhan, baik atau
tidak baik waktunya, siap mempersembahkan korban kepada Tuhan, secara khusus
imam-imam, sesuai dengan karunia jabatan yang Tuhan percayakan.
Kalau dikaitkan dengan 4 injil, makhluk yang kedua
terkena pada injil Markus.
Ciri-ciri injil Markus; diawali dengan
pelayanan Yohanes Pembaptis.
Adapun 4 makhluk tersebut:
MAKHLUK YANG KETIGA MEMPUNYAI MUKA SEPERTI MUKA MANUSIA
Menggambarkan Yesus Kristus sebagai manusia sengsara, penuh dengan penderitaan.
Filipi 2: 7-8
(2:7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa
seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.
(2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan
diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
-
Dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya.
Saudaraku, orang
yang rendah hati dapat dilihat dari sikap, tingkah laku, cara berpikir, sudut
pandang, gerak-geriknya, yang selalu berada di bawah / selalu berada di tempat
yang rendah.
Saudaraku,
memang ketika seseorang merendahkan diri serendah-rendahnya / menempatkan diri
di bawah, itu bukanlah perkara yang mudah, melainkan dibutuhkan pengorbanan,
itulah yang disebut aniaya karena firman = sengsara salib.
1 Petrus 2:
19-20
(2:19) Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena
sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia
tanggung.
(2:20) Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita
pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu
kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
Menanggung
penderitaan yang tidak harus ia tanggung = sengsara salib = aniaya karena
firman, dan itu merupakan kasih karunia.
Kasih karunia =
kemurahan Tuhan = anugrah Allah yang besar = yang tidak layak menjadi layak.
-
Sebagai manusia, ia taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Taat sampai mati
= setia.
Kemudian, bahkan
sampai mati di kayu salib, artinya; kesetiaan itu ditandai dengan pengorbanan.
Inilah manusia sejati di hadapan Allah.
Kalau dikaitkan dengan 4 injil, makhluk yang ketiga
terkena pada injil Lukas.
Ciri-ciri injil Lukas: menceritakan manusia
dengan penderitaannya.
Sebagai contoh; kisah Lazarus dan beberapa kisah yang
lain, dalam penderitaannya, dan kisah ini tidak ditemukan dalam 3 injil yang
lain.
Adapun 4 makhluk tersebut:
MAKHLUK YANG KEEMPAT SEPERTI BURUNG NASAR YANG SEDANG TERBANG
Burung nasar menggambarkan Yesus Kristus sebagai Anak Allah yang hidup dalam kebenaran, keadilan dan kekudusan.
Dengan kata lain, Anak Allah terlepas dari dosa, seperti
burung nasar yang terbang tinggi, mampu mengatasi segala persoalan-persoalan di
atas muka bumi.
Nasar = elang = rajawali.
Kita mengetahui, sayap burung rajawali memiliki kekuatan
yang luar biasa.
Daya jelajah yang tinggi, jarak tempuh yang jauh sekali,
kemudian dia dapat terbang tinggi dalam segala kondisi apapun. Itulah gambaran
hidup dalam kebenaran, keadilan dan kekudusan.
Kalau dikaitkan dengan 4 injil, makhluk yang keempat terkena
pada injil Yohanes.
Ciri-ciri injil Yohanes; menceritakan bahwa
Yesus adalah Anak Allah, yang adalah benar dan adil, serta hidup dalam kekudusan-Nya.
Sebagai bukti:
-
Dalam Yohanes 1: 14, firman yang
menjadi daging.
-
Dalam Yohanes 2, Yesus menyucikan
Bait Allah.
Kuasa ketika menguduskan nama Tuhan
KUASA YANG PERTAMA
Wahyu 4: 9-10
(4:9) Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan
hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang
hidup sampai selama-lamanya,
(4:10) maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia
yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai
selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil
berkata:
Setiap kali 4 makhluk itu mempersembahkan puji-pujian,
hormat dan ucapan syukur, kepada Dia yang duduk di atas takhta itu, maka tersungkurlah 24 tua-tua itu, di
hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu.
Artinya; memiliki kuasa, sehingga 24 tua-tua sujud
menyembah di hadapan takhta Anak Domba Allah.
Jadi, kuasa itu membawa saya dan saudara masuk ke dalam
doa penyembahan.
Saudaraku, kita dapat menemukan kisah yang sama dalam ...
Yesaya 6: 2-3
(6:2) Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai
enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai
untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang.
(6:3) Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus,
kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"
Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing
mempunyai enam sayap, sama seperti 4 makhluk, ini adalah makhluk yang sama.
Saudaraku, di sini kita melihat bahwa 4 makhluk ini
menguduskan nama Tuhan, itu terlihat dari seruan mereka, “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh
kemuliaan-Nya!”
Yesaya 6: 4
(6:4) Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang
berseru itu dan rumah itu pun penuhlah dengan asap.
Rumah itupun penuhlah dengan asap, oleh karena seruan 4 makhluk tersebut.
Asap yang bergumpal-gumpal naik ke atas, itu merupakan
dupa yang berbau harum.
Dupa yang berbau harum, itulah doa penyembahan dari
orang-orang kudus (Wahyu 8: 3, Wahyu 5: 8).
Doa penyembahan, artinya; hanyut dan tenggelam di dalam
kasih Allah.
Tadi di dalam Wahyu 4, ketika 4 makhluk itu berseru
menguduskan nama Tuhan, juga 24 tua-tua tersungkur, hidup dalam doa
penyembahan.
Kuasa ketika menguduskan nama Tuhan
KUASA YANG KEDUA
Yesaya 6: 4
(6:4) Maka bergoyanglah alas ambang pintu disebabkan suara orang yang
berseru itu dan rumah itu pun penuhlah dengan asap.
Kuasanya: bergoyanglah
alas ambang pintu disebabkan suara orang yang berseru.
= alas ambang pintu bergoyang karena suara 4 makhluk
tersebut.
Saudaraku, kalau saya dan saudara sungguh-sungguh menguduskan nama Tuhan, maka bumi yang kita pijak ini akan bergoyang, bumi yang kita pijak ini akan gemetar / bergetar.
Berbanding terbalik dengan mereka yang tidak menguduskan
nama Tuhan, dengan kata lain tidak hidup dalam kekudusan; justru mereka yang
gemetar, mereka yang terkejut, sebab dosanya yang banyak itu takut diketahui
orang lain, itulah yang menyebabkan seseorang gemetar / bergetar.
Ketika tabut perjanjian kembali ke tangan orang Israel,
bangsa Israel bersorak dan menguduskan nama Tuhan, mereka menyembah Tuhan, pada
saat itu, orang-orang Filistin gemetar / bergetar = bumi bergoyang / bergetar.
(1 Samuel 4: 4-6)
Saudaraku, saya merindukan hal ini terjadi dalam
kehidupan kita semua, dimulai dari saya dan saudara sampai seluruh sidang
jemaat, tanpa terkecuali. Biarlah ketika kita menguduskan nama Tuhan, hati
orang lain bergetar melihat kehidupan kita yang tidak ada henti-hentinya, siang
malam menguduskan nama Tuhan.
Ini perlu diperhatikan dengan baik, ini juga merupakan
kesaksian hidup yang luar biasa, semata-mata
kesaksian itu bukan hanya lewat perkataan.
Yesaya 6: 5
(6:5) Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini
seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang
najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta
alam."
Nabi Yesaya menyadari dirinya sebagai orang yang berdosa,
yaitu menyadari diri sebagai seorang yang najis bibir, karena ia tinggal di
tengah-tengah bangsa yang najis bibir.
Menyadari diri = bergetar.
Yesaya 6: 6
(6:6) Tetapi seorang dari pada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di
tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah.
Saat menyadari diri, pada saat itulah bibir yang najis
disucikan, dengan bara yang berasal dari atas mezbah.
Bara yang berasal dari atas mezbah, berarti bara yang
berasal dari mezbah korban bakaran, itulah api yang menghanguskan daging korban
yang dipersembahkan.
Hangus, berarti;daging tidak bersuara lagi = bibir yang
najis telah disucikan.
Yesaya 6: 7
(6:7) Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: "Lihat, ini
telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni."
Kesalahan telah dihapus dan dosa diampuni.
Saudaraku, untuk menguduskan nama Tuhan, biarlah hati
kita bergetar pada saat menerima firman ini, dan selanjutnya mengakui dosa kita
di hadapan Tuhan. Barangkali kita juga orang yang najis bibir, biarlah kita
mengakui dosa itu kepada Tuhan, dan selanjutnya kita dimampukan oleh kasih
karunia Tuhan untuk menguduskan nama Tuhan, sehingga bumi yang kita pijak ini
bergetar. Lewat kesaksian kita, orang lain bergetar selanjutnya mereka mau
menyadari kesalahan / kekurangan mereka, kemudian mereka tergembala dengan baik,
menjadi satu kawanan dengan kita, dalam satu kandang, satu penggembalaan.
Biarlah bibir kita ini hanya menguduskan nama Tuhan dan
tidak henti-hentinya berseru menguduskan nama Tuhan.
Yesaya 6: 3
(6:3) Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus,
kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"
Sehingga dengan demikian, seluruh bumi penuh dengan
kemuliaan Allah.
Biarlah kemuliaan Allah dinyatakan di atas bumi ini
sampai selama-lamanya, karena kita selalu menguduskan nama Tuhan.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman;
Gembala Sidang: Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment