IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB,
05 OKTOBER 2012
Subtema: PENGAJARAN
YANG BENAR MELEPASKAN DIRI DARI KUBANGAN
BABI.
Shalom!
Selamat
malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh
karena kasih-Nya besar, kita boleh beribadah malam hari ini.
Pergunakan waktu yang singkat ini, jangan
disia-siakan, sebab ada masanya nanti orang tidak bisa beribadah, orang tidak
menemukan kebenaran firman Tuhan.
Biarlah kita semakin sungguh-sungguh menguduskan diri
kepada Tuhan, sungguh-sungguh menyerahkan diri kepada Tuhan, setia beribadah
dan melayani Tuhan, tidak usah mengeraskan hati, supaya kita berhasil dan
semakin giat menjelang kedatangan Tuhan untuk yang kedua kalinya.
Kembali
kita memeriksa kitab Maleakhi 2: 6
(2:6) Pengajaran
yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak terdapat
pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan
banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan.
Allah menunjukkan 3 hal tentang orang Lewi, kepada
para imam yang melayani di Tabernakel;
I. Pengajaran yang benar
ada dalam mulutnya.
II.
Kecurangan
tidak terdapat pada bibirnya.
III. Dalam damai sejahtera
dan kejujuran, orang-orang Lewi mengikuti Tuhan.
Sekarang kita perhatikan keterangan yang pertama.
Keterangan:
I. PENGAJARAN YANG BENAR
ADA DALAM MULUTNYA.
Dikaitkan dengan; pelayanan Yesus Kristus.
Matius 7: 28
(7:28) Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan
ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya,
Takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya.
Berarti, di
dalam mulut Yesus terdapat pengajaran yang benar.
Adapun pengajaran-pengajaran itu,
antara lain;
1.
Hal penghakiman (Matius 7: 1-5).
2.
Hal yang kudus dan
berharga (Matius 7: 6).
3.
Hal pengabulan doa (Matius 7:
7-11).
4.
Jalan yang benar (Matius 7: 12-14).
5.
Hal pengajaran yang sesat (Matius
7: 15-23).
6.
Dua macam dasar (Matius 7:
24-27).
Itulah pengajaran yang disampaikan oleh Yesus Kristus
kepada orang banyak, dan ketika pengajaran yang benar itu disampaikan, mereka
semua takjub.
Pengajaran mempelai ini membuat hidup kita menjadi
takjub, karena apa yang tidak ada menjadi ada, kemudian yang mati dihidupkan
kembali, kemudian pengajaran mempelai mendewasakan rohani kita, dan puncaknya
membawa sidang-Nya masuk dalam pesta nikah Anak Domba, itu semua karena
pengajaran yang benar, sampai membuat kita takjub.
Dua minggu lalu kita sudah memperhatikan hal penghakiman, yaitu tidak boleh
menghakimi diri sendiri, orang lain, dan tidak boleh menghakimi iblis setan
dengan kata-kata hujat.
Kemudian, minggu lalu, kita telah memperhatikan hal yang kudus dan berharga, bagian
yang pertama, yaitu jangan memberikan
barang yang kudus kepada anjing.
Semoga malam ini kita juga dibuat takjub oleh
pengajaran yang benar, yang keluar dari mulut Yesus.
Sekarang kita memperhatikan;
HAL YANG KUDUS DAN BERHARGA
(Bagian B)
Matius 7: 6
(7:6) "Jangan kamu memberikan barang yang
kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu
kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia
berbalik mengoyak kamu."
Dalam ayat 6 ini, ada 2 hal yang dinyatakan;
A.
Jangan
kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing.
B. Jangan kamu
melemparkan mutiaramu kepada babi.
Terlebih dahulu kita melihat tentang; BABI
2 Petrus 2: 22
(2:22)
Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: "Anjing
kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya."
Babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.
Artinya; kehidupan yang telah dibersihkan oleh air
firman Tuhan, kembali lagi mengulangi dosa-dosa / kesalahan- di waktu-waktu
yang lalu.
Sedikit
kesaksian.
Ketika saya masih kecil, di Sumatera (kec. Pakkat),
seringkali saya memperhatikan babi, karena pada waktu itu babi masih dibiarkan
berkeliaran. Babi yang sudah bersih, kembali lagi ke kubangan, dan kesukaannya
memang kubangan, bukan yang lain-lain.
Kegiatan nomor satu selain makan dan minum adalah
kubangan, tidak ada lagi yang lain selain itu, dan itu mutlak bagi babi.
Tidak ada babi yang menghindari kubangan, justru kesukaannya
adalah kubangan.
1 Petrus 4: 4
(4:4)
Sebab itu mereka heran, bahwa kamu tidak turut mencemplungkan diri
bersama-sama mereka di dalam kubangan ketidaksenonohan yang sama, dan
mereka memfitnah kamu.
Kubangan di sini, disebut juga ketidaksenonohan.
Bagi babi, kesukaannya adalah mencemplungkan diri ke dalam kubangan ketidaksenonohan itu. Kalau
orang lain tidak turut mencemplungkan diri, maka ia akan memfitnah orang lain, menyatakan orang lain yang salah,
sesungguhnya dia yang salah.
Mari kita lihat; kubangan
(ketidaksenonohan)
1 Petrus 4: 3
(4:3) Sebab telah cukup banyak waktu kamu pergunakan untuk melakukan
kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah. Kamu telah hidup dalam
rupa-rupa hawa nafsu, keinginan, kemabukan, pesta pora,
perjamuan minum dan penyembahan berhala yang terlarang.
Adapun kubangan itu, antara lain;
1. Hidup dalam rupa-rupa
hawa nafsu.
Hawa nafsu
adalah tabiat dari daging.
Kemudian tabiat
daging banyak sekali, itu sebabnya di sini dikatakan “hidup dalam rupa-rupa hawa nafsu”, maksudnya adalah menuruti tabiat
daging yang begitu banyak macamnya.
2. Hidup dalam keinginan.
Ini juga
merupakan kubangan dari babi.
Saudaraku, kalau
menuruti keinginan yang bukan keinginan dari Tuhan, itu adalah ambisi, hati-hati,
dengan keinginan!
Banyak keinginan
di dunia ini, kalau itu bukan merupakan bagian dari keinginan / rencana Tuhan,
berarti itu adalah keinginan manusia = ambisi.
Setiap orang
punya keinginan, saya sendiri punya keinginan, tetapi kalau keinginan itu bukan
keinginan Tuhan, itu merupakan ambisi.
Kita patut
bersyukur kepada Tuhan malam ini, karena malam ini, pemikiran, hati kita, pandangan
kita, segala sesuatu diterangi oleh firman Tuhan. Itu adalah keuntungan bagi kita,
karena kita setia beribadah melayani kepada Tuhan.
Saudara, kalau
kita membaca kisah tentang Lot; ia berada di daerah Sodom, itu karena
keinginannya, bukan keinginan Tuhan. Setelah Sodom dan Gomora
ditunggangbalikkan, Lot dan kedua putrinya diselamatkan dan berada di Zoar.
Selanjutnya, Lot
menetap di sebuah goa, karena Lot takut tinggal di Zoar, pada saat itulah kedua
putrinya berzinah dengan Lot, sehingga anak yang pertama melahirkan Moab, dan
anak perempuan Lot yang kedua melahirkan Amon. Namun kalau kita perhatikan, akhirnya
Moab dan Amon menjadi musuh dari bangsa Israel. Ini harus diperhatikan, supaya kita
tidak dikuasai oleh roh ambisi (keinginan sendiri).
3. Hidup dalam kemabukan
Mabuk, artinya;
merasa diri lebih baik, lebih benar, lebih suci, lebih dari yang lain dalam
segala sesuatu.
Orang mabuk
disebut juga orang-orang malam (1 Tesalonika 5).
Sesuai dengan
pernyataan Tuhan, kalau mabuk, mabuk waktu malam.
Malam = gelap =
hidup di dalam kegelapan dosa, itu adalah orang-orang mabuk.
4. Hidup dalam pesta pora
Pesta pora =
pesta yang meriah, pesta yang besar, pesta yang mewah.
Saudaraku, pesta pora bertolak belakang dengan pesta
nikah Anak Domba.
Wahyu 19: 7-9
(19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan
memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya
telah siap sedia.
(19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan
halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu
adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]
(19:9) Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah:
Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya
lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan
dari Allah."
Mereka yang diundang
masuk dalam pesta nikah Anak Domba, dikaruniakan
pakaian putih.
Pakaian putih,
itulah perbuatan-perbuatan benar dari
orang-orang kudus.
Keadaan mereka
yang diundang dalam pesta nikah Anak Domba, penuh dengan sukacita sorgawi yang dikerjakan Roh Kudus, tetapi berbeda dengan keadaan orang yang berpesta pora,
penuh dengan sukacita yang berasal dari dunia ini.
Pesta nikah Anak
Domba, itu bukan dongeng nenek-nenek tua / cerita yang kosong, tetapi nyata
suatu kali kelak. Suatu saat nanti, pesta nikah ini akan terwujud.
Itu sebabnya
dalam pengajaran mempelai tidak ada cerita-cerita, dongeng nenek-nenek tua.
Tidak salah
kalau ada pesta, tetapi jangan hanya mencari kemeriahan / riuh pikuknya dunia
ini, jangan itu saja yang dicari.
5. Hidup dalam perjamuan
minum
Saudaraku, perjamuan
minum, berarti; menjamu orang lain, hanya untuk minum minuman.
Kalau kita
menjamu orang lain hanya untuk minum-minuman, itu juga disebut perbuatan yang
sia-sia, karena menghabiskan banyak waktu, tanpa arti bagi Tuhan.
1 Petrus 4: 2
(4:2) supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan
menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah.
Kalau menjamu
orang lain hanya untuk minum-minuman, waktu yang ada habis dengan sia-sia.
Kalau hanya
bertemu dan minum minuman dengan orang lain untuk menghabiskan waktu, kiranya itu
jauh dari kita semua, karena menurut saya, itu tidak ada artinya.
Berbanding terbalik kalau kita masuk dalam perjamuan
suci.
1 Korintus 11: 23-24
(11:23) Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah
aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan,
mengambil roti
(11:24) dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya
dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu;
perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!"
(11:25) Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah
makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan
oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi
peringatan akan Aku!"
(11:26) Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum
cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang.
Perjamuan suci,
yaitu;
-
makan daging Yesus, itulah roti
yang dipecah-pecahkan = roti tanpa ragi / tanpa dosa kejahatan = hidup tanpa ragi.
-
dan minum darah Yesus, itulah
anggur dalam cawan = satu di dalam pengorbanan Yesus Kristus.
Kalau kita mengadakan perjamuan suci, itu artinya
kita memberitakan (membawa) kematian
Tuhan, sampai Ia datang untuk yang kedua kalinya.
2 Korintus 4: 7-10
(4:7) Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah
liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari
Allah, bukan dari diri kami.
(4:8) Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak
terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;
(4:9) kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian,
kami dihempaskan, namun tidak binasa.
(4:10) Kami senantiasa membawa kematian Yesus di dalam
tubuh kami, supaya kehidupan Yesus juga menjadi nyata di dalam tubuh kami.
Kalau kita
membawa (mengingat) kematian Yesus dalam kehidupan kita, berarti; memperoleh kekuatan yang berlimpah-limpah
yang berasal dari Allah, itulah harta di
dalam bejana tanah liat.
Saudaraku, bejana
tanah liat itu rapuh dan mudah hancur, demikianlah kehidupan kita semua.
Tetapi kalau
kita membawa kematian Yesus dalam kehidupan kita, kita kuat dan tidak rapuh.
Apa kekuatan kita
kalau kita tidak membawa kematian Yesus dalam hidup kita?
Harta,
kemampuan, kepintaran? Itu semua tidak bisa membuat kita kuat, tetapi yang membuat kita kuat adalah harta dalam bejana tanah liat, berarti;
membawa kematian Yesus di dalam hidup
kita.
Bukti seseorang kuat.
-
Dalam segala hal kami ditindas namun tidak terjepit.
Orang yang
tertindas biasanya terjepit, dengan kata lain, tidak dapat berbuat apa-apa,
tetapi kita lihat di sini, orang yang memperoleh kekuatan, karena membawa
kematian Yesus di dalam hidupnya, maka ia kuat, dan tidak terjepit.
-
Habis akal namun tidak putus asa.
Kalau orang
habis akal, sepertinya tidak ada jalan keluar, sehingga banyak orang yang putus
asa.
Tetapi kalau
harta itu ada di dalam bejana tanah liat, sekalipun bejana tanah liat itu
rapuh, sekalipun habis akal, namun tidak putus asa, tidak kecewa.
-
Dianiaya namun tidak ditinggalkan sendirian.
Teraniaya namun
tidak ditinggalkan sendiri.
Kalau dahulu
saya ingat sebelum di dalam Tuhan, sedikit saja aniaya, saya merasa sepertinya
Tuhan tidak bersama dengan saya. Tetapi sekarang, kata-kata itu tidak keluar lagi
sekalipun teraniaya, semua karena kemurahan Tuhan.
-
Dihempaskan namun tidak binasa.
Mengapa? Karena
kita memiliki kekuatan.
Di dalam bejana
tanah liat ada harta, yaitu membawa kematian Yesus Kristus di dalam diri kita.
Untuk menjadi
kuat, saudara tidak perlu melatih badan, sebab latihan badani terbatas gunanya,
kemudian untuk menjadi kuat tidak perlu fitness
/ olahraga, dan sebagainya, seperti Ade Rai, tetapi datang saja kepada Tuhan, taat
setia dengar-dengaran kepada firman Tuhan, tergembala dengan baik dalam satu kandang satu gembala = tinggal di dalam Tuhan, Tuhan dan kematian-Nya di dalam kita.
6. Hidup dalam
penyembahan berhala
Berhala adalah
segala sesuatu yang melebihi dari pada Tuhan.
Kalau sesuatu
itu melebihi dari Tuhan, itu adalah berhala, apapun bentuknya.
Kalau seseorang
lupa beribadah karena pekerjaan, pekerjaan itu disebut berhala.
Dalam 1 Petrus 4:
3, dikatakan; penyembahan berhala adalah hal yang terlarang.
Kalau kita
perhatikan;
-
Ketika bangsa Israel menyembah
patung lembu emas tuangan, terjadi banyak kesalahan (Keluaran 32: 1-8).
Kemudian, di
dalam penyembahan berhala terdapat roh najis, itu sebabnya, pada saat mereka
menyembah patung lembu emas tuangan, mereka juga makan dan minum, selanjutnya
bangsa itu bangkit dan bersukacita.
Makan dan minum
= dosa seks.
-
Kemudian, terulang kembali
penyembahan berhala yang kedua kalinya, ketika bangsa Israel sampai di Sitim, mereka menyembah
allah orang Moab, yaitu berpasangan dengan Baal-Peor, di situ juga terjadi
kesalahan-kesalahan, yaitu mempersembahkan korban sembelihan kepada Baal-Peor dan
turut makan dari apa yang dipersembahkan kepada Baal-Peor (Bilangan 25: 1-4).
·
Makan makanan yang dipersembahkan
kepada Baal-Peor, artinya; menuruti kebenaran (aturan) yang berasal dari
berhala itu sendiri.
· Mempersembahkan korban kepada
Baal-Peor, artinya; rela berkorban hanya untuk berhala.
Banyak sekali
gereja Tuhan berkorban hanya untuk sesuatu yang tidak perlu, yang tidak penting
bagi Tuhan.
Selain roh najis, di dalam penyembahan berhala, terdapat
juga kebodohan-kebodohan, seperti yang dilakukan oleh bangsa Israel ketika
menyembah patung lembu emas tuangan dan ketika berpasangan dengan Baal-Peor.
Oleh sebab itu, biarlah kita memperhatikan 6 kubangan ini
supaya kita tidak mencemplungkan diri di dalamnya.
Praktek babi yang mandi kembali ke kubangan.
2 Petrus 2: 20-21
(2:20) Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat
kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran
dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya keadaan
mereka lebih buruk dari pada yang semula.
(2:21) Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah
mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari
perintah kudus yang disampaikan kepada mereka.
Prakteknya; melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran
dunia, karena pengenalan akan Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan Juruselamat,
tetapi terlibat lagi di dalamnya = telah
dibenarkan oleh firman Tuhan, tetapi kemudian berbalik dari firman Tuhan yang
menguduskan itu.
Jadi, kalau kita semua adalah orang-orang yang cemar
karena dunia dan arusnya yang begitu deras sekali, lalu kita mengenal Yesus
Kristus, sebagai Tuhan dan Juruselamat, kemudian karena pengenalan itu, kita
melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia ini.
Tetapi kalau kembali mencemarkan diri, meninggalkan
firman Tuhan yang menguduskan seseorang, ini adalah praktek babi yang mandi
kembali ke kubangan.
Saya dan kita semua, sudah melepaskan diri dari
kecemaran-kecemaran dunia ini karena pengenalan akan Yesus Kristus, sebagai
Tuhan dan Juruselamat, tetapi kalau kembali lagi / terlibat lagi dalam
kecemaran dunia, inilah praktek babi yang mandi kembali ke kubangan, dan ini
sangat disayangkan.
Terlibat dalam kecemaran dunia = menajiskan diri = haram
di hadapan Tuhan.
Imamat 11: 7
(11:7) Demikian juga babi hutan, karena memang berkuku belah,
yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak; haram
itu bagimu.
Kalau seseorang meninggalkan kebenaran firman Tuhan / firman
Tuhan tidak mendarah daging, maka ia menjadi haram, menjadi najis di hadapan
Tuhan.
· Memamah biak = mendengar / menerima firman
Tuhan dan melakukan firman Tuhan, sampai firman itu mendarah daging.
Seperti lembu
sapi, pada siang hari makan rumput sebanyak-banyaknya, kemudian malam hari, dikunyah
kembali, sampai memperoleh sari-sari dari makanan itu, itulah memamah biak.
Kalau seseorang
telah dibenarkan, disucikan, tetapi terlibat kembali di dalamnya
(kecemaran-kecemaran dunia), menjadi haram, najis di hadapan Tuhan = tidak memamahbiak.
· Kuku berbelah dua -> firman Tuhan,
yaitu;
-
kuku yang satu -> perjanjian
lama.
-
kuku yang satu -> perjanjian
baru.
Tetapi apa
artinya memiliki pengertian tentang kebenaran firman Tuhan, kalau firman Tuhan
itu tidak mendarah daging (memamah biak). Kalau mengerti firman Tuhan, tetapi
tidak menjadi pelaku (membelakangi firman yang menguduskan seseorang), maka ia haram
dan najis di hadapan Tuhan.
· Babi hutan, itu gambaran dari kehidupan yang tidak tergembala =
liar, dan menjadi binatang buas.
Saudara,
perhatikanlah perbedaan antara babi PELIHARAAN dengan BABI HUTAN.
-
Kalau babi peliharaan, sampai
tuapun dia tidak akan punya taring.
-
Tetapi babi hutan, kalau sudah
tua, gigi taringnya akan memanjang = binatang buas.
Saudara, kita
harus menyadari kalau seseorang hidup menurut keinginan daging, berarti dia
sedang diterkam oleh binatang buas.
Berarti
kesimpulannya; sidang jemaat harus tergembala dengan baik dalam satu kandang
satu gembala, tidak liar, supaya taat setia dengar-dengaran. Itu sudah menjadi
keharusan, tidak bisa tidak = terlepas dari binatang buas = tidak menuruti
tabiat-tabiat daging.
Akibat babi yang mandi kembali ke kubangan:
Matius 8: 31
(8:31) Maka setan-setan itu meminta kepada-Nya, katanya: "Jika Engkau
mengusir kami, suruhlah kami pindah ke dalam kawanan babi itu."
Kalau kita perhatikan di sini, setan meminta kepada Yesus
supaya dipindahkan ke dalam kawanan babi = babi menjadi tempatnya setan-setan, yaitu roh-roh jahat dan roh-roh
najis .
Saudaraku, jika di antara kita masih memiliki banyak
kekurangan, banyak kesalahan, juga masih suka kembali ke kubangan, mari kita
bersama-sama memperhatikan firman Tuhan. Pengajaran yang benar keluar dari
mulut Yesus, itu harus diperhatikan dengan baik, supaya pengajaran yang benar
itu, menguduskan kita semua.
Supaya kita tidak menjadi haram / najis di hadapan Tuhan,
mari kita lihat jalan keluarnya.
Matius 7: 6
(7:6) "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan
kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya
dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."
Jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi.
Mutiara = barang yang berharga.
Mari kita lihat; barang
yang berharga itu.
Matius 13: 45
(13:45) Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang
pedagang yang mencari mutiara yang indah.
(13:46) Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi
menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."
Mutiara yang berharga diumpamakan seperti Kerajaan Sorga.
Saudaraku, orang yang mencari Kerajaan Sorga, di sini
kita perhatikan; seperti seorang pedagang yang menemukan mutiara yang berharga,
selanjutnya ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli mutiara itu.
Matius 19: 18-20
(19:18) Kata orang itu kepada-Nya: "Perintah yang mana?" Kata
Yesus: "Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan
mengucapkan saksi dusta,
(19:19) hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri."
(19:20) Kata orang muda itu kepada-Nya: "Semuanya itu telah kuturuti,
apa lagi yang masih kurang?"
(19:21) Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna,
pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin,
maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah
Aku."
Yesus menyampaikan kepada orang muda yang kaya itu, untuk
menjual seluruh miliknya, supaya ia memperoleh kerajaan Sorga.
Matius 19: 22
(19:22) Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih,
sebab banyak hartanya.
Orang muda yang kaya ini tidak mau menjual seluruh harta
miliknya, itu dilihat dari kesedihannya.
Berarti, orang muda ini digambarkan juga seperti babi,
yang lebih menyukai kubangan dari pada mutiara yang indah dan berharga, itulah
Kerajaan Sorga.
Kita bandingkan dengan; Petrus cs.
Matius 19: 27-28
(19:27) Lalu Petrus menjawab dan berkata kepada Yesus: "Kami ini telah
meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan
kami peroleh?"
(19:28) Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta
kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas
takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
Berbeda dengan orang muda kaya, yang mempertahankan harta
kekayaannya, sebab Petrus telah meninggalkan segala sesuatu = menjual segala
harta miliknya.
Kemudian, adapun harta
milik yang harus dijual antara lain;
Matius 19: 29
(19:29) Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya
laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau
ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh
hidup yang kekal.
1.
Rumahnya.
= sangkal diri
pikul salib.
2.
Saudara laki-laki / perempuan.
= melepaskan diri
dari hawa nafsu daging.
3.
Bapa ibunya.
Artinya; menjadi
anggota tubuh Kristus = tubuh dan kepala menyatu.
4.
Meninggalkan anak-anaknya.
= melakukan
kehendak Allah Bapa.
5.
Meninggalkan ladangnya.
= tidak terikat
dengan usaha pekerjaan.
Inilah seluruh harta milik yang dipunyai setiap orang di
muka bumi ini yang harus dijual, untuk memperoleh kerajaan Sorga.
Saya tidak menjelaskan secara rinci tentang kelima hal di
atas sebagai harta milik yang dipunyai, karena saya sudah sampaikan pada
kebaktian Ibadah Kaum Muda Remaja, 22 September 2012 ( http://gptserangcilegon.blogspot.com/2012/09/ibadah-kaum-muda-remaja-22-september_980.html ).
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman;
Gembala Sidang: Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment