IBADAH
PENDALAMAN ALKITAB,
09 NOVEMBER 2012
Subtema: IOTA DAN TITIK ADALAH KEGENAPAN HUKUM
TAURAT.
Shalom!
Selamat malam, salam
sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kemurahan-Nya kita boleh beribadah pada saat malam hari ini.
Biarlah Tuhan memberkati kita lewat firman penggembalaan untuk Ibadah
Pendalaman Alkitab, sehingga lewat firman penggembalaan ini, roh kita
terpelihara, kesimpulannya; pelayanan roh memelihara roh kita semua.
Kembali kita memeriksa Maleakhi 2: 6.
(2:6) Pengajaran
yang benar ada dalam mulutnya dan kecurangan tidak terdapat
pada bibirnya. Dalam damai sejahtera dan kejujuran ia mengikuti Aku dan
banyak orang dibuatnya berbalik dari pada kesalahan.
Allah menyatakan 3 hal yang menjadi kelebihan orang-orang Lewi kepada para
imam yang melayani di Tabernakel, antara lain;
I. Pengajaran yang
benar ada dalam mulutnya.
II. Kecurangan tidak
terdapat pada bibirnya.
III. Dalam damai
sejahtera dan kejujuran, orang-orang Lewi mengikuti
Tuhan.
Kita masih tetap memperhatikan keterangan yang pertama.
Keterangan:
I.
PENGAJARAN YANG BENAR ADA DALAM MULUTNYA.
Dikaitkan dengan; pelayanan Yesus Kristus.
Matius 7: 28
(7:28) Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang
banyak itu mendengar pengajaran-Nya,
Takjublah orang banyak itu mendengar pengajaran-Nya.
Berarti, pada mulut Yesus terdapat pengajaran yang benar, sehingga
orang-orang yang mendengar pengajaran itu, menjadi takjub dan terkesan.
Memang saudaraku, kalau pengajaran mempelai dalam terangnya tabernakel
disampaikan, itu membuat kita takjub.
Pengajaran mempelai dalam terang tabernakel = firman nubuatan, firman para
nabi / firman pengajaran yang rahasianya dibukakan.
Bila firman-firman Tuhan tersingkap, maka segala sesuatu yang terselubung
akan tersingkap, itulah yang membuat orang menjadi takjub.
Saya sendiri takjub saat memberitakan firman pengajaran yang besar ini, begitu
ajaib, agung dan mulia, dan saya tidak akan meninggalkan pengajaran mempelai,
apapun harga yang harus saya bayar.
Firman pengajaran tidak ditambahkan, tidak dikurangkan / murni, seperti
sungai air kehidupan yang keluar dari takhta Allah, takhta Anak Domba; jernih
seperti kristal.
Adapun pengajaran-pengajaran itu, antara lain;
1.
Hal penghakiman (Matius 7: 1-5).
2. Hal yang kudus dan berharga (Matius 7: 6).
3. Hal pengabulan doa (Matius 7: 7-11).
4.
Jalan yang benar (Matius 7: 12-14).
5. Hal pengajaran yang sesat (Matius 7: 15-23).
6. Dua macam dasar (Matius 7: 24-27).
Sekarang, kita memperhatikan pengajaran yang keempat;
JALAN YANG BENAR
Matius 7: 12
(7:12) "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat
kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum
Taurat dan kitab para nabi.
Jalan yang benar, dibagi menjadi 2 bagian;
JALAN YANG BENAR BAGIAN PERTAMA
Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan
kitab para nabi.
Mari kita lihat ayat yang sama di dalam injil
Lukas.
Lukas 6: 31
(6:31) Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu,
perbuatlah juga demikian kepada mereka.
Isi dari seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi
adalah;
“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah
juga demikian kepada mereka.”
= bila menginginkan yang baik dari orang lain, maka
terlebih dahulu berbuat baik kepada orang lain, sebaliknya, kalau berbuat jahat
kepada orang lain, maka orang lainpun akan berbuat jahat.
Berarti, hidup yang seperti ini belum sempurna,
karena melakukan segala sesuatu dengan menggunakan ukuran = tidak dapat
menikmati hidup yang sempurna = masih terdapat kelemahan.
Kita kembali ke injil Matius.
Matius 5: 17
(5:17) "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk
meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Namun, sekalipun demikian, Yesus datang bukan
untuk meniadakan hukum Taurat / kitab para nabi, melainkan untuk menggenapinya
= menyempurnakan hukum Taurat, supaya hidup menjadi sempurna, tidak terdapat
lagi kelemahannya.
Mari kita lihat; penggenapan dari hukum Taurat.
Lukas 6: 32-33
(6:32) Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu,
apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang
mengasihi mereka.
(6:33) Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik
kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian.
Kegenapan dari hukum Taurat dan kitab para nabi
adalah mengasihi sesama, bukan hanya kepada orang yang berbuat baik, tetapi juga
mengasihi orang yang tidak berbuat baik / musuh = mengasihi seluruh sesama =
perbuatan-perbuatan dari orang-orang yang berjasa.
Kalau hidup di dalam kasih, maka keadaan akan
lebih baik dan menjadikan seseorang bahagia lahir dan batin = hidup sempurna
adanya, berbanding terbalik dengan hukum Taurat; di mana segala sesuatunya
dilakukan menurut ukuran, maksudnya bila kita berbuat baik, orang lain akan
berbuat baik, sebaliknya kalau kita berbuat jahat, orang lain juga berbuat
jahat.
Jadi, kesimpulannya; mengasihi sesama adalah
pribadi yang berjasa, sebab ketika berada di bawah hukum Taurat, seseorang
berbuat baik hanya kepada orang yang berbuat baik saja (tidak ada jasanya).
Berjasa, berarti; rela berkorban untuk memberikan
yang terbaik.
Praktek menggenapi hukum Taurat dan kitab para nabi.
Matius 5: 18
(5:18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap
langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan
dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Satu iota atau satu titik pun
tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya ini terjadi, sebelum
langit yang pertama dan bumi yang pertama lenyap, dan lautpun tidak akan ada
lagi.
Terlebih dahulu kita perhatikan tentang: SATU IOTA.
Satu iota pun tidak akan ditiadakan dari hukum
Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Iota adalah;
- Huruf kesembilan dari abjad Yunani (alpha, beta, gamma,
delta, epsilon, zeta, eta, theta, iota).
- Jumlah yang sangat sedikit = bagian kecil dari
abjad Yunani.
Arti rohaninya untuk kita sekarang adalah; mau
menjadi kecil.
Jadi, praktek untuk menggenapi hukum Taurat dan
kitab para nabi adalah; mau menjadi kecil = merendahkan diri serendah-rendahnya.
Mau menjadi kecil dikaitkan dengan; PEMECAHAN
ROTI YANG KEDUA.
Matius 15: 34-35
(15:34) Kata Yesus kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?"
"Tujuh," jawab mereka, "dan ada lagi beberapa ikan kecil."
(15:35) Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah.
Saudaraku, Yesus memberi makan 4000 orang dengan
7 roti dan 2 ikan.
Syaratnya; duduk di tanah.
Duduk di tanah, artinya; merendahkan diri
serendah-rendahnya / menjadi kecil.
Berarti, untuk menikmati pemecahan roti yang
kedua, itulah firman Tuhan yang rahasianya dibukakan (ayat satu menjelaskan
ayat yang lain), harus merendahkan diri serendah-rendahnya dan menjadi kecil.
Tujuan pemecahan roti yang kedua.
Matius 15: 32
(15:32) Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku
tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka
mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka
pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan."
Tujuannya; supaya mereka tidak pingsan di
jalan.
Pingsan = tidak mati, tidak hidup = setengah mati
= tidak dapat berbuat apa-apa di tengah-tengah ibadah pelayanan, baik dalam
segala sesuatu yang berkaitan dengan ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan.
Oleh sebab itu, Tuhan tidak mau menyuruh orang
banyak pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.
Kalau pingsan di jalan / tidak dapat berbuat
apa-apa dalam ibadah pelayanan, nanti tidak sampai ke rumah Bapa di Sorga
(Kerajaan Sorga).
Namun supaya terwujudnya pemecahan roti yang kedua
(menjadi kecil), tidak terlepas dari PEMECAHAN ROTI YANG PERTAMA.
Oleh sebab itu, mari kita lihat; peristiwa pemecahan
roti yang pertama.
Matius 14: 16-19
(14:16) Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka
pergi, kamu harus memberi mereka makan."
(14:17) Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti
dan dua ikan."
(14:18) Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku."
(14:19) Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan
setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan
mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada
murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak.
Yesus memberi makan 5000 orang laki-laki dengan 5
roti dan 2 ikan.
Syaratnya; duduk di rumput.
Artinya; tergembala dengan baik di dalam satu kandang,
satu gembala.
Rumput -> padang penggembalaan.
Hal ini memang harus terjadi, yaitu supaya terwujudnya
pemecahan roti yang kedua (menjadi kecil), maka harus dimulai dari pemecahan
roti yang pertama; berada dalam kandang penggembalaan / tergembala dengan baik (duduk
di rumput).
Saudaraku, kalau domba-domba tidak tergembala
dengan baik dan benar, maka domba-domba menjadi liar = menjelajah dari satu
tempat ke tempat yang lain (Ayub 39: 10-11).
- Pengertian liar di sini adalah tidak terkendali,
mulai dari sikap, perkataan, tingkah laku, cara berpikir, sudut pandang, semuanya
liar, tidak terkendali, karena tidak tergembala.
Jadi, mau tidak mau, seseorang harus tergembala dengan baik dan benar di
dalam satu kandang penggembalaan, sampai akhirnya terwujudnya pemecahan roti
yang kedua, yaitu merendahkan diri serendah-rendahnya = menjadi kecil.
- Pengertian dasar dari domba-domba yang tergembala
dengan baik dan benar, adalah:
·
Domba-domba
mendengar suara gembala (Yohanes 10: 3).
·
Domba-domba
mengikuti gembala (Yohanes 10: 4).
Tujuan menikmati pemecahan roti yang pertama.
Matius 14: 14
(14:14) Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar
jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka
dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.
Tujuannya; menyembuhkan mereka yang sakit,
baik sakit jasmani maupun sakit rohani.
Oleh bilur-bilur-Nya, kita semua disembuhkan; Dia
rela terluka, supaya kita yang sakit / terluka baik jasmani, maupun rohani,
disembuhkan, dipulihkan.
Dan kalau kita perhatikan di sini, Yesus mengadakan
pemecahan roti yang pertama dan pemecahan roti yang kedua, karena tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan
= kasih Allah, itulah praktek dalam bentuk iota.
Sekarang kita perhatikan tentang: SATU TITIK.
Satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum
Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Titik, arti rohaninya untuk kita sekarang adalah;
rela dikecilkan / menjadi hina.
Berarti, kecil dalam bentuk titik lebih tidak
berarti, tidak berharga dari pada kecil dalam bentuk iota.
Bandingkan dengan huruf i, titiknya ditopang oleh
satu garis di bawah, sedangkan titik (.) tidak ada yang menopang di
bawah, berarti; rela dikecilkan / menjadi hina.
KALAU MERENDAHKAN DIRI DAN MAU MENJADI KECIL,
SAYA KIRA BANYAK ORANG BISA MELAKUKANNYA, TETAPI TITIK, BETUL-BETUL KECIL / RELA
DIKECILKAN = MENJADI HINA.
Satu titik kita kaitkan dengan; PEMECAHAN ROTI
YANG KETIGA.
Matius 27: 16, 20-23
(27:16) Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal
kejahatannya yang bernama Yesus Barabas.
(27:20) Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak
bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati.
(27:21) Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: "Siapa di
antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?" Kata
mereka: "Barabas."
(27:22) Kata Pilatus kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus
kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru:
"Ia harus disalibkan!"
(27:23) Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah
dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus
disalibkan!"
Yesus Kristus disalibkan = pemecahan roti yang
ketiga.
Sebab, dalam 1 Korintus 11, dikatakan bahwa; roti
yang dipecah-pecahkan itu adalah tubuh Yesus.
Berarti, Yesus yang disalibkan = pemecahan roti
yang ketiga.
Kalau kita perhatikan di sini, sesungguhnya Pilatus
mengetahui bahwa tidak satupun didapati kejahatan di dalam diri Yesus Kristus,
inilah yang disebut roti tanpa ragi, tanpa dosa kejahatan.
Tetapi, orang-orang Yahudi lebih menyukai ragi /
menyukai dosa kejahatan, dari pada roti tanpa ragi, karena itulah Yesus harus
disalibkan.
Matius 27: 11
(27:11) Lalu Yesus dihadapkan kepada wali negeri. Dan wali negeri
bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab
Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya."
Pilatus sendiri tahu bahwa Yesus adalah seorang Raja,
tetapi Yesus harus disalibkan = rela dikecilkan / menjadi hina.
Lebih rinci lagi...
Matius 27: 37
(27:37) Dan di atas kepala-Nya terpasang tulisan yang menyebut alasan
mengapa Ia dihukum: "Inilah Yesus Raja orang Yahudi."
Alasan Ia dihukum, karena; Inilah Yesus Raja orang Yahudi.
Yesus adalah raja orang Yahudi tetapi Dia rela disalibkan
= rela dikecilkan / menjadi hina.
Mari kita lihat; pada saat penyaliban.
Yohanes 19: 19, 23
(19:19) Dan Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib
itu, bunyinya: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi."
(19:23) Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil
pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap
prajurit satu bagian -- dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak
berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja.
Yesus Kristus, selain Raja orang Yahudi, Dia juga
adalah seorang:
- NABI.
Kalau berbicara tentang Nazaret, itu menunjukkan bahwa Yesus adalah Seorang
Nabi.
Tetapi sekalipun Yesus adalah Seorang Nabi, Dia rela dikecilkan / menjadi
hina.
Nabi tugasnya bernubuat, yaitu; membangun, menghibur, menasihati.
Firman nubuatan = firman pengajaran yang rahasianya dibukakan; bila
tersingkap firman-firman Tuhan, maka segala sesuatu yang terselubung akan
tersingkap.
Berarti, bila anak-anak Tuhan telah menikmati firman nubuatan / menikmati
firman pengajaran yang rahasianya dibukakan, maka ia rela dikecilkan / menjadi
hina.
- Kemudian, Yesus disebut juga MESIAS, Seorang Yang
diurapi, tetapi Dia rela disalibkan = rela dikecilkan / menjadi hina.
Berarti, pengurapan Roh-El Kudus, memberi kemampuan kepada seseorang
untuk rela dikecilkan / menjadi hina.
- Kemudian, mereka membagi-bagi pakaian-Nya menjadi
4 bagian dan jubah-Nya juga mereka ambil.
Kalau berbicara pakaian (kelakuan sehari-hari) dan jubah, itu menunjukkan
bahwa Yesus adalah IMAM BESAR, tetapi sekalipun demikian, Dia rela disalibkan =
rela dikecilkan / menjadi hina.
Imam-imam -> orang-orang yang melayani Tuhan.
Berarti, setiap orang yang diberi kepercayaan untuk melayani Tuhan, adalah
orang yang rela dikecilkan / menjadi hina.
Sesuatu yang luar biasa terjadi, karena
perbuatan-Nya yang ajaib, agung dan mulia, sebab Dia adalah Seorang Raja, Dia
Nabi, Dia Mesias, Dia juga Imam Besar, namun rela disalibkan, rela dikecilkan /
menjadi hina, inilah pemecahan roti yang ketiga, inilah praktek dalam bentuk titik
(.).
Kembali saya mengatakan, bahwa; orang-orang
Yahudi lebih menyukai Yesus Barabas (ragi kejahatan) dari pada Yesus Kristus,
yang adalah roti tanpa ragi, sehingga orang-orang Yahudi tidak mau menjadi
kecil dan tidak rela dikecilkan / menjadi hina.
Itu sebabnya, kalau kita perhatikan sekarang ini,
orang-orang Yahudi (bangsa Israel) tidak mau berdamai dengan negara-negara di
sekitarnya, itu menunjukkan bahwa mereka lebih menyukai ragi, dari pada roti
tanpa ragi.
Saya kira, orang batak disebut juga orang Yahudi,
dan oleh karena dalihan natolu, orang
batak tidak mau menikmati pemecahan roti yang ketiga (tidak rela dikecilkan /
menjadi hina).
Saya merindukan, biarlah kita sekalian mau menikmati pemecahan roti yang
pertama (berarti tergembala dengan baik) dan menikmati pemecahan roti yang kedua
(berarti merendahkan diri dan mau menjadi kecil), itulah praktek kasih, dalam
bentuk iota.
Selanjutnya rela dikecilkan / menjadi hina, untuk menggenapi hukum Taurat
dan kitab para nabi, inilah praktek
dalam bentuk titik.
- Kalau IOTA (i), berarti satu titik ditopang oleh
satu garis di bawahnya = merendahkan diri dan mau menjadi kecil.
- Kalau TITIK (.), berarti tidak ada yang menopang =
rela dikecilkan / menjadi hina.
Kalau merendahkan diri, barangkali kita mampu
untuk melakukannya, tetapi bagaimana kalau dikecilkan / menjadi hina?
Untuk tunduk pada otoritas-Nya Tuhan (merendahkan
diri), itu saja sangat sukar, bagaimana kalau dikecilkan, saya kira itu lebih
sukar lagi, tetapi meskipun sukar, kiranya hukum Taurat dan kitab para nabi
harus tergenapi dalam hidup saya dan saudara = hidup di dalam kasih Allah.
Ibrani 6: 6
(6:6) namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi
sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak
Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.
Saudaraku, penyaliban itu adalah penghinaan,
tetapi di sini kita lihat, Yesus rela dikecilkan / menjadi hina.
Ciri-ciri manusia yang hina.
Yesaya 53: 3
(53:3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh
kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina,
sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia
tidak masuk hitungan.
Cirinya:
a.
- Dihindari orang. b. - Orang menutup muka terhadap
dia.
- Seorang yang penuh kesengsaraan.
- Tidak masuk hitungan / tidak diperhitungkan.
- Biasa menderita kesakitan.
Kalau merendahkan diri, belum sampai seperti ini.
Kuasa titik:
Menghentikan segala dosa-dosa, baik dosa yang ditimbulkan
oleh;
- Daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
- Iblis setan, itulah roh jahat dan roh najis.
- Dunia, dengan segala arus dan pengaruhnya.
Titik, sekalipun lebih kecil dari semua huruf /
abjad (A sampai Z), namun memiliki kuasa untuk menghentikan dosa, berarti; pada
saat kita dikecilkan / dihinakan, pada saat itu segala dosa telah dihentikan,
tidak berkuasa lagi di dalam daging.
Hasil bila rela dikecilkan / menjadi hina (titik).
Yesaya 53: 4
(53:4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya,
dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena
tulah, dipukul dan ditindas Allah.
Kalau Yesus rela dikecilkan / menjadi hina:
- Sesungguhnya, penyakit kitalah yang
ditanggung-Nya.
- Kesengsaraan kitalah yang dipikul-Nya.
Inilah gambaran dari orang yang rela dikecilkan /
menjadi hina.
Berarti, kalau menikmati pemecahan roti yang
ketiga, seseorang rela dikecilkan / menjadi hina, maka pengalaman orang yang
hina akan terlihat jelas.
Bila seseorang masuk dalam pengalaman pemecahan
roti yang ketiga (rela dikecilkan / menjadi hina), maka ia akan mengalami
pemulihan, yaitu;
- Dipulihkan dari penyakit = sembuh.
- Dipulihkan dari segala sengsara = terlepas dari
penderitaan karena kebodohan.
Galatia 3: 13
(3:13) Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan
menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang
digantung pada kayu salib!"
Saudaraku, dengan matinya Yesus di kayu salib, maka
kita telah ditebus dari kutuk hukum Taurat.
Itu sebabnya, firman Tuhan berkata "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu
salib!".
Kita bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Dia
penebus kita, Dia rela dikecilkan / menjadi hina, untuk menebus kita dari hukum
Taurat.
Saudara bisa membayangkan bila berada di bawah
hukum Taurat, yaitu; untuk memperoleh yang baik dari orang lain, maka terlebih
dahulu berbuat baik kepada orang lain, sebaliknya, kalau berbuat jahat kepada
orang lain, akan menerima hal yang sama, sesuai dengan apa yang kita perbuat.
Dapat disimpulkan; berada di bawah hukum Taurat,
tidak dapat menikmati hidup dengan baik, tidak dapat menjalankan hidup dengan
baik, tidak dapat menikmati keindahan-keindahan di dalam hidup.
Tetapi, dengan terjadinya pemecahan roti yang
ketiga, di mana Yesus yang adalah seorang Raja, Yang Diurapi (Mesias), seorang
Nabi, Imam Besar, namun Ia rela disalibkan (rela dikecilkan / menjadi hina).
Berarti, kita sudah menikmati pemecahan roti yang
ketiga, dan mata rohani kita sekarang tercelik; kecil di sini tidak hanya
sampai merendahkan diri serendah-rendahnya (iota), tetapi ada lagi yang lebih
kecil, yaitu rela dikecilkan dan menjadi hina, itulah titik (.), maka sekarang kita memiliki kasih Allah, sehingga oleh karena kasih
Allah, kita dapat menjalankan hidup dengan baik, kemudian menikmati
keindahan-keindahan dan keadaan menjadi lebih baik, bahkan menjadi sempurna,
karena kasih Allah yang ajaib, agung dan mulia. Terpujilah Tuhan kekal sampai
selama-lamanya. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman;
Gembala Sidang: Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment