Tema: SIAPA
YANG TERBESAR DALAM KERAJAAN SORGA
(Seri
05)
Subtema: TERPIMPIN
DAN TERATUR SEPERTI BELALANG
Shalom!
Selamat
malam, salam sejahtera, salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya, kita boleh berada di dalam
rumah Tuhan, beribadah melayani Tuhan, mempersembahkan korban.
Ibadah Raya Minggu, disertai kesaksian, kegunaannya
untuk mempertajam karunia jabatan, karena dalam pola tabernakel, Ibadah Raya
Minggu terkena pada pelita emas, salah satu alat yang ada dalam ruangan suci.
Pelita emas -> urapan Roh-El Kudus.
Biarlah kiranya, kita sekalian beroleh pengurapan yang
penuh dari Allah, sehingga oleh pengurapan itu memimpin kita dalam seluruh
kebenaran firman Tuhan, sehingga saya dan saudara tidak perlu diajar oleh orang
lain.
Nantikanlah Roh Kudus, berilah diri dipimpin Roh Kudus,
karena kita hidup oleh roh.
Bukti kita hidup oleh roh, adalah; malam ini kita
datang kepada Tuhan, lewat ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan .
Kita datang dari berbagai tempat masing-masing,
disatukan dalam rumah Tuhan, kita beribadah melayani Tuhan, itu artinya kita
hidup oleh roh, tetapi tidak boleh berhenti sampai di situ, selanjutnya kita
harus memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus.
Saya mau sampaikan;
- Kalau
karunia jabatan hendak dipertajam; setialah dalam IBADAH RAYA MINGGU (Ibadah
Raya Minggu adalah tempat untuk mempertajam karunia jabatan).
- Untuk
menjadi seorang yang rendah hati; setialah dalam IBADAH DOA PENYEMBAHAN.
- Kalau
ingin bertambah dewasa rohani; setialah dalam IBADAH PENDALAMAN ALKITAB (Bible
Study).
Sekarang, kita kembali memperhatikan Matius 18: 1-5,
namun kita hanya membaca ayat 1-3.
Matius 18: 1-3
(18:1)
Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: "Siapakah
yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?"
(18:2)
Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di
tengah-tengah mereka
(18:3)
lalu berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat
dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga.
Pada ayat 1; murid-murid bertanya kepada Yesus, "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan
Sorga?".
Kemudian, pada ayat 2; Yesus tidak menjawab pertanyaan
dari 12 murid, juga tidak menunjuk orang-orang yang menjadi terbesar di dalam Kerajaan
Sorga, tetapi Yesus memanggil anak kecil dan menempatkannya di antara mereka.
Dari ayat 2 ini, kita dapat menyimpulkan, bahwa;
murid-murid bertanya mengenai "Siapakah
yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?", tetapi dengan cara-cara
manusiawi, dengan cara-cara duniawi = ingin
menjadi yang terbesar tetapi dengan cara-cara manusiawi / duniawi.
Sudah berulang kali saya sampaikan; jangan
menginginkan yang terbesar dengan cara-cara manusiawi / duniawi.
Sebab, tidak ada artinya menjadi yang terbesar di bumi
namun tidak masuk ke dalam Kerajaan Sorga (menjadi yang terkecil dalam Kerajaan
Sorga), inilah yang tidak disadari oleh kebanyakan orang, sehingga seseorang
seringkali membuat nilai / mempertahankan harga diri.
Kalau saya, sebagai gembala sidang, meminta tolong kepada
saudara untuk mengerjakan pekerjaan di dalam kandang penggembalaan (setia
melayani Tuhan), itu bukan berarti harga diri saudara diinjak-injak, lalu
saudara mempertahankan harga diri.
Kita perhatikan...
Lukas 22: 24
(22:24) Terjadilah juga pertengkaran di antara
murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.
Saudaraku, kalau menginginkan yang terbesar dengan cara-cara
manusiawi / duniawi, maka di situ terjadi pertengkaran,
di situ terjadi perselisihan
antara satu dengan yang lain.
Barangkali tidak terjadi pertengkaran / perselisihan
dengan adu mulut ataupun pertengkaran / perselisihan dengan adu fisik, tetapi
ketika seseorang menginginkan yang terbesar dengan cara-cara manusiawi /
duniawi, di situ sedang terjadi perselisihan / pertengkaran satu dengan yang
lain, itu dapat dilihat dari suasana / keadaan yang ada; tidak tenang, tidak
kondusif, keadaan menjadi serba tegang, sehingga semua menjadi serba salah,
bahkan berbicara saja tidak teratur lagi.
Kalau saudara menginginkan yang terbesar di dalam dunia,
silahkan saja, tetapi konsekuensinya; menjadi yang terkecil dalam Kerajaan
Sorga (tidak masuk dalam Kerajaan Sorga), mana yang saudara pilih??
Mari kita perhatikan; menjadi yang terbesar menurut ukuran
manusiawi / duniawi.
Lukas 22: 25
(22:25) Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa
memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas
mereka disebut pelindung-pelindung.
- Raja-raja
bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka.
Berarti, yang
terbesar menurut ukuran manusiawi / duniawi adalah raja-raja atau
pemerintah-pemerintah dalam satu kerajaan atau dalam satu negara.
- Orang-orang yang
menjalankan kuasa disebut pelindung-pelindung.
Jadi, yang
menjalankan kuasa, itulah yang disebut pelindung-pelindung = yang terbesar
menurut ukuran manusiawi / duniawi.
Orang yang
menjalankan kuasa disebut pelindung-pelindung, disebut yang terbesar, kalau itu
yang saudara inginkan, saudara tidak perlu datang beribadah melayani Tuhan,
tidak perlu datang menyerahkan hidup ke dalam tangan Tuhan; tinggal pergi saja ke atas gunung Kawi, maka saudara
disebut pelindung, itulah yang terbesar menurut ukuran manusiawi / duniawi.
Saya tidak bermaksud
untuk meninggikan / memuji diri saya sendiri, tetapi sejak saya menyerahkan
hidupku sepenuhnya kepada Tuhan, ketika melihat yang terbesar menurut ukuran manusiawi
/ duniawi, saya tidak minder sedikitpun, namun saya tetap hormat kepada
pemimpin di dunia ini, sebab semua pemimpin berasal dari Tuhan.
Sekarang bandingkan; yang terbesar menurut ukuran Kerajaan Sorga.
Lukas 22: 26
(22:26)
Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah
menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.
YANG PERTAMA:
YANG
TERBESAR DI ANTARA KAMU HENDAKLAH MENJADI SEBAGAI YANG PALING MUDA.
Yang terbesar menjadi yang paling muda, itu adalah
ukuran yang terbesar menurut Kerajaan Sorga. Berarti; yang terbesar, hendaklah
menjadi yang paling muda.
Apa
tandanya hendaklah menjadi yang paling muda?
1.
Orang
muda selalu memberi hormat kepada yang tua.
Sehingga sekalipun
usia tua, tidak gila hormat.
2.
Senantiasa
mau diajar.
Karena, orang muda
selalu digambarkan minim pengalaman / masih sedikit makan asam garam; orang yang
seperti ini perlu diajar dan butuh untuk diajar.
Sedikit kesaksian.
Ketika saya masuk sekolah
Alkitab di Lempin-El, saya datang betul-betul dengan keadaan kosong, dengan
kata lain, tidak memiliki pengertian tentang ibadah pelayanan.
Oleh sebab itu, ketika
mengikuti pendidikan di Lempin-El, saya sungguh-sungguh di dalam penyerahan,
bahkan mau diajar oleh rekan-rekan yang satu angkatan dengan saya, karena saya
merasa bahwa mereka lebih mengerti tentang ibadah pelayanan (lebih rohani).
Jadi, selain diajar oleh guru-guru, juga saya mau diajar oleh rekan-rekan yang
juga bersama-sama dengan saya mengikuti pendidikan Alkitab di Lempin-El, karena
saya merasa minim pengalaman (muda), belum dewasa rohani, terlebih dalam ibadah
pelayanan.
3.
Memiliki
hiasan.
Hiasan seorang muda
terletak pada kekuatannya, dengan kekuatan itu pula orang muda mampu
mengerjakan pekerjaannya, bahkan pekerjaan berat sekalipun dapat ia kerjakan.
Biarlah kiranya,
dengan kekuatan itu pula, kita mengerjakan pekerjaan yang Tuhan percayakan di
tengah-tengah ibadah pelayanan, dalam kandang penggembalaan yang Tuhan
percayakan.
Kalau saudara merasa
sebagai orang muda, pasti memiliki hiasan, yaitu kekuatan; kekuatan yang ada
digunakan untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan di dalam kandang penggembalaan yang
Tuhan percayakan.
Kerahkanlah segenap
kekuatan untuk melayani Tuhan, tetapi kalau tidak memiliki kekuatan, tidak
mungkin dapat mengerahkan segenap kekuatannya untuk melayani Tuhan.
Semakin orang muda
memiliki kekuatan / power, semakin dia mampu mengerjakan pekerjaan yang Tuhan
percayakan, sehingga indah dan baik dipandang mata. Tetapi kalau orang muda
malas, tidak ada perhiasannya dan itu tidak baik dipandang mata.
YANG KEDUA:
PEMIMPIN
SEBAGAI PELAYAN.
Berarti; seorang pemimpin, hendaknya melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Tentu saudara menginginkan untuk menjadi seorang pemimpin,
oleh sebab itu, layanilah Tuhan dengan sungguh-sungguh, di situlah letak
keberhasilan seorang pemimpin.
Tanda seorang pemimpin yang berhasil; ia tidak bermain-main
dalam setiap ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan. Oleh sebab itu, saya harus
sungguh-sungguh beribadah melayani Tuhan, begitu juga dengan saudara.
Seseorang keliru jika menginginkan untuk menjadi seorang
pemimpin yang besar, namun tidak melayani Tuhan, sebab untuk ukuran Kerajaan
Sorga, pemimpin harus melayani Tuhan, dengan sungguh-sungguh.
Sebagai
contoh.
Lukas 22: 27
(22:27)
Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani?
Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai
pelayan.
Yang duduk makan adalah yang terbesar, menurut ukuran
manusawi / duniawi, tetapi Yesus ada di tengah-tengah 12 murid sebagai pelayan,
memberi makan 12 murid.
Ini adalah contoh teladan yang baik; Yesus adalah pemimpin,
tetapi memberi makan 12 murid.
Biarlah kiranya kita semua menjadi pemimpin, berarti;
melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, percayalah; pelayanan adalah tugas yang
mulia.
Lukas 22: 28
(22:28)
Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan
yang Aku alami.
Oleh sebab itu, biarlah kita tetap tinggal bersama-sama dengan Yesus di dalam
segala pencobaan yang dialami Yesus
Kristus = satu dalam penderitaan Kristus.
Tetap bersama-sama dengan Kristus di dalam
penderitaan-Nya = tidak berubah, tidak menjadi lemah, tidak mundur, tetap kuat sekalipun
dalam pencobaan bersama-sama dengan Tuhan.
Itulah pesan Yesus Kristus kepada 12 murid, karena
Yesus menginginkan 12 murid menjadi yang terbesar menurut ukuran Kerajaan Sorga,
bukan menurut ukuran manusiawi / duniawi.
Biarlah kita tetap tinggal bersama-sama dengan Yesus Kristus;
satu di dalam penderitaan-Nya, tidak menjadi lemah dan tidak putus asa.
Ada
4 binatang yang terkecil di bumi namun cekatan.
Amsal 30: 24-28
(30:24) Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi
yang sangat cekatan:
(30:25) semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang
menyediakan makanannya di musim panas,
(30:26) pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang
membuat rumahnya di bukit batu,
(30:27) belalang yang tidak mempunyai raja, namun
semuanya berbaris dengan teratur,
(30:28) cicak yang dapat kautangkap dengan tangan,
tetapi yang juga ada di istana-istana raja.
Adapun keempat binatang yang terkecil di bumi namun yang
sangat cekatan;
1.
Semut.
Semut bangsa yang tidak kuat, itu sebabnya semut disebut binatang yang terkecil.
Namun semut cekatan, karena semut menyediakan makanannya di musim panas.
2.
Pelanduk (kancil).
Pelanduk bangsa yang lemah, itu sebabnya pelanduk disebut salah satu
binatang yang terkecil.
Namun pelanduk cekatan, karena pelanduk membuat rumahnya di bukit batu.
3.
Belalang.
Belalang yang tidak mempunyai raja, itu sebabnya belalang disebut binatang
yang terkecil.
Namun belalang cekatan, karena semuanya (belalang) berbaris dengan teratur.
4.
Cicak.
Cicak dapat (mudah) ditangkap dengan tangan, itulah sebab cicak disebut
binatang yang terkecil.
Namun cicak cekatan, karena cicak ada di istana-istana raja.
Kalau menurut
ukurannya, 4 binatang tersebut bukanlah binatang yang terkecil, masih ada binatang dengan
ukuran yang lebih kecil lagi, misalnya; kutu, bakteri, dan sebagainya.
Dua minggu yang
lalu, saya sudah menyampaikan mengenai semut,
yang disebut bangsa yang tidak kuat, tetapi semut cekatan, sebab pada musim
panas, semut menyediakan makanannya untuk sepanjang musim dingin.
Kemudian, minggu
lalu saya sudah menyampaikan mengenai pelanduk,
disebut bangsa yang tidak kuat tetapi yang membuat rumahnya di atas bukit
batu = mendirikan rumahnya di atas batu.
Tiba saatnya
kita memperhatikan keterangan yang ketiga.
Keterangan: BELALANG
Disebut binatang
yang terkecil karena tidak mempunyai raja.
Amsal 11: 14A
(11:14) Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa,
tetapi jikalau penasihat banyak, keselamatan ada.
Jika tidak ada pemimpin,
maka bangsa-bangsa akan jatuh, bangsa-bangsa akan runtuh.
-
Jatuh, berarti;
tergeletak karena tidak mempunyai kekuatan, tidak mempunyai daya.
-
Jatuh, berarti;
jatuh dalam berbagai-bagai macam dosa.
Kembali kita
perhatikan Amsal 30.
Amsal 30: 27
(30:27) belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya
berbaris dengan teratur,
Namun kalau kita perhatikan, justru semuanya (belalang) berbaris dengan teratur, sekalipun belalang
tidak mempunyai raja.
Bukankah ini sesuatu yang luar biasa, saudaraku?
1 Yohanes 2: 27
(2:27) Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu
terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain.
Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu -- dan
pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta -- dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar
kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.
Berarti, kalau di dalam diri seseorang tetap ada
pengurapan yang telah diterima dari Allah / tetap ada di dalam pengurapan Roh
Kudus, maka ia tidak perlu diajar / dipimpin oleh orang lain, sebab ia sendiri
akan terpimpin, teratur dalam segala hal.
Sesungguhnya, kalau tidak ada pemimpin, bangsa-bangsa akan
jatuh, tetapi justru di sini kita perhatikan; belalang berbaris dengan teratur,
itu artinya; hidup di dalam pengurapan Roh-El Kudus.
Kita berdoa, memohon kepada Tuhan, supaya tetap ada
pengurapan Allah, sehingga dengan demikian, tanpa diajar, tanpa dipimpin orang
lain, kita tetap terpimpin, tetap teratur, bukan hanya saat beribadah tetapi
juga di luar ibadah tetap terpimpin, teratur, baik dalam perkataan, sikap,
tingkah laku, cara berpikir, sudut pandang, gerak gerik sekecil apapun, dalam segala
sesuatunya tetap taratur dan terpimpin, baik di rumah, di sekolah, di tempat
bekerja, di manapun berada.
Sebaliknya, kalau seseorang tidak tetap dalam pengurapan
Allah, maka ia akan terjatuh, tergeletak dalam berbagai macam dosa, itu dapat
dilihat dari sikap, tingkah laku, cara berpikir, sudut pandang, gerak geriknya
yang tidak terpimpin, tidak teratur.
Saya selalu memohonkan pengurapan yang penuh, sebab tanpa
pengurapan Allah, saya tidak bisa menyampaikan firman Tuhan dengan baik, dengan
teratur, tersusun dengan rapi, oleh sebab itu, sidang jemaat juga berdoa,
supaya kiranya Tuhan tetap mengurapi saya dalam segala sesuatunya, terlebih di
tengah-tengah ibadah yang Tuhan percayakan.
Di dalam perjanjian lama, ada 3 hal yang harus diurapi.
1. Seorang imam.
Seorang imam
yang hendak diangkat menjadi pelayan, dia harus terlebih dahulu diurapi.
Oleh sebab itu,
saya selalu menghimbau kepada seluruh sidang jemaat, terlebih imam-imam yang mengambil
bagian dalam pelayanan, harus tekun dalam 3 macam ibadah utama. Saya
menyampaikan ini, bukan karena saya otoriter, tetapi ini adalah kebenaran dari
firman Tuhan; seorang imam tidak boleh keluar dari tempat suci, sebab
pengurapan Allah ada di atas kepalanya, itu menandakan bahwa dia dikhususkan
bagi Allah (Imamat 21: 12).
2. Nabi.
Seorang nabi
harus memperoleh pengurapan dari Allah.
Tugas seorang nabi
adalah membangun, menghibur, menasihati (1 Korintus 14: 3).
Seorang nabi mutlak
memperoleh pengurapan Allah yang penuh, sehingga dengan Roh itu, ia dapat
membangun, ia dapat menghibur, ia dapat menasihati.
Kalau seorang
nabi berkata-kata dengan kekuatan / kemampuannya sendiri, saya kira tidak ada
kuasanya, selain itu, ia tidak akan sanggup melayani Tuhan, terlebih dalam
pemberitaan firman Tuhan.
Bayangkan saja; Alkitab
dimulai dari perjanjian lama sampai perjanjian baru, siapa yang dapat
menyampaikannya kalau bukan oleh karena pengurapan Roh Kudus (kemurahan Tuhan).
Kalau Tuhan
tidak mengurapi saya, saya tidak mampu melayani Tuhan dalam pemberitaan firman
Tuhan, sebab saya tidak mungkin dapat mengingat semua isi Alkitab.
3. Seorang raja.
Seorang raja
harus terlebih dahulu diurapi oleh Roh-El Kudus.
Mazmur 45: 7-8
(45:7) Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya
dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran.
(45:8) Engkau mencintai keadilan dan membenci
kefasikan; sebab itu Allah, Allahmu, telah mengurapi engkau dengan
minyak sebagai tanda kesukaan, melebihi teman-teman sekutumu.
Seorang raja
harus terlebih dahulu diurapi oleh Roh Kudus, terlebih dahulu mengalami
pengurapan Allah yang penuh.
Selanjutnya,
kalau kita perhatikan di sini, seorang raja yang diurapi;
-
Tongkat seorang raja adalah tongkat kebenaran.
Artinya; seorang
raja hidup di dalam kebenaran / berpegang kepada hukum-hukum.
Itu sebabnya,
seorang raja memiliki etika, memiliki kesopanan yang sangat tinggi sekali,
karena dia menuruti hukum-hukum / aturan-aturan yang ada. Raja memiliki takhta,
tempat dia duduk, di situlah wibawanya.
Kalau seorang
raja tidak menurut hukum-hukum yang berlaku di kerajaan, dia akan berlaku
seenaknya, dan sudah pasti tidak ada orang yang meminta petunjuk kepada raja
yang tidak memililki etika, tidak memiliki tongkat kebenaran.
-
Seorang raja yang diurapi mencintai keadilan.
Kalau raja
mencintai keadilan, maka yang kecil, yang lemah tidak tertindas, sebaliknya
kalau raja tidak mencintai keadilan, yang lemah tertindas, yang kecil tertindas
= tidak memperoleh keadailan.
Oleh sebab itu,
perhatikan saja orang yang terbesar menurut ukuran duniawi / manusiawi, dia
tidak memperhatikan yang kecil; yang kecil tetap kecil, yang lemah tetap lemah
= tertindas.
Tuhan kita
adalah Raja Mulia, memegang tongkat kebenaran, cinta keadilan, sehingga kita
yang kecil dan lemah ini tidak tertindas.
-
Seorang raja yang diurapi membenci kefasikan.
= membenci dosa
kesombongan, dosa keangkuhan, dosa kecongkakan.
Kalau pengurapan
itu tetap ada; maka seorang raja berpegang pada tongkat kebenaran, mencintai keadilan
dan membenci kefasikan, maka takhta kerajaan itu tetap untuk selama-lamanya.
Kalau berada di
dalam pengurapan, takhta kerajaan tetap selama-lamanya, tetap menjadi raja / tetap
menjadi pemimpin untuk selama-lamanya.
Saya harapkan
kita menjadi raja-raja yang diurapi Tuhan dan takhta kerajaan itu tetap untuk
selama-lamanya, tetap teratur dan terpimpin, seperti belalang, sekalipun tidak
mempunyai pemimpin / raja.
Oleh sebab itu,
jangan membentengi diri dengan nilai / harga diri (mempertahankan harga diri), supaya
pengurapan itu tetap ada.
Saya bersyukur dengan firman penggembalaan untuk ibadah
raya minggu, yang sedang kita terima saat ini, yaitu mengenai; “Siapa yang terbesar di dalam Kerajaan Sorga?”,
berarti; merendahkan diri serendah-rendahnya dan menjadi sama seperti anak
kecil.
Sebelumnya, kita telah menerima dan menikmati firman
penggembalaan untuk ibadah raya minggu tentang; seseorang yang diutus, berarti;
setelah kita memberi diri diutus, hendaklah menjadi sama seperti anak kecil,
merendahkan diri serendah-rendahnya di tengah-tengah ibadah pelayanan yang
Tuhan percayakan, untuk menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan Sorga.
Saya kira, apa yang Tuhan nyatakan ini, bukan suatu
kebetulan; karena setelah kita diutus, hendaklah
kita menjadi kecil dalam pengutusan. Di sini kita dapat melihat, betapa
luar biasanya Tuhan; apa yang tidak kita pikirkan itu yang Tuhan berikan, apa
yang tidak timbul dalam hati, itu yang Tuhan sediakan, apa yang tidak didengar,
Tuhan berikan, bagi yang mengasihi Dia.
Galatia 5: 18
(5:18) Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu
tidak hidup di bawah hukum Taurat.
Kalau memberi diri dipimpin Roh Kudus, maka seseorang
terlepas dari hukum taurat.
Hukum taurat; tangan ganti tangan, mata ganti mata, gigi
ganti gigi, artinya; kejahatan dibalas kejahatan = orang yang berbuat salah
tidak luput dari penghukuman.
Tetapi, kalau kita hidup dalam pimpinan Roh-El Kudus,
terlepas dari hukum taurat, sebab Roh itu mematikan seluruh perbuatan-perbuatan
daging.
Galatia 5: 25
(5:25) Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin
oleh Roh,
Saudaraku, jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup
kita juga dipimpin oleh Roh.
Bukankah kita hidup oleh Roh Kudus? Apa buktinya? Malam
hari ini kita beribadah melayani Tuhan, itu adalah salah satu bukti bahwa kita hidup
oleh Roh.
Namun tidak sampai di situ, kalau hidup oleh Roh,
selanjutnya; beri diri dipimpin oleh Roh
Kudus.
Syaratnya:
SYARAT PERTAMA.
Galatia 5: 26
(5:26) dan janganlah kita gila hormat, janganlah kita saling
menantang dan saling mendengki.
Syaratnya ada 3, yaitu:
1. Janganlah kita gila
hormat.
Dimulai dari
saya, kemudian seluruh sidang jemaat, jangan gila hormat,
Kalau saudara
menghormati gembala sidang karena memberi pengajaran, itu wajar, tetapi jangan
sampai seorang hamba Tuhan gila hormat, misalnya; di manapun dia berada selalu ingin
dihormati, jangan seperti itu.
2. Janganlah kita saling
menantang.
Tanpa sadar kita
menantang karena ingin menjadi yang terbesar menurut ukuran manusiawi /
duniawi.
Oleh sebab itu,
jangan dikuasasi roh menantang, itu tidak perlu, terlebih para imam-imam, karena
itu adalah suara daging, dan itu merugikan kerohanian saya dan saudara.
Di antara kita
jangan saling menantang supaya tidak merugikan pribadi lepas pribadi, tetapi posisikanlah
diri sesuai dengan otoritas Tuhan, supaya jangan saling menantang satu dengan
yang lain.
3. Janganlah saling
mendengki.
= janganlah
saling membenci = janganlah saling iri-irian.
3 hal di atas adalah syarat mutlak supaya tetap ada pengurapan
yang penuh dari Allah, sehingga oleh pengurapan ini, kita semakin giat melayani
Tuhan.
Roma 12: 11
(12:11) Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu
menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
Saudaraku, kalau kita melayani Tuhan dengan
bernyala-nyala, berapi-api itu adalah penglihatan yang hebat, seperti apa yang
dilihat oleh Musa, pada saat menggembalakan kambing domba di gunung Sinai; Musa
melihat semak yang bernyala-nyala tetapi tidak terbakar, tidak menjadi hangus.
Berarti, kalau kita bernyala-nyala melayani Tuhan dan
kerajinan tidak kendor, itu adalah penglihatan yang hebat.
Kemudian, oleh karena pelayanan, kita tidak hidup menurut
hawa nafsu daging, seperti semak yang bernyala-nyala tetapi tidak terbakar / tidak
hangus, tidak berubah menjadi debu.
Debu = hina karena dosa.
Biarlah kita terus menyala-nyala untuk melayani Tuhan.
Syaratnya:
SYARAT KEDUA.
Matius 23: 10
(23:10) Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu
Pemimpinmu, yaitu Mesias.
Hanya satu Pemimpin, yaitu Mesias.
Mari kita lihat mengenai; Mesias.
Yohanes 1: 33, 41
(1:33) Dan aku pun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk
membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh
itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan
membaptis dengan Roh Kudus.
(1:41) Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata
kepadanya: "Kami telah menemukan Mesias (artinya: Kristus)."
Jadi, hanya satu Pemimpin, yaitu; Mesias. Mesias, artinya;
Kristus = Yang diurapi.
Biarlah kita senantiasa hidup oleh Roh dan memberi diri
dipimpin oleh Roh Kudus, berarti; tidak ada pemimpin yang lain, selain Mesias.
Hasilnya.
Lukas 22: 29
(22:29) Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku
menentukannya bagi-Ku,
(22:30) bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam
Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua
belas suku Israel.
Hasilnya;
1. Makan dan minum semeja
dengan Tuhan Yesus Kristus di dalam Kerajaan-Nya.
Saudaraku,
sesungguhnya malam ini, kita bagaikan berada dalam Kerajaan Sorga; satu meja
dengan Allah, makan dan minum.
-
Kita menikmati firman Allah,
sebagai makanan rohani.
-
Kita menikmati Roh Kudus, sebagai
air minuman.
Ini bagaikan
berada dalam Kerajaan Sorga, berada dalam keramaian kota, tidak sunyi sepi.
Berarti, kalau
kita beribadah melayani, itu bagaikan berada dalam Kerajaan Sorga.
Jadi, kalau kita
makan dan minum semeja dengan Allah, itu adalah hasil yang kita terima oleh
karena kemurahan Tuhan.
Coba lihat,
berapa banyak orang di luar sana yang menghindari diri / menjauhkan diri dari
ibadah = tidak memperoleh kasih karunia / kemurahan Tuhan.
2. Akan duduk di atas
takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.
Saudaraku, kalau
duduk di atas takhta menghakimi 12 suku Israel berarti kita mewakili /
digambarkan sebagai 12 rasul hujan akhir.
12 rasul hujan
awal itulah 12 murid, 12 rasul hujan akhir, itulah gereja Tuhan hujan akhir.
Kalau Yesus
Kristus datang kelak dalam kemuliaan-Nya maka kitapun akan bersama-sama dengan Dia
dalam kemuliaan-Nya, duduk di atas 12 takhta untuk menghakimi 12 suku Israel.
Oleh sebab itu,
biarlah kita setia beribadah melayani Tuhan dari sejak sekarang sampai Tuhan
datang untuk yang kedua kalinya dalam kemuliaan-Nya.
Jadi, kalau pada malam ini kita dapat beribadah;
menikmati firman Tuhan sebagai makanan rohani dan menikmati urapan Roh Kudus
sebagai minuman rohani, itu adalah kemurahan Tuhan, terlebih jika kelak nanti kita
duduk di atas 12 takhta untuk menghakimi 12 suku Israel.
Oleh sebab itu, tetaplah dalam Dia dalam segala pencobaan,
katakanlah; “Tuhan, kami rindu menjadi
kecil”.
Ijinkan diri saudara kecil, jangan gunakan trik-trik,
jangan membentengi diri dengan harga diri, tampillah apa adanya; jujur, polos,
tulus, seperti anak kecil, sehingga menjadi yang terbesar di dalam Kerajaan
Sorga.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman;
Gembala Sidang: Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment