Tema: JEMAAT
EFESUS (dari Wahyu 2: 1-7)
(Seri
05)
Subtema: PELITA DI BAWAH TEMPAYAN BERARTI KAKI DIAN TERAMBIL
Shalom!
Salam sejahtera, salam dalam kasih
Tuhan Yesus Kristus.
Oleh karena kasih-Nya, kita boleh berada di dalam rumah
Tuhan, beribadah melayani Tuhan.
Kita kembali memperhatikan firman penggembalaan dari sidang
jemaat di Asia kecil, dalam kitab Wahyu 2: 1-7, mengenai sidang jemaat di
Efesus, namun malam hari ini kita memperhatikan ayat 5.
Sebelum kita membaca ayat 5, terlebih dahulu
saya mengulangi ayat 1-4;
Yesus tampil sebagai firman Allah yang tajam
untuk memeriksa, mengoreksi dan menyucikan keberadaan sidang jemaat di Efesus.
Setelah
dikoreksi lewat firman Allah yang tajam, maka nyatalah keadaan sidang jemaat di
Efesus, yaitu memiliki KELEBIHAN-KELEBIHAN di hadapan Tuhan, antara lain;
1.
penuh dengan
jerih payah di tengah-tengah ibadah pelayanan,
2.
penuh dengan
ketekunan / bertekun di hadapan Tuhan,
3.
tetap sabar di tengah-tengah
ibadah pelayanan,
4.
menderita oleh
karena nama Tuhan = aniaya karena firman = sengsara salib,
5.
tidak mengenal
lelah.
Lima hal ini adalah kelebihan yang luar biasa
dan kita patut angkat jempol untuk sidang jemaat di Efesus tentunya, namun pada
ayat 4, Yesus mencela sidang jemaat di Efesus, berarti terdapat cacat cela
dalam diri sidang jemaat di Efesus.
Kekurangan sebagai cacat cela dari sidang
jemaat di Efesus, yaitu; sidang jemaat di Efesus telah MENINGGALKAN KASIH YANG
SEMULA.
Sekarang, mari kita perhatikan ayat 5.
Wahyu 2: 5
(2:5) Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah
jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika
tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu
dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
Meninggalkan kasih yang semula adalah KEJATUHAN
YANG AMAT SANGAT DALAM.
Jadi, meninggalkan kasih yang semula, itu
bukanlah perkara kecil, bukan perkara sepele, oleh sebab itu, kita tidak boleh
pandang ringan meninggalkan kasih yang semula ini.
Kalau seseorang meninggalkan kasih yang
semula, itu memang menyakitkan, misalnya;
- kalau salah satu dari
pasangan suami isteri menghianati kasih dari pada pasangannya, itu cukup
menyakitkan sekali.
- kalau seseorang telah
meninggalkan kasih yang semula, maka otomatis dia tidak peduli dengan
sesamanya, tidak memperhatikan sesamanya, mengabaikan sesamanya sehingga
menyakitkan hati sesamanya.
Itu sebabnya, meninggalkan kasih yang semula
adalah kejatuhan yang amat sangat dalam.
Oleh sebab itu ...
Wahyu 2: 5
(2:5) Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah
jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan.
Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki
dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.
Oleh sebab itu, Yesus menghimbau dengan
kasih, supaya sidang jemaat di Efesus KEMBALI PADA KASIH YANG SEMULA, dimulai
dengan tanda pertobatan.
Bertobat, artinya; berhenti berbuat dosa dan
jangan mengulangi lagi, seperti dua tangan dan dua kaki yang terpaku tidak
dapat berbuat apa-apa.
Kemudian, orang yang bertobat selalu ditandai
dengan tanda darah / tanda pengorbanan, sebab pertobatan itu meterainya adalah
darah Yesus Kristus.
Kita harus berjuang untuk hal yang satu ini,
supaya ibadah pelayanan ini semakin hari semakin baik dan indah di pemandangan
Tuhan, dan tentu nama Tuhan akan dipermuliakan.
Kemudian, kalau tidak mau bertobat, ada
konsekuensinya, yaitu; YESUS AKAN MENGAMBIL KAKI DIAN DARI TENGAH-TENGAH SIDANG
JEMAAT DI EFESUS.
Kalau kaki dian diambil dari sidang jemaat di
Efesus, maka sidang jemaat di Efesus, akan berada di dalam suasana gelap.
SUASANA GELAP DAPAT KITA GAMBARKAN DALAM BEBERAPA HAL.
YANG KEDUA.
Lukas
8: 16
(8:16) "Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya
dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi ia
menempatkannya di atas kaki dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah
dapat melihat cahayanya.
Kalau kaki dian itu diambil dari sidang jemaat di Efesus
maka sidang jemaat di Efesus berada dalam suasana gelap, yang digambarkan
seperti PELITA BERADA DI BAWAH TEMPAYAN.
Tempayan terbuat dari tanah liat; perutnya besar, namun
mulutnya lebih kecil.
Tempayan berguna untuk;
-
tempatnya air,
-
dan juga dapat diisi dengan
tepung.
Kalau tempayan diisi penuh oleh air atau tepung, maka
gambaran dari tempayan ini adalah CEPAT MENDENGAR, tetapi LAMBAT UNTUK
BERKATA-BERKATA.
Sebab kalau tempayan itu kosong, sama seperti tong kosong
yang nyaring bunyinya.
Sekarang, mari kita lihat; JIKA TEMPAYAN DIISI PENUH DENGAN AIR.
Yohanes 2: 6-7
(2:6) Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk pembasuhan
menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung.
(2:7) Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: "Isilah
tempayan-tempayan itu penuh dengan air." Dan mereka pun mengisinya
sampai penuh.
Enam tempayan diisi penuh dengan air, sesuai dengan
perintah Yesus.
Artinya; kehidupan dipenuhkan oleh FIRMAN TUHAN.
-
Air -> firman Tuhan.
-
Enam tempayan -> kehidupan
anak-anak Tuhan (sebab angka 6 -> manusia daging).
Yohanes 2: 8-9
(2:8) Lalu kata Yesus kepada mereka: "Sekarang cedoklah dan bawalah
kepada pemimpin pesta." Lalu mereka pun membawanya.
(2:9) Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur
itu -- dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang
mencedok air itu, mengetahuinya -- ia memanggil mempelai laki-laki,
Enam tempayan diisi dengan air, kemudian di sini kita
perhatikan; AIR BERUBAH MENJADI ANGGUR.
Arti rohaninya; kalau seseorang penuh dengan firman
Tuhan, maka cepat atau lambat, ia akan MENGALAMI KEUBAHAN HIDUP dari manusia
daging menjadi manusia rohani.
Oleh sebab itu, setiap kali kita mendengar firman Tuhan,
biarlah kiranya firman itu diperhatikan dengan baik, mulai dari ayat yang
pertama sampai ayat yang terakhir dalam setiap pemberitaan firman Tuhan, supaya
tempayan itu (kehidupan saya dan saudara) penuh dengan firman Tuhan, maka cepat
atau lambat saya dan saudara akan mengalami keubahan, asal saja saya dan
saudara (tempayan) mau dipenuhkan oleh firman Tuhan.
Kemudian, setiap orang yang mengalami keubahan, maka akan
MENGALAMI SUKACITA SORGAWI YANG DIKERJAKAN ROH KUDUS.
Anggur -> sukacita Roh-El Kudus.
Roma 14: 17
(14:17) Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal
kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
Kerajaan Sorga itu bukan soal makanan dan minuman, tetapi
soal kebenaran, damai sejahtera dan SUKACITA YANG DIKERJAKAN OLEH ROH KUDUS.
Banyak sekali sukacita di dunia ini, tetapi belum tentu
itu dikerjakan oleh Roh Kudus, tetapi biarlah sukacita sorgawi yang dikerjakan
oleh Roh Kudus terjadi / berlaku bagi kita semua.
Roma 14: 18
(14:18) Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan
pada Allah dan dihormati oleh manusia.
Kalau melayani dengan sistem Kerajaan Sorgawi (sukacita
yang dikerjakan oleh kuasa Roh-El Kudus), maka; DIKENAN OLEH TUHAN dan
dihormati oleh manusia.
Kita akan memperhatikan; kalau melayani dengan sistem Kerajaan
Sorga, maka DIKENAN OLEH TUHAN.
Matius 3: 16
(3:16) Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu
itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati
turun ke atas-Nya,
Setelah Yesus dibaptis (air), Roh Kudus turun atas-Nya
berupa burung merpati (dibaptis Roh Kudus).
Kemudian, setelah dibaptis air dan dibaptis Roh Kudus ...
Matius 3: 17
(3:17) lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah
Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
Kalau dipenuhkan Roh Kudus / melayani dengan sistem
sukacita sorgawi (bukan melayani karena keinginan daging), selain dikasihi
Allah, juga DIKENAN OLEH ALLAH; Allah berkenan kepada kita dan kita berkenan
kepada Allah.
Mari kita lihat;
KEHIDUPAN YANG BERKENAN (bagian 1).
Wahyu 4: 5b
(4:5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh
obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.
Kehidupan yang dipenuhkan oleh Roh Kudus, menjadi terang
seperti tujuh obor (tujuh pelita) yang menyala di atas kaki dian.
Tujuh obor (tujuh pelita) yang menyala -> tujuh Roh
Allah.
Jadi, kehidupan yang berkenan di hadapan Allah; MENJADI
TERANG DI TENGAH-TENGAH DUNIA INI, MENJADI PELITA UNTUK MENERANGI SEISI DUNIA,
sama seperti tujuh obor (tujuh pelita) yang menyala di hadapan takhta Anak
Domba, itulah tujuh Roh Allah.
Mari kita selidiki; KETUJUH ROH ALLAH.
Yesaya 11: 1-2
(11:1) Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan
tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.
(11:2) Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian,
roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan
TUHAN;
Inilah ketujuh Roh Allah;
1.
Roh Tuhan ada padanya. 5.
Roh keperkasaan.
2.
Roh hikmat . 6. Roh pengenalan.
3.
Roh pengertian. 7. Roh takut akan Tuhan.
4.
Roh nasihat.
Kalau dipenuhkan dengan tujuh Roh Allah, yang adalah tujuh
obor / pelita, maka kita semua menjadi terang di muka bumi ini, inilah
kehidupan yang berkenan di hadapan Tuhan.
Mari kita lihat;
KEHIDUPAN YANG BERKENAN (bagian 2).
Kidung Agung 4: 12
(4:12) Dinda, pengantinku, kebun tertutup engkau, kebun tertutup dan
mata air termeterai.
Kebun tertutup dan MATA AIR TERMETERAI, artinya;
kehidupan yang dipenuhkan oleh Roh Kudus.
Roh Kudus itu adalah meterai Allah bagi umat pilihan-Nya.
Kehidupan yang dipenuhkan oleh Roh Kudus, berarti; tidak
hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging, sebab kalau hidup menurut hawa
nafsu dan keinginan daging, maka ia terbuka terhadap dosa, karena daging
merangsang dosa.
Itu sebabnya, setiap orang yang hidup menurut keinginan
daging, ia hidup di bawah hukum Taurat, sebab hukum Taurat merangsang dosa.
Tetapi kehidupan yang yang dipenuhkan Roh Kudus, bagaikan
kebun yang tertutup, yang hanya menjadi milik dari Mempelai Laki-Laki Sorga,
tidak yang lain.
Kidung Agung 4: 13-14
(4:13) Tunas-tunasmu merupakan kebun pohon-pohon delima dengan
buah-buahnya yang lezat, bunga pacar dan narwastu,
(4:14) narwastu dan kunyit, tebu dan kayu manis dengan
segala macam pohon kemenyan, mur dan gaharu, beserta
pelbagai rempah yang terpilih.
Kalau dipenuhkan oleh Roh-El Kudus akan menghasilkan sembilan
buah Roh-El Kudus, yaitu.
1.
Buah delima. 4. Kunyit 7.
Kemenyan.
2.
Bunga pacar. 5. Tebu. 8.
Mur.
3.
Narwastu. 6. Kayu manis . 9.
Gaharu.
Itulah sembilan buah yang kita terima, bila dipenuhkah
oleh Roh-El Kudus.
Saya rindu, supaya Roh Kudus tinggal tetap (permanen) memenuhi
kehidupan saya dan saudara, sehingga kita menghasilkan sembilan buah ini.
Bandingkan dengan GALATIA 5.
Galatia 5: 22-23
(5:22) Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai
sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
(5:23) kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang
menentang hal-hal itu.
Ada sembilan buah Roh Kudus, yaitu;
1.
Kasih. 4. Kesabaran. 7.
Kesetiaan.
2.
Sukacita. 5. Kemurahan. 8.
Kelemahlembutan.
3.
Damai sejahtera. 6. Kebaikan. 9.
Penguasaan diri.
Kalau menghasilkan sembilan buah, hukum apapun tidak
dapat menentangnya.
Mari kita lihat persamaannya;
1.
Pohon delima = kasih.
2.
Bunga pacar = sukacita.
3.
Narwastu = damai sejahtera.
4.
Kunyit = kesabaran.
5.
Tebu = kemurahan.
6.
Kayu manis = kebaikan.
7.
Kemenyan = kesetiaan.
8.
Mur = kelemahlembutan.
9.
Gaharu = penguasaan diri.
Jadi, selain menjadi terang di tengah-tengah dunia ini,
kalau dipenuhkan Roh Kudus, akan menghasilkan sembilan buah Roh Kudus, inilah
kehidupan yang berkenan bagian yang kedua.
Nantikanlah sembilan buah Roh Kudus ini, namun itu akan
nyata, kalau kita betul-betul melayani Tuhan dengan sistem Kerajaan Sorga (sukacita
yang dikerjakan oleh Roh Kudus), itu pasti.
Saya berharap sekali hal ini terjadi, yaitu terjadi
kegerakan yang besar di tengah-tengah ibadah pelayanan ini, namun dengan harga
diri yang saudara pertahankan, mustahil sekali terjadi kegerakan.
Oleh sebab itu, jangan pertahankan harga diri, supaya
terjadi kegerakan yang besar, sebab adalah suatu kerugian yang besar bila kita
tidak mengalami suatu kegerakan yang besar.
Sekarang, mari kita lihat; JIKA TEMPAYAN DIISI PENUH DENGAN TEPUNG.
1 Raja-raja 17: 12
(17:12) Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup,
sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung
dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang
mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya
bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati."
Perempuan / janda di Sarfat ini hanya memiliki segenggam
tepung di dalam tempayan.
Kalau tempayan tidak berisi dengan air ataupun dengan
tepung, berarti tempayan tersebut kosong.
Tempayan yang kosong (tidak terisi penuh dengan air atau
tepung), bisa digunakan untuk menutupi pelita = pelita berada di bawah
tempayan; menyala tetapi tidak berguna.
Oleh sebab itu, TEMPAYAN HARUS TETAP BERISI / tidak boleh
sampai habis, sekalipun tinggal segenggam tepung, sebab kalau tepung yang di
dalam tempayan habis, maka tempayan yang kosong ini dapat dipakai untuk menutupi
pelita = pelita berada di bawah tempayan, gambaran dari sidang jemaat di Efesus
yang berada dalam suasana gelap.
Ayo, kita belajar seperti janda di Sarfat, yang
mempertahankan tepung dalam tempayan, sekalipun hanya segenggam tepung dalam
tempayan, supaya tempayan tidak menjadi kosong dan tidak digunakan untuk
menutupi pelita.
SUPAYA TEMPAYAN TETAP BERISI DENGAN TEPUNG ...
1 Raja-raja 17: 13
(17:13) Tetapi Elia berkata kepadanya: "Janganlah takut,
pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku
sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian
barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
Supaya tempayan tetap berisi dengan tepung, maka SYARATNYA;
terlebih dahulu membuat sepotong ROTI BUNDAR KECIL untuk Elia, selanjutnya membuat
roti untuk janda di Sarfat itu dan anaknya, sesuai dengan apa yang dikatakan
oleh nabi Elia kepada janda di Sarfat: “... buatlah
lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah
kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu”.
Bayangkan saudaraku, kalau segenggam tepung digunakan
untuk membuat sepotong roti bundar kecil bagi nabi Elia, lalu roti sebesar apa
yang bisa dibuat untuk janda di Sarfat ini dan anaknya? Mungkin, roti untuk janda
di Sarfat dan anaknya ini, lebih kecil dari sepotong roti bundar kecil yang
dibuat bagi Elia.
Tetapi ini harus menjadi syarat mutlak; TERLEBIH DAHULU
MEMBUAT SEPOTONG ROTI BUNDAR KECIL.
-
ROTI -> kebenaran FIRMAN TUHAN,
sebagai kebenaran yang menguduskan seseorang.
Firman Allah
adalah kebenaran yang mampu menguduskan saya dan saudara.
-
BUNDAR -> KASIH ALLAH yang
tidak berkesudahan, kasih Allah yang tidak berujung pangkal.
-
KECIL -> kerendahan hati yang
dikerjakan oleh ROH-EL KUDUS.
Untuk menjadi
kecil, bukan karena keinginan daging, bukan karena ada maunya, bukan karena ada
kepentingan-kepentingan, tetapi oleh karena dorongan Roh-El Kudus
Itulah yang terlebih dahulu kita buat di hadapan Tuhan,
sesuai dengan firman Allah yang disampaikan oleh nabi Elia = terlebih dahulu
tiga oknum Allah tinggal diam di dalam gereja Tuhan.
Menurut logika, segenggam tepung tidak mungkin dapat digunakan
untuk membuat roti bagi tiga orang (nabi Elia, janda di Sarfat dan anaknya),
tetapi nabi Elia berkata: “Janganlah
takut”.
Berarti, tidak perlu ada keragu-raguan dengan firman nubuatan,
firman para nabi / firman pengajaran yang rahasianya dibukakan.
Ayo, biarlah terlebih dahulu kita membuat sepotong roti
bundar kecil, tanpa rasa ragu, sebab untuk menjadi kecil, tidak perlu takut /
tidak perlu ragu, asalkan itu pekerjaan dari Roh Kudus.
1 Raja-raja 17: 14, 16
(17:14) Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Tepung dalam
tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itu pun tidak akan
berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi."
(17:16) Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam
buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan
perantaraan Elia.
Tepung dalam tempayan itu tidak habis, sesuai dengan firman Tuhan yang disampaikan oleh nabi Elia.
Haleluya, terpujilah Tuhan kekal sampai selama-lamanya,
tepung yang tinggal segenggam itu tidak habis / tetap dalam tempayan itu.
Berarti, tempayan itu tidak dapat digunakan untuk hal-hal
yang lain, apalagi untuk menutupi pelita, inilah yang patut kita syukuri pada
malam hari ini.
Sesungguhnya, kalau kita perhatikan keadaan janda di Sarfat
dalam ayat 10 dan 12;
Janda di Sarfat itu sedang mengumpulkan dua tiga potong
kayu api, kemudian dia berkata: “... aku
mau pulang dan mengolahnya (segenggam tepung dalam tempayan) bagiku dan bagi
anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati”.
Kehidupan dari janda di Sarfat ini dan anaknya, persis
seperti dua potong kayu yang kering; sudah dekat dengan kutuk pembakaran.
Yohanes 15: 6
(15:6) Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting
dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke
dalam api lalu dibakar.
Ranting yang kering sudah dekat dengan kutuk pembakaran,
itulah gambaran dari kehidupan janda di Sarfat.
Tetapi oleh karena kemurahan Tuhan, dia menerima nabi
Elia dan perintahnya, dengan kata lain MENERIMA FIRMAN NUBUATAN, sehingga
dengan demikian tepung dalam tempayan itu tidak berkesudahan, tidak ada
habis-habisnya.
Bagaimana dengan kita, maukah kita menghargai firman
nubuatan, supaya tempayan / kehidupan kita ini tetap diisi dengan tepung,
itulah firman Tuhan, sehingga tempayan yang kosong (bekas tempat tepung) tidak
dapat digunakan untuk menutupi pelita?
Pada awalnya, kita ini adalah orang-orang yang dekat
dengan kutuk pembakaran, tetapi puji Tuhan, kita dapat menikmati firman nubuatan,
karena menjadi firman penggembalaan dalam tiga macam ibadah yang Tuhan
percayakan.
Tidak perlu ragu, tidak perlu takut untuk menerima dan
untuk digembalakan oleh firman nubuatan, karenaTuhan pasti menolong kita semua.
Kalau kehidupan yang sudah dekat dengan kutuk, seperti
janda di Sarfat, Tuhan tolong, maka kita juga pasti ditolong. Kalau yang lain
Tuhan tolong, maka kita juga Tuhan tolong, sebab Tuhan tidak kecualikan kita
semua.
Jalan keluarnya.
Kita sudah melihat tempayan yang diisi dengan air dan
tepung, sekarang BANDINGKAN DENGAN TEMPAYAN YANG KOSONG, yang juga menjadi JALAN
KELUAR bagi kita malam hari ini.
Yohanes 4: 7, 10, 28
(4:7) Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata
Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum."
(4:10) Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia
Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau
telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."
(4:28) Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu
pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ:
Pada awalnya, perempuan Samaria ini digambarkan seperti
tempayan yang kosong, yang dia tinggalkan.
Tempayan kosong, berarti; tidak penuh dengan Roh-El Kudus
dan tidak penuh dengan firman Tuhan, namun setelah berjumpa dengan Yesus, ia
bagaikan tempayan yang berisi.
Sehingga, kalau kita baca ayat 29 ...
Yohanes 4: 29
(4:29) "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku
segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?"
Di sini kita perhatikan, bahwa; perempuan Samaria ini
menerima Yesus, sebagai Kristus = menempatkan Kristus sebagai kepala.
Kalau Kristus menjadi kepala, berarti;
- TUBUH TIDAK AKAN MENJADI LIANGNYA
SERIGALA, itulah roh jahat yang berusaha mencerai-beraikan kawanan domba dalam
kandang penggembalaan sehingga kawanan domba menjadi liar.
-
TUBUH TIDAK MENJADI SARANGNYA
BURUNG, artinya; tidak menjadi tempatnya roh najis, yang sangat dibenci oleh Tuhan.
Tetapi di sini kita perhatikan; perempuan Samaria
menempatkan Kristus sebagai kepala, berarti; menjadi pelita, menjadi terang
bagi orang-orang Samaria.
Awalnya, perempuan Samaria ini bagaikan tempayan kosong
(bekas isi tepung atau bekas isi air yang dapat menutupi pelita), tetapi
setelah perjumpaannya dengan Yesus, dia segera menempatkan Kristus sebagai
kepala, selanjutnya dia pergi kepada orang-orang Samaria, dan memberitahukan
tentang Kristus = menjadi pelita, menjadi terang, menjadi kesaksian bagi
orang-orang Samaria.
Sama halnya dengan kita semua, sebelum menerima firman
pengajaran, kita semua sama seperti tempayan kosong, persis seperti perempuan Samaria,
tetapi kita juga harus menjadi terang, menjadi kesaksian, menjadi pelita bagi
orang-orang di dunia ini.
Yohanes 4: 30
(4:30) Maka mereka pun pergi ke luar kota lalu datang kepada
Yesus.
Akhirnya, lewat kesaksian perempuan Samaria ini, orang-orang
Samaria yang lain datang berbondong-bondong untuk menemui Yesus Kristus.
Betapa hebatnya terang yang terpancar keluar dari
perempuan Samaria ini, sampai sanggup menerangi hati, pikiran, perasaan orang-orang
Samaria yang lain, sehingga orang-orang Samaria datang kepada Yesus, padahal
kita mengetahui, bahwa; orang-orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria
(Yohanes 4: 9).
Biarlah kita menjadi kesaksian untuk membawa jiwa-jiwa,
tidak perlu dengan mulut, tetapi dengan energi positif yang keluar dari kehidupan
kita, mampu menerangi setiap orang.
Oleh sebab itu, saya selalu hentikan keinginan / gerakan
dari nyanyian berbalas-balasan, sebab tidak ada terang yang bercahaya dari sana,
percayalah, jangan mau dibodoh-bodohi dengan roh najis.
Biarlah mulai dari perkataan, sikap, tingkah laku, cara
berpikir, sudut pandang, gerak-gerik saya dan saudara, mengeluarkan energi positif
(menjadi pelita / terang) bagi orang lain yang di sekitar kita.
Syarat supaya tempayan penuh dengan firman Tuhan.
Yohanes 4: 16-18
(4:16) Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang
ke sini."
(4:17) Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami."
Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai
suami,
(4:18) sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang
padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar."
Yesus memerintahkan perempuan Samaria supaya ia memanggil
suaminya, tetapi di sini kita melihat, perempuan Samaria mengakui dengan tulus
ikhlas kepada Yesus, dengan berkata: “Aku tidak mempunyai suami”.
Lalu, ketika perempuan Samaria ini mengakui, Yesus tidak
mempersalahkan perempuan Samaria itu, dan justru membenarkan perempuan Samaria
ini, itu sebabnya Yesus berkata: “Tepat
katamu .... Dalam hal ini engkau berkata benar.”
Kalau kita mau mengakui segala kekurangan, tidak ada yang
menuntut, Yesus tidak mempersalahkan orang yang mengakui segala kekurangan, dan
Yesus sendiri akan membenarkan orang yang mau mengakui segala kekurangan.
Tuhan yang membenarkan kita, bukan kita yang membenarkan
diri sendiri = TEMPAYAN YANG KOSONG DIISI OLEH FIRMAN TUHAN.
Sesungguhnya, kita semua bagaikan tempayan yang kosong, sejauh
mana firman Tuhan bekerja di dalam hidup kita?
Bukan Tuhan tidak tahu, bukan tangan Tuhan kurang panjang,
tetapi Tuhan ingin mendengar pengakuan kita, Tuhan ingin melihat apakah firman
Tuhan itu bekerja dalam hidup kita atau tidak?
Yohanes 4: 19
(4:19) Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku,
bahwa Engkau seorang nabi.
Perempuan Samaria ini menerima firman para nabi, firman
nubuatan, atau yang disebut firman pengajaran yang rahasianya dibukakan.
Firman para nabi itu bukan untuk meninabobokan telinga,
tetapi firman para nabi itu bagaikan jari telunjuk yang menunjuk kesalahan
orang.
Mazmur 119: 130
(119:130) Bila tersingkap, firman-firman-Mu memberi terang, memberi
pengertian kepada orang-orang bodoh.
Bila terjadi pembukaan rahasia firman Tuhan, maka yang terjadi;
-
MEMBERI TERANG.
Tempat
menyembunyikan dosa yang paling efektif adalah tempat yang gelap, tetapi kalau
hati diterangi, tidak ada tempat untuk menyembunyikan dosa, tidak ada dosa yang
tersembunyi, tidak ada kesempatan untuk menyembunyikan dosa, tidak ada waktu
untuk melakukan perbuatan-perbuatan kegelapan.
-
MEMBERI PENGERTIAN KEPADA
ORANG-ORANG BODOH.
Orang bodoh
selalu mengulangi kesalahan, tetapi bila terjadi pembukaan rahasia firman
Tuhan, maka memberi pengertian kepada orang-orang bodoh, supaya tidak kembali
mengulangi kesalahan sebagai kebodohan di hadapan Tuhan.
Siapa yang mau
menerima firman pengajaran yang rahasianya dibukakan, jangan kembali lagi pada
kebodohan. Kebenaran itu berasal dari firman, oleh sebab itu, biarlah malam
hari ini dan seterusnya kita menerima firman nubuatan, firman pengajaran.
Kesimpulannya; PEREMPUAN SAMARIA DIISI PENUH DENGAN
FIRMAN PENGAJARAN YANG RAHASIANYA DIBUKAKAN.
Syarat supaya tempayan diisi penuh dengan Roh Kudus.
Yohanes 4: 25-26
(4:25) Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias
akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan
memberitakan segala sesuatu kepada kami.
(4:26) Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata
dengan engkau."
Perempuan Samaria menerima pribadi Yesus Kristus sebagai
Mesias, yang disebut juga Kristus, yang artinya; YANG DIURAPI.
Kalau seseorang menerima pengurapan Roh Kudus, maka ia akan
memberitakan segala sesuatunya, dan tidak ada yang tersembunyi.
1 Yohanes 2: 27
(2:27) Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima
dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain.
Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu
-- dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta -- dan sebagaimana
Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di
dalam Dia.
Kalau seseorang hidup dalam pengurapan Roh Kudus, maka Roh
Kudus itu akan mengajar saya dan saudara dalam segala sesuatu, tidak perlu lagi
kita diajar dan diperintah oleh orang lain
Kemudian, ajaran-ajaran-Nya itu tidak ada yang salah,
tidak ada yang dusta, semuanya benar.
Biarlah kita juga mau mengakui Mesias (artinya; Yang Diurapi),
dengan kata lain, menerima pengurapan dari Roh Kudus, maka Roh Kudus akan
mengajar kita dalam segala sesuatu.
Saudaraku, malam ini kita telah diisi kembali; tempayan
yang kosong diisi kembali supaya tempayan kosong itu tidak digunakan untuk
menutupi pelita / pelita berada di bawah di bawah tempayan.
Bukankah tadi Yesus mengancam dengan tegas; kalau sidang
jemaat di Efesus tidak bertobat, tidak kembali pada kasih yang semula, maka
kaki dian itu akan diambil dari tengah-tengah sidang jemaat di Efesus.
Kalau kaki dian diambil, maka sidang jemaat di Efesus
berada dalam suasana gelap, yang digambarkan seperti pelita yang berada di bawah
tempayan, tetapi kalau tempayan itu terisi penuh dengan Roh Kudus dan firman
Tuhan, maka pelita itu akan tetap menyala, karena pelita tidak berada di bawah
tempayan.
Saya rindu, kita semua bagaikan perempuan Samaria; meskipun
yang awalnnya bagaikan tempayan kosong, tetapi setelah terisi penuh dengan Roh Kudus
dan firman Tuhan, akhirnya menjadi terang, dan terangnya itu sangat bercahaya
sehingga menerangi seluruh orang-orang Samaria, dan banyak orang-orang Samaria yang
datang kepada Kristus. Haleluya ... terpujilah Tuhan. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment