IBADAH RAYA MINGGU, 13 JULI 2014
Tema: JEMAAT DI FILADELFIA (dari
Wahyu 3: 7-13)
(Seri 10)
Subtema:
TUHAN MEMBUKA PINTU KARENA MENYANGKAL DIRI
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi.
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi.
Oleh karena kemurahan Tuhan, kita boleh berada di dalam
rumah Tuhan, beribadah melayani Tuhan, sekaligus mempersembahkan korban kepada
Tuhan di tempat yang Tuhan pilih, itulah gunung Sion, sebab dari sana keluar
pengajaran, firman Tuhan dari Yerusalem, sebagai makanan rohani di rumah
perbendaharaan.
Kita kembali memperhatikan sidang jemaat di Filadelfia
dari kitab Wahyu 3: 7-13.
Namun kita hanya membaca ayat 8 saja.
Wahyu 3: 8
(3:8)
Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah
membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorang pun. Aku tahu
bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti
firman-Ku dan engkau tidak menyangkal
nama-Ku.
Di sini Tuhan
menyatakan bahwa Ia telah membuka pintu bagi sidang jemaat di Filadelfia,
sedangkan pada ayat 7 dikatakan: “apabila
Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang
dapat membuka”, Tuhan yang menentukan segala sesuatunya.
Dalam hal ini
Tuhan membuka pintu Kerajaan Sorga bagi sidang jemaat di Filadelfia, sebab Tuhan
memegang kunci Daud. Daud adalah seorang raja yang berkuasa, dia setia kepada
Tuhan dengan segenap hati dan segenap jiwa, dia berpegang teguh pada perjanjian
Tuhan.
Kelebihan dari sidang jemaat di Filadelfia:
YANG PERTAMA: MENURUTI
FIRMAN TUHAN.
Berarti, hidup
oleh karena firman, bukan karena roti makanan. Kita makan untuk hidup, tetapi
kita hidup bukan karena roti makanan, melainkan dari setiap ucapan yang keluar
dari mulut Allah.
Pada minggu
yang lalu telah saya sampaikan, bahwa Yesus Kristus adalah firman Allah, dan
Dia hidup oleh karena firman, sehingga sanggup menghadapi musuh utama, yaitu
Iblis/Setan, dengan segala cobaan yang ditujukan kepada pribadi Yesus Kristus.
-
Cobaan pertama:
Setan menawarkan supaya batu menjadi
roti, tetapi Yesus berkata: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi
dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah”
-
Cobaan kedua: Setan membawa Yesus ke bubungan Bait Allah,
selanjutnya setan memerintahkan Yesus
untuk menjatuhkan diri-Nya, dengan satu alasan malaikat akan menatang,
tetapi Yesus kembali berkata: “Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai
Tuhan, Allahmu!”
Kalau kita dibawa sampai kepada puncak kesucian di tengah-tengah ibadah
dalam kandang penggembalaan ini, jangan bermain-main dalam kesucian. Orang yang
mempermain-mainkan kesucian Allah adalah orang yang selalu mencobai Tuhan. Jangan
pernah mencobai Tuhan, sebab jika jatuh dalam dosa, malaikat tidak akan sanggup
menatang, menopang, dengan kata lain malaikat tidak dapat mengangkat apabila seseorang
jatuh dalam dosa.
-
Cobaan ketiga: Setan menunjukkan seluruh kerajaan dunia dan
kemegahannya kepada Yesus,
selanjutnya iblis menjanjikan itu semua menjadi milik Yesus, apabila Yesus menyembah dia (Setan).
Tetapi
dengan tegas Yesus berkata: “... ada
tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah
engkau berbakti!”
Kalau
kita lebih mengutamakan segala Kerajaan dunia, kemewahan dan kemegahan yang ada
di dunia, itu merupakan penyembahan berhala.
Biarlah
kita betul-betul menyembah Allah yang hidup, Allah Abraham, Ishak, Yakub, yang
memberi iman, harap dan kasih.
Kembali
saya katakan; menuruti firman, berarti hidup oleh firman, bukan dari roti
makanan.
Ketika
Yesus dicobai Iblis, Ia selalu berkata: “Ada
tertulis”, sehingga Yesus mengalami kemenangan demi kemenangan.
“Ada tertulis” à firman Allah yang ditulis dalam kitab suci, Perjanjian
Lama dan Perjanjian Baru, dari kitab Kejadian sampai dengan kitab Wahyu.
Selanjutnya,
pribadi yang hidup menuruti firman Tuhan ialah Samuel, ia tidak membiarkan satu
pun firman itu gugur, berarti ia melakukan setiap firman yang dia terima (1 Samuel 3: 19-21). Kiranya firman
Tuhan yang kita terima dalam setiap ibadah, jangan terlewatkan begitu saja.
Kemudian, dalam 1 Samuel 3: 3 dikatakan,
bahwa: belum juga lampu Bait Allah padam, Samuel sudah tidur.
Tidur di sini, artinya; masuk dalam
pengalaman kematian untuk selanjutnya mengubur hidup yang lama. Orang yang
masuk dalam pengalaman kematian persis seperti orang yang sedang tidur nyenyak,
tidak dapat dipengarui oleh suasana apapun.
Pada saat itulah Tuhan mendapatkan kesempatan
untuk mengadakan operasi besar-besaran kepada Adam (Kejadian 2: 21-23). Kalau
belum mengalami kematian/daging masih bersuara, ketika dioperasi, ia akan
teriak/bersuara, bahkan yang lebih parah lagi mengadakan perlawanan/menolak
firman Tuhan.
Melalui operasi
besar-besaran ini, Allah mengambil salah satu dari tulang rusuk Adam, lalu
membangun seorang perempuan baginya, artinya; terwujudlah pembangunan tubuh
Kristus yang sempurna, yaitu menjadi mempelai perempuan Tuhan, bersanding
dengan Kristus, sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga.
Akhirnya, seluruh Israel dari Dan sampai
Bersyeba mengetahui bahwa kepada Samuel
telah dipercayakan jabatan nabi (ayat 20).
Saudaraku, kalau kita betul-betul hidup oleh
firman, Tuhan memakai kita, dan orang akan melihat dari timur sampai ke barat,
Yerusalem, Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi.
Pada minggu
yang lalu telah saya sampaikan, dan biarlah itu kita perhatikan dengan baik.
Kelebihan dari sidang jemaat di Filadelfia:
YANG KEDUA: TIDAK
MENYANGKAL NAMA TUHAN.
Terlebih dahulu
kita melihat PRIBADI SIMON PETRUS, ketika ia menyangkal Yesus Kristus.
Matius 26: 30-31
(26:30) Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah
Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun.
(26:31) Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Malam
ini kamu semua akan tergoncang imanmu karena
Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu
akan tercerai-berai.
Yesus harus
minum cawan Allah, menanggung penderitaan di atas kayu salib, supaya kehendak
Allah terlaksana oleh-Nya. Itu dinyatakan kepada 12 murid, termasuk kepada
Simon Petrus.
Matius 26: 32-35
(26:32) Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan
mendahului kamu ke Galilea."
(26:33) Petrus menjawab-Nya: "Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena Engkau, aku
sekali-kali tidak."
(26:34) Yesus berkata kepadanya: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya malam ini, sebelum ayam berkokok, engkau telah
menyangkal Aku tiga kali."
(26:35) Kata Petrus kepada-Nya: "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku
takkan menyangkal Engkau." Semua murid yang lain pun berkata demikian
juga.
Setelah Yesus
menyampaikan apa yang tertulis/apa yang akan terjadi dialami Yesus, yaitu: Ia
akan mati terbunuh di atas kayu salib, dengan spontan Simon Petrus menjawab dan
berkata kepada Yesus Kristus:
1.
"Biarpun mereka semua tergoncang imannya karena
Engkau, aku sekali-kali tidak."
2.
"Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku
takkan menyangkal Engkau."
Sekarang, mari kita lihat
pembuktiannya.
Matius 26: 69-75
(26:69) Sementara itu Petrus duduk di luar di halaman.
Maka datanglah seorang hamba perempuan kepadanya, katanya: "Engkau juga
selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu."
(26:70) Tetapi ia menyangkalnya di depan semua orang,
katanya: "Aku tidak tahu, apa yang engkau
maksud."
(26:71) Ketika ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba
lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ: "Orang
ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu."
(26:72) Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah:
"Aku tidak kenal orang itu."
(26:73) Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ
datang kepada Petrus dan berkata: "Pasti engkau juga salah seorang dari
mereka, itu nyata dari bahasamu."
(26:74) Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah:
"Aku tidak kenal orang itu." Dan
pada saat itu berkokoklah ayam.
(26:75) Maka teringatlah Petrus akan apa yang dikatakan
Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga
kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya.
Petrus
menyangkal Yesus 3 kali;
-
Penyangkalan Petrus yang pertama, dia berkata: “Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud”
Artinya; menjadikan diri bodoh. Mengerti tetapi pura-pura tidak mengerti,
itulah orang yang menyangkal salib Kristus.
Lihat saja orang-orang yang menyangkal salib Kristus/ tidak mau memikul
salib Kristus, tidak mau berjuang dan berkorban di tengah-tengah ibadah
pelayanan dalam satu kandang penggembalaan.
Sebetulnya ada juga anak-anak Tuhan yang pura-pura tidak mengerti tentang
pekerjaan Tuhan; dia memiliki mata tetapi tidak melihat, memiliki telinga
tetapi tidak mau mendengar, sehingga ia tidak mau berjuang dan berkorban,
pekerjaan Tuhan dibiarkan begitu saja. Sesungguhnya, orang yang semacam ini
jauh dari kasih karunia.
-
Penyangkalan Petrus yang kedua, dia berkata: “Aku tidak kenal orang itu”
Berarti, Simon Petrus meniadakan pribadi Yesus di dalam pribadinya.
Kalau kita mengenal pribadi Yesus Kristus, pasti kita akui pribadi Yesus
Kristus di dalam diri kita, mulai dari perkataan, sikap, tingkah laku, cara
berpikir, sudut pandang, gerak-gerik sekecil apapun. Dengan demikian, ada
persamaan jika berkata: “hidupku bukannya aku lagi, melainkan Kristus dalam
aku”
Ketika Simon Petrus berkata “Akut
tidak kenal orang itu”, diawali dengan bersumpah.
Firman Tuhan mengatakan dalam Matius 5, kalau ya katakan ya, kalau tidak
katakan tidak, tidak perlu bersumpah.
Matius 5: 33-36
(5:33) Kamu telah
mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah
palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.
(5:34) Tetapi Aku
berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali
bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah,
(5:35) maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya,
ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah
kota Raja Besar;
(5:36) janganlah juga
engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau
tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.
Jangan bersumpah palsu di hadapan Tuhan, melainkan peganglah sumpahmu di
depan Tuhan, artinya; akui apa yang benar di hadapan Tuhan.
Oleh sebab itu, ada hal yang harus kita perhatikan;
1.
Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah
takhta Allah.
Kalau ada takhta berarti ada Kerajaan, kalau ada Kerajaan berarti harus ada
takhta. Jadi, jangan bersumpah demi takhta Allah dan demi kerajaan Allah, sebab
Kerajaan Allah adalah hadirat Allah, tempat yang maha suci, di sana ada
penyembahan dari 4 makhluk dan 24 tua-tua.
Kerajaan Sorga bukan soal makan, minum dan perkara-perkara lahiriah lainnya,
melainkan soal KEBENARAN, DAMAI SEJAHTERA dan SUKACITA oleh Roh Kudus (Roma 14:
17-18).
Sebaiknya, supaya segala sesuatu menjadi kondusif, biarlah kita melayani
dengan sistem Kerajaan Sorga, supaya dikenan Allah dan dihormati oleh manusia.
2.
Janganlah sekali-kali bersumpah demi bumi, karena bumi adalah tumpuan
kaki-Nya
Ketika firman Tuhan dituliskan dalam hati, dua kaki Tuhan sedang berjejak
di dalam hati saya dan saudara, oleh sebab itu, tidak boleh bersumpah demi
bumi.
Mazmur 89: 15
(89:15) Keadilan dan hukum
adalah tumpuan takhta-Mu, kasih dan
kesetiaan berjalan di depan-Mu.
Artinya; jikalau hukum Allah/firman Tuhan ditulis di dalam hati, maka
otomatis hati adalah tumpuan kaki Tuhan.
Berarti, jangan sekali-kali bersumpah demi bumi = jangan mendustai hati
nurani.
3.
Janganlah sekali-kali bersumpah demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah
kota Raja Besar
Yerusalem adalah kota Raja Besar, itulah tempat kita beribadah dan melayani
Tuhan di tengah-tengah ibadah itu sendiri.
Seorang pendusta akan menghalalkan segala cara, akan mengorbankan
segalanya, termasuk ibadah dan pelayanan.
Sedikit kesaksian; ketika seorang teman hamba Tuhan ditangkap polisi karena
melanggar rambu-rambu lalu lintas, kemudian dia langsung menyebutkan dirinya
sebagai seorang hamba Tuhan (seorang pelayan Tuhan di dalam kota raja besar),
dengan tujuan supaya polisi segera membebaskan dia. Akhirnya memang dibebaskan
dengan pembicaraan yang alot.
Kemudian saya bertanya kepadanya: “Mengapa
harus meyebut diri sebagai hamba Tuhan?”, lalu dia menjawab saya, katanya:
“Supaya kita dibebaskan.”
Saya katakan; kalau salah, akuilah kesalahan, jangan korbankan kota raja
besar, jangan korbankan ibadah dan pelayanan!
4.
Janganlah sekali-kali bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa
memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.
Sesungguhnya Kristus adalah Kepala dari tiap-tiap gereja, Dialah yang
bertanggung jawab untuk menyelamatkan tubuh-Nya.
Siapa yang bisa mengetahui pikiran Allah, pikiran Kristus, sehingga kita
dapat mengubah apa yang ditentukan Tuhan, mengatur apa yang direncanakan oleh
Tuhan. Dalam kitab Roma 11: 33-34, penggalan ayat yang mengatakan: “Siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan?”
Tuhan yang menentukan segala sesuatunya, baik hidup maupun mati.
Yang benar adalah ...
Matius 5: 37
(5:37) Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak,
hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang
lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Jika ya, hendaklah katakan: ya, jika tidak, hendaklah katakan: tidak, lebih
dari pada itu berasal dari si jahat.
Sekali lagi saya katakan; ya di atas ya, tidak di atas tidak, lebih dari
pada itu berasal dari si jahat.
Itulah yang terjadi terhadap Simon Petrus ketika ia menyangkal Yesus untuk
kedua kalinya.
Ironis sekali, sebab Simon Petrus yang semula adalah seorang penjala ikan kemudian
terpanggil dan menjadi penjala manusia (jiwa), berarti “Tuhan telah membuat kita
menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah” (Wahyu 1: 6), menunjukkan suatu kedudukan yang
tinggi, yang patut dihormati dan dijunjung tinggi, namun Simon Petrus berkata: “Aku tidak kenal orang itu”
Seringkali kita tidak mau mengakui apa yang telah kita terima, tidak mau
menerima nasihat firman, sehingga tidak mau mengenal pribadi Tuhan.
Kalau ya katakan saja: ya, kalau tidak katakan: tidak, tidak perlu gelisah.
-
Penyangkalan Petrus yang ketiga, dia berkata: “Aku tidak kenal orang itu”
Ini adalah pengulangan kata dari penyangkalan yang kedua.
Namun pada penyangkalan yang ketiga ini, diawali dengan kata: mengutuk dan bersumpah.
Dalam pemberitaan firman tadi malam di Cilegon; raja Daud mengasingkan diri
ke Mahanaim oleh karena Yosafat anaknya telah mengadakan suatu kudeta, berusaha
mengambil alih takhta kerajaan dengan paksa. Lalu, pada saat di Mahanaim, Simei
mengutuki Daud, namun tidak lama kemudian, Simei mengakui kekurangannya, kesalahannya
kepada Daud, tepatnya ketika ia menyongsong Daud di sungai Yordan (2 Samuel 19: 19-23). Dan pada saat itu,
Daud mengampuni Simei.
Tetapi di penghujung hidup Daud, dia memberi nasihat kepada Salomo untuk
membunuh Simei.
Saudaraku, upah dosa adalah maut. Maut adalah kutuk dari dosa, dan kalau
kita mengetahui dosa itu datang dari atas (dosa turunan/warisan), kita sebagai
anak-anak Tuhan, jangan mengulanginya, berarti; kalau itu dosa nenek moyang,
jangan diteruskan.
Oleh sebab itu, biarlah orang tua berhati-hati, jangan salah bertindak;
jika salah dalam perkataan, sikap, tingkah laku, gerak-gerik maka dosa itu akan
turun kepada anak, sebab anak adalah buah hati.
Kembali saya katakan; tidak perlu bersumpah demi apapun, baik demi langit,
bumi, Yerusalem, kepala.
Ternyata, pengakuan
Simon Petrus tidak terbukti, justru imannya
tergoncang, dan ia tidak rela mati
bersama dengan Yesus Kristus (Matius
26: 33, 35).
Kesimpulannya; penyangkalan
itu terjadi berawal dari iman yang tergoncang.
Apa iman yang
terguncang? Mudah sekali diombang-ambingkan, mudah sekali dipengaruhi, sampai
akhirnya terwujudlah penyangkalan itu.
Sebetulnya, hal
yang sama pernah dialami oleh Simon Petrus, ketiika ia berjalan di atas air
untuk menghampiri Yesus, namun setelah ia merasakan tiupan angin, mulailah ia
takut, dan akhirnya tenggelam (Matius
14: 28-29)
Matius 26: 31
(26:31) Maka berkatalah Yesus kepada mereka: "Malam
ini kamu semua akan tergoncang imanmu
karena Aku. Sebab ada tertulis: Aku akan membunuh gembala dan kawanan domba itu akan tercerai-berai.
Iman yang
terguncang sama seperti kawanan domba yang tercerai-berai, tidak berada dalam
kandang penggembalaan, dengan kata lain tidak tergembala dengan baik dalam satu
kandang satu gembala = mengecilkan ibadah dan pelayanan.
Orang yang
mengecilkan ibadah dan pelayanan, mudah sekali diketahui dengan cara;
Amos 8: 5
(8:5) dan berpikir: "Bilakah bulan baru berlalu,
supaya kita boleh menjual gandum dan
bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan
terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan
syikal, berbuat curang dengan neraca palsu,
Mengecilkan efa, membesarkan syikal.
-
Efa adalah takaran
gandum.
Sama seperti ketika bangsa Israel memungut manna; segomer tiap-tiap orang.
Adapun segomer itu sepersepuluh efa.
-
Syikal adalah
ukuran uang/mamon.
Jadi, manusia
duniawi lebih mengutamakan perkara lahiriah/materi, mamon, dari pada firman
Allah.
Perhatikanlah
orang yang tidak menghargai ibadah dan pelayanan, ia akan lebih mengutamakan
perkara lahiriah, sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam ayat ini, yaitu: “menjual gandum, menawarkan terigu dengan mengecilkan
efa, membesarkan syikal”.
Menjual gandum,
artinya; melepaskan kebenaran firman Tuhan.
Kita sudah
melihat tentang PENYANGKALAN, sekarang kita melihat kembali, bahwa dengan jelas
Tuhan mengatakan dalam kitab Wahyu 3: 8, bahwa sidang jemaat di Filadelfia
tidak menyangkal nama Tuhan.
SEKARANG KITA BANDINGKAN DENGAN SIDANG JEMAAT DI
FILADELFIA.
Matius 16: 24
(16:24) Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya:
"Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya
dan mengikut Aku.
Pengikut
Kristus yang sejati; “menyangkal dirinya”
dan “memikul salibnya”.
Menyangkal diri = tidak mengakui keberadaan diri sendiri, tidak bermegah atas diri
sendiri, sehingga tidak merasa lebih baik, lebih benar, lebih bisa.
Memikul salibnya = memikul tanggung jawab yang Tuhan percayakan di atas
pundak seseorang sebagai kebenaran yang sejati.
Selanjutnya,
mari kita lihat; PIKUL SALIB.
Matius 11: 28-29
(11:28) Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
(11:29) Pikullah kuk yang
Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah
lembut dan rendah hati dan jiwamu akan
mendapat ketenangan.
Memikul salib,
berarti; menunjukkan bahwa kita adalah orang yang lemah lembut dan rendah hati.
Untuk memikul
salib, harus datang kepada Tuhan dan selalu belajar dan mau untuk diajar.
Seringkali
orang yang tidak mau memikul salib, tidak mau diajar, bukan hanya melalui
perkataan, tetapi juga lewat sikap.
Orang yang mau
diajar, selalu belajar untuk lemah lembut dan rendah hati, itulah pengikut
Kristus yang sejati.
Matius 16: 25
(16:25) Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi
barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia
akan memperolehnya.
Hanya karena
menyangkal diri dan memikul salib, rela mati, rela berkorban untuk Tuhan.
Kalau harus
kehilangan nama besar, kehilangan harga diri, kehilangan apapun yang kita miliki
di dunia ini, nanti kita akan memperolehnya di dalam Kerajaan Sorga, sebab
untuk apa kita peroleh sesisi dunia, tetapi akhirnya kehilangan nyawa/hidup,
tidak memperoleh hidup yang kekal.
Menyangkal
diri, memikul salib, berarti; mengakui Anak Manusia di depan semua orang; kecil
besar, tua muda, laki-laki perempuan, kaya miskin, tanpa ragu dan tanpa ada
rasa malu.
Matius 10:
32-33
(10:32) Setiap orang yang mengakui
Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga.
(10:33) Tetapi barangsiapa menyangkal
Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di
sorga."
Setiap orang
yang mengakui Yesus Kristus di depan manusia, maka Ia juga mengakui mereka di
depan Allah Bapa di sorga.
Sebaliknya,
kalau menyangkal Yesus, maka Yesus juga menyangkal dia di hadapan Allah Bapa.
Menyangkal diri
dan memikul salib di depan semua orang, itu adalah tanggung jawab yang harus
kita pikul di atas pundak masing-masing di depan semua orang.
Oleh sebab itu,
jangan mengikuti arus dan pengaruh dunia, jangan menginginkan kebebasan yang
ada di dunia, sebab kebebasan dunia adalah jerat bagi anak-anak Tuhan.
Seringkali kita
ingin melepaskan diri dari ikatan pelayanan, dari segala sesuatu yang
berhubungan dengan Tuhan, dengan menginginkan kebebasan dunia, padahal cepat
atau lambat kebebasan dunia ini adalah jerat.
Seperti isteri
Lot; awalnya mereka hidup di dalam Tuhan, tetapi karena tetap berada di
lingkungan/situasi kefasikan dunia, siapapun dia cepat atau lambat akan
terpengaruhi, tidak ada orang yang kebal di dunia ini.
Semakin hari isteri
Lot semakin dikuasai kefasikan Sodom dan Gomora, sehingga ketika mereka
berusaha dilepaskan dari kefasikan itu, semakin jauh mereka melangkah untuk
meninggalkan Sodom dan Gomora, semakin terasa ikatan itu, susah untuk dilepaskan,
akhirnya isteri Lot menoleh ke belakang.
Oleh sebab itu,
jangan melepaskan diri dari ikatan ibadah dan pelayanan, jangan menginginkan
kebebasan dunia.
Matius 10:
16-17
(10:16) "Lihat, Aku
mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah
kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
(10:17) Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena
ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah
kamu di rumah ibadatnya.
Orang yang
menyangkal diri dan memikul salibnya adalah orang-orang yang diutus.
Sedangkan suasana
dalam pengutusan: seperti domba di tengah-tengah serigala.
Yohanes 10: 12
(10:12) sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan
yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang,
meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala
itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.
Pekerjaan dari
serigala adalah menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba.
Dalam suasana
seperti ini, apa yang bisa dilakukan oleh domba, bagaimana seekor domba dapat
melepaskan diri dari serigala yang begitu buas?
Daging adalah
binatang buas, ia adalah musuh dalam selimut yang sekali waktu siap menerkam.
Bagaimana kita
dapat menghadapi binatang buas semacam ini dengan keadaan tidak berdaya, persis
seperti sidang jemaat di Filadelfia, di mana kekuatan mereka tidak seberapa.
Wahyu 3: 8
(3:8) Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah
membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorang pun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa,
namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.
Kekuatan jemaat
di Filadelfia tidak seberapa, artinya; lemah tak berdaya.
Dalam keadaan
lemah tak berdaya, bagaimana mungkin dapat menghadapi serigala yang buas?
Jalan
keluar untuk menghadapi serigala/binatang buas.
Matius 10: 16
(10:16) "Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke
tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik
seperti ular dan tulus seperti merpati.
Ada 2 cara untuk
menghadapi keganasan serigala;
1.
Cerdik seperti ular
Tidak dikatakan cerdik seperti orang yang pintar atau seorang ilmuan,
melainkan cerdik seperti ular.
Kejadian 3: 1
(3:1) Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala
binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah
Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya,
bukan?"
Sudah sejak dari semula, bahwa ular adalah binatang yang paling cerdik dari
seluruh binatang yang ada.
Kemudian, kalau kita perhatikan dengan teliti di sini, kecerdikan itu
dilanjutkan dengan berbicara, di mana ular itu berkata kepada perempuan itu.
Mikha 7: 16-17
(7:16) Biarlah
bangsa-bangsa melihatnya dan merasa malu atas segala keperkasaan mereka;
biarlah mereka menutup mulutnya dengan tangan,
dan telinganya menjadi tuli.
(7:17) Biarlah mereka menjilat debu seperti ular, seperti binatang
menjalar di bumi; biarlah mereka keluar dengan gemetar dari kubunya, dan datang
kepada TUHAN, Allah kami, dengan gentar, dengan takut kepada-Mu!
Ular yang menjilat debu, digambarkan bahwa ular ini tidak menggunakan dua
tangan dan dua kaki.
Jadi, untuk menghadapi serigala yang buas, tidak perlu dengan kekuatan,
cukup dengan perkataan saja.
Kalau menggunakan dua tangan dan dua kaki untuk menghadapi binatang buas,
kita tidak akan mampu, sebab kekuatan kita tidak seberapa, sama seperti sidang
jemaat di Filadelfia.
Tidak menggunakan dua tangan dan dua kaki = tidak mengandalkan kekuatan
sendiri.
Orang yang tidak mengandalkan kekuatannya/tidak menggunakan dua tangan dan
dua kaki, melakukan dua hal;
-
Tutup mulut, artinya; daging tidak bersuara = tidak hidup menurut hawa nafsu dan
keinginan daging.
-
Tutup telinga, berarti; tidak mendengarkan segala sesuatu yang sifatnya merangsang dosa di
dalam daging.
Itu adalah gambaran dari orang yang cerdik seperti ular.
Yesaya 65: 25
(65:25) Serigala dan
anak domba akan bersama-sama makan rumput, singa akan makan jerami seperti
lembu dan ular akan hidup dari debu. Tidak
ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di segenap gunung-Ku yang
kudus," firman TUHAN.
Di sini kita melihat, bahwa; “serigala
dan anak domba akan bersama-sama makan rumput.”
Kalau kita tergembala dengan baik, menikmati rumput penggembalaan, maka di
situ ada kebersamaan, seperti serigala dan anak domba bersama-sama makan
rumput.
Selanjutnya, dikatakan di sini, bahwa: “ular
akan hidup dari debu” = menjilat debu.
Ular tidak hidup dari perkataan yang keluar dari mulut Allah, dia hidup
dari debu.
Lebih jauh kita melihat ...
Yesaya 11: 6-9
(11:6) Serigala akan
tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak
lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil
akan menggiringnya.
(11:7) Lembu dan
beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring,
sedang singa akan makan jerami seperti lembu.
(11:8) Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang
ular tedung dan anak yang cerai susu akan
mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak.
(11:9) Tidak ada yang
akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus,
sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang
menutupi dasarnya.
Serigala akan tinggal bersama domba, artinya; ada kebersamaan kalau kita
bersama-sama menikmati rumput/firman penggembalaan.
Kemudian, pada ayat 8, anak yang
menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak.
Kemudian, tidak ada yang berbuat jahat, tidak ada yang berlaku busuk di
seluruh gunung Tuhan, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan
yang digambarkan seperti air laut menutupi dasarnya, termasuk segala
kekurangan-kekurangan.
2.
Tulus seperti merpati
Seringkali kita menjumpai burung merpati; burung merpati dapat didekati,
tetapi tidak mudah untuk ditangkap.
Imamat 1: 14-15
(1:14) Jikalau
persembahannya kepada TUHAN merupakan korban bakaran dari burung, haruslah ia
mempersembahkan korbannya itu dari burung tekukur atau dari anak burung
merpati.
(1:15) Imam harus
membawanya ke mezbah, lalu memulas kepalanya
dan membakarnya di atas mezbah. Darahnya harus ditekan ke luar pada dinding
mezbah.
Kalau korban bakaran itu berupa burung merpati, maka burung merpati dibawa
ke mezbah lalu memulas kepalanya, artinya; orang yang tulus hatinya tidak
menggunakan pikiran dan perasaan manusia daging di tengah-tengah ibadah dan
pelayanannya kepada Tuhan, sebagaimana raja Daud.
Korban yang demikian menyenangkan hati Tuhan.
Selanjutnya burung merpati tersebut dibakar di atas mezbah, namun terlebih
dahulu darahnya harus ditekan keluar pada dinding mezbah.
Artinya; orang yang tulus hatinya rela menerima tindasan, tekanan, rela
berkorban = tanda darah.
Tanda pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib adalah darah-Nya tercurah
bagi manusia yang berdosa.
Kita dipercaya suatu tanggung jawab, dijadikan suatu kerajaan di atas bumi
ini, semua tanggung jawab yang dipercayakan oleh Tuhan harus
dipertanggungjawabkan sampai tetes darah penghabisan, bahkan sekalipun harus
ditekan dan ditindas, itulah tanda orang yang tulus hatinya melayani Tuhan.
Tetapi kalau masih menggunakan akal, pikiran/perasaan manusia daging dalam
ibadah pelayanan, itu bukanlah orang tulus.
Biarlah kehendak Allah terlaksana, dengan mengikuti perasaan dan pikiran
yang terdapat dalam Kristus Yesus.
Filipi 2: 5-8
(2:5) Hendaklah kamu
dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam
Kristus Yesus,
(2:6) yang walaupun
dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan
dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
(2:7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama
dengan manusia.
(2:8) Dan dalam
keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib.
Hendaklah dalam hidup bersama, baik dalam nikah rumah tangga, baik dalam
kandang penggembalaan, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam
Kristus Yesus, antara lain;
-
Tidak mempertahankan haknya sebagai milik yang harus dipertahankan
Yesus Kristus, Anak tunggal Bapa, telah meninggalkan sorga dan segala
sesuatu yang ada di dalam Kerajaan Sorga.
Dia diutus ke dalam dunia ini, seperti domba di tengah-tengah serigala,
dimulai dari bukit zaitun, sebagai Gembala yang baik, dia bertanggung jawab
atas kawanan domba, kemudian Dia harus ditangkap dan disalibkan, Dia tidak
mempertahankan hak sebagai milik yang harus dipertahankan.
-
Mengosongkan diri-Nya
Berarti, merasa diri tidak bisa, merasa diri tidak mampu, merasa diri tidak
hebat, merasa diri tidak kuat.
-
Mengambil rupa seorang hamba
Selama kita berada di atas muka bumi ini, kita semua adalah hamba Tuhan.
Jadi, jangan pernah mengambil rupa sebagai seorang tuan, nanti kelak dalam
kerajaan 1000 tahun damai, kita semua menjadi raja-raja dan imam-imam bagi
Allah.
Seringkali saya sampaikan; yang pertama-tama tunduk kepada seorang nabi
adalah seorang imam, bukan jemaat awam. Lihat saja sejauh mana pemakaian Tuhan
kepada seorang imam, berarti sejauh itulah ketundukannya.
Biarlah kita mengambil rupa sebagai seorang hamba supaya diakui Tuhan. Kita
melayani bukan dengan gagah hebat, melainkan oleh karena Roh Tuhan, dengan
karunia-karunia yang memperkuat kita.
-
Menjadi sama dengan manusia
Dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya.
Merendahkan diri, berarti membawa diri rendah, selalu berada di bawah, baik
perkataan, sikap, tingkah laku, cara berpikir, sudut pandang, gerak-gerik
selalu berada di bawah.
Jangan ketika kita mendapat kesempatan untuk bersaksi maupun mengerjakan
pekerjaan Tuhan, kita menjadi tidak mau dengar-dengaran, tidak mau diajar.
Seringkali kita membalik tatanan Kerajaan Sorga, membalik posisi tubuh
dengan kepala.
Oleh sebab itu
dalam 1 Petrus 5: 6 dikatakan, “rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan
yang kuat.”
Ketika kita
membawa diri rendah di bawah tangan Tuhan yang kuat, kita merasa aman dan
nyaman, sebaliknya kalau kita mencoba-coba untuk meninggikan diri, maka di situ
akan terjadi gejolak yang hebat.
Biarlah kita
semua membawa diri rendah di bawah tangan Tuhan yang kuat, sebab sampai
kapanpun kita tidak akan sanggup meninggikan diri di hadapan Tuhan.
Dengan segala
kerendahan hati adalah langkah awal untuk taat sampai mati, bahkan sampai mati
di kayu salib, itulah pribadi Yesus. Taat sampai mati, bahkan sampai mati di
kayu salib à kesetiaan Yesus di hadapan Allah Bapa.
Jadilah pribadi
yang taat, setia, dengar-dengaran, tunduk kepada Kepala, supaya Tuhan memakai
kita semua.
Saya bersyukur,
Tuhan telah menyatakan segenap isi hati-Nya; Allah menyatakan kasih-Nya kepada
dunia, Ia mengorbankan Anak-Nya yang
tunggal, anak satu-satunya, untuk mendatangkan kebaikan kepada saya dan
saudara.
Tidak ada orang
yang dapat menyucikan dirinya sendiri dengan harta, uang, kepintaran, kekuatan,
melainkan hanya oleh karena kasih Tuhan.
Barangkali
kekuatan kita tidak seberapa, seperti sidang jemaat di Filadelfia, namun mereka
menuruti firman dan menyangkal dirinya.
Kemudian, kalau
kita hanya menuruti firman, mungkin saja terlihat tunduk, tetapi apakah di
dalamnya ada penyangkalan diri?
Banyak hal yang
kita lakukan untuk menuruti firman, dengan cara memberi
persembahan-persembahan, dengan beribadah dan melayani Tuhan, dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan ibadah pelayanan, tetapi apakah di dalamnya ada
penyangkalan diri?
Sebagai orang
yang merasa diri lemah, tak berdaya, sebaiknya menuruti firman disertai dengan penyangkalan
diri.
Sidang jemaat
di Filadelfia, 1 dari 7 sidang jemaat di Asia kecil yang tidak terlalu mencolok
kekurangannya di hadapan Tuhan.
Biarlah kita
memperhatikan hal ini; mau menyangkal diri dan memikul salibnya di
tengah-tengah pengikutan, di tengah-tengah ibadah pelayanan kepada Tuhan, sama
seperti domba-domba di tengah-tengah serigala, lemah tak berdaya namun Tuhan
memberi jalan keluar, yaitu; cerdik
seperti ular dan tulus seperti
merpati.
Roma 11: 33-34
(11:33) O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan
pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki
keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak
terselami jalan-jalan-Nya!
(11:34) Sebab, siapakah
yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi
penasihat-Nya?
Betapa dalamnya
kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah, tak terselidiki
keputusan-keputusan-Nya, tak terselami jalan-jalan-Nya, siapakah yang
mengetahui pikiran Tuhan?
Oleh sebab itu,
biarlah kiranya kita menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus
Yesus, supaya kita memiliki hikmat dan pengetahauan yang berasal dari Allah,
selanjutnya tidak salah dalam mengambil keputusan di hadapan Tuhan.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment