IBADAH RAYA MINGGU, 29 JUNI 2014
Tema: JEMAAT DI FILADELFIA (dari
Wahyu 3: 7-13)
(Seri 09)
Subtema:
“APABILA IA MENUTUP, TIDAK ADA YANG DAPAT
MEMBUKA”
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi.
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi.
Oleh karena kemurahan Tuhan, kita boleh berada di dalam
rumah Tuhan, beribadah melayani Tuhan, sekaligus mempersembahkan korban kepada
Tuhan.
Segera kita memperhatikan sidang jemaat di Filadelfia
dari kitab Wahyu 3: 7-13.
Namun kita hanya memperhatikan ayat 7 saja.
Wahyu 3: 7
(3:7)
"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Filadelfia:
Inilah firman dari Yang Kudus, Yang Benar, yang
memegang kunci Daud; apabila Ia membuka,
tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia
menutup, tidak ada yang dapat membuka.
Yesus tampil
sebagai “Yang Kudus, Yang Benar, yang memegang kunci Daud” untuk menyelidiki, mengoreksi sampai menyucikan sidang
jemaat di Filadelfia.
-
Penampilan Yesus yang
pertama sebagai Yang Kudus.
Aktivitasnya
adalah hidup dalam kekudusan, kesucian.
-
Penampilan Yesus yang
kedua sebagai Yang benar.
Aktivitasnya
adalah hidup dalam kebenaran.
Sekarang kita
melihat penampilan Yesus yang ketiga sebagai “YANG
MEMEGANG KUNCI DAUD”
Aktivitas kunci adalah untuk membuka sebuah
pintu pada rumah.
Di sini kita melihat, bahwa Tuhan memegang
kunci Daud. Daud adalah seorang raja. Berarti, Tuhan membuka pintu Kerajaan
Sorga bagi saya dan saudara, sehingga pintu maut tertutup bagi kita semua.
Pintu sorga terbuka = Tuhan membuka pintu
kasih karunia/pintu kemurahan.
Sesungguhnya, Tuhan sedang membuka pintu sorga/membuka
pintu kemurahan bagi kita sekalian, dengan bukti; Tuhan memberikan ibadah, sekaligus
mempercayakan tugas pelayanan di tengah-tengah ibadah yang Tuhan percayakan.
Jadi, pergunakanlah kesempatan yang Tuhan
berikan sebaik-baiknya, di mana waktu yang ada tinggal sedikit lagi.
Kemudian, pada ayat 7 tadi dikatakan: “APABILA
IA MEMBUKA, TIDAK ADA YANG DAPAT MENUTUP”
Saya teringat ketika memulai pelayanan di
provinsi Banten diawali dengan persekutuan di Cilegon. Kemudian, setelah persekutuan
tersebut berjalan 1,5 tahun ada pihak-pihak yang tidak menyukai persekutuan
itu, sampai akhirnya persekutuan itu berhenti.
Tetapi Tuhan telah mengutus saya di provinsi Banten,
artinya kalau Tuhan yang membuka pintu, tidak ada yang dapat menutup, itu
sebabnya kandang penggembalaan ini terbentuk, kita semua tergembala dengan
baik, oleh firman pengajaran mempelai.
Kemudian Tuhan mempercayakan tujuh pos
sekolah minggu, dan salah satu pos sekolah minggu yang ada yaitu di Perumnas,
Cilegon, yang juga sempat berpindah-pindah oleh karena salah pengertian dari tuan
rumah (tidak mengetahui bahwa di mana hadirat Tuhan, di situ ada berkat),
sehingga tuan rumah tersebut sempat menutup pintu mereka, dan akhirnya
berpindah ke tempat yang lain, rumah salah seorang dari anak sekolah minggu, namun
akhirnya kembali ke tempat semula dan tuan
rumah tersebut mau menerima dengan tangan terbuka dan lebih menghargai.
Jadi, inilah bukti bahwa kalau Tuhan yang
membuka pintu, tidak ada yang dapat menutup.
Selanjutnya, Tuhan juga berkata: “APABILA
IA MENUTUP, TIDAK ADA YANG DAPAT MEMBUKA”
Sekalipun dengan mencucurkan air mata,
sekalipun dengan tangisan darah, keputusan Tuhan tidak pernah berubah karena
Dia tidak pernah berubah, perkataan-Nya juga tidak pernah berubah; perkataan
Allah agung dan mulia.
Oleh sebab itu tadi saya katakan; di mana Tuhan
memberikan ibadah ini dan sekaligus pelayanan, untuk itu biarlah kita
menghargainya sebab ini adalah kesempatan emas yang tidak boleh disia-siakan.
Selanjutnya, waktu yang singkat ini/waktu yang masih tersisa ini, biarlah kita
pergunakan dengan baik, tidak ada waktu untuk bermain-main.
Sebagaimana 10 anak gadis dalam Matius 25: 1-10, mereka mengambil
pelita, kemudian pergi menyongsong mempelai laki-laki; 5 di antaranya bodoh, 5
bijaksana.
5 gadis bodoh membawa pelita, sedangkan 5
gadis yang bijaksana membawa pelita juga minyak dalam buli-buli, sebagai
persediaan = siap sedia.
Selanjutnya, karena mempelai laki-laki itu
lama tidak datang-datang, mengantuklah mereka lalu tertidur. Tetapi pada waktu
malam, terdengarlah suara: “mempelai
datang, songsonglah Dia.”
Mendengar suara itu, 10 gadis segera bangun
tetapi 5 gadis yang bodoh kehabisan minyak, berarti pelita hampir padam, karena
telah digunakan sepanjang malam. Kemudian 5 gadis yang bodoh meminta minyak
kepada 5 gadis yang bijaksana, namun 5 gadis yang bijaksana tidak
memberikannya, sebab tidak akan cukup bagi 5 gadis bijaksana dan 5 gadis bodoh.
Selanjutnya 5 gadis yang bodoh pergi untuk
membeli minyak, pada saat itu mempelai laki-laki datang, mereka yang siap sedia
(membawa pelita dan minyak dalam buli-buli) masuk dalam perjamuan kawin, kemudian
pintu tertutup. Lalu, datanglah 5 gadis bodoh mengetuk pintu, terdengarlah
jawaban: “aku tidak mengenal kamu.”
Kalau Tuhan yang menutup pintu, tidak ada
yang dapat membuka, dan pintu yang tertutup berlaku bagi orang yang tidak
dikenal.
Oleh sebab itu, jangan lengah, fokus, seperti
5 gadis yang bijaksana mengambil pelita juga membawa minyak dalam buli-buli
sebagai persediaan, berarti senantiasa memusatkan perhatian hanya kepada Mempelai
Laki-Laki Sorga.
Kalau pelita menjadi padam, berarti berada
dalam kegelapan. Kalau berada dalam kegelapan menunjukkan bahwa mereka lengah/tidak
siap sedia.
Ada lagi orang yang tidak dikenal oleh Tuhan,
yaitu yang sudah berada di dalam tetapi akhirnya keluar lagi.
Matius 7: 22
(7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat
demi nama-Mu, dan mengusir setan demi
nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi
nama-Mu juga?
Bernubuat demi nama Tuhan, mengusir setan
demi nama Tuhan, dan mengadakan banyak mujizat demi nama Tuhan, menunjukkan
bahwa Tuhan sudah membuka pintu kemurahan dan sudah berada di dalamnya.
Matius 7: 23
(7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada
mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal
kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat
kejahatan!"
Ternyata Tuhan tidak mengenal mereka yang
telah melakukan 3 perkara demi nama Tuhan karena mereka sekaliannya pembuat
kejahatan = sudah berada di dalam namun akhirnya keluar.
Matius 7: 21
(7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak
Bapa-Ku yang di sorga.
Kalau hanya sebatas bernubuat demi nama
Tuhan, mengusir setan demi nama Tuhan dan mengadakan mujizat, tetapi tidak
melakukan apa yang menjadi kehendak
Allah Bapa, itu adalah perbuatan jahat.
Pintu kemurahan tertutup bagi mereka, karena
awalnya sudah berada di dalam namun akhirnya berada di luar karena mereka mengabaikan
yang terpenting di tengah-tengah ibadah pelayanan, yaitu melakukan kehendak
Bapa di sorga.
Mari kita lihat; KEHENDAK ALLAH BAPA.
Matius 26: 42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa,
kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan
ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku
meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
Yesus harus meminum cawan Allah supaya dengan
demikian jadilah kehendak Allah. Sebagai Anak, Yesus melakukan kehendak Bapa di
sorga.
Meminum cawan Allah, artinya; menanggung
penderitaan di atas kayu salib.
Lebih jauh kita melihat ...
Yesaya 53: 10
(53:10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan
kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya
sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan
lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana
olehnya.
Tuhan berkehendak meremukkan Dia dengan
kesakitan, ia menyerahkan dirinya sebagai
korban penebus salah, sehingga dengan demikian kehendak Tuhan akan
terlaksana oleh-Nya.
Inilah kehendak Tuhan; memikul salib. Kalau
melayani, melakukan perkara-perkara ajaib, namun tidak mau melakukan kehendak
Allah Bapa, tidak mau memikul salib, mereka semua adalah pembuat kejahatan.
Apa yang kita kerjakan ini merupakan mujizat,
dan apa yang telah kita lakukan semuanya demi nama Tuhan. Tetapi kalau kita
tidak memikul salib, semuanya itu menjadi kejahatan, perbuatannya jahat, dengan
kata lain pintu kemurahan tertutup.
Jangan ada yang berpikir, bahwa; dengan
menyebut naam “Tuhan, Tuhan Tuhan”,
lalu masuk ke dalam Kerajaan Sorga, tidak! Bukan itu ukurannya.
Hal ini harus diperhatikan; kalau sudah berada
di dalam (dipercayakan ibadah dan pelayanan) lalu kembali lagi ke luar, ini
adalah kerugian yang besar.
Jadi, betul sekali; kalau Tuhan sudah
menutup, tidak ada yang dapat membuka, keputusan Tuhan adil dan benar,
keputusan Tuhan tidak dapat diganggu gugat sekalipun dengan cucuran air mata,
bahkan tangisan darah.
Ibrani 12: 16-17
(12:16) Janganlah ada
orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti
Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.
(12:17) Sebab kamu tahu, bahwa kemudian, ketika ia hendak
menerima berkat itu, ia ditolak, sebab ia tidak beroleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun ia mencarinya dengan mencucurkan air
mata.
Esau adalah seorang yang cabul, seorang yang
nafsunya rendah. Dia menjual hak kesulungannya hanya demi sepiring sop kacang
merah. Kemudian, pada saat dia menerima berkat hak kesulungan itu, ia ditolak
dan tidak memperoleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya, sekalipun
mencarinya dengan mencucurkan air mata.
Kalau hanya demi perkara-perkara lahiriah
lalu meninggalkan ibadah dan pelayanan, itu menunjukkan nafsu rendah, cabul,
murahan!
Kita lihat peristiwa itu ...
Kejadian 25: 26-27
(25:26) Sesudah itu keluarlah adiknya; tangannya memegang
tumit Esau, sebab itu ia dinamai Yakub.
Ishak berumur enam puluh tahun pada waktu mereka lahir.
(25:27) Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi seorang
yang pandai berburu, seorang yang suka
tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah.
Kita lihat DUA PRIBADI; Esau dan Yakub.
Terlebih dahulu kita melihat PRIBADI
ESAU.
1.
Esau adalah
seorang yang PANDAI BERBURU.
Gambaran
dari kehidupan yang masih selalu memburu, menyukai, mengingini, mengejar daging
dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
Seharusnya,
daging itu ditaklukkan, bukan untuk diburu, bukan untuk dinikmati, sebagaimana
Daud; ia telah mengalahkah musuh yang terbesar, itulah Goliat, gambaran dari
musuh dalam selimut, daging dengan segala hawa nafsunya.
Kalau
seseorang hanya menyukai daging, berarti ia tidak tunduk kepada Tuhan. berbeda
dengan Daud; dia tunduk kepada Tuhan, sehingga sanggup menaklukkan daging. ini
sudah menjadi ciri dari kehidupan yang tergembala, dan Daud adalah seorang yang
tergembala.
2.
Esau
adalah seorang yang suka TINGGAL DI PADANG.
Padang
menggambarkan dunia dengan segala arus dan pengaruhnya yang menghanyutkan,
menenggelamkan kerohanian anak-anak Tuhan sampai membawa pada kematian rohani
itu sendiri.
1
Yohanes 2: 15-16
(2:15) Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa
yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak
ada di dalam orang itu.
(2:16) Sebab semua yang ada di dalam dunia,
yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
Semua
yang ada di dalam dunia ini, yaitu keinginan daging, keinginan mata, serta
keangkuhan hidup.
Sesungguhnya
kalau kita hidup dalam kesederhanaan, pasti kita memiliki;
-
keinginan yang
sederhana, berarti; menaklukkan keinginan daging,
-
pandangan yang
sederhana, berarti tidak memiliki keinginan mata,
-
sikap tabiat yang
sederhana, berarti tidak angkuh.
Kalau
ada anak-anak Tuhan beribadah dan melayani, berada dalam satu kandang
penggembalaan, tetapi hidup dengan tiga perkara ini, itu perlu dipertanyakan;
mengasihi Tuhan atau mengasihi dunia, melayani Tuhan atau melayani dunia.
Kalau
melayani Tuhan, biarlah menjadi yang terkecil, yang terbesar menjadi yang
paling muda. Berbeda dengan dunia; berlomba-lomba saling membesarkan diri
masing-masing, tanpa ada rasa takut di hadapan Tuhan.
Sekarang kita bandingkan dengan PRIBADI
YAKUB.
1.
Yakub
adalah seorang yang TENANG.
Biarlah
kita menjadi pribadi/kehidupan yang tenang, jangan lekas gusar, jangan lekas gelisah,
supaya kita dapat menyikapi segala sesuatunya dengan positif.
Kalau
tidak tenang, yang terjadi adalah lebih mendengar suara hati, bahkan bisikan
setan terdengar. Sebaliknya kalau tenang; kita dapat mengetahui dan melihat
kondisi kita lewat firman Tuhan yang jernih, sehingga dapat menyikapi segala
sesuatunya dengan positif. Kalau kita tenang, bercermin pada firman Tuhan yang
jernih, maka kita dapat mengendalikan segala sesuatu, bukan suasana yang
mengendalikan kita.
Jadi,
bukan tergantung situasi, melainkan tergantung kita, oleh sebab itu, tenang
saja!
1
Petrus 4: 7
(4:7) Kesudahan segala sesuatu sudah dekat.
Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang,
supaya kamu dapat berdoa.
Dengan
menguasai diri dan menjadi pribadi yang tenang, kita dapat berdoa, kita dapat
melangsungkan hubungan intim dengan Tuhan lewat doa penyembahan.
Mengingat
kesudahan segala sesuatu sudah dekat, kuasailah dirimu dan jadilah tenang.
Kalau hari-hari terakhir ini kita tidak dapat melangsungkan hubungan intim
dengan Tuhan, Mempelai Laki-Laki Sorga, maka kita tidak akan mendapat
kesempatan lagi.
Yesaya
30: 12
(30:15) Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH,
Yang Mahakudus, Allah Israel: "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan
diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya
terletak kekuatanmu." Tetapi kamu enggan,
Dalam
tinggal tenang dan percaya, di situlah letak kekuatan saya dan saudara.
Jadi,
dalam menghadapi segala sesuatu, sikapilah dengan positif; tinggal tenang, jangan
lari dari masalah, hadapi kenyataan!
2.
Yakub suka
tinggal di kemah.
Kemah
= Tabernakel, yang artinya; rumah Tuhan.
Ibrani
3: 1-2
(3:1) Sebab itu, hai saudara-saudara yang
kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul
dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus,
(3:2) yang setia kepada Dia yang telah
menetapkan-Nya, sebagaimana Musa pun setia
dalam segenap rumah-Nya.
Musa
setia dalam segenap rumah Tuhan, berarti; suka tinggal di kemah, lebih menyukai
tinggal di kemah dari pada beribu-ribu kali tinggal di tempat yang lain.
Kalau
kita setia dalam segenap rumah Tuhan, pasti memperhatikan segenap yang ada di dalam
rumah Tuhan.
Jadi,
segenap rumah Tuhan ini bukan hanya gembala sidang yang harus memperhatikannya,
tetapi kita setia memperhatikan segenap yang ada di dalam rumah Tuhan, sekecil
apa saja.
Berarti,
orang yang setia dalam segenap rumah Tuhan adalah orang yang dewasa rohani.
tetapi kerohanian yang kanak-kanak, ketika ditegor untuk setia dalam segenap
rumah Tuhan pasti bersungut-sungut.
Ibrani
3: 5
(3:5) Dan Musa
memang setia dalam segenap rumah Allah sebagai pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan
diberitakan kemudian,
Musa
memang setia dalam segenap rumah Tuhan, seabgai pelayan untuk memberi kesaksian
tentang apa yang akan diberitakan kemudian.
Tuhan
telah memberi petunjuk kepada Musa untuk mendirikan kemah suci, Tabernakel, di
atas gunung Sinai. Setelah ia menerima petunjuk selama 40 hari 40 malam di atas
gunung Sinai, selanjutnya ia mendirikan kemah tepat sesuai dengan petunjuk yang
Tuhan berikan.
Kalau
kita setia dalam segenap rumah Tuhan, kita mengerjakan apa yang ada di dalamnya
sesuai dengan petunjuk Tuhan, sehingga segala sesuatu yang kita kerjakan tepat
dan benar.
Ibrani
3: 6
(3:6) tetapi Kristus setia sebagai Anak yang
mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita,
jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan
pengharapan yang kita megahkan.
Yesus
Kristus adalah kepala rumah Allah, sedangkan rumah Allah itu sendiri adalah
saya dan saudara.
Berarti,
kalau kita setia dalam segenap rumah Tuhan; Kristus menjadi kepala, memimpin
hidup saya dan saudara di dalam kebenaran dan keadilan, bahkan diselamatkan.
Tidak
sampai di situ ...
Efesus
5: 23
(5:23) karena suami adalah kepala isteri sama
seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah
yang menyelamatkan tubuh.
Kristus
adalah kepala jemaat, Dialah yang menyelamatkan tubuh jikalau kita setia dalam
segenap rumah Tuhan.
Ada
2 proses penyelamatan yang dikerjakan oleh Kristus, sebagai kepala, terhadap
tubuh.
-
Yang pertama
Efesus
5: 25-27
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus
telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya
(5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan
firman,
(5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di
hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu,
tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
Disucikan
setelah dimandikan oleh air firman Tuhan = tanda pengalaman kematian dan
kebangkitan = pembaharuan/manusia baru.
Ada
dua pembaharuan;
1.
PEMBAHARUAN MANUSIA
BATINIAH
2
Korintus 4: 16
(4:16) Sebab itu kami tidak tawar hati,
tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin
merosot, namun manusia batiniah kami
dibaharui dari sehari ke sehari.
Ketika
manusia batiniah dibaharui dari sehari ke sehari, maka manusia lahiriah akan
semakin merosot, namun bagi Rasul Paulus, itu tidak terlalu penting, itu
sebabnya ia tidak tawar hati di tengah-tengah pelayanannya, berarti memberi rasa
di tengah-tengah pelayanan.
2.
PEMBAHARUAN AKAL BUDI.
Ibrani
10: 16
(10:16) sebab setelah Ia berfirman:
"Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu
itu," Ia berfirman pula: "Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati
mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka,
Ketika
hukum Allah tertulis dalam akal budi, berarti terjadi pembaharuan akal budi =
memiliki akal yang sehat.
Roma
12: 2
(12:2) Janganlah kamu menjadi serupa dengan
dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang
sempurna.
Dengan
terjadinya pembaharuan akal budi, maka seseorang dapat membedakan manakah
kehendak Allah: apa yang baik, yang
berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
-
Yang kedua.
Efesus
5: 28-29
(5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama
seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya
sendiri.
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya
sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap
jemaat,
Selanjutnya,
Kristus/kepala mengasuh dan merawat tubuh-Nya
Tuhan
sedang mengasuh saya dan saudara, sebagaimana
malam ini kita berada di dalam rumah Tuhan, mendapat kesempatan untuk mendengar
firman Tuhan/menerima didikan Tuhan.
Musa
diasuh oleh puteri Firaun di dalam istana kerajaan. Musa menerima didikan, menerima
segala hikmat orang Mesir, sehingga ia menjadi pribadi yang berwibawa dengan
wibawa istana kerajaan dan selanjutnya dikemudian hari ia dipercayakan suatu
tanggung jawab, yaitu untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir.
Kemudian,
Tuhan juga merawati saya dan
saudara; bilamana kita mengalami pukulan hebat sampai menderita, sampai kita
mengalami luka-luka batin, Tuhan yang membalut luka-luka batin.
Lukas
10: 30, 34
(10:30) Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari
Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja
merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu
pergi meninggalkannya setengah mati.
(10:34) Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya
dengan minyak dan anggur. Kemudian ia
menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke
tempat penginapan dan merawatnya.
Sebelum
dibalut, terlebih dahulu disiram dengan
minyak. Minyak à kuasa Roh Kudus.
Pekerjaan
Roh Kudus: memimpin dalam seluruh kebenaran, menopang, memberi kekuatan, menghibur,
sampai nanti menginsafkan saya dan saudara.
Dan minyak
yang dihasilkan dari pohon zaitun tumbuk selanjutnya diperas, itu telah
ditanggung oleh Yesus di atas kayu salib.
Selanjutnya
disiram dengan anggur à kasih Allah yang besar.
Apa
bukti kasih Allah? Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal supaya manusia
berdosa kembali memperoleh hidup yang kekal.
Sesungguhnya,
setelah Adam dan isterinya jatuh dalam dosa, mereka diusir/dilemparkan dari
taman Eden dan berada di dunia, dan dosa itu menjalar sampai sekarang, tetapi
oleh karena kasih Allah yang besar, berupaya membawa kita kembali untuk
memperoleh keselamatan.
Kalau
saya dan saudara diselamatkan, itu adalah tanda belas kasih Tuhan (Efesus 5: 25, 28).
Kita telah melihat dua pribadi; Esau dan
Yakub.
Esau adalah seorang yang pandai berburu dan
suka tinggal di padang, mari kita lihat dampak
negatifnya.
Kejadian 25: 29
(25:29) Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu,
lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang.
Datanglah Esau dengan lelah dari padang,
menunjukkan bahwa tidak ada hari perhentian bagi manusia duniawi.
Padang = dunia.
Kalau tidak ada hari perhentian, maka manusia
tentu akan mengalami kelelahan.
Sesungguhnya, Sabat adalah hari perhentian
bagi Tuhan Allah, dan Sabat itu harus dikuduskan (Keluaran 20: 8-11, Ulangan 5: 12-14)
Lihat saja manusia duniawi; selalu berada
dalam kelelahan karena tidak mampu mengatasi persoalan yang ada, bagi mereka
tidak ada hari perhentian, tiadk menguduskan Sabad Tuhan Allah.
Sedangkan riwayat langit dan bumi pada waktu
penciptaan, sesuai dengan Keluaran 2:
1-4, setelah Tuhan selesai menciptakan langit dan bumi selama 6 hari, Ia
berhenti pada hari ketujuh. Lalu mengapa kita tidak mencontoh teladan Tuhan Allah
dan lebih mengikuti/mencontoh manusia duniawi yang gemar dengan 3 perkara di
dalamnya, yaitu keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup??
Kejadian 25: 30-34
(25:30) Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya
aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah." Itulah
sebabnya namanya disebutkan Edom.
(25:31) Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku
hak kesulunganmu."
(25:32) Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati;
apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?"
(25:33) Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu
kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya
kepadanya.
(25:34) Lalu Yakub memberikan roti dan masakan kacang
merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.
Akhirnya, Esau menjual hak kesulungannya
kepada Yakub sebab ia memandang ringan, memandang rendah hak kesulungan itu.
Oleh sebab itu dalam Ibrani dikatakan, jangan
ada orang yang menjadi cabul, nafsu rendah, mengecilkan hak kesulungan, hanya
karena sepiring sop kacang merah.
Apapun yang terjadi di dalam rumah Allah, apapun
yang ada dalam segenap rumah Allah, biarlah itu diperhatikan sekecil apapun,
jangan dipandang rendah. Orang yang memandang rendah segenap rumah Allah
menunjukkan bahwa ia adalah orang yang cabul, nafsu rendah.
Keluaran 4: 22-23
(4:22) Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah
firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku
yang sulung;
(4:23) sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah
anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak
membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh
anakmu, anakmu yang sulung."
Hak kesulungan itulah ibadah yang Tuhan
berikan dan tugas pelayanan yang Tuhan percayakan di tengah-tengah ibadah itu
sendiri.
Dan kalau tidak menghargai hak kesulungan
akan mengalami kematian anak sulung, seperti orang Mesir.
Tuhan membebaskan bangsa Israel dari tanah
Mesir, tanah perbudakan setelah menyembelih anak domba paskah selanjutnya
membawa bangsa Israel ke suatu tanah yang baik dan luas, penuh dengan susu dan
madu, supaya mereka beribadah dan melayani kepada Tuhan sampai selama-lamanya.
Tetapi bangsa Mesir mengahalang-halangi, sehingga terjadilah kematian anak
sulung orang Mesir sampai kepada binatangnya.
Saudaraku, biarlah kita menghargai ibadah dan
pelayanan! kalau kita menghargai kemurahan Tuhan, sekalipun kita adalah anak
kedua, atau ketiga, atau seterusnya, maka kita akan menerima hak kesulungan itu.
Seperti Yakub; ketika dilahirkan, ia memegang
tumit Esau dengan kuat, sebab Esaulah yang lebih dulu lahir.
Tuhan mempercayakan ibadah dan pelayanan,
Tuhan mempercayakan hak kesulungan, biarlah itu kita pegang dengan kuat,
seperti Yakub, jangan dilepaskan apa yang Tuhan percayakan. Apapun harganya,
bayar saja, sebab itu belum sebanding dengan pengorbanan Yesus Kristus.
Bagi Yakub, hak kesulungan menjadi prioritas
utama, ia tidak merasa rugi untuk membagikan sepiring kacang merah, sebab yang
terpenting baginya adalah memegang hak kesulungan.
Barangkali kita mengalami kerugian dalam hal
lahiriah, tetapi biarlah kita memegang kuat-kuat hak kesulungan itu.
Kita kehilangan hidup karena memikul salib,
tetapi kita akan memperolehnya kembali karena salib.
Ibrani 12: 15-16
(12:15) Jagalah supaya jangan
ada seorang pun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan
tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak
orang.
(12:16) Janganlah ada
orang yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti
Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan.
Pegang erat-erat hak kesulungan, ibadah dan
pelayanan yang Tuhan percayakan, hargai setinggi-tingginya, jangan menjauhkan
diri dari kasih karunia, supaya jangan menjadi seorang yang cabul dan nafsu
rendah, seperti Esau menjual hak kesulungan hanya untuk sepiring sop kacang
merah.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment