IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 01 AGUSTUS 2014
“DARI KITAB MALEAKHI”
Subtema: PUNCAK KEBAHAGIAAN
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih sayang
dan kasih setia Tuhan
yang abadi.
Oleh karena kemurahan Tuhan, kita boleh beribadah kepada
Tuhan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab, disertai dengan perjamuan suci.
Kita kembali memperhatikan ...
Maleakhi 3: 12
(3:12) Maka segala bangsa akan menyebut
kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN
semesta alam.
Bagian dari ayat 12 yang akan kita perhatikan adalah: “segala bangsa akan menyebut kamu berbahagia”.
Pada minggu yang lalu telah saya sampaikan, yang
berbahagia di sini adalah NEGERI KESUKAAN, negeri yang bersuami, berkenan
kepada Tuhan, sehingga
bangsa-bangsa akan menyebut mereka berbahagia.
Berkaitan dengan itu, selanjutnya kita perhatikan ...
Matius 5: 3-11
(5:3) "Berbahagialah orang yang miskin
di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
(5:4) Berbahagialah orang yang berdukacita,
karena mereka akan dihibur.
(5:5) Berbahagialah orang yang lemah lembut,
karena mereka akan memiliki bumi.
(5:6) Berbahagialah orang yang lapar dan
haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
(5:7) Berbahagialah orang yang murah
hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
(5:8) Berbahagialah orang yang suci hatinya,
karena mereka akan melihat Allah.
(5:9) Berbahagialah orang yang membawa
damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
(5:10) Berbahagialah orang yang dianiaya
oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
(5:11) Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Ada 9 golongan orang-orang yang berbahagia;
1. Orang yang miskin di
hadapan Allah.
2. Orang yang berdukacita.
3. Orang yang lemah
lembut.
4. Orang yang lapar dan
haus akan kebenaran.
5. Orang yang murah
hatinya.
6. Orang yang suci
hatinya.
7. Orang yang membawa
damai.
8. Orang yang dianiaya
oleh sebab kebenaran.
9. Orang yang rela dicela
dan dianiaya dan yang kepadanya difitnahkan segala yang jahat.
Pendeknya; 9 golongan tersebut berbahagia karena bepegang
teguh kepada firman sebagai kebenaran, mereka menuruti firman dan rela menyangkal
diri mereka masing-masing.
Matius 5: 12
(5:12) Bersukacita dan bergembiralah,
karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."
Bersukacita
dan bergembira selalu, sekalipun teraniaya oleh karena firman para nabi (aniaya
karena firman), berarti menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung demi
memperoleh kebahagiaan.
Mazmur 1: 1-2
(1:1) Berbahagialah orang yang tidak
berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak
berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak
duduk dalam kumpulan pencemooh,
(1:2) tetapi yang kesukaannya ialah Taurat
TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu
siang dan malam.
Berbahagialah orang;
-
yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
-
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa,
-
yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh.
Kesimpulannya; orang-orang yang berbahagia adalah
orang-orang yang tidak berjalan, tidak berdiri, tidak duduk di tengah-tengah
orang fasik/ tanpa kebenaran, karena yang menjadi kesukaan mereka adalah taurat
Tuhan, hukum Allah.
Bukti bahwa Taurat Tuhan adalah kesukaan
bagi mereka: merenungkan Taurat/Firman Tuhan
siang dan malam à
pada binatang yang memamah biak dan berkuku
belah.
LEMBU/SAPI adalah salah satu binatang yang berkuku belah yaitu berselah panjang dan memamah biak.
Memamah
biak = siang hari makan rumput, malam hari dikunyah kembali
sampai memperoleh sari-sarinya.
Artinya; mendengar dan menerima firman Tuhan, selanjutnya
menurutinya,
sehingga menjadi kehidupan yang berkenan, sama seperti lembu/sapi, binatang yang tidak
haram/tidak najis.
Selanjutnya,
lembu/sapi dipersembahkan sebagai korban persembahan yang berkenan kepada
Tuhan, antara lain;
-
Sebagai
korban bakaran, gambaran dari kasih
Allah (Imamat 1).
-
Sebagai
korban keselamatan, dengan
mempersembahkan seekor lembu jantan atau betina (Imamat 3), yang berarti sebagai tanda ucapan syukur kepada Tuhan.
-
Sebagai
korban penghapus dosa, dengan
mempersembahkan lembu jantan muda yang tak bercacat (Imamat 4), dipersembahkan kepada Tuhan untuk mengadakan
pendamaian, sehingga menerima pengampunan.
Bandingkan dengan orang fasik.
Imamat 11: 7
(11:7) Demikian juga babi hutan, karena
memang berkuku belah, yaitu kukunya bersela panjang, tetapi tidak memamah biak;
haram itu bagimu.
Salah satu binatang yang haram adalah BABI HUTAN, berkuku
belah, yaitu bersela panjang, tetapi tidak memamah biak = tidak merenungkan
firman Tuhan siang dan malam, ini gambaran dari orang yang mengetahui firman
tetapi tidak menjadi pelaku firman.
Berkuku belah à firman Tuhan yang ditulis dalam PERJANJIAN LAMA dan PERJANJIAN BARU.
-
Perjanjian Lama à hukum Musa dan kitab para nabi = prophetic.
-
Perjanjian Baru à 4 Injil dengan kitab para rasul =
appostolic.
Berkuku belah tetapi tidak memamah biak, artinya;
mengerti tentang hukum Tuhan/taurat Tuhan yang tertulis di dalam Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru dari kitab Kejadian sampai dengan kitab Wahyu, tetapi tidak menjadi kesukaan bagi mereka = tidak merenungkan firman Tuhan siang dan malam, gambaran dari ahli-ahli
Taurat yang mengerti firman Tuhan tetapi tidak menjadi pelaku.
Hati-hati
dengan dosa semacam ini, karena dosa ini bisa terjadi tanpa disadari.
Biasanya,
dosa semacam ini terjadi menimpa hamba-hamba Tuhan, imam-imam, pelayan-pelayan
Tuhan, yang merasa diri lebih baik, lebih benar, lebih suci, lebih bisa dan merasa lebih dipakai dari orang lain.
Mari kita lihat BABI, salah satu binatang yang haram.
2 Petrus 2: 22
(2:22) Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini:
"Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi
yang mandi kembali lagi ke kubangannya."
Orang yang telah bertobat adalah orang yang meninggalkan
kehidupan yang lama karena pengenalan akan Tuhan, namun akhirnya meninggalkan
perintah kudus, artinya; terlibat kembali dalam kecemaran-kecemaran dunia, ini
adalah orang yang mengerti firman tetapi tidak menjadi pelaku.
Peribahasa yang tepat ditujukan kepada babi adalah “babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya”,
inilah gambaran dari orang fasik.
Mazmur 1: 4
(1:4) Bukan demikian orang fasik:
mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.
Orang fasik sama seperti sekam yang ditiupkan angin;
berlalu begitu saja, berarti tidak memperoleh hidup yang kekal.
Babi
adalah binatang yang haram/najis sekalipun berkuku belah, demikianlah juga
orang fasik dihadapan Tuhan.
Mazmur 1: 5
(1:5) Sebab itu orang fasik tidak akan
tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang
benar;
Orang fasik tidak tahan terhadap penghakiman.
Kalau kita bandingkan dengan 1 Yohanes 4: 17-18, menunjukkan bahwa mereka itu tidak memiliki
kasih yang sempurna
/ tidak sempurna dalam kasih, karena ditandai ketakutan, sehingga
tidak mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, berarti; ketakutan
mengandung hukuman.
1 Yohanes 4: 17-18
(4:17) Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau
kita mempunyai keberanian percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti
Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.
(4:18) Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan
ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.
Dengan jelas di sini dikatakan: “barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih”, itulah
orang-orang fasik; tidak tahan dalam penghakiman, begitu pula orang yang
berdosa dalam perkumpulan orang benar.
Takut
disini maksudnya; takut tidak mempunyai uang, harta, kekayaan, pekerjaan dan
lain sebagainya. Oleh sebab itu seseorang tidak mau memikul salib dan
menyangkal dirinya, dengan kata lain tidak mempunyai keberanian percaya pada
hari penghakiman, itulah gambaran dari orang-orang yang menjauhkan diri dari
ibadah pelayanan sehingga lebih mengandalkan manusia dan kekuatannya.
Sesungguhnya
orang-orang yang semacam ini adalah orang-orang yang terkutuk (Yeremia 17:5-6) atau mengandung
hukuman.
Mazmur 1: 6
(1:6) sebab TUHAN mengenal jalan orang
benar, tetapi jalan orang fasik menuju
kebinasaan.
Akhirnya, jalan orang fasik menuju kepada kebinasaan,
berbanding terbalik dengan jalan orang yang benar, dan akhirnya mereka akan
berbahagia.
Amsal 4: 11-13
(4:11) Aku mengajarkan jalan hikmat
kepadamu, aku memimpin engkau di jalan yang lurus.
(4:12) Bila engkau berjalan langkahmu tidak
akan terhambat, bila engkau berlari engkau
tidak akan tersandung.
(4:13) Berpeganglah pada didikan, janganlah melepaskannya, peliharalah dia,
karena dialah hidupmu.
Tuhan mengajarkan jalan hikmat, yang bertujuan untuk
memimpin seseorang di jalan yang lurus.
Jalan lurus adalah jalan kebenaran, tidak ada
penyimpangan-penyimpangan.
Dampak positif berjalan di jalan hikmat, lurus;
-
Bila berjalan, langkah
tidak akan terhambat.
Artinya; tidak terhalangi oleh salib, yaitu segala pergumulan/beban hidup dan tugas-tugas pelayanan ditengah-tengah
ibadah yang Tuhan percayakan.
-
Bila berlari, mereka
tidak akan tersandung.
Artinya; memiliki kekuatan sehingga tidak
terjatuh, saat melewati sandungan.
Ini adalah gambaran dari orang-orang yang
sedang menanti-nantikan Tuhan (Yesaya
40:30).
Oleh sebab itu, tetaplah berpegang pada didikan Tuhan dengan kata lain
menghargai didikan dan hajaran lewat firman yang
disampaikan di tengah-tengah ibadah yang Tuhan percayakan, karena Dialah hidup dan kebahagiaan.
Amsal 4: 14-15
(4:14) Janganlah menempuh jalan orang fasik,
dan janganlah mengikuti jalan orang jahat.
(4:15) Jauhilah jalan itu, janganlah melaluinya, menyimpanglah dari padanya
dan jalanlah terus.
Janganlah menempuh jalan orang fasik, jangan mengikuti
jalan orang jahat,
segeralah menyimpang dari jalan orang fasik, berjalanlah di jalan yang lurus, itulah
hikmat yang berasal dari didikan Tuhan. Tidak perlu malu bila harus kehilangan
harga diri, tidak perlu takut dan kuatir atas soal-soal penghidupan.
Amsal 4: 16-17
(4:16) Karena mereka tidak dapat tidur,
bila tidak berbuat jahat; kantuk mereka
lenyap, bila mereka tidak membuat orang tersandung;
(4:17) karena mereka makan roti kefasikan,
dan minum anggur kelaliman.
Tabiat-tabiat dari orang fasik:
-
Orang fasik tidak
dapat tidur bila tidak berbuat jahat.
Jadi, kefasikan
itu merupakan kenikmatan bagi mereka. Berbanding terbalik dengan mereka yang
menyukai kebenaran, pengalaman kematian adalah suatu kenikmatan bagi mereka.
Kematian adalah
suatu pengalaman yang indah bersama dengan Tuhan, karena dosa dan pengaruh yang
tak suci tidak berkuasa lagi.
-
Kantuk mereka lenyap,
bila mereka tidak membuat orang tersandung.
Ketika orang
tersandung, itu juga merupakan kenikmatan bagi mereka.
Kantuk = rasa
seseorang sedang tidur.
Jadi, orang fasik harus berbuat kejahatan, ketidak-benaran, keonaran, sebab apa yang mereka perbuat
merupakan kenikmatan dan itu menjadi suatu kebiasan karena kefasikan itu telah mendarah
daging, dan mereka melakukan itu tanpa rasa bersalah, tidak merasa tertuduh,
sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa orang fasik tidak memiliki hati
nurani.
Penyebabnya:
-
Mereka makan roti kefasikan =
dikenyangkan oleh ketidak-benaran.
Sesungguhnya,
kalau seseorang terbiasa dikenyangkan oleh roti hidup yang turun dari sorga,
maka ia akan merasa jijik dan muak terhadap roti kefasikan
-
Minum anggur kelaliman = minum anggur asam, tanpa keadilan dan kebenaran.
Dengan keadaan
seperti ini, menunjukkan jati dirinya bahwa ia tidak mendapat pembelaan, pemeliharaan, kemurahan Tuhan
(Yesaya 5: 5-7).
Yesaya
59:4a
(59:4) Tidak ada yang mengajukan pengaduan
dengan alasan benar, dan tidak ada yang menghakimi dengan alasan teguh; orang
mengandalkan kesia-siaan dan mengucapkan dusta, orang mengandung bencana dan melahirkan
kelaliman.
Sikap orang fasik; tidak ada yang
mengajukan pengaduan dengan alasan benar, dan tidak ada yang menghakimi dengan
alasan teguh, karena orang-orang fasik “…mengandung bencana dan melahirkan kelaliman.”
-
Mengandung
bencana = makan roti kefasikan/dikenyangkan oleh ketidak benaran.
-
Melahirkan
kelaliman = minum anggur asam.
Demikianlah
jalan orang fasik tanpa kebenaran karena mereka menyukai kejahatan.
Sekarang kita bandingkan dnegan jalan
orang benar, untuk
memperoleh kebahagiaan
di bumi dan di sorga.
Amsal 4: 18
(4:18) Tetapi jalan orang benar itu seperti
cahaya fajar, yang kian bertambah terang
sampai rembang tengah hari.
Jalan orang benar seperti CAHAYA FAJAR, yang kian
bertambah terang sampai rembang tengah hari.
Artinya; jalan orang benar itu semakin hari semakin
diterangi sampai tidak terlihat bayang-bayang dosa/kegelapan. Ini adalah hasil penyucian dari firman pengajaran
mempelai dalam terangnya
Tabernakel, disebut juga dengan
firman pengajaran yang rahasianya dibukakan. Jika terjadi penyingkapan rahasia firman
Tuhan, maka segala yang terselubung akan tersingkap, sehingga, menerangi
kegelapan dosa, sekaligus memberi pengertian kepada orang bodoh
supaya tidak mengulangi kesalahan-kesalahan sebagai kebodahan (Mazmur 119 : 130).
Firman
pengajaran mempelai dalam terangnya Tabernakel gambarannya adalah; “seperti kilat
memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat” (Matius 24: 27), kalau kita kaitkan
dengan pola Tabernakel berarti terjadinya terang mulai dari PINTU GERBANG (timur)
= cahaya fajar, sampai RUANGAN MAHA SUCI (barat) = bertambah terang sampai
rembang tengah hari.
Sekarang kita lihat; TABERNAKEL yang didirikan oleh Musa
(kemah Musa).
TABERNAKEL TERDIRI DARI 3 DAERAH.
YANG PERTAMA adalah DAERAH HALAMAN.
Keluaran 27: 11-15, 18
(27:11) Demikian juga pada sebelah utara, pada panjangnya, harus ada layar
yang seratus hasta panjangnya,
tiang-tiangnya harus ada dua puluh dan alas-alas tiang itu harus dua puluh,
dari tembaga, tetapi kaitan-kaitan tiang itu dan penyambung-penyambungnya harus
dari perak.
(27:12) Dan pada lebar pelataran itu pada
sebelah barat harus ada layar yang lima puluh hasta, dengan sepuluh
tiangnya dan sepuluh alas tiang itu.
(27:13) Lebar pelataran itu, yaitu bagian
muka pada sebelah timur harus lima puluh hasta,
(27:14) yakni lima belas hasta layar untuk sisi yang satu di samping pintu
gerbang itu, dengan tiga tiangnya dan tiga alas tiang itu;
(27:15) dan juga untuk sisi yang kedua di samping pintu gerbang itu lima
belas hasta layar, dengan tiga tiangnya dan tiga alas tiang itu;
(27:18) Panjang pelataran itu harus seratus hasta, lebarnya lima puluh hasta dan
tingginya lima hasta, dari lenan halus yang dipintal benangnya, dan
alas-alasnya harus dari tembaga.
Daerah
halaman ...
-
Panjang sisi utara dan
selatan: 100 hasta.
-
Lebar sisi timur dan barat: 50 hasta.
-
Tingginya: 5 hasta.
Jika kita masukkan dengan rumus yang ada:
-
Panjang x tinggi x 2 = 100 x 5 x 2 = 1000 hasta.
-
Lebar x tinggi x 2 = 50 x 5 x 2 =
500 hasta.
Jadi, volume keseluruhan = 1500 hasta à zaman
Taurat.
Musa menerima hukum Taurat di atas gunung Sinai, sekitar
kurang lebih tahun 1496 SM (kurang lebih 1500 sebelum Masehi).
1500 tahun zaman hukum Taurat, demikianlah halaman
diterangi oleh sinar terang secara jasmani, yaitu terang yang bersumber dari
benda-benda penerang yang ada di langit; matahari, bulan dan bintang (Kejadian 1: 14-16), sama halnya ketika
mempersembahkan korban persembahan kepada Tuhan yang bersifat
lahiriah/jasmaniah.
Semua yang ada di halaman diterangi oleh terang jasmani,
terang yang bersifat lahiriah, itulah zaman hukum Taurat = CAHAYA FAJAR.
TABERNAKEL TERDIRI DARI 3 DAERAH:
YANG KEDUA adalah DAERAH RUANGAN SUCI.
Keluaran 26: 16-20, 22-24
(26:16) sepuluh hasta panjangnya satu papan
dan satu setengah hasta lebarnya tiap-tiap
papan.
(26:17) Tiap-tiap papan harus ada dua pasaknya yang disengkang satu sama
lain; demikianlah harus kauperbuat dengan segala papan Kemah Suci.
(26:18) Haruslah engkau membuat papan-papan untuk Kemah Suci, dua puluh papan pada sebelah selatan.
(26:20) Juga untuk sisi yang kedua dari Kemah Suci, pada sebelah utara, kaubuatlah dua puluh papan
(26:22) Untuk sisi belakang Kemah Suci, pada sebelah barat, haruslah
kaubuat enam papan.
(26:23) Dua papan haruslah kaubuat untuk sudut Kemah Suci, di sisi
belakang.
(26:24) Kedua papan itu haruslah kembar pasaknya di sebelah bawah dan
seperti itu juga kembar pasaknya di sebelah atas, di dekat gelang yang satu
itu; demikianlah harus kedua papan itu; haruslah itu merupakan kedua sudutnya.
Ada 20 papan jenang di sebelah utara dan sebelah selatan.
Adapun papan-papan jenang itu dalam bentuk satuan/tiap-tiap papan jenang: 10
hasta tingginya, dan lebar dari tiap-tiap papan jenang 1,5 hasta x 20, berarti
seluruhnya 30 hasta.
Dengan demikian untuk RUANGAN SUCI;
-
Panjangnya: 20 hasta.
-
Lebarnya: 10 hasta.
-
Tingginya: 10 hasta.
Rumusnya: panjang x lebar x tinggi = 20 x 10 x 10 = 2000
hasta à Yesus Kristus disalibkan sampai kedatangan-Nya kembali ada 2000 tahun,
itulah zaman gereja, terangnya bersumber dari nyala api Roh Kudus.
Kalau kita kaitkan dengan Ruangan Suci, di situ terdapat pelita emas/kaki dian, dengan 7 pelita di atasnya berfungsi untuk menerangi
seisi ruangan suci = BERTAMBAH TERANG.
Wahyu 4: 5
(4:5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta
itu: itulah ketujuh Roh Allah.
Ketujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu, itulah
ketujuh Roh Allah, artinya; kehidupan yang diurapi Roh Kudus menjadi terang dan
menerangi seisi rumah, sama seperti kaki dian dengan 7 pelita di atasnya
menerangi seisi Ruangan Suci.
Itu sebabnya dalam Wahyu
5: 6 dikatakan “... Anak Domba
seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh
Allah yang diutus ke seluruh bumi” = kehidupan yang diurapi Roh Kudus menjadi
kesaksian, menjadi terang dunia.
Jadi, zaman gereja yang menjadi terangnya adalah urapan
Roh Kudus.
Berbeda dengan zaman hukum Taurat yang menjadi terangnya
adalah lahiriah = jasmani, juga segala yang dipersembahkan bersifat jasmaniah.
Kemudian ketika Ruangan Suci itu diterangi, maka
terlihatlah dengan jelas 2 perabotan yang lain, yaitu;
-
MEJA ROTI SAJIAN yang bersebelahan
dengan PELITA EMAS
Artinya; setelah
diterangi, maka akan terlihat sebuah kebenaran yang tersaji di hadapan Tuhan
sebagaimana 2 susun roti sajian di atas meja pertunjukan, masing-masing terdiri
dari 6 ketul roti tiap-tiap susun.
-
MEZBAH DUPA
Artinya; setelah
diterangi, maka akan terlihat doa orang-orang kudus yang dipanjatkan kepada
Tuhan = membakar ukupan wangi-wangian bagi Tuhan.
TABERNAKEL TERDIRI DARI 3 DAERAH:
YANG KETIGA adalah DAERAH RUANGAN MAHA SUCI (Keluaran 26: 18-24).
Kembali saya katakan: jumlah dari papan jenang itu 20
papan jenang, lebarnya 1,5 hasta, tingginya 10 hasta = 30 hasta panjangnya, dan
lebarnya 10 hasta.
Jadi, 30 ini pembagiannya: 20 hasta untuk Ruangan Suci, dan
pembagian yang kedua untuk Ruangan Maha Suci;
-
10 hasta panjangnya,
-
10 hasta tingginya,
-
10 hasta lebarnya.
Kalau kita gunakan rumus: panjang x lebar x tinggi = 10 x
10 x 10 = 1000 hasta à Kerajaan 1000 tahun damai di bumi, di mana terangnya disinari oleh
kemuliaan Allah.
Di dalam Ruangan Maha Suci terdapat tabut perjanjian,
peralatan yang paling utama di dalam Tabernakel.
Keluaran 25: 22
(25:22) Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup
pendamaian itu, dari antara kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara dengan engkau tentang
segala sesuatu yang akan Kuperintahkan kepadamu untuk disampaikan kepada orang
Israel."
Tabut perjanjian terdiri dari 2 bagian, yaitu;
1.
Tabut/peti à sidang mempelai wanita Tuhan.
2.
Tutup pendamaian dengan 2 kerub di
atasnya à Allah Trinitas, yaitu Tuhan Yesus Kristus, sebagai Mempelai Pria Sorga.
Berbicara tentang tabut itu berbicara tentang hadirat Allah
= takhta Allah, berarti; menggambarkan Shekinah
Glory, terang kemuliaan Allah = terang yang sempurna/REMBANG TENGAH HARI.
Rembang tengah hari = puncak terang, berada pada titik
fokus, sehingga ketika berdiri di hadapan Tuhan tidak terlihat bayang-bayang
gelap/bayang-bayang dosa à hadirat-Nya yang dialami oleh setiap kehidupan yang diperdamaikan, sebagaimana
Allah berbicara dari antara kedua kerub yang di atas tabut/hukum kepada Musa.
Wahyu 21: 10-11
(21:10) Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar
lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun
dari sorga, dari Allah.
(21:11) Kota itu penuh dengan kemuliaan
Allah dan cahayanya sama seperti permata
yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.
Yerusalem yang turun dari sorga, dari Allah, kota itu
penuh dengan kemuliaan Allah, cahayanya sama seperti permata yang paling indah.
Jadi, kerajaan 1000 tahun damai memancarkan cahaya
kemuliaan Allah à hadirat Tuhan yang dialami oleh setiap kehidupan yang telah diperdamaikan,
itulah gambaran dari mempelai perempuan, puncak dari pada kebahagiaan,
diterangi oleh cahaya kemuliaan Allah = Shekinah
Glory.
Dan cahaya kemuliaan Allah ini telah menjadi bagian dari kehidupan
yang telah disempurnakan, yaitu mempelai perempuan Tuhan, sesuai dengan Wahyu 12: 1, “suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari,
dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas
kepalanya”
Kembali saya katakan; Shekinah
Glory/cahaya kemuliaan Allah à kehidupan yang diperdamaikan, itulah mempelai perempuan Tuhan akan mengalami puncak kebahagiaan/kebahagiaan yang sempurna = 7 kebahagiaan di dalam kitab
Wahyu.
-
Kebahagiaan yang pertama.
Wahyu 1: 3
(1:3) Berbahagialah ia
yang membacakan dan mereka yang mendengarkan
kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa
yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.
Berbahagialah
yang membacakan dan yang mendengarkan, dan yang menuruti kata-kata nubuatan
yang tertulis (Wahyu).
Mungkin kita telah
membaca firman Tuhan di rumah kita masing-masing, tetapi kebahagiaan itu tidak
berhenti hanya membaca kitab suci, oleh sebab itu harus dilanjutkan dengan mendengarkan
pemberitaan firman di dalam kandang penggembalaan, selanjutnya menuruti, supaya
mengalami kebahagiaan.
-
Kebahagiaan yang kedua.
Wahyu 14: 13
(14:13) Dan aku mendengar suara dari sorga berkata:
Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati
yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata
Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena
segala perbuatan mereka menyertai mereka."
Berbahagialah
orang-orang mati yang
mati dalam Tuhan sejak sekarang ini.
Orang-orang yang mati di dalam Tuhan adalah
orang yang tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut (Wahyu 12:11). Kemudian, orang yang
kehilangan nyawanya adalah orang yang setia mengikuti Anak Domba (Matius 16:24-25).
-
Kebahagiaan yang ketiga.
Wahyu 16: 15
(16:15) "Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya, supaya ia
jangan berjalan dengan telanjang dan jangan kelihatan kemaluannya."
Berbahagialah
orang yang berjaga-jaga dan yang memperhatikan pakaiannya.
Berjaga-jaga =
tekun dalam doa penyembahan.
Memperhatikan
pakaian, berarti; tidak mencemari
pakaiannya = tidak telanjang.
-
Kebahagiaan yang keempat.
Wahyu 19: 9
(19:9) Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan
kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah
benar, perkataan-perkataan dari Allah."
Berbahagialah
mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.
Mereka menunjuk pada pengantin perempuan,
dan kepada mereka dikaruniakan kain lenan halus.
-
Kebahagiaan yang kelima.
Wahyu 20: 6
(20:6) Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Kematian yang
kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi imam-imam
Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan
Dia, seribu tahun lamanya.
Berbahagia dan
kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu.
Kemudian,
kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi
imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja
bersama-sama dengan Dia, 1000 tahun lamanya.
Jadi, kebahagiaan
yang kelima adalah mendapat bagian dalam kebangkitan yang
pertama.
Dampak positif yang mereka
terima;
·
Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi.
·
Menjadi imam-imam Allah dan Kristus, mereka memerintah sebagai raja
bersama-sama dengan Dia 1000 tahun lamanya.
-
Kebahagiaan yang keenam.
Wahyu 22: 7
(22:7) "Sesungguhnya Aku datang segera. Berbahagialah orang yang menuruti
perkataan-perkataan nubuat kitab ini!"
Berbahagialah
orang yang menuruti perkataan-perkataan nubuatan ini.
Prakteknya; tidak menambahkan dan
mengurangkan firman Tuhan.
· Menambahkan
artinya; pemberitaan firman Tuhan disertai
dengan cerita-cerita isapan jempol, dongeng nenek-nenek tua, takhayul-takhayul,
dan lain sebagainya.
·
Mengurangkan
artinya; pemberitaan firman tentang salib diganti dengan dua hal yaitu;
1. Teori kemakmurana
artinya; orang Kristen tidak boleh miskin.
2. Pemberitaan tentang
salib diganti dengan mujizat-mujizat, tanda-tanda heran dan lain sebagaiunya.
-
Kebahagiaan yang ketujuh.
Wahyu 22: 14
(22:14) Berbahagialah
mereka yang membasuh jubahnya. Mereka akan memperoleh hak atas pohon-pohon
kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam kota itu.
Berbahagialah
mereka yang membasuh jubahnya.
Wahyu 7:14
(7:14) Maka kataku
kepadanya: "Tuanku, tuan mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku:
"Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan
mereka telah mencuci jubah mereka dan
membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.
Mencuci jubah mereka dan membuatnya putih
di dalam darah Anak Domba.
Darah à pengorbanan, seperti kesusahan besar
yang dialami oleh orang banyak, yang tidak terhitung jumlahnya, yang berdiri
dihadapan takhta dan dihadapan Anak Domba (Wahyu
7:9).
Upah mereka ialah; memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan, dan masuk melalui pintu-pintu
gerbang ke dalam kota itu.
Pohon kehidupan à kepada pribadi
Yesus Kristus, penuh kasih karunia dan kebenaran.
7 KEBAHAGIAAN DI DALAM KITAB WAHYU DIKAITKAN DENGAN PELITA EMAS (KAKI DIAN
DENGAN 7 PELITA DI ATASNYA)
Ketujuh kebahagiaan ini dikaitkan pada pelita emas à kebahagiaan yang sempurna. 7 = sempurna.
Berarti, kebahagiaan yang sempurna itu berasal dari
terang yang sempurna, itulah Shekinah Glory,
cahaya kemuliaan Allah.
Ada 7 kebahagiaan yang sempurna di dalam kerajaan
yang kekal.
Wahyu 22: 3-5
(22:3) Maka tidak akan ada lagi laknat.
Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di
dalamnya dan hamba-hamba-Nya akan beribadah
kepada-Nya,
(22:4) dan mereka akan melihat wajah-Nya,
dan nama-Nya akan tertulis di dahi mereka.
(22:5) Dan malam tidak akan ada lagi di sana, dan mereka tidak memerlukan
cahaya lampu dan cahaya matahari, sebab Tuhan
Allah akan menerangi mereka, dan mereka
akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.
1.
Tidak akan ada lagi
laknat.
= keadilan yang
sempurna.
2. Takhta Allah dan takhta Anak Domba akan ada di dalamnya.
= kerajaan yang
sempurna.
3. Hamba-hamba-Nya akan beribadah kepada-Nya.
=
ibadah/penyembahan yang sempurna.
4. Mereka akan melihat wajah-Nya.
=
pertemuan/persekutuan yang sempurna.
Saat ini kita
masih samar-samar melihat-Nya, namun suatu saat kita akan melihat wajah-Nya
dengan sempurna.
5. Nama-Nya akan tertulis di dahi mereka.
= kesatuan yang
sempurna.
6. Tuhan Allah akan menerangi mereka.
= terang yang
sempurna.
7. Mereka akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya.
= pemerintahan
yang sempurna, karena mereka memerintah bukan lagi sebagai seorang pejabat
tinggi yang ada di dunia ini, malainkan memerintah sebagai imamat yang rajani,
pelayanan yang berkuasa terhadap dosa kejahatan dan kenajisan.
Kalau memerintah
sebagai seorang pejabat tinggi di dunia, ia belum tentu sempurna, tidak
tertutup kemungkinan masih dikuasai oleh roh jahat dan roh najis.
Jadi, jelas sekali kebahagiaan yang sempurna seperti jalan orang benar akan semakin terang seperti rembang tengah hari, bahkan
terang itu akan memuncak sampai kebahagiaan yang kekal, yang bersumber dari Shekinah Glory.
Pada tabut perjanjian; dari atas tutup pendamaian, di antara
kedua kerub memancar cahaya kemuliaan Allah, itulah Shekinah Glory, cahaya kemuliaan Allah bagi mempelai perempuan yang
telah disempurnakan.
Syarat mengalami kebahagiaan.
Matius 5: 12
(5:12) Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab
demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang
sebelum kamu."
Untuk memperoleh kebahagiaan itu, syaratnya adalah; mengalami
aniaya karena firman/menderita karena kebenaran.
Kita telah diterangi oleh kemurahan Tuhan, diawali dengan
benda-benda penerang pada zaman hukum Taurat, kemudian menjadi terang karena
diurapi oleh Roh Kudus, dan puncaknya diterangi cahaya kemuliaan yang dialami
oleh gereja Tuhan yang telah disempurnakan, itulah mempelai perempuan Tuhan.
TUHAN YESUS KRISTUS
KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment