IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 01 JULI 2015
Tema: DARI KITA
KOLOSE
` (Seri 46)
Subtema: DAUN HIJAU MENJADI OBAT
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam di dalam kasih
Kristus.
Dengan kasih sayang dan kasih setia-Nya yang abadi, kita
dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Doa Penyembahan pada malam hari ini.
Kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa
Penyembahan dari surat yang dikirim Rasul Paulus untuk jemaat di Kolose.
Kolose 1: 21
(1:21) Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang
memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang
jahat,
Kita memperhatikan kalimat: “Kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah”, ini gambaran dari bangsa
kafir.
Lebih jauh kita melihat ...
Efesus 2: 11-13
(2:11)
Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi
menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang
menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh
tangan manusia, --
(2:12)
bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam
ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan
tanpa Allah di dalam dunia.
(2:13)
Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang
dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah
Kristus.
Yang dahulu hidup jauh, berarti: Tanpa Kristus, tidak termasuk
kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di
dalam dunia.
Keterangan: “TANPA PENGHARAPAN.”
Yehezkiel 37: 1-2
(37:1)
Lalu kekuasaan TUHAN meliputi aku dan Ia membawa aku ke luar dengan perantaraan
Roh-Nya dan menempatkan aku di tengah-tengah lembah, dan lembah ini penuh
dengan tulang-tulang.
(37:2) Ia
membawa aku melihat tulang-tulang itu berkeliling-keliling dan sungguh, amat
banyak bertaburan di lembah itu; lihat, tulang-tulang itu amat kering.
Tuhan memperlihatkan tulang-tulang kering kepada
Yehezkiel di suatu lembah, di mana tulang-tulang kering itu bertaburan amat
banyak.
Yehezkiel 37: 11
(37:11) Firman-Nya
kepadaku: "Hai anak manusia, tulang-tulang ini adalah seluruh kaum Israel.
Sungguh, mereka sendiri mengatakan: Tulang-tulang kami sudah menjadi kering,
dan pengharapan kami sudah lenyap, kami sudah hilang.
Tulang-tulang kering artinya; pengharapan sudah lenyap =
tanpa pengharapan.
Amsal 17: 22
(17:22)
Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah
mengeringkan tulang.
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur.” Datanglah kepada Tuhan dengan hati yang gembira,
menghadap takhta kasih karunia dengan hati yang gembira, sehingga apa saja yang
diiginkan oleh hati Tuhan berikan.
Oleh sebab itu, ketika kita beribadah melayani kepada
Tuhan, tunjukkan hati yang gembira, meluap-luap saat memuliakan Tuhan.
“Tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”
Mari kita lihat ...
Penyebab
menjadi tulang-tulang kering.
YANG
PERTAMA.
Amsal 15: 13
(15:13)
Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan
semangat.
Penyebabnya: Mengalami kepedihan di hati. Sesungguhnya hal itu merugikan seseorang, karena
kepedihan di hati mematahkan semangat seseorang.
Semangat yang patah, berarti tidak bergairah dalam segala
hal. Jangankan bekerja, beribadah dan melayani, bahkan hidup saja tidak
semangat.
Ciri-cirinya: Muka
tidak berseri-seri = muka muram.
Mari kita lihat MUKA MURAM.
Kejadian 4: 5
(4:5)
tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain
menjadi sangat panas, dan mukanya muram.
Hati Kain menjadi sangat panas (kepedihan di hati) dan
mukanya muram.
Jadi, muka muram berasal dari hati yang panas (kepedihan
di hati). Apa yang keluar, berasal dari dalam hati, tidak bisa ditutup-tutupi.
Sebaliknya, kalau hatinya panas tetapi muka dibuat berseri-seri = munafik, di
luar dan di dalam tidak sama.
Kejadian 4: 6-7
(4:6)
Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?
(4:7)
Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau
tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda
engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."
Hati panas (kepedihan di hati) dan muka muram (tidak
berseri), menunjukkan bahwa seseorang tidak mampu berbuat baik di hadapan
Tuhan.
Karena Kain tidak mampu berbuat baik, Tuhan
memperingatkan dia: “Jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah
mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda.”
Dahulu saya seringkali mengalami kejengkelan, sehingga
muka menjadi muram, dan hal itu biasa saya pertahankan. Namun oleh karena
kemurahan Tuhan, sedikit demi sedikit, semua itu terkikis.
Jadi, tidak ada yang bisa saya banggakan selain bermegah
di dalam Tuhan, saya bisa karena kemurahan hati Tuhan.
Bukti
tidak mampu berbuat baik.
Kejadian 4: 3-5
(4:3)
Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil
tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan;
(4:4)
Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing
dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban
persembahannya itu,
(4:5)
tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain
menjadi sangat panas, dan mukanya muram.
Tuhan tidak mengindahkan Kain dan korban persembahannya,
itulah sebabnya hati Kain menjadi sangat panas dan mukanya muram.
Pertanyaannya: Apa penyebab Tuhan tidak mengindahkan Kain
dan korban persembahannya?
Pada ayat 3 dengan jelas dikatakan: “Kain mempersembahkan sebagian
dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan.”
Sebagian dari hasil tanah, artinya; tidak mengasihi Tuhan
dengan sepenuh hati, berarti hanya sebagian hati; sebagian hati mengasihi
Tuhan, sebagian hati lagi mengasihi yang lain.
Seharusnya, pada saat Tuhan tidak mengindahkan Kain dan
korban persembahannya, ia harus segera intropeksi diri, tetapi karena Kain
tidak mau ditegor, akhirnya perbuatan salah itu terus menjadi-jadi.
Oleh sebab itu, harus berhati-hati. Kalau ada teguran
firman harus diperhatikan, kalau tidak, maka kesalahan itu akan menjadi-jadi.
Markus 12: 29-30, 32
(12:29)
Jawab Yesus: "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel,
Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.
(12:30)
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.
(12:32)
Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus: "Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu
itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia.
Perlu diketahui: Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa = satu =
tunggal, bukan dua bukan tiga.
Karena Allah itu esa, maka setiap orang yang percaya
harus mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi, dengan segenap kekuatan,
dengan kata lain tidak sebagian hati.
Andaikata Tuhan Allah itu dua, maka sebagian hati kita
persembahkan kepada Tuhan Allah yang pertama, dan sebagian hati dipersembahkan
pada tuhan allah yang kedua.
Tetapi kita perhatikan pada ayat 32, ahli Taurat
membenarkan perkataan Yesus: “Tepat
sekali, Guru, benar kata-Mu itu, bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain
kecuali Dia.” Mari kita akui kemurahan Allah dengan cara mengakui segala kesalahan
(pengakuan dosa). Sesungguhnya kelemahan dari ahli-ahli Taurat, mengerti firman
Tuhan tetapi tidak menjadi pelaku.
1 Timotius 2: 5-6
(2:5)
Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan
manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,
(2:6) yang
telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian
pada waktu yang ditentukan.
Allah itu
esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, itulah pribadi Yesus Kristus; menjadi korban penebus
dosa di atas kayu salib.
Kita ditebus bukan dengan barang fana, bukan dengan emas
dan perak, bukan dengan harta kekayaan, bukan dengan uang, tetapi dosa manusia
ditebus oleh karena darah Anak Domba, bukan dengan yang lain-lain.
Andaikata dosa dapat ditebus dengan uang atau emas atau
perak, maka kita dapat menyembah allah lain, tetapi Allah itu esa, oleh sebab
itu, kita harus mengasihi Dia dengan segenap atau sepenuh hati, bukan dengan
sebagian hati.
Penyebab
menjadi tulang-tulang kering.
YANG
KEDUA.
Amsal 15: 15
(15:15)
Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya
selalu berpesta.
Penyebabnya: Hati seseorang berkesusahan, ini merugikan diri sendiri, sebab hari orang
berkesusahan buruk semuanya.
Sekalipun diberikan pengharapan, tetapi ia tidak percaya
lagi, bahkan bisa dengan tiba-tiba membabi buta, karena hati berkesusahan.
Ciri-ciri hati berkesusahan: Hati tidak berpesta.
Matius 22: 2-3
(22:2)
"Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin
untuk anaknya.
(22:3) Ia
menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan
kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang.
Kerajaan
Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya à suasana pesta.
Selanjutnya, ia
menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan
kawin itu, menunjukkan bahwa kerinduan dari Tuhan adalah supaya hati kita
berada dalam suasana pesta.
Namun sayangnya, undangan itu tidak mau datang,
menunjukkan bahwa tidak menginginkan hatinya dalam suasana pesta.
Malam ini kita datang beribadah melayani kepada Tuhan,
itu bagaikan undangan, supaya hati kita bersuasana pesta.
Oleh sebab itu, kalau kita beribadah, datanglah dengan
hati yang gembira.
Matius 22: 4-6
(22:4) Ia
menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang
diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan
ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke
perjamuan kawin ini.
(22:5)
Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke
ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya,
(22:6) dan
yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya.
Orang yang menolak undangan, berarti mengecilkan 2 hal:
1.
Hidangan yang telah disediakan.
Arti rohaninya;
menolak/mengecilkan pemberitaan firman Tuhan yang disampaikan di tengah-tengah
ibadah.
2.
Lembu-lembu jantan dan ternak piaraan yang telah
disembelih.
Artinya;
tidak menghargai korban Kristus sebagai korban penghapus dosa.
Kalau
malam hari ini kita datang beribadah kepada Tuhan, itu semua oleh karena darah
Anak Domba Paskah, seperti bangsa Israel dibebaskan dari Mesir oleh karena
darah Anak Domba Paskah untuk selanjutnya dibawa masuk ke tanah Kanaan supaya
mereka dapat beribadah kepada Tuhan.
Alasan mereka menolak
undangan:
1. Pergi ke
ladang.
Artinya;
sibuk dengan segala perkara duniawi. Ladang à duniawi.
Bertolak
belakang dengan kebenaran firman Allah.
Sama
seperti Marta; dia sibuk dengan segala perkara lahiriah, perkara di bawah/di
bumi, sehingga ia tidak mau mendengar firman Tuhan. Kalau sibuk dengan perkara
di bawah, maka ia adalah orang yang tidak mau menghargai firman Tuhan.
Justru
Marta mempersalahkan Tuhan dan Maria, itu sebabnya Marta meminta supaya Yesus menyuruh
Maria untuk membantu dia, tetapi Yesus berkata: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak
perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang
terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya."
Ketika
kita datang dengan segala kerendahan hati untuk mendengar firman Tuhan =
mengambil bagian yang terbaik.
2. Pergi
mengurus usahanya.
Artinya;
sibuk dengan segala perkara daging = hidup menurut hawa nafsu dan keinginan
daging.
Bertolak
belakang dengan kuasa Roh Kudus,
sebab orang yang hidup menurut keinginan daging memikirkan hal-hal yang dari
daging, tidak memikirkan hal-hal yang dari roh, itulah perkara di atas/perkara
rohani, yaitu; segala yang berkaitan dengan ibadah dan pelayanan.
3. Menangkap
hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya.
Dalam 1
Yohanes 3: 15, “Setiap orang yang membenci
saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada
seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.”
Membenci
saudara = seorang pembunuh, dan di dalam dirinya tidak ada kasih.
Jadi,
membunuh itu bertolak belakang dengan kasih
Allah.
Kalau satu kali seseorang beralasan untuk menghindari
ibadah, maka untuk yang kedua kali, Setan akan menyediakan alasan berkeranjang-keranjang
yang jauh lebih tepat dan masuk akal untuk menjauhkan atau memisahkan seseorang
dari ibadah dan pelayanan.
Matius 22: 7-8
(22:7)
Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan
pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka.
(22:8)
Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia,
tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu.
Disini dikatakan: “Murkalah
raja itu, lalu menyuruh pasukannya untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan
membakar kota mereka” = tidak mendapatkan pengampunan.
Jikalau malam ini kita masih diberi kesempatan berada di
kota raja besar untuk menjalankan Ibadah Doa Penyembahan di hadapan Tuhan,
menunjukkan Tuhan masih memberi kesempatan kepada kita, dan kesempatan ini
adalah panjang sabar Tuhan.
Tetapi di sini kita melihat, raja itu tidak memberi
kesempatan, tidak memberi pengampunan, karena mereka tidak layak untuk itu.
Matius 22: 9
(22:9)
Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap
orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu.
Undangan yang kedua: Para hamba-hamba itu pergi ke
persimpangan-persimpangan jalan supaya mengundang orang yang dijumpai di sana.
Jadi, undangan yang kedua ini ditujukan kepada
orang-orang yang ada di persimpangan-persimpangan jalan. Kalau undangan yang
pertama ditujukan kepada mereka yang layak untuk diundang, tetapi mereka
menolak itu.
Jadi sebetulnya, Tuhan betul-betul rindu supaya hati kita
dalam suasana pesta.
Matius 22: 10
(22:10)
Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang
dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga
penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu.
Kemudian, para hamba-hamba itu mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang
jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu
dengan tamu = hati dalam suasana pesta.
Matius 22: 11-12
(22:11)
Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang
yang tidak berpakaian pesta.
(22:12) Ia
berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak
mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja.
Tetapi raja itu melihat seorang yang tidak berpakaian
pesta, ini menunjuk kepada golongan yang dipanggil/diundang tetapi tidak masuk
dalam golongan yang dipilih.
Raja itu pun bertanya: “Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan
pakaian pesta?”
Kita datang menghadap takhta kasih karunia/beribadah
melayani Tuhan, tetapi hati tidak dalam suasana pesta, ini adalah pertanyaan
besar, bagaimana bisa beribadah melayani Tuhan tetapi hati tidak dalam damai
sejahtera, tidak dalam sukacita, tidak bersuasanakan pesta??
“Tetapi
orang itu diam saja”, tidak ada
jawaban.
Artinya; ia tidak mau memohon, tidak meminta belas kasih
Tuhan supaya diberi kesempatan = Ia tidak mau mengakui dosa / tidak mau
mengakui kesalahan, untuk selanjutnya memohon belas kasih kepada Tuhan.
Berbeda dengan perempuan Kanaan yang disebut juga bangsa
kafir adalah gambaran dari anjing, ia menyadari diri sebagai orang yang
berdosa, selanjutnya tidak henti-henti ia memohon belas kasih dari Tuhan.
Matius 22: 13
(22:13)
Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan
campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan
terdapat ratap dan kertak gigi.
Selanjutnya, raja itu mengikat kaki dan tangan orang itu.
Kaki dan tangan yang terikat, berarti tidak dapat
melayani Tuhan, tidak dapat mengiringi dan berjalan bersama dengan Tuhan.
Tempat yang layak untuk orang yang demikian: Dicampakkan
ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sana tidak ada terang, itulah kerajaan
Iblis/Setan, di sana juga terdapat ratap (kesedihan) & kertak gigi
(kepedihan).
Dua hal di atas tadi (kepedihan hati dan berkesusahan) yang
menyebabkan terjadinya tulang-tulang kering, tidak ada lagi pengharapan, tidak
ada gairah hidup, tidak mau berjuang di tengah-tengah ibadah pelayanan.
Saya pernah melihat hal yang demikian; seseorang akan
diposisikan atau dipromosikan sebagai manager di satu divisi di Krakatau Steel.
Oleh karena itu, ia diberi training di luar negeri,
tetapi setelah kembali ke Indonesia, ternyata posisi itu diambil alih oleh
orang lain, pada waktu yang sama isterinya sakit kanker dan akhirnya meninggal.
Akhirnya ia putus asa, patah semangat, tidak ada gairah
hidup, akhirnya ia tidak lagi mau mengakui keajiban kasih Tuhan, tidak lagi mau
memohon kepada Tuhan, tidak ada gairah hidup.
Awal pertama dia hanya diam, tidak ada permohonan kepada
Tuhan untuk memohon belas kasih, tidak mau memuji Tuhan. Akhirnya lidahnya tertarik,
dan tulang tangan dan kakinya juga ditarik, dan akhirnya meninggal dunia.
Jalan
keluar.
Amsal 17: 22
(17:22)
Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah
mengeringkan tulang.
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur.”
Oleh sebab itu, datanglah beribadah kepada Tuhan dengan
hati yang gembira dan sukacita sorgawi, jangan dengan hati yang pedih dan dalam
kesusahan, dengan kata lain jangan terpaksa beribadah melayani Tuhan.
1 Petrus 4: 13
(4:13)
Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam
penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada
waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.
Bersukacitalah sesuai dengan bagian yang kita dapat dalam
penderitaan Kristus, itulah ibadah dan pelayanan.
Jadi oleh karena ibadah dan pelayanan kita harus
menanggung penderitaan, bahkan menjadi tawanan Roh / terikat dengan pelayanan
dan oleh karena itu juga harus menderita, tetaplah bersukacita, sebab di sini
dikatakan: “Supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia
menyatakan kemuliaan-Nya”, yaitu pada saat Ia datang kembali untuk yang kedua
kalinya sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
2 Timotius 3: 12
(3:12)
Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan
menderita aniaya,
Setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus
akan menderita aniaya.
Kalau tidak mau menanggung aniaya/penderitaan, lebih baik
tidak perlu beribadah, lebih baik ia mundur. Tetapi orang yang mundur; tidak
ada Kristus di dalamnya.
Kalau mau beribadah, terimalah resikonya, yaitu menderita
aniaya, menanggung sengsara salib, itulah kasih Allah.
Gambaran
dari hati gembira dalam hidup beribadah kepada Kristus.
Mazmur 1: 3
(1:3) Ia
seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada
musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, sehingga
beberapa hal terlihat:
1.
Menghasilkan buahnya
pada musimnya.
2.
Tidak layu daunnya.
3.
Apa saja yang
diperbuatnya berhasil.
Persamaannya kita bandingkan dengan ...
Yeremia 17: 7-8
(17:7) Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya
pada TUHAN!
(17:8) Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan
akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas
terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang
tidak berhenti menghasilkan buah.
Pohon yang ditanam di tepi aliran air, dia bertumbuh dan
berakar, selanjutnya merambatkan akar-akarnya itu ke tepi batang air, sehingga
mengalami beberapa hal:
YANG PERTAMA: “Yang tidak mengalami datangnya panas terik.”
Artinya; mampu menghadapi ujian/nyala api siksaan =
aniaya karena firman = sengsara salib.
YANG KEDUA: “Yang daunnya tetap hijau.”
Gambaran dari hati yang gembira untuk bagian yang kedua
ini akan kita lihat lebih jauh.
YANG KETIGA: “Yang tidak kuatir dalam tahun kering.”
Dunia ini boleh mengalami resesi, tetapi anak-anak Tuhan
tidak akan mengalami ketakutan, tidak dikuasai roh kekuatiran, sebab di gunung
Tuhan semuanya tersedia, oleh sebab itu Allah disebut Yehova Jireh.
YANG KEEMPAT: “Yang tidak berhenti menghasilkan buah.”
Kalau kita kaitkan dengan pohon kehidupan yang terdapat
dalam Wahyu 22, pohon kehidupan itu
berbuah 12 kali, tiap-tiap bulan sekali à pengajaran rasul-rasul.
Pengajaran rasul-rasul (Kisah Para Rasul 2:42):
- Tekun dalam persekutuan à tekun dalam Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian.
- Tekun dalam pemecahan roti à tekun dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci.
- Tekun dalam doa à tekun dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Kita memperhatikan “yang daunnya tetap hijau.”
Yehezkiel 47: 12
(47:12) Pada kedua tepi sungai itu tumbuh bermacam-macam pohon buah-buahan,
yang daunnya tidak layu dan buahnya tidak habis-habis; tiap bulan ada lagi
buahnya yang baru, sebab pohon-pohon itu mendapat air dari tempat kudus itu.
Buahnya menjadi makanan dan daunnya menjadi
obat."
Daun yang hijau gambaran dari hati yang gembira adalah obat
bagi tulang-tulang kering / semangat yang patah.
Jadi, kalau kita datang beribadah dengan hati yang
gembira adalah obat bagi tulang-tulang kering, semangat yang patah.
Datanglah kepada Tuhan dengan hati yang gembira, jangan
dengan terpaksa, jangan dalam kesusahan hati, supaya orang yang semangatnya
patah digairahkan kembali. Inilah gambaran dari orang-orang yang terbeban
terhadap sesamanya di tengah-tengah ibadah dan pelayanan kepada Tuhan. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment