IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 10 JULI 2015
“DARI KITAB MALEAKHI”
Subtema: MENGUNJUNGI
YATIM PIATU
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita sekalian, salam
dalam kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi.
Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk
melangsungkan Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci.
Kita memperhatikan KITAB MALEAKHI.
Maleakhi 3: 18
(3:18) Maka kamu akan melihat kembali perbedaan antara orang benar dan
orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak
beribadah kepada-Nya.
Kita dapat melihat perbedaan antara orang benar dan orang
fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah
kepada-Nya.
Orang benar = orang yang beribadah kepada Allah.
Orang fasik = orang yang tidak beribadah kepada Allah,
sekalipun ia beribadah dan melayani di tengah-tengah ibadah itu sendiri.
Saat ini kita tidak dapat menunjukan bahwa ibadah yang
kita jalankan lebih benar dari ibadah-ibadah yang dijalankan orang lain, tetapi
kita patut bersyukur kepada Tuhan, karena sejauh ini kita telah digembalakan
oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, yang disebut juga
firman pengajaran yang rahasianya dibukakan, untuk membangun, menghibur,
menasihati, dengan kata lain menyelidiki, mengoreksi segala sesuatu yang terkandung
di dalam hati, sampai kita dibawa masuk dalam pesta nikah Anak Domba, menjadi
pengantin perempuan, sasaran akhir dari ibadah pelayanan di atas muka bumi ini
= menjadi harta kesayangan, milik kesayangan-Nya pada hari yang disiapkan-Nya
itulah perjamuan kawin Anak Domba. Jadi, disitulah kita akan melihat perbedaan
itu, mana orang yang beribadah dan mana yang tidak beribadah, atau orang yang
beribadah tetapi tetap mempertahankan dosa kefasikan, bahkan melayani.
Jadi sekali lagi saya sampakan kita patut bersyukur bahwa
kita telah digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai, dimana dahulu kita
tidak mengetahui bahwa Firman Pengajaran Mempelai ini bagaikan harta yang
terpendam, harta yang berharga, sekarang kita berbahagia. Kemudian, awal mula
kita menerima Firman Pengajaran Mempelai ini seolah-olah asing bagi kita, karena
memang Firman Pengajaran Mempelai ini keras dan tajam itulah sebabnya Firman
Pengajaran Mempelai ini disebut juga bagaikan pedang yang tajam, lebih tajam
dari pedang bermata dua manapun. Ia hidup, kuat, menusuk amat dalam sampai
memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum dan dapat membedakan pertimbangan
dan pikiran hati kita, artinya; dapat menyucikan apa yang tidak dapat dilihat
oleh mata manusia. Itulah dahsyatnya Firman Pengajaran Mempelai, tetapi
sekalipun firman pengajaran ini tajam, namun kalau kita digembalakan oleh
firman pengajaran mengandung janji dan kuasa baik untuk masa yang sekarang
maupun untuk masa yang akan datang.
Saudaraku, berkaitan dengan ibadah segera kita memperhatikan....
Yakobus 1: 26-27
(1:26) Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak
mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.
(1:27) Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita,
ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan
menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.
Jikalau ada seorang yang menganggap dirinya beribadah,
tetapi tidak mengekang lidahnya; IA MENIPU DIRI SENDIRI.
Tidak mengekang lidah = hidup menurut hawa nafsu dan
keinginan daging.
Ini adalah kerugian besar, biasanya seseorang menipu orang
lain / sesamanya, tetapi kenyataannya kalau beribadah namun tidak dapat
menguasi hawa nafsu dan keinginan daging = menipu diri sendiri, maka dari pada
itu ibadah yang seperti ini adalah ibadah yang sia-sia.
Oleh sebab itu, supaya ibadah kita tidak menjadi sia-sia,
kiranya kita menjalankan IBADAH YANG MURNI, ibadah yang tak bercacat di hadapan
Allah, ialah mengunjungi yatim piatu dan
janda-janda dalam kesusahan mereka.
Pada Minggu lalu kita telah melihat ibadah yang murni yaitu:
“Mengunjungi
janda-janda dalam kesusahan mereka.”
Ada suatu keluarga yang meninggalkan Betelehem, Yehuda,
itulah Elimelekh dan isterinya Naomi dan dua anak laki-laki, pada saat Israel
mengalami resesi/kelaparan yang hebat. Kemudian, tidak lama Elimelekh mati di
daerah Moab, pendeknya; Naomi menjadi janda.
Mahlon dan Kilyon menikah, Mahlon mengambil isteri
bernama Orpa dan Kilyon mengambil isteri bernama Rut. Namun tidak lama kemudian
mereka mati. Pendeknya; Orpa dan Rut menjadi janda. Jumlah janda bertambah
banyak, dari satu menjadi tiga.
Tidak lama kemudian, Naomi mendengar bahwa Tuhan
memulihkan Israel, Tuhan telah memberikan makanan dengan limpah, sehingga ia
ingin kembali ke tanah leluhurnya, Betelehem, Yehuda, sebab dia adalah orang Efrata.
Pada saat Naomi hendak berpisah dengan kedua menantunya;
Orpa dan Rut, mereka menangis sejadi-jadinya, menunjukan bahwa kehidupan seorang
janda selalu dalam kesusahan hati, kesedihan, pendeknya dalam penderitaan. Tetapi
Orpa dan Rut tetap ingin mengikuti Naomi, namun Naomi terus mendesak kedua
menantunya itu untuk kembali kepada ibunya, kembali kepada allahnya, kembail
kepada bangsanya. Oleh karena desakan Naomi, akhirnya Orpa kembali, kepada ibunya, kepada allahnya, kepada
bangsanya, namun Rut tetap berpaut
kepada Naomi.
Pendeknya; Rut dan Naomi mendapat lawatan dari Tuhan di
dalam kesusahan mereka. Kita melihat Rut tetap berpaut kepada Naomi, mertuanya,
bahkan ketika didesak untuk kembali kepada ibunya, kepada bangsanya, kepada
allahnya, justru ia berkata: “Kemana engkau pergi, kesitu aku pergi”, ini adalah pengikutan yang benar.
Pengikutan yang benar; tidak menyimpang ke kiri dan ke
kanan = kuat dan teguh hati, tidak mudah dipengaruhi oleh situasi dan keadaan,
tidak mudah dipengaruhi segala sesuatu yang tidak suci.
Demikianlah pesan Musa kepada Yosua ketika hendak
melanjutkan kepemimpinan Musa untuk membawa bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan,
dia harus bersikap seperti seorang laki-laki; kuat dan teguh hati.
Daud juga berpesan kepada Salomo, supaya ia memiliki
sikap seperti laki-laki, kuat dan teguh hati, tidak menyimpang ke kiri dan ke
kanan, supaya kerajaan itu tidak putus-putusnya dari keturunan Daud.
Wujud kuat dan teguh hati, kita dapat melihat dari
perkataan Rut yaitu: “BANGSAMULAH BANGSAKU”
Dalam Keluaran 19:
5-6, Allah berfirman bahwa bangsa Israel menjadi harta kesayangan (bangsa yang terpilih), menjadi imamat yang rajani
dan bangsa yang kudus.
Jadi harta kesayangan / milik kesayangan adalah bangsa
yang terpilih = imamat rajani = bangsa yang kudus, dengan satu tujuan untuk
melayani Tuhan, dipanggil, dipilih untuk
melayani Tuhan.
Kita patut bersyukur, karena kita telah dipanggil dan oleh
darah Anak Domba Paskah kita dibebaskan, selanjutnya kita dibawa ke tanah
sorgawi dengan satu tujuan beribadah dan melayani Tuhan.
Pengakuan Rut selanjutnya, ia berkata:
“ALLAHMULAH ALLAHKU.”
Setiap suku, setiap bangsa punya allah sendiri, tetapi Allah bangsa Israel adalah Allah Abraham,
Ishak, Yakub, Allah yang hidup, yang mampu memberi iman, harap dan kasih.
Allah itu esa, oleh sebab itu, mengasihi Tuhan harus
dengan segenap hati, jiwa akal budi dan kekuatan, dengan sepenuh hati, berarti
bukan separuh hati.
Sebaliknya, kalau Allah itu dua, maka separuh hati menyembah
dan mengasihi allah yang pertama dan separuh hati menyebah dan mengasihi Allah
kedua.
Allah itu Tuhan dan Juruselamat, satu-satunya Penebus
dosa tidak ada yang lain. Barang yang fana, emas dan perak, harta kekayaan, tidak mampu menebus dosa-dosa
manusia, hanya Darah Anak Domba Allah sanggup menyucikan dosa manusia.
Pengakuan Rut ini adalah pengakuan yang luar biasa.
Sebelum pengakuan yang ketiga, dahulu kita punya banyak
allah dan kita sering menyembah allah itu dimulai dari kekerasan hati, terikat
dengan perkara lahiriah itu semua berhala, tetapi puji Tuhan, kalau kita bisa
melepaskan segala berhala-berhala di atas muka bumi, semua karena kemurahan
hati Tuhan.
Pengakutan ketiga, Rut berkata: “DI MANA ENGKAU MATI, AKU PUN
MATI DI SANA.`”
Kebangkitan yang benar adalah hasil dari kematian yang
benar. Kalau kematian benar, pasti kebangkitannya benar.
Ada kebangkitan palsu, itulah mereka yang beribadah
melayani Tuhan tetapi tidak mengubur hidup yang lama.
Kuasa kematian Yesus: Mengubur hidup yang lama.
Kuasa kebangkitan Yesus Kristus: Hidup dalam hidup
yang baru.
Kita belajar dari Rut dan sikap itu dapat kita lihat dari
pribadi rasul Paulus, ia menghendaki beberapa hal, antara lain
Rasul Paulus menghendaki;
-
Mengenal Dia secara pribadi.
Banyak orang mengenal Allah
karena ikut-ikutan, mengenal Allah karena mujizat, mengenal Allah karena perkara
lahiriah, mengikuti Tuhan karena motivasi-motivasi lain di dalam dirinya, ini
adalah pengenalan yang belum sempurna.
Biarlah kita mengenal
Dia dengan sempurna, hati bertemu hati, saat
Tuhan mencurahkan isi hatinya lewat firman Tuhan, terima dan tampung semua isi
hati Tuhan dalam hati kita; hati bertemu hati, mata bertemu mata, tangan
bertemu tangan, mulut bertemu mulut.
-
Kebangkitan-Nya.
Berarti, hidup dalam
hidup yang baru, senantiasa di tengah-tengah ibadah pelayanan kepada Tuhan,
karena rasul Paulus satu dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Pengakuan Rut ini tidak diduga oleh Naomi dan bahkan ia
tidak menduga Rut mengutarakan pengakuan-pengakuannya dihadapan Allah. Seorang
bangsa kafir yang dahulu hidup jauh dari Allah, yang dahulu menyembah allah
asing, tidak mengerti kuasa kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, tetapi
diawali dengan pengikutan yang benar, tiga pengakuan ini menjadi nyata di dalam
Rut sebagai janda dan tentunya kita semua.
Pendeknya; Tuhan mengunjungi Rut dalam kesusahannya,
Naomi pun dipulihkan oleh Tuhan.
Malam ini kita memperhatikan ...
Keterangan: “MENGUNJUNGI YATIM
PIATU DALAM KESUSAHAN MEREKA”
Yatim piatu, berarti tidak beribu, bapa.
Ibu bapa à seorang gembala.
Pendeknya: Tidak beribu bapa = tidak tergembala dengan
baik.
Kita perhatikan PRIBADI
ESTER.
Ester 2: 5-7
(2:5) Pada waktu itu ada di dalam benteng Susan seorang Yahudi, yang
bernama Mordekhai bin Yair bin Simei bin Kish, seorang Benyamin
(2:6) yang diangkut dari Yerusalem sebagai salah seorang buangan yang turut
dengan Yekhonya, raja Yehuda, ketika ia diangkut ke dalam pembuangan oleh raja
Nebukadnezar, raja Babel.
(2:7) Mordekhai itu pengasuh Hadasa, yakni Ester, anak saudara ayahnya,
sebab anak itu tidak beribu bapa lagi; gadis itu elok perawakannya dan cantik
parasnya. Ketika ibu bapanya mati, ia diangkat sebagai anak oleh Mordekhai.
Terlebih dahulu saya mengatakan, Ahasyweros sempat panas
hati, karena ratu Wasti tidak dengar-dengaran, sehingga ia tidak menghendaki
Wasti menjadi ratu lagi. Setelah panas hati itu surut, ia mengumpulkan semua
gadis-gadis yang elok parasnya di dalam benteng Susan, balai perempuan, sehingga
gadis yang terbaik pada pemandangan raja, menjadi ratu ganti Wasti.
Pada waktu itu ada seorang Yahudi yang bernama Mordekhai,
ia adalah buangan dari Yehuda pada zaman Yekhonya. Mordekhai adalah pengasuh Hadasa, yakni Ester,
sebab Ester tidak beribu bapa lagi / yatim piatu, sehingga ia diangkat sebagai anak
oleh Mordekhai.
Saudaraku, kita patut bersyukur, di dalam kandang
penggembalaan ini kita diasuh oleh Tuhan, berarti mendapat kunjungan Tuhan
dalam kesusahan-kesusahan kita.
Setiap manusia memiliki kesusahan, baik kaya miskin tua
muda laki-laki, tidak terkecuali, baik hamba Tuhan maupun sidang jemaat, semua
pasti mengalami kesusahan.
Yohanes 14: 15-18
(14:15) "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala
perintah-Ku.
(14:16) Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang
Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,
(14:17) yaitu Roh Kebenaran.
Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak
mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam
di dalam kamu.
(14:18) Aku tidak akan
meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.
Perhatian Tuhan kepada gereja-Nya; Ia akan memberikan
seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai sampai selama-lamanya, yaitu
Roh kebenaran, dengan kata lain Yesus tidak meninggalkan 12 murid dan
gereja-Nya sebagai yatim piatu.
Yohanes 16: 4B-7
(16:4) Tetapi semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya apabila datang
saatnya kamu ingat, bahwa Aku telah mengatakannya kepadamu."
(16:5) tetapi sekarang Aku pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku, dan
tiada seorang pun di antara kamu yang bertanya kepada-Ku: Ke mana Engkau pergi?
(16:6) Tetapi karena Aku mengatakan hal itu kepadamu, sebab itu hatimu
berdukacita.
(16:7) Namun benar yang Kukatakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi
kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan
datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.
(16:8) Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran
dan penghakiman;
Selain menyertai, Roh kebenaran itu menghibur sampai akhirnya
menginsafkan dunia akan dosa.
Itulah perhatian Tuhan terhadap gereja-Nya; Ia tidak akan
meninggalkan gereja-Nya yatim piatu.
Pertanyaannya; APA DAYA TARIK DARI ESTER SEHINGGA
MORDEKHAI MENGASUH ESTER?
Banyak yatim piatu di luaran sana, kalau ingin mengangkat
seorang anak, dapat diambil dari panti asuhan, tetapi kita tidak akan tertarik melihat
sikap yang tidak memiliki daya tarik.
Di sini kita melihat bahwa Ester itu elok parasnya dan cantik
perawakannya. Ini adalah daya tarik sehingga Mordekhai mengasihi Hadasa /
Ester.
Kejadian 39: 6-12
(39:6) Segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf, dan dengan
bantuan Yusuf ia tidak usah lagi mengatur apa-apa pun selain dari makanannya
sendiri. Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya.
(39:7) Selang beberapa waktu isteri tuannya memandang Yusuf dengan berahi,
lalu katanya: "Marilah tidur dengan aku."
(39:8) Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada isteri tuannya itu:
"Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini
dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku,
(39:9) bahkan di rumah ini ia tidak lebih besar kuasanya dari padaku, dan
tiada yang tidak diserahkannya kepadaku selain dari pada engkau, sebab engkau
isterinya. Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan
berbuat dosa terhadap Allah?"
(39:10) Walaupun dari hari ke hari perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf
tidak mendengarkan bujukannya itu untuk tidur di sisinya dan bersetubuh dengan
dia.
(39:11) Pada suatu hari masuklah Yusuf ke dalam rumah untuk melakukan
pekerjaannya, sedang dari seisi rumah itu seorang pun tidak ada di rumah.
(39:12) Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata:
"Marilah tidur dengan aku." Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di
tangan perempuan itu dan lari ke luar.
Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya.
Saudaraku, sikap yang manis dan paras yang elok telah dibuktikan
oleh seorang Yusuf, dimulai dari rumah bapanya; ia seorang anak yang paling
dikasihi Yakub dari antara saudara-saudaranya dan oleh karena itu ia dibenci.
Namun sekalipun ia dibenci, ia tetap berdiam diri, tidak melakukan perlawanan,
bahkan ia dipercayakan jubah yang maha indah, itulah baju efod dengan lima
warna. Selanjutnya dijual kepada saudagar dari Midian dengan harga 30 keping
uang perak, sebelum ia dijual, ia ditempatkan di sumur kosong yang kering,
namun ia tidak membenci saudara-saudaranya.
Tidak berhenti sampai di situ, Yusuf di bawa ke Mesir,
saudagar dari Midian menjual Yusuf kepada Potifar, kepala istana raja. Untuk
beberapa saat lamanya rumah Potifar diberkati, apapun yang dimilikinya
diberkati, bahkan rumah dan ladangnya diberkati oleh Tuhan, oleh karena keberadaan
Yusuf. Tetapi oleh karena sikap yang manis dan paras yang elok dari Yusuf, maka
isteri Potifar tertarik lalu mengajak untuk bersetubuh, tetapi Yusuf dengan
tegas menolak, sekalipun Yusuf berkuasa atas rumah Potifar dan ada kesempatan
tetapi Yusuf tetap mempertahankan kekudusannya. Sampai akhirnya isteri Potifar
menarik Yusuf, tetapi Yusuf tetap menolaknya.
Kejadian 39; 13-14
(39:13) Ketika dilihat perempuan itu, bahwa Yusuf meninggalkan bajunya
dalam tangannya dan telah lari ke luar,
(39:14) dipanggilnyalah seisi rumah itu, lalu katanya kepada mereka:
"Lihat, dibawanya ke mari seorang Ibrani, supaya orang ini dapat
mempermainkan kita. Orang ini mendekati aku untuk tidur dengan aku, tetapi aku
berteriak-teriak dengan suara keras.
Isteri Potifar memfitnah Yusuf; memutar balik fakta, dan
akhirnya Potifar memasukkan Yusuf ke dalam liang tutupan.
Semua itu Yusuf terima dengan segala kerelaan, tanpa
membalas kejahatan dengan kejahatan, tanpa mengadakan perlawanan, karena Yusuf
menyadari betul bahwa ia sedang berada dalam suatu rencana Allah yang besar.
Kalau kita dibentuk oleh nyala api siksaan, dibentuk oleh
banyaknya ujian-ujian, ujian yang satu belum selesai datang ujian yang kedua,
ujian yang kedua belum selesai, datang ujian yang ketiga, silih berganti, tujuan
Tuhan adalah supaya membentuk kehidupan kita, sehingga dengan demikian Tuhan
membawa kita masuk ke dalam suatu rencana Allah yang besar.
Tuhan membentuk kehidupan manusia seperti tanah liat di
tangan penjunan; ia membentuk tanah liat itu sesuai kehendaknya. Dan apakah
tanah liat itu harus bertanya; mengapa engkau berbuat ini dan itu? Semua atas kehendak
Tuhan, Tuhan mau membentuk kita dengan cara apapun, itu atas kehendak Tuhan.
Manusia dibentuk oleh Tuhan, dibuat kaki, tangan, mata, telinga, kepala,
wajah dan semua anggota tubuh dibentuk sesuai dengan recana Allah, sehingga manis
sikapnya dan elok parasnya, sampai segambar serupa dengan Allah.
Kalau seseorang menyadari diri, ia berada dalam suatu rencana
Allah yang besar, ia pasti tidak akan memberontak, ia tidak mau mengadakan
perlawanan, tidak akan membalas kejahatan dengan kejahatan.
Inilah daya tarik, sehingga Mordekhai mau mengasuh
Hadasha. Semoga daya tarik ini kita miliki dihadapan Tuhan, sehingga di dalam
kandang penggembalan ini kita boleh merasakan Allah mengasuh kita sekaliannya.
Ester 2: 8-10
(2:8) Setelah titah dan undang-undang raja tersiar dan banyak gadis
dikumpulkan di dalam benteng Susan, di bawah pengawasan Hegai, maka Ester pun
dibawa masuk ke dalam istana raja, di bawah pengawasan Hegai, penjaga para
perempuan.
(2:9) Maka gadis itu sangat baik pada pemandangannya dan menimbulkan kasih
sayangnya, sehingga Hegai segera memberikan wangi-wangian dan pelabur
kepadanya, dan juga tujuh orang dayang-dayang yang terpilih dari isi istana
raja, kemudian memindahkan dia dengan dayang-dayangnya ke bagian yang terbaik
di dalam balai perempuan.
(2:10) Ester tidak memberitahukan kebangsaan dan asal usulnya, karena
dilarang oleh Mordekhai.
Salah satu dari sekian banyak gadis-gadis yang elok
perawakannya, yang dikumpulkan di benteng Susan, balai perempuan adalah Ester. Ester tidak memberitahukan kebangsaan dan asal usulnya, karena dilarang
oleh Mordekhai, berarti Ester dengar-dengaran.
Kalau seseorang dengar-dengaran, jauh lebih baik dari pada
mengandalkan kekuatan, jaun lebih baik dari pada mengandalkan pikiran, menuruti
keinginan sendiri.
Andai saja Ester tidak dengar-dengaran, maka otomatis
Ester tidak akan terpilih, tidak akan masuk dalam kumpulan perempuan-perempuan
yang dikumpulkan di benteng Susan, karena ia adalah bangsa Yehuda dan ia adalah
seorang yatim piatu, tidak memenuhi syarat. Tetapi karena ia dengar-dengaran,
ia tetap berada dalam kumpulan besar, di antara gadis yang elok perawakannya di
benteng Susan, balai perempuan.
Perhatikanlah firman ini: Dengar-dengaran Jauh lebih baik
dan pemakaian Tuhan oleh karena dengar-dengaran. Saya sudah perhatikan, kalau
seseorang sudah membawa pengeritan dan perasaanya pasti tidak terpakai,
kalaupun ia melayani itu karena keinginannya saja.
Ingat kata-kata ini: Dengar-dengaran
jauh lebih baik dari pada mengandalkan kekuatan, dengar-dengaran jauh lebih
baik dari pada menuruti pengertian sendiri.
Andaikata Ester mengandalkan kekuatan dan pemikirannya,
ia tidak masuk nominasi, keluar dari benteng susan.
Biarlah kita sekalian dengar-dengaran, berarti tergembala
dengan baik.
Dalam Yohanes 10:
3-4, kalau domba-domba tergembala dengan baik dan benar dalam satu kandang
penggembalaan, maka domba-domba mendengarkan
suara gembala.
Sejauh ini kita telah digembalakan oleh Firman Pengajaran
Mempelai, yang membawa kita masuk dalam pembangunan tubuh Kristus yang
sempurna, menjadi pengantin perempuan, milik kesayangan-Nya, kemana saja kita
dibawa, ikuti saja dan jangan mendengar suara asing, kalau tergembala, tidak
mendengar suara asing, suara daging, roh jahat dan roh najis.
Daya tarik ini dikaitkan dengan: Pujian dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuannya.
Yang pertama
Kidung Agung 1: 15
(1:15) -- Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan
merpati matamu.
Elok perawakan (kecantikan) dan manis sikap, dikaitkan
dengan: “Bagaikan merpati matamu” menunjuk kepada pandangan yang tulus.
Pandangan yang tulus dapat kita lihat ketika Rut mengunjungi
Boas di tengah malam.
Rut 3: 7-11
(3:7) Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah ia
untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian datanglah
perempuan itu dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas
dan berbaringlah ia di situ.
(3:8) Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjagalah orang itu, lalu
meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang perempuan berbaring di
sebelah kakinya.
(3:9) Bertanyalah ia: "Siapakah engkau ini?" Jawabnya: "Aku
Rut, hambamu: kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab
engkaulah seorang kaum yang wajib menebus kami."
(3:10) Lalu katanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya
anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang
pertama kali itu, karena engkau tidak
mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya.
(3:11) Oleh sebab itu, anakku, janganlah takut; segala yang kaukatakan itu
akan kulakukan kepadamu; sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau
seorang perempuan baik-baik.
Rut datang kepada Boas untuk mendapatkan perlindungan, sebab yang berhak
menebus dia adalah kaum sanaknya, itulah Boas. Jadi, Rut tidak datang mencari
seorang pemuda yang tampan, gagah perkasa. Kalau seorang perempuan mencari
laki- laki karena tampan atau sesuatu hal, itu adalah pandangan yang tidak tulus.
Tetapi di sini kita perhatikan, Rut datang, berlindung di bawah pengawasan
Boas, sebab Boas inilah yang berhak menebusnya. Ini adalah pandangan yang
tulus.
Bandingakan dengan Yohanes pembaptis...
Yohanes 1: 29
(1:29) Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia
berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang
menghapus dosa dunia.
Yohanes berkata kepada murid-muridnya: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus
dosa dunia.”
Artinya; memandang korban Kristus atau memandang Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ini adalah pandangan yang tulus.
Untuk yang kedua kalinya, Yohanes berkata kepada
murid-muridnya ...
Yohanes 1; 36
(1:36) Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak
domba Allah!"
Yohanes berkata: “Lihatlah
Anak domba Allah!”, artinya; memandang kedatangan Yesus untuk yang kedua
kalinya sebagai Raja dan mempelai Pria Sorga, sebab untuk yang kedua tidak ada
perkataan: “Lihatlah Anak domba Allah,
yang menghapus dosa dunia.”
Selama kita mengikuti Tuhan, biarlah pertama-tama mata
tertuju pada korban Kristus, selanjutnya memandang Yesus Kristus sebagai Raja
dan Mempelai Pria Sorga, ini adalah pandangan yang tulus.
Berbeda dengan pandangan yang tidak tulus; sekalipun ia
beribadah melayani kepada Tuhan, namun kalau senantiasa memandang perkara
lahiriah/perkara di bawah, tidak memandang korban Kristus, tidak memandang
kedatangan Yesus Kristus pada kali yang kedua sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga,
itu bukan pandangan yang tulus.
Mari kita lihat: Ester
berada di benteng Susan, dibawah pengawasan Hegai.
Ester 2: 8-9
(2:8) Setelah titah dan undang-undang raja tersiar dan banyak gadis
dikumpulkan di dalam benteng Susan, di bawah pengawasan Hegai, maka Ester pun
dibawa masuk ke dalam istana raja, di bawah pengawasan Hegai, penjaga para
perempuan.
(2:9) Maka gadis itu sangat baik pada pemandangannya dan menimbulkan kasih
sayangnya, sehingga Hegai segera memberikan wangi-wangian dan pelabur
kepadanya, dan juga tujuh orang dayang-dayang yang terpilih dari isi istana
raja, kemudian memindahkan dia dengan dayang-dayangnya ke bagian yang terbaik
di dalam balai perempuan.
Sekarang kita melihat Ester setelah berada di benteng
Susan, ia berada di bawah pengawasan Hegai, penjaga perempuan.
Hegai memberi 3 perkara.
Yang Pertama: MEMBERIKAN
WANGI-WANGIAN menunjuk kepada doa penyembahan, kalau dikaitkan dengan pola
Tabernakel terkena pada mezbah dupa.
Keluaran 30: 7-8
(30:7) Di atasnya haruslah Harun membakar ukupan dari wangi-wangian;
tiap-tiap pagi, apabila ia membersihkan lampu-lampu, haruslah ia membakarnya.
(30:8) Juga apabila Harun memasang lampu-lampu itu pada waktu senja,
haruslah ia membakarnya sebagai ukupan yang tetap di hadapan TUHAN di antara
kamu turun-temurun.
Membakar ukupan wangi-wangian à doa penyembahan yang berbau harum.
Syarat membakar ukupan dari wangi-wangian:
-
Tiap-tiap pagi saat membersihkan lampu-lampu.
Tiap-tiap pagi,
berarti; untuk sepanjang hari. Doa penyembahan di pagi hari itu penting, sebab
itu adalah penyerahan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. Lewat penyembahan inilah
kita mendapat pembelaan, penyertaan, perlindungan dari Tuhan untuk sepanjang
hari.
-
Pada saat pelita dinyalakan pada waktu senja.
Pada waktu senja untuk
sepanjang malam, sehingga demikian menjadi terang sepanjang malam.
Pada waktu malam,
semua jenis binatang hutan berkeliaran, keluar dari sarangnya. Daging dengan
segala keinginannya disebut juga binatang buas, yang siap untuk menerkam, oleh sebab
itu, penting di dalam doa penyembahan.
Setiap hari Sabtu ada
doa penyembahan imam-imam jam lima pagi, kita sudah megawali pada Minggu lalu
sebagai ibadah doa penyembahan sulung, demi kemajuan rohani dan ibadah
pelayanan dalam kandang penggembalan ini.
Jadi, doa penyembahan membawa kita pada penyerahan diri
sepenuhnya dalam kehidupan yang
bersih/suci untuk siang hari dan menjadi kehidupan yang terang, dimana dunia ini berada dalam kegelapan dosa, kalau dalam
terang binatang buas tidak dapat menerkam.
Wahyu 5: 8
(5:8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk
dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing
memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa
orang-orang kudus.
Membakar ukupan wangi-wangian, itulah doa orang-orang
kudus.
Ketika ukupan dibakar, asapnya bergumpal-gumpal naik ke hadirat
Tuhan, bertemu dengan Allah dalam kasih-Nya.
Jadi, doa penyembahan itulah doa orang-orang kudus, dan
lewat doa penyembahan kita bertemu dengan Allah di dalam kasih-Nya.
Wahyu 8: 3
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat
mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan
untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas
mezbah emas di hadapan takhta itu.
Kemenyan yang dibakar, asapnya akan naik bergumpal-gumpal
di hadapan Tuhan, itulah doa penyembahan dari orang-orang kudus, jadi lewat doa
penyembahan, bertemu dalam kasih-Nya. Itulah yang pertama yang diberikan Hegai
kepada Ester.
Hegai memberi 3 perkara.
Yang Kedua: PELABUR.
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena pada meja roti sajian à ketekunan dalam Ibadah
pendalaman Alkitab.
Pelabur adalah makanan, dan tentu disertai minuman. Ini à kebenaran Allah/firman Allah.
Mari kita lihat; MAKANAN DARI SORGA.
Yohanes 6: 33-35
(6:33) Karena roti yang dari Allah ialah roti yang turun dari sorga dan
yang memberi hidup kepada dunia."
(6:34) Maka kata mereka kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah kami roti itu
senantiasa."
(6:35) Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa
datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku,
ia tidak akan haus lagi.
Yesus adalah roti yang turun dari sorga, Dialah roti
hidup; memberi kehidupan kepada manusia, supaya manusia tidak lapar dan tidak
haus lagi.
Itu sebabnya kalau kita perhatikan pada ayat 32, Yesus berkata: “Sesungguhnya bukan Musa yang memberikan kamu
roti dari sorga, melainkan Bapa-Ku yang memberikan kamu roti yang benar dari
sorga.”
Yohanes 6: 51
(6:51) Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan
dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah
daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."
Daging Yesus adalah benar-benar makanan dan darah Yesus adalah
benar-benar minuman.
Ia telah mempersembahkan tubuh-Nya di atas kayu salib,
Dialah roti hidup, yang dipersembahkan-Nya, dipecah-pecahkan di atas kayu salib
dan darah-Nya yang tercurah itu adalah benar-benar minuman untuk memberi
kehidupan yang kekal dan oleh karena darah-Nya, kita telah ditebus dari perbuatan
yang sia-sia yang telah diwariskan, inilah kebenaran yang sejati. Kebenaran
yang sejati datang dari salib Kristus, di luar salib tidak ada kebenaran.
Hegai memberi 3 perkara.
Yang Ketiga: TUJUH
ORANG DAYANG-DAYANG YANG TERPILIH.
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena pada pelita emas menunjuk ketekunan dalam
Ibadah Raya Minggu.
Pelita emas berbicara tentang kehidupan yang diurapi Roh
Kudus dan menjadi terang.
Roma 8: 5-6
(8:5) Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari
daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.
(8:6) Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah
hidup dan damai sejahtera.
Mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang
dari roh, memikirkan perkara-perkara di atas/rohani, yaitu segala sesuatu yang
berkaitan dengan ibadah dan pelayanan. Dan selanjutnya, keinginan roh adalah
hidup dan damai sejahtera.
Keuntungan hidup menurut keinginan Roh.
1 Yohanes 2: 27
(2:27) Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima
dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi
sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu -- dan
pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta -- dan sebagaimana Ia dahulu telah
mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.
Pengurapan Roh Kudus mengajar seseorang, dan
pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta. Sebaliknya, sehebat apapun, sepintar
apapun seorang guru, seorang pengajar, pasti suatu kali ia salah ketika ia mengajar.
Tetapi kalau pengurapan itu tinggal di dalam kehidupan seseorang, maka pengurapan-Nya
itu mengajari dalam segala sesuatu dan ajaran yang datang dari Roh Kudus; tidak
ada dusta, tidak salah. Saya rindu sekali supaya kehidupan kita sekaliannya diurapi
Roh Kudus, sehingga kita terus mau diajar oleh Roh Kudus dan tidak perlu di
ajar orang lain, itulah hidup dan damai sejahtera.
Wahyu 5: 6
(5:6) Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan
di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah
disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang
diutus ke seluruh bumi.
Bermata tujuh, itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi, berarti menjadi kesaksian.
Kehidupan yang diurapi itu menjadi kesaksian, seperti
pelita emas menerangi seisi dunia.
Persis seperti kedua pohon zaitun: Elia dan Musa.
Zakharia 4: 2-4
(4:2) Maka berkatalah ia kepadaku: "Apa yang engkau lihat?" Jawabku:
"Aku melihat: tampak sebuah kandil, dari emas seluruhnya, dan tempat
minyaknya di bagian atasnya; kandil itu ada tujuh pelitanya dan ada tujuh corot
pada masing-masing pelita yang ada di bagian atasnya itu.
(4:3) Dan pohon zaitun ada terukir padanya, satu di sebelah kanan tempat
minyak itu dan satu di sebelah kirinya."
(4:4) Lalu berbicaralah aku, kataku kepada malaikat yang berbicara dengan
aku itu: "Apakah arti semuanya ini, tuanku?"
Dua pohon zaitun itu adalah Musa dan Elia. Kehidupan yang
diurapi menjadi terang, menjadi kesaksian, seperti kandil dengan tujuh pelita
yang menyala di atasnya.
Biarlah kita hidup di dalam pengurapan Allah, minyak
urapan itu ada di atas kepala. Tekun dalam tiga macam ibadah pokok, jangan
keluar dari tempat kudus, supaya kita jangan melanggar kekudusan Allah sehingga
minyak pengurapan Allah ada di atas kepalan dan karunia-karunia jabatan pun
semakin dipertajam, baik pemimpin pujian, pembaca, singer, pemain musik,
multmedia, infocus, menjadi terang, menjadi kesaksian, dimana saja kita
dipakai, itulah kuncinya.
Perlu untuk diketahui: Tiga perkara yang diterima oleh Ester yaitu:
wangi-wangian, pelabur, tujuh dayang-dayang yang terpilih menunjuk kepada
ketekunan dalam tiga macam Ibadah utama/pokok dan perkara ini tidak diterima
oleh perempuan-perempuan lain, kecuali Ester sendiri, sebab perempuan yang lain
hanya menerima minyak wangi-wangian saja.
Kita sudah melihat apa yang menjadi daya tarik Ester
sehingga Mordekhai mengangkat Ester menjadi anak, sekarang pertanyaannya: APA DAYA TARIK ESTER DI MATA HEGAI?
Ester 2: 9
(2:9) Maka gadis itu sangat baik pada pemandangannya dan menimbulkan kasih
sayangnya, sehingga Hegai segera memberikan wangi-wangian dan pelabur
kepadanya, dan juga tujuh orang dayang-dayang yang terpilih dari isi istana
raja, kemudian memindahkan dia dengan dayang-dayangnya ke bagian yang terbaik
di dalam balai perempuan.
Ester sangat baik di pemandangan Hegai dan menimbulkan kasih sayang Hegai.
Biarlah keadan kita menjadi benar di hadapan Tuhan,
itulah daya tarik di hadapaan Tuhan, jadi jangan coba-coba menggunakan daya
tarik yang lain. Dunia berupaya membuat suatu daya tarik dengan cara yang tidak
benar, tetapi di dalam Tuhan tidak seperti itu.
Daniel 1: 8-9
(1:8) Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan
raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin
pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.
(1:9) Maka Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dari pemimpin
pegawai istana itu;
Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego adalah orang-orang
buangan dari Yehuda, pada zaman Nebukadnezar. Kemudian, raja Nubakadnezar
memberikan nama Beltsazar kepada Daniel, Hananya kepada Sadrakh,
Misael kepada Mesakh dan Azarya kepada Abednego karena mereka ada dalam pembuanganan,
sesuai dengan tradisi kerajaan pada saat itu. Jadi, ada nama dari Nebukadnezar dan
nama dari Tuhan Yesus juga ada. Mereka ini adalah orang yang tangkas, gagah
perkasa dari Yehuda. Tuhan mau memakai Sadrakh, Mesakh dan Abednego, Tuhan mau
menjadikan mereka pemimpin-pemimpin yang tangkas.
Disini kita perhatikan, Allah mengaruniakan kepada Daniel kasih dan sayang dihadapan pemimpin
pegawai istana, karena ia tidak menajiskan diri dari setiap makanan dan
minuman raja.
Saudaraku, orang yang menginginkan makanan dan tidak ada
rasa puas, ingin terus menikmati makanan, sampai makanan mewah seperti raja dan
minuman mewah seperti raja, itu sama dengan menajiskan diri dihadapan Tuhan dan
tidak menimbulkan kasih sayang dihadapan Tuhan.
Dalam Amsal 23:2
dikatakan: “Taruhlah sebuah pisau pada
lehermu, bila besar nafsumu!” Ini adalah pelajaran yang bagus untuk kita
supaya tidak mencari makanan yang lebih enak dan lebih enak lagi. Apapun
makanan yang ada di rumah, makan saja, jangan sampai ada makanan di rumah
tetapi mencari makanan lagi di luar sana, sampai mencari makanan yang mewah. Asal
ada makan dan minuman, cukuplah, jangan menginginkan sesuatu yang melebih dari
apa yang sewajarnya.
Daniel 1: 13-15
(1:13) sesudah itu bandingkanlah perawakan kami dengan perawakan
orang-orang muda yang makan dari santapan raja, kemudian perlakukanlah
hamba-hambamu ini sesuai dengan pendapatmu."
(1:14) Didengarkannyalah permintaan mereka itu, lalu diadakanlah percobaan
dengan mereka selama sepuluh hari.
(1:15) Setelah lewat sepuluh hari, ternyata perawakan mereka lebih baik dan
mereka kelihatan lebih gemuk dari pada semua orang muda yang telah makan dari
santapan raja.
Daniel hanya menghendaki makan sayur dan meminum air, itu
saja. Tetapi setelah lewat 10 hari ternyata perawakan mereka lebih baik dan
mereka kelihatan lebih gemuk dari pada semua orang muda yang telah makan dari
santapan raja.
Kembali kita memperhatikan pujian dari mempelai laki-laki
kepada mempelai perempuannya: “Cantik
engkau, manisku” yang dikaitkan dengan bagaikan merpati matamu. Perkataan cantik
ada banyak, tetapi perkataan “cantik
engkau, manisku” yang dikaitkan dengan bagaikan merpati matamu hanya dua
kali, mari kita lihat.....
Yang kedua
Kidung Agung 4: 1
(4:1) Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau! Bagaikan
merpati matamu di balik telekungmu. Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang
bergelombang turun dari pegunungan Gilead.
Mempelai perempuan itu cantik dan manis = perempuan yang
elok.
Kemudian, digambarkan bagaikan merpati matamu dibalik
telekungmu, arti rohaninya; memiliki pandangan yang tulus, bagaikan Rut, ia
tidak memandang pemuda yang ganteng, gagah perkasa dan kaya tetapi dia
memandang Boas sebagai penebus, Tuhanlah Penebus dosa kita.
Setelah kita melihat pandangan yang tulus, ada lagi
penambahan untuk yang kedua, yaitu: “Bagaikan
merpati matamu di balik telekungmu.”
Telukung itu semacam sejadah, penutup aurat.
Jadi mata yang tulus, pandangan yang tulus itu tidak
hidup menurut hawa nafsu dan keinginan daging / semua daging tertutupi.
Tidak berhenti sampai di situ: “Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari
pegunungan Gilead.”
Berbicara rambut panjang menunjuk kepada ketundukan
seorang isteri kepada suami. Dan ketundukan seorang isteri kepada suami sangat
diperlukan, berkaitan dengan Malaikat disurga. Jangan sampai ketundukan seorang
isteri kalah dengan ketundukan pembantu sorgawi, yaitu malaikat sorgawi,
sementara manusia lebih berharga dari Malaikat sorgawi.
Ketundukan seorang isteri menunjukkan ketaatan,
kepatuhannya pada ajaran yang benar, dan itulah hiasan dari seorang perempuan. Gereja
Tuhan adalah gambaran dari tubuh Kristus, sebaiknya gereja Tuhan tunduk kepada
Kristus sebagai kepala, Dialah suami, Dialah penyelamat tubuh.
Rambut yang panjang ini ditemukan dalam kandang penggembalaan,
sebab di sini dikatakan: “...bagaikan
kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead.” Jadi, ketundukan
seorang perempuan kepada suaminya, ketundukan gereja Tuhan / ketundukan gereja
Tuhan kepada Kristus sebagai kepala, sebagai suami itu dimulai dari kandang penggembalaan.
Jadilah kawanan domba Allah, berarti tergembala dengan
baik, dalam satu kandang penggembalan.
Kita semua mendapat pelajaran yang indah dan itu patut
dihargai supaya kita boleh merasakan ibadah yang murni yaitu; mengunjungi yatim
piatu dalam kesusahan mereka, itu ibadah yang murni tak bercacat cela. Kalau
ibadah yang sejati, mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus
dan yang berkenan, ini berlaku secara jasmani dan rohani.
Inilah daya tarik Ester di mata Hegai.
Saudaraku, kita memerlukan ketekunan dalam tiga macam
ibadah pokok, sebagaimana tadi Hegai memberikan tiga perkara kepada Ester
itulah; wangi-wangian (ketekunan
dalam Ibadah Doa Penyembahan), pelabur (ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab) dan tujuh orang dayang-dayang yang terpilih
dari istana raja (ketekunan dalam Ibadah
Raya Minggu), yang lain tidak mendapatkan tiga perkara ini.
Banyak gereja di luaran sana menjalankan ibadah sesuai
dengan pengertian mereka, menjalankan ibadah buatan tangan manusia, tetapi kita
di dalam kandang penggembalaan ini, menerima tiga perkara yang tidak diterima
oleh orang lain dan inilah pertolongan selama kita ada di bumi. Gereja di luar
sana tidak memiliki pengertian tentang ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.
Oleh sebab itu, untuk yang kesekian kali saya sampaikan,
bersyukur dan bersyukur!!!! bersyukur dan bersyukur!!!! karena telah
digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel,
menggunakan pola yang benar, Tabernakel adalah miniatur kerajaan surga (Ibrani 8:5). Ibadah di bumi adalah
gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, itulah Tabernakel.
Ester 2: 12
(2:12) Tiap-tiap kali seorang gadis mendapat giliran untuk masuk menghadap
raja Ahasyweros, dan sebelumnya ia dirawat menurut peraturan bagi para
perempuan selama dua belas bulan, sebab seluruh waktu itu digunakan untuk
pemakaian wangi-wangian: enam bulan untuk memakai minyak mur dan enam bulan
lagi untuk memakai minyak kasai serta lain-lain wangi-wangian perempuan.
Semua perempuan di benteng susan berhak menerima minyak
wangi-wangian, termasuk Ester, tetapi tiga perkara yang diberikan Hegai kepada
Ester, tidak diterima oleh perempuan lain, inilah kelebihan Ester, kelebihan
kita.
Saudaraku, disini kita perhatikan...
Semester pertama (enam bulan yang pertama): Diberikan minyak mur untuk merawat seluruh perempuan-perempuan di benteng
susan.
Dalam kitab Kidung Agung, minyak mur merupakan kasih
Allah. Minyak selalu menunjuk kepada urapan, tetapi dalam bentuk perhatian
kasih Allah kepada mempelai perempuan itu.
Di tengah malam mempelai laki-laki datang mengetuk pintu,
tetapi mempelai perempuan tidak membuka pintu dengan alasan saya sudah tidur,
sudah mencuci tangan dan mencuci kaki / tidak bisa diganggu gugat. Karena mempelai
perempuan tidak membuka pintu, maka mempelai laki-laki meninggalkan pintu yang
diketok itu. Tetapi akhirnya mempelai perempuan membuka pintu dan pada pintu
itu ada tetesan mur (minyak urapan dalam bentuk kasih dan perhatian Tuhan).
Inilah yang merawat semua perempuan pada semester pertama
(enam bulan yahg pertama). Kita juga membutuhkan kasih dan perhatian Tuhan,
supaya kita tidak selalu menggunakan alasan-alasan di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan ini.
Semester kedua (enam bulan yang kedua): Memakai minyak
kasai serta lain-lain wangi-wangian
perempuan.
Sifatnya: Merawat. Urapan Roh Kudus itu merawat kita, memimpin,
menolong, mengajar, menghibur sampai menginsafkan, sehingga mempelai perempuan itu
akan kelihatan semakin elok berarti penuh dengan Roh kemuliaan.
Enam bulan pertama dan enam bulan kedua à daging yang diurapi Roh Kudus supaya semakin terlihat
urapan Allah / kemuliaan Allah.
Semua itu diterima oleh semua perempuan, termasuk Ester.
Tetapi apa yang diterima Ester tidak diterima oleh perempuan-perempuan yang
lain, inilah yang kita banggakan malam ini.
Selanjutnya.....
Seluruh perempuan yang berada di benteng susan akan
menghadap raja Ahasyweros, setelah satu tahun dirawat, berarti setelah enam
bulan pertama memakai minyak mur dan enam bulan kedua memakai minyak kasai,
barulah menghadap raja Ahasyweros.
Kelak kita juga akan menghadap Raja di atas segala raja. Syukur
kepada Allah karena kita telah diasuh dan dirawat di kandang penggembalaan ini, selanjutnya dipelihara
dan Roh Kudus memelihari kita, supaya daging tidak bersuara lagi, barulah kita
menghadap raja di atas segala raja. Apakah masuk pesta nikah seperti lima gadis
bijaksana? Atau tidak? Biarlah kita dirawat dan dipelihara minyak mur (enam
bulan yang pertama) dan minyak kasai (enam bulan yang kedua).
Mari kita melihat, menghadap raja...
Ester 2: 13
(2:13) Lalu gadis itu masuk menghadap raja, dan segala apa yang dimintanya
harus diberikan kepadanya untuk dibawa masuk dari balai perempuan ke dalam
istana raja.
Semua perempuan masuk menghadap raja Ahasyweros.
Ada hal penting yang harus kita perhatikan disini yaitu,
perempuan-perempuan tersebut berhak menerima segala sesuatu yang diminta / apa
saja yang diminta harus dipenuhi.
Sekarang, bandingkan dengan Ester.
Ester 2: 15
(2:15) Ketika Ester -- anak Abihail, yakni saudara ayah Mordekhai yang
mengangkat Ester sebagai anak -- mendapat giliran untuk masuk menghadap raja,
maka ia tidak menghendaki sesuatu apa pun selain dari pada yang dianjurkan oleh
Hegai, sida-sida raja, penjaga para perempuan. Maka Ester dapat menimbulkan
kasih sayang pada semua orang yang melihat dia.
Ester tidak menghendaki apapun, selain kasih sayang dari
Tuhan sehingga ia menimbulkan kasih sayang pada semua orang yang melihatnya.
Biasanya, seorang perempuan dikagumi laki-laki, itu wajar. Tetapi disini kita
melihat, semua orang termasuk perempuan menyukai Ester sebab dia
dengar-dengaran, tidak menuruti keinginan-keinginan di hati = tidak menuruti
keinginan daging, dia lebih mengharapkan kasih dan sayang dari Tuhan. Kunci
keberhasilan letaknya pada dengar-dengaran. Itu sebabnya tidak heran guru-guru
saya ketika di sekolah Alkitab, mengajarkan: Dengar-dengaran saja!
Ester 2: 16
(2:16) Demikianlah Ester dibawa masuk menghadap raja Ahasyweros ke dalam
istananya pada bulan yang kesepuluh -- yakni bulan Tebet -- pada tahun yang
ketujuh dalam pemerintahan baginda.
Akhirnya, Ester
pun menghadap raja Ahasyweros, kemudian ia beroleh kasih dan sayang dari raja
Ahasyweros, lebih dari semua perempuan di benteng Susan, sehingga raja
mengenakan mahkota kerajaan di atas kepala Ester dan mengangkatnya menjadi ratu
ganti wasti. Ester satu-satunya yang dipilih dan terpilih dari sekian banyak
perempuan yang dikumpulkan di benteng Susan, balai perempuan.
Saudaraku, rasul Paulus telah mengakhiri pertandingannya
sampai garis akhir dan akhirnya ia memperoleh mahkota kebenaran, itulah upah
jerih payah kita, sama seperti Ester menerima upah jerih payah.
Bukankah ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok yang
kita kerjakan selama di bumi ini memiliki satu tujuan supaya kita dibawa masuk
dalam pesta nikah Anak Domba, menjadi pengantin perempuan dan mengenakan
mahkota kebenaran? Kita tidak perlu ini dan itu, yang kita perlukan adalah
kasih dan sayang dari Tuhan, dengar-dengaran saja supaya memperoleh kasih dan
sayang.
Ayub juga mengetahui itu, dia berkata: Aku datang tidak
membawa apa-apa, kembali kepada Allah juga tidak membawa apa-apa, sehingga
ibadah ini mengandung janji dan kuasa.
Ester 2: 18
(2:18) Kemudian diadakanlah oleh baginda suatu perjamuan bagi semua
pembesar dan pegawainya, yakni perjamuan karena Ester, dan baginda menitahkan
kebebasan pajak bagi daerah-daerah serta mengaruniakan anugerah, sebagaimana
layak bagi raja.
Akhirnya diadakanlah perjamuan bagi semua pembesar dan
pegawainya, yakni perjamuan karena Ester.
Pada saat diadakan perjamuan, di situlah ada kebebasan
pajak bagi daerah-daerah / terlihat kebebasan, pengangkatan gereja. Tinggal
dimana saja akan dibebaskan, di Serang, di Cilegon akan bebas, itulah
pengangkatan gereja = tidak lagi berhutang dosa.
Orang – orang yang terlepas dari hutang dosa suatu kali
kelak akan masuk dalam perjaman kawin yang besar...
Wahyu 10: 6-9
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak,
seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya:
"Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
(19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia!
Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap
sedia.
(19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang
berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah
perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]
(19:9) Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka
yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku:
"Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."
Haleluya adalah bahasa sorga, bahasa kasih, yang adalah
pujian karena Tuhan Allah kita yang mahakuasa telah menjadi raja. Akhirnya,
ibadah dan pelayanan di atas muka bumi ini dibawa masuk dalam pesta nikah Anak
Domba, Yesus tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga dan pengantinnya telah
siap sedia dengan mengenakan pakaian putih, masuk dalam perjamuan yang besar.
Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment