IBADAH RAYA MINGGU, 19 JULI 2015
Tema: JEMAAT DI LAODIKIA (dari Wahyu 3:
14-22)
(Seri 12)
Subtema: MINYAK ZAITUN TUMBUK YANG MURNI
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih
Kristus.
Dengan kasih sayang dan kasih setia-Nya yang abadi, kita
dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian.
Kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya
Minggu dari Wahyu 3: 14-22, mengenai
SIDANG JEMAAT DI LAODIKIA.
Kita akan memperhatikan ayat
17-18.
Wahyu 3: 17-18
(3:17) Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah
memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak
tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,
(3:18) maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau
membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi
kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan
ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya
engkau dapat melihat.
Terlebih dahulu kita memperhatikan perkataan jemaat di
Laodikia: “Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak
kekurangan apa-apa”, menunjukkan bahwa jemaat di Laodikia bergantung pada
harta dan kekayaan, tidak bergantung kepada kemurahan hati Tuhan dan biasanya orang
yang demikian, mereka sangat sukar sekali datang kepada Tuhan, orang kaya sukar
sekali masuk Kerajaan Sorga, karena mereka serba berkecukupan, tidak kekurangan
apa-apa.
Seperti orang kaya yang bodoh, dia merenungkan segala sesuatu
yang dia miliki, dia merenungkan harta kekayaannya yang semakin lama semakin
bertambah banyak, sebab selama dia hidup dia hanya mengumpulkan harta di bumi,
sementara lumbung-lumbungnya kecil, akhirnya, dia tanya hatinya dan hatinya yang
menjawab. Jawaban dari hatinya adalah; pertama-tama membesarkan lumbung-lumbungnya
kemudian menaruh semua harta kekayaannya sebagai bekal dan persediaan untuk masa
depannya, selanjutnya ia berkata: Beristirahatlah,
makanlah, minumlah, bersenang-senanglah. Inilah perbuatan orang kaya yang
bodoh. Jadi, jauh sekali dari kasih Allah, ia tidak mau bergantung kepada Tuhan.
Sehingga kalau kita perhatikan pengikutan dari sidang jemaat
di Laodikia pada ayat 15-16: Pengikutan
mereka tidak dingin tidak panas = suam-suam, arti rohaninya; tidak
sungguh-sungguh mengikuti Tuhan, pengikutan mereka tidak sepenuh hati, tidak
sungguh-sungguh dalam penyerahan kepada Tuhan.
Itu sebabnya Tuhan berkata: “Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas.” Artinya: Dingin betul-betul dingin, panas
betul-betul panas = sungguh-sungguh dalam pengikutan, pengiringan kepada Tuhan.
Kemudian, ketika jemaat di Laodikia berkata: “Aku kaya
dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa”,
justru di mata Tuhan sebaliknya.
Keadaan jemaat di Laodikia di mata Tuhan:
1.
Melarat, malang, miskin.
2.
Buta.
3.
Telanjang.
Saudaraku, ada orang melarat, malang, miskin, tetapi
tidak menjadi buta. Namun di sini kita perhatikan, bukan saja melarat, malang,
miskin, tetapi juga buta dan telanjang, berarti betapa dalamnya jemaat di
Laodikia ini berada dalam sumur penderitaan.
Sekalipun seseorang limpah harta dan kekayaan, memiliki
ini dan itu, kalau ia jauh dari Tuhan, pasti ia banyak mengalami penderitaan, anak Tuhan saja yang telah memberikan dirinya
dibangun di atas dasar yang telah diletakkan itu, atau yang sudah menyerahkan
dirinya kepada Tuhan, masih banyak mengalami kesusahan, apalagi mereka yang
berada di luar Tuhan, mereka yang jauh dari Tuhan, sekalipun mereka kaya. Karena dosalah yang membuat seseorang menjadi susah, menderita. Sedangkan
penderitaan di dalam Tuhan, itulah yang disebut aniaya karena firman, karena
kebenaran dia harus menanggung banyak penderitaan = sengsara salib. Tetapi, sekalipun
ada pergumulan, Tuhan memberi kekuatan, sekaligus memberi jalan keluar, itulah
kelebihan dari anak-anak Tuhan, mereka yang memberi diri untuk digembalakan.
Oleh sebab itu, tergembalalah dengan sungguh-sungguh. Ayo beribadah!
Tergembalalah dengan sungguh-sungguh.
Kalau orang kaya di luaran sana saja banyak mengalami
pergumulan, apalagi kita yang tidak mempunyai harta kekayaan di bumi? Lalu
kalau kita tidak mau tergembala dengan sungguh-sungguh, bagaimana jadinya masa
depan kita?
Tergembalalah sungguh-sungguh, jangan dengan terpaksa,
demi kebaikan nikah, hidup, ekonomi, keuangan, kesejahteraan keluarga, supaya
masa depan cerah, masa depan yang indah.
Saya lanjutkan kembali ...
Sekalipun demikian, oleh karena kemurahan hati-Nya, Tuhan
menasihatkan jemaat di Laodikia, supaya mereka membeli tiga perkara dari Tuhan.
Membeli, artinya: Membayar dengan cara penukaran = bayar
harga.
Ikut Tuhan harus bayar harga dulu, berarti sangkal diri
dan pikul salib. Itu orang yang mau ikut Tuhan dan melayani Tuhan.
Sangkal diri, berarti tidak bermegah, tidak mengakui keberadaan diri
sendiri, tidak merasa diri bisa, mampu, tidak merasa diri besar dan sebagainya.
Pikul salib, berarti; memikul segala tanggung jawab yang Tuhan
percayakan;
-
Sebagai seorang suami bertanggung jawab terhadap anak dan isterinya, berarti
menjadi imam, menjadi teladan bagi isteri dan anak-anaknya.
-
Tanggung jawab seorang isteri adalah tunduk kepada suami seperti kepada Kristus dalam
segala sesuatu berarti menempatkan suami sebagai kepala, menjadi pimpinan dan
selanjutnya memberi ajaran kepada anak.
-
Tanggung jawab anak-anak adalah hormat kepada orang tua, baik terhadap bapa
jasmani, bapa rohani terlebih Bapa di sorga. Tetapi biasanya kalau seseorang
hormat kepada Bapa di Sorga, pasti hormat kepada bapa jasmani dan bapa rohani.
-
Tanggung jawab hamba-hamba adalah taat dan patuh pada ajaran tuannya, sekalipun
tuannya itu terlihat bodoh. Tetapi saya kira Tuhan tidak pernah salah
menempatkan seorang tuan.
Itulah harga yang harus kita bayar untuk membeli tiga
perkara.
Adapun 3 perkara yang harus dibeli:
Yang pertama: Emas yang telah
dimurnikan dalam api.
Tujuannya; agar menjadi kaya.
Yang kedua: Membeli pakaian
putih.
Tujuannya; supaya jangan kelihatan ketelanjangan yang
memalukan.
Yang ketiga: Membeli minyak
untuk melumas mata.
Tujuannya; supaya dapat melihat.
Kembali kita memperhatikan.......
YANG KETIGA: “MEMBELI MINYAK UNTUK MELUMAS MATA” (Bagian Kedua)
Tujuannya: Untuk melumas mata, supaya jemaat di Laodikia
dapat melihat.
Terlebih dahulu kita perhatikan ...
Matius 6: 22-23
(6:22) Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh
tubuhmu;
(6:23) jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang
ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
Mata adalah pelita tubuh, lampunya tubuh.
Tubuh terdiri dari banyak anggota, ada kepala. Pada
kepala ada lima indera; mata, hidung, telinga, kulit, kemudian anggota anggota tubuh
yang lain ada tangan, kaki, dan sebagainya.
Jadi, yang menerangi anggota tubuh adalah mata, sebab
mata adalah pelita.
Jika mata baik, maka teranglah seluruh anggota tubuh,
sebaliknya kalau mata jahat, maka seluruh anggota tubuh berada dalam kegelapan.
Oleh sebab itu, memang sebaiknya mata harus dilumas,
sebab mata adalah pelita. Pelita tidak akan bernyala kalau tidak ada minyak,
sebab itu mata harus dilumas.
Ingat bayar dulu harga, yaitu; sangkal diri dan pikul
salib, barulah kita layak untuk membeli minyak.
Saudaraku, dua minggu yang lalu telah diterangkan dengan
jelas bagaimana caranya, supaya pelita tetap menyala dengan cara: “Jangan keluar dari tempat kudus” (Imamat 21: 12), sebab minyak urapan ada
di atas kepala.
Supaya minyak urapan tetap ada di atas kepala; tekun
dalam tiga macam ibadah pokok.
Itu kita bisa perhatikan dalam pribadi lima gadis yang
bijaksana, mereka membawa pelita + minyak dalam buli-buli.
Berbeda dengan lima gadis yang bodoh, mereka hanya
membawa pelita tetapi tidak membawa minyak dalam buli-buli, ini adalah
kerugian. Lima gadis bijaksana dan lima gadis bodoh membawa pelita untuk menyongsong
mempelai laki-laki, tetapi karena lama tidak datang-datang, mereka mengantuk
dan tertidurlah mereka.
Kemudian di tengah malam terdengarlah suara: “Mempelai datang, songsonglah dia”. Suara
yang terdengar itulah suara Pengajaran Mempelai, berkuasa untuk membangkitkan
kerohanian yang tertidur. Rupanya gereja Tuhan ini mempunyai kelemahan, baik
lima gadis bijaksana maupun lima gadis yang bodoh, sama-sama memiliki kelemahan,
tidak ada yang sempurna sesuai dengan Roma
pasal 3, tidak ada yang baik apalagi sempurna.
Tetapi, setelah mereka bangun dari tidur, pelita dari
lima gadis yang bodoh hampir padam, sementara pelita dari lima gadis bijaksana
tetap menyala.
Lima gadis bodoh hanya membawa pelita tetapi tidak
membawa minyak dalam buli-buli, dengan kata lain tidak tekun dalam tiga macam
ibadah pokok, sehingga pada akhirnya pelita mereka hampir padam, sedangkan pelita
dari lima gadis bijaksana tetap menyala. Lalu lima gadis bodoh meminta minyak dari
lima gadis bijaksana, tetapi jawab lima gadis bijaksana: “Nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu”. Untuk urusan keselamatan,
itu masing-masing, pribadi lepas pribadi, suami sendiri tidak bisa membawa
isteri masuk ke dalam surga, sebaliknya seorang isteri juga tidak dapat membawa
suami masuk ke dalam kerajaan sorga. Jadi berbicara tentang keselamatan itu
masing-masing, jangan sampai oleh karena urusan orang lain, kita meninggalkan
tiga macam ibadah pokok, lalu akhirnya kehabisan minyak. Jadi, jangan
membagi-bagi minyak, jangan sampai oleh karena urusan orang lain, kesibukan
orang lain, lalu kita turut sibuk-sibuk dengan urusan mereka, kemudian kita
tinggalkan ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok dan akhirnya kehabisan
minyak. Itu sebabnya lima gadis bijaksana tidak mau memberikan minyak, mereka
mengerti firman, sehingga lima gadis bijaksana berkata: “Belilah kepada penjual minyak.” Ini saran yang bagus, karena
minyak harus dibeli. Namun, pada saat membeli minyak, Mempelai Laki-Laki
datang, mereka yang siap sedia masuk dalam perjamuan kawin Anak Domba, itulah lima
gadis bijaksana, selanjutnya pintu di tutup, berarti; membeli minyak tidak
tepat pada waktunya. Biarlah pelita itu tetap menyala berarti tekun dalam tiga
macam ibadah pokok. Supaya minyak urapan ada di atas kepala; tekunlah dalam
tiga macam ibadah pokok. Jangan membagi-bagi minyak kepada orang lain. Jangan
tinggalkan tiga macam ibadah pokok hanya karena urusan orang lain, nanti kurang
untuk diri sendiri juga untuk orang lain.
Supaya pelita tetap menyala, kita perhatikan bagian yang kedua.
Keluaran 27: 20
(27:20) "Haruslah kauperintahkan kepada orang Israel, supaya mereka
membawa kepadamu minyak zaitun tumbuk yang murni untuk lampu, supaya orang
dapat memasang lampu agar tetap menyala.
Bangsa Israel harus membawa minyak zaitun tumbuk yang murni untuk lampu / pelita agar tetap menyala.
Tadi kita mengangkat pujian untuk menyambut firman Tuhan:
Biarlah pelita menyala sampai Tuhan datang pada kali yang kedua. Jadi yang
dibutuhkan adalah minyak zaitun tumbuk supaya pelita tetap menyala.
Saudaraku, untuk memperoleh minyak zaitun yang murni,
harus melalui proses penumbukan.
Yesus telah mengalami penumbukan di atas kayu salib.
YANG PERTAMA: DIMULAI
DARI TAMAN GETSEMANI.
Matius 26: 48-49
(26:48) Orang yang menyerahkan Dia telah memberitahukan tanda ini kepada
mereka: "Orang yang akan kucium, itulah Dia, tangkaplah Dia."
(26:49) Dan segera ia maju mendapatkan Yesus dan berkata: "Salam
Rabi," lalu mencium Dia.
Diawali di taman Getsemani, dimana Yudas mengkhianati
Yesus dengan sebuah tanda: Ciuman, Yudas mencium Yesus.
Mencium itu tidak salah, sebab ada juga yang disebut ciuman
kudus, misalnya; pada saat perempuan berdosa meminyaki kaki Yesus, ia tidak
berhenti-hentinya menciumi kaki Yesus, pada saat itulah Yesus berkata kepada
Simon orang Farisi, yang disebut juga Simon si kusta, yang mengundang Yesus
makan di rumahnya: “Engkau tidak mencium
Aku, tetapi lihat dia tidak berhenti mencium kaki-Ku.”
Mencium itu tidak salah, sebab ada cium kudus. Cium kudus
berarti; kulit pipi bertemu dengan kulit pipi, artinya; cium di dalam kasih.
Tetapi yang jadi persoalan di sini, ciuman Yudas adalah
ciuman pengkhianatan.
Hati-hati, hubungan kita dalam kandang penggembalaan ini
adalah hubungan kasih, jangan sampai ada pengkhianat di sini, baik tubuh, jiwa
dan roh, jangan dikuasai roh pengkhianatan. Jangan turuti yang tidak baik,
apalagi bila melihat kelemahan orang lain.
Di taman Getsemani, Yudas mengkhianati Yesus dengan tanda
yaitu mencium, tetapi tujuannya hanya untuk menyerahkan Yesus kepada imam-imam
kepala dan tua-tua, serta rombongan yang sedang membawa pentungan.
Kemudian, sebelum mencium Yesus, Yudas berkata: "Salam Rabi.”
“Salam” adalah tanda damai sejahtera, tetapi Yudas tidak membawa
damai sejahtera, justru ia menyerahkan Yesus ke tangan imam-imam kepala dan
tua-tua untuk segera ditangkap. Ini adalah sebuah pengkhianatan.
“Rabi” artinya guru. Dia mengakui bahwa Yesus adalah guru, tetapi
menyerahkan Yesus. Itulah pengkhianatan Yudas.
Ini merupakan PENUMBUKAN
yang sangat menyakitkan bagi Yesus Kristus. Jangan ada diantara kita
dikuasai roh pengkhianat.
Matius 26: 55-56
(26:55) Pada saat itu Yesus berkata kepada orang banyak: "Sangkamu Aku
ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung untuk
menangkap Aku? Padahal tiap-tiap hari Aku duduk mengajar di Bait Allah, dan
kamu tidak menangkap Aku.
(26:56) Akan tetapi semua ini terjadi supaya genap yang ada tertulis dalam
kitab nabi-nabi." Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan
diri.
Pada saat Yudas mengkhianati Yesus, lalu semua murid
meninggalkan Dia dan melarikan diri.
Dahulu, sebelum Yesus ditangkap, murid-murid berjanji
akan tetap setia mengikuti Yesus, apapun yang terjadi.
Terlebih pada malam terakhir, perkataan mereka yang
diwakili Simon Petrus: “Apapun yang
terjadi, aku tetap bersama Engkau.” Namun kenyataannya, murid-murid lari
meninggalkan Yesus, ternyata mereka tidak setia. Ini bagian dari penumbukan
yang pertama.
Yesus telah mengalami penumbukan di atas kayu salib.
YANG KEDUA: YESUS
DI HADAPAN MAHKAMAH AGAMA.
Matius 26: 57-59
(26:57) Sesudah mereka menangkap Yesus, mereka membawa-Nya menghadap Kayafas,
Imam Besar. Di situ telah berkumpul ahli-ahli Taurat dan tua-tua.
(26:58) Dan Petrus mengikuti Dia dari jauh sampai ke halaman Imam Besar,
dan setelah masuk ke dalam, ia duduk di antara pengawal-pengawal untuk melihat
kesudahan perkara itu.
(26:59) Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian
palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati,
Pada saat Yesus di hadapan Mahkamah Agama, imam-imam
kepala, tua-tua dan seluruh Mahkamah Agama mencari kesalahan Yesus, mencari
kesaksian palsu supaya Ia dapat dihukum mati.
Matius 26: 60-61
(26:60) tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi
dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang,
(26:61) yang mengatakan: "Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait
Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari."
Namun mereka tidak memperoleh kesaksian palsu terhadap
Yesus, tetapi akhirnya tampillah dua orang saksi palsu yang mengatakan: "Orang ini berkata: “Aku dapat
merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari."
Apa yang pernah dikatakan oleh Yesus Kristus, disampaikan
kembali oleh dua saksi palsu ini. Namun apa yang dikatakan Yesus Kristus itu
benar, karena maksud tiga hari di sini
menunjuk kepada kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Tetapi mereka
berpikir, bahwa itu adalah sesuatu yang mustahil. Pendeknya, dua saksi ini
berkata-kata tetapi mereka tidak tahu apa yang mereka katakan, itulah saksi
palsu. Saksi palsu mengatakan apa yang mereka tidak ketahui.
Jadi, dalam hal ini, kesaksian palsu mempersalahkan yang
benar dan membenarkan yang salah.
Ini adalah PENUMBUKAN
yang kedua yang dialami Yesus di Mahkamah Agama, di hadapan Imam Besar
Kayafas.
Coba bayangkan, yang benar disalahkan dan yang salah
dibenarkan. Itu sangat menyakitkan. Biasanya, orang yang seperti ini adalah
orang yang tidak mau mengakui dosa sesuai dengan suratan 1 Yohanes 1:8-9, kalau seseorang tidak mau mengakui dosa, ia pendusta dan menjadikan
Allah pendusta dan menipu diri sendiri.
Lihat saja orang yang tidak mau mengakui dosa; justru mempersalahkan
yang benar dan yang salah dibenarkan, akhirnya menjadi saksi palsu, karena
dirinya penuh dengan dusta. Andai saja seseorang ada kebenaran, pasti di dalam
dirinya tidak ada dusta, menjadi saksi-saksi Allah, menjadi pelita dan
menerangi seluruh anggota tubuh.
Kalau memang kita menikmati pelayanan Roh dan kita dilawat
lewat pemberitaan firman, sehingga yang salah diselidiki / dikoreksi, segera
akui segala dosa kejahatan dan dosa kenajisan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Matius 26: 63-66
(26:63) Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya:
"Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak
Allah, atau tidak."
(26:64) Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku
berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di
sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit."
(26:65) Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia
menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar
hujat-Nya.
(26:66) Bagaimana pendapat kamu?" Mereka menjawab dan berkata:
"Ia harus dihukum mati!"
Akhirnya, Yesus dijatuhi hukuman mati. Ini adalah suatu keputusan
yang tidak benar. Keputusan ini sangat menyakitkan pribadi Yesus Kristus, sebab
tidak ada keadilan, dan inilah penumbukan itu.
Kemudian, pada saat yang sama......
Matius 26: 67-68
(26:67) Lalu mereka meludahi muka-Nya dan meninju-Nya; orang-orang lain
memukul Dia,
(26:68) dan berkata: "Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah
yang memukul Engkau?"
Mereka meludahi muka Yesus, meninju tubuh Yesus, dan
orang-orang lain memukuli seluruh tubuh Yesus.
Lalu mereka berkata: "Cobalah
katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?",
mereka mempermain-mainkan Yesus Kristus.
Ini adalah penumbukan terhadap pohon zaitun. Yesus adalah
pohon zaitun yang sejati.
Kemudian pada saat yang sama juga kita perhatikan: Petrus
menyangkal Yesus sebanyak tiga kali, yang tertulis dalam Matius 26: 69-75. Peristiwa penyangkalan Petrus ini terjadi di
halaman Mahkamah Agama. Seharusnya yang benar adalah sangkal diri, pikul salib,
tetapi di sini kita melihat Petrus menyangkal Yesus sebanyak tiga kali.
Ini adalah penumbukan yang luar biasa dialami oleh Yesus
Kristus.
Yesus telah mengalami penumbukan di atas kayu salib.
YANG KETIGA: YESUS
DI HADAPAN PILATUS.
Matius 27: 26
(27:26) Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya
lalu diserahkannya untuk disalibkan.
Di hadapan Pilatus, namun di situ juga Yesus tidak
mendapatkan keadian, justru Pilatus membebaskan Yesus Barabas bagi orang
Yahudi, tetapi Yesus Kristus diserahkan untuk disalibkan.
Matius 27: 16, 20
(27:16) Dan pada waktu itu ada dalam penjara seorang yang terkenal
kejahatannya yang bernama Yesus Barabas.
(27:20) Tetapi oleh hasutan imam-imam kepala dan tua-tua, orang banyak
bertekad untuk meminta supaya Barabas dibebaskan dan Yesus dihukum mati.
Orang Yahudi menghendaki Yesus Barabas dibebaskan namun
Yesus Kristus dihukum mati, berarti; lebih menyukai dosa kejahatan dari pada
kebenaran.
Sementara Yesus Barabas adalah seorang yang terkenal
karena kejahatannya, dan dalam injil Lukas lebih diperjelas, ia adalah seorang
pemberontak terhadap pemerintah, tetapi kenyataannya orang Yahudi lebih
menyukai dosa kejahatan, lebih menyukai ragi kejahatan dan keburukan. Orang
Yahudi tidak menempatkan Kristus sebagai kepala, ini adalah penumbukan terhadap
Yesus Kristus, karena mereka lebih menyukai kejahatan.
Kemudian, pada saat yang sama ketika Yesus di hadapan
Pilatus ...
Matius 27: 27-30
(27:27) Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung
pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus.
(27:28) Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu
kepada-Nya.
(27:29) Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas
kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian
mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam,
hai raja orang Yahudi!"
(27:30) Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke
kepala-Nya.
Setelah Yesus diserahkan, prajurit-prajurit Romawi
mengolok-olok Yesus, dimulai dari:
-
Menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu
kepada-Nya.
-
Menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas
kepala-Nya.
-
Memberikan dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya.
-
Mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia,
katanya: "Salam, hai raja orang
yahudi!"
Pengolokan yang dialami oleh Yesus Kristus sangat luar
biasa. Diolok-olok juga merupakan penumbukan.
Kemudian, setelah mengatakan: "Salam, hai raja orang Yahudi!", selanjutnya mereka
meludahi-Nya dan mengambil buluh yang di tangan kanan Yesus dan sekaligus memukulkannya
ke kepala Yesus.
Ini adalah penumbukan yang sangat menyakitkan dan sadis.
Matius 27: 31
(27:31) Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari
pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa
Dia ke luar untuk disalibkan.
Selanjutnya, mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya,
kembali mengenakan pakaian-Nya kepada-Nya.
Lalu mereka membawa Yesus ke luar untuk disalibkan.
Sekarang kita melihat; DETIK-DETIK YESUS DI ATAS KAYU SALIB.
Matius 27: 32-33
(27:32) Ketika mereka berjalan ke luar kota, mereka berjumpa dengan seorang
dari Kirene yang bernama Simon. Orang itu mereka paksa untuk memikul salib
Yesus.
(27:33) Maka sampailah mereka di suatu tempat yang bernama Golgota,
artinya: Tempat Tengkorak.
Akhirnya Yesus dibawa ke bukit Golgota, artinya: Tempat
Tengkorak, untuk disalibkan. Itu bukanlah suatu tempat yang menyenangkan. Gambarannya
seperti melihat tengkorak, tidak memberi kesan yang indah.
Pada saat Yesus berada di bukit Golgota / tempat
tengkorak...
Yang pertama.
Matius 27: 37
(27:37) Dan di atas kepala-Nya terpasang tulisan yang menyebut alasan
mengapa Ia dihukum: "Inilah Yesus Raja orang Yahudi."
Di atas kepala Yesus terpasang tulisan: "Inilah Yesus Raja orang Yahudi."
Jadi, kalau Yesus disalibkan, itu karena Yesus Raja orang
Yahudi.
Seandainya, Yesus bukan raja orang Yahudi, Yesus tidak akan
disalibkan. Dia seorang Raja yang agung dan mulia, Raja di atas segala raja,
disalibkan di atas bukit Golgota, tidak sepadan dengan gelar-Nya sebagai seorang
Raja yang mulia dan agung, tetapi justru karena Dia adalah seorang Raja, Yesus
disalibkan.
Berarti, pertama-tama penumbukan itu terjadi kepada
seorang Raja, kepada imam yang melayani. Jadi, seandainya kita bukan raja-raja
/ imam-imam, tidak akan mengalami proses yang seperti ini (2 Timotius 3:12).
Yang kedua.
Matius 27: 38
(27:38) Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di
sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya.
Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, di
sebelah kanan dan di sebelah kiri, berarti Dia disetarakan dengan penjahat. Ini
juga merupakan penumbukan.
Yang ketiga.
Matius 27: 39
(27:39) Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil
menggelengkan kepala,
Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil
menggelengkan kepala.
Jadi, seolah-olah Yesus salah, padahal Dia tertikam
karena pemberontakan kita, Dia diremukkan karena kesalahan kita, orang-orang
yang lewat di sana menggeleng-gelengkan kepala, ini adalah bahasa tubuh atau
gerak-gerik yang salah. Kalau saja mereka tahu, mereka tidak akan pernah
menggeleng-gelengkan kepala.
Boleh juga dikatakan, ketika mereka menggelengkan kepala;
mengecilkan Yesus Kristus, karena Yesus disalibkan bersama dengan dua orang
penjahat disebelah kanan dan disebelah kiri-Nya.
Mari kita lihat hujatan-hujatan-Nya.....
Matius 27:40
(27:40) mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan
mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau
Anak Allah, turunlah dari salib itu!"
-
“Hai Engkau yang
mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari ...”
Berarti, menunjukkan
bahwa mereka tidak percaya dengan kuasa kematian dan kebangkitan Yesus Kristus
yang menjadikan segala sesuatu baru.
-
“... Selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib
itu!”
Dengan berkata turunlah
dari salib itu, menunjukkan bahwa mereka tidak mengerti kehendak Allah.
Kehendak Allah adalah sebagai
Anak, Yesus Kristus harus meminum cawan Allah, sehingga dengan demikian jadilah
kehendak Allah. Meminum cawan Allah artinya; menanggung penderitaan yang tidak
harus Ia tanggung.
Jadi perkataan orang-orang yang menghujat ini, tidak tahu
apa yang mereka katakan.
Yang keempat.
Matius 27: 41-43
(27:41) Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan
tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata:
(27:42) "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat
Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan
percaya kepada-Nya.
(27:43) Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia,
jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak
Allah."
Imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olok
Yesus. Adapun olokan-olokan itu, antara lain;
-
Olok-olok dari imam-imam
kepala: "Orang lain Ia
selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan!”
-
Olok-olok dari ahli-ahli
Taurat: “Ia Raja Israel? Baiklah Ia
turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.”
Itu sebabnya, sampai
sekarang, ahli-ahli Taurat termasuk tua-tua dan orang Farisi belum percaya
bahwa Yesus telah datang pada kali yang pertama, sampai hari ini mereka masih
menunggu Mesias. Kalau mereka tahu bahwa Yesus Mesias, mereka tidak akan
berkata seperti itu.
-
Olok-olok dari tua-tua:
“Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: Baiklah
Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah
berkata: Aku adalah Anak Allah.”
Mereka tidak percaya
bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.
Beberapa hari yang lalu, saya membuka facebook, saya
tidak tahu siapa yang mengirim, saya melihat gambar ahli-ahli Taurat dan orang
Farisi di Israel sana, sedang membahas kitab Taurat dan mereka rupanya mengerti
juga bahwa sekarang ini adalah hari-hari terakhir (akhir zaman) jadi mereka
menyelidiki Alkitab.
Saya melihat di situ ada satu orang, barangkali itu yang
sangat dituakan dan imam-imam yang lain menunjukkan Taurat itu, mereka sedang
berunding, mereka tahu bahwa hari-hari ini adalah hari-hari terakhir.
Yang kelima.
Matius 27: 44
(27:44) Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia
mencela-Nya demikian juga.
Penyamun-penyamun yang disalibkan bersama dengan Yesus,
juga mencela Yesus. Ini juga merupakan penumbukan yang dialami oleh Yesus
Kristus.
Matius 27: 45-46
(27:45) Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu
sampai jam tiga.
(27:46) Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring:
"Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa
Engkau meninggalkan Aku?
Mulai dari jam 12 kegelapan meliputi seluruh daerah itu
sampai jam 3, berarti terjadi kegelapan selama 3 jam.
Kemudian, kira-kira jam 3 sore, berserulah Yesus dengan
suara nyaring: "Eli, Eli, lama
sabakhtani?" Artinya: “Allah-Ku,
Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” Sampai puncak dari PENUMBUKAN itu adalah Yesus
ditinggalkan oleh Bapa untuk sesaat lamanya.
Saudaraku, ketika seseorang menanggung penderitaan yang
tidak harus ia tanggung, ketika seseorang mengalami aniaya karena
firman/sengsara salib, itu seperti ditinggalkan seorang diri, sepertinya orang
lain tidak mengerti, tidak peduli dengan kesusahan yang kita alami. Inilah puncak
penumbukan yang dialami oleh Yesus Kristus.
Kesimpulannya, pohon zaitun yang sejati telah ditumbuk di
atas kayu salib.
KESIMPULAN DARI PENUMBUKAN ini ...
Yesaya 53: 3-5
(53:3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan
yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup
mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.
(53:4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan
kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul
dan ditindas Allah.
(53:5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan
oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita
ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia
diremukkan oleh karena kejahatan kita, Dia ditindas, dihina, menderita. Jadi
kesimpulan dari semua itu adalah REMUK.
Pada saat pohon zaitun remuk selanjutnya diperas, dan menghasilkan
minyak. Kalau pohon zaitun tidak remuk, pohon zaitun tidak akan pernah
menghasilkan minyak. Kalau menolak penumbukan, sama seperti pohon zaitun yang
tumbuh di hutan; tegak, gagah, kokoh, hebat, sombong, angkuh, karena menolak
untuk tidak remuk.
Jadi saya ulangi kembali, kesimpulannya: Setelah
mengalami penumbukan, pohon zaitun itu akan remuk, supaya menghasilkan minyak
zaitun tumbuk murni.
Kita kembali membaca ...
Keluaran 27: 20-21
(27:20) "Haruslah kauperintahkan kepada orang Israel, supaya mereka
membawa kepadamu minyak zaitun tumbuk yang murni untuk lampu, supaya orang
dapat memasang lampu agar tetap menyala.
(27:21) Di dalam Kemah Pertemuan di depan tabir yang menutupi tabut hukum,
haruslah Harun dan anak-anaknya mengaturnya dari petang sampai pagi di hadapan
TUHAN. Itulah suatu ketetapan yang berlaku untuk selama-lamanya bagi orang
Israel turun-temurun."
Jadi pelita menyala dari petang sampai pagi, artinya; pelita
tetap menyala untuk menerangi kegelapan. Hal ini berlaku bagi anak-anak Tuhan
dan ini harus menjadi suatu ketetapan, turun temurun, untuk selama-lamanya. Ini
adalah peristiwa yang sangat luar biasa dan saya tidak mengatakan ini adalah
suatu perkara mudah, tetapi harus kita alami.
Bayangkan, ketika menanggung penderitaan, Ia sangat membutuhkan
dukungan, tetapi sebaliknya Ia ditinggalkan seorang diri, itu sangat
menyakitkan, itulah yang dialami oleh Yesus, mulai dari taman Getsemani sampai di
bukit Golgota, Dia ditinggalkan seorang diri, tetapi semua itu harus Ia tanggung,
supaya menghasilkan minyak.
Saya sebagai gembala juga harus menanggungnya, supaya
menjadi pelita yang tetap menyala untuk menerangi kegelapan, tidak ada lagi dosa
yang tersembunyi.
Setelah pelita menyala dari petang sampai pagi, itu
merupakan suatu ketetapan turun-temurun bagi anak-anak Tuhan, sekarang kita
melihat: SUASANA YANG ADA.
Matius 27: 54-56
(27:54) Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi
sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu
berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."
(27:55) Dan ada di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh, yaitu
perempuan-perempuan yang mengikuti Yesus dari Galilea untuk melayani Dia.
(27:56) Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus
dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus.
Yesus tampil menjadi terang, yang diterangi pertama-tama
adalah: Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus. Pada saat
diterangi, kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus sangat
ketakutan, lalu berkata: “Sungguh, Ia ini
adalah Anak Allah.”
Kalau tadi imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua
tidak mengakui bahwa Yesus adalah Mesias, Yesus adalah Anak Allah yang diurapi,
tetapi di sini kita melihat, kepala pasukan dan prajurit-prajurit yang
notabennya adalah bangsa Romawi, percaya dan mereka menjadi takut.
Takut akan Tuhan membenci
kejahatan. Sebaliknya, orang yang tidak takut akan Tuhan tidak membenci
kejahatan, justru menyukai dan menikmati dosa.
Kepala pasukan dan prajurit-prajurit diterangi karena
lampu/pelita tetap menyala. Kalau hati sudah diterangi dari dosa/kegelapan,
rasa takut untuk berbuat dosa itu besar, mulai dari hati, pikiran, dan
perasaan, takut. Kalau hati seseorang belum diterangi / dosa yang terselubung
itu belum tersingkap; maka ia adalah orang yang tidak takut akan Tuhan,
berarti; tidak takut untuk melakukan dosa.
Dampak positif hati diterangi.
Matius 27: 50-53
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
(27:51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke
bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,
(27:52) dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah
meninggal bangkit.
(27:53) Dan sesudah kebangkitan Yesus, mereka pun keluar dari kubur, lalu
masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang.
-
Saat Yesus menyerahkan nyawa-Nya di atas kayu salib terjadilah
gempa bumi dan bukit-bukit batu terbelah, kuburan-kuburan terbuka dan banyak
orang kudus yang telah meninggal bangkit.
Artinya; bersuasanakan kebangkitan = hidup baru,
beribadah melayani Tuhan dalam hidup yang baru.
-
Kemudian, setelah bangkit/keluar dari kubur, masuk ke
kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang.
Artinya; menjadi kesaksian, menjadi terang, itu
karena pelita tetap menyala.
Mari kita lihat
terang....
Matius 5: 14
(5:14) Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di
atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
Terang dunia sama
seperti kota yang terletak di atas gunung, tidak mungkin tersembunyi, tidak ada
dosa yang disembunyikan, tidak ada dosa yang terselubung.
Saya kira, sebaiknya
hal ini diperhatikan, suami kepada isteri, jangan ada yang disembunyikan,
isteri kepada suami, jangan ada yang disembunyikan, di luar dan di dalam rumah
jangan ada yang disembunyikan, gembala terhadap jemaat dan jemaat terhadap
gembala, tidak boleh lagi ada yang disembunyikan, harus terang semua.
Terang itu dapat
terlihat dari raut wajah / muka, sebab mata adalah pelita. Tidak ada yang
disembunyikan, sama seperti kota yang letaknya di atas bukit, berarti dengan
jelas terlihat dari 4 arah: Timur, Barat, Utara, Selatan.
Matius 5: 15
(5:15) Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu
meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi
semua orang di dalam rumah itu.
Pelita itu tidak
dinyalakan lalu diletakkan di bawah gantang. Gantang adalah ukuran, berarti;
menjadi terang tidak mengukur orang lain dengan ukuran sendiri.
Tetapi pelita
diletakkan di atas kaki dian untuk menerangi seisi rumah. Kalau suami menjadi
pelita, nikah diterangi. Kalau isteri menjadi pelita, nikah diterangi. Kalau
anak menjadi pelita, nikah diterangi. Seisi rumah diterangi.
Matius 5: 16
(5:16) Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan
orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang
di sorga."
Dan terang itu tetap
bercahaya di hadapan semua orang, itulah segala perbuatan-perbuatan baik, mulai
dari perkataan baik, sikap, tingkah laku, cara berpikir, sudut pandang,
gerak-gerik harus baik.
Ketika saya berbicara
kepada seseorang lewat telepon saya langsung tahu cara berpikir dan sudut pandang seseorang. Bukan hanya perkataan dan
gerak-gerik, cara berfikir, sudut pandang juga harus baik. Hikmat Tuhan itu
lebih dalam dari hikmat manusia, jadi jangan coba menggunakan akal-akalan dalam
melayani Tuhan, saudara tidak dapat mengakal-akali Tuhan seperti apapun, semua
ada tertulis di Alkitab. Dalam Amsal jelas sekali dikatakan: Hikmat seorang
raja tidak bisa diselami oleh rakyatnya. Kalau rakyatnya mau tipu-tipu tidak
bisa, jadi harus baik, semua harus terang, sikap, tingkah laku, perkataan, gerak-gerik,
semua harus terang.
Syarat supaya terwujudnya proses penumbukan.
Matius 26: 63
(26:63) Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya:
"Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak
Allah, atau tidak."
Berdiam diri, mulut tidak terbuka, mulut tidak bersuara. Berdiam
diri = tidak menuruti hawa nafsu dan keinginan daging.
Itu sebabnya, kalau kita perhatikan, di hadapan Pilatus,
Yesus tetap berdiam diri, bahkan mulai dari taman Getsemani, tidak satu kalipun
Yesus mengadakan perlawanan.
Kalau saja Ia mau, Ia dapat mendatangkan pasukan, sesuai
dengan ayat 52: "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa
menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang. Atau kausangka, bahwa Aku tidak
dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia segera mengirim lebih dari dua belas
pasukan malaikat membantu Aku?”
Kalau Yesus mau membalas kejahatan dengan kejahatan, Ia bisa
meminta bala tentara / Malaikat sorgawi untuk membela Dia untuk menghadapi
tentara-tentara romawi, tetapi Yesus tidak mengadakan pembelaan. Yesus berdiam
diri, berarti; tidak membenarkan diri di dalam kebenaran-Nya, kemudian berdiam
diri berarti; tidak meminta pembelaan (advice/advokat).
Yesaya 53: 7
(53:7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka
mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba
yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka
mulutnya.
Dia dianiaya, tetapi Dia membiarkan diri ditindas, dan
tidak membuka mulut-Nya, inilah berdiam diri; tidak membuka mulut sekalipun
teraniaya, Ia tidak menuruti keinginan daging dan tidak meminta pembelaan.
Digambarkan seperti 2 hal;
-
Seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian.
-
Seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang
menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.
Yesaya 53: 10-11
(53:10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila
ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat
keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.
(53:11) Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas;
dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh
hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.
Terang itu membenarkan banyak jiwa dan terang itu tetap
setia memikul salib, karena lewat salib, lewat penumbukan pohon zaitun, akan
menghasilkan minyak zaitun tumbuk yang murni. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment