IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 18 JULI 2015
Tema: STUDY YUSUF (Kejadian 37: 1-36, Kejadian 39)
(seri 86)
Subtema: BANGUNAN
DARI BATU PERMATA
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih
Kristus, dengan kasih sayang, kasih setia-Nya yang abadi.
Oleh karena pertolongan Tuhan, kita dimungkinkan untuk
melangsungkan Ibadah Kaum Muda Remaja.
Kita kembali memperhatikan firman penggembalaan mengenai
PRIBADI YUSUF dari kitab Kejadian
39.
Kejadian 39: 5
(39:5) Sejak ia memberikan kuasa dalam rumahnya dan atas
segala miliknya kepada Yusuf, TUHAN memberkati
rumah orang Mesir itu karena Yusuf, sehingga berkat TUHAN ada atas segala
miliknya, baik yang di
rumah maupun yang di ladang.
Kita memperhatikan kalimat: Sejak Potifar memberikan kuasa dalam
rumahnya dan atas segala miliknya kepada Yusuf, “TUHAN memberkati rumah
orang Mesir itu karena Yusuf.”
Jadilah Yusuf-Yusuf di akhir zaman, membawa berkat untuk memberkati
sekitar kita, dimanapun berada, terlebih imam-imam/kaum muda remaja yang sudah
mengambil bagian dalam pelayanan, kiranya menjadi berkat dimanapun berada.
Kalau pun tidak bisa memberikan sesuatu, paling tidak mulai dari perkataan, sikap,
tingkah laku, cara berpikir, sudut pandang, gerak gerik menjadi berkat, jangan
menjadi batu sandungan.
Tuhan sudah memberikan kuasa untuk menjadi berkat di
manapun kita berada.
Tidak berhenti sampai di situ, berkat
Tuhan ada atas segala miliknya, baik yang di rumah maupun yang di ladang.
Jadi, rumah maupun ladang milik Potifar diberkati oleh
karena keberadaan Yusuf.
1 Korintus 3: 9
(3:9) Karena kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.
Anak-anak Tuhan, kaum muda remaja, disebut ladang Allah dan
bangunan Allah (Bait Allah) = rumah Tuhan.
Keterangan: BANGUNAN ALLAH (RUMAH TUHAN
YANG DIBERKATI)
1 Korintus 3: 10-11
(3:10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang
dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah
meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap
orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.
(3:11) Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan
dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.
Rasul Paulus adalah seorang ahli bangunan yang cakap, ia
telah meletakkan dasar dari tiap-tiap bangunan, selanjutnya orang lain
membangun terus di atas dasar yang telah diletakkan itu.
Adapun dasar dari bangunan yang telah diletakkan itu,
yaitu Yesus Kristus yang dikorbankan.
Pendeknya; dasar dari tiap-tiap bangunan adalah korban
Kristus.
Sekarang, kita akan melihat JENIS-JENIS BANGUNAN.
1 Korintus 3: 12
(3:12) Entahkah orang membangun di atas dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau jerami,
Ada 2 jenis bangunan:
Jenis bangunan
pertama: Terbuat dari emas, perak, batu permata.
Jenis bangunan
kedua: Terbuat dari kayu,
rumput kering/jerami.
Terlebih dahulu kita melihat: JENIS BANGUNAN YANG PERTAMA
C. TERBUAT DARI BATU PERMATA
1 Korintus 3: 13-14
(3:13) sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak. Karena hari
Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana
pekerjaan masing-masing orang akan diuji oleh api itu.
(3:14) Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat
upah.
Selanjutnya, pekerjaan masing-masing orang akan diuji
oleh nyala api, sebab Tuhan ingin melihat kualitas bangunan itu sendiri; apakah
bangunan itu tahan uji atau tidak.
Kalau bangunan itu tahan uji, berarti itu adalah bangunan
yang berkualitas.
1 Petrus 4: 12
(4:12) Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api
siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar
biasa terjadi atas kamu.
Dengan jelas dikatakan: Jangan heran akan nyala api
siksaan sebagai ujian yang akan dialami, diterima oleh setiap orang, sebab
Tuhan ingin melihat kualitas dari setiap bangunan yang didirikan oleh setiap
orang di atas dasar yang telah diletakkan.
Kehidupan anak-anak Tuhan adalah bangunan rohani. Kita
semua telah menyerahkan diri kepada Tuhan lewat ibadah ini = mendirikan rumah
di atas dasar yang sudah diletakkan, dan selanjutnya akan diuji oleh nyala api,
berarti ujian yang dialami oleh setiap anak-anak Tuhan terjadi atas seijin
Tuhan, dengan tujuan untuk melihat kualitas bangunan tersebut.
Pertama kali saya menghadapi ujian setelah menyerahkan
diri kepada Tuhan, yaitu; pada saat saya berada di sekolah Alkitab; bagi saya,
segala yang terjadi menimpa saya adalah suatu hal yang aneh, sebab sebelum di
dalam Tuhan, pengertian-pengertian secara manusiawi itu sangat besar, toleransi
secara manusia juga sangat besar. Namun berbanding terbalik ketika saya masuk
sekolah Alkitab, di sekolah Alkitab tidak ada toleransi, tidak ada perasaan
secara manusiawi, sehingga pada waktu itu, bagi saya tempat itu asing dan aneh,
sampai ada keinginan untuk meninggalkan Sekolah Alkitab.
Ketika di luar Tuhan, harga diri yang masih dipertahankan
adalah bagian dari privasi seseorang yang tidak boleh diusik, dan orang-orang
dunia memahami akan hal ini, berbanding terbalik ketika saya berada di
lingkungan sekolah Alkitab, mulai dari harga diri, bagian dari privasi
seseorang diusik, dan menurut saya itu tidak manusiawi dan tidak masuk akal,
saya sukar menerima suasana seperti itu; ketika direndahkan/dikecilkan, saya
tidak terima.
Tetapi puji Tuhan, ketika ada keinginan untuk
meninggalkan tempat itu, firman Tuhan selalu melawat, sampai akhirnya saya
diberi kekuatan yang ajaib untuk bertahan, dan akhirnya belajar untuk
merendahkan diri sampai menyelesaikan sekolah Alkitab.
Jadi, jangan heran akan nyala api siksaan sebagai ujian.
Kalau itu terjadi karena seijin Tuhan, Tuhan mau melihat kualitas bangunan
rohani pekerjaan setiap orang.
1 Petrus 4: 13
(4:13) Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat
dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita
pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.
Sebaliknya, bersukacitalah sesuai dengan bagian yang kita
dapat dalam penderitaan Kristus, itulah ibadah dan pelayanan.
Berarti, kalau karena ibadah dan pelayanan kita harus
menanggung penderitaan, tetaplah bersukacita.
Selanjutnya, menjadi tawanan roh atau terikat dengan
pelayanan, dan oleh karena itu harus menanggung penderitaan, tetaplah
bersukacita, supaya kita juga boleh
bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya, yaitu
pada waktu Ia datang pada kali yang kedua sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
2 Timotius 3: 12
(3:12) Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus
akan menderita aniaya,
Setiap orang yang mau beribadah di dalam Kristus Yesus,
termasuk mereka yang sudah mengambil bagian dalam ibadah itu sendiri; akan
menderita aniaya, itulah yang disebut sengsara salib.
Kalau beribadah tetapi menolak penderitaan/aniaya karena
firman, itu bukanlah orang yang mau hidup beribadah kepada Allah.
Lebih jauh kita melihat BANGUNAN YANG TERBUAT DARI BATU
PERMATA.
Wahyu 21: 18
(21:18) Tembok itu terbuat dari permata yaspis; dan kota itu sendiri dari
emas tulen, bagaikan kaca murni.
Yerusalem Baru, kota yang kudus, bentuknya empat persegi,
panjang dan lebarnya sama.
Panjangnya 12000 stadia, lebarnya juga 12000 stadia.
Ukuran temboknya 144 hasta, menurut ukuran manusia, yang juga ukuran malaikat.
Tetapi pada saat ini tidak ada waktu untuk membahas mengenai ukuran panjang dan
lebar.
Selanjutnya, tembok Yerusalem Baru, kota yang kudus, terbuat dari permata yaspis.
Wahyu 21: 19-20
(21:19) Dan dasar-dasar tembok kota itu dihiasi dengan segala jenis
permata. Dasar yang pertama batu yaspis, dasar yang kedua batu nilam, dasar
yang ketiga batu mirah, dasar yang keempat batu zamrud,
(21:20) dasar yang kelima batu unam, dasar yang keenam batu sardis, dasar
yang ketujuh batu ratna cempaka, yang kedelapan batu beril, yang kesembilan
batu krisolit, yang kesepuluh batu krisopras, yang kesebelas batu lazuardi dan
yang kedua belas batu kecubung.
Dasar-dasar dari tembok kota Yerusalem itu dihiasi/terbuat
dari segala jenis batu permata.
Adapun dasar yang pertama: BATU YASPIS, batu nilam, batu mirah, batu zamrud, batu
unam, batu sardis, batu ratna cempaka, batu beril, batu krisolit, batu
krisopras, batu lazuardi, batu kecubung.
Yang kita lihat disini, dasar yang pertama dan yang utama
dari tembok kota Yerusalem Baru adalah batu
permata yaspis.
Mari kita perhatikan lebih terperinci ...
Wahyu 21: 8
(21:8) Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya,
orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang
sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat
bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah
kematian yang kedua."
Ini adalah jenis bangunan yang tidak tahan uji, sebab
mereka itu akan mendapat bagian dalam lautan api yang menyala-nyala oleh api
belerang à kematian yang kedua.
Barulah kita melihat ...
Wahyu 21: 9-10
(21:9) Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh
cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata
kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu
pengantin perempuan, mempelai Anak Domba."
(21:10) Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar
lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun
dari sorga, dari Allah.
Kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga,
dari Allah, itulah pengantin perempuan, Mempelai Anak Domba.
Wahyu 21: 11
(21:11) Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti
permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.
Yerusalem yang baru, kota yang kudus penuh dengan
kemuliaan Allah, dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, itulah
batu permata yaspis.
Yerusalem yang baru, kota yang kudus dilihat dalam 2
bagian.
BAGIAN PERTAMA: “KOTA ITU PENUH DENGAN KEMULIAAN ALLAH”
Berarti, kemuliaan itu bersifat kekal, tidak sementara.
Kalau sementara, berarti; tidak dapat menghadapi ujian, nyala api siksaan,
sebab mudah terbakar dan berubah menjadi abu; tidak kekal.
Untuk mendapat kemuliaan kekal, kita perhatikan ...
2 Korintus 3: 6-8
(3:6) Ialah membuat kami juga sanggup menjadi pelayan-pelayan dari suatu
perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh,
sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan.
(3:7) Pelayanan yang memimpin kepada kematian terukir dengan huruf pada
loh-loh batu. Namun demikian kemuliaan Allah menyertainya waktu ia diberikan.
Sebab sekalipun pudar juga, cahaya muka Musa begitu cemerlang, sehingga mata
orang-orang Israel tidak tahan menatapnya. Jika pelayanan itu datang dengan
kemuliaan yang demikian
(3:8) betapa lebih besarnya lagi kemuliaan yang menyertai pelayanan Roh!
Rasul Paulus menjadi pelayan-pelayan dari suatu
perjanjian baru = pelayanan Roh.
Pelayanan Roh itu tidak terdiri dari hukum yang tertulis,
seperti 10 hukum Allah yang ditulis pada 2 loh batu, tetapi dimeteraikan di
dalam loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.
Jadi, firman itu bukan lagi ditulis dengan tinta,
melainkan dimeteraikan oleh Roh Kudus di dalam loh-loh daging, yaitu di hati
manusia. Berarti, menjangkau manusia batiniah.
2 Korintus 4: 16
(4:16) Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah
kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke
sehari.
Ketika menerima pelayanan Roh; manusia batiniah dibaharui
dari sehari ke sehari.
Kemudian, pada saat manusia batiniah dibaharui, maka akan
terlihat dengan jelas; manusia lahiriah semakin merosot, termasuk harga diri.
Di luar Tuhan, segala jenis kemunafikan, harga diri,
egosentris tidak boleh diusik, karena itu adalah bagian dari privasi seseorang.
Itu yang dialami oleh Rasul Paulus; seorang Farisi, kaum
intelektual, seorang yang terkenal, tetapi setelah menikmati pelayanan Roh,
manusia lahiriahnya semakin hari semakin merosot, tetapi sekalipun demikian, ia
tidak tawar hati, tidak malu, tidak minder.
Sebaliknya, kalau manusia lahiriah tidak merosot, karena
masih mempertahankan harga diri, maka manusia batiniahnya akan merosot.
Berkali-kali saya menceritakan tentang saudara kita, Gideon,
yang baru bergabung dengan kita; dia bercerita ketika masih berada di gereja
lama, telah melayani namun penuh dengan kemunafikan, banyak yang menggunakan
trik dan intrik, menghindari diri untuk merendahkan diri. Dia seorang pemimpin
pujian, guru sekolah minggu, pemain musik di suatu gereja besar, tetapi tadi
malam dia juga bercerita ketika melayani di gereja lama, kemunafikan itu masih
dipertahankan, artinya; manusia lahiriahnya menonjol, sedangkan manusia batiniahnya
merosot.
Lalu saya bertanya, apakah ia menyesal digembalakan di
sini? Dia berkata bahwa dia bersyukur digembalakan di tempat ini, sekalipun
manusia lahiriahnya merosot.
Oleh sebab itu, biarlah kehidupan muda remaja memberi
diri dibangun di atas dasar yang telah diletakkan.
Tuhan memiliki cara tersendiri untuk memproses saya, dan
semakin hari saya menerima proses demi proses, tidak heran akan nyala api
siksaan. Kalau anak Tuhan masih menggunakan akal, pikiran dan perasaan dalam
melayani Tuhan, itu sangat mengherankan saya terlebih Tuhan.
Sekarang kita perhatikan ...
2 Korintus 3: 9
(3:9) Sebab, jika pelayanan yang memimpin kepada penghukuman itu mulia,
betapa lebih mulianya lagi pelayanan yang memimpin kepada pembenaran.
Pelayanan Roh itu memimpin pada pembenaran, dan pelayanan
Roh itu lebih mulia dari pelayanan tubuh.
Biarlah pelayanan Roh yang kita terima malam ini memimpin
kita pada kebenaran yang sifatnya kekal, supaya air mata tidak menjadi sia-sia,
itulah pembenaran yang kekal (mulia).
2 Korintus 3: 16-18
(3:16) Tetapi apabila hati seorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu
diambil dari padanya.
(3:17) Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada
kemerdekaan.
(3:18) Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak
berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh,
maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin
besar.
Ketika kita menerima pelayanan Roh, maka manusia batiniah
akan diubahkan, puncaknya; menjadi serupa dengan gambar-Nya dalam kemuliaan
yang semakin besar, kekekalan-Nya semakin besar.
Kemudian, hati seseorang akan berbalik kepada Tuhan,
karena pelayanan Roh itu menyingkap, menyelidiki, mengoreksi segala yang
terkandung dalam hati, sampai segambar serupa, sama mulia dengan Allah, bahkan
dalam kemuliaan yang semakin besar, berarti; sifat kekekalan-Nya juga semakin
besar, tidak mudah berubah-ubah.
Ciri-ciri menerima pelayanan Roh.
2 Korintus 3: 2-3
(3:2) Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang
dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang.
(3:3) Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis
oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah
yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di
dalam hati manusia.
Kalau firman Allah dimeteraikan oleh Roh Kudus/Firman
Allah ditukik di dalam hati, maka seseorang akan menjadi surat pujian, surat
Kristus yang dapat dibaca/dikenal setiap orang, mulai dari perkataan, sikap,
tingkah laku, cara berpikir, sudut pandang, gerak-gerik dapat dibaca dan
dikenal setiap orang.
Jadi, firman itu tidak ditulis dengan tinta tetapi
dimeteraikan oleh Roh Kudus pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati =
kebenaran bersifat permanen.
Bandingkan dengan PELAYANAN TUBUH.
Pelayanan tubuh = pelayanan lahiriah = menjalankan ibadah
secara lahiriah (ibadah liturgis) = menjalankan ibadah secara aturan-aturan
saja. Saatnya beribadah, ya beribadah, tetapi tidak mengalami keubahan hidup.
Sekarang kita melihat ...
2 Korintus 3: 7
(3:7) Pelayanan yang memimpin kepada kematian terukir dengan huruf pada
loh-loh batu. Namun demikian kemuliaan Allah menyertainya waktu ia diberikan.
Sebab sekalipun pudar juga, cahaya muka Musa begitu cemerlang, sehingga mata
orang-orang Israel tidak tahan menatapnya. Jika pelayanan itu datang dengan
kemuliaan yang demikian
Pelayanan tubuh itu; tidak menjangkau manusia batiniah.
Mungkin saja pada saat mendengar firman Allah, kita
terharu, sampai meneteskan air mata, tetapi kalau tidak mengalami pembaharuan
manusia batiniah, itulah yang disebut pelayanan tubuh.
Jadi pelayanan tubuh = menjalankan ibadah secara lahiriah
(liturgis), tetapi tidak mengalami pembaharuan hidup, menolak untuk diubahkan,
oleh karena harga diri, gengsi, dan masih menggunakan pikiran dan perasaan
manusia dalam melayani Tuhan.
Persis seperti zaman Perjanjian Lama; beribadah dengan
membawa binatang sebagai korban persembahan, sifatnya lahiriah saja, dan korban
yang seperti ini tidak akan bertahan lama, sifatnya tidak kekal; hari ini bisa
rajin, besok tidak, hari ini bisa baik, besok tidak. Ini adalah penyakit latah
rohani, karena dipengaruhi oleh situasi, kondisi, dan suasana.
Matius 15: 7-9
(15:7) Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu:
(15:8) Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari
pada-Ku.
(15:9) Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka
ajarkan ialah perintah manusia."
Menjalankan ibadah secara lahiriah, sama seperti
memuliakan Tuhan dengan bibir padahal hati jauh dari pada Tuhan.
Bibir memuliakan Tuhan tetapi hatinya jauh dari Tuhan =
mempersembahkan tubuh secara lahiriah, tetapi tidak mempersembahkan manusia
batiniah = menolak untuk diubah.
Ibadah lahiriah adalah ibadah yang sia-sia, karena hanya
menjalankan ajaran/perintah manusia, hanya mengikuti aturan saja, namun pada
hakekatnya memungkiri kekuatan ibadah itu sendiri, itulah ibadah liturgis dari
orang-orang munafik.
Munafik: Di luar terlihat baik namun di dalamnya penuh
kejahatan.
Ibadah lahiriah menajiskan seseorang, tetapi kalau
menikmati pelayanan Roh, maka Tuhan yang adalah Raja di atas segala raja akan
menunggangi kita dan dibawa masuk ke dalam Yerusalam Baru, kemuliaan yang
kekal.
Setelah dilepaskan, segala ikatan-ikatan dosa yang ditimbulkan
oleh dunia, daging dan Iblis/Setan, selanjutnya ditunggangi oleh Yesus Kristus,
Raja di atas segala raja, untuk dibawa masuk dalam kemuliaan yang kekal. Tetapi
sebaliknya kalau menjalankan ibadah lahiriah, maka yang menunggangi adalah perempuan
kekejian (pelacur besar/roh najis) yang menuju pada kebinasaan.
2 Korintus 3: 10-11
(3:10) Sebenarnya apa yang dahulu dianggap mulia, jika dibandingkan dengan
kemuliaan yang mengatasi segala sesuatu ini, sama sekali tidak mempunyai arti.
(3:11) Sebab, jika yang pudar itu disertai dengan kemuliaan, betapa
lebihnya lagi yang tidak pudar itu disertai kemuliaan.
Menjalankan ibadah secara lahiriah memang juga disertai kemuliaan,
tetapi sifatnya tidak kekal.
Persis seperti Musa; setelah melewati 40 hari 40 malam
persekutuannya dengan Allah di atas gunung Sinia, lalu turun membawa 2 loh batu
yang berisikan 10 hukum Allah, bangsa Israel melihat kemuliaan di wajah Musa,
tetapi akhirnya itu pudar juga.
2 Korintus 3: 13
(3:13) tidak seperti Musa, yang menyelubungi mukanya, supaya mata
orang-orang Israel jangan melihat hilangnya cahaya yang sementara itu.
Itu sebabnya Musa menyelubungi wajahnya/mukanya, supaya
orang-orang Israel jangan melihat hilangnya cahaya yang sifatnya sementara itu/kemuliaan
yang tidak permanen.
Pendeknya, pelayanan tubuh, ibadah yang dijalankan secara
lahiriah sifatnya sementara, dengan kata lain tidak mengandung janji, baik
untuk saat ini, baik untuk masa yang akan datang.
Kiranya kita memperhatikan hal ini dengan baik supaya
kemuliaan Allah itu jangan bersifat sementara.
Kerugian/dampak negatif menerima pelayanan tubuh.
2 Korintus 3: 14-15
(3:14) Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari
ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca
perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat
menyingkapkannya.
(3:15) Bahkan sampai pada hari ini, setiap kali mereka membaca kitab Musa,
ada selubung yang menutupi hati mereka.
Kerugian-kerugian dari pelayanan tubuh: tidak berkuasa
menyingkapkan segala yang terselubung/dosa yang disembunyikan dalam hati,
sehingga selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, yaitu orang-orang yang
menjalankan ibadah secara lahiriah.
Kalau selubung itu masih tetap menyelubungi, maka pikiran
seseorang tetap tumpul, sama seperti parang yang tumpul; tidak dapat digunakan
secara maksimal.
Orang yang menggunakan parang yang tumpul, ia harus
mengerahkan segenap kekuatan dan tenaganya, sehingga cepat atau lambat
kekuatannya akan habis untuk melayani Tuhan.
Itulah kemuliaan yang kekal dari Yerusalem yang baru.
Jadi, kita sudah melihat bangunan yang terbuat dari batu
permata dan bangunan yang tidak tahan uji, mudah tersulut/terbakar api, mudah
berubah dan dipengaruhi dosa.
Yerusalem yang baru, kota yang kudus dilihat dalam 2
bagian.
BAGIAN KEDUA: “CAHAYANYA SAMA SEPERTI PERMATA YANG PALING INDAH,
BAGAIKAN PERMATA YASPIS.”
Permata yaspis itu jernih
seperti kristal = transparan; luar dan dalam terlihat sama, tidak ada
sesuatu yang disembunyikan.
Untuk menjadi permata yaspis, permata yang paling indah, berarti
harus menerima pelayanan Roh, itulah firman nabuatan yang sifatnya menyelidiki,
mengoreksi segala sesuatu yang terkandung dalam hati.
Sekalipun sepuluh jari seseorang penuh dengan cincin emas
disertai dengan batu permata, hidupnya tidaklah lebih indah dari seorang anak
Tuhan yang jujur, mau mengakui kekurangan/kelemahan di hadapan Tuhan.
Tandanya...
1 Yohanes 2: 27
(2:27) Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima
dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi
sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu -- dan
pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta -- dan sebagaimana Ia dahulu telah
mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.
Kehidupan yang diurapi adalah kehidupan yang transparan, sebab
pengurapan Allah mengajari kita dalam segala sesuatu dan pengurapan Allah itu
tidak dusta, semuanya benar.
Berbeda dengan orang yang belum mengakui
kesalahan/kekurangan, dengan kata lain masih ada dosa yang terselubung; ketika
dosanya dikoreksi, dia mudah tersulut (marah, emosi).
Tetapi kalau ia transparan; ia tidak mudah tersulut,
tidak marah, tidak emosi, tidak menunjukkan diri bahwa dia juga hebat dan kuat,
tidak menunjukkan diri bahwa dia bisa dan tidak merasa diri mampu.
Tadi kita sudah melihat bahwa permata yaspis itu jernih
seperti kristal.
Praktek menjadi pribadi yang transparan.
Wahyu 22: 1
(22:1) Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih
bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba
itu.
Sungai air kehidupan; jernih bagaikan kristal, ia
mengalir, keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba à Injil Kerajaan = firman
pengajaran yang rahasianya dibukakan, jernih
bagaikan kristal.
Jadi, Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel,
jenisnya itu jernih bagaikan kristal.
Oleh sebab itu, jangan menyukai pemberitaan firman yang
ditambahkan dan dikurangkan.
Ditambahkan: Menyampaikan firman disertai cerita-cerita isapan
jempol.
Dikurangkan: Pemberitaan firman tentang salib diganti dengan teori
kemakmuran (orang Kristen tidak boleh miskin melainkan harus kaya) dan mujizat-mujizat
semata/tanda-tanda heran. Orang yang demikian adalah orang yang mengecilkan
salib Kristus; menolak pemberitaan firman tentang salib yang mengoreksi segala
sesuatu yang terkandung dalam hati. Ini adalah pemberitaan firman yang sifatnya
tidak jernih dan tidak seperti kristal.
Wahyu 22: 2
(22:2) Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang
sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap
bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan
bangsa-bangsa.
Di seberang-menyeberang sungai air kehidupan, tumbuh
pohon kehidupan berbuah 12 kali, tiap-tiap bulan sekali.
Berbuah 12 kali, tiap-tiap bulan sekali à pengajaran Rasul-Rasul. Pohon kehidupan à pribadi Yesus Kristus.
Kesimpulannya: Pohon kehidupan berbuah 12 kali, tiap-tiap
bulan sekali à pribadi Yesus dengan 12 rasul-Nya.
Sekarang kita lihat; PENGAJARAN RASUL-RASUL.
Kisah Para Rasul 2: 42
(2:42) Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.
Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
Jumlah jemaat mula-mula adalah 3000 orang, selanjutnya
mereka tekun menerima pengajaran rasul-rasul, antara lain;
- Tekun dalam persekutuan à ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian = domba-domba diberi
minum = HARAP.
Dalam pola Tabernakel terkena pada PELITA EMAS. Ketekunan
dalam Ibadah Raya Minggu mempertajam karunia-karunia yang Tuhan berikan.
Anak-anak Tuhan yang disebut juga kawanan domba akan
menerima karunia-karunia Roh yang sama dan yang satu itu = minum dari air yang
sama.
Dalam 1 Korintus
12: 13 dikatakan: “Kita semua diberi
minum dari satu Roh”, dan dari Roh yang satu dan yang sama ini, kita
diperlengkapi dengan karunia-karunia yang sama.
Dalam 1 Korintus
12: 4-5 dikatakan: “Ada rupa-rupa
karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan.”
- Tekun dalam pemecahan roti à ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai
perjamuan suci = domba-domba diberi makan = IMAN.
Dalam pola Tabernakel terkena pada MEJA ROTI SAJIAN.
Kegunaan Ibadah Pendalaman Alkitab: Untuk mendewasakan rohani sampai memuncak menjadi
tua-tua seperti 24 tua-tua yang duduk di atas takhta-takhtanya.
-
Tekun dalam berdoa à ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Dalam pola Tabernakel terkena pada MEZBAH DUPA. Kegunaan Ibadah Doa
Penyembahan: Bertemu dengan Allah dalam kasih-Nya. Pendeknya, Ibadah Doa
Penyembahan menghasilkan kasih.
Setelah tekun dalam 3 macam ibadah pokok ...
Kisah Para Rasul 2: 44
(2:44) Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala
kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
Mereka yang menerima pengajaran rasul-rasul telah menjadi
percaya dan tetap bersatu.
Kita yang sudah menjadi percaya dan digembalakan oleh Firman
Pengajaran Mempelai, kiranya tetap bersatu dalam kandang penggembalaan GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, jangan
sampai ada roh serigala/roh pemecah.
Bersatu à kesatuan dari anggota-anggota tubuh Kristus.
Wujud dari kesatuan anggota-anggota tubuh Kristus.
1 Korintus 12: 14-16
(12:14) Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas
banyak anggota.
(12:15) Andaikata kaki berkata: "Karena aku bukan tangan, aku tidak
termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh?
(12:16) Dan andaikata telinga berkata: "Karena aku bukan mata, aku
tidak termasuk tubuh", jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh?
Tubuh tidak terdiri dari satu anggota tetapi atas banyak
anggota, antara lain ada kaki, ada tangan, ada telinga, ada mata dan ada
anggota-anggota yang lain.
Setiap anggota tubuh berbeda-beda, tidak sama, dan
otomatis fungsinya juga berbeda-beda/tidak sama, supaya terwujud pembangunan
tubuh Kristus, kesatuan dari anggota-anggota tubuh Kristus, sehingga;
-
Kaki tidak boleh berkata: “Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh.”
-
Sebaliknya, telinga tidak boleh berkata: “Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk
tubuh.”
1 Korintus 12: 17-18
(12:17) Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran?
Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman?
(12:18) Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara
khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya.
Andaikata anggota tubuh dikuasai roh egosentris, maka
otomatis tidak terlihat anggota tubuh yang lain.
Misalnya, andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, maka
yang terlihat adalah mata semua, sementara tugas mata adalah hanya untuk
melihat, sebab mata adalah pelita untuk menerangi seluruh anggota tubuh. Tetapi
kalau tubuh seluruhnya adalah mata, anggota tubuh mana yang harus diterangi?
Juga andaikata tubuh seluruhnya telinga yang fungsinya
mendengar, tetapi anggota tubuh yang lain tidak mendengar apa-apa, sebaliknya,
dengan anggota-anggota tubuh yang lain.
Kesimpulannya; orang yang dikuasai roh egosentris, ia
tidak berguna kepada anggota tubuh yang lain. Saya tidak bermaksud untuk
mengungkit kesalahan; kalau sidang jemaat datang tidak tahu siapa gembalanya, pulang
tidak tahu siapa gembalanya, siapa yang diterangi, anggota tubuh mana yang
diterangi?
Tetapi kita patut bersyukur kepada Tuhan, Allah telah
memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada
tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya, bukan seperti yang dikehendaki oleh
anggota-anggota tubuh.
Jadi, sebagai anggota tubuh, kita berada di dalam kandang
penggembalaan ini, bukan seperti yang kita kehendaki, tetapi seperti yang Tuhan
kehendaki.
Sebagai anggota tubuh yang berbeda-beda, kerjakanlah apa
yang dapat dikerjakan sesuai dengan fungsinya, bukan seperti yang kita
kehendaki; mata tidak boleh berfungsi sesuai dengan apa yang ia kehendaki,
tetapi harus sesuai kehendak Tuhan.
Tempatkanlah diri di hadapan Tuhan sesuai dengan
fungsinya masing-masing sebagai anggota tubuh, supaya terwujudnya pembangunan
tubuh Kristus yang sempurna. Tidak perlu menggunakan hati, pikiran dan
perasaan, itu tidak ada gunanya.
Itu sebabnya pada ayat
19 dikatakan: “Andaikata semuanya adalah
satu anggota, di manakah tubuh?”, dengan kata lain tidak terwujud
pembangunan tubuh Kristus/kesatuan tubuh yang sempurna.
Tetapi yang benar adalah ...
1 Korintus 12: 20-21
(12:20) Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh.
(12:21) Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan: "Aku tidak
membutuhkan engkau." Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: "Aku
tidak membutuhkan engkau."
Mata tidak dapat berkata kepada tangan: "Aku tidak membutuhkan engkau."
Juga kepala tidak dapat berkata kepada kaki:
"Aku tidak membutuhkan engkau."
Banyak anggota tubuh, tetapi itu semua saling berkaitan,
saling membutuhkan satu dengan yang lain, dan anggota-anggota tubuh tidak boleh
memaksakan kehendak sendiri, sebab kehendak Tuhan yang jadi, maka dengan demikian
terwujudlah pembangunan tubuh Kristus.
Kisah Para Rasul 2: 45
(2:45) dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu
membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
Bukti kesatuan tubuh: Selalu ada dari mereka yang menjual
harta miliknya lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan
keperluan masing-masing.
Kesimpulannya; ada rasa kebersamaan.
Kisah Para Rasul 2: 46
(2:46) Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari
dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir
dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
Ketika mereka tekun dalam 3 macam ibadah pokok, mereka
menjalankan 3 macam ibadah pokok itu dengan sehati; seia, sekata.
Kalau seseorang tidak sehati, pasti tidak seia, tidak
sekata. Biarlah kita sehati dalam kandang penggembalaan ini, sehingga pekerjaan
berat terasa ringan dan tidak terasa beratnya.
Selanjutnya, mereka makan bersama-sama dengan gembira dan
dengan tulus hati.
Orang yang tulus hati pasti tidak ada kemunafikan, tidak
ada kepura-puraan di sana, ia tulus ikhlas mengerjakan pekerjaan di tengah-tengah
ibadah yang Tuhan percayakan.
Itulah ciri-ciri dari permata yaspis, permata yang paling
indah: Tulus hati.
Kalau kita sehati, lanjut dengan tulus hati, maka tidak
mudah dibakar oleh nyala api dan justru bangunan itu menjadi kuat, tetapi kalau
tidak sehati, membawa jalan masing-masing, dan tidak tulus hati, pasti
anggota-anggota tubuh satu dengan yang lain mudah tersulut atau terbakar api,
tidak tahan terhadap ujian, dan tidak kokoh.
Sekarang kita lihat; ORANG YANG TULUS HATI.
Rut 3: 7-10
(3:7) Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah ia
untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian datanglah
perempuan itu dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas
dan berbaringlah ia di situ.
(3:8) Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjagalah orang itu, lalu
meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang perempuan berbaring di
sebelah kakinya.
(3:9) Bertanyalah ia: "Siapakah engkau ini?" Jawabnya: "Aku
Rut, hambamu: kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab
engkaulah seorang kaum yang wajib menebus kami."
(3:10) Lalu katanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya
anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang
pertama kali itu, karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda,
baik yang miskin maupun yang kaya.
Ketika Rut datang kepada Boas, dia tidak mengejar
orang-orang muda, ini menunjukkan ketulusan hati dari pada Rut, dia datang pada
sang penebus, itulah Boas. Dia tepat berada di bawah tudung perlindungan karena
ia datang kepada sang penebus.
Malam ini kita datang kepada Tuhan lewat Ibadah Kaum Muda
Remaja, Dialah Tuhan dan Juruselamat yang menebus dosa manusia, kita datang
bukan melihat perkara-perkara lahiriah, ini menunjukkan ketulusan hati.
Yohanes 1: 29
(1:29) Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia
berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.
Yohanes berkata kepada murid-muridnya: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus
dosa dunia.”
Ini adalah pandangan yang tulus, memandang korban
Kristus.
Kalau dalam hidup ini yang menjadi tolak ukur adalah
korban Kristus, itu adalah pandangan yang tulus. Kita datang kepada Tuhan lewat
ibadah dan di tengah-tengah ibadah kita melayani, dan oleh karenanya kita
mengalami penderitaan, itu menunjukkan ketulusan hati seseorang, sebaliknya
kalau seseorang lebih memandang kepada hal-hal lahiriah menunjukkan bahwa
seseorang tidak memiliki pandangan yang tulus.
Jadi, kalau seseorang tidak datang kepada Tuhan,
menjauhkan hati dari Tuhan serta korban-Nya, itu yang membuat seseorang tidak
memiliki ketulusan hati.
Saya bertanya-tanya sewaktu mempersiapkan firman tadi
sore: 2 minggu ini pemberitaan firman selalu berkaitan dengan ketulusan, tentu
Tuhan punya maksud disini dan Tuhan mengerti isi hati kita masing-masing.
Ketulusan dikaitkan dengan Kidung Agung.
Yang pertama: “Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh
cantik engkau, bagaikan merpati matamu.” (Kidung Agung 1: 15).
Kita datang kepada Tuhan lewat ibadah dan di
tengah-tengah ibadah kita melayani, itulah pandangan yang tulus.
Mereka yang memiliki pandangan yang tulus menerima
puji-pujian dari mempelai laki-laki. Yang berhak menerima puji-pujian dari
mempelai laki-laki adalah mempelai perempuan. Oleh sebab itu, miliki pandangan
yang tulus, polos, transparan.
Mempelai perempuan adalah permata yang paling indah,
mereka berhak menerima puji-pujian dari mempelai laki-laki sorga.
Yang kedua: “Lihatlah, cantik engkau, manisku, sungguh
cantik engkau! Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu. Rambutmu bagaikan
kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead.” (Kidung
Agung 4: 1)
Orang yang tulus hati, terlihat 2 hal:
1.
Tidak terlihat segala kelemahan, kekurangan, termasuk
daging dan tabiatnya, sama seperti telekung (pakaian putih/cadar yang
menututupi aurat, anggota tubuh)
2.
Rambutmu bagaikan kawanan kambing, artinya; menjadi satu
kawanan, berarti tergembala dengan baik dalam satu kandang penggembalaan, tidak
liar, tidak dikuasai roh serigala.
Kalau anak-anak Tuhan tergembala dengan baik pasti tulus, buktinya;
mendengar suara gembala, tidak mendengar suara asing, dan selalu mengikuti
gembala, kemana saja ia dibawa (Yohanes 10: 3-4). Sejauh ini kita telah
digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai yang membawa kita menjadi
pengantin perempuan, masuk dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna.
Sebagaimana ketika Yohanes berkata kepada murid-muridnya
untuk yang kedua kalinya ...
Yohanes 1: 35-36
(1:35) Pada keesokan harinya Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang
muridnya.
(1:36) Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: "Lihatlah Anak
domba Allah!"
Yohanes Pembatis berkata: “"Lihatlah Anak domba Allah!”, berarti memandang Yesus Kristus
sebagai raja dan Mempelai Pria sorga.
Pada kali yang kedua Yesus datang dalam kemuliaan-Nya
sebagai raja dan mempelai pria sorga. Kalau kita melihat Yesus sebagai Raja dan
Mempelai Pria Sorga, berarti memiliki pandangan yang tulus.
Orang yang tidak tulus hasilnya ia akan mengarahkan
pandangannya kepada yang lain-lain sehingga tidak tahan ujian, maka tempatnya
adalah lautan api neraka. Tetapi kalau dari sekarang kita mampu menghadapi
ujian karena tulus hati, maka tempatnya adalah kota Yerusalem Baru.
Jadilah pribadi yang tulus hati, jadilah permata yaspis,
permata yang paling indah. Bangunan yang terbuat dari batu permata adalah
bangunan yang berkualitas, mampu menghadapi ujian demi ujian yang datangnya
atas seijin Tuhan sampai kita betul-betul menjadi gambaran dari Yerusalem Baru,
kota yang kudus, yang temboknya terbuat dari permata yaspis.
Dan sungai air kehidupan yang mengalir dari takhta Allah
dan takhta Anak Domba, juga jernih seperti kristal, oleh sebab itu marilah kita
menikmati injil Kerajaan, yaitu Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya
Tabernakel yang akan membawa kita masuk dalam pembangunan tubuh Kristus yang
sempurna menjadi pengantin Anak Domba.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment