IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 17 JULI 2015
“DARI KITAB MALEAKHI”
Subtema: TIDAK DICEMARKAN OLEH DUNIA
Shalom!
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita sekalian, salam
dalam kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi.
Oleh karena kemurahan hati Tuhan, kita dimungkinkan untuk
melangsungkan Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci. Biarlah
kiranya Tuhan melawat kita malam hari ini.
Kita memperhatikan KITAB MALEAKHI.
Maleakhi 3: 18
(3:18) Maka kamu akan melihat kembali perbedaan antara
orang benar dan orang fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang
yang tidak beribadah kepada-Nya.
Kita dapat melihat perbedaan antara orang benar dan orang
fasik, antara orang yang beribadah kepada Allah dan orang yang tidak beribadah
kepada-Nya.
Orang benar = orang yang beribadah kepada Allah.
Orang fasik = orang yang tidak beribadah kepada Allah,
sekalipun ia beribadah dan melayani di tengah-tengah ibadah tersebut.
Saat ini kita tidak dapat mengatakan kepada orang lain,
bahwa ibadah yang kita jalankan lebih benar dari ibadah yang dijalankan orang
lain, tetapi satu hal yang patut kita syukuri, bahwa kita telah digembalakan
oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, yang disebut juga
firman pengajaran yang rahasianya dibukakan, untuk membangun, menghibur,
menasihati kita masing-masing, menyelidiki segala sesuatu yang terselubung,
pendeknya; untuk membawa kita masuk dalam pembentukan tubuh Kristus yang
sempurna, menjadi pengantin perempuan, milik kesayangan-Nya, sesuai ayat 17: Mereka akan menjadi
milik kesayangan Tuhan pada hari yang disiapkan-Nya. Pada saat itulah kita
dapat melihat perbedaan antara orang benar dan orang fasik.
Kita patut bersyukur kita telah digembalakan oleh Firman
Pengajaran Mempelai, dan setelah kita mengenal Firman Pengajaran Mempelai, rasa
syukur itu lebih dalam tentunya.
Setelah saya digembalakan oleh Firman Pengajaran Mempelai,
tidak ada rasa untuk meninggalkan Firman Pengajaran Mempelai.
Segera kita melihat tentang IBADAH.
Yakobus 1: 26-27
(1:26) Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah,
tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah
ibadahnya.
(1:27) Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan
Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan
mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.
Jikalau ada seorang yang menganggap dirinya beribadah,
tetapi tidak mengekang lidahnya; IA MENIPU DIRI SENDIRI.
Tidak mengekang lidah = tidak menahan hawa nafsu dan
keinginan daging = menipu diri sendiri.
Orang yang demikian, sia-sialah ibadah yang ia jalankan.
Ibadah yang sejati adalah mempersembahkan tubuh sebagai
persembahan yang hidup, kudus dan berkenan.
Tetapi rupanya, ada ibadah yang murni, yang tak bercacat
di hadapan Allah, yaitu mengunjungi
yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka.
Keterangan mengunjungi janda-janda telah saya
sampaikan 2 minggu yang lalu, yang dikaitkan dengan Naomi dan Rut, menantunya.
Oleh karena perhatian Tuhan, kunjungan Tuhan, Rut dan Naomi dipulihkan oleh
Tuhan, teramat lebih pribadi Rut, ia tetap berpaut pada mertuanya, ia tidak mau
kembali kepada ibunya, bangsanya dan allahnya, sekalipun Orpa, iparnya, kembali
kepada ibunya, bangsanya, allahnya, namun Rut tetap berpaut, tidak mau berpaling
dari kasih Kristus.
Itu sebabnya Rut berkata: “Kemana engkau pergi, kesitu aku
pergi”, ini adalah
pengikutan yang benar.
Pengikutan yang benar; tidak menyimpang ke kiri dan ke
kanan = kuat dan teguh hati, tidak mudah dipengaruhi oleh situasi dan keadaan,
tidak mudah dipengaruhi segala sesuatu yang tidak suci = memiliki sikap seperti
seorang laki-laki, kuat dan teguh hati.
Pesan Daud kepada Salomo: Bersikap seperti laki-laki,
kuat dan teguh hati, tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan, supaya takhta kerajaan
tidak putus dari pada keturunan Daud.
Demikian juga pesan Musa kepada Yosua untuk membawa
bangsa Israel masuk ke tanah Kanaan: Bersikap seperti seorang laki-laki; kuat
dan teguh hati, tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan.
Pengikutan Rut kuat dan teguh hati, wujudnya lewat 3
pengakuan:
Pengakuan pertama: “BANGSAMULAH
BANGSAKU.”
Dalam Keluaran
19: 5-6, Allah berfirman bahwa bangsa Israel menjadi harta kesayangan (bangsa yang terpilih), milik
kesayangan-Nya, dan selanjutnya menjadi imamat
yang rajani dan bangsa yang kudus, berarti
dipanggil dan dipilih untuk melayani Tuhan.
Pengakuan kedua: “ALLAHMULAH
ALLAHKU.”
Setiap suku, setiap bangsa di atas muka bumi ini punya
allah sendiri, yaitu bangsa kafir termasuk suku batak; sebelum menerima
kebenaran, injil keselamatan, mereka menyembah berhala-berhala. Tetapi puji
Tuhan, bangsa batak telah mengenal Allah yang sesungguhnya, itulah Allah
Abraham, Ishak, Yakub, Allah yang hidup, yang mampu memberi iman, harap dan
kasih.
Allah yang lain, yaitu barang yang fana, emas dan perak,
yang banyak, bahkan harta, kekayaan, tidak mampu memberi: iman harap dan kasih,
dan tidak dapat menebus dosa manusia, selain darah Anak Domba yang tak bernoda
dan tak bercacat.
Allah itu esa, esa pula Ia menjadi pengantara antara
Allah dengan manusia.
Pengakuan ketiga: “DI
MANA ENGKAU MATI, AKU PUN MATI DI SANA.”
Kebangkitan yang benar adalah hasil dari kematian yang
benar. Kalau kematian benar, pasti kebangkitannya benar.
Ada kebangkitan palsu, itulah orang-orang yang beribadah
melayani namun belum mengubur hidup yang lama.
Inilah pengakuan Rut, sampai akhirnya, namanya ditulis
(disebut) dalam silsilah tentang kelahiran Yesus Kristus.
Ada 5 wanita yang disebut, 4 bangsa kafir, dan satu
bangas Israel (Maria), salah satu dari 4 bangsa kafir adalah pribadi Rut,
berarti; tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba.
Biarlah nama kita dikenal oleh Tuhan, dicatat dalam kitab
kehidupan Anak Domba.
Dikenal, berarti; seperti gembala memanggil kawanan domba
itu menurut namanya = dikenal, berarti supaya dikenal harus tergembala dengan
baik dalam satu kandang dengan satu gembala, dalam satu kandang penggembalaan,
tidak boleh liar dan tidak boleh berganti-ganti gembala.
Tugas seorang gembala: Memberi makan dan minum kawanan domba, dan lewat ketekunan
dalam doa penyembahan, kita diberi nafas kehidupan.
Selanjutnya mengunjungi yatim piatu; Ester, sebagai
seorang yatim piatu, telah diasuh oleh Mordekhai.
Sekarang ini banyak anak yatim piatu di luaran sana,
menjadi pengemis di pinggir jalan dan ada juga yatim di panti asuhan, tetapi
belum tentu kita tertarik untuk mengasuh yatim piatu.
Berarti, kalau Ester diasuh oleh Mordekhai berarti ada
daya tarik dari Ester.
Malam ini kita diasuh oleh Tuhan, berarti ada daya tarik.
Yesus berkata, Aku tidak akan meninggalkan engkau sebagai yatim piatu, dan Ia
akan memberi Roh kebenaran, untuk menyertai, menghibur, mengajar sampai
menginsafkan dunia.
Setelah berada di benteng Susan, Ester berada di bawah
pengawasan Hegai, ia mendapat kasih dan sayang, mendapat perhatian dari Hegai,
sehingga Hegai memberi 3 perkara:
1. Pelabur, itulah
firman Allah sebagai makanan rohani, dan tentu diikuti oleh minuman. Tubuh dan
darah Yesus adalah makanan dan minuman, itulah roti hidup, roti yang turun dari
sorga. Roti hidup diberikan kepada saya dan saudara di atas kayu salib. Kebenaran
yang sejati berasal dari salib Kristus.
2. 7 dayang-dayang terpilih. Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, terkena pada
kaki dian dengan 7 pelita yang menyala di atasnya à kehidupan yang diurapi Roh Kudus, dengan demikian menjadi
7 mata, menjadi kesaksian di atas muka bumi, seperti 2 pohon zaitun, yaitu Musa
dan Elia.
3. Wangi-wangian à doa penyembahan.
3 perkara ini diberikan Hegai kepada Ester à ketekunan dalam 3 macam ibadah pokok.
-
Pelabur: Ketekunan
dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci.
-
7 dayang-dayang
terpilih: Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian.
-
Wangi-wangian: Ketekunan
dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Kita tergembala dengan baik dalam satu kandang, dan tekun
dalam 3 macam ibadah pokok yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang beribadah
di luaran sana. ini adalah perhatian Tuhan.
Kalau Hegai memberi 3 perkara ini kepada Ester, berarti
ada daya tarik dari Ester sehingga mendapat kasih dan sayang Hegai; Ester tidak
menuntut banyak hal.
Kalau kita kaitkan dengan Daniel 1: 8, Daniel tidak menuntut banyak hal, dia justru menolak
apa yang dimakan dan diminum oleh raja, sehingga di mata penjaga yang dipercaya
oleh raja, Daniel menimbulkan kasih dan sayang.
Ada baiknya, kalau memang di rumah ada makanan dan
minuman, cukupkan dengan apa yang ada di dalam rumah. tidak perlu berfoya-foya
dengan yang ada di luaran sana. Kalau kita mencari makanan yang lebih baik dan
lebih enak, itu adalah dosa kenajisan, itu sebabnya dalam Amsal dikatakan; “jika nafsumu besar, taruhlah
pisau di lehermu.”
Sampai akhirnya Ester mendapat kasih dan sayang di
hadapan raja, dan ia berhak menerima mahkota dan menjadi ratu.
Biarlah kita melayani Tuhan sampai garis akhir, sampai
tutup usia, sampai Tuhan datang pada kali yang kedua, dan akhirnya kita
menerima mahkota kebenaran seperti pernyataan Rasul Paulus.
Saya sangat bersyukur menyampaikan firman ini karena kita
boleh mengerti apa yang menjadi rencana Allah dalam kehidupan kita, lewat
ibadah yang murni dan yang tak bercacat, mengunjungi yatim piatu dan
janda-janda dalam kesusahan mereka.
Janda-janda à tidak menempatkan Krsitus sebagai kepala.
Yatim piatu à kehidupan yang belum tergembala.
Biarlah kita mengunjungi mereka yang belum menempatkan
Kristus sebagai kepala dan kehidupan yang belum tergembala.
Yakobus 1: 27
(1:27) Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan
Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan
mereka, dan menjaga supaya
dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.
Yatim piatu pasti susah, janda-janda pasti susah, itu
sebabnya mereka harus dikunjungi.
Setiap orang di atas muka bumi ini, ada pergumulan
masing-masing. Jangankan mereka yang tidak tergembala, hamba Tuhan saja
mengalami pergumulan, tetapi yang menjadi kelebihan bila tergembala, Tuhan
memberi kekuatan dan ada jalan keluar dari setiap masalah/persoalan.
Syarat menjalankan ibadah yang murni: “Menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.”
BAGIAN PERTAMA.
1 Yohanes 2: 15-16
(2:15) Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di
dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di
dalam orang itu.
(2:16) Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu
keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal
dari Bapa, melainkan dari dunia.
Semua yang ada di dalam dunia, antara lain;
YANG PERTAMA: “KEINGINAN
DAGING”, hal ini bertolak belakang dengan keinginan Roh.
Roma 8: 5-7
(8:5) Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan
hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal
yang dari Roh.
(8:6) Karena keinginan daging adalah maut, tetapi
keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.
(8:7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap
Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin
baginya.
Mereka yang hidup menurut daging memikirkan hal-hal yang
dari daging, tidak akan memikirkan hal-hal yang rohani, perkara di atas/perkara
rohani, itulah yang berkaitan dengan ibadah & pelayaan = tidak terbeban
dengan pekerjaan Tuhan.
Kalau seseorang hidup menurut hawa nafsu dan keinginan
daging; menjadi seteru Allah, karena mereka tidak takluk kepada hukum Allah,
tidak taat/tidak patuh pada ajaran yang benar.
Orang yang hidup menurut keinginan daging menuju pada
kebinasaan, sebab darah dan daging tidak mewarisi Kerajaan Sorga.
Roma 8: 8
(8:8) Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin
berkenan kepada Allah.
Mereka yang hidup menurut hawa nafsu dan keinginan
daging, yang hanya memikirkan hal-hal yang dari daging, tidak akan berkenan di hadapan
Allah.
YANG KEDUA: “KEINGINAN
MATA.”
Berbicara mata, dalam Matius
6: 22, “mata adalah pelita tubuh”. Kalau kita bandingkan dalam Mazmur 119: 105, “firman
Tuhan adalah pelita.”
Kesimpulannya; keinginan mata bertolak belakang dengan
kebenaran, yaitu firman Tuhan, sebab orang yang hanya menuruti keinginan mata,
tidak memiliki 2 hal;
Hal pertama: PANDANGAN
YANG TULUS.
Dalam injil Yohanes
1: 29, Yohanes melihat Yesus dan ia berkata kepada murid-muridnya: "Lihatlah Anak domba Allah,
yang menghapus dosa dunia.” Artinya;
memandang Yesus Kristus dan korban-Nya.
Yesus menghapus dosa manusia di atas kayu salib. Kalau senantiasa memandang
korban Kristus, berarti memiliki pandangan yang tulus.
Kalau yang menjadi tolak ukur di dalam hidup seseorang
adalah salib Kristus, itu menunjukkan bahwa ia memiliki pandangan yang tulus.
Tetapi kalau tolak ukur seseorang adalah segala perkara-perkara lahiriah, dan
segala sesuatu yang ada di dunia, baik itu harta dan kekayaan, menunjukkan bahwa
ia tidak memiliki pandangan yang tulus.
Sewaktu saya mengajar Pendidikan Agama Kristen, saya
selalu bertanya: Apa cita-citamu? Ada yang menjawab menjadi menteri, polisi,
dokter dan sebagainya. Tetapi yang lebih mengejutkan adalah seorang anak
menjawab ia ingin menjadi artis. Lalu saya kaitkan dengan keluarganya, memang
betul keluarga anak ini jauh dari Kristus, pandangannya tidak memiliki
pandangan yang tulus.
Tetapi pandangan yang tulus, senantiasa memandang Kristus
dan salib-Nya sebagai barometer dalam kehidupannya.
Untuk yang kedua kali, dalam Yohanes 1:36, ketika Yohanes
melihat Yesus lewat, ia berkata kepada murid-muridnya: "Lihatlah Anak domba
Allah!" Artinya;
memandang Yesus Kristus sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
Pada kali yang kedua, Yesus datang bukan sebagai
Juruselamat, bukan sebagai penebus dosa, melainkan sebagai Raja dan Mempelai
Pria Sorga.
Kalau kita memandang Yesus Kristus sebagai Raja dan
Mempelai Pria Sorga, kita tidak akan memandang Dia lebih dari pada itu, sekalipun
ada mujizat-mujizat.
Yohanes 6: 2-3
(6:2) Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia,
karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap
orang-orang sakit.
(6:3) Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ
dengan murid-murid-Nya.
Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, dengan
satu alasan; mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan yang diadakan-Nya
terhadap orang-orang sakit, menunjukkan bahwa orang banyak tersebut tidak
memiliki pandangan yang tulus.
Kalau mengikuti Dia karena mujizat-mujizat yang
diadakan-Nya, menunjukkan bahwa seseorang tidak memiliki pandangan yang tulus.
Yohanes sendiri berkata kepada murid-muridnya supaya
memandang Yesus dan korban-Nya,
kemudian memandang Yesus sebagai Raja
dan Mempelai Pria Sorga, ini adalah pandangan yang tulus.
Tetapi orang banyak mengikuti Yesus karena melihat
mujizat-mujizat, ini adalah pandangan yang tidak tulus, maka pasti
pengikutannya juga tidak tulus.
Oleh sebab itulah, Yesus
naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya = menyingkir, karena Yesus tidak
tertarik dengan cara pengikutan yang seperti itu.
Tetapi sangat disayangkan, lebih banyak orang Kristen
mengikuti Yesus karena mujizat, dan yang lucunya, hamba Tuhan yang menjadi
gembala memanfaatkan kelemahan orang kaya, tidak mau mengusik dosa, sehingga
seringkali menyampaikan kotbah dengan maksud/loba yang tersembunyi.
Tetapi dengan jelas di sini dikatakan, Yesus naik ke atas gunung dan duduk
di situ dengan murid-murid-Nya, Yesus menyingkir ke atas gunung.
Kita kembali melihat pengikutan dari orang-orang yang
tidak memiliki pandangan yang tulus ...
Yohanes 6: 12-15
(6:12) Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada
murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak
ada yang terbuang."
(6:13) Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua
belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih
setelah orang makan.
(6:14) Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah
diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan
datang ke dalam dunia."
(6:15) Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan
hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula
ke gunung, seorang diri.
Oleh karena mujizat yang diadakan oleh Yesus Kristus,
memberi makan 5000 orang laki-laki dengan 5 roti dan 2 ikan, mereka mengejar
dan mengikuti Yesus, bahkan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan
Yesus raja.
Ini adalah pengikutan yang salah, karena pandangan mereka
tidak tulus. Mereka memandang Yesus hanya sebagai pembuat mujizat saja; yang
sakit disembuhkan, kemudian memberi makan 5000 orang dengan 5 roti dan 2 ikan.
Pada ayat 15, Yesus
tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk
menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.
Mengapa ada perkataan pula? Karena yang pertama kali Ia
sudah menyingkir. Yesus tidak tertarik pada mereka yang mengikuti Yesus dengan
pandangan yang tidak tulus; hanya karena mujizat semata.
Mujizat tidak salah apabila terjadi, bahkan setiap orang
membutuhkan mujizat, tetapi yang terpenting adalah keubahan hidup.
Kerugian apabila mengikuti/memandang Yesus hanya sebatas
pembuat mujizat:
Setelah Yesus mengadakan mujizat, mereka berkata: Dia ini adalah benar-benar Nabi
yang akan datang ke dalam dunia." Ini
adalah pengakuan yang salah dan tidak benar.
Yang benar adalah kita bandingkan dengan pengakuan
perempuan Samaria ...
Yohanes 4: 14-19
(4:14) tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan
kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan
Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus
memancar sampai kepada hidup yang kekal."
(4:15) Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan,
berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke
sini untuk menimba air."
(4:16) Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah
suamimu dan datang ke sini."
(4:17) Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai
suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak
mempunyai suami,
(4:18) sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang
ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata
benar."
(4:19) Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata
sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.
Pekerjaan seorang nabi adalah bernubuat, menyelidiki
mengoreksi segala sesuatu yang terkandung di dalam hati, termasuk dosa dari
perempuan Samaria dikoreksi, diselidiki, dimana nikahnya tidak baik/tidak
beres, ia dikuasai roh najis.
Pengakuan perempuan Samaria inilah yang benar: “Tuhan,
nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi”
Yesus sudah mengoreksi segala yang terkandung dalam hidup
nikah perempuan Samaria, yaitu telah memiliki lima laki-laki dan satu laki-laki
yang ada sekarang padanya.
Nabi bukan membuat mujizat, namun menyelidiki dosa,
itulah pembukaan firman/firman pengajaran yang rahasianya dibukakan, supaya
kita jangan salah-salah dalam perkataan dan pengakuan kepada Tuhan.
Perkataan yang salah karena diawali dari pandangan yang
tidak tulus.
Lihat saja, kalau ada yang perkataan dan pengakuannya banyak salah-salah, itu
karena pandangannya tidak tulus.
Kita ikut Tuhan karena apa? Apakah karena mujizat? Atau
karena pengorbanan-Nya dan memandang Dia sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga?
Pendeknya; Yesus tidak tertarik untuk tampil sebagai raja
atas mereka hanya karena mujizat semata.
Mujizat boleh terjadi dalam kandang penggembalaan, tetapi
yang terpenting; memberi diri untuk dikoreksi, diselidiki oleh firman para
nabi, firman nubuatan, supaya segala yang terselubung itu tersingkap, supaya
akhirnya pengakuan kita benar seperti pengakuan perempuan Samaria: “Nyata
sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.”
Namun pada akhirnya, kalau kita perhatikan injil Yohanes 6: 25-66, orang banyak
yang berbondong-bondong mengundurkan diri karena mereka menolak roti hidup,
roti yang turun dari sorga, yaitu tubuh
dan darah Yesus adalah benar-benar makanan dan minuman.
Menolak tubuh dan darah Yesus, berarti menolak salib
Kristus, menolak kebenaran yang sejati, sebab di luar salib tidak ada lagi
kebenaran.
Sekali lagi saya tandaskan: kalau mengikuti Tuhan hanya
karena mujizat, tetapi menolak kebenaran yang sejati (salib Kristus), menolak
firman yang benar, menunjukkan bahwa pandangan mereka tidak tulus.
Dalam injil Yohanes 1: 37
(1:37) Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya
itu, lalu mereka pergi
mengikut Yesus.
“... mereka pergi mengikut Yesus”, inilah pengikutan yang benar karena Yohanes dan
murid-muridnya memiliki pandangan yang tulus, yaitu memandang Yesus sebagai
penghapus dosa manusia = memandang korban Kristus dan memandang Yesus sebagai
Raja dan Mempelai Pria Sorga.
Pandangan yang tulus dinyatakan dalam Kidung Agung
sebanyak 2 kali.
Pernyataan cantik engkau terdapat 5 kali, tetapi
pernyataan cantik engkau lalu dikaitkan bagaikan merpati matamu, dinyatakan 2
kali.
Yang pertama: “Lihatlah,
cantik engkau, manisku, sungguh cantik engkau, bagaikan merpati matamu” (Kidung Agung 1: 15).
Artinya; mempelai perempuan, memiliki pandangan yang
tulus.
Sasaran dari ibadah dan pelayanan kita di atas muka bumi
adalah menjadi pengantin perempuan Anak Domba, tentu diawali ketekunan dalam 3
macam ibadah pokok (Ibadah Pendalaman Alkitab, Ibadah Raya Minggu, Ibadah Doa
Penyembahan).
Oleh sebab itu, bersama-sama kita menjadi pribadi yang
tulus hati; melayani dengan tulus hati, sesuai dengan karunia-karunia yang
diperoleh, jangan dengan trik dan intrik, jangan karena ada motivasi atau
kepentingan pribadi, berbicara apa adanya, jangan karena ada yang terselubung.
Belajarlah tulus, karena kerinduan kita adalah menjadi
pengantin perempuan, oleh sebab itu, belajarlah tulus.
Saya tidak katakan bahwa saya paling tulus, tetapi
saudara mengenal saya, ikuti contoh teladan yang baik.
Kita tidak butuh pujian dari manusia, kita butuh pujian
dari Tuhan, berarti ada kerinduan untuk menjadi mempelai perempuan Tuhan. Apa
artinya pujian dari dunia ini, tetapi tidak mendapat pujian dari Mempelai
Laki-Laki, pendeknya; tidak masuk dalam pesta nikah Anak Domba.
Yang kedua: “Lihatlah, cantik engkau, manisku,
sungguh cantik engkau! Bagaikan merpati matamu di balik telekungmu. Rambutmu
bagaikan kawanan kambing yang bergelombang turun dari pegunungan Gilead” (Kidung Agung 4: 1).
Pandangan yang tulus itu diawali pada saat daging dan
kelemahannya tertutupi/tidak terlihat lagi.
Telekung itu semacam cadar atau pakaian putih yang
menutupi aurat, tidak terlihat lagi daging dan segala keinginannya.
Selanjutnya, pujian dari Mempelai Laki-laki kepada
mempelai perempuan: “Rambutmu bagaikan kawanan kambing yang bergelombang
turun dari pegunungan Gilead”, berarti menjadi kawanan, tergembala dengan
baik dalam satu kandang penggembalaan, tidak liar.
Saya merindukan, dari kandang penggembalaan ini, suatu
saat nanti ada persekutuan antar kandang penggembalaan. Kemudian, lebih besar
lagi dan memuncak sampai kepada kandang penggembalaan bangsa kafir dengan
Israel, kandang penggembalaan yang bersifat internasional, yang menjadi gembala
Agung adalah pribadi Yesus Kristus. Hal ini tidak tertutup kemungkinan akan
terjadi bila ada yang mau mendukung dengan memiliki pandangan yang tulus.
Hal Kedua: PANDANGAN NUBUATAN.
Berarti, memandang jauh ke depan, yaitu ada untuk
kerinduan untuk menjadi pengantin perempuan; masuk dalam pesta nikah Anak
Domba, sebagai sasaran akhir dari ibadah pelayanan di atas muka bumi ini.
Orang yang memiliki pandangan nubuatan, memandang jauh ke
depan; tidak mudah goyah, tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang tak suci.
Kalau tadi pandangan yang tulus dikaitkan dengan merpati,
sekarang pandangan nubuatan itu bagaikan burung rajawali memiliki pandangan
yang tajam, dapat memandang jauh ke depan, bahkan sekalipun benda yang kecil
dari jarak yang jauh, dia sanggup memandangnya (Ayub 39: 32).
Kemudian, dengan kekuatan 2 sayap yang luar biasa, dia
mampu mengatasi segala badai, justru angin yang kencang itu dimanfaatkan untuk
mencapai sasaran garis akhir, tujuan hidup.
Kita lihat sejenak tentang rajawali.
Mazmur 103: 1-5
(103:1) Dari Daud. Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah
nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!
(103:2) Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan
segala kebaikan-Nya!
(103:3) Dia yang mengampuni segala kesalahanmu, yang
menyembuhkan segala penyakitmu,
(103:4) Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang
memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat,
(103:5) Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan,
sehingga masa mudamu menjadi
baru seperti pada burung rajawali.
Memuji Tuhan bukan hanya mulut tetapi juga hati dan
batin, supaya kita tidak menjalankan ibadah secara lahiriah.
Kalau mulut bibir memuji Tuhan tetapi hati dan batin
tidak memuji Tuhan = menjalankan ibadah secara lahiriah, karena mempersembahkan
tubuh tetapi tidak mempersembahkan batin kepada Tuhan.
Kalau kita memuji Tuhan, alasannya:
1. “Dia yang mengampuni segala kesalahanmu.”
Ingat,
kesalahan kita sebelum digembalakan firman pengajaran mempelai, begitu banyak.
Bahkan sekalipun dalam kandang penggembalaan ada kesalahan, di sini dikatakan
Dia mengampuni segala kesalahan.
2. “Yang menyembuhkan segala penyakitmu.”
Baik sakit
jasmani maupun rohani, Tuhan sembuhkan segala penyakit oleh kuasa
bilur-bilur-Nya, sebab Dia adalah tabib di atas segala tabib.
3. “Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur.”
Dilepaskan
dari maut karena musuh yang terakhir telah dikalahkan, yaitu: maut.
4. “Yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat.”
= menjadi
pengantin perempuan.
5. “Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan.”
Hasrat,
berarti keinginan, kita dipuaskan dengan segala kebaikan Tuhan dalam kandang
penggembalaan yang Tuhan percayakan.
Selanjutnya, disini dikatakan: “Sehingga masa mudamu menjadi baru
seperti pada burung rajawali”
Kalau burung rajawali sudah menjadi tua, maka paruh semakin melengkung, akan ada kendala
saat menikmati makanan, tidak mudah menikmati makanan.
Supaya menjadi kehidupan yang baru, maka dia harus
membanting-bantingkan paruhnya pada gunung batu, berarti menghargai korban
Kristus, menjungjung tinggi korban Kristus.
Gunung batu, itulah pribadi Yesus Kristus yang
disalibkan/korban Kristus.
1 Petrus 2: 5-7
(2:5) Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu
hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk
mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada
Allah.
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci:
"Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah
batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan
dipermalukan."
(2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal,
tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh
tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu
sentuhan dan suatu batu sandungan."
Biarlah kita menjadi batu hidup untuk pembangunan suatu
rumah rohani, kemudian dipilih menjadi imamat rajani/imamat kudus, menjadi
pelayan, untuk mempersembahkan persembahan rohani, karena Yesus Kristus
berkenan kepada Allah.
Sebuah batu diletakkan, itulah batu yang terpilih, itulah
batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya pada batu penjuru, pada korban
Kristus; tidak dipermalukan. Batu penjuru à korban Kristus.
Persis seperti burung rajawali ketika
membanting-bantingkan paruhnya pada gunung batu, artinya; menghargai korban
Kristus/meninggikan korban Kristus dalam hidupnya.
Batu yang mahal, yang terpilih yang diletakkan di gunung
Sion adalah pribadi Yesus Kristus yang dikorbankan.
Korban Kristus bisa menjadi 2 hal;
1. Batu sentuhan.
2. Batu sandungan.
Tergantung dari sudut mana kita memandangnya; kalau
memandang korban Kristus karena kasih Allah, maka batu penjuru akan menjadi
batu sentuhan bagi kita. Termasuk malam ini, pemberitaan firman tentang salib
malam ini, kalau kita memandang sebagai tanda kasih Allah, maka pemberitaan
firman itu mampu membebat, menyentuh hati kita.
Tetapi kalau kita menolak pemberitaan firman salib
Kristus karena pemberitaan firman tentang salib itu keras, maka Pemberitaan
firman tentang salib akan menjadi batu sandungan karena tidak mau hidup di
dalamnya, karena tidak mau dikoreksi.
Dari sudut mana kita memandang korban Kristus? kalau
sudut yang benar, batu penjuru akan menjadi batu sentuhan, tetapi kalau
kita menolak pemberitaan firman tentang salib, maka korban Kristus menjadi batu
sandungan.
Biarlah kita memiliki pandangan nubuatan, supaya batu
penjuru menjadi batu sentuhan.
Kemudian, untuk menjadi baru, bulu-bulu burung rajawali harus
dilepaskan atau dicabut
sampai rontok, supaya tumbuh bulu-bulu yang baru pada sayapnya, artinya; lewat
kematian dan kebangkitan Kristus menjadi baru di hadapan Tuhan.
Ketika Allah menemukan bangsa Israel di padang gurun,
Allah mendukung seperti burung rajawali menggoncang bangkitkan sarang-sarangnya à kuasa kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Kuasa kematian: Mengubur hidup lama. Kuasa kebangkitan: Hidup
dalam hidup yang baru.
Lalu kemudian, ditopang di atas sayapnya.
Kemudian, cakar-cakarnya atau kuku-kukunya harus dipatah-patahkan atau dicabut
satu per satu, artinya; supaya tumbuh kuku-kuku/cakar baru yang lebih tajam.
Masa mudamu menjadi baru seperti burung rajawali;
milikilah pandangan nubuatan, memandang jauh ke depan.
YANG KETIGA: “KEANGKUHAN
HIDUP”
Angkuh, berarti sombong, tinggi hati, tidak rendah hati =
senantiasa menempatkan diri di atas, baik perkataan, sikap, tingkah laku, cara
berpikir, sudut pandang, selalu di atas.
Persis seperti dosa-dosa dari orang fasik, yaitu dosa
kesombongan.
Mazmur 10: 1-2
(10:1) Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya TUHAN, dan
menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan?
(10:2) Karena congkak orang fasik giat memburu orang yang
tertindas; mereka terjebak dalam tipu daya yang mereka rancangkan.
Dosa kecongkakan, tinggi hati, keangkuhan, adalah dosa
orang-orang fasik.
Berarti, kecongkakan adalah dosa kefasikan.
Mazmur 10; 3-5
(10:3) Karena orang fasik memuji-muji keinginan hatinya,
dan orang yang loba mengutuki dan menista TUHAN.
(10:4) Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke
atas: "Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!", itulah seluruh
pikirannya.
(10:5) Tindakan-tindakannya selalu berhasil;
hukum-hukum-Mu tinggi sekali, jauh dari dia; ia menganggap remeh semua
lawannya.
Orang fasik berkata: "Allah
tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!", itulah seluruh pikirannya.
Pemikiran orang fasik yang seperti ini menunjukkan bahwa
mereka adalah orang yang angkuh, sombong, congkak, tinggi hati, tidak
merendahkan diri.
"Allah tidak akan menuntut!” = melakukan segala sesuatu dengan sebebas-bebasnya untuk
memuaskan hatinya, tetapi tidak peduli dengan perasaan Tuhan.
“Tidak ada Allah!" = bebas menyembah berhala, terikat dengan segala perkara lahiriah/perkara
di bawah.
Kalau kita perhatikan keangkuhan Lucifer, dia mendirikan
suatu takhta bagi dirinya di sebelah utara, kemudian hendak menyamai yang Maha Kuasa,
itu adalah dosa kesombongan, kecongkakan dari Lucifer.
Yesaya 14: 12-14
(14:12) "Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai
Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai
yang mengalahkan bangsa-bangsa!
(14:13) Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku
hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang
Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara.
(14:14) Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan,
hendak menyamai Yang Mahatinggi!
Bintang Timur, putera Fajar adalah salah satu malaikat Allah yang paling dipercaya,
tetapi di sini kita perhatikan, dia justru mendirikan takhta di sebelah utara,
hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi à keangkuhan hati.
Biarlah kita membawa diri kita rendah di bawah kaki salib
Tuhan, selanjutnya mempersembahkan hidup seutuhnya sebagai korban persembahan
di bawah dua tangan Tuhan yang kuat, berarti merendahkan diri di hadpan Tuhan.
Ketika kita membawa diri rendah dan tersungkur di bawah
kaki salib Tuhan, lewat doa penyembahan, dengan demikian kita bertemu dengan
Allah dalam kasih-Nya.
Kalau menyamai yang Maha tinggi, itu adalah dosa
keangkuhan, bertolak belakang dengan kasih
Allah, tetapi ketika kita bertumpu pada dua kaki lewat doa penyembahan, di
situlah letak kekuatan kita.
Bahkan memiliki pemikiran ingin menyamai adalah
kesalahan. Biarlah dengan penyerahan hidup, Tuhan membawa kita sesuai dengan
kehendak-Nya, dipakai menjadi alat kemuliaan-Nya, karena dengan membawa diri
rendah di bawah kaki salib Tuhan, bertemu dengan kasih-Nya.
Melayani dengan keangkuhan bertolak belakang dengan kasih
Allah, sehingga Tuhan tidak memakai pribadi yang demikian.
Biarlah kita menjaga diri, jangan sampai mencemari diri
dengan apa yang ada di dunia ini, itulah keinginan
daging, keinginan mata dan keangkuhan
hidup, sebab itu tidak berasal dari Tuhan.
Biarlah kita merendahkan diri di bawah kaki salib Tuhan.
Kesimpulannya:
-
Keinginan daging
bertolak belakang dengan ROH ALLAH.
-
Keinginan mata
bertolak belakang dengan FIRMAN ALLAH.
-
Keangkuhan hidup
bertolak belakang dengan KASIH ALLAH.
BAGIAN KEDUA.
2 Korintus 4: 3-4
(4:3) Jika Injil yang kami beritakan masih tertutup juga,
maka ia tertutup untuk mereka, yang akan binasa,
(4:4) yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang
pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat
cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.
Firman yang leterlet atau injil yang tertutup, hanya
berlaku bagi mereka yang akan ditentukan untuk binasa, sebaliknya pembukaan rahasia
firman berlaku bagi mereka yang akan diselamatkan/ditolong.
Ilah zaman adalah arus dunia, membutakan pikiran manusia.
Oleh karena arus dan pengaruh dunia, banyak orang Kristen
tidak lagi peduli dengan pembukaan rahasia firman Tuhan. sementara kalau injil
yang diberikan tertutup, itu tertutup bagi mereka yang akan ditentukan binasa.
Nasihat Rasul Paulus kepada Timotius, supaya menasihati
orang-orang tertentu, supaya jangan memberitakan firman yang ditambahkan dan dikurangkan.
Lihat, orang kaya sukar masuk Kerajaan Sorga, mengapa?
Karena ia menolak pemberitaan firman yang sifatnya mengoreksi dan menyelidiki
hati, ia tidak mau dosanya dikoreksi, pikirannya telah dibutakan oleh ilah
zaman, arus dunia.
1 Yohanes 2: 17
(2:17) Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya,
tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.
Dunia ini terdapat keinginan mata, keinginan daging,
keangkuhan hidup, juga dunia ini memiliki arus seperti arus sungai Yordan yang
menghanyutkan yang membawa pada laut mati/kematian rohani.
Tetapi orang yang melakukan kehendak Allah Bapa, tetap
hidup sampai selama-lamanya.
Matius 7: 15-16
(7:15) "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang
datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka
adalah serigala yang buas.
(7:16) Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.
Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput
duri?
Nabi-nabi palsu sama seperti serigala berbulu domba, yang
adalah binatang buas.
Kemudian, serigala digambarkan seperti semak duri dan
rumput duri, tidak menghasilkan sesuatu yang baik; kering-kering.
Pertanyaannya; apa
buah dari nabi-nabi palsu?
Matius 7: 22
(7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir
setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Nabi-nabi palsu melakukan 3 perkara:
Bernubuat demi nama
Tuhan à fiirman yang ditambahkan dengan cerita-cerita isapan
jempol, dongeng nenek-nenek tua, silsilah-silsilah, filsafat kosong.
Mengusir setan demi nama Tuhan, dan mengadakan
banyak mujizat demi nama Tuhan à pemberitaan firman yang dikurangkan, diganti dengan 2 hal
1. Teori kemakmuran = orang Kristen tidak boleh miskin,
harus kaya.
2. Mujizat-mujizat
Sehingga ...
Matius 7: 23
(7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada
mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu
sekalian pembuat kejahatan!"
Tuhan tidak mengenal nabi-nabi palsu karena mereka adalah
serigala berbulu domba, mereka melayani firman yang ditambahkan dan dikurangkan
saja, Tuhan tidak mengenal hamba-hamba Tuhan yang demikian.
Yang Tuhan kehendaki adalah ...
Matius 7: 21
(7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan,
Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan
kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Yang terpenting: melakukan
kehendak Bapa di sorga.
Kehendak Bapa di sorga adalah: (Matius 26: 42)
“Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya:
"Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku
meminumnya, jadilah kehendak-Mu!”
Yesus harus meminum cawan Allah, sehingga dengan
demikian, jadilah kehendak Allah.
Meminum cawan Allah artinya; menanggung penderitaan yang
tidak harus Ia tanggung.
Jadi, letak persoalannya bukan pada saat bernubuat atau
melakukan mujizat, tetapi melakukan kehendak Allah Bapa; minum cawan Allah Bapa
= menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung = aniaya firman, sengsara
salib.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment