IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 12 MARET 2016
“STUDY YUSUF”
(SERI 94)
Subtema : KETAATAN SEORANG HAMBA.
Shalom...!
Selamat malam, salam sejahtera, salam dalam kasih
Kristus, oleh karena kasih sayang dan kasih setia Tuhan yang abadi kita
dimungkinkan untuk melangsungkan Ibadah Kaum Muda Remaja sebagaimana biasanya
ditempat ini.
Mari kita kembali memperhatikan firman penggembalan
untuk ibadah kaum muda remaja itulah study Yusuf dari Kejadian 39.
Kejadian 39:11
(39:11) Pada suatu hari masuklah Yusuf ke dalam
rumah untuk melakukan pekerjaannya, sedang dari seisi rumah itu seorangpun
tidak ada di rumah.
Yusuf melakukan tugas dan pekerjaannya seperti biasa,
tetapi pada hari itu tidak ada orang di dalam rumah à Yusuf adalah seorang hamba Tuhan
yang bertanggungjawab.
Kolose 3:22
(3:22) Hai hamba-hamba,
taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan
mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut
akan Tuhan.
Seorang hamba Tuhan yang
bertanggungjawab atas segala pekerjaannya adalah seorang hamba Tuhan yang takut akan Tuhan.
Amsal 8:13
(8:13) Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan;
aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut
penuh tipu muslihat.
Takut akan Tuhan ialah: Membenci
kejahatan, antara lain;
- Membenci kesombongan,
berarti; tidak menyukai kesombongan.
- Membenci kecongkakan,
berarti; tidak menyukai kecongkakan.
- Membenci tingkah laku yang jahat, berarti;
tidak suka terhadap dosa kejahatan dan kefasikan.
- Membenci penuh tipu muslihat, berarti; benci kepada dusta.
Tanda yang terlihat
apabila seorang hamba takut akan Tuhan.
Kolose 3:22
(3:22) Hai hamba-hamba, taatilah
tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja
untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan.
Seorang hamba taat kepada tuannya dalam segala hal =
takut akan Tuhans.
Lebih rinci kita perhatikan...
Titus 2:9-10
(2:9) Hamba-hamba
hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka,
jangan membantah,
(2:10) jangan curang, tetapi hendaklah selalu
tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan
ajaran Allah, Juruselamat kita.
Di sini dihimbau, supaya; “Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal
dan berkenan kepada mereka, taat = patuh pada ajaran
yang benar.
Jadi ketaatan seorang hamba itu harus di dalam segala hal.
Efesus 6:5-6
(6:5) Hai hamba-hamba,
taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati,
sama seperti kamu taat kepada Kristus,
(6:6) jangan hanya di
hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba
Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah,
Hamba yang taat berarti; hamba yang dengan segenap
hati melakukan kehendak Allah.
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi
untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini
tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"
Yesus Kristus harus meminum cawan Allah, artinya;
Yesus harus menanggung penderitaan di atas kayu salib, sehingga dengan demikian
jadilah kehendak Allah.
Pendeknya, meminum cawan Allah = melakukan kehendak
Allah Bapa.
Filipi 2:8
(2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Yesus
Kristus taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib = setia.
Inilah ukuran ketaatan dari seorang hamba.
Ibrani 5:8-10
(5:8) Dan sekalipun Ia
adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya,
(5:9) dan sesudah Ia
mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua
orang yang taat kepada-Nya,
(5:10) dan Ia dipanggil
menjadi Imam Besar oleh Allah, menurut peraturan Melkisedek.
“Sekalipun Ia adalah Anak,
Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya.”
Itu sebabnya tadi saya mengatakan bahwa standart /
ukuran menjadi hamba Tuhan adalah taat sampai mati bahkan sampai mati di atas
kayu salib.
Belajar taat bukan dari kepintarannya dan bukan dari
apa yang ia punya, tetapi dari apa yang telah di derita-Nya, sehingga ia layak menjadi
Imam Besar Allah, menurut peraturan Melkisedek.
Tugas dari Imam
Besar adalah memperdamaikan dosa manusia di atas kayu salib = menjadi
pengantara. Itu sebabnya seorang hamba memang harus taat, supaya layak memperdamaikan
dosa manusia = menjadi pendamaian.
Imam besar menurut peraturan Melkisedek berarti; Ia telah
mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib.
Sebagai bukti; Ia telah memberikan roti dan anggur
kepada Abram.
Roti dan anggur itulah tubuh dan darah-Nya yang telah Ia
serahkan di atas kayu salib.
Kalau memang mau menjadi hamba Tuhan harus taat, tanda
Ia adalah seorang hamba yang taat akan Tuhan.
Ketaatan seorang
hamba kepada tuannya terlihat 2 hal:
Titus 2:9-10
(2:9) Hamba-hamba
hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka,
jangan membantah,
(2:10) jangan curang, tetapi hendaklah selalu
tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan
ajaran Allah, Juruselamat kita.
Hamba yang taat kepada tuannya dalam segala hal
berarti.
1.
“Jangan membantah” = jangan melawan =
jangan memberontak.
Ini ada kaitannya
dengan pribadi saya sebagai seorang gembala. Mohon dukungan doanya kepada saya,
supaya sebagai seorang gembala mampu memberi teladan yang baik, jadi tidak asal
bicara saja.
Memang kita semua
adalah hamba Tuhan tetapi kita juga harus menempatkan Kristus sebagai kepala
dan kita harus menempatkan diri dengan baik dihadapan-Nya, sehingga kita tidak
membantah, melawan dan memberontak.
Biasanya kalau tidak
melihat teladan yang baik, seorang hamba bisa membantah dan memberontak, itu
sebabnya saya mohon dukungan doa (bawa saya dalam doa) supaya tetap memberi
teladan yang baik.
Roma 6:16
(6:16) Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu
kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu,
yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian,
maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?
Perhatikan; apabila
kita menyerahkan diri kepada seseorang, maka kita adalah hamba orang itu, untuk
mentaatinya dalam segala hal.
Kalau kita adalah
hamba Tuhan maka kita harus mentaati Tuhan dalam segala perkara apapun
resikonya = tidak boleh membantah apapun alasannya.
Roma 6:17-18
(6:17) Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu
memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati
pengajaran yang telah diteruskan kepadamu.
(6:18) Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan
menjadi hamba kebenaran.
Hamba Tuhan berarti;
mentaati pengajaran, mentaati kebenaran.
Kuasa mentaati firman
pengajaran; dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.
Roma 6:19
(6:19) Aku mengatakan hal ini secara manusia
karena kelemahan kamu. Sebab sama seperti kamu telah menyerahkan anggota-anggota
tubuhmu menjadi hamba kecemaran dan kedurhakaan yang membawa kamu kepada
kedurhakaan, demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota
tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan.
Selanjutnya, yang membawa kepada pengudusan.
Pendeknya, ketaatan
seorang hamba Tuhan memimpin kepada kebenaran, kemudian dengan menyerahkan anggota-anggota
tubuh menjadi hamba kebenaran yang membawa kepada pengudusan.
Jadi sebagai kata
kunci, seorang hamba tidak usah berbantah-bantah, jangan melawan tuannya.
Memang untuk menjadi
taat tidak boleh mengikutsertakan perasaan daging dan tidak boleh
mengikutsertakan pengertian manusia daging. Kalau mengikut sertakan pengertian
sendiri dan perasaan manusia daging, akan bertentangan dengan kebenaran Allah.
Perasaan manusia
daging, pertimbangan dan pengertian manusia daging, banyak salahnya, jangan ikutsertakan hal itu,
taat ya taat saja, walaupun tidak logis.
Titus 2:10
(2:10) jangan
curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian
mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.
2.
“Jangan curang” = harus adil = seorang hamba harus
bekerja dengan tepat dan benar.
Manusia boleh kita
curangi, tetapi Tuhan tidak dapat kita curangi, Dia maha melihat, maha tahu,
Dia tidak pernah tertidur, sampai hari ini Dia masih sibuk bekerja di dalam
pembangunan tubuh Kristus yang sempurna.
Matius 23:23
(23:23) Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari
selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum
Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu
harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
Mengembalikan
sepersepuluh, tetapi yang terpenting dari hukum Taurat diabaikan = berlaku curang.
Pendeknya, ahli-ahli
Taurat dan orang-orang farisi berlaku curang di tengah-tengah ibadah dan
pelayanan mereka.
Jadi ahli Taurat dan
orang farisi ini melayani dan mengaku hamba tetapi berlaku curang.
Pertanyaannya apa yang
terpenting dalam hukum Taurat? Jawabnya; adalah; keadilan, belas kasihan dan kesetiaan.
Ketiga hal ini
berbicara tentang salib, sebab keadilan, belas kasihan dan kesetiaan datang
dari salib saja, tanpa salib tidak ada keadailan, belas kasihan dan kesetiaan.
Matius 5:17
(5:17) "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk
meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk
meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat melainkan untuk menggenapinya di atas
kayu salib.
Hasil dari penggenapan hukum Taurat adalah;
manusia mengenal dan memiliki keadilan,
belas kasihan dan kesetiaan.
Jadi kalau kita hanya
memberikan / mempersembahkan sepersepuluh tetapi mengabaikan apa yang
terpenting dari hukum Taurat = curang = tidak adil, tidak punya belas kasihan
dan tidak setia.
Matius 5:18
(5:18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak
akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
Oleh karena keadilan, belas kasihan dan
kesetiaan, dua hal terlihat;
a.
“Satu iota tidak ditiadakan dari hukum
Taurat.”
Iota adalah huruf yang terkecil dari abjad
Yunani, itulah dimulai dari A, B, C, D,
E, F, G, H, I (ada 9 huruf).
Arti rohaninya; menjadi orang yang rendah hati.
b.
“Satu titikpun tidak akan
ditiadakan dari hukum Taurat.”
Titik dipergunakan sebagai tanda baca, dan lebih
kecil dari iota bahkan lebih kecil dari tanda baca yang lain.
Arti rohaninya; mau menjadi kecil dan rela
dikecilkan walaupun sakit rasanya.
Pada saat kecil dan dikecilkan di situ tidak
terlihat lagi harga diri atau wibawa yang ia miliki yaitu; predikat, dan lain
sebagainya.
Jadi jangan curang
lagi supaya terlihat dua hal ini.
Kita banyak curang
kepada Tuhan, mau yang baik tetapi tidak mau pikul salib, mau dipakai dengan
heran tetapi malas menyembah, itu namanya curang. Jangan curang jadi hamba
Tuhan.
Ciri-ciri hamba Tuhan
yang taat.
Kolose 3:22
(3:22) Hai hamba-hamba,
taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan
mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut
akan Tuhan.
Seorang hamba yang taat kepada tuannya, ia melakukan
tugas dan pekerjaannya dengan tulus hati.
Seorang hamba yang tulus hati pada saat mengerjakan
pekerjaannya tidak hanya dihadapan tuannya.
Ibrani 10:22
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan
hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita
telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh
dengan air yang murni.
Tulus hati adalah tanda bahwa hati telah dibersihkan
dari hati nurani yang jahat dengan air dan firman.
Dari hati timbul segala pikiran jahat, percabulan dan
lain sebagainya. Jadi kalau seseorang tulus ikhlas menghadap takhta kasih
karunia itu tanda bahwa hatinya telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat.
Mari kita lihat orang-orang yang seperti ini...
Wahyu 7:9
(7:9)P Kemudian dari pada itu aku melihat:
sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung
banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan
takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun
palem di tangan mereka.
Suatu
kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, berdiri
di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba.
Kemudian, terlihat dengan jelas dua hal dari mereka;
1.
Memakai jubah putih.
Ini berbicara tentang kepercayaan
Tuhan = orang-orang yang dipercaya untuk melayani Tuhan di dalam kebenaran
sesuai dengan karunia-karunia dan jabatan-jabatan yang diperoleh.
Kalau dipercaya biarlah kiranya
kita mengucap syukur dengan syukur yang sangat luar biasa. Jangan sampai, apa
yang telah dipercayakan oleh Tuhan itu kita sepelekan, kita anggap ringan
seperti Esau, akhirnya mencelakakan dirinya sendiri.
Apapun tugas pelayanan yang
dipercayakan sebaiknya dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan, baik itu satu
talenta, dua talenta maupun itu lima talenta.
Ada orang memandang ringan perkara
kecil tetapi tidak mampu mempertanggungjawabkan perkara yang kecil itu
dihadapan Tuhan. Tuhan butuh bukti bukan perkataan!
Sedangkan orang yang tulus hati;
mampu mempertanggungjawabkan apapun yang dipercayakan oleh Tuhan.
2.
Memengang daun-daun palem di
tangan mereka = merayakan hari
raya pondok daun = masuk pada hari perhentian.
Yesus melepaskan keledai yang
tertambat, selanjutnya menungganginya dan dibawa masuk ke kota Yerusalem di
dalam kemuliaan-Nya dan orang-orang memegang daun-daun palem.
Kita semua telah menerima firman pengajaran
mempelai dalam terangnya Tabernakel untuk membawa dalam pesta
nikah Anak Domba, sebagai sasaran akhir dari ibadah pelayanan di bumi = merayakan
hari raya pondok daun.
Hari raya pondok daun = hari raya
Tabernakel, hari perhentian sepenuhnya.
Tabernakel yang sejati itulah kerajaan
sorga = hari perhentian yang kekal.
Tekun dalam tiga macam ibadah
pokok = hari perhentian.
-
Ibadah pendalaman Alkitab
disertai perjamuan suci
-
Ibadah raya minggu
disertai kesaksian.
-
Ibadah doa
penyembahan.
Tekun melayani Tuhan sesuai dengan kepercayaan Tuhan
dan tekun dalam tiga macam ibadah pokok hanya bisa dikerjakan oleh orang yang
tulus hati. Kalau tidak tulus hati dua perkara ini tidak dapat kita lihat dari
kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung banyaknya.
Perhiasan seorang
hamba yang tulus hati.
Ibrani 10:22
(10:22) Karena itu marilah kita menghadap Allah
dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati
kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh
dengan air yang murni.
Seorang hamba yang tulus hatinya selalu disertai
dengan keyakinan iman yang teguh.
Iman yang teguh berarti tidak goyah dan tidak mudah
dipengaruhi oleh hal – hal yang tak suci, tidak mudah dipengaruhi oleh
perkara-perkara lahiriah = mempunyai pendirian yang teguh.
Orang yang tulus hati kemudian memiliki iman yang
teguh, memiliki pandangan nubuatan, memandang jauh ke depan, cara berpikirnya
tidak pendek.
Kalau seseorang mudah goyah, mudah dipengaruhi oleh
hal-hal yang tak suci berarti; memiliki pikiran yang pendek.
Yusuf memiliki pandangan nubuatan = ia memandang jauh
ke depan. Tanda bahwa bahwa seseorang memiliki pandangan nubuatan; ia hidup
dalam rencana Allah.
Rencana Allah adalah; menyelamatkan seluruh manusia di
bumi, sebab pada suatu saat nanti akan terjadi resesi besar-besaran, dalam hal
ini Tuhan memakai Yusuf.
Kejadian 45:9-11
(45:9) Segeralah kamu
kembali kepada bapa dan katakanlah kepadanya: Beginilah kata Yusuf, anakmu:
Allah telah menempatkan aku sebagai tuan atas
seluruh Mesir; datanglah mendapatkan aku, janganlah tunggu-tunggu.
(45:10) Engkau akan
tinggal di tanah Gosyen dan akan
dekat kepadaku, engkau serta anak dan cucumu, kambing domba dan lembu sapimu
dan segala milikmu.
(45:11) Di sanalah aku
memelihara engkau--sebab kelaparan ini masih ada lima tahun lagi--supaya engkau
jangan jatuh miskin bersama seisi rumahmu dan semua orang yang ikut serta
dengan engkau.
Yusuf melihat rencana Allah di dalam dirinya, untuk
memelihara kehidupan umat manusia di atas muka bumi ini.
Sebab itu perhatikan pesan Yusuf kepada
saudara-saudaranya; “Allah telah menempatkan aku sebagai tuan atas seluruh Mesir.”
Perhatikanlah firman ini dengan sungguh-sungguh.
Kejadian 45:4-6
(45:4) Lalu kata Yusuf
kepada saudara-saudaranya itu: "Marilah dekat-dekat." Maka
mendekatlah mereka. Katanya lagi: "Akulah Yusuf, saudaramu, yang kamu jual
ke Mesir.
(45:5) Tetapi sekarang,
janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku
ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului
kamu.
(45:6) Karena telah dua
tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak
akan membajak atau menuai.
Yusuf memberitahukan dan memperkenalkan dirinya kepada
saudara-saudaranya sekaligus menguatkan saudara-saudaranya supaya jangan
bersusah hati dan menyesali atas segala tindakan-tindakan mereka yang tidak
baik itu sebab semua itu terjadi atas seijin Tuhan; untuk memelihara kehidupan
manusia.
Jadi kalaupun dalam pergumulan, tidak usah bersusah
hati, percayalah Tuhan sedang merencakana hal yang indah di dalam kehidupanmu. Tidak usah bersusah hati, tidak usah menyesali
apa yang sudah terjadi, supaya rencana Allah tergenapi di dalam diri sendiri.
Rancangan manusia bukanlah rancangan Tuhan, rancangan
Tuhan bukanlah rancangan manusia. Rancangan Tuhan kepada manusia setinggi
langit; (antara bumi dengan langit). Siapa yang dapat mengukur jarak bumi
dengan langit.
Kalau jarak bumi dengan bulan ada ukurannya, tetapi
bumi dengan langit tidak ada ukurannya.
Kemudian untuk hidup di dalam rencana Allah, ada suatu
pernyataan Yusuf yang harus diperhatikan, yaitu; “Datanglah mendapatkan aku, jangan tunggu-tunggu”.... Kejadian 45:9 berarti; jangan berlama – lama segera wujudkan rencana Allah
di dalam diri kita masing-masing, tingalkan beban hidup yang merintangi.
Dampak positif dengan
keyakinan iman yang teguh.
Kejadian 39:12
(39:12) Lalu perempuan itu
memegang baju Yusuf sambil berkata: "Marilah tidur dengan aku."
Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar.
Yusuf hidup di dalam kekudusan, tidak mudah
dipengaruhi oleh hal-hal yang tak suci.
Perhatikan, ketika isteri potifar berkata; "Marilah tidur dengan
aku" Yusuf dengan tegas menolaknya à Yusuf hidup dalam kekudusan.
1 Petrus 1:14
(1:14) Hiduplah sebagai
anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu
kebodohanmu,
Sebab itu ada himbauan; “Hiduplah
sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kita
pada waktu kebodohan.”
Banyak orang yang mengikuti hawa nafsu yang menguasai pada waktu kebodohan,
dengan bukti mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan persoalannya.
“Pada waktu kebodohan” = pada waktu banyak melakukan banyak dosa kejahatan.
Karena tidak mampu memikul salib pergi ke dukun atau memuaskan hawa
nafsu dagingnya dengan; mabuk, bersenang-senang dan lain sebagainya.
1 Petrus 1:15-16
(1:15) tetapi hendaklah
kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang
telah memanggil kamu,
(1:16) sebab ada tertulis:
Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
“Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh
hidupmu.”
Hidup terdiri dari:
a.
Tubuh, jiwa dan roh, berarti
harus dalam kekudusan.
b.
Hati, pikiran dan perasaan,
berarti harus hidup di dalam kekudusan.
Tujuan menjadi kudus dalam seluruh hidup: Menjadi sama
seperti Dia yang kudus.
Kalau kita kudus sama seperti Dia yang kudus berarti;
memperhatikan firman yang tertulis di dalam Alkitab.
Kita harus mengikuti contoh teladan Yesus Kristus,
saat menghadapi si pencoba yaitu; Iblis / Setan; Ia tetap selalu menggunakan
perkaataan; “ada tertulis”, baik
terhadap cobaan yang pertama yaitu mengenai roti menjadi batu, Yesus menjawab; “ada tertulis manusia hidup bukan dari roti
saja melainkan dari setiap perkatan yang keluar dari mulut Allah”. Juga
saat menghadapi cobaan yang kedua;”
jatuhkanlah dirimu sebab nanti malaikat-malaikat akan menatangmu supaya kakimu
tidak terantuk / tersandung” tetapi Yesus kembali berkata; “ada tertulis.” Juga dengan cobaan
yang ketiga pada saat Setan menunjukkan kerjaan dunia serta kemegahannya dan menjanjikan
itu akan menjadi milik Yesus dengan syarat harus menyembah Iblis Setan, tetapi Yesus
berkata; “ada tertulis, hanya kepada
Tuhan sajalah kamu menyembah.”
Matius 5:8
(5:8) Berbahagialah orang yang suci hatinya,
karena mereka akan melihat Allah.
“Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena
mereka akan melihat Allah.”
Berarti tanpa kesucian siapapun tidak dapat melihat
Allah.
Kesucian inilah yang dipertahankan oleh Yusuf sampai
akhirnya dia boleh bertemu dengan Allah, boleh mengalami suasana kematian dan
kebangkitan.
Kematiannya di dunia (Mesir) tetapi pada akhirnya
tulang-tulangnya di angkat sesuai dengan pesannya kepada Musa dan selanjutnya
dibawa ke tanah Kanaan itu berbicara kebangkitan / bertemu dengan Allah oleh
karena kesucian.
Kalau kita satu dalam kematian maka kita juga akan
satu dalam kebangkitan-Nya.
TUHAN YESUS KRISTUS,
KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberitaan Firman Oleh;
Gembala Sidang; Pdt.
Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment